ABSTRACT
The usage of cyber world in any kind of field is growing larger as the expand of technology. There are
inevitable shift to cyber world due to its ability to make a more effective communication, cross the geographical
border, and create the feeling of freedom to do anything. Although, this phenomenon also brings questions in how
far freedom can be exercised and can a country control the freedom of the cyber world. With descriptive method
using secondary data, this paper will try to explain the dilemma and answer those questions using a country point
of view. This study aiming to get an understanding about cyber freedom, the implication in international politics,
and the acceptable country’s role in it.
Keywords: Freedom, Cyberspace, Country
ABSTRAK
Penggunaan dunia maya dalam berbagai bidang tumbuh semakin luas seiring dengan perkembangan
teknologi. Terdapat peralihan ke dunia maya yang tidak bisa dihindari karena keunggulannya yang dapat menjadi
alat komunikasi efektif, menyeberangi batas geografis, dan menciptakan rasa kebebasan untuk melakukan banyak
hal. Namun, fenomena ini juga membawa pertanyaan pada seberapa jauh kebebasan tersebut dapat digunakan dan
apakah negara dapat mengontrolnya. Dengan metode penelitian deskriptif menggunakan data sekunder, tulisan
ini akan mencoba menjelaskan dilema tersebut dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan sudut pandang
negara. Dari pembahasan ini akan didapat pemahaman tentang kebebasan dunia maya, implikasi kehadiran dunia
maya, dam peran negara yang dapat diterima dalam dunia maya.
Kata Kunci: Kebebasan, Dunia maya, Negara
| 23
berbondong-bondong dari dunia nyata ke dunia Adapun masalah yang ingin dijawab dalam
maya, dari berbagai perihal administrasi dan tulisan ini adalah bagaimana kebebasan dalam
bisnis hingga penggunaan fasilitas dunia maya dunia maya dapat dilakukan pengguna internet?.
untuk melakukan kegiatan sosial sampai politis. Bagaimana implikasi kebebasan berinternet
Dunia maya merupakan dunia alternatif yang pada perkembangan dunia politik internasional?.
membuka kemungkinan baru untuk berkoneksi Bagaimana negara seharusnya berperan dalam
satu sama lain. menyikapi kebebasan berinternet?
Kenyataan ini menambahkan sebuah agenda Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
bagi negara untuk menjaga lingkupnya yang beberapa hal yaitu, kebebasan seperti apa yang
makin meluas. Walau dalam pendapat Lessig dapat dilakukan pengguna internet, implikasi
dan Barlow seharusnya negara tidak turun tangan kebebasan berinternet dalam perkembangan dunia
di dunia maya, apa yang terjadi di dunia maya politik internasional, dan peran negara dalam
dapat memengaruhi langsung yang terjadi di menyikapi kebebasan berinternet.
dunia nyata. Dari kasus penumbangan rezim Atas pembahasan yang akan dilakukan dalam
otokratis seperti yang terjadi pada “Arab Spring” tulisan ini maka penting untuk mendasarkan diri
di Mesir dan Tunisia pada tahun 2011, sampai pada pemahaman dasar tentang kebebasan dunia
berbagai kasus cyber-crime yang mengganggu maya yang akan dibahas sepanjang tulisan ini.
juga merugikan berbagai pihak secara literal. Lawrence Lessig dalam bukunya Code
Untuk beberapa negara, kekuatan seperti ini Version 2.0 (2006) menyatakan adanya perbedaan
dianggap menakutkan dan mengancam, maka dalam memaknai internet dan cyber-space (dunia
aksi represif pun dilakukan melalui berbagai cara. maya). Menurut Lessing, internet adalah sebuah
Laporan Freedom House atas kebebasan medium, sedangkan dunia maya mempunyai pe-
berinternet yang dilakukan di 37 negara, Freedom maknaan lebih luas dari itu. Dunia maya memiliki
on the Net (2011), menemukan bahwa penang- filosofi berbeda dari sekadar sebuah medium.
kapan pengguna internet ataupun blogger yang Dalam buku tersebut pula Lessig memaparkan
mengunggah konten yang dinilai berbahaya mengenai regulasi dalam dunia maya yang
dilakukan pada 23 negara, pada 15 negara terjadi sebenarnya sulit diberlakukan karena sifat dunia
blocking pada isu politik ataupun sosial yang maya terus berkembang dan “hukum” yang ada
dianggap sensitif, serangan dunia maya (cyber- di dalamnya terbentuk secara bottom-up.3
attack) ditemukan terjadi pada 12 situs yang Kesulitan ini juga disebabkan oleh virtualitas
dianggap sebagai oposisi rezim yang berkuasa, 19 dari dunia maya. Dalam istilah Rob Shields,
negara ditemukan memegang kontrol atas akses realitas virtual yang salah satunya berkembang
internet, dan beberapa negara lainnya melakukan dari evolusi internet menciptakan sebuah ruang
penekanan dengan menghubungi langsung pe- virtual yang dapat menjadi representasi ataupun
nyedia jasa internet atau situs untuk menurunkan simulasi dari kehidupan nyata. Shileds, seperti
konten yang dinilai dapat mengancam.2 halnya Lessig, juga membahas mengenai kemung-
Walaupun dengan alasan penjagaan kinan penguasaan dalam dunia virtual tersebut
stabilitas, aksi-aksi yang dilakukan negara yang menurutnya juga memiliki kemungkinan
seperti yang disebutkan di atas merupakan sebuah untuk dibatasi kebebasannya dengan pembatasan-
langkah mundur. Negara seharusnya mampu pembatasan tertentu, walaupun tidak sepenuhnya
bertindak cerdas dan fleksibel karena dengan dapat berhasil karena sulitnya melakukan
sikap represif akan memunculkan perlawanan pengaturan dalam dunia maya.4
balik yang justru merugikan serta menimbulkan Melalui pemaparan Lessig dan Shields,
masalah lebih besar. Terlebih di era kemajuan didapatkan pemahaman mengenai sifat abstrak
teknologi, serangan terhadap negara dapat di- dunia maya. Dunia maya merupakan sebuah
lakukan kelompok-kelompok hacker. Tumbuhnya ranah yang dikendalikan oleh pengguna (user-
kelompok-kelompok milisi dunia maya, tidak driven), dan kebebasan menjadi salah satu kata
jarang menantang kekuasaan negara. kunci utama. Penentuan “pemilik” dalam dunia
maya sulit dimaknai secara literal karena setiap