Anda di halaman 1dari 8

Puji Rianto, Seksualitas Cyber: Sex sebagai Kesenangan dan Komoditas

SEKSUALITAS CYBER:
SEX SEBAGAI KESENANGAN DAN KOMODITAS

Puji Rianto
Program Studi Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
p.rianto1976@gmail.com

Abstract
This paper wants to explore further how sexuality is present in the cyber world.
Although the construction of human sexuality age as the man himself, the construction
or representation will be largely determined by the social context. Different characters
from the cyber world where political authority and the gatekeeper do not contribute
significantly will influence the construction of sexuality. The study found that sex is
understood as a pleasure and commodities. Various reports of sexual offenders describe
how the pleasure of sexual intercourse highly revered. Along with the cult of sexuality
as pleasure is sex as a commodity, which is manifested in the form of an offer or
advertisement to sell sexual services they provide.

Abstrak
Tulisan ini ingin mengeksplorasi lebih jauh bagaimana seksualitas hadir dalam dunia
cyber. Meskipun konstruksi seksualitas manusia seumuran manusia itu sendiri, tapi
konstruksi atau representasinya akan sangat ditentukan oleh konteks sosialnya.
Karakter-karakter yang berbeda dari dunia cyber dimana otoritas politik dan gatekeeper
tidak berperan secara signifikan akan mempengaruhi konstruksi atas seksualitas.
Studi ini menemukan bahwa seks lebih dipahami sebagai sebuah kesenangan dan
komoditas. Berbagai reportasi pelaku seksual menggambarkan bagaimana kesenangan
akan hubungan seksual dipuja sedemikian rupa. Seiring pemujaan seksualitas sebagai
kesenangan itu, adalah seks sebagai komoditas, yang diwujudkan dalam bentuk berbagai
penawaran atau iklan untuk menjual layanan seks yang mereka sediakan.
Keywords: Sex, Sexuality, Cyber,

PENDAHULUAN semakin luas dan membuat media tersebut


Ada yang mengatakan bahwa saat semakin berkembang. Namun, dalam waktu
ini kita telah memasuki abad informasi. bersamaan, berbagai layanan televisi kabel
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa membuat khalayak media itu semakin
kita telah memasuki abad pasca-informasi. spesifik. Sementara itu, abad pascainformasi,
Seperti dikemukakan Negroponte (2002: menurut Negroponte, ditandai oleh semakin
166), dalam abad informasi, media massa kecilnya khalayak media (narrowcasting)
menjadi semakin besar, tapi sekaligus dan permintaan informasi semakin bersifat
mengecil. Media massa seperti CNN dan sangat individual. Di era pascainformasi,
USA Today, misalnya, meraih khalayak yang kita bergerak dari kelompok besar ke
kelompok lebih kecil kemudian semakin

163
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

kecil dan akhirnya individual. Karakteristik- many-to-many (or n-way), sedangkan yang
karakteristik media di era pascainformasi ini kedua biasanya lebih bersifat one-to-many.
memungkinkan hal semacam itu terjadi. Menurut Lievrouw dan Livingston (2006: 5),
Kemunculan media-dalam hal ini pergeseran media baru yang lebih bersifat
internet-telah memberikan suatu isu multiple inilah yang mempunyai implikasi
penting bukan hanya kebutuhan-kebutuhan penting dalam manajemen kekuasaan,
informasi yang sangat individual sebagaimana kepercayaan dan partisipasi dalam
dikemukakan Negroponte. Namun lebih hubungan-hubungan sosial, dan kontrol dan
daripada itu, kemunculan internet telah difusi informasi.
mengubah pola komunikasi massa yang telah Media baru atau cyber telah menciptakan
begitu dominan selama bertahun-tahun banyak pergeseran dalam kehidupan
sejak ditemukan mesin cetak Gutenberg. manusia, dan, seperti telah disinggung di
Salah satu bagian pentingnya bahwa di era awal, seks menjadi salah satunya. Seksualitas
internet informasi bisa mengalir jauh lebih dalam dunia cyber telah menabrak begitu
bebas karena gatekeeper yang biasa dijumpai banyak dinding ketabuan yang dalam dunia
dalam komunikasi massa tak lagi relevan. nyata begitu kuat dijaga dan dipelihara.
Jika komunikasi massa mensyaratkan model Internet kiranya telah mendapati tuduhan
komunikasi one to many, maka media baru luar biasa sebagai media penyebar nilai-
jauh lebih beragam. Media baru membuat nilai liberalisasi seks dan pornografi. Sifat
komunikasi bisa mengalir dari one to many, radikal media baru telah memberinya
many to many, many to one, dan sebagainya. peluang bagi munculnya praktik-praktik
Perubahan pola komunikasi semacam yang secara moral bertentangan dalam dunia
inilah yang pada akhirnya menciptakan nyata. Maka, dalam dunia baru, dunia cyber,
perubahan-perubahan kehidupan manusia, kita mendapati bukan hanya semangat
yang salah satu diantaranya dalam hal spiritualitas (Zaleski, 1999), tapi juga praktik-
seksualitas. Seperti dikemukakan oleh praktik yang dikonstruksikan sebagai
Lievrouw dan Livingston, kondisi sosial anti moral. Pornografi, homoseksualitas,
yang membentuk teknologi komunikasi pornografi anak, kekerasan, sadisme, dan
dibedakan atas dua, yakni rekombinasi dan seterusnya tumbuh dalam ruang media baru
metafora jaringan. Rekombinasi merujuk tersebut. Dalam dunia cyber, seksualitas,
pada kelanjutan hibridisasi diantara tampaknya, mendapatkan energi yang jauh
teknologi media yang sudah eksis dan inovasi lebih kuat dibandingkan pada dunia nyata.
dalam jaringan institusional dan teknik yang Berpijak pada argumentasi di atas,
saling berhubungan satu dengan yang lain tulisan ini ingin mengeksplorasi lebih jauh
(interconnected) (2006: 4). Rekombinasi bagaimana seksualitas hadir dalam dunia
itu mewujud dalam dua bentuk, yakni cyber. Asumsinya, meskipun konstruksi
konvergen dan divergen yang kesemuanya seksualitas manusia seumuran manusia
bisa diobservasi dalam bentuk-bentuk itu sendiri, tapi konstruksinya akan sangat
perkembangan media baru seperti bentuk- ditentukan oleh konteks sosialnya. Oleh
bentuk pesan, praktik sosial dan institusi karena itu, karakter-karakter yang berbeda
budaya/ekonomi. Sebagai sebuah produk dari dunia cyber dimana otoritas politik dan
dari siklus kehidupan manusia, media gatekeeper tidak berperan secara signifikan
baru akan berada dalam situasi yang selalu maka konstruksi atas seksualitas akan sangat
terbarukan. berbeda dengan dunia nyata. Hipotesis yang
Metafora jaringan digambarkan Castells diajukan dalam tulisan ini bahwa dunia cyber
sebagai “network of networks” (Lievrouw telah memperkuat konstruksi seks sebagai
dan Livingston, 2006: 5). Dalam suatu kesenangan pada satu sisi dan komoditas di
jaringan, keberadaan media baru berbeda sisi lain. Melalui berbagai kombinasi cara
dengan media massa. Pada yang pertama, (periklanan, reportase, dan pengalaman
komunikasi lebih bersifat one-to-one dan langsung), seksualitas sebagai kesenangan

164
Puji Rianto, Seksualitas Cyber: Sex sebagai Kesenangan dan Komoditas

dan komoditas mendapatkan energi yang sama dengan masyarakat lainnya. Misalnya
luar biasa dalam ruang cyber. praktik-praktik pelacuran dalam suatu
masyarakat mendapatkan tantangan dan
METODE kutukan, tapi dalam masyarakat lainnya
praktik-praktik semacam itu dibiarkan atau
Untuk menjawab pertanyaan dan secara bahkan dianjurkan. Hal ini terjadi karena
bersamaan membuktikan hipotesis di atas, masing-masing masyarakat mempunyai
studi ini akan mengkaji situs-situs yang konstruksinya sendiri atas seksualitas dan
dikhususkan untuk pembaca dewasa. Situs- pelacuran.
situs ini masuk ke dalam ‘sensor’ pemerintah Merujuk Weeks (1981), Suriadireja
karena mengandung unsur pornografi dan mengemukakan bahwa konstruksi seks pada
perjudian. Namun, beberapa situs masih bisa dasarnya dibentuk oleh sistem kekeluargaan,
diakses. Dari situs yang bisa diakses inilah, perubahan sosial dan ekonomi, perubahan
kemudian dicari forum-forum khusus untuk aturan-aturan sosial, politik, dan gerakan
dewasa. Dalam forum dewasa itu, bisanya, perlawanan. Dengan kata lain, menurut
ada beragam subforum seperti gambar, cerita Suriadireja setiap masyarakat dengan nilai-
dewasa, obrolan dengan anggota lain tentang nilai budayanya masing-masing mempunyai
seks dan topik dewasa lainnya ataupun konsepsi dan konfigurasinya sendiri tentang
subforum yang secara khusus menuliskan seksualitas (Purwadi Suriadireja, “Seksualitas
pengalaman khalayak terkait dengan dunia dan Ritual di Gunung Kemukus”. http://
seksualitas. ejournal.unud.ac.id/abstrak/kemukus.pdf,
Analisis dilakukan secara kualitatif hal. 3
dengan melihat konstruksi atas seksualitas Sejarah seksualitas merefleksikan suatu
yang dibedakan dalam dua bagian besar, perjalanan penuh konstruksi dan karenanya
yakni seks sebagai kesenangan dan seks melibatkan pertarungan kekuasaan yang tak
sebagai komoditas. Analisis kualitatif ini pernah henti. Oleh karena itu, pembacaaan
akan dipaparkan secara deskriptif dengan kita atas sejarah seksualitas akan sangat
mempertajam analisisnya pada konteks ditentukan oleh rezim-rezim yang berkuasa,
teoritik. Dengan begitu, akan didapatkan yang menang dan yang kalah. Pada masa
suatu data dan analisis yang kaya dan Yunani dan Romawi, ketelanjangan tidak
mendalam. pernah dipersoalkan sebagai sesuatu yang
vulgar atau dosa. Pada masa Romawi
HASIL DAN PEMBAHASAN ketelanjangan merupakan bagian yang legal
Pada umumnya, hubungan seksual dari kehidupan. Baru memasuki abad 18,
sering diasosiasikan dengan pemuasan entitas seks mulai dinormalkan, diregulasi,
dorongan biologis yang mendatangkan dan dibuat tidak vulgar (Kadir, 2007: 8).
rasa nikmat dan kesenangan. Di lain pihak, Di sisi lain seksualitas itu sendiri
seksualitas dihubungkan pula dengan daya mengandung dualisme. Pada satu sisi, seks
hidup, yaitu pentransformasian energi dalam dilihat sebagai sesuatu yang liar dan negatif
suatu kegiatan seksual-genital. Seksualitas dalam memperbudak tubuh dan libido
sering pula dihubungkan dengan kegiatan- semata. Pandangan seks sebagai libidinal
kegiatan yang diberi bentuk ‘kultural’ dan parsial ini menggiring manusia pada
dengan seperangkat nilai-nilai yang perbudakan tubuh dan nafsu. Sementara di
melatarbelakanginya dalam suatu interaksi sisi lain, seks dipahami sebagai suatu stimulus
sosial sehingga hubungan seksualitas dapat spiritual dimana ia demikian dinikmati,
merefleksikan nilai-nilai atau norma-norma sakral dan tabu yang menegangkan (Kadir,
yang berlaku dalam suatu masyarakat. 2007: 16). Menurut Kadir, entitas seksualitas
Akibatnya konsepsi seksualitas dalam yang mendua ini tidak bisa dilepaskan dari
suatu masyarakat mungkin tidak akan perspektif fungsi, yaitu sebagai kenikmatan
bernuansa biologis dan sebagai fungsi

165
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

prokreasi bernuansa sosial (Kadir, 2007: 17). (perempuan) dalam masyarakat kapitalis.
Sebagaimana pula dikemukakan Abram- Dalam hal ini, Nurhadi menulis bahwa tubuh
son dan Pinkerton (2002: 4), “kadang kala menjadi titik sentral dari mesin produksi,
diargumentasikan bahwa satu-satunya fung- promosi, dan konsumsi kapitalisme. Di sini,
si seksualitas adalah reproduksi. Sebagai tubuh diproduksi sebagai komoditas dengan
akibatnya, ekspresi-ekpresi seksualitas yang mengeksplorasi segala potensi hasrat dan
tidak diorientasikan untuk tujuan semacam libidonya untuk dipertukarkan sebagai
itu dianggap sebagai haram, tidak bermoral, komoditas (video girl). Selain itu menurut
atau tidak logis (illogical).” Meskipun de- Nurhadi, tubuh juga dijadikan sebagai
mikian menurut Abramson dan Pinkerton metakomoditi yaitu komoditi untuk menjual
(2002: 5), pandangan bahwa seksualitas se- komoditi lain, melalui peran sentralnya dalam
mata ditujukan untuk tujuan reproduksi sistem promosi kapitalisme (cover girl);
terlalu simplistis. Sebaliknya, kesenangan sistem distribusi, yaitu sebagai pendamping
(pleasure) menjadi kekuatan motivasional di komoditas (promo girl); dan juga menjadi
balik prokreasi. sasaran utama dari konsumsi, yakni dengan
Dalam masyarakat kapitalis, seksualitas menciptakan berbagai kebutuhan yang
bukan hanya persoalan reproduksi dan berkaitan dengan tubuh (perfect girl). Begitu
kesenangan, tapi juga komoditas. Dari sentralnya peran tubuh di dalam masyarakat
sudut pandang feminin, ideologi seksualitas kapitalisme, menurut Nurhadi, sehingga
meminjam Janice Winship (2011: 368), bersamanya berkembang pesat sains dan
bahkan bagi perempuan mengandung unsur teknologi mutakhir tentang penyempurnaan
yang berlawanan dan kontradiksi, sekalipun tubuh (body building, operasi plastik)
terkandung dalam relasi patriarkhal: aktif/ (Nurhadi, 2006).
pasif; heteroseksual/narsistik; bergantung Dalam duna cyber, seks atau seksualitas
pada laki-laki/tidak bergantung pada dan juga pelacuran menjadi bagian kehidu-
laki-laki; fetisistik; masturbasi. Menurut pan manusia yang tak terpisahkan. Kon-
Winship, hal ini secara tegas dipisahkan struksinyalah yang mengalami perubahan
dari ‘keibuan’ dan ‘kerumahtanggaan’, yang atau perbedaan dari suatu masyarakat ke
tidak memungkinkan masuknya seksualitas masyarakat lain, dari suatu waktu ke waktu
sekalipun didasarkan pada seksualitas lainnya. Semuanya dipengaruhi oleh konteks
reproduktif. sosial dan budaya yang melingkupinya. Oleh
Seksualitas sebagai komoditas dan juga karena itu ada suatu masyarakat dengan
kesenangan dapat dilihat dalam praktik- penuh dendam menghujat seks dan pela-
praktik pelacuran, yang setua umur manusia. curan, sedangkan lainnya membiarkan atau
Sebagaimana dikemukakan Kartono (1988), bahkan menganjurkannya. Semuanya dipe-
pelacuran atau yang sering disebut dengan ngaruhi oleh konteks sosial budayanya, dan
prostitusi atau pemuas nafsu seks, merupakan juga tentu saja relasi kekuasaan yang ber-
jenis pekerjaan yang setua umur manusia main dalam proses konstruksi itu. Namun,
itu sendiri (Bekti Istiyanto, 2008). Menurut kedekatannya dengan kehidupan manusia
Monto dan Julka (2009), “Prostitution is the tidak pernah bisa dijauhkan apalagi dilepas-
exchange of something of value, usually money kan.
or drugs, for the sexual use of a person’s body”. Dalam dunia saiber dimana individu
Pada akhirnya, menurut Monto dan Julka, jauh lebih merdeka dan berkuasa atas
melalui komodifikasi seksualitas, kita bisa dirinya dalam akses dan produksi pesan
mengasosiasikan antara frekuensi kunjungan media, konstruksi atas seksualitas jauh lebih
ke tempat prostitusi dengan penerimaan seks terbuka karena individu-individu ‘pemuja’
sebagai komoditas. kesenangan seksualitas mendapatkan
Dalam konteks yang lebih luas, ruangnya. Sementara di sisi lain otoritas moral
komodifikasi seksualitas sebenarnya tidak mempunyai perangkat yang memadai
mencerminkan komodifikasi atas tubuh untuk menghentikan kelompok-kelompok

166
Puji Rianto, Seksualitas Cyber: Sex sebagai Kesenangan dan Komoditas

itu. Barangkali mereka bisa menggunakan mencakup hubungan-hubungan seksual


teknologi untuk melakukan sensor, tapi dengan panitia training, ibu-ibu rumah
ada banyak cara untuk mematahkan sensor tangga, SPG, mahasiswi, pegawai salon atau
yang dibuat. Pada akhirnya individual-lah capster, PNS, dan sebagainya. Laporan-
yang mempunyai otoritas tertinggi untuk laporan itu merefleksikan kesenangan dan
memilih jenis-jenis pesan macam apa yang pengalaman luar biasa dalam berhubungan
dibutuhkan. Ini juga yang terjadi dalam seks, yang secara bersamaan menegaskan
dunia cyber dimana seks menjadi salah satu moralitas yang begitu dijunjung tinggi oleh
ikon penting di luar yang lainnya. masyarakat.
Seks adalah Kesenangan, dan Tidak Ada Pengalaman adalah Segalanya
Dosa untuknya FR tidak hanya memberikan ekspresi
Wacana semacam ini begitu kuat muncul kesenangan seksual, mencerminkan
dalam thread underground service. Kutipan konstruksi para pelaku dalam melihat
FR (suatu istilah untuk fuck report) di bawah seksualitas, tapi juga memberikan
merefleksikan hal dimaksud. Dalam FR pengalaman lain bagi anggota komunitas
yang diberi judul, “Tia, Mahasiswa Putih+ lainnya. Tentu saja tidak hanya pengalaman
36B+Seksi”, berkisah tentang pertemuan dua yang menyenangkan tapi juga yang tidak
orang teman yang kemudian berlanjut ke menyenangkan. Tujuannya agar anggota
hubungan seksual. Dalam paragraft pertama komunitas lain tidak terjebak pada orang
laporan itu, disebutkan sebagaimana bisa yang sama. Di luar itu pengalaman-
dibaca dalam kutipan berikut. pengalaman itu bisa menjadi publisitas gratis
bagi si penjaja seksual karena dengan begitu
“Beberapa hari yang lalu HP gw
anggota komunitas lain bisa ‘belajar’ atau
berdering.. Dan tak di sangka ternyata
temen lama gw menelfon. Namany Tia, mendapatkan informasi yang cukup sebagai-
doi ngajakin gw ketemu di daerah deket menurut bahasa mereka-exe (kependekan
tempat doi. Beberapa hari selalu ada saja dari eksekusi).
halangan untuk bertemu doi. Akhirnya, Selain pengalaman hubungan seksualitas
kemarin, gw punya kesempatan bertemu yang menyenangkan, anggota komunitas
doi.” Kisah itu berlanjut, “Kemudian yang sering menyebut dirinya –newbie-
sambil bercanda-canda doi tiba-tiba bisa belajar dari senior mereka yang sering
mulai mencium gw. Nice kiss. I like how diungkapkan sebagai “suhu” untuk belajar
she kiss me...”. mendapatkan pengalaman seksual yang
Ciuman itupun berlanjut dengan menyenangkan. Istilah SSI (speak-speak
hubungan seksualitas sebagaimana dapat iblis) menjadi ungkapan khas bagi para
dilihat dalam kutipan berikut yang saya kutip petualang seks yang kantongnya kering. Di
dari akhir paragraf. sini seorang anggota komunitas bisa belajar
dari para “senior” mereka bagaimana cara
..hehehehe gak nyangka ternyata kayak
mendapatkan seorang gadis dan kemudian
main sama perawan. Trus tw sendiri lah.
dari WOT (Woman On TOP, penulis), mengajaknya berhubungan seks. SSI ini
MOT (Man On Top, penulis), sampai menjadi sangat terkenal dalam underground
doggie gw coba sm doi. Selesai tempur service karena kuatnya pemujaan seksual
kita saling senyam senyum.. dari para anggotanya.
Ada banyak laporan semacam itu-yang Maka pertautan pun menjadi sangat
mereka sebut sebagai Fuck Report (FR) kuat antara realitas dunia nyata dengan dunia
yang menunjukkan pengalaman luar biasa cyber. Dunia cyber pada akhirnya adalah
menyenangkan dari sebuah hubungan rentetan pengalaman-pengalaman para
seksual. Tentu saja, pengalaman seksualitas anggota forum dari kegiatan atau aktivitas
itu tidak hanya berhenti pada hubungan seksual mereka. Ada sebuah kebanggaan
seksualitas dengan teman, tapi juga dari para anggota ketika SSI mereka berhasil,

167
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

yang mereka ungkapan dalam serangkaian brur kan jadi lebih seru tuh sensasinya)
FR yang mereka tuliskan. Keberhasilan ini ATT : Super GFE & Manja & ramah
akan menjadi suatu poin penting untuk udah kaya pacar sendiri
meneguhkan diri mereka sebagai “suhu” Kedua, periklanan seks. Dalam
dalam dunia yang mereka ungkapkan masyarakat dimana hipokretisme mengge-
sebagai “dunia perlendiran.” Konstruksi jala begitu kuat seperti di Indonesia, tum-
seks dan keriuhan kesenangan di dalamnya bukan-tumbukan moral akan dilihat secara
adalah hasil dokumentasi paling canggih ambigu, dan biasanya kesusilaan akan jauh
dari seseorang yang memosisikan dirinya mendapatkan perhatian. Setidaknya, da-
sebagai seorang jurnalis dalam menuliskan lam praktik di jalanan, kelompok-kelompok
pengalaman-pengalaman mereka sendiri seperti Front Pembela Islam (FPI) akan jauh
ketika melakukan aktivitas seksual. Suatu lebih lantang berteriak soal pakaian wanita,
kesenangan yang mendapatkan pemujaannya pelacuran, dan juga hubungan-hubungan
dalam taraf yang mungkin mendekati apa seks ‘menyimpang’. Namun, dalam pelang-
yang diungkapkan oleh Roland Barthes garan-pelanggaran politik dan hukum se-
sebagai ‘plaisir’. perti korupsi misalnya, mereka jauh lebih
Radikalisasi Pelacuran toleran. Akibatnya, represi politik baik mela-
Laporan-laporan lapangan dalam bentuk lui lobi dan lebih-lebih kekerasan jauh lebih
FR semacam itu bagaimanapun pada akhirnya kuat untuk kasus-kasus yang berhubungan
mentransformasi sedemikian rupa pelacuran dengan kesusilaan. Dalam situasi semacam
di dunia nyata. Pertama, dalam dunia nyata ini kita tidak akan pernah menemukan prak-
pengetahuan akan pelacuran didapatkan dari tik-praktik pelacuran terbuka setidaknya
liputan media massa yang sangat dangkal dan jika dibandingkan dengan Barat. Sebaliknya
permukaan atau dari kekuatan pemasaran pelacuran akan berada dalam kondisi yang
mulut ke mulut. Kita mengetahui kompleks terepresi terus-menerus.
pelacuran Doly di Surabaya yang kini sudah Dalam dunia cyber, menariknya, represi
tutup ataupun Sunan Kuning di Semarang, semacam itu tidak bisa dilakukan secara
Kawasan Baturaden dan sebagainya karena ketat. Penyebabnya karakteristik dunia
liputan media massa atau dari orang-orang cyber itu sendiri yang membuatnya hampir
yang pernah cerita. Namun cerita-cerita tak tersentuh pemegang otoritas politik
itu hanya sekilas dan tidak memberikan dan moral sehingga pelacuran dalam dunia
informasi mendalam. Di sisi lain laporan cyber berlangsung jauh lebih terbuka.
dari pelaku ketika kita berhadapan muka Ini ditunjukkan oleh menguatnya ‘iklan-
tidak sejelas dan sedetil mungkin dalam dua iklan’ seksual yang menjajakan tubuh dan
cyber. Situasi psikologis komunikasi tatap keperawanan. Dunia cyber memberikan
muka akan menghalanginya untuk bercerita ruang sangat besar bagi transaksi seksual
pelaku bercerita lebih detail. Ini sangat yang lebih luas, pada satu sisi, dan pada
berbeda dibandingkan dengan model-model saat bersamaan pemujaan akan kenikmatan
liputan FR underground service. Liputan- hubungan seksual di sisi lain. Maraknya isu
liputan itu lebih detail dan memberikan pelacuran artis kiranya tidak bisa lepaskan
banyak informasi termasuk kualifikasi yang dari kemunculan dunia cyber ini.
diharapkan dari si pekerja seksual. Sebagai Munculnya berbagai ‘iklan’ yang
contoh, di akhr FR biasanya dicantumkan dimediasi pihak kedua atau langsung oleh si
informasi dan penilaian berikut. pelaku menjadi ciri khas lainnya dari wajah
seksualitas dalam dunia cyber. Periklanan
SERVICE:
FK : 8,5 (Menggairahkan ) seks ini menceminkan lebih jauh bagaimana
BJ : 8 (Sangat telaten & mantap) seksualitas tidak lagi sebagai kesenangan, tapi
FJ : 7 (Semua gaya ok, NO ANAL, juga komoditas. Karenanya si pemilik tubuh
GB, CIM, CIF walaupun masih perlu dan perantara mengeksploitasi seksualitas
diajarin hehe. namanya juga anak baru demi keuntungan material. Iklan di bawah

168
kesenangan, tapi juga komoditas. Karenanya si pemilik tubuh dan perantara
mengeksploitasi seksualitas demi keuntungan
Puji material.Cyber:
Rianto, Seksualitas IklanSexdisebagai
bawahKesenangan
ini yang saya
dan Komoditas
ambil dari thread underground service menjadi contoh yang saya maksud.

VIRGINTY for SELL...!!! For SERIOUS ONLY...!!!

Mohon izin numpang buka lapak di forum ini...


Iklan diKaLo
atas ada
tentang
yanGpenjualan keperawanan
Mau beLi CeW-CEw seorang
pERAwan : gadis. Kita tidak bisa
membayangkan iklan semacam ini muncul dalam media massa. Paling banter dalam
---MAsiH LuGu-LuGu
kehidupan nyata, iklan-iklan itu beredar di kalangan terbatas melalui kekuatan
---Age between 17-22y.old (under 17th jg ada, tp peminat hrs memenuhi bbrp
pemasarankriteria/persyaratan
mulut ke mulut. Ada norma-norma
yg ditentukan baik kesusilaan
utk kenyamanan ataupun hukum yang
bersama)
masih harus diikuti dalam dunia nyata sehingga iklan semacam itu tidak akan
---DijaMin masih PerAwaN (Guarantee money back)
mungkin muncul. Namun dalam dunia cyber, kaidah-kaidah moral itu
BaLez aja Forum Ini,Ok..!!!
dijungkirbalikkan. Maka ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkannya
adalah ‘segalanya boleh’. Harganya Relatif...
Tergantung dr kualitas (nilai face n body, semakin tinggi nilai nya maka semakin
Iklan penawaran lainnyavaluable/tinggi hrg nya).
dituliskan seorang gadis yang memberikan jasa
Price Tag around 10-50 Mio (depends QUALITY)
layanan ecscort seperti bisa dilihat dalam kutipan dalam box di bawah.
yaNg BerMinat SERIUS, BaLez aja Thread ini......
"BenaR-BenaR TerJamiN....."

Lady available for escort service


Hi all

Gua newbie di sini. Numpang ngasih info.

Gua Rini, tinggal di bandung, Umur 22 tahun. Gua menyediakan jasa 12


escort service untuk makan malam, meeting, atau party.
Rate gua per malam 1,5 jt ( untuk 'service' tambahan harganya tambah
1jt) --> negotiable only if I like the guy
Bagi yang tertarik bisa lihat profile gue di situs sosial Ta**ed : Rini D
Atau bisa ngontak lewat hp gua di 08782487xxxx1

Feel free to SMS or call me.

Thanks

Iklan dari
ini yang saya ambil di atas menawarkan
thread sebuah di
underground layanan kepadaterbatas
kalangan anggota komunitas seorang
melalui kekuatan
service gadis
menjadi contoh
yang yang saya jasa
menyediakan maksud. pemasaran
layanan escort. Meskipunmulut ke ini
iklan mulut.
tidak Ada norma-
memberikan
Iklan di atas tentang penjualan norma baik kesusilaan ataupun hukum
gambaran fisik gadis kecuali usia,
keperawanan seorang gadis. Kita tidak bisa tapi orang
yang bisa
masih meraba tampilan
harus diikuti dari dunia
dalam harga nyata
yang
membayangkan sehingga iklan semacam itu tidak akan
diberikan.iklan
Selainsemacam ini muncul
itu, ungkapan tawaran hanya jika ia menyukai si pria mencerminkan
dalam media massa. Paling banter dalam mungkin muncul. Namun dalam dunia cyber,
kaidah-kaidah moral itu dijungkirbalikkan. 13
kehidupan nyata, iklan-iklan itu beredar

169
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 45. Nomor 2. Desember 2015

Maka ungkapan yang paling tepat untuk DAFTAR PUSTAKA


menggambarkannya adalah ‘segalanya
boleh’.
Iklan penawaran lainnya dituliskan Abrahamson, Paul R. 2002. With Pleasure:
seorang gadis yang memberikan jasa layanan Thoughts on the Nature of Human
ecscort seperti bisa dilihat dalam kutipan Sexuality. Oxford University Press.
dalam box di bawah. Chaffee, Stephen H, dan Mirriam J. Metzger,
Iklan di atas menawarkan sebuah layanan 2001. “The End of Mass Communication?”
kepada anggota komunitas seorang gadis yang Mass Communication & Society. 2001.
menyediakan jasa layanan escort. Meskipun 4(4). 365-379.
iklan ini tidak memberikan gambaran Kadir, Hatib Abdul. 2007. Tangan dalam
fisik gadis kecuali usia, tapi orang bisa Kuasa Kelamin: Telaah Homoseks,
meraba tampilan dari harga yang diberikan. Pekerja Seks, dan Seks Bebas di
Selain itu, ungkapan tawaran hanya jika ia Indonesia. Yogyakarta: Insist Press.
menyukai si pria mencerminkan selera yang
tinggi. Sekali lagi, iklan-iklan semacam ini Lievrouw, Leah A dan Sonia Livingstone
tidak mungkin muncul dalam dunia nyata (eds.), 2006. Handbook of New Media:
karena masih kuatnya kaidah kesusilaan dan Social Shaping and Social Consequences
hukum. Namun dalam dunia cyber, kaidah- of ICTs. updated student edition.
kaidah hukum dan moral semacam itu telah London Thousand Oaks. New Delhi:
diterabas sedemikian rupa, dan ungkapan Sage Publications.
‘segalanya boleh’ menemukan relevansinya. Winship, Janice. 2011. “Seksualitas untuk
Dijual”. Dalam Stuart Hall, Dorothy
SIMPULAN Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis
(eds.). Budaya Media Bahasa: Teks
Tulisan ini ingin membuktikan Utama Pencanang Cultural Studies
representasi seksualitas dalam dunia cyber. 1972-1979. Yogyakarta: Jalasutra
Dari paparan di atas, bisa disimpulkan
bahwa seks lebih dipahami sebagai sebuah Istiyanto, Bekti. “Menguak Konsep Diri
kesenangan dan komoditas. Sebagaimana Perempuan Pelacur di Lokasi Pariwisata
telah dijelaskan sebelumnya, berbagai Baturaden, Kabupaten Banyumas”
reportasi pelaku seksual menggambarkan http://sbektiistiyanto.files.wordpress.
bagaimana kesenangan akan hubungan com/2008/02/menguak-konsep-diri-
seksual dipuja sedemikian rupa. Sementara perempuan-pelacur.pdf
di sisi lain, seiring pemujaan seksualitas Monto, Martin A. dan Deana Julka,
sebagai kesenangan itu, adalah seks sebagai “Conceiving Sex as Commodity: Study
komoditas. Maka berbagai penawaran atau of Arrested Customers of Female Street
iklan pun menjual sebagai cara menjajakan Prostitutes. Western Criminology
tubuh dan seks. Orientasinya tidak lain untuk Review 10 (1), 1-14 (2009), http://wcr.
mendapatkan keuntungan-keuntungan sonoma.edu/v10n1/Monto.pdf
ekonomi atas aktivitas seks yang mereka
Nurhadi, “Realitas Dalam Dunia Virtual”
lakukan.
2006, Jurnal Atma Nan Jaya, Universitas
Katolik Atma Jaya Jakarta, edisi
Januari-Juni 2006, http://staff.uny.
ac.id/sites/default/files/REALITAS%20
DALAM%20DUNIA%20VIRTUAL.pdf
Suriadireja, Purwadi “Seksualitas dan Ritual
di Gunung Kemukus”. http://ejournal.
unud.ac.id/abstrak/kemukus.pdf

170

Anda mungkin juga menyukai