Anda di halaman 1dari 9

Tugas Akhir Kuliah Pengantar Media dan Kajian Budaya

Tema: Budaya media baru yang dikaitkan dengan globalisasi, identitas, budaya, dan ideologi

Budaya Media Baru: Virtual Community dengan Globalisasi, Identitas, Budaya, dan Ideologi (Studi Kasus pada sepocikopi.com)

Oleh Melia Halim 1006695135

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2012

Page 1

Latar Belakang Sepocikopi.com1 adalah sebuah majalah online lesbian independen2. Awalnya sepocikopi.com didirikan oleh dua wanita, Alex dan Lakshmi, yang peduli gerakan lesbian pada Januari 2007 dengan menggunakan platform www.sepocikopi.blogspot.com3 dan hanya berisi tulisan pemikiran pribadi mereka mengenai isu-isu terkait dengan lesbian. Namun, ternyata tulisan-tulisan tersebut dianggap cukup revolusioner, dilanjutkan oleh penulis-penulis lesbian lainnya dan dikaitkan dengan beragam topik yang tak terbatas. Perkembangan ini membuat jumlah pembaca menjadi semakin banyak dan pada tahun 2008 pun berpindah platform menjadi www.sepocikopi.com , sebuah website yang sudah memiliki tim redaksi tetap terdiri dari editor, jurnalis profesional, pengamat budaya, hingga penulis yang tertarik untuk menulis secara tetap. Sepocikopi.com bersifat non-profit, tidak menerima iuran yang bersifat keanggotaan, dan tidak berafiliasi dengan organisasi manapun. Sepocikopi.com menerima tulisan dari siapapun, dalam bentuk apapun baik itu esai, puisi, cerpen, ataupun prosa, selama tulisan tersebut berbau dunia lesbian. Tulisan yang dikirimkan tidak mendapat imbalan secara materi, hanya aspirasi pembaca lah yang menjadi bayaran daripada si penulis artikel. Sepocikopi.com memiliki peraturan yang cukup ketat akan users policy nya. Disclaimer bahwa web ini ditujukan hanya untuk usia 18 tahun ke atas ketat dilakukan. Pada syarat ketentuan penulisan yang ada di halaman penerimaan tulisan menyatakan bahwa tulisan hanya diterima jika ditulis oleh orang berusia 18 tahun ke atas. Tidak hanya itu, semua tulisan yang masuk hingga kolom komentar dimoderasi secara penuh agar tetap bersih dari tulisan maupun komentar yang bersifat SARA, merendahkan kaum lesbian, pornografi, hingga tulisan yang bersifat mencampuradukan huruf dan angka (bahasa alay). Sepocikopi.com hingga saat ini secara teratur menerbitkan artikel untuk mengisi halaman website mereka. Tidak hanya melalui website, sepocikopi.com juga aktif dalam halaman milis mereka maupun kegiatan kopi darat underground, seperti menjual desain kaos sepocikopi.com yang ramah bagi kaum lesbian maupun heteroseksual, untuk di print secara mandiri oleh masing-masing anggota maupun pembaca, sehingga jika bertemu di dunia nyata, mereka mampu saling mengenali bahwa mereka berasal dari satu komunitas

1 2 3

www.sepocikopi.com http://sepocikopi.com/tentang-kami/ http://sepocikopi.com/2009/01/01/sejarah-kami/

Page 2

yang sama dan mungkin bisa berlanjut ke tahap berikutnya-. Sepocikopi.com juga aktif dalam menggunakan social media, seperti Facebook, Twitter, dan Plurk. Konsep Virtual community4 ditandai dengan karakteristik orang-orang yang memiliki ketertarikan ataupun tujuan yang sama dimana komunikasi secara elektronik adalah bentuk utama interaksi (Dennis, Pootheri, & Natarajan, 1998). Tidak jauh berbeda, Kilsheimer (1997), memberikan definisi bahwa virtual community adalah sekelompok orang yang berkumpul bersama karena ketertarikan yang sama atau ikatan geografis. Secara harafiah, kata community memiliki cukup banyak definisi. Kamus Merriam Webster Online Dictionary5 dalam salah satu definisinya memberikan penjelasan the people with common interests living in a particular area; broadly : the area itself orang-orang dengan ketertarikan yang sama, yang tinggal pada area tertentu; lebih luasnya: area itu sendiri . Kata virtual6 diberikan definisi being on or simulated on a computer or computer networkada di dalam komputer atau jaringan komputer Namun tidak berarti bahwa semua ruangan dunia maya, selama terdiri dari kumpulan orang dengan ketertarikan yang sama bisa dikatakan sebagai virtual community. Virtual community membutuhkan frekuensi di mana para member berpartisipasi atau anggota komunitas tersebut terikat dengan komunitasnya sehingga sering mengunjungi laman virtual ini (Hiltz & Wellman, 1997). Banyak studi menunjukan bahwa virtual community adalah tempat di mana orang mencari dan mendapatkan support emosional, kebersamaan, dan motivasi7. Alasan lain orang bergabung dengan virtual community adalah suport sosial yang bisa diberikan komunitas tersebut. Suport sosial erat hubungannya dengan kebutuhan akan kebersamaan dan kebutuhan akan identitas, sedangkan internet dengan kemampuan mencari dan menemukan beragam virtual community membuat mudah seseorang mendapatkan support sosial yang dicarinya8. Identitas dalam virtual community bisa terbagi menjadi identitas grup dan identitas diri individu anggota komunitas ini. Dengan anonimitas yang ditawarkan oleh internet, individu

4 5 6 7 8

http://jcmc.indiana.edu/vol10/issue1/ridings_gefen.html#s1 http://www.merriam-webster.com/dictionary/community http://www.merriam-webster.com/dictionary/virtual http://jcmc.indiana.edu/vol10/issue1/ridings_gefen.html#s1 Ibid,

Page 3

bisa bereksperimen dengan bagian lain dari dirinya sendiri serta mengekspresikan hal yang tidak mungkin diekspresikan di dunia nyata9. Bagi Gramsci, budaya dikonstruksi dalam bentuk makna-makna yang terwujud dalam beragam ideologi dan bentuk-bentuk budaya. Ideologi adalah kumpuan ide, arti, dan praktikpraktik yang dimaknai sebagai kebenaran universal, dan menyokong grup social yang kuat10. Ideologi memberikan aturan praktis dan perilaku moral orang-orang di dunia. Gramsci juga mengatakan bahwa ini memungkinkan terjadinya hegemoni di mana kelas penguasa menguasai kelas subordinat di mana kelas subordinat tersebut merasa bahwa yang dialaminya adalah lumrah. Menurut Robenston, globalisasi adalah intensifikasi compresi dunia dan bertambahnya kesadaran kita akan dunia11. Globalisasi ditandai oleh aliran ekonomi global dan aliran budaya global. Globalisasi juga erat kaitannya dengan banyak munculnya new social movement. New social movement adalah gerakan yang sering diasosiasikan dengan gerakan mahasiswa, perjuangan hak sipil, dan wanita. Gerakan yang mulai muncul di masyarakat barat modern sejak tahun 1960-an ini biasanya bersifat damai. Gerakan ini juga terpisah dari kelas politik tradisional seperti gerakan buruh. Dalam Barker, Touraine (1981) dan Melucci (1980, 1981, 1989) mengatakan bahwa gerakan politik radikal semakin terpisah dari kesadaran kelas, melainkan semakin teratur melalui new social movement yang muncul di luar tempat kerja. Gerakan ini amat dipengaruhi oleh identitas kolektif yang dicapai melalui kesamaan yang dirasakan, kohesi, dan kontinuitas. Kesemua ini bisa dicapai melalui hambatan sosial yang memunculkan respon dari aksi kolektif. Sebagai bagian dari bentuk identifikasi secara terus menerus, maka kesadaran ini harus terus menerus diproduksi. Identitas kolektif new social movement bukanlah kelas yang dikenal secara orthodox diiringi dengan menurunnya kepercayaan terhadap kelas-kelas mayor dan partai politik, sehingga munculah ketertarikan untuk melakukan aksi politik secara langsung. Namun, kehadiran new social movement tidak bisa dikatakan seluruhnya menggantikan kelas politik yang ada saat ini. Barker mengatakan bahwa lebih baik melihat bahwa new social movement adalah respons terhadap perubahan formasi sosial.

Lister, M., Dovey, J., & Giddings, S. (2008). New Media a Critical Introduction. (2nd ed.). Hoboken: Taylor & Francis halaman 167 10 Barker, C. (2000). Culture, Meaning, Knowledge: The Linguistic Turn in Cultural Studies. Cultural Studies: Theory and Practice (pp. 88-120). London: SAGE. Halaman 80 11 Ibid., hal 167-170

Page 4

Analisa Sepocikopi.com bisa dikatakan sebagai virtual community karena memenuhi syarat

memiliki ketertarikan yang sama (menyuarakan kepentingan lesbian), dalam area geografi yang sama (setidaknya masih di dalam Indonesia), serta terjadi interaksi antara satu member dengan member lain, baik itu melalui tulisan pemikiran, komentar, guest book, maupun milis dan social media. Sepocikopi.com menyediakan wadah bagi para kaum lesbian yang tersebar di Indonesia, untuk saling berinteraksi, tanpa harus terhalang oleh jarak dan waktu. Tentunya fitur anonim membuat mereka semakin mudah untuk menyatakan identitas dirinya tanpa harus diketahui oleh orang-orang yang ada di dunia nyata mereka, seperti keluarga ataupun teman-teman dekatnya. Fitur mailing list dan Plurk membuat mereka mampu semakin kuat dalam berbagi informasi, sedangkan fitur guest book membuat mereka mudah untuk mendapatkan kontak orang-orang yang tertarik dengan komunitas lesbian ini, hingga tidak jarang dengan fitur ini, terjadi hubungan romantis akibat bertukar alamat email. Di sini, sepocikopi.com, sebagai virtual community mampu menjawab kebutuhan para kaum lesbian ini untuk menjadi suport sosial, bahwa ada individu-individu lain dengan identitas yang sama dengan mereka dan menjadi tempat untuk mengekspresikan identitas diri mereka. Belum lagi aktifitas membagikan desain pakaian secara gratis12 agar anggota komunitas ini mampu saling mengenali ketika sedang di dunia nyata, membuat para anggota dari penikmat serta penggiat sepocikopi.com dapat menunjukan identitas kelompok-nya yakni kelompok lesbian Indonesia di dunia nyata sekaligus identitas individu mereka sebagai lesbian. Maka, terlihat sekali bahwa sepocikopi.com menjadi sebuah wadah bagi para lesbian di Indonesia untuk saling berkomunikasi, berdialog, berkumpul, dan menjelaskan identitas mereka. Sebuah komunitas virtual yang hidup di dunia maya dan berusaha untuk meresap ke dalam dunia nyata. Di dunia offline, kelompok lesbian adalah kelompok yang mengalami represi di Indonesia. Komunitas ini dianggap tidak ada di tengah masyarakat ataupun eksistensinya mengalami penolakan dari masyarakat secara umum, akibat dinilai keberadaannya tidak sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh bangsa Indonesia, sebutlah norma agama yang melarang
12

Berikut ini adalah tulisan di sisi kanan sepocikopi.com untuk menunjukan desain kaos mereka: Para pencinta SepociKopi, kami mempersembahan kaos SepociKopi yang bakal keren dipakai dalam berbagai acara. Silakan pilih dan unduh sendiri desainnya, lalu kamu sablon sendiri di kaos warna favoritmu. Satu desain pasti tidak cukup, dua juga pasti nggak... semuanya saja! Tenang kok, kaosnya sangat lesbian-friendly dan hetero-friendly, jadi nggak bakal ketahuan! Kalau ketemu sesama teman yang juga mengenakan kaos ini, cukup saling melirik penuh arti. Kodenya udah udah dipatenkan di kepala masing-masing bo!

Page 5

atau tidak menyebutkan kemungkinan adanya- hubungan sesama perempuan, maupun norma kesopanan yang menganggap lesbian tidak atau belum bisa- diterima akibat masyarakat yang belum siap. Kekerasan baik secara psikis, verbal, dan fisik hingga pembunuhan- terhadap kaum lesbian bukanlah hal yang aneh di Indonesia13. Hak para kaum lesbian untuk berkumpul dan berpendapat atas nama kaum lesbian pun seolah-olah dicabut oleh masyarakat dan negara-. Kasus pembatalan Konferensi Gay-Lesbian se-Asia (Regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans and Intersex Association-ILGA) yang batal digelar akibat tuntutan masyarakat pada Maret 2010 lalu menjadi salah satu indikasi bahwa kebebasan bersuara kaum lesbian sulit diwujudkan14. Belum lagi penolakan pada Irshad Manji, seorang Muslim lesbian, untuk mendiskusikan buku terbarunya di Indonesia15. Ketika hak untuk berserikat, berkumpul, dan berpendapat, serta hak untuk mendapatkan support sosial seperti kenyamanan bahwa ada orang lain yang sama dengan dirinya- di dunia nyata (offline) sudah direnggut, maka teknologi baru media yang dikenal sebagai internet- menjadi jawaban dari pencarian mereka. Maka dari itu munculah sepocikopi.com. Dengan tagline kebangkitan lesbian, yes I can do it! yang tertulis jelas di tepi kanan website-nya, Sepocikopi.com bisa dikatakan cukup berani untuk mendobrak ideologi patriarki, ditunjang dengan perkawinan heteroseksual, yang mengakar di Indonesia. Lesbian dalam sepocikopi.com berusaha menantang hegemoni universal yang kuat mengakar di Indonesia bahwa hubungan seksual harus dilakukan antara pria dengan wanita. Hubungan heteroseksual di Indonesia, mayoritas akan mengarah pada pertunjukan kegagahan kaum pria dan menunjukan inferioritas dari para wanita. Ketika hubungan yang terjadi adalah hubungan sesama perempuan dan itu dianggap lumrah- maka budaya patriarki tidak akan mungkin bisa bertahan lagi. Di sinilah sepocikopi.com memainkan peran untuk menyebarkan ideologi dan praktik-prakti budaya yang bisa dikatakan terbilang baru dan mengejutkan- bagi masyarakat di Indonesia yang selama ini sudah terhegemoni dalam hubungan heteroseksual dan patriarki yang cukup ketat. Dengan cara yang menuliskan tulisan, artikel, dan cerpen yang berkualitas, membuat sepocikopi.com bertujuan untuk membuat gerakan sadar kaum lesbian untuk merangsek masuk ke posisi yang terhormat16.
13

Ariyanto dan Rido Triawan, 2008, Jadi, Kau Tak Merasa Bersalah!? Studi Kasus Diskriminasi dan Kekerasan terhadap LGBTI, Arus Pelangi & Yayasan Tifa 14 http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/25/11133966/Konferensi.Gay-Lesbian.seAsia.Batal.Digelar 15 http://www.tempo.co/read/news/2012/05/18/173404631/Irshad-Manji-Biasa-Ditolak 16 Mari menguatkan literasi/sastra LGBT yang berkualitas di Indonesia. Mari membangun geliat industri fiksi LGBT demi mendorong keberadaan LGBT dan meraih posisi terhormat secara signifikan di masyarakat.- http://sepocikopi.com/2012/05/19/dicari-camilan-thenext-generation/

Page 6

Virtual community sepocikopi.com ini tentu tidak bisa berdiri sendirian. Tanpa adanya globalisasi budaya yang didorong oleh teknologi komunikasi seperti internet, komunitas online seperti sepocikopi.com sulit untuk tetap berdiri tanpa dukungan dari pembacanya maupun penulis lepasnya yang terbatasi oleh ruang dan waktu. Globalisasi budaya berupa paham kesetaraan yang harus didapatkan serta diperjuangkan oleh kaum homoseksualitas dari Barat pun sukses ditanamkan ke dalam pemikiran orang Indonesia yang akhirnya pun mulai membentuk komunitas lesbian di sini. Bisa dikatakan pula bahwa virtual community pada kasus sepocikopi.com ini tidak hanya sebatas virtual comunity semata. Tidak hanya sekadar kumpul-kumpul, berdiskusi, dan saling mengenal, sepocikopi.com juga berupaya untuk mencerahkan pembacanya, baik yang heteroseksual maupun lesbian. Ini tentunya respon daripada kaum lesbian untuk mengedukasi para pembacanya. Sifat perjuangan sepocikopi.com yang damai dalam menyalurkan aspirasi dan pemikiran kaum lesbian Indonesia, menjadi penunjuk bahwa sepocikopi.com hadir sebagai respon terjadinya hambatan sosial pada perubahan formasi sosial di masyarakat (dengan munculnya kaum lesbian di Indonesia) dan berusaha untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mengedukasi. Sepocikopi.com juga bisa dikatakan (harus) mengedukasi para pembacanya sendiri karena partai politik, pemerintah, maupun kelas sosial yang berkuasa sudah tidak mampu menjaga hak mereka. Maka tidak heran jika dikatakan bahwa terjadi penurunan kepercayaan terhadap pihak-pihak tersebut yang melahirkan new social movement yang mewujud dalam sepocikopi.com ini. Kesimpulan Media baru atau internet- telah menghasilkan budaya baru, yakni virtual community yang memiliki perbedaan yang cukup terlihat dengan komunitas non virtual dalam berinteraksi. Virtual community, seperti sepocikopi.com, muncul karena terdapat hambatan bagi mereka untuk berinteraksi di dunia nyata dengan nyaman, baik itu hambatan secara berupa penentangan terhadap eksistensi kaum lesbian Indonesia di dunia nyata, maupun hambatan komunikasi seperti jarak, ruang, dan waktu. Dengan sepocikopi.com, kaum lesbian Indonesia mampu mendapatkan social support mereka yang tidak bisa atau sulit didapatkan di dunia nyata, serta menyalurkan ekspresi identitas mereka yang tidak bisa muncul atau terepresi di dunia nyata. Dengan bertujuan untuk kebangkitan kaum lesbian di Indonesia, sepocikopi.com cukup berani untuk menentang ideologi patriarki yang sudah menghegemoni masyarakat Indonesia dengan upaya untuk mengedukasi masyarakat Indonesia dan memberikan alternatif lain yakni hubungan sesama perempuan.

Page 7

Tentunya, sepocikopi.com tidak akan mungkin bisa berjalan dengan seperti saat ini, jika tidak didukung oleh globalisasi yang sebagian besar dimungkinkan dengan teknologi yang seolah-olah menghilangkan batasan ruang dan waktu. Globalisasi ini membuat para penulis dan anggota sepocikopi.com dapat terus terhubung dalam komunitas ini. Selain itu, globalisasi budaya dari Barat tentang perjuangan lesbian untuk mendapat hak kesetaraan menjadi penyebab utama munculnya gerakan seperti sepocikopi.com ini. Maka dari itu, sepocikopi.com tidak hanya berfungsi sebagai virtual community semata karena ia juga berfungsi sebagai social movement yang menyediakan ruang edukasi bagi para pembacanya. Munculnya social movement ini merupakan akibat terepresinya kaum lesbian di dunia nyata dan tidak ada seorang pun baik dari pemerintah maupun kelas-kelas yang berkuasa untuk memperjuangkan kaum lesbian, untuk mendapatkan kesetaraan di masyarakat.

Jumlah kata: 2367

Page 8

Referensi Barker, C. (2000). Culture, Meaning, Knowledge: The Linguistic Turn in Cultural Studies. Cultural Studies: Theory and Practice (pp. 88-120). London: SAGE. Dennis, A. R., Pootheri, S. K., & Natarajan, V. L. (1998). Lessons from the early adopters of Web groupware. Journal of Management Information Systems, 14(4), 65-86. Hamel, P. (2001). Globalization and Mobilitation of Gay and Lesbian Communities. Globalization and Social Movements (pp. 166-169). Houndmills, Basingstoke, Hampshire: Palgrave. Hiltz, S. R., & Wellman, B. (1997). Asynchronous learning networks as a virtual classroom. Communications of the ACM, 40(9), 44-49. Kilsheimer, J. (1997, April 7). Virtual communities; Cyberpals keep in touch online. The Arizona Republic, p. E3. Lister, M., Dovey, J., & Giddings, S. (2008). New Media a Critical Introduction. (2nd ed.). Hoboken: Taylor & Francis. Ridings, C. M., & Gefen, D. (2004). Virtual Community Attraction: Why People Hang Out Online. Journal of Computer-Mediated Communication - Indiana University, 10. Retrieved May 20, 2012, from http://jcmc.indiana.edu/vol10/issue1/ridings_gefen.html#s1

Page 9

Anda mungkin juga menyukai