Tuna sirip kuning dapat tumbuh mencapai 239 cm dengan berat maksimal mencapai 2
kwintal, dapat berumur mencapai umur 9 tahun. Ikan ini tersebar luas di perairan tropis dan
subtropis akan tetapi tidak ada pada laut Mediterania.
Ikan tuna jenis ini dapat hidup di laut sampai kedalaman 250 meter, mempunyai daya
perkembangbiakan yang cepat karena hanya butuh waktu 1,4 sampai 4,4 tahun untuk
menggandakan populasinya. Jumlah telur yang dihasilkan bisa mencapai sekitar 200 ribu
butir. Namun, tuna sirip kuning jarang terlihat di sekitar karang, karena hidupnya dengan
cara berkelompok dalam jumlah yang sedang sampai besar dan kadang juga
Species : Thunnus maccoyiiIkan tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae,
khususnya dari genus Thunnus. Tuna merupakan ikan berukuran paling besar di antara
kelompok ikan mackerel, yang keseluruhannya terdapat kurang lebih 48 species berbeda.
Beberapa jenis ikan tuna yang terkenal adalah tuna sirip biru (bluefin tuna), tuna sirip kuning
(yellowfin tuna), tuna sirip hitam (blackfin tuna), tuna ramping (slender tuna), tuna peluru
(bullet tuna), dan tongkol (longtail tuna). ikan tuna Tuna adalah ikan yang gesit dan mampu
berenang dengan cepat (beberapa spesies tuna dapat berenang dengan kecepatan 70 km /
jam).
Tidak seperti ikan pada umumnya yang mempunyai daging berwarna putih, jaringan otot dan
daging ikan tuna berwarna merah muda sampai dengan merah tua. Warna merah tersebut
timbul dari adanya mioglobin, suatu molekul berikatan oksigen, di mana tuna memiliki
kanduingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ikan-ikan jenis lainnya. Beberapa
spesies ikan tuna berukuran besar, seperti bluefin tuna (tuna sirip biru), menunjukkan
adaptasi sifat berdarah panas. Tuna sirip biru dapat meningkatkan temperatur tubuhnya lebih
tinggi daripada suhu air, sebagai akibat aktivitas otot-otot tubuhnya. Kondisi ini
memungkinkan ikan tuna sirip biru dapat bertahan hidup di perairan bersuhu dingin dan
mampu mendiami habitat yang lebih luas di laut daripada jenis ikan lainnya. ikan tuna Ikan
tuna memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu air laut di
sekelilingnya. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh antara 24 -
35 °C, di air dingin bersuhu 6 °C. Akan tetapi, tidak sama dengan hewan endotermik tertentu,
misalnya mamalia atau burung, ikan tuna menjaga suhu tubuhnya tidak dalam kisaran suhu
yang relatif sempit. ikan tuna Ikan tuna mencapai kondisi endothermy dengan cara
mempertahankan panas tubuh yang dihasilkan melalui metabolisme normal. Retia mirabilia,
suatu jalinan pembuluh darah vena dan arteri di bagian tepi tubuh, mentransfer panas dari
darah di vena ke darah di arteri melalui sistem pertukaran aliran.
Hal ini akan mengurangi penurunan suhu pada permukaan tubuh dan mempertahankan otot
tetap hangat. Kondisi ini mendukung kemampuan tuna berenang dengan kecepatan tetap
tinggi melalui pengurangan penggunaan energi. ikan tuna Bagi hewan perenang cepat seperti
lumba-lumba dan ikan tuna, kavitasi dapat merupakan gangguan, karena akan membatasi
kecepatan renangnya secara maksimal. Bahkan meskipun lumba-lumba mempunyai tenaga
untuk berenang lebih cepat, hewan ini mungkin harus membatasi kecepatan renangnya,
karena menyebabkan pecahnya gelembung kavitasi pada daerah ekor, yang menimbulkan
rasa sakit bagi lumba-lumba. Kavitasi juga dapat memperlambat kecepatan renang ikan tuna,
tetapi untuk sebab yang agak berbeda. Tidak seperti halnya lumba-lumba, ikan tuna tidak
merasakan gelembung kavitasi, karena mereka memiliki sirip berduri tanpa saraf tepi.
Meskipun demikian, ikan tuna tidak dapat berenang lebih cepat karena gelembung kavitasi
menciptakan lapisan uap di sekitar sirip yang membatasi kecepatan berenang. ikan tuna Tuna
termasuk ikan yang memiliki nilai ekonomis penting. Yayasan Kelestarian Seafood
Internasional (ISSF) telah mengeluarkan laporan ilmiah secara rinci tentang keadaan stok
tuna dunia pada tahun 2009. Berdasarkan laporan tersebut diketahui bahwa ikan tuna
menyebar secara luas tetapi tidak terlalu melimpah, di seluruh lautan di dunia. Tuna
umumnya menyebar di perairan tropis dan subtropis di antara 45 derajat lintang utara dan
lintang selatan khatulistiwa.
Lembar Kerja -2 (LK-2)
Nama :
Kelas :
Kolam Lele
terpal
.
Lk-3
Sebelum menuju ke proses penggalian, pastikan lokasi untuk pembuatan kolam tanah telah
bersih dari sampah. Selanjutnya mulailah menggali tanah dengan ukuran 5 x 3 meter dengan
kedalaman 80 – 150 cm. Penggalian tanah bisa dilakukan menggunakan cangkul atau alat
modern. Tanah hasil galian jangan dibuang, sebaiknya jadikan tanah hasil galian sebagai
tanggul. Tanggul di buat di pinggiran kolam dengan lebar dan kuat agar nantinya kolam tidak
mudah bocor. Jangan lupa untuk memberikan salah satu pipa pengeluaran air di salah satu
sudut tanggul kolam agar air tidak meluap. Jangan lupa untuk membuat kemalir atau parit di
tengah kolam dengan ukuran lebar 40 cm dan kedalaman 20 cm. Pembuatan kemalir ini
bertujuan untuk memudahkan saat lele akan dipanen.
Setelah proses penggalian kolam selesai, maka kolam harus dikeringkan terlebih dahulu.
Keringkan kolam di bawah sinar matahari selama 3 – 7 hari. Pastikan kolam harus benar-
benar kering, tandanya adalah dengan melihat tanah di dasar kolam yang retak-retak. Proses
pengeringan ini berfungsi untuk membunuh segala bakteri yang ada di tanah kolam yang bisa
menimbulkan bibit penyakit bagi ikan lele. Selain itu gas-gas beracun yang terperangkap di
dalam tanah akan menguap hilang jika terpapar sinar matahari.
Setelah tanah dasar kolam dipastikan benar-benar kering, proses selanjutnya adalah
penggemburan tanah. Tanah digemburkan atau di bajak (di balik) menggunakan cangkul
dengan kedalaman sekitar 10 cm. Tanah yang gembur mudah ditumbuhi mikroorganisme
baik.
Apabila tanah dasar kolam sudah digemburkan, maka harus dilakukan proses penebaran
kapur. Proses pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan tingkat keasaman atau pH pada
tanah. Taburkan kapur tohor dengan dosis 50 – 200 gram/m2. Semakin asam tanah, maka
jumlah kapur tohor yang ditaburkan pun semakin tinggi. Setelah kapur ditaburkan, aduk-aduk
dengan tanah yang telah gemburkan sampai tercampur rata dan biarkan hingga 7 hari.
Ilustrasi Proses
Pengapuran Kolam Tanah
5. Proses Pemupukan
Setelah tanah diberi kapur dan dibiarkan selama kurang lebih satu minggu, hal selanjutnya
yang harus dilakukan adalah pemberian pupuk. Pemupukan bisa menggunakan pupuk
organik dari kotoran sapi, kerbau, kambing, atau bisa menggunakan pupuk kompos.
Taburkan pupuk secara merata ke tanah dasar kolam, pastikan tercampur rata dengan tanah
yang telah gembur. Bisa juga ditambahkan dengan pupuk urea dan TSP. Kemudian padatkan
tanah campuran tadi dan biarkan hingga satu minggu. Proses pemberian pupuk berfungsi
untuk menumbuhkan organisme seperti fitoplankton dan cacing, dimana nantinya biota
tersebut bisa menjadi pakan alami lele.
6. Pengisian Air
Setelah kolam dipupuk, kemudian isilah kolam dengan air setinggi 50-70 cm dan biarkan
selama satu minggu. Dalam waktu satu minggu air kolam akan tersinari oleh matahari dan
tembus ke dasar kolam. Hal itu akan memicu tumbuh dan berkembangnya biota air seperti
cacing dan fitoplankton yang berfungsi sebagai pakan alami lele. Setelah satu minggu, air
kolam akan berubah warna menjadi kehijauan. Lalu tambahkan air ke dalam kolam hingga
ketinggian 100 – 120 cm.
Setelah melakukan seluruh prosedur di atas, maka kolam tanah telah siap untuk ditebari benih
ikan lele. Berikut penjelasan mengenai bibit ikan lele, pakan ikan lele, pemeliharaan, hingga
proses pemanenan.
Observasi dan wawancara tempat budi daya ikan konsumsi
Kelompok :
Nama Anggota :
Kelas :
Jenis wadah budi daya yang digunakan :
Ikan konsumsi yang dibudidayakan :
Nama petani :
Lokasi :
Bahan
Bahan Alat
1 Plastik Terpal 1 Paku/Kawat/Tali
2 Kayu/Bambu/Pipa 2 gergaji,
3 Papan/Seng/Asbes 3 parang,
4 Pipa Paralon 4 pahat, palu, dan gunting
Langkah-langkah pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu adalah sebagai
berikut:
1. Persiapkan lahan untuk kolam terpal dengan membersihkannya dari benda-benda yang
mengganggu seperti rumput maupun perdu. Ratakan tanahnya.
Jika tanah tidak rata, miring, perataan dapat dilakukan dengan menggunakan pelepah
2. pisang atau sekam padi. Selain dapat meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga dapat
menstabilkan suhu. Karena menjadi stabilisator suhu, pelepah pisang atau sekam padi juga
digunakan sekalipun tanahnya rata. Ketebalan pelepah pisang atau sekam padi sekitar 10
cm.
Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu dan tancapkan di setiap sudut kolam. Jika
3.
kolam terpal yang dibangun lebih dari satu petak, atur tata letaknya agar terlihat rapi.
4. Untuk membuai kerangka, bambu atau kayu dipotong-potong sesuai ukuran kolam yang
akan dibuat. Untuk menyatukan kerangka ke tiang dilakukan menggunakan paku ukuran 7
atau 9 cm. Bisa juga diikat menggunakan tali atau kawat.
5. Untuk membuai dinding bisa menggunakan bambu, kayu, atau papan. Bahan dibersihkan
dan dipotong sesuai ukuran kemudian dipaku pada kerangka, jika menggunakan bambu,
lakukan dengan hati-hati agar tidak pecah.
ikan.
Setelah kerangka kolam terpal selesai, langkah selanjutnya adalah memasang plastik
7. terpal. Siapkan terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam berukuran 6 x 4 x 1 m digunakan
8. Di salah satu sudut yang telah diatur kemiringannya dipasang paralon sebagai saluran
pembuangan air. Terpal disobek sedikit dengan mengguntingnya berbentuk bintang agar
bisa dipasangi bengkokan pipa (knee).
9. Kolam kemudian diisi dengan air hingga mencapai kedalaman sesuai kebutuhan
pemeliharaan ikan. Kolam terpal diperiksa untuk memastikan bahwa kolam telah kokoh
dan tidak bocor. Bila bocor, segera lakukan penambalan.
1. Terpal dipilih yang tidak mudah tergores dan kuat karena jika terpal mengalami kebocoran
maka akan sulit untuk diperbaiki
2. Ukuran minimal kolam yang dibuat ± 2m x 1m x 1m, bisa disesuaikan dengan luas lahan
3. Siapkan kerangka kolam dengan kayu, batako, bambu, atau papan dengan ketinggian
sekitar 1 m. Kerangka kemudian dipasang dengan terlebih dahulu memberi lubang ditanah
untuk memperhitungkan tinggi kolam.
4. Setelah dipasang, terpal kemudian diberi sabun untuk menghilangkan bau lem atau bahan
kimia lainnya. Bilas dengan air dan dikeringkan selama 1 hari.
5. Isi kolam dengan 20 % air dan didiamkan selama kurang lebih 1 minggu hingga
berwarnah kehijauan karena telah terjadi pembentukan lumut dan plankton.
Persiapan Cara Membuat Kolam Terpal
Dalam membuat kolam terpal khususnya untuk kegiatan budidaya sebenarnya susah susah
gampang. mungkin sebgain dari kita sudah pernah membaca beberapa tutorial dalam
pembuatan kolam terpal untuk budidaya kolam terpal ikan lele. Kolam terpal merupakan
dalah satu media tempat ternak ikan lele yang menjadi pilihan karena beberapa
keunggulannya.
Nah untuk memudahkan dalam pembuatan kolam terpal ada beberapa hal yang harus di
perhatikan dan dipahami agar dalam proses pembuatannya tidak ada kegagalan. Beberapa
faktor cara membuat kolam terpal budidaya ikan lele yang pertama kita harus menentukan
dimensi kolam yang akan dibuat dan menentukan jenis serta ukuran terpal yang akan
digunakan.
Tahap pertama yang paling penting adalah bagaimana kita menentukan ukuran kolam atau
mengetahui dimensi kolam yang akan kita buat. Dengan demikian kita bisa bisa
melaksanakan step selanjutnya dalam memilih jenis terpal yang akan di pakai dan berapa
banyak kebutuhan bambu atau kayu untuk membuat rangka kolam.
Selain itu pertimbangan lain dalam memilih jenis terpal adalah kedalam kolam yang akan di
buat. Mengapa demikian? karena semakin dalam kolam yang dibuat, akan semakin besar juga
beban air yang akan di tahan terpal, sehingga perlu jenis terpal yang berbeda pula.
Tetapi jika anda ingin mencoba sendiri, tidak masalah namun waktu yang dibutuhkan pasti
lebih banyak secara tidak langsung anda belum berpengalaman. Baik dalam tahap ini ada
beberapa tahap yang harus di kerjakan antara lain:
1. Persiapan lahan
2. Pembuatan kerangka kolam
3. Pembuatan saluran pembuangan
Secara detai akan di jelaskan di bawah ini
Contoh kolam terpal yang akan di buat berdimensi P x L x T = 4 x 2 x 0.8 satuan dalam
meter
1. Potong bambu sesuai ukuran yaitu 2x P x L = 2 (4 x 2) maka ptong sesuai ukuran yang
di tentukan. Belah bambu menjadi beberpa bagian disesuaikan dengan ukuran bambu
2. Memotong bambu untuk tiang rangka dengan jumlah 0.8 x 4 buah
3. Haluskkan bambu sebelum proses perangkaian
4. Susun bambu hingga membentuk dinding di setiap bagiannya, jika sudah
5. Susun bagian dinding dengan tiang pada setiap sudut kolam
Yang menjadi catatan adalah ketika anda berusaha menyusun kerangka kolam dengan di paku
ataupun di ikat, perhatikan kekuatan konstruksi kolam. Beberapa faktor yang mempengaruhi
adalah kerapatan bilah bambu pada dinding kolam dan jumlah tiang pada setiap sudut kolam.
Jika dirasa kerangka tidak kuat untuk menahan beban nantinya, bisa di tambahkan tiang
tambahan dinding kolam sesuai kebutuhan. Semakin anda memperbanyak tiang di dinding
kerangka maka semakin kuat pula konstruksi kolam tersebut.
Contoh jika kolam yang akan di bual berdimensi P x L x T = 4 x 2 x 0.8, maka panjang dan
lebar yang di perlukan adalah ( P + 2 x T) di tambah ( L + 2 x T) maka panjang terpal yang di
butuhkan sekitar 4 + 1.6 = 5.6 M sedagkan lebar nya 2 + 1.6= 3.6. Jadi untuk membuat kolam
terpal dengan dimensi P x L x T = 4 x 2 x 0.8, terpal yang di butuhka P= 5.6 dan L= 3.6