Anda di halaman 1dari 24

Communication of Power

CHAPTER 1
Kekuasaan Dalam Masyarakat Jejaring
Apa itu Kekuasaan?
Manuel Castells mendefinisikan kekuasaan sebagai kapasitas relasional yang memun
gkinkan seorang aktor sosial untuk mempengaruhi aktor sosial lain. Dengan catata
n, aktor tersebut telah mendapat dukungan atau persetujuan dari orang lain. Hal
tersebut yang menyebabkan sebuah kekuasaan memiliki pengaruh yang bersifat asime
tris, dimana pengaruh tidak dapat bersifat timbal balik, melainkan hubungan laya
knya patron dan client. Sebuah kekuasaan juga mampu menjelma sebagai sebuah keku
asaan, baik secara fisik ataupun secara ide konstruksi makna. Kekuasaan yang rel
asional ini terbentuk karena sebuah kondisi, namun tidak dapat ditentukan.
Konsep aktor sosial yang dimaksud oleh Castells tersebut merujuk pada berbagai s
ubyek tindakan berupa: pelaku individu, aktor kolektif, organisasi, lembaga, dan
jaringan. Castells juga berpendapat akan mustahilnya terjadi kekuasaan mutlak (
absolute), dimana Castells mempercayai terjadinya kemungkinan aktor melakukan re
sistensi, atau sekedar meragukan legitimasi aktor yang telah berkuasa. Ketika ak
tor tidak dapat diterima, maka kekuasaan bertransformasi dan berdampak pada peru
bahan perubahan hal yang lain.
Terdapat hubungan timbal balik yang saling melengkapi antara dua mekanisme utama
pembentukan kekuasaan: kekerasan (violence) dan wacana (discourse). Seperti hal
nya yang telah dirasakan oleh Weber, dimana satu aktor berada dalam posisi untuk
melaksanakan kehendaknya sendiri termasuk dalam tindakan resisten, terlepas dar
i mana kemungkinan tersebut terletak. Sedangkan proses legitimasi atas kekuasaan
dipengaruhi oleh prosedur demokrasi kontitusional yang bermacam macam, dimana d
emokrasi mengenai proses dan prosedur, demokrasi tidak melulu mengenai pengambil
an keputusan. Hal tersebut adalah yang menjadi inti dari teori politik Habermas.
Negara dan Kekuasaan dalam era Global
Globalisasi dipetakan sebagai suatu kondisi ilmu sosial yang didasarkan pada ken
yataan empiris baik secara konsep, metodologi, teoretis, maupun secara organisas
ional. Hal tersebut juga termasuk konsep dasar masyarakat modern yang mencakup: Ru
mah tangga, keluarga, kelas sosial, demokrasi, dominasi, negara, ekonomi, ruang
publik, politik, dan lain lain. Paparan tersebut adalah penjelasan Ulrich Beck
menanggapi Weber yang berbicara tentang methodological nationalism yang berbicar
a mengenai territorial kekuasaan yang didefinisikan ulang dan konsep ulang dalam
konteks Methodological cosmopolitanism.
Castells menyimpulkan, bilamana kekuasaan relasional berada pada struktur sosial
yang spesifik yang tersusun pada landasan formasi spatiotemporal yang menyeluru
h dari global hingga ranah lokal, maka akan berakibat berubahnya batas kemasyara
katan, juga kekuasaan relasional akan melampaui ranah nasional. Sehingga batas b
atas nasional kekuasaan relasional hanya salah satu dimensi kekuasaan dan oposis
i. Meskipun hal tersebut tidak serta merta melebur menjadi organisasi sosial, na
mun tetap mengalami perubahan peran, struktur, dan fungsinya, secara bertahap be
rubah menjadi negara dengan bentuk baru: Negara Jejaring (Network State)
Michael Mann mengonsetualisasikan masyarakat (society) sebagai susunan beberapa
ruang sosial yang bertumpuk dan interaksi jaringan kekuasaan.Menurutnya, masyara
kat ialah jaringan interaksi sosial pada batas batas interaksi tertentu. Namun,
jaringan (network) tidak memiliki batasan yang baku, bersifat terbuka, dan perke
mbangannya tergantung pada kecocokan atau persaingan diantara minat dan nilai.
Jaringan
Dalam kehidupan sosial, jaringan adalah struktur yang komunikatif yang mengalir,
arus informasi didistribusikan diantara node yang juga bersirkulasi melewati ka
nal relasi diantara node. Jaringan bekerjasama dan berkompetisi satu sama lain.
Kerjasama antar jaringan didasarkan pada kemampuan berkomunikasi diantara networ
k (hubungan). Sedangkan network sendiri adalah komunitas yang khas di abad 21 y
ang mampu bertransformasi menjadi sebuah organisasi tersendiri.
Didalam konstruksi tersebut sebuah network mampu menjadi kekuasaan yang terkonse
ntrasi di strata atas dalam organisasi yang mampu membentuk sejarah peradaban ma
nusia seperti: negara, pandangan agama, konflik, birokrasi, dan budaya. Kemampua
n sebuah hubungan (network) untuk memperkenalkan tokoh baru dan sebuah ide dalam
proses organisasi sosial yang berkaitan dengan otonomi relative melawan episent
rum kekuasaan yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi.
Sehingga, network mampu menjadi bentuk organisasional yang paling efisien atas i
mplikasi dari kelebihan teknologi yang bersifat fleksibel, bertahan, dan mampu d
iukur.
The Global Network Society
CHAPTER 2
COMMUNICATION IN THE DIGITAL AGE
Komunikasi adalah cara untuk berbagi melalui pertukaran informasi. Proses dari k
omunikasi dapat dilihat atau didefinisikan melalui teknologi dari komunikasi, ka
rateristik dari pemberi dan penerima informasi, kode dan protokol kultural milik
masyarakat dan lingkup dari proses komunikasi. Internet dianggap sebagai sejara
h baru dari mass self komunikasi. Internet merupakan mass komunikasi karena menc
akup dan menjangkau khalayak global seperti dalam posting video di Youtube, sebu
ah blog dengan link RSS, atau sebuah pesan ke email yanng banyak.dalam waktu yan
g bersamaan juga merupakan self komunikasi dikarenakan pesan atau informasi yang
dihasilkan. Sedangkan dianggap sebagai self komunikasi karena komunikasi satu a
rah yang terjadi antar pengguna dengan internet.
Proses komunikasi sendiri dapat dilihat dari unsur-unsurn melalui lingkup dari p
roses komunikasi, teknologi komunikasi yang digunakan, karateristik pengirim dan
penerima informasi, budaya dari komunikasi, kemudian kode protokol dari kebuday
aan mereka yang artinya bahwa komunikasi hanya bisa dimengerti dalam konteks hub
ungan sosial dimana informasi dan komunikasi bertemu dan kemudian di proses.
Penjelasan dari unsur-unsur diatas yaitu
1. Ruang lingkup nya yaitu terdiri dari, komunikasi intrapersonal dan komunikasi
societal/mass komunikasi.
Komunikasi intrapersonal (pesan dikirim dari 1 individu ke individu lainnya deng
an ada feed back). Sedangkan komunikasi massa yaitu komunikasi yang bersifat int
eraktif dan satu arah. Komunikasi massa yang bersifat tradisional yaitu pesan ma
sih dikirim dari 1 ke banyak seperti buku, surat kabar, film, radio, televisi.
Tiga bentuk komunikasi (interpersonal, komunikasi massa dan selfkomunikasi massa
) saling berdampingan, berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lain.
Disamping itu beberapa perubahan yang penting harus mengambil tempat disetiap di
mensi proses komunikasi, dimensi ini tidak dapat di mengerti tanpa hadirnya dime
nsi yang lain. Dengan adanya dimensi, mereka membentuk apa yang telah dilabelkan
oleh Mansell dan McChesney "revolusi Komunikasi", apa yang telah Cowney dan Aro
nson (2007) karateristikkan sebagai "titik perubahan", atau beberapa waktu yang
lalu Rice et al (1984) mengidentifikasi kemunculan media melalui interaksi perub
ahan teknologi dan komunikasi.
Dimensi-dimensi perubahan ini yaitu: Dimensi teknologi, struktur dari organisasi
dan intsitusi komunikasi, proses perubahan dimensi kultural, yang terakhir adal
ah hubungan sosial, yang menggaris bawahi sistem komunikasi.
Kebijakan publik yang dihasilkan mengatur pembentukan jaringan bisnis global mul
timedia. Hal ini menjadi mendunia sejak tahun 1980 dimana mulai banyak siaran mu
ltimedia dimana-mana. Di dunia ini terdiri dari beragam budaya dimana dimungkink
an terjadi nya misa komunikasi antar budaya tersebut. Maka dari itu diperlukan s
ebuah jembatan untuk menjebatani kita dengan budaya lain tersebut supaya tidak t
erjadi miss komunikasi. Contohnya saja media televisi yang berasal dari budaya l
ain seperti (Al Jazeera menggunakan bahasa arab/Inggris, atau CNN Amerika/Intern
asional/Spanyol)
Masyarakat dunia telah menyadari betapa pentingnya jaringan komunikasi baru, bai
k itu berupa internet, televisi, iklan dll. Melalui itulah mereka dapat memajuka
n proyek-proyek mereka, membela kepentingan mereka dan mempertahankan nilai-nila
i milik mereka.
Akan tetapi pada saat ini, kemajuan digital dan komunikasi telah meledak dan men
ghasilkan banyak komunikasi satu arah dengan munculnya banyak stasiun televisi y
ang beragam diseluruh dunia. Di Eropa total dari siaran televisi yang ada pada t
ahun 2004 sebanyak 816 sedangkan pada tahun 2006 menjadi 1.165, peningkatan seba
nyak 47%. Di Amerika, pada tahun 2006 telah dilakukan riset bahwa setiap rumah t
angga menghabiskan 57 jam dan 37 menit menghabiskan waktunya didepan televisi, j
umlah ini meningkat dari sebelumnya. Jumlah waktu yang didedikasikan oleh para p
enonton menghabiskan waktu mereka terus meningkat sejak tahun 1997 sampai dengan
tahun 2006.
Radio, media komunikasi massa yang paling mudah beradaptasi dengan jadwal indivi
du dan pendengarnya berdasarkan lokasi selama abad ke 20. Sampai saat ini pertum
buhan radio memungkinkan untuk usaha rekaman untuk melakukan kerja sama. Ada leb
ih dari 10400 radio komersial milik individual sebelum penghapusan Telekomunikas
i Act tahun 1996. Pada tahun 1996-1998 jumlah pemilik stasiun berkurang sebanyak
700. Dalam 2 tahun setelah melewati kebijakan Telekomunikasi Act kelompok perus
ahaan menjual dan membeli lebih dari 4400 stasiun radio. Kebijakan setempat memp
erbolehkan mereka untuk melakukan pemalsuan identitas untuk menggabungkan kontro
l pusat dan desentralisasi sehingga terbentuk strategi bisnis yang efektif.
Jaringan komputer, perangkat lunak open source dan perkembangan pesat kapasitas
transmisi di jaringan telekomunikasi menyebabkan ekspansi dramatis internet sete
lah mengalami privatisasi pada tahun 1990-an. Internet pada faktanya merupakan s
ebuah teknologi lama yang digunakan pertama kali pada tahun 1969. Tapi kemudian
mengalami penyebaran 20 tahun kemudian karena beberapa faktor; perubahan peratur
an, bandwitch yang lebih besar, di bidang telekomunikasi, program yang mudah dig
unakan yang membuat mudah untuk meng-upload, mengakses, dan berkomunikasi dan ke
butuhan sosial untuk menjelajahi semua aspek. Akibatnya, jumlah pengguna interne
t di planet bumi saat ini tumbuh yang pada awalnya di bawah 40 juta pada tahun 1
995 menjadi sekitar 1,4 milyar pada tahun 2008. Dari tahun 1990 revolusi komunik
asi lain berlangsung di seluruh dunia, ledakan komunikasi nirkabel dengan mening
katnya kapasitas teknologi komunikasi.
Internet telah berubah menjadi televisi saat ini. Saat ini orang-orang sudah bis
a melihat televisi melalui internet dengan menggunakan streaming, sehingga saat
ini televisi terus menjadi menjadi media massa yang besar. Kesimpulan nya bahwa
Internet, Televisi, dan Radio merupakan media massa yang memegang erat telekomun
ikasi saat ini, dengan pengguna dan penonton yang melimpah ketiga media massa in
i menjadi media komunikasi massa yang bersifat individu.
Dalam masyarakat jejaring, media massa beroperasi selain menyebar informasi juga
menjadi salah satu media untuk dijadikan bisnis oleh perusahaan-perusahaan tert
entu untuk memasarkan produk mereka melalui media. Di dalam bab ini dibahas tent
ang cara dan bagaimana pasar media melancarkan cara mereka berbisnis dan menjali
n hubungan antara media multinasional dengan perusahaan-perusahaan besar seperti
, apple, walt disney, google, NBC dll.
The Politics of Regulatory Policies
Media komunikasi menjadi sarana utama dalam berinteraksi antar masyaraka
t maupun sebagai alat informasi bagi dunia luar dan mendekatkan integrasi antara
nasional dan international.
Komunikasi dan informasi tersebut dihubungkan oleh berbagai media berbentuk peny
iaran, pers cetak, radio,bahkan sekarang jaringan internet menjadi jawara utama
yang banyak digunakan oleh masyarakat. Perkembangan era teknologi dan globalisas
i membuat jaringan media komunikasi kian menjadi lebih mudah untuk di akses dan
didapatkan. Informasi-informasi yang selama ini kita komsumsi juga berasal dari
media-media yang beredar dimasyarakat melalui berapa sarana seperti televisi,cet
ak,dan internet yang setiap harinya selalu menyajikan informasi-informasi terbar
u baik dalam hal politik, hiburan, ekonomi, serta pendidikan.
Namun, perkembangan dan lahirnya media ternyata tak lepas dari kepenting
an-kepentingan tertentu yang ada didalamnya. Selama ini media kita kenal sebagai
alat komunikasi publik yang sengaja diciptakan untuk kepentingan orang banyak
yang disajikan oleh para pers media yang selalu giat dalam mencari pemberitaan h
angat untuk publik. Seiring berkembangnya teknologi yang memudahkan media untuk
di akses dan menjadi santapan sehari-hari masyarakat, fungsi media sekarang suda
h beralih menjadi ladang empuk bagi kepentingan bisnis yang juga tak lepas dari
kepentingan politiknya. Media cetak dan saluran-saluran televisi contohnya sudah
banyak dikuasai oleh para oknum-oknum pribadi dan perusahaan-perusahaan swasta.
Misalnya di Amerika saja pada tahun 1945, 80 persen dari surat kabar di Amerika
adalah milik pribadi yang juga dikembangkan oleh keluarga mereka sendiri. Pada
tahun 2007 lebih dari 80 persen di Amerika surat-surat kabar yang beredar juga d
imiliki oleh perusahaan swasta yang juga sebagian besar terus lahir turun menuru
n dari anak perusahaan-perusahaan besar yang ada. Di Indonesia sendiri pun juga
sudah banyak para oknum-oknum kelas atas maupun menengah yang menciptakan salura
n medianya sendiri dan dikelola oleh komunitas pribadinya. Namun kebanyakan para
pemilik media tersebut biasanya lahir dari kalangan-kalangan yang memiliki kepe
ntingan tertentu seperti politik, dan ekonomi. Contoh saja di Indonesia, kita me
mpunyai saluran televisi TV one dan Metro TV yang sudah menjadi saluran paling d
iminati masyarakat dalam hal pemberitaan-pemberitaan masalah sosial dan politik.
Kedua saluran Televisi itu dimiliki oleh para oknum-oknum politik penting di In
donesia. Melalui saluran televisi yang dimiliki, dijadikannya sebagai sarana pen
ting untuk dapat melancarkan kepentingan-kepentingan pribadinya, baik menjatuhka
n lawan-lawan politiknya maupun melancarkan kepentingan bisnis. Pemberitaan itu
semua tergantung pada interaksi antara aktor-aktor sosial yang mendasari proses
kebijakan pengambilan keputusan dalam pemberitaan.
Internet sekarang banyak dimanfaatkan menjadi sangat menguntungkan pelua
ng bagi investasi bisnis. Peluang inilah yang digunakan unutk para swasta dan ok
unum pribadi. Namun, tidak jarang juga antar media ini memiliki konflik antar se
sama media dikarenakan latar belakang kepemilikan tersebut, Konflik adalah tenta
ng lebih dari perselisihan antara industri yang berbeda dengan kepentingan terte
ntu. yang dampaknya yaitu terhadap masyarakat juga. Ukuran legislatif adalah UU
Telekomunikasi tahun 1996, yang secara substansial sudah mengangkat pembatasan p
ada konsentrasi kepemilikan industri media.
Dengan demikian, sementara perhatian dunia terfokus pada kebebasan ekspr
esion
di Internet, transformasi infrastruktur komunikasi mendatang menjadi serangkaian
"kebun bertembok" dikelola oleh operator jaringan, dengan menghormati kepenting
an khusus mereka bisnis, dikenakan kendala mendasar pada perluasan budaya digita
l baru.
Ini karena, di dunia pada umumnya, komunikasi selalu dianggap terlalu pe
nting untuk diserahkan kepada usaha swasta. Melalui sejarah, komunikasi dipandan
g sebagai domain penting di mana untuk menegaskan kontrol pemerintah, terkadang
atas nama kepentingan umum, dan kadang-kadang sebagai ekspresi telanjang dari ke
kuasaan negara, dengan kepentingan bisnis.
Tentu saja, bisnis hadir di media, namun
strategi komersial harus beroperasi di bawah payung pemegang
politik-ideologi kekuasaan. Hal ini karena industri telekomunikasi
memainkan peran utama dalam pembiayaan kampanye politik, sementara penyiaran
industri sangat penting dalam memfasilitasi liputan media dari kandidat politik.
Perusahaan-perusahaan internet yang baru lahir mengambil beberapa waktu untuk me
ngembangkan pengaruh politik
Dengan demikian, siapapun yang berkuasa selalu memiliki beberapa akses k
e beberapa kelompok media. Integrasi vertikal seperti televisi, radio, dan pers
cetak memfasilitasi divisi tenaga kerja di media di bawah kendali sistem politik
pada umumnya.
Cultural Change in a Globalized World
Perkembangan media di masyarakat berjalan diiringi evolusi yang terus be
rjalan. Karena betapa banyaknya informasi dan pesan-pesan yang disampaikan media
, masyrakat membutuhkan suatu pemahaman-pemahaman nilai budaya yang beragam. Ole
h karena itu, kemajuan dari isi dan format pesan yang disampaikan media baik gen
erik maupun spesifik, tergantung dari budaya yang ada di masyarakat itu sendiri.
Karena setiap masyarakat memiliki jalan sendiri dan kecepatan evolusi.
Media seraya menciptakan budayanya sendiri dan menjadikan itu sebagai su
atu nilai-nilai yang di harus dikonsumsi oleh masyarakat. Kultur yang diciptakan
oleh media tak lepas dari peran masyarakat pula dalam perkembangnnya.
Namun memang ada budaya global yang dapat diamati pada tiga tingkatan.
Pertama, untuk minoritas kecil tapi berpengaruh kepada orang lain, ada kesadaran
takdir bersama dari tempat kita tinggal, baik itu dari segi lingkungan pemeri
ntah, hak asasi manusia, prinsip-prinsip moral, interdependensi ekonomi global,
atau geopolitik keamanan. Ini adalah prinsip kosmopolitanisme didukung oleh para
aktor sosial yang melihat diri mereka sebagai warga dunia (Beck, 2005).
Kedua, adalah multikultural yang global yang ditandai dengan hibridisasi dan rem
ix dari budaya dari berbagai asal. Ketiga, lapisan paling mendasar dari globalis
asi budaya adalah budaya konsumerisme, langsung berkaitan dengan pembentukan pas
ar kapitalis global (Barber, 2007). Untuk kapitalisme untuk globalisasi, budaya
komodifikasi harus hadir di mana-mana. Dan fakta bahwa kapitalisme adalah global
dan bahwa semua negara sekarang hidup di bawah kapitalisme
Yang paling nyata kita rasakan adalah yang ketiga, yaitu konsumerisme ya
ng tampaknya sudah melekat di masyarakat global. Produk-produk bermerk yang sela
lu hadir di media dengan bentuk periklanan yang mengundang daya tarik konsumsi m
embuat masyarakat tak luput dari rayuan kapitalisme global. Konsumerisme yang b
erbentuk industri global sengaja dirancang untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Den
gan berbagai saluran media inilah produk-produk industri tersebut di fasilitasi
dan saling memperkuat satu sama lain.
Periklanan adalah tulang punggung jaringan media global dan bisnis lokal
(Gluck dan Roca-Penjualan, 2008). Dengan demikian itu hadir di mana-mana, di se
mua
pola budaya, dan menggunakan semua platform, dari televisi dan radio ke Internet
dan ponsel. Melalui iklan inilah bahwa komodifikasi budaya berada di jantung k
apitalisme global, yang dapat mempengaruhi semua budaya ekspresi dari dukungan m
edia mereka.
Dalam masyarakat kita, protokol komunikasi tidak didasarkan pada pembagi
an budaya tetapi pada budaya berbagi. Inilah sebabnya, pada akhirnya, protokol d
ari com- munication tidak eksternal untuk proses tindakan komunikatif. Mereka di
bangun dalam pikiran orang melalui interaksi antara beberapa menghubungkan titik
-titik dalam sistem komunikasi dan mental orang itu sendiri. Oleh karena itu, p
enonton disebut asal proses perubahan budaya, yang membalikkan historis ketergan
tungan pada media selama era komunikasi massa.
Communication in the Global Digital Age and The Creative Audience
Bentuk-bentuk komunikasi yang diciptakan media mempermudah kita untuk berinterak
si dengan satu sama lain dan mendapatkan informasi tanpa memikirkan aspek-aspek
jarak ruang dan waktu. Contohnya saja dengan adanya internet dan koran elektron
ik kita tidak perlu lagi pergi keluar rumah unutk membeli media cetak. Interaksi
melalui internet juga memudajhkan kita berkomunikasi dengan satu sama lain deng
an jarakyang jauh sekalipun dan waktu yang berbeda dari masing-masing negara. Ke
mudahan akses media juga mempermduah kita untuk selalu meng update berita-berita
terbaru. Dengan perkembangan era digital sanga memberi kepraktisan dan kenyaman
di masyarakat.Karena di kian lama kita semakin cepat saja unutk mendapatkan inf
ormasi.
Namun, keunggulan media digital di era global ini layaknya dua sisi mata uang.
kemudahan-kemudahan yang diberikan media membuat kita melupakan interaksi-intera
ksi dan hubungan langsung oleh masyarakat satu sama lain. Seperti menjauhkan yan
g dekat, dan mendekatkan yang jauh. Dengan kemudahan yang terus berkembang inila
h , aspek-aspek sosial kian hilang tenggelam dengan ke praktisan yang diciptaka
n media komunikasi.
Memang, kecepatan dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi sangat m
embantu.Tetapi kita tidak menyadari bahwa kecepatan dan kemudahan itu dapat meng
hancurkan pesan-pesan media yang disampaikan.Kebanyakan dari kita hanya mendenga
r saja dan mengkonsumi pesan-pesan media begitu saja tanpa menganalisis dan kura
ngnya pemahaman yang dibutuhkan.Kita tidak lagi mengamati lebih dalam suatu info
rmasi tetapi dengan cepatnya kita menyimpulkan dengan respon penafsiran yang ber
beda-beda dan yang ironisnya, penyimpulan-penyimpulan itu juga dibuat oleh media
yang mengkomunikasikan pesan itu sendiri.
Oleh karena itu, perlunya audiens atau penonton yang kreatif juga lagi k
ritis dalam menyikapi pesan-pesan dan komunikasi media.Penonton yang kreatif dan
kritis tidak hanya mengkonsumsi begitu saja pesan-pesan media yang disampaikan,
namun dapat menelaah lagi lebih dalam dan juga mencari solusi kreatif untuk men
yikapi segala permasalahanyang disampaikan media.Penonton yang merupakan agent o
f change harusnya turut berpean penting di dalam era global digital ini.Dengan p
enonton yang kreatif mereka dapat membuta perubahan minimal dari diir dan lingku
ngannya sendiri dan tidak mudah terjeremus dengan media yang sebenarnya ada pote
nsi untuk menyesatkan. Sayangnya, kebanyakan kita tidak merespon pesan media itu
dengan mencari permasalahan jalan keluar yang baik, tetapi hanya duduk diam men
jadi penonton yang baik .
CHAPTER 3
The Windmills of The Mind (Kincir Angin Pikiran)
Manuel Castell melakukan analisis dalam sub-bab ini dengan berlandaskan
penelitian teorisasi dan sistematika neuroscience oleh Antonio Damasio.Ia juga m
empelajarinya emosi dan kognitif dalam interaksinya yang intim dan terus menerus
dengan Profesor Antonio Damasio dan Hanna Damasio selama bertahun-tahun.Pengaru
h-pengaruhnya juga atas percakapan dan bacaan terhadap karya-karya George Lakoff
dan Jerry Feldman.Castell mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang yang berkompe
tensi khusus dalam neuroscience atau ilmu kognitif. Tujuannya memperkenalkan ele
men ini adalah sebagai lapisan dalam analisisnya untuk menghubungkan pengetahuan
nya terhadap komunikasi politik dan jaringan komunikasi menuju pengetahuan yang
kita punya sekarang dalam proses pikiran manusia.
Komunikasi adalah terjadinya aktifasi pikiran untuk menyampaikan maksud atau art
i. Pikiran adalah proses mengkreasikan dan memanipulasi gambar mental (visual at
au tidak) di dalam otak. Ide juga dapat disebut sebagai susunan gambar-gambar me
ntal.Dalam segala kemungkinan, gambar mental berkorespondensi terhadap pola syar
af.Pola syaraf sendiri tersusun dari adanya aktivitas dalam jaringan syaraf.Jari
ngan syaraf menghubungkan neuron, yang merupakan sel-sel otot. Pola syaraf dan g
ambar-gambar yang berkorespondensi membantu otak untuk mengatur interaksinya den
gan yang dapat diterimanya dan dengan lingkungannya. Pola syaraf dibentuk dari
evolusi spesies, bawaan otak semenjak lahir, maupun pengalaman subyek. Jaringan
dari kumpulan gambar-gambar, ide-ide, dan perasaaan dan menjadi terhubung seirin
g waktu mendirikan pola-pola syaraf yang menstruktur emosi, perasaan, dan kesada
ran..
Kita mengkonstruksikan realitas sebagai reaksi kejadian-kejadian nyata,
internal atau eksternal, namun otak kita tidak merefleksikan kejadian-kejadian i
ni.Justru otak memproses menurut pola-polanya sendiri.Kebanyakan dalam prosesnya
adalah tidak sadar (unconscius). Jadi, realitas bagi kita bukanlah objektif mau
pun subjektif, tetapi konstruksi material gambar-gambar yang mencampurkan apa ya
ng terjadi dalam dunia fisik (di dalam dan di luar kita) dengan inskripsi materi
al pengalaman dalam sirkuit otak kita. The brains body furnished, body-minded mind
is a servant of a whole body (Damasio 2003: 206).
Kesadaran mungkin saja timbul dari kebutuhan akan mengintegrasikan angka
yang lebih besar dari gambar-gambar mental dari persepsi dengan gambar-gambar d
ari memori. Secara eksperimental dan teoritikal, peranan menonjol dari emosi dan
perasaan dalam perilaku sosial telah didemonstrasikan oleh Antonio Damasio (199
4, 1999, 2003). Ekman (1973) mengidentifikasi adanya 6 emosi dasar yakni rasa ta
kut, kemuakan, kejutan, kesedihan, dan kesenangan, dan marah. Penelitian eksperi
men menunjukkan operasi dari emosi-emosi ini dapat berhubungan dengan sistem spe
sifik di dalam otak.Emosi diterima di dalam otak sebagai perasaan.Pola emosional
memperoleh dari interaksi antara karakteristik emotionally competent stimulus d
an karakteristik dari peta otak sebagai spesifik individual.
Dengan mengetahui kesadaran diri, perasaan dapat mengatur perilaku sosia
l, dan sangat amat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menghubungkan peras
aan dari masa lalu dan masa kini untuk mengantisipasi masa depan dengan mengakti
fkan jaringan syaraf yang berasosiasi dengan perasaan dan kejadian. Emosi dan pe
rasaan terhubung dalam pikiran untuk menghadap diri menuju pembuat keputusan dal
am hubungan dengan jaringan internal dan eksternal diri. Pikiran manusia dikarak
teristikan oleh kapasitas untuk berpikir masa depan, dimana kemampuannya untuk m
engaitkan kejadian masa mendatang dengan peta otak. Secara sederhana, pikiran ma
nusia diaktifkan melalui akses peta otak melalui bahasa.
Agar komunikasi terjadi, otak dan sensor-sensorial persepsinya butuh pro
tokol komunikasi, dan protokol terpenting dalam komunikasi adalah metafora. Our b
rain thinks in metaphore, which can be accessed by languange but are physical st
ructures in the brain (Lakoff and Johnson, 1980; Lakoff, 2008). Metafora sangat p
enting untuk menghubungkan bahasa dengan sirkuit otak manusia, melalui metafora
inilah narasi dibangun.
Begitu banyak penjelasan teknis mengenai bagaimana pengaruh pengalaman d
an memori seorang manusia dalam otaknya berpengaruh terhadap perilaku sosialnya
dalam bahasan chapter ini.Bahasa tidak selalu bahasa verbal, namun juga bisa mel
alui komunikasi non-verbal seperti bahasa tubuh. Dijelaskan pula analisis Antoni
o Damasio mengenai proses pengambilam keputusan. Aksi manusia adalah hal yang me
lalui proses pengambilan keputusan yang melibatkan emosi, perasaan, dan komponen
-komponen yang beralasan, seperti digambarkan dalam kerangka ini:
A
B
Proses Pengambilan Keputusan menurut Antonio Damasio
Poin kritis dari proses ini adalah bahwa emosi memainkan peran ganda dalam mempe
ngaruhi pengambilan keputusan. Di satu sisi mereka diam-diam mengaktifkan pengal
aman emosional yang berkaitan dengan masalah yang menjadi objek pengambilan kepu
tusan. Di sisi lain emosi dapat bertindak langsung dalam proses pengambilam kepu
tusan, melalui dorongan subjek untuk memutuskan jalan yang dirasakannya. Komunik
asi, dalam modalitas yang berbeda memainkan peran yang penting dalam mengaktifka
n jaringan syaraf-syaraf yang relevan dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam konklusinya pada sub-bab berikut ini Castell menyampaikan konklusi
nya bahwa memang, pertumbuhan badan penelitian dalam ilmu politik dan komunikasi
politik telah membentuk satu set kompleks hubungan antara pikiran dan tenaga da
lam proses politik. Daya dibangun, seperti semua realitas, dalam jaringan saraf
dari otak kita.Daya yang dihasilkan dalam kincir angin dari pikiran.
Emosi, Kognitif, dan Politik
Emosi menyoroti peran kognisi meski mempengaruhi proses kognisi pada wak
tu yang sama. Menurut teori kecerdasan afektif, emosi yang sangat relevan untuk
perilaku politik adalah antusiasme (dan sebaliknya, depresi) dan ketakutan (deng
an pasangannya, tenang). Teori kecerdasan afektif menyediakan kerangka kerja ana
litis yang berguna yang menginspirasi tubuh diversifikasi bukti dalam komunikasi
politik dan psikologi politik mendukung gagasan yang menarik emosional dan pili
han-pilihan rasional adalah mekanisme yang saling melengkapi yang interaksi dan
relatif berat dalam proses pengambilan keputusan tergantung pada konteks proses
(Marcus et al 2000;. MacKuen et al, 2007;. Neuman et al, 2007.; Marcus, 2008).
Memang, penurunan emosi menonaktifkan kemampuan untuk membuat tepat kognitif pen
ilaian.Evaluasi peristiwa emosional, dan berbentuk oleh penanda somatik (Spezio
dan Adolphs, 2007: 71-95).Menurut . MacKuen et al, "Rasionalitas adalah tepat ha
nya dalam beberapa situasi" (2007: 126). Peningkatan kecemasan merupakan indikas
i dari ketidakpastian dan ketidakpastian adalah terkait dengan rasionalitas. Kog
nisi politik telah menjadi faktor kunci dalam evolusi manusia membantu untuk me
ndorong kerjasama dan pengambilan keputusan kolektif dalam pencarian terhadap ke
langsungan hidup dan kesejahteraan.
Perilaku politik ditentukan oleh dua sistem emosional: (a) sistem dispos
isi yang menginduksi antusisasme dan mengatur perilaku untuk mencapai tujuan dar
i subjek antusisasme yang diberikan lingkungan; (b) sistem pengawasan, ketika me
ngalami ketakutan atau kecemasan sebagai akibat dari kehadiran ECS yang diberika
n, menyerukan mekanisme penalaran untuk berhati-hati mengevaluasi respon yang me
madai terhadap ancaman yang dirasakan. Jadi, tindakan pada kecenderungan perilak
u harus memunculkan antusiasme, sementara kecemasan harus meningkatkan pertimban
gan dari kompleksitas keadaan spesifik.
Emosi mempengaruhi keputusan politik melalui dua jalan: (a) loyalitas ke
pada pihak, kandidat, atau pemimpin opini berdasarkan lampiran kepada pemimpin-p
emimpin ini (ketika keadaan familiar); (b) penyelidikan terhadap pihak, kandidat
, atau pemimpin opini berdasarkan kalkulasi rasional yang dipengaruhi kecemasan
yang meninggi (ketika keadaan tidak familiar). Dari kedua kasus, rasionalitas se
ndiri tidak menentukan pengambilan keputusan; ini adalah tahap pemrosesan kedua
dari informasi yang tergantung dari emosi yang aktif.
Harapan, adalah sebuah komponen kunci dari mobilisasi politik., namun ha
rapan juga tercampur aduk dengan rasa takut akan kehilangan kandidat pilihan, at
au menipu konstituantenya. Harapan dan rasa takut berkombinasi dalam proses poli
tik, dan pesan kampanye seringkali secara langsung untuk merangsang harapan dan
untuk menanamkan rasa takut dari lawan. Rasa takut adalah esensial bagi kelestar
ian diri, namun harapan adalah esensial untuk kelangsungan hidup karena membuat
individual untuk merencanakan hasil dari keputusan dan memotivasinya menuju tind
akan dari yang mereka dapatkan untuk mendapatkan keuntungan.Rasa takut dan harap
an mendorong orang untuk mencari informasi lebih mengenai keputusannya. Harapan
dan antusiasme tidaklah sama. Harapan melibatkan tingkat ketidaktentuan mengena
i subjek melalui apa yang harapan mediasikan (misal partai atau kandidat). Antus
iasme hanyalah sebuah evaluasi positif dan tidak membutuhkan proyeksi perubahan
sosial.Namun poin kritisnya adalah evaluasi kandidat atau pilihan politik dipros
es dalam hubungan menuju tujuan diri. Tidak ada politik secara umum, yang ada ha
nyalah politik saya, sebagaimana diproses oleh jaringan syaraf otak saya dan disah
kan melalui keputusan yang mengartikulasikan emosi saya dan kapabilitas kognitif
saya, berkomunikasi melalui perasaan saya. Ini adalah kerangka kerja dari tinda
kan manusia dimana proses politik beroperasi.
Emosi dan Kognitif dalam Kampanye Politik
Disini dijelaskan bagaimana pesan-pesan dan kandungan dalam iklan kampan
ye politik bekerja dan mempengaruhi pihak lawan atau calon pendukungnya. Sejak t
ahun 1990-an studi-studi komunikasi politik telah membuktikan adanya pengaruh pe
mberitaan, kampanye politik, dan iklan-iklan politik dalam proses pengambilan ke
putusan oleh masyarakat.
Brader pada tahun 2006 berdasarkan teori somatic markers dan teori kecer
dasan afektif milik Damasio untuk menguji secara empiris peran emosi dalam menen
tukan efek dari iklan politik terhadap perilaku pemilih, berfokus pada dua dasar
emosi dianggap menjadi sumber motivasi kunci: antusiasme dan takut. Pada hasiln
ya verifikasi empiris atas hipotesisnya adalah bahwa emosi bukan merupakan pengg
anti untuk analisis dalam proses pengambilan keputusan; namun itu adalah faktor
yang mengaktifkan tingkat yang lebih tinggi perilaku reflektif.
Dalam analisis yang lainnya, yakni melalui analisis isi 1.400 iklan pemi
lihan kongresional dan gubernur yang diproduksi pada jangka tahun 1999-2000 dala
m musim kampanye Amerika Serikat; temuan Brader menyimpulkan bahwa tidak ada per
tentangan antara iklan emosional dan penalaran iklan. Emosi adalah saluran untuk
menyampaikan argumen.Dengan demikian, emosi serempak cepat penalaran, merangkai
pemahaman, dan memobilisasi tindakan di bawah frame yang disampaikan oleh konst
ruksi pesan.Namun, efek dari pesan emosional bervariasi sesuai dengan konteks pe
nerimaannya.Hal ini bergantung pada perasaan penerima pesan di waktu dan tempat
penerimaan pesan. Ini adalah kapasitas dari satu set rangsangan untuk mengaktifk
an bingkai yang diberikan yang mendefinisikan imbasnya. Sementara frame yang sud
ah ada terkondisi di dalam otak kita, asosiasinya dengan gambar-gambar spesifik
tergantung arti gambar-gambar yang diberikan lingkungan kognitif.
Karena pikiran orang yang dibangun melalui pengalaman mereka, politik ik
lan dan tujuan kampanye politik untuk menghubungkan gambar tertentu dengan penga
laman khusus untuk mengaktifkan atau menonaktifkan metafora yang mungkin untuk m
emotivasi dukungan bagi aktor politik yang diberikan.Warga membuat keputusan den
gan mengelola konflik (sering tidak sadar) antara kondisi emosional mereka (apa
yang mereka rasakan) dan kondisi kognitif mereka (apa yang mereka ketahui).Emosi
onal politik hanyalah salah satu dimensi kecerdasan afektif, tindakan reflektif
memilih opsi terbaik bagi makhluk refleksif kita.
Politik Keyakinan
Material dasar yang membentuk opini publik adalah dari tiga jenis: nilai
-nilai, kelompok disposisi, dan bahan kepentingan pribadi (Kinder, 1998). Peneli
tian yang ada menunjukkan bahwa kecenderungan dan nilai-nilai (bahan dari simbol
ik politik) memiliki suara yang lebih besar dalam pembentukan pendapat politik d
ari bahan kepentingan pribadi (Brader dan Valentino, 2007).
Ketika konflik antara kognitif dan emosi semakin menajam - menurut berba
gai macam penelitian menyiratkan bahwa orang-orang cenderung lebih percaya apa y
ang mereka mau untuk dipercayai. Disamping itu eksperimen-eksperimen menunjukkan
bahwa orang lebih kritis dalam mengevaluasi fakta yang kontradiksi dengan keyak
inannya daripada fakta yang mendukung apa yang mereka pikirkan. Semakin masyarak
at berpendidikan, maka semakin berkapabilitas untuk untuk mengelaborasi interpre
tasi atas informasi yang tersedia untuk mendukung pilihan politik pra-determinas
i mereka.Hal ini disebabkan semakin tingginya pengetahuan memberikan masyarakat
sumber intelektualitas yang lebih untuk merasionalisasi diri dalam rangka menduk
ung induksi mispersepsi mereka secara emosional.
Sumber utama kendala emosional warga adalah keberpihakan, atau loyalitas ke part
ai pilihan mereka di masa lalu.Ini sekaligus merupakan fitur institusional dan f
aktor emosional.Hal ini institusional karena adalah berakar dalam sejarah negara
itu.Ini emosional, namun, karena pengalaman keberpihakan, sering diterima dari
keluarga selama masa kanak-kanak, yang terhubung ke otak, karena mereka terkait
dengan sejumlah peristiwa emosional.
Namun, hubungan antara pesan-pesan politik dan politik pengambilan keputusan tid
ak langsung.Hal ini diproses oleh pikiran atas dasar rangsangan yang diterima da
ri lingkungan komunikasi. Oleh karena itu, Castell akan mulai memeriksa mekanism
e tertentu di mana sistem komunikasi mengaktifkan pikiran.
Conquering the Minds, Conquering Iraq, Conquering
Washington: From Misinformation to Mystification
Pada bulan Maret 2004, Sub-Komite Reformasi Pemerintah DPR AS merilis s
ebuah laporan menyangkut 237 pernyataan palsu yang menyesatkan mengenai alasan u
ntuk perang AS di Irak, yang dibuat oleh Presiden George Bush, Wakil Presiden Ri
chard Cheney dan pendukung lainnya. Pernyataan palsu tersebut mengutarakan hubun
gan antara nuklir Irak, al-Qaeda, dan Saddam Hussein dalam tragedi 9/11. Pada Ju
ni 2004, Laporan Komisi untuk tragedi 9/11 menekankan kurangnya bukti hubungan a
ntara Saddam Hussein dan Al-Qaeda. Sebulan kemudian pada bulan Juli 2004, Senat
Komite Intelijen merilis sebuah laporan serupa bertentangan dengan klaim sebelum
nya. Pada Oktober 2004, Charles Duelfer, dipilih oleh pemerintahan Bush untuk me
nyelidiki masalah ini, kemudian merilis sebuah laporan mengatakan bahwa penyelid
ikan tidak menemukan bukti program senjata yang komprehensif setelah 1991 (Duel
fer, 2004). Sampai saat ini, tidak ada bukti senjata pemusnah massal telah telah
ditemukan dan tidak ada koneksi pra-perang antara Irak dan Al-Qaeda.
Namun, menurut survey masih ada sepertiga lebih penduduk Amerika percaya
bahwa amerika telah menemukan senjata pemusnah massal tersebut dan sisanya perc
aya bahwa Irak mendukung gerakan dari Al-Qaeda. Fakta mengejutkan ialah setelah
informasi resmi mengenai laporan pemalsuan situasi pra-perang di Irak, survei ol
eh Harris (2006) menemukan bahwa jumlah orang Amerika yang percaya bahwa senjata
pemusnah massal telah ditemukan di Irak malah meningkat menjadi setengah pendud
uk Amerika. Kesalahan persepsi dari penduduk Amerika akan kondisi yang tidak ses
uai dengan persepsi awal mereka menjadi sulit untuk diklarifikasi.
Bagaimana dan mengapa bisa terjadi salah informasi untuk waktu yang lama
? Proses sosial seperti apa yang mengarahkan pada informasi yang salah? Dan apa
dampak politik dari kesalahpahaman, khususnya yang berkaitan dengan sikap terhad
ap perang? Bagaimana dukungan untuk perang oleh presiden dan kongres diperoleh m
elalui kesalahan persepsi?
Castells memulai dengan pernyataan bahwa orang cenderung untuk percaya a
pa yang mereka ingin percaya. Mereka menyaring informasi yang disesuaikan dengan
kecenderungan penilaian mereka. Mereka enggan untuk menerima fakta-fakta yang m
enentang keyakinan mereka. Bahkan dalam contoh yang lain, meskipun informasi te
lah diklarifiksi, hampir seluruh pasukan AS yang ditempatkan di Irak mengaku bah
wa mereka berada di sana karena misi AS adalah "untuk membalas Saddam Hussein da
lam serangan 9/11".
Menurut Canstells, orang dalam kondisi cemas lebih mungkin untuk menenta
ng perang dari pada orang dalam kondisi marah. Kecemasan meningkat risiko yang d
irasakan dan mengurangi dukungan untuk perang, sementara kemarahan mengurangi pe
rsepsi risiko dan meningkatkan dukungan untuk intervensi militer.Sementara itu,
kecemasan mendorong individu untuk mencari informasi baru, juga memiliki efek me
nurunkan kemampuan mereka untuk menilai dan mengingat informasi. Mereka yang pal
ing cemas setelah peristiwa 9/11 lebih memperhatikan politik, mereka juga kurang
akurat dalam ingatan mereka dari peristiwa ini. Ini menunjukkan bahwa orang yan
g memiliki fakta-fakta yang lebih sedikit dan lebih banyak mispersepsi tentang p
erang lebih mungkin untuk mendukungnya.Perbedaan antara orang yang cemas dan mar
ah dalam pembentukan persepsi juga dipengaruhi oleh media.Mengingat ketika itu m
edia masih dalam kondisi simpang siur menjadikan orang yang yang cemas mendapatk
an informasi yang kurang akurat dan melahirkan asumsi sesuai informasi korektif
yang didapat sebelumnya.
Adapula upaya untuk memobilisasi Amerika dalam mendukung Perang Irak dikatagorik
an menjadi dua frame utama yakni perang melawan teror dan patriotisme. Pemerinta
han Bush dan media jelas dan konsisten terbentuk hubungan antara perang melawan
teror dan Perang Irak (Fried, 2005; Barat, 2005).Psikologis eksperimen dalam sej
umlah negara memberikan bukti bahwa isu dan peristiwa kematian memicu sikap poli
tik konservatif dalam otak manusia (Westen, 2007: 349-76). Setelah ditimbulkanny
a kematian, orang berpegang pada apa yang mereka miliki dan apa yang mereka perc
aya sebagai perlindungan dan pembelaan, sehingga menegaskan bahwa orang-orang me
njadi kurang toleran terhadap perbedaan pendapat dan lebih cenderung ke arah keb
ijakan hukum dan ketertiban, lebih nasionalistis, dan lebih mendukung patriarkal
. Orang-orang menunjukkan bahwa kehadiran kematian dalam pikiran para pemilih me
nyebabkan dukungan kuat bagi Bush dan kebijakannya di Irak pada tahun pemilu 200
4, bahkan di antara orang dengan ideologi liberal. Kedua frame yakni perang mel
awan teror dan patriotisme, yang sangat efektif dalam iklim psikologis akibat se
rangan 9/11 menunjukan bahwa perang melawan teror timbul akibat ketakutan, yang
dihubungkan dengan kemarahan dan kecemasan (Huddy et al., 2007). Patriotisme ti
mbul atas emosi antusiasme, memunculkan mobilisasi dukungan dari negara, benar-b
enar mengerahkan orang pada citra nasionalisme.
Pada umumnya, lembaga politik yang membingkai media dalam rangka menarik audiens
mereka.Orang-orang bergantung pada media untuk menerima informasi dan pendapat.
Informasi ketika mengacu pada isu-isu atas kebijakan, berasal dari sistem polit
ik yang disediakan dalam bentuk frame. Pemerintahan Bush bahkan secara berturut-
turut menetralisir kritik atas Demokrat dengan framing.Pertempuran politik adala
h pertempuran bagaimana membingkai narasi kebenaran yang dapat dicerna untuk mem
bentuk asumsi pada pandangan masyarakat. Misalnya saja dalam perang, saat pasuka
n AS pindah ke Baghdad, frame kemenangan itu membangkitkan dimunculkan dalam ran
gka untuk mengalihkan perhatian pasukan AS pergi dari pertempuran sengit di Bagh
dad. Dalam kesempatan foto yang dipentaskan oleh militer, terlihat tentara AS me
mbantu warga Irak menggulingkan patung Saddam Hussein dalam rangka untuk membang
kitkan bingkai kemenangan.Pengalihan isu atas pembingkaian kemenangan tersebut d
irasa berhasil karena setelah itu, sejumlah cerita yang mendokumentasikan kekera
san yang terus berlanjut di Irak menurun tajam, menunjukkan bahwa kerangka kemen
angan menggantikan potensi kompetitif narasi di bidang media. Dalam media yang m
emberitakan Saddam Hussein, apabila tidak ada senjata pemusnah massal yang ditem
ukan, maka narasi yang dibelokan adalah mengenai penyelamatan: AS berada di Irak
untuk menyelamatkan rakyat Irak dan membantu mereka dengan karunia demokrasi.
Framing sukses bagi elit politik dalam membuka jalan untuk efektivitas proses pe
nyusunan agenda. Agenda-pengaturan diarahkan terhadap media, dan ditularkan mela
lui media untuk mempengaruhi pendapat publik.Agenda-pengaturan memerlukan dua op
erasi terkait untuk menyorot isu tertentu dan untuk mendefinisikan narasi masala
h. Dalam hal ini, pemerintahan Bush mengatur agenda dengan menghubungkan Perang
Irak untuk perang melawan teror, dan dengan memobilisasi pengorbanan negara seki
tar dan tindakan heroik dari tentara Amerika. Sebagaimana dinyatakan di atas, ce
rita aslinya didasarkan pada informasi yang keliru seperti, Saddam Hussein telah
mengembangkan senjata pemusnah massal, Saddam berhubungan dengan ke al-Qaeda, a
l-Qaeda telah menyerang AS dan telah bersumpah untuk meningkatkan kehancuran ser
angan di masa depan. Ini menimbulkan rangsangan kematian yang meningkatkan kecen
derungan masyarakat untuk mendukung atas suatu kebijakan dan tindakan yang mendu
kung pandangan mereka.
Dalam pandangan berikutnya Castells mengidentifikasi bahwa sorotan media
dapat mempengaruhi opini publik. Hal ini tampak ketika perang dijadikan isu kru
sial dalam pemilihan kongkres pada November 2006 dan menghalangi dominasi Bush.
Untungnya ketika itu Bush diuntungkan karena perannya paska Badai Kathrina.Frami
ng yang dibentuk oleh media atas kuasa politik tidak leluasa berjalan dengan mul
us, pada suatu survey menyatakan pada perkiraan kegagalan media berita untuk mel
ayani secara memadai permintaan publik untuk berita tentang perang Irak. Dalam s
urvey mengutarakan perbedaan antara persentase publik bahwa mereka lebih tertari
k pada berita tentang Irak daripada berita lainnya dan persentase agenda berita
dikhususkan untuk liputan perang.
Masih dalam kekuatan Framing, media dapat membantu dalam upaya strategi
dalam politik, hal ini tampak dari kandidat politik Demokrat, terutama oleh Bara
ck Obama yang memberikan counter-frame dengan menggalang dukungan untuk mengakhi
ri perang karena krisis ekonomi. Pada saat kampanye, Partai Demokrat yang domina
n di media, meskipun fakta bahwa baik Obama maupun Clinton berkomitmen untuk pen
arikan bertahap dari Irak.Partai Demokrat berhasil membuat isu ekonomi menjadi t
opik penting menutupi isu penentangan terhadap perang yang ketika itu banyak dig
unjing orang Amerika.Selain itu Partai demokrat ketika itu dapat mendorong kesad
aran yang lebih besar di kalangan rakyat Amerika mengenai kondisi genting ekonom
i yang tengah di alami Amerika. Untuk pertama kalinya, isu ekonomi melampaui per
ang Irak sebagai "masalah yang paling penting" yang dihadapi Amerika menurut jaj
ak pendapat Gallup. Masalah yang dihadapi adalah apabila publik tetap menerobos
frame dari informasi yang keliru dan membingungkan dan menuju pada kehancuran ke
tika media pers gagal (Bennett et al., 2007).
The Power of the Frame
Kekuatan dalam pembentukan citra bagi partai-partai politik dan pemerintahan aka
n menghalangi keterbukaan sistem politik karena manipulasi yang dilakukan demi k
epentingan-kepentingan individual. Bayangkan saja bila partai-partai dan pemerin
tahan menghadapi pandangan publik secara bebas tanpa manipulasi kepentingan dan
sebagainya maka pemerintahan yang baik.
Bagaimana jika emosi dan perasaan merupakan komponen penting dari proses pengamb
ilan keputusan? Bagaimana jika emosi dan perasaan akhirnya memutuskan cara polit
ik yang dipakai.Ini bukan sekedar normatif bagi kemenangan emosional poltik. Ini
adalah pengakuan sebenarnya dari cara orang membuat keputusan mereka, bagi diri
nya dan bagi dunia, pada umumnya atas nama sendiri. Karena demokrasi pada dasarn
ya adalah prosedural, bagaimana orang memutuskan untuk tidak menentukan apa yang
mereka pilih. Tapi untuk mencapai tingkat kebijakan pengambilan keputusan, demo
kratis prosedur harus diikuti dengan pemahaman penuh dari keterlibatan proses. D
an proses ini sebagian besar bersifat emosional, secara sadar perasaan dan terhu
bung pada pilihan yang mendatangkan respon tergantung pada rangsangan yang diter
ima dari komunikasi lingkungan kita. Profesionalitas politisi atau pemimpin terg
ambag dari manajemen emosi yang tepat untuk memenangkan pikiran dan hati.
Pembahasan dan analisis yang disajikan dalam bab ini memperlihatkan bagaimana m
engaktifkan jaringan asosiasi antara peristiwa dan citra melalui proses kekuatan
dari komunikasi, beroperasi dalam dinamika di mana kita merasakan struktur cara
berpikir dan akhirnya pada cara kita bertindak. Bukti empiris dan teori komunik
asi politik berkumpul menuju penekanan kekuatan frame atau citra dalam proses ke
kuasaan dalam pengambilan keputusan.
CHAPTER 4
Politik dan media memiliki inherensif nyata dalam peng-alokasian kekuasaan.Hal i
ni terkait dengan bagaimana kemudian jendela demokrasi itu dibuka melalui pencit
raan.Media seringkali menjadi sarana penyampaian ide dalam bentuk simbol.Kemudia
n simbol itu menjadi jargon politik dan berdampak pada penguatan citra yang deng
an sengaja diproduksi pada akhirnya menjadi paradigma objektif-kolektif.Media san
gat menentukan alur kontestasi politik suatu wilayah. Mereka yang ikut ambil bag
ian dalam proses politik dan menjadikan politik sebagai alat/mekanisme untuk men
dapatkan kekuasaan hanya akan menjadi sia-sia apabila tidak ambil bagian dalam k
ontestasi arus media massa (impolisi). Media sebagai ruang publik (Habbermas), men
jadi penyedia sekaligus jembatan politik di seluruh negara demokrasi, namun hal
ini dapat pula terjadi di negara-negara non demokrasi, dimana media dikontrol da
n dipaksa untuk tunduk dari tindak otoritarianisme rezim namun di negara otoritar
ian komunikasi politik hampir dapat dipastikan mati dan esensi demokrasi kembali d
ipertanyakan. Namun, media bukan merupakan satu-satunya indikator dalam menentuk
an hasil dari kontestasi politik, ada dimensi-dimensi lain yang turut menentukan
nya, seperti; gerakan sosial, aktivisme, dll (media hanya menjadi indikator utam
a).Dalam keterlibatan aktor politik dengan media, mereka harus menyesuaikan deng
an kepentingan media, kehadiran media, serta bahasa-bahasa media.Masuknya aktor
politik dalam kontestasi politik yang masif berada dalam tataran konvensional.Da
lam kontestasi politik ini, keterlibatan media pula harus menyesuaikan dengan ko
nsumer. Namun bukan pangsa pasar yang menjadi fokus media, lebih menjurus pada p
emikiran kolektif atas apa yang ditampilkan media kredibilitas sebagai sebuah obj
ektivasi.
Kehadiran lembaga survei dalam kontestasi politik dapat dikatakan sebaga
i jembatan antara media dan politik. Hal ini terkait dengan bagaimana kemudian l
embaga survei sering dijadikan oleh para aktor politik sebagai instrumen strateg
i politik, namun lagi-lagi menjadi percuma ketika hasil survei yang menguatkan p
ondasi para aktor politik tidak ditampilkan di media atau media menolak untuk me
nampilkannya karena alasan tertentu, seperti; kredibilitas data, berseberangan d
engan kepentingan media, dll.
Dalam proses politik tersebut, perlu dilakukannya pengorganisasian antar
a aktor politik dan media. Media politik(khususnya) memiliki peran yang fundamen
tal dalam mengakomodasi kepentingan aktor politik, terkait dengan bagaimana kemu
dian kepentingan aktor politik diselaraskan dengan kepentingan media dan kemudia
n dibungkus dalam suatu wadah tampilan yang nantinya bertujuan untuk mempengaruh
i para konsumer untuk mengatakan iya/setuju dan barang tentu ditata menjadi sedemi
kian rupa agar menghasilkan suatu strategi politik yang anggun. Efisiensi strategi
politik ini akan terlihat ketika pesan dari tampilan yang direproduksi oleh media
mampu ditangkap oleh masyarakat luas. Komponen terakhir yang ikut menghubungkan
antara media dan politik, yakni kekuatan ekonomi, semua ini harus dibayar mahal
oleh seseorang(entah media dan atau aktor politik) dan ini menunjukkan bahwa ke
kuatan ekonomi dan kekuatan politik sebagai sesuatu yang inherensif semacam mutua
lisme simbiosis. Semua ini berjalan secara kontinu, selama masih ada negara dan
kontestasi politik maka akan selalu ada citra yang direproduksi oleh media. Sela
in itu, hal ini tidak hanya berjalan disaat pelaksanaan kampanye namun terjadi s
etiap hari disaat adanya pemberitaan di media, namun masa/momentum kampanye hany
a menjadi interval waktu yang krusial dan cukup berpengaruh terhadap hasil dari
kontestasi politik yang sedang dan akan berlangsung, serta disaat suatu peristiw
a yang penting lainnya sedang terjadi.
Keragaman media politik menjadi relatif terhadap bentuk kelembagaan, sis
tem sosial, struktur budaya dan institusi sosial suatu negara, dan ini sangat be
rpengaruh terhadap tampilan yang diproduksi media.Hubungan antara politik dan me
dia dalam tataran global terus berangsur menuju pada bentuk yang sama. Homogenisas
i ini berpusat di AS dimana politik demokrasi dan media berkembang dengan pesat,
mengarah pada tatanan komersial atas nama profesionalisme dan politik netral. D
isamping itu, konsentrasi media-media global terhadap suatu komoditas membawa be
ban ketergantungan antara negara satu dengan yang lainnya terutama negara orienta
lisme (Edward Said). Hal ini barang tentu semakin menguatkan posisi negara-nega
ra oksiden, pada level yang lebih kompleks ketimpangan relasi kuasa ini pada akh
irnya membentuk suatu budaya media global yang cenderung sentralistis (berkiblat
pada negara-negara oksidentalisme).
Pemerintah memiliki peran fundamental dalam mencapai akses ke media, sem
ua berada dalam tataran konvensional namun ditemui banyak variasi dalam mekanism
e ke media menjadi relatif terhadap kebijakan pemerintah.Adapun jalur-jalur yang
memiliki signifikansi dalam politik media, yakni televisi, radio, dan media ceta
k. Ada empat komponen untuk proses (tumber dan Webster, 2006; Bosetti, 2007; Ben
nett et al, 2007; Campo Vidal, 2008), (1) yang mengawasi organisasi kontrol baik
badan pemerintah maupun bisnis perusahaan (atau, dalam beberapa kasus yang jara
ng terjadi, perusahaan nirlaba), (2) keputusan editorial; (3) pilihan jurnalisme
korps profesional, dan (4) logika tertanam dalam kinerja yang memadai dari tuga
s yang diberikan ke media politik, yaitu untuk menarik para penonton dalam mengk
onsumsi produk media. Semakin media didominasi oleh logika komersial, para jurna
lis hanya akan berkspresi dalam batas-batas. Apa yang menarik bagi penonton dan di
anggap memihak atau representatif publik pendapatan, pengaruh, dan prestasi profe
sional para jurnalis akan lebih memiliki eksistensi. Pada dimensi lain, strategi
media yang berusaha untuk memahami karakteristik penonton dengan budaya konsumt
if ini dibingkai dengan bahasa yang lebih entertain dan menyertainya pada berbag
ai bentuk eksplorasi yang mencukupi kebutuhan akan informasi para penonton dari i
nformasi yang penting bahkan yang tidak penting sama sekali. Dengan demikian, me
dia politik menjadi semacam politik partikular dan secara lebih luas mengacu pad
a politik sentralistis (personalisasi aktor politik). Munculnya internet semakin
menguatkan gerakan politis independensi. Ketergantungan akan wadah politik pada
tataran struktur formal partai menjadi kurang terasa, dan ini pula yang menjadi
stimulan untuk berkembangnya kelompok sektarian yang emansipatif dan jauh dari
tindak politik manipulatif.
Pesan adalah Medium: Media Politik dan Informational politik
Sebelumnya perlu untuk kita memahami antara media politik dan politik media, med
ia politik kita memang sedang berbicara tentang media, sedangkan politik media m
erupakan strategi politik para aktor politik dalam mengembangkan pengaruhnya ke
masyarakat luas.Media politik adalah bagian dari instrumen politik yang dimainka
n para aktor politik.Hal ini terkait dengan bagaimana kemudian para aktor politi
k saling beretorika dalam mengembangkan pengaruhnya bahkan menjatuhkan lawan pol
itik. Konten yang di produksi media politik seringkali berpihak, dan biasanya in
i bukan sesuatu hal yang sederhana karena antara pemberitaan satu dengan yang la
in saling berhubungan bahkan ini dapat berlangsung pada jenis dan merk media yang
berbeda pula. Tujuan akhirnya adalah menang dalam kontestasi politik, tidak ada h
asil win-win, karena dengan kemenangan dalam pergulatan politik para aktor polit
ik akan dapat mengembangkan ide dan kepentingan-kepentingan partikular maupun or
ganisasionalnya (proyek politik). Dalam produk hasil konvergensi antara media da
n aktor politik biasanya sangat kental akan strategi politik, walaupun konten pr
oduk politik media tersebut telah melewati beberapa tahapan elaborasi dan analit
is ilmiah seringkali konten yang diproduksi tidak pure representatif masyarakat s
emacam gejala basa-basi- namun ini sangat berpengaruh pada ketepatan strategi poli
tik terkait dengan relevansi strategi politik dengan keadaan dan permasalahan di
dalam masyarakat. Disamping itu, strategi politik media sebagian besar didasark
an pada intuisi, harapan, saran dari para ahli, dan umpan balik dari jaringan pa
ra simpatisan.Perkembangan ilmu politik dan psikologi komunikasi telah menyebabk
an difusi dalam bentuk baru yang diprofesionalkan dalam tataran politik praktik,
atau politik informasi.
Merancang Pesan : Tank Think Politik
Informasi politik yang diproduksi media diawali dengan ide dan pesan yan
g ingin disampaikan pada masyarakat luas, format politik media ini didiskusikan
secara intensif oleh para ahli, konsultan politik, akademisi, dan para simpatisa
n yang bertujuan untuk membentuk suatu strategi politik yang mutakhir. Format ya
ng efektif dan efisien dalam memperoleh suara sangat tergantung pada visibilitas
mereka dalam meramu konten dan pesan yang ingin disampaikan dalam produk media
politik yang akan ditampilkan. Selain itu, format politik media ini pula bersifa
t prediktif, relevansi atas dunia empiris atau keadaan masyarakat dari mulai anal
isis tren, hingga memahami secara lebih terspesialisasi bagaimana mekanisme kogn
itif masyarakat- menjadi pondasi dasar atas terciptanya konseptualisasi politik
media yang persuasif dan mampu meraih banyak suara publik dari segi kualitas mau
pun kuantitas. Kontestasi politik media berlangsung dan seriring dengan itu, dis
kursus media sering kali membelokkan opini publik yang secara kontinu terus-mene
rus dan silih berganti diproduksi oleh media bahkan ini bagian dari strategi poli
tik media, lebih tepatnya semacam fenomena cilup BAA. Politik taktis memiliki pera
nan yang cukup signifikan bagi para aktor politik dalam menciptakan format polit
ik media, pencitraan dimedia yang secara kontinu terus berlangsung merupakan bag
ian dari visi politik jangka panjang para aktor politik.
Strategi-strategi politik media pada umumnya melakukan analisis dengan m
etode studi komparatif. Interpretasi terbalik sekaligus progressif digunakan seb
agai metode analisa dalam menghasilkan format frame politik media yang menarik d
an relevan, hal ini sangat menentukan kapasitas suatu proyek politik. Pengumpula
n, pengolahan informasi, dan pengetahuan akan data dengan basis analisis-kompara
tif menghasilkan konten dan pesan yang dibangun akan menjadi pondasi yang kuat b
agi suatu konsep besar strategi politik. Setelah pesan ini berhasil dikonstruksi
, akan menciptakan suatu iklim politik yang lebih komunikatif melalui media.
The Trail Uang
Informasional praktik politik sangat mahal, pengakumulasian dan pendapatan suatu
organisasi politikpun biasanya tidak cukup mampu untuk membiayai operasionalisa
si politik.Pengeluaran yang banyak terjadi pada masa kampanye, pembiayaan iklan
politik melalui televisi dan operasional para kader membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Hal ini akan menciptakan ruang bagi koorporasi untuk dapat masuk dalam
kontestasi politik suatu negara. Terciptanya ketergantungan secara politik maup
un finansial suatu birokrasi terhadap koorporasi ini membawa dampak pada kebijak
an yang akan diambil pada setiap level birokrasi cenderung pro koorporasi. Akumulas
i uang yang begitu besar yang diterima para politisi, biasanya tidak akan habis
hanya dalam 1 kali masa kampanye berlangsung, pada akhirnya sisa uang yang diter
ima ini dimanfaatkan oleh para aktor politik untuk mengembangkan eksistensinya s
ecara personal dengan gaya hidup hedonis. Pembiayaan politik yang mahal ini akan
terus berlangsung dan memperkukuh iklim politik suatu negara sebagai mainstream
politik-komersialisasi. Pada proses ini bukan hanya para aktor politik yang mem
iliki strategi untuk mempertahankan eksistensi kekuasaannya, namun koorporasi tu
rut terlibat dan memiliki strategi-strategi tersendiri untuk mengembangkan bisni
snya dengan memberikan suntikan dana kepada masing-masing calon pemegang kekuasa
an dengan dalih untuk melindungi nilai taruhan mereka. Barang tentu dana ini masu
k bukan dari penggalangan dana formal, namun dari acara-acara dadakan yang diten
tukan oleh kedua belah pihak (politisi dan koorporasi), seperti; makan malam, mi
num kopi, dll. Hubungan transaksi skandal pendanaan politik bersifat personal.
Program Jaringan Komunikasi
Komersialisasi dalam kontestasi politik mengakibatkan struktur birokrasi didomin
asi oleh para pelobi, ketegangan yang terjadi antara uang dan politik semakin fu
lgar.Hukum formal sebenarnya telah membatasi ruang gerak transaksi antara bisnis
dan politik, namun skandal pendanaan politik semakin marak didalam struktur bir
okrasi.Berbagai kebijakan hukum alternatif terus keluar dari rahim berbagai elem
en birokrasi, namun masih menciptakan jalur-jalur kecil untuk para pelobi.Bagaim
ana tidak, pengambil kebijakan semakin beranakpinak dengan loyalitas terhadap or
ganisasi politik yang melatarbelakanginya politik hutang-budi menjadi semacam hasil
cangkokan dari organisasi politik.Tidak pernah cukup uang untuk mendanai semua
kebutuhan politik. Menjadi demikan kompleks, bahkan disaat arena perpolitikan dib
atasi, skandal pendanaan politik semakin marak terjadi untuk mendukung politisi y
ang mampu menggeser atau melakukan perubahan dalam struktur birokrasi yang diang
gap menjadi penghambat bagi berkembangnya kepentingan beberapa pihak yang dirugi
kan atas kebijakan tersebut.
Pengejawantahan dana dengan jumlah besar yang berasal dari sumber-sumber rahasia
ini pula dilakukan untuk melancarkan beberapa kepentingan aktor politik diluar
kepentingan publik. Namun, mengapa para politisi yang berada dalam struktur biro
krasi merasa perlu mengakses uang ekstra di luar sistem hukum? Karena mereka per
lu menghabiskan dana fleksibel dan rahasia. Fleksibel, karena untuk menjalankan
strategi politik yang inovatif memerlukan pengeluaran di daerah dan proyek-proye
k politik yang lolos dari regulasi yang ketat dari komisi pemilu. Menjadi rahasi
a, karena beberapa operasi yang menentukan periode kampanye politik(misalnya, pe
nggalangan dana ilegal, memata-matai, fabrikasi skandal terhadap lawan, wartawan
menyuap, pemerasan membayar, dan sejenisnya) memerlukan pendanaan tersembunyi.
Selain itu, semakin banyak penggunaan dana adalah kebijaksanaan yang harus diamb
il oleh para aktor politik dalam menjalankan strategi politiknya, dengan begitu
semakin besar jumlah peluang bagi para aktor politik untuk memasukkan kepentinga
n partikularnya. Jabatan politik adalah dasar untuk melakukan akumulasi kepentin
gan pribadi dan menjadi modal utama bagi para aktor politik yang sedang memiliki
posisi puncak dalam struktur birokrasi tepatnya mereka yang menerima aturan alte
rnasi demokrasi adalah orang-orang yang harus memanfaatkan secara optimal kewena
ngannya ketika mereka berada di struktur kekuasaan atas nama cita-cita mereka (R
ose-Ackerman, 1999; Pemilihan Sistem, 2002).
Ini merupakan proses yang terus berkelanjutan. Periode kampanye menjadi
puncak segala-galanya, dimana retorika demokrasi begitu ditampilkan secara lebih
personal oleh para aktor politik melalui media personifikasi aktor politik, bagi
an dari pencitraan-, dan strategi yang digencarkan sangat variatif yang diselara
skan dengan kepentingan media, pemerintah, bisnis koorporasi, serta background p
olitis para aktor. Berita televisi (sumber utama berita bagi kebanyakan orang) i
ni ditampilkan lebih sebagai hiburan: itu merupakan politik ilusi (Bennett, 2007).
Tapi justru karena media berita yang diformat dengan cara yang menarik membuat
masyarakat terpengaruh dan turut mempengaruhi kecenderungan masyarakat secara le
bih luas yang pada akhirnya mengakibatkan penilaian masyarakat terhadap isu-isu
yang menjadi komoditas dari kehidupan politik ini relatif homogen dirangkai denga
n manipulasi berita politik media.Namun media harus berhati-hati dengan sajian p
olitik baku, karena secara sadar atau tidak masyarakat luas turut melakukan penila
ian kritis atas keduanya (baik konten berita, ataupun netralitas media).
Suatu momen ketidakbenaran : Kampanye Pemilu
Kampanye pemilu merupakan roda demokrasi, selain itu kampanye pula menjadi titik
tolak dari beranjaknya kelompok-kelompok sektarian masyarakat sipil untuk menda
patkan akses politik yang memadai. Terlepas dari retorika dan strategi politik p
ara aktor besar yang hanya memiliki satu tujuan yakni kemenangan dalam pemilu(wala
upun semua menjadi derivatif bagi para aktor politik), beranjaknya kelompok-kelo
mpok sektarianisme ini akan cukup mempengaruhi proses pengambilan kebijakan yang
akan diambil nantinya.
Ada beberapa basis yang harus diperhitungkan oleh para politisi dalam menghadapi
kampanye pemilu.Basis pertama yakni, sejarah partai atau organisasi politik yan
g ada dibelakangnya. Loyalitas dan nama besar para pendahulu sangat mempengaruhi
hasil pemilu nantinya, termasuk dalam substansi kebijakan yang akan menjadi pri
oritas strategi politik. Yang perlu diperhatikan yaitu, relevansi konteks sejara
h dengan aktualisasi dunia kontemporer, dalam beberapa unit yang lebih terspesia
lisasi perlu dilakukan penyesuaian sehingga pesan politik yang ingin disampaikan
dapat mempengaruhi para pemilih.Kedua, perlunya memahami karakteristik lawan po
litik sehingga strategi demobilisasi politik lawan dapat dilakukan dengan mencar
i kelemahan lawan yang bertujuan untuk mempengaruhi para konstituen inti atau si
mpatisan lawan. Basis ketiga dan yang paling menentukan adalah menjadikan target
operasional kampanye para konstituen yang memiliki tendensi berada ditengah, inde
penden, ragu-ragu, dan masih mencari kandidat yang sesuai seleranya. Disinilah d
ibutuhkan peran penting para kader tim sukses dalam operasionalisasi kampanye.
Dengan melakukan berbagai strategi politik klasik hingga yang paling mutakhir, s
eperti; propaganda, money politic, dan sebagainya, yang bertujuan untuk memenang
kan delegasi dari organisasi politik atau partai yang diusung mereka.
The Profesionalisasi Kampanye Politik
Dalam kampanye politik diperlukan komponen dasar untuk mengkonstruksi fo
rmat dari strategi politik yang akan dioperasionalkan yaitu, infrastruktur polit
ik. Mekanisme politik elektoral yang diterapkan partai dalam rangka melakukan pe
nyeleksian bagi para politisi untuk menjadi perwakilan partai dalam pemilu sanga
t ketat. Persiapan infrastruktur berada dalam tataran konvensional, solvabilitas
para kandidat(akumulasi kekayaan) sangat diperhitungkan dalam hal ini untuk kem
udian menjadi pertimbangan calon ini terpilih atau tidak. Hal ini menjadi indika
tor paling penting dalam berjalannya kontestasi kampanye politik para aktor perw
akilan partai karena dianggap akan menentukan kelancaran kampanye politik nantin
ya, parameter kredibilitas para aktor politik dapat dilihat dari indikator terse
but. Setelah itu baru kemudian kualitas para kandidat diseleksi secara ketat den
gan menyesuaikan dengan karakteristik para konstituen.Disamping itu, kapasitas a
ktor politik informasi politik yang luas, pengetahuan politik yang mapan, dan pen
galaman politik serta memiliki wawasan yang luas tentang konteks masyarakat kons
tituen- menjadi prasyarat untuk para kandidat. Dalam kontestasi politik kampanye
, yang paling diutamakan bukan kuantifikasi simpatisan, melainkan dukungan ideol
ogis yang didedikasikan pendukung, maka semakin banyak pula daya tarik potensi c
alon berbuah dalam kotak kartu suara. Daya tarik dan fungsional format politik m
edia(internet, televisi, radio, media cetak, dll) menjadi komponen operasional y
ang turut menentukan suatu proyek kampanye politik yang sukses.
Kampanye di Lingkungan Digital Multimedia
Suatu kampanye politik yang efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh
pemilihan media publikasi yang tepat, maka akan menciptakan kampanye politik yan
g komunikatif. Hal ini diselaraskan dengan mainstream masyarakat yang memanfaatk
an media sebagai jendela wawasan politik dan pengetahuan diluar konteks politik.
Media(khususnya internet) merupakan sumber utama informasi bagi berbagai kalang
an dengan tersedianya ruang publik untuk berdiskusi dan berperan aktif dalam konte
stasi politik. Lagi-lagi yang harus ditekankan dalam menciptakan format kampanye
politik, yakni inovasi dan variasi tampilan namun dengan pesan konten yang sama
agar tidak terjadi bias dan mengganggu citra yang telah dikonstruksi pada tahap
awal karena memang kampanye politik akan terus berkesinambungan setidaknya hingg
a masa akhir periode pemilu.
Politik Kepribadian :personal aktor politik
Fitur dasar media adalah personalisasi aktor politik yang maju dalam pem
ilu.Konstruksi citra aktor politik yang dilembagakan ke masyarakat luas menjadi
bagian dari strategi politik media.Nilai-nilai positif para aktor dan pesan ideo
logis isi dari format strategi politik dilembagakan ke masyarakat luas melalui m
edia, dengan dalih akan berbekas dibenak para konstituen. Demikian pentingnya ha
l ini dilakukan untuk mengetahui derajat eksistensi aktor ditengah-tengah masyar
akat (diterima/tidak). Isu-isu yang dapat menurunkan derajat eksistensi aktor un
tuk dapat diterima oleh masyarakat dihindari, karena akan mengganggu kredibilita
s para aktor politik. Menurut Popkin(1994), yang menghubungkan antara media poli
tik dengan personalisasi politik yaitu, rasionalitas informasi rendah para konstit
uen. Sempitnya pengetahuan para konstituen mengakibatkan menggejalanya isu-isu p
olitik yang tidak sehat yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan pada pemilu, a
nalisa yang dilakukan masyarakat terhadap aktor politik hanya didasarkan atas ni
lai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. Subjektifitas para konsti
tuen cenderung liar, karena mendasarkan penilaiannya hanya berdasarkan wujud dan l
atarbelakang aktor politik terkait dengan isu-isu etnis, keyakinan, dll- serta ya
ng lebih krusial yakni, konstituen melakukan penilaian kualitas aktor berdasarka
n indikator-indikator tersebut. Selain itu, konstituen cenderung memperhatikan s
imbol-simbol yang tertangkap dari tampilan politik media untuk mengukur kredibil
itas para aktor politik.
Lisensi untuk Membunuh: Politik Menyerang
Personalisasi politik merupakan komponen yang paling krusial dalam kampa
nye politik karena mampu menghasilkan konsekuensi nyata dalam kontestasi politik
.Titik tekannya pada kualitas aktor. Strategi politik yang diproduksi pun cender
ung lebih mempermainkan lawan dengan memburamkan lawan politik tentang personali
sasi aktor politik(kandidat). Hal ini dilakukan justru untuk memunculkan citra n
egatif lawan politik, citra negatif ini merupakan bagian dari manuver politik ya
ng ditujukan untuk menenggelamkan citra lawan secara tiba-tiba.Isu-isu destrukti
f yang dapat menghancurkan eksistensi lawan politik mengenai gender, keyakinan,
kampanye hitam, korupsi, dll, dilakukan untuk menimbulkan keragu-raguan kepada pa
ra konstituen potensial lawan politik dan untuk memobilisasi oposisi.Metode poli
tik distorsi dan manipulatif sangat relevan untuk menjatuhkan lawan politik.Prof
esionalitas para aktor politik dan etika dalam berpolitik tidak lagi diperhitung
kan, tujuannya hanyalah satu yakni kemenangan dalam pemilu. Manuver oleh pihak law
an yang ter-distorsi perlu dilakukan, setidaknya akan meredam dan mencegah berba
gai strategi politik manipulatif dari pihak lawan.
Kampanye politik negatif yang cenderung kotor ini tentunya akan menghabi
skan biasya banyak, karena akan memicu reaksi antara konstituen yang tidak suka
dengan manuver kampanye politik kotor (walaupun mereka selalu mengikuti dan suka
akan pemberitaan yang sedikit legit). Peran media sangat penting, dalam hal ini
media memiliki kuasa yang begitu besar untuk melakukan propaganda publik dengan
bekerjasama dengan partai atau organisasi politik oposisi yang menyediakan info
rmasi dan material konten pemberitaan.
Skandal, dalam bidang politik merupakan suatu simbol.Simbol yang berarti menggam
barkan sebuah perebutan kekuasaan.Yang dimana di dalamnya terdapat pertaruhan un
sur-unsur reputasi dan kepercayaan.Baik itu reputasi dan kepercayaan seseorang,
kelompok, atau sistem politik yang tentunya sedang berjalan dalam sebuah negara.
Dalam setiap kasus skandal, tentu berita tersebut pastinya akan selalu tersebar
ke masyarakat dengan pers sebagai media utamanya. Pers memasukan unsur yang-priv
at ke dalam yang-umum pada suatu ruang publik. Sehingga menimbulkan sebuah legit
imasi akan sesuatu berita yang pantas untuk di sebarluaskan dan mendapat predika
t sebagi sesuatu yang-publik.
Masuk dalam bidang politik. Skandal atau yang lebih tepatnya disebut sebagai ska
ndal politik, merupakan senjata bagi pihak oposisi untuk menyerang pihak yang be
rkuasa, dengan tujuan akhir, tentunya, untuk merebut kekuasaan dari tangan para
pihak penguasa. Dalam sejarah, penggunaan skandal politik merupakan sesuatu yang
sentral bagi sebuah transformasi politik pada sebuah negara.Dikarenakan, dengan
adanya skandal politik, peta persaingan politik dalam suatu negara dapat beruba
h.Meskipun tidak berubah secara besar, namun skandal politik dapat memberikan su
atu dampak pada skala kecil peta perpolitikan pada sebuah negara.Sehingga tidak
jarang kasus-kasus skandal politik banyak ditemui di berbagai belahan dunia.
Langkah-langkah inti dalam setiap pembuatan isu skandal politik adalah sebagai b
erikut. Pertama, pihak yang ingin memunculkan isu skandal politik ini, membangun
sebuah kerja sama yang menguntungkan dengan sebuah media. Kemudian, media tadi
mencari isu-isu yang tentunya dapat dikatakan sebagai skandal sebuah isu yang ten
tunya melanggar dari norma-norma yang berada di masyarakat- dari para tokoh, akt
or atau kelompok politik yang menjadi targetnya.Setelah menemukan skandalnya, me
dia menyebarluaskan ke masyarakat.Sehingga media tadi mengkonstruksi pemikiran m
asyarakat mengenai penyimpangan yang di lakukan aktor politik tersebut. Dampakny
a, kepercayaan masyarakat akan aktor politik tersebut akan menurun. Maka terjadi
lah semacam pengikisan kekuasaan pada aktor maupun kelompok politik yang menjadi
target tadi.
Dalam kesuksesannya menyampaikan pesan-pesan politis kepada masyarakat, faktor m
edia online memainkan sebuah peran yang penting. Dengan hadirnya media online in
i, seseorang dapat mengikuti berita-berita yang disampaikan media selama berjam-
jam secara terus menerus dengan hanya melihatnya pada komputer atau gadget denga
n bantuan aksesjaringan internet. Media online menyebabkan masyarakat terutama ma
syarakat kota- menjadi begitu mudah menjangkau setiap isu-isu berita setiap deti
knya. Terlebih dengan hadirnya blog yang bebas di akses siapapun yang memiliki ko
neksi internet. Masyarakat dapat dengan mudah memberikan penialainnya pada sebua
h berita terlepas dari setuju atau tidaknya. Tidak jarang, sering di dapati terja
di perang blog dikarenakan penialain-penilaian masyarakat akan sebuah kasus yang s
edang booming. Dampaknya, karena terlalu sering di bicarakan dan bahas, isu ters
ebut akan semakin eksis di tengah masyarakat. Setidaknya dalam lingkup dunia may
a atau blog. Dan hal tersebut akan melanggengkan konstruksi-konstruksi pesan pol
itik bagi masyarakat sendiri.
Skandal politik pada dasaranya menyebabkan suatu perubahan dalam media.Fungsi me
dia menjadi bergeser, yang pada awalnya media merupakan alat sebagai penampung o
pini publik, sekarang justru menjadi alat pembuat opini publik (dengan konstruks
i-konstruksi yang disebarkan akan skandalnya).Hal ini tidak lepas dari muatan me
dia yang berisi mengenai kepentingan-kepentingan politis.Bisa saja media menjadi
alat dari partai penguasa ataupun oposisi. Sehingga setiap pesan yang disampaik
an oleh sebuah media, terkadang bukan pesan yang murni, namun merupakan pesan-pe
san yang bermuatan akan sebuah kepentingan politis (seperti propaganda).
Namun, ada suatu pemicu munculnya skandal dalam dunia politik.Dialah para pengus
aha kelas global.Mereka mendukung dan mendanai para kelompok oposisi untuk menja
tuhkan para penguasa birokrat.Kemudian, setelah para oposisi ini berhasil menjad
i penguasa, mereka memberikan semacam balas jasa pada para pengusaha yang memban
tnya dalam merai kekuasaan.Dengan cara mempersilahkan masuk para pengusaha kelas
global untuk mengeksplorasi sumber daya yang ada negaranya.
Dampak terbesar dari hadirnya skandal politik dan media politik adalah munculnya
krisis ketidak percayaan publik akan sistem politik yang demokrasi. Demokrasi s
edikitnya dinodai oleh rekayasa-rekayasa politik demi sebuah kepentingan akan ke
kuasaan. Melalui konstruksi yang dibangun lewat medialah, sebuah proses demokras
i dicederai. Efek negatif dari pencideraan demokrasi ini terlihat dari buruknya
kualitas para aktor politik yang sedang bekuasa.Tidak sepenuhnya menjalankan jan
ji-janjinya seperti yang mereka kampanyekan di masyarakat.Sehingga masyarakat mu
lai tidak mempercayai aktor maupun kelompok-kelompok politik yang sedang berkuas
a. Sehingga legitimasi akan sebuah sistempun akan menurun.
Hadirnya skandal politik sebagai sebuah simbol perebutan kekuasaan, setidaknya d
apat di telaah menggunakan konsep politik dengan perspektif konflik milik Paul C
onn (dalam Ramlan Surbakti :1992). Politik merupakan kegiatan untuk mempengaruhi
proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum tiada lain sebagai upaya untuk
mendapatkan dan/atau mempertahankan nilai-nilai. Dalam memperjuangkan upayanya i
tu seringkali terjadi perbedaan pandapat, persaingan, hingga pertentangan yang b
ersifat fisik di anatara berbagai pihak.Sehingga, menurut saya, sebenarnya skand
al politik merupakan sebuah konflik yang terjadi secara tidak langsung.Jika kita
lebih mendalam dalam pengamatan, skandal politik dapat dikatakan sebagai sebuah
konflik dapat terlihat dari setiap berita dan pesan yang di sampaikan oleh medi
a-media tertentu.Terkadang setiap berita dan pesan yang disampaikan beberapa med
ia sangatlah bertolak belakang dan tak jarang bertentangan. Keberpihakan dalam s
etiap pesan yang di samapaikan pun juga tergantung siapa yang menjadi dalang uta
ma di balik kerja sama politik dengan media tersebut.
CHAPTER 5
"Reprogramming Communication Networks: Social Movements, Insurgent Politics, and
the New Public Space"
Chapter 5 buku Communication Power memberikan gambaran bagaimana communication n
etwork memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menciptakan persepsi masyarakat
di ruang publik. Menggunakan definisi ruang publik sebagai ruang sosial dimana
terjadinya interaksi-interaksi dimana ide dan nilai tercipta, disebarkan, diduku
ng dan juga ditentang, Manuel Castell memberikan beberapa contoh kekuatan komuni
kasi dalam bidang lingkungan hidup, resistensi terhadap korporasi global, politi
k, dan sebagainya.
Warming Up to Global Warming: The Environmental Movement and the New Culture of
Nature
Perubahan perspektif akan lingkugan dijadikan sebuah contoh bagaimana komunikasi
merubah paradigma masyarakat global. Dimulai dari mulainya penerimaan secara lu
as bahwa manusia memiliki andil dalam global warming pada tahun 70-an, hingga pe
rubahan dari yang sebelumnya hanya sebatas debat menjadi aksi di tahun 2007. Hal
ini didukung pula dengan data bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam persp
ektif msyarakat dunia yang menerima bahwa global warming adalah akibat perilaku
manusia.
"Menghijaunya media" menjadi salah satu pendorong pengetahuan masyarakat terhada
p global warming. Pada tahun 1982 misalnya, hanya sekitar 41% warga Amerika Seri
kat yang mengetahui tentang efek rumah kaca atau global warming, dalam waktu 10
tahun, nilai itu meningkat 2 kali lipat menjadi 82% dan melampaui 90% pada tahun
2006. Tidak hanya itu, penyajian media akan pemanasan global dibarengi dengan p
emberitaan dampaknya seperti pada bencana Hurricane Katrina pada 2005 memberikan
pengaruh yang luar biasa dalam mengubah perspektif masyarakat bahwa global warm
ing adalah akibat perilaku manusia, tercatat 54% warga Amerika menganggap pemana
san global adalah sesuatu yang alamiah, sedangkan pada 2007 angka tersebut menyu
sut dibawah 30% dimana 71% masyarakat Amerika Serikat berpendapat bahwa pemanasa
n global lebih pada dampak perilaku manusia.
Meskipun demikian, pemahaman yang benar terhadap pemanasan global juga menjadi s
ebuah hal yang dikritik oleh Manuell Castell. Manuel Castell meunjukkan beberapa
data penelitian bahwa pada awal 2000, media massa Amerika Serikat meskipun suda
h memberitakan tentang pemanasan global, tetapi mereka memberitakannya sebagai s
ebuah hal yang kontroversial kebenarannya, berbeda dengan media di Finlandia at
au Selandia Baru dimana mereka memberitakannya sebagai sebuah fakta konsensus il
mu pengetahuan. Tujuan utama media massa yang bertujuan menarik penonton sehingg
a lebih mementingkan drama dibalik bencana alam seperti di Hurricane Katrina, se
hingga mereka lebih memilih menggunakan selebriti, politikus, atau aktivis lingk
ungan dibandingkan menggunakan peneliti atau ahli lingkungan sebagai narasumber.
Komunikasi juga menjadi sebuah kekuatan oleh para peneliti dan pemerhati lingkun
gan untuk menekan pemerintah yang menolak mengakui keterancaman lingkungan.Penol
akan pemerintah untuk memberikan dukungan terhadap usaha menjaga kelestarian ala
m membuat para peneliti beralih kepada masyarakat. Menggunakan horizontal networ
k communication yang berbasis pada komunikasi internet dan wireless, para peneli
ti ini menyebarkan informasi penelitian-penelitiannya kepada masyarakat lewat ak
tivis-aktivis di internet. Masyarakat yang mendapat informasi dari internet ters
ebut mulai memiliki paradigma berbeda dalam memandang lingkungan, perubahan para
digma tersebut mengubah perilaku masyarakat. Perubahan perilaku dan beban "keles
tarian alam" dalam kepentingan masyarakat pada akhirnya memberikan pengaruh dala
m politik dan penetapan aturan dan keputusan pemerintah.
The Network is the Message: Global Movements against Corporate Globalization
Di bagian ini Manuel Castell menggambarkan bagaimana komunikasi menjadi sebuah a
lat pemikiran kritis dalam menghadapi korporasi global.Ideologi-ideologi diluar
bagaimana wajah "globalisasi" yang digambarkan hanya berkaitan dengan perekonomi
an oleh korporasi global diprotes oleh kelompok-kelompok dari berbagai kalangan,
menyerukan globalisasi yang juga menyantumkan kontrol politik dan sosial.
Yang menarik dari protes yang berlangsung terus menerus di seluruh dunia ini ada
lah bagaimana aktornya tidak terbatas dari satu kelompok tertentu, baik karakter
istik sosial, ideologi, ataupun tujuan.Meskipun demikian kelompok tersebut dapat
masuk kedalam sebuah wadah dan terhubung lewat jaringan yang mereka bentuk di I
nternet. Yang lebih menarik lagi adalah bagaimana meskipun tergabung dalam sebua
h forum, kelompok-kelompk tersebu tidak menjadi sebuah kelompok besar dengan seb
uah visi-misi bersama dan memiliki satu kepemimpinan yang sama, tetapi berjalan
sendiri-sendiri menyuarakan ideologinya sambil saling memberikan dukungan. Jarin
gan yang awalnya adalah sebuah bentuk gerakan menjadi sebuah norma yang dilakuka
n oleh setiap gerakan dalam menjalankan kegiatannya.
Mobil-izing Resistance: Wireless Communication and Insurgent Communities of Prac
tice
Setelah menggambarkan bagaimana komunikasi mengubah perilaku dalam gerakan lingk
ungan hidup terhadap global warming dan bagaimana aktifis mulai menggunakan komu
nikasi dalam memperkuat gerakannya, di bagian ini Manuel Castell menggambarkan b
agaimana komunikasi diluar media massa konvensional dapat memberikan dampak yang
sama kuatnya dengan media massa.
Tiga hari sebelum pemilihan umum Spanyol tahun 2004 dibuka dengan bom di transpo
rtasi komuter keret api di madrid. Insiden yang sering disebut 11-M ini memberik
an efek politik yang luar biasa karena terjadi sangat dekat dengan pemilihan umu
m.Interpretasi siapa pelaku bom tersebut dapat memberikan cita positif ataupun n
egatif terhadap dua partai politik terbesar Spanyol, partai pekerja-sosialis spa
nyol (PSOE) dan pemegang kekuasaan saat itu People Party (PP).Keterkaitan Al-Qae
da dalam insiden terorisme tersebut dapat memberikan citra buruk kepada PP karen
a dukungan Perdana Menteri Spanyol saat itu dari PP yang mendukung penyerangan A
merika ke Irak. Untuk menutupi keterkaitan Al-Qaeda tersebut, pemerintah spanyol
saat itu menggunakan media massa untuk menuding kelompok teroris lain (ETA) seb
agai pelaku terorisme tersebut. Informasi yang penuh kebohongan tersebut memang
tersebar ke masyarakat lewat media massa utama di Spanyol, akan tetapi akses ter
hadap informasi di Internet memberikan informasi berbeda. Informasi tersebut kem
udian tersebar lewat individu ke individu lain melewati pesan singkat hingga pad
a ujungnya sehari sebelum pemilihan umum demonstrasi besar menuntut kebenaran in
formasi insiden 11-M dari pemerintah berlangsung di Madrid. Ujung dari rentetan
kejadian ini adalah kekalahan incumbent meskipun dari pooling beberapa hari sebe
lumnya diunggulkan dengan selisih yang cukup besar.
Kejadian ini memberikan gambaran bagaimana kekuatan komunikasi personal lewat pe
san singkat dapat memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan media
massa yang memberikan ikatan emosi yang lebih lemah dibandingkan komunikasi per
sonal. Meskipun awalnya bersumber dari orang yang tidak dikenal, saat mendapat p
esan singkat dari seseorang yang dikenal pesan tersebut mendapat porsi personal
sehingga lebih mudah dipercaya dibandingkan dengan pesan di media massa.
Pidato Barrack Obama sebelum konvensi Demokrat pada tahun 2004. Barrack Obama pe
rcaya bahwa mereka semua warga negara Amerika dapat saling membahu membahu membe
rikan lapangan pekerjaan bagi orang yang menganggur atau tidak mempunyai pekerja
an di Amerika, memberikan rumah bagi para gelandangan yang tidak mempunyai ruma
h atau tempat tinggal, dan memberikan harapan melalui bantuan bagi orang muda ya
ng putus asa sehingga membuat kekerasan yang merugikan. Apabila seluruh warga Am
erika dapat melakukan dengan baik sejumlah tantangan seperti di atas maka masala
h masalah yang dihadapi oleh warga Amerika dapat teratasi dengan baik.
Fokus dari analisis penulis bahwa bagaimana dan mengapa seorang politisi mu
da yaitu Barrack Obama yang mempunyai darah keturunan Afrika dan Amerika dengan
mempunyai nama keluarga dan keturunan muslim mampu mengamankan nominasi suara Pa
rtai Demokrat pada pencalonan Presiden Amerika Serikat. Dari beberapa survey yan
g dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa Barrack Obama diyakini bahwa mampu be
rgerak ke dalam hati masyarakat Amerika.Karena Barrack Obama telah meyakini bany
ak orang untuk membuat perubahan di dalam politik Amerika yang jauh lebih baik d
ibandingkan dengan yang lainnya. Barrack Obama dapat melakukan hal tersebut kare
na dia melakukannya dengan mempunyai kepribadian yang karismatik dan inovasi kam
panye politik dengan menggunakan media internet untuk menarik perhatian banyak
orang khususnya warga negara Amerika.
Terdapat 3 faktor pendukung yang dapat dijadikan alasan untuk Barrack Obama agar
dipilih menjadi seorang Presiden Amerika Serikat. Faktor yang pertama adalah ga
gasan bahwa sesorang yang mempunyai keturunan Amerika dan Afrika adalah seorang
kandidat yang kompetitif dan apabila Barrack Obama dapat terpilih menjadi presid
en Amerika Serikat pertama yang mempunyai keturunan Amerika dan Afrika. Faktor
yang kedua adalah dari tahun ke tahun data yang ditunjukkan bahwa warga negara A
merika lebih memilih Barrack Obama sebagai pilihan pertama dari Partai Demokrat
untuk maju sebagai Presiden Amerika Serikat. Dan faktor yang terakhir adalah ke
mampuan Obama untuk memobilisasi pemilih yang baru bisa memilih karena baru mend
apatkan usia tertentu yang menjadi patokan untuk dapat memilih Presiden di Ameri
ka Serikat.
Barrack Obama memulai karir politik resmi pada tahun 1996 untuk Illinois yang me
wakili senat sisi selatan Chicago. Dia mendapatkan kemenangan pada tahun 2004 de
ngan Barrack Obama diangkat di bagian demokratis konvensi nasional pada bulan Ju
li tahun 2004. Pada bulan November 2004 dia memperoleh kemenangan di Senat.Dan p
ada tahun 2008 Barrack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat dengan memperoleh
kemenangan dengan perolehan suara terbanyak di Pemilu Amerika Serikat.
Inti pesan dari Barrack Obama yang juga melakukan kampanye melalui jejaring sosi
al adalah tentang suatu perubahan untuk Negara Amerika Serikat.Obama memiliki in
spirasi untuk melakukan perubahan yang memang hal tersebut sangat diperlukan.Dia
diyakini memiliki kemampuan untuk menginspirasi harapan dan kepercayaan (kejuju
ran) sehingga membuat Obama memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan Presiden
Amerika Serikat.Harapan yang merupakan semboyan dari Obama saat pemilihan Presid
en Amerika Serikat menjadi bersarang di dalam pikiran maupun jiwa jutaan rakyat
Amerika Serikat merupakan kerinduan untuk mengalahkan rasa teror di dalam jiwa.
Meskipun seperti diketahui bahwa Obama merupakan orang yang berkulit hitam, dia
tidak anti terhadap orang kulit putih. Obama sering menjelaskan bahwa meskipun a
yahnya berasal dari kenya, ibunya berasal dari dari kansas yang merupakan orang
berkulit putih. Dia memiliki niat baik untuk merangkul kedua jenis ras warna kul
it yang berbeda tersebut dengan baik.Obama melawan homophobia di kalangan orang
yang memiliki warna kulit hitam dan juga melawan anti semitisme.
Di dalam studi klasik bimber (2003) menunjukkan keterbatasan pengaruh penggunaan
internet pada perilaku politik dalam suatu pengecualian meningkatkan kesediaan
untuk menyumbangkan uang untuk calon wakil rakyat tersebut. Internet memiliki ba
tas ketika dihadapkan dengan dampak yang lebih luas dari media utamanya sebagai
kampanye pada saat politik. Misalnya pemberontak menggunakan internet untuk meng
hancurkan kampanye suatu calon yang dibencinya. Pada Juni 2008 menurut survei ya
ng dilakukan oleh Pew pada sampel nasional, 46 % dari orang dewasa mendapatkan i
nformasi kampanye melalui e-mail atau sms mengenai pemilihan Presiden.
Strategi Barrack Obama untuk kampanye yang menciptakan sejumlah mobilisasi pada
pemilih suara ada 4.Yang pertama membuat My.barackobama.com yang anggotanya ada
15 juta orang. Yang kedua memilih untuk perubahan, sebuah pendaftaran 50-state d
rive. Yang ketiga kampanye untuk melatih mahasiswa di perguruan tinggi.Yang keem
pat sistem sumbangan yang melalui cara komputerisasi yang mendapatkan 1,5 juta p
endonor.
Obama dipercaya oleh jutaan warga Amerika Serikat dalam hal demokrasi yang ingin
dijalankan dalam pemerintahan Barrack Obama. Dia merupakan calon demokratis per
tama sejak Jimmy Carter pada tahun 1976 yang memenangkan suara lebih dari 50 %.
Tingkat partisipasi pemuda dan minoritas cukuplah menonjol di saat pemilihan kar
ena adanya calon presiden Barrack Obama. Dan terdapat peningkatan pendaftar pemi
lu dari pemilu 2004 yang melebihi 10 juta orang, yang dibandingkan peninkatan ju
mlah penduduk sebanyak 6,5 juta orang yang memenuhi syarat.
Reprogramming Networks, Rewiring Minds, Changing the World
Studi kasus yang dipaparkan Manuel Castell di bab kelima buku communication powe
r ini memberikan gambaran bagaimana komunikasi dapat mengubah sebuah network, no
rma dan perilaku aktor di dalamnya, hingga akhirnya mengubah dunia. Perubahan pa
radigma tentang lingkungan, gerakan-gerakan menciptakan globalisasi diluar keter
gantungan terhadap korporasi, perlawanan terhadap kebohongan publik pemerintah d
an mobilisasi aktor yang dimarginalisasi oleh sistem menggunakan jejaring-jejar
ing di tingkat akar rumput menciptakan perubahan sosial dalam nilai. Dimana kese
muanya berpusar dalam kekuatan jejaring komunikasi massa tiap individu yang dido
rong oleh berkembangan teknologi komunikasi yang dapat menandingi media komunika
si massa konvensional seperti televisi dan koran.
Meski demikian, media mass self-communication ini tidaklah sepenuhnya bebas, ada
kemungkinan aktor-aktor yang dapat menggunakannya untuk kepentingan kelompoknya
. Terlebih meskipun terpecah-pecah dalam berbagai kelompok dengan berbagai ideol
ogi, mereka memiliki sebuah tujuan yang bersama yaitu menjinakkan kemampuan pemb
ebasan yang dimiliki oleh kekuatan jejaring mass self-communication.
Oleh karena itu era sekarang adalah era penentuan dimana terdapat pergulatan nil
ai dalam mass-self communication seperti di internet. Hasil dari pergulatan ters
ebut akan menjadi penentu apakah dahaga akan ruang komunikasi yang bebas sebagai
fondasi ruang publik dalam era informasi akan terhapuskan.

Anda mungkin juga menyukai