Anda di halaman 1dari 15

Ande Ande Lumut

Dahulu kala berdirilah dua kerajaan besar diwilayah jawa timur,


yaitu Kerajaan Jenggala yang dipimpin oleh Raja Jaya Negara dan
Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Jayeng Rana. Raja Jaya
Negara memiliki istri bernama Ratu Gerhana dan Raja Jayeng Rana
memiliki istri bernama Ratu Agung. Raja Jaya Negara memiliki putra
bernama Pangeran Panji dan Raja Jayeng Rana memiliki Putri
bernama Dewi Sekar.

Untuk menyatukan dua kerajaan tersebut agar terhindar dari


peperangan, Dua Kerajaan tersebut menjodohkan anak mereka.
Pada suatu hari dua Kerajaan tersebut bertemu disuatu tempat.
Mereka berbicara tentang Perjodohan anak mereka.

Raja Jaya Negara : “ Untuk menyatukan dua kerajaan ini apakah

sebaiknya kita jodohkan

saja anak Kita”

Raja Jayeng Rana : “ Untuk kebaikan kerajaan dan anak – anak

kita saya setuju wahai Raja Jaya Negara”

Ratu Gerhana : “ sebaiknya kita tanyakan terlebih dahulu

kepada anak kita”

Ratu Agung :” Jika mereka mau dijodohkan, maka kita akan


melangsungkan pernikahan”

Ratu Gerhana : “ Kalau mereka tidak mau, kita tidak bisa

memaksa”

Mendengar pembicaraan mereka, Pangeran Panji dani Dewi


Sekar terdiam.

Ratu Gerhana : “Apakah kalian mau dijodohkan?”

Pangeran Panji : “Kalau saya mau, karena saya sudah lama

mengagumi Dewi Sekar tetapi

saya serahkan kepada Dewi Sekar”

Dewi Sekar : “Sebenarnya saya juga menyukai Pangeran

Panji dan saya mau dijodohkan dengan

Pangeran Panji”

Raja Jaya Negara :“kalau begitu kita akan segera melangsungkan

pernikahan kalian”

Tepat pada hari pernikahan mereka, Dewi Sekar melarikan diri


tidak tau penyebabnya. Pangeran Panji sangat sedih hingga pada
suati hari pangeran Panji bersama pengawalnya bernama Bejo pergi
berburu.
(Dua orang berjalan waspada melihat keatas dan kebawah,
mencari binatang buruan)
Pangeran                             : “ Jo? Bejo? Kamu di mana jo ? ”
Bejo                                     : “ Pangeran? Pangeran? Kamu di mana
pangeran? ”
(Berjalan mundur…. Kemudian bertabrakan bersama, sampai
gelimbungan).
Pangeran                             : “  Aduh. Kamu itu. Hati-hati ! ”
Bejo                                     :  “ Hehehe.. Maaf pangeran. Saya tidak
tahu jika di belakang ada
pangeran. ”
Pangeran                             : “ Kamu ini.. Sini sini Jo ! Aku mau cerita. ”
Bejo                                       : “ Ada apa pangeran ? ”
(Dua orang duduk bersama dan bercerita)
Pangeran                             : “ Kok tidak ada binatang ya hari ini ? ”
Bejo                                      : “ Ya pangeran, sepi sekali. Tapi ini di mana
ya Pangeran ? ”
Pangeran                             : “ Kenapa kamu tanya saya ? Memangnya
saya tahu ? ”
Bejo                                      : “ Ya mungkin saja Pangeran tahu. ”
Pangeran                             : (cemberut)
(Pangeran dan pengawalnya berdiri, kaget melihat ada orang di
hadapan mereka)
Pangeran                             : “ Siapa itu jo ? ”
Bejo                                      : “ Saya tidak tahu pangeran. ”
Pangeran                             : “ Maaf bu,  boleh saya bertanya ? ”
(Yang ditanya diam, tidak menjawab, sibuk dengan kayu
bakarnya)
Pangeran                             : “ Permisi bu. ” (menyentuh pundak Mbok
Rondo Dadapan)
(Pangeran mendekat pada mbok rondo, tiba-tiba mbok rondo
kaget melihat pangeran)
Mbok rondo    : “ Waladalah..  Siapa kamu ? ”
Pangeran                           : “ Saya pengembara bu. Maaf, ini desa apa
ya ? ”
Mbok rondo     : “ Ini desa Dadapan nak. Kamu sedang apa
di sini ? ”
Pangeran                            : “ Saya sedang mengembara bu. Tapi
tersesat, tidak tahu jalan. ”
Mbok rondo    : “ Wah. Ya sudah, ikut saya saja. Kamu akan
saya jadikan anak angkat bagaimana ? ”
Pangeran                           : “ Bagaimana Jo ? ”
                                      : “ Kalau saya terserah kamu saja. ”
Pangeran                            : “ Wah baiklah bu, saya mau. ”
Mbok rondo      : “ Mulai sekarang kamu jadi anakku,
namamu jadi ande-ande  lumut.
Dan kamu juga ikut saya. ”
Pangeran dan Bejo          : “ Baiklah, bu ! ”
(Pangeran bersama dengan pengawal dan mbok rondo pergi
menuju rumahnya)

Dipagi yang cerah Mbok Rondo berkumpul dengan keempat


Putrinya, yaitu Kelenting Merah, Kelenting Biru, Kelenting Hijau dan
Kelenting Kuning (Anak Tiri Mbo Rondo). Mbo Rondo sangat
menyayangi anak – anaknya, tetapi berbeda dengan Kelenting
Kuning. Sebagai anak tiri dia dibedakan.
Kelenting Kuning sedang menyapu, kelenting Merah pun
melemparkan baju kotor kehadapan Kelenting Kuning.

Kelenting Merah : ” Aku tidak mau tahu yah, kamu harus cuci
baju itu”
Kelenting Hijau : “ dibelakang Cuci Piring menumpuk, jangan
lupa dikerjakan”
Kelenting Biru : “ ha, ha, hahaaa. Dasar anak tiri”
Kelenting Kuning : “baiklah, aku akan mengerjakan semuanya
mbakyuuu”

Klenting Kuning menyapu lantai.. Tak lama datang Mbok Rondo


mengawasi Klenting Kuning)
Mbok rondo       : “ Anak-anakku yang cantik-cantik, kesini
nak ! ”
Klenting-klenting             : “ Ya Mbok. ”
Mbok rondo    : “ Begini nak, ada berita yang sangat
penting.”
Klenting merah                 : “ Berita apa itu mbok ? ”
Klenting biru                     : “ Ya mbok. Kelihatannya penting sekali. ”
Klenting Hijau                  : “ Ada apa sih mbok ? ” (manja, mendekat
sambil memegang tangan mbok rondo
klenting)
Mbok rondo       : “ Kalian tahu kan, Mbok Rondo Dadapan itu
punya anak yang sangat tampan.
Namanya Ande - Ande Lumut. ”
Klenting-keleting         : “ Ande - Ande Lumut ? Tampan ? ” (bersama
bergaya manja, centil)
Mbok rondo      : “ Iya. Coba kalian pergi ke rumah Ande – Ande
lumut untuk melamarnya! Siapa tahu Ande –
ande lumut menyukai salah satu dari kalian.
Mbok akan dandani kalian menjadi putri-
putri yang cantik.  ”
Klenting-klenting          : “ Iya iya mbok. Kami mau. ”
Mbok rondo     : “ Iya sudah. Ayo mbok dandani kalian. ”
Klenting-klenting          : “ Baiklah mbok. ”
(Mbok Rondo Klenting mendandani klenting merah, biru, dan
hijau)
Klenting Merah             : “ Mbok, bagaimana rambutku mbok? ”
Mbok Rondo     : “ Sudah rapi, ndok ! ”
Klenting Hijau                : “ Aku, aku mbok ! ”
Mbok Rondo Klenting    : (memakaikan bedak pada Klenting Hijau) “
Nah, sudah cantik sekarang. “
Klenting Biru                  : “  Kalau aku mbok ? ”
Mbok Rondo : “ Sudah cantik, ndok. Anak – anak mbok sudah
cantik semua. Sekarang berangkatlah. Ande –
Ande Lumut pasti memilih salah satu dari
kalian untuk dijadikan istri. ”
(Dari kejauhan, Klenting Kuning yang melihat saudari tirinya
yang hendak berangkat menuju rumah Ande – Ande Lumut)
Klenting Biru                      : “ Ngapain lihat – lihat ? ”
Klenting Hijau                    : “ Iri ya lihat kita semua cantik? ”
Klenting Kuning                  : “ Ti..Tidak kok. ”
Klenting merah                  : ( menyenggol Klenting Kuning sampai
terjatuh )
Klenting – Klenting             : “ Hahaha.. Kasian sekali kamu ! “
Klenting Hijau                     : “ Ya sudah lah. Ayo kita berangkat. ” 
(pergi meninggalkan Klenting Kuning)
(Tak lama kemudian, klenting kuning mendekati mbok rondo)
Klenting Kuning               : “ Mbok saya ingin bicara. ”
Mbok rondo      : “ Bicara apa ? Apakah kamu sudah selesai
menyapu ? ”
Klenting kuning                  : “ Sudah mbok. Begini mbok, saya juga
ingin melamar menjadi
istrinya Ande - Ande lumut seperti kakak-
kakak klenting yang lain. ”
Mbok rondo      : “ Oh begitu,  ya sudah tidak apa - apa. Sini
kamu saya dandani juga. (memberikan
angus dan bau-bau tidak sedap kepada
Klenting kuning) Sudah sekarang kamu cuci
kuali di sungai. Dan kerjakan tugasmu. ” 
(mendorong Klenting kuning dengan kasar)
Klenting kuning                : “ Iya mbok. ” (meninggalkan Mbok Rondo)
Mbok Rondo : “ Hahaha… Mudah-mudahan Ande - Ande
Lumut menyukai salah satu
dari anak-anakku. Bukan Klenting Kuning. ”
 (tertawa terbahak-bahak, menuju ke dalam
rumah)

Klenting kuning setiap hari bekerja tanpa rasa lelah dan keluh
kesah walau dia diperlakukan kasar oleh Mbok Rondo Klenting.
Hanya dia dan Allah saja yang tahu betapa sedihnya dirinya. Dia
berharap, Tuhan akan memberikan ganjaran yang lebih baik
untuknya. Saat Klenting Kuning mencuci kuali di sungai….

Klenting Kuning                : “ Duh… kenapa begini penderitaan


hidupku. Semoga aku tabah
menjalaninya.”
(Tiba tiba ada seseorang mendekati klenting kuning)
Seseorang                         : “ Hai gadis cantik. ”
Klenting kuning                : “ Siapa kamu ? ” (kaget)
Seseorang                         : “ Kamu jangan takut. Aku adalah sifat baik
yang ada dalam dirimu. ”
Klenting kuning                 : “ Mau apa kamu? ”
Seseorang                           : “Aku akan memberimu sebuah pusaka.
Terimalah. Semoga pusaka ini
kelak akan berguna bagimu. Ini adalah
Jimat Kalimosodo. Terimalah gadis baik. ” 
( memberikan pusaka )
Klenting kuning                 : “ Baiklah. Terimakasih. ”
Seseorang                          : (meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kening                 : (mengambil kuali dan meninggalkan
sungai)

Di sebuah sungai yang airnya deras, disitulah Yuyu Kangkang


hidup. Dia yang menguasai sungai itu. Dialah si Yuyu Kangkang yang
licik.
(Yuyu kangkang sang penjaga sungai sedang mondar-mandir
mengawasi jika ada orang datang)
.Yuyu kangkang                  : “ Hohohoho…. Siapa itu yang datang dari
jauh? ”
(kemudian datang Klenting Merah, biru dan hijau menuju
pinggir sungai)
Klenting merah                 : “ Wah! Sungainya banjir. ”
Klenting biru                      : “ Iya mbakyu. Bagaimana cara kita
menyeberang? ”
Klenting hijau                    : “ Lihat itu Yuyu Kangkang. ” (menunjuk
Yuyu Kangkang)
Klenting merah                 : “ Wah iya! Kita minta tolong Yuyu
Kangkang saja. ”
Klenting biru dan hijau    : “ Iya mbakyu. Ayo! ” ( saling menyenggol
Klenting Merah )
Klenting merah                 : “ Yuyu Kangkang! Yuyu Kangkang! ”
Yuyu kangkang                  : “ Hahaha. Ada apa gadis manis? ”
Klenting merah                 : “ Yuyu Kangkang, aku minta tolong
disebrangkan lewat sungai ini. ”
Yuyu kangkang                  : “ Wah itu berat sekali, bahaya sungainya.
Aku minta imbalan. ”
Klenting merah                 : “ Imbalannya apa? Uang? Wah kamu itu
mata duitan. ”
Klenting biru dan hijau    : “ Iya. Yuyu Kangkang mata duitan. ”
Yuyu kangkang                  : “ Tidak.  Aku tidak mau uang. Hahaha. ”
Klenting-klenting              : “ Lalu apa? ”
Yuyu kangkang                 : “ Imbalannya adalah menggandeng dan
mencium tangan kalian.
” (tersenyum mesum)
Klenting merah                 : “ Ya sudah kalau begitu. ”
(Yuyu Kangkang menyebrangkan klenting merah, biru, dan hijau
dengan perahu)
Yuyu Kangkang                   : “ Eh, eh. Mau kemana kalian? Mana
imbalannya? ”
Klenting – Klenting             : ( menyodorkan tangan sambil cemberut
dan langsung pergi )
Yuyu kangkang                   : “  Wah senang sekali aku dapat
memegang dan mencium tangan
gadis-gadis cantik itu. ”
(beberapa saat kemudian, datanglah klenting kuning akan
menyebrang)
Yuyu Kangkang                 : “ Hohoho.. itu apa? Baunya tidak enak.
Wajahnya jelek lagi. ”
Klenting Kuning                : “ Wah kok banjir ya? Bagaimana aku bisa
menyebrang? Itu ada Yuyu Kangkang. Yuyu
kangkang, tolong sebrangkan saya
melewati sungai ini. ”
Yuyu kangkang                  : “ Kamu? Tidak mau. ”
Klenting kuning                 : “ Nanti aku kasih uang. ”
Yuyu kangkang                  : “ Tidak mau. Sudah sana pergi. Jangan di
sini. Dasar orang jelek.”
(Meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kuning                 : “ Kamu kenapa jahat begitu Yuyu
Kangkang? ”
Klenting kuning                 : “ Ya sudah kalau itu maumu. 
(mengeluarkan pusakanya)
Aku akan buat sungai ini menjadi kering.
Hiat! ”

Tiba-tiba sungai itu kering. Kemudian Klenting Kuningpun bisa


berjalan menyeberang sungai menuju rumah mbok Rondo Dadapan,
rumah si Ande-Ande Lumut.
Sementara itu, di sebuah desa bernama Dadapan, mbok Rondo
sedang menyapu rumah, di rumah itulah si Ande-ande lumut sedang
mengaji di sebuah surau. Menunggu belahan hatinya yang di janjikan
Tuhan untuknya.
Klenting – Klenting : “Assalamualaikum”
Mbok Rondo : “ Wa’ Alaikumsalam, siapa yaaa….”
Klenting Merah : “ Saya Mbok, Klenting Merah..”
Klenting BIru : “Saya Klenting BIru…..”
Klenting Hijau : “ dan Saya klenting Hijau..”
Mbok Rondo : “ Waaah…. Gadis – gadis cantik”
Klenting – Klenting : “Kami ingin melamar Ande – ande
Lumut”
Mbok Rondo : “ Sebentar saya panggilkan.”
“ Putraku Ande-ande Lumut apakah
kamu mau menerima
salah satu lamaran dari mereka…”
Ande-ande Lumut : “ maaf aku tidak tertarik dengan kalian,
karena kalian sudah
disentuh Yuyu Kangkang”
Klenting – klenting pun sedih. Tidak lama datanglah Klenting
Kuning.
KLenting Kuning : “ Selamat Pagi Mbok..”
Mbok Rpndo : ‘”Pagi, siapa yaaaa???”
Klenting Kuning : “ Saya Klenting Kuning ingin melamar
Ande – ande Lumut”
Mbok Rondo : “ Apaaaa???, mau melamar anakku, apa
kau tidak salah ????”
Klenting Merah : “ Iyaaa, Wajahmu saja sangat jelek !!!!”
Klenting Hijau : “ Kamu juga bau sekali… Kami saja
ditolak, apalagi kamu !!!!”
Klenting Biru : “ Tidak Mungkin Ande – ande Lumut
menerima kamu…”
Klenting Kuning : “ Dicoba dulu Mbok..”
Mbok Rondo : “ Putraku, apakah kamu mau menerima
lamaran dia..”
Ande-ande Lumut : “ iya, saya mau..”
Mbok Rondo : “ looohh…!!! Apa tidak salaah..???”
Ande-ande Lumut : “ Tidak, ini adalah pilihan saya..”
Ande – ande Lumut pun memanggil Bejo.
Ande-ande Lumut : “ Jo, bejo….. sini joooo…”
Bejo : (Bejo yang melihat Klenting Kuning
langsung mengenalinya
sebagai Dewi Sekar) Kenapa dia bisa
disini pangeran, Kita sudah
mencarinya kemana – mana..”
Ande-ande Lumut : “ Iya Bejo, Dialaa Dewi Sekar. Dia calon
istriku yang dulu kabur”
Klenting – klenting pun kaget..
Klenting – klenting : “ Apaaaa!!!! aAnde – ande Lumut
adalah Pangeran, dan dia
Klenting Kuning adalah Dewi Sekar !!!!!”
Ande-ande Lumut : “ Iya Benar dia adalah belahan jiwa
saya.”
“ terima kasih Mbok Rondo telah
menjadikan saya anakt angkat Mbok.”
Mbo Rondo : (Masih Kaget). Iyaa sama – samaa
nak…”
Pemeran
Pangeran Panji/Ande-ande Lumut : Ageng Sinambela
Dewi Sekar/Klenting Kuning : Oktavianti Anggraini
Raja Jaya Negara dan Ratu Gerhana : Rivan dan Praptika
Raja Jayeng Rana dan Ratu Agung : Arjuna dan Ghea
Pengawal/Bejo : M. Dimas
Mbok Rondo : Reksa Julianti
Klenting Merah : Selsi Trianti
Klenting Biru : Reva Septita Utami
Klenting Hijau : Indi Destri
Narator : Fitri
Yuyu Kangkang : David
Seseorang : Oktavia Loreza

Anda mungkin juga menyukai