Anda di halaman 1dari 7

Naskah Drama Kelompok 3:

- Devi Ayu Citasari (02)


- Eka Destina Ayu W. (05)
- Ela Puspitasari (06)
- Fathan Arya Gusti S. (09)
- Hajad Hadi Hamdhani (13)
- Setio Firmansyah (18)

Peran dan Penokohan :


Pangeran & Ande – Ande Lumut: Setio Firmansyah
Bapak Dadapan & Yuyu kangkang : Fathan Arya Gusti S.
Bejo dan Bapak Klenting: Hajad Hadi Hamdhani
Klenting Kuning: Eka Destina Ayu W.
Klenting Merah & Seseorang : Devi Ayu Citasari
Klenting Biru : Ela Puspitasari

Ande – Ande Lumut


Alkisah di sebuah Negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo,
tinggallah seorang pangeran yang hidup serba berkecukupan. Pangeran tersebut adalah
putra mahkota yang akan menggantikan tahta berikutnya.
Akan tetapi, pangeran tidak puas dengan kehidupan yang serba berkecukupan. Dia
ingin mengembara, menyusuri hutan demi hutan. Mencari jati diri dan juga pasangan hidup.

Bagian 1 :
(Dua orang berjalan waspada melihat keatas dan kebawah, mencari binatang buruan)
Pangeran : “ Jo? Bejo? Kamu di mana jo ? ”
Bejo : “ Pangeran? Pangeran? Kamu di mana pangeran? ”
(Berjalan mundur…. Kemudian bertabrakan bersama, sampai gelimbungan).
Pangeran : “ Aduh. Kamu itu. Hati-hati ! ”
Bejo : “ Hehehe.. Maaf pangeran. Saya tidak tahu jika di belakang
ada pangeran. ”
Pangeran : “ Kamu ini.. Sini sini Jo ! Aku mau cerita. ”
Bejo : “ Ada apa pangeran ? ”
(Dua orang duduk bersama dan bercerita)
Pangeran : “ Kok tidak ada binatang ya hari ini ? ”
Bejo : “ Ya pangeran, sepi sekali. Tapi ini di mana ya Pangeran ? ”
Pangeran : “ Kenapa kamu tanya saya ? Memangnya saya tahu ? ”
Bejo : “ Ya mungkin saja Pangeran tahu. ”
Pangeran : (cemberut)
(Pangeran dan pengawalnya berdiri, kaget melihat ada orang di hadapan mereka)
Pangera : “ Siapa itu jo ? ”
Bejo : “ Saya tidak tahu pangeran. ”
Pangeran : “ Maaf pak, boleh saya bertanya ? ”
(Yang ditanya diam, tidak menjawab, sibuk dengan kayu bakarnya)
Pangeran : “ Permisi pak. ” (menyentuh pundak Bapak Dadapan)
(Pangeran mendekat pada bapak dadapan, tiba-tiba kaget melihat pangeran)
Bapak dadapan : “ Waladalah.. Siapa kamu ? ”
Pangeran : “ Saya pengembara pak. Maaf, ini desa apa ya ? ”
Bapak dadapan : “ Ini desa Dadapan nak. Kamu sedang apa di sini ? ”
Pangeran : “ Saya sedang mengembara pak. Tapi tersesat, tidak tahu jalan. ”
Bapak dadapan : “ Wah. Ya sudah, ikut saya saja. Kamu akan saya jadikan anak angkat
bagaimana ? "
Pangeran : “ Wah baiklah bapak, saya mau. ”
Bapak dadapan : “ Mulai sekarang kamu jadi anakku, namamu jadi ande-ande lumut. Dan
kamu juga ikut saya. ”
Pangeran dan Bejo : “ Baiklah, Pak ! ”
(Pangeran dan Bejo akhirnya bersama bapak dadapan pergi menuju rumahnya)

Bagian 2 :
Di pagi yang cerah Bapak klenting berkumpul dengan para putrinya. Putri-putri Bapak
klenting sangat cantik, mereka adalah klenting merah, klenting biru dan salah seorang anak
tirinya bernama klenting kuning.
Bapak klenting sangat cinta dan sayang kepada anak-anaknya tetapi berbeda dengan
klenting kuning, sebagai anak tiri dia sangat dibedakan kasih sayangnya.

(Klenting Kuning menyapu lantai.. Tak lama datang Bapak klenting mengawasi Klenting
Kuning)
Bapak Klenting : “ Anak-anakku yang cantik-cantik, kesini nak ! ”
Klenting-klenting : “ Ya Pak. ”
Bapak Klenting : “ Begini nak, ada berita yang sangat penting. ”
Klenting Merah : “ Berita apa itu pak? Kelihatannya penting sekali. ”
Klenting Biru : “Iya, ada apa sih pak? ” (manja, mendekat sambil memegang
pundak bapak klenting)
Bapak klenting : “ Kalian tahu kan, Bapak Dadapan itu punya anak yang sangat tampan.
Namanya Ande - Ande Lumut. ”
Klenting-keleting : “ Ande - Ande Lumut ? Tampan ? ” (bersama bergaya manja,
centil)
Bapak klenting : “ Iya. Coba kalian pergi ke rumah Ande – Ande lumut untuk melamarnya!
Siapa tahu Ande – ande lumut menyukai salah satu dari kalian. Kalian dandan menjadi putri-
putri yang cantik ya. ”
Klenting Biru : “ Iya iya pak. Mbk klenting Abang dandani aku ya. ”
Klenting Merah : " Iya, adek ku, ayo - ayo. Gantian ya. "
Klenting Biru : "Siap, mbk ku!"
(Akhirnya Klenting merah dan Klenting biru saling mendandani)
Klenting Merah : “ Bapak, bagaimana rambutku pak? ”
Bapak Klenting : “ Sudah rapi, ndok ! ”
Klenting Biru : “ Kalau aku pak? ”
Mbok Rondo Klenting : “ Sudah cantik, ndok. Anak – anak bapak sudah cantik semua.
Sekarang berangkatlah. Ande – Ande Lumut pasti memilih salah satu dari kalian untuk
dijadikan istri. ”
(Dari kejauhan, Klenting Kuning yang melihat saudari tirinya yang hendak berangkat menuju
rumah Ande – Ande Lumut)
Klenting Biru : “ Ngapain lihat – lihat ? ”
Klenting Merah : “ Iri ya lihat kita semua cantik? ”
Klenting Kuning : “ Ti..Tidak kok. ”
Klenting Biru : ( menyenggol Klenting Kuning sampai terjatuh )
Klenting – Klenting : “ Hahaha.. Kasian sekali kamu ! “
Klenting Merah : “ Ya sudah lah. Ayo kita berangkat. ” (pergi meninggalkan
Klenting Kuning)
(Tak lama kemudian, klenting kuning mendekati bapak Klenting)
Klenting Kuning : “ Bapak saya ingin bicara. ”
Bapak Klenting : “ Bicara apa ? Apakah kamu sudah selesai menyapu ? ”
Klenting kuning : “ Sudah bapak. Begini pak, saya juga ingin melamar menjadi
istrinya Ande - Ande lumut seperti mbk-mbk klenting yang lain. ”
Bapak klenting : “ Oh begitu, ya sudah tidak apa - apa. Sini kamu saya
dandani. (memberikan angus dan bau-bau tidak sedap kepada Klenting kuning) Sudah
sekarang kamu cuci kuali di sungai. Dan kerjakan tugasmu. ” (mendorong Klenting kuning
dengan kasar)
Klenting kuning : “ Iya bapak. ” (meninggalkan bapak Klenting)
Bapak Klenting : “ Hahaha… Mudah-mudahan Ande - Ande Lumut menyukai salah satu
dari anak-anakku. Bukan Klenting Kuning. ” (tertawa terbahak-bahak, menuju ke dalam
rumah)

Bagian : 3
Klenting kuning setiap hari bekerja tanpa rasa lelah dan keluh kesah walau dia
diperlakukan kasar oleh Bapak Klenting. Hanya dia dan Allah saja yang tahu betapa
sedihnya dirinya. Dia berharap, Tuhan akan memberikan ganjaran yang lebih baik untuknya.
Saat Klenting Kuning mencuci kuali di sungai….

Klenting Kuning : “ Duh… kenapa begini penderitaan hidupku. Semoga aku tabah
menjalaninya. ”
(Tiba tiba ada seseorang mendekati klenting kuning)
Seseorang : “ Hai gadis cantik. ”
Klenting kuning : “ Siapa kamu ? ” (kaget)
Seseorang : “ Kamu jangan takut. Aku adalah sifat baik yang ada dalam dirimu ”
Klenting kuning : “ Mau apa kamu? ”
Seseorang : “Aku akan memberimu sebuah pusaka. Terimalah. Semoga
pusaka ini kelak akan berguna bagimu. Ini adalah Jimat Kalimosodo. Terimalah gadis baik.
” ( memberikan pusaka )
Klenting kuning : “ Baiklah. Terimakasih. ”
Seseorang : (meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kening : (mengambil kuali dan meninggalkan sungai)

Bagian : 4
Di sebuah sungai yang airnya deras, disitulah Yuyu Kangkang hidup. Dia yang menguasai
sungai itu. Dialah si Yuyu Kangkang yang licik.

(Yuyu kangkang sang penjaga sungai sedang mondar-mandir mengawasi jika ada orang
datang).
Yuyu kangkang : “ Hohohoho…. Siapa itu yang datang dari jauh? ”
(kemudian datang Klenting Merah dan biru menuju pinggir sungai)
Klenting Biru : “ Wah! Sungainya banjir. ”
Klenting Merah : “ Iya mbakyu. Bagaimana cara kita menyeberang? ”
Klenting Biru : “ Lihat itu Yuyu Kangkang. ” (menunjuk Yuyu Kangkang)
Klenting Merah : “ Wah iya! Kita minta tolong Yuyu Kangkang saja. ”
Klenting Biru : “ Iya mbakyu. Ayo! ” ( saling menyenggol Klenting Merah )
Klenting Merah : “ Yuyu Kangkang! Yuyu Kangkang! ”
Yuyu kangkang : “ Hahaha. Ada apa gadis manis? ”
Klenting Merah : “ Yuyu Kangkang, aku minta tolong disebrangkan lewat sungai
ini. ”
Yuyu kangkang : “ Wah itu berat sekali, bahaya sungainya. Aku minta imbalan. ”
Klenting Merah : “ Imbalannya apa? Uang? Wah kamu itu mata duitan. ”
Klenting Biru : “ Iya. Yuyu Kangkang mata duitan. ”
Yuyu kangkang : “ Tidak. Aku tidak mau uang. Hahaha. ”
Klenting-klenting : “ Lalu apa? ”
Yuyu kangkang : “ Imbalannya adalah menggandeng dan mencium tangan kalian.
” (tersenyum senang)
Klenting Merah : “ Ya sudah kalau begitu. ”
(Yuyu Kangkang menyebrangkan klenting merah dan biru dengan perahu)
Yuyu Kangkang : “ Eh, eh. Mau kemana kalian? Mana imbalannya? ”
Klenting – Klenting : ( menyodorkan tangan sambil cemberut dan langsung pergi )
Yuyu kangkang : “ Wah senang sekali aku dapat memegang dan mencium
tangan gadis-gadis cantik itu. ”
(beberapa saat kemudian, datanglah klenting kuning akan menyebrang)
Yuyu Kangkang : “ Hohoho.. itu apa? Baunya tidak enak. Wajahnya jelek lagi. ”
Klenting Kuning : “ Wah kok banjir ya? Bagaimana aku bisa
menyebrang?
Itu ada Yuyu Kangkang. Yuyu kangkang, tolong sebrangkan saya melewati sungai ini. ”
Yuyu kangkang : “ Kamu? Tidak mau. ”
Klenting Kuning : “ Nanti aku kasih uang. ”
Yuyu kangkang : “ Tidak mau. Sudah sana pergi. Jangan di sini. Dasar orang
jelek.” (Meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kuning : “ Kamu kenapa jahat begitu Yuyu Kangkang? ”
Klenting Kuning : “ Ya sudah kalau itu maumu. (mengeluarkan pusakanya)
Aku akan buat sungai ini menjadi kering. Hiat! ”
Tiba-tiba sungai itu kering. Kemudian Klenting Kuning pun bisa berjalan menyeberang
sungai menuju rumah Bapak Dadapan, rumah si Ande-Ande Lumut.

Bagian 5
Sementara itu, di sebuah desa bernama Dadapan, Bapak sedang menyapu rumah, di rumah
itulah si Ande-ande lumut sedang mengaji di sebuah surau. Menunggu belahan hatinya
yang di janjikan Tuhan untuknya.

(Bapak dadapan sedang menyapu halaman rumah, tiba-tiba datang rombongan gadis-gadis
cantik, klenting merah dan biru )
Klenting-klenting : “ Assalamu’alaikum.”
Bapak Dadapan : “ Wa’alaikumsalam, siapa ya? ”
Klenting Merah : “ Saya pak, Klenting Merah. ”
Klenting Biru : “ Saya Klenting Biru. ”
Bapak dadapan : “ Wah gadis-gadis cantik. Ada perlu apa ini? ”
Klenting-klenting : “ Kami ingin melamar Ande-Ande Lumut mbok. ”
Bapak dadapan : “ Mau melamar Ande-Ande Lumut? Sebentar ya, saya katakan pada
Ande-Ande Lumut. ”
Klenting merah : " Saya duluan pak."
Bapak dadapan : (bernyanyi) “ Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono putri kang
ngunggah-unggahi. putrine kang ayu rupane. Klenting abang iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “ Duh ibu, kulo mboten purun.
Aduh bapak, kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kangkang. “
Bapak dadapan : “ Wah tidak mau ternyata nak. ”
Klenting biru : “ Coba saya pak. ”
Bapak dadapan : (bernyanyi) “ Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono putri kang
ngunggah-unggahi. Putrine kang ayu rupane. Klenting biru iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “ Duh bapak, kulo mboten purun.
Aduh bapak, kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kangkang. ”
Bapak Dadapan : “ Tidak mau juga ternyata nak. ”

Tidak lama kemudian, datanglah Klenting Kuning, dari kejauhan sudah tercium bau yang
tidak sedap, wajahnya coreng moreng karena debu.

(datanglah Klenting Kuning menuju bapak dadapan)


Klenting kuning : “ Selamat pagi, pak. ”
Bapak dadapan : “ Selamat pagi. Siapa ya? ”
Klenting kuning : “ Saya Klenting Kuning pak. Ingin melamar Ande-Ande Lumut. ”
Bapak dadapan : “ Apa? Mau melamar anakku? Apa tidak salah? ”
Klenting merah : “ Iya, wajahmu jelek. Baumu tidak enak begitu. Aku saja ditolak.
Apa lagi kamu.”
Klenting Kuning : “ Dicoba dulu mbok. ”
Mbok rondo dadapan : “ Baiklah. (bernyanyi) Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono
putri kang ngunggah-unggahi. Putrine kang olo rupane. Klenting kuning iku kang dadi
asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “ Aduh ibu, kulo inggih purun.
Dalem putro inggih bade medun. Najan olo meniko kang putro suwun. ”
Bapak dadapan : (kaget) “ Loh! Apa tidak salah Ande-Ande Lumut? ”
Ande-ande Lumut : “ Tidak pak. Ini adalah pilihan saya. ”
Klenting – Klenting : (kusak-kusuk)
Klenting Biru : “ Ternyata seleramu rendahan ya Ande – Ande Lumut. ”
Bapak dadapan : “ Ya sudah kalau itu pilihanmu ya tidak apa apa. ”
Ande – Ande Lumut : “ Jo, Bejo. Sini Jo ! ”
Bejo : ( berlari mendekati Ande – Ande Lumut ) “ Siapa gadis jelek ini? ”
Ande – Ande Lumut : “ Ini adalah Klenting Kuning. Kita akan pulang, Jo. (berbalik pada
bapak Dadapan) Ibu, ada suatu hal yang ingin saya katakan. ”
Bapak dadapan : “ Apa itu nak? ”
Ande-ande lumut : “ Bapak, sebenarnya saya adalah seorang Pangeran yang sedang
mengembara, untuk mencari pasangan hidup.”
Mbok rondo dadapan : “ Apa? Pangeran? ”
Klenting - Klenting : “ Apa? Pangeran? Oh, tidaaaak!! ” (pingsan)
Ande – Ande Lumut : “ Benar pak, karena sekarang saya sudah mendapatkan belahan
hati saya, saya akan kembali ke Kerajaan. Terima kasih sudah bersedia menampung saya
selama ini. ”
Bapak Dadapan : (masih kaget) “ Ya sudahlah nak. Jaga dirimu baik- baik ya nak. ”

Akhirnya, Klenting kuning menjadi istri Ande-Ande Lumut, wajahnya yang jelek dan
bau berubah menjadi putri yang cantik. Sesungguhnya dia adalah Putri Sekartaji. Dan Ande-
Ande Lumut kini menjadi raja mewarisi kerajaan ayahnya. Pangeran dan Klenting Kuning,
hidup bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai