Anda di halaman 1dari 15

TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI 1

MARINIR KARANG PILANG SURABAYA

Novirina Hendrasarie
Teknik Lingkungan – FTSP – UPN “Veteran” Jatim,
e-mail : novitl_upn@yahoo.com

ABSTRACT
Noise is something that cannot be separated from human life as unwanted sound. The purpose of this
research is for measuring the quality and noise level caused by shooting noise from assault riffle SS-1, M-16,
Howitzer 105 mm artillery, and KPR BM 14/170 mm rockets launchers blast and evaluation noise impact to
artillery 1 Marinir Karang Pilang-Surabaya
The research result, is known that the equivalent noise level (L eq )from SS-1, M-16, Howitzer 105 mm
artillery, and KPR BM 14/170 mm rockets launchers blast noise reaches from 122 up to 142 dB range. From
the statistics test result known for SS-1 and M-16, the L eq is affected by the measurement of the time exposure :
86.35% & 87.31%. Howitzer 105 mm and KPR BM 14/170 mm L eq is affected by the measurement distance
from the noise source : 98.95% & 94.6
KeyWords : Noise level, sound , human

ABSTRAK
Bising merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia sebagai suara yang tidak
dikehendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jenis dan tingkat kebisingan akibat suara tembakan
Senapan Jenis SS–1 dan M–16, Artileri jenis Howitzer 105, artileri jenis KPR BM 14/170 mm dan
mendeteksi dampak bising yang dirasakan akibat suara tembakan senapan dan dentuman meriam pada
anggota Menart-1 Marinir Karang Pilang Surabaya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Tingkat kebisingan (L eq ) suara tembakan SS-1 dan M16
kaliber 5,56 mm, artileri jenis Howitzer 105 mm dan roket KPR BM 14/170 mm mencapai rentang 122
hingga 142 dB. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa untuk SS-1 dan M-16, besarnya L eq dipengaruhi
oleh lamanya waktu pengukuran paparan masing-masing, sebesar 86.35% & 87.31%. Sedangkan untuk
L eq Howitzer 105 mm dan roket KPR BM 14/170 mm dipengaruhi oleh jarak pengukuran, masing-
masing sebesar 98.95% & 94.6%.
Kata Kunci : Tingkat kebisingan, bunyi, manusia
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Bising, merupakan suatu keadaan Bunyi dan Perambatannya
yang mengganggu akibat dari adanya suara- Kekuatan dari bunyi atau tingkat
suara yang tidak dikehendaki manusia. Dari bunyi diukur dalam desibel (dB). Skala
berbagai gangguan yang timbul akibat desibel mulai dari 0, dimana dianggap
terpapar oleh bising, perlu adanya suatu sebagai batas normal pendengaran, telinga
tindakan yang mampu melindungi personel yang sehat, hingga 194, dianggap sebagai
dari resiko yang membahayakan kesehatan angka maksimal secara teoritis untuk nada
dalam hal ini khususnya adalah kesehatan murni. Karena skala desibel, seperti skala
personel Tentara Nasional Indonesia pH, yaitu logaritmik. 20 dB adalah 100 kali
Angkatan Laut yang bertugas pada Resimen lebih keras dari 0, 30 dB lebih keras 1000
Artileri-1 Marinir (Menart-1 Marinir) kali, 40 dB 10.000 kali lebih keras, dan
Karang Pilang Surabaya yang berhubungan seterusnya. Demikian pada bunyi tingkat
langsung dengan artileri persenjataan berat tinggi, meskipun kecil pengurangannya
semacam meriam dan roket serta senjata api pada nilai tingkatan dapat membuat
ringan. perbedaan yang signifikan dalam intensitas
Tujuan penelitian ini, adalah : kebisingan (Holmes dkk, 1993).
Mengidentifikasi jenis, tingkat dan dampak Dengan mengasumsi bahwa bunyi
kebisingan suara dari senjata api ringan dan diradiasikan ke segala arah oleh setiap
artileri pada anggota Menart-1 Marinir sumber bunyi dan tidak dipengaruhi oleh
Karang Pilang Surabaya. sumber lain, maka gejala ini dapat
Ruang Lingkup Penelitian, meliputi : diterangkan dengan gambar sebagai berikut
1. Pengukuran level bunyi pada saat :
latihan menembak.
2. Penelitian tingkat kebisingan dibatasi
pada senjata ringan jenis SS-1 dan M-
16 kaliber 5,56 mm, untuk senjata berat
dibatasi pada meriam jenis Howitzer
kaliber 105 mm dan Roket jenis KPR
BM 14/170mm karena waktu penelitian
yang pendek.
Gambar 1. Arah Rambat Gelombang Bunyi
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No.1, Oktober 2007

Sound Pressure Level (SPL) Sedangkan untuk tingkat desibel rata-


Kekuatan bunyi atau tekanan bunyi rata mengikuti persamaan di bawah ini:
tidak menyediakan unit-unit yang praktis (Anonim, 2005)
untuk pengukuran bunyi atau kebisingan 1
L ave = 10 Log 10 x  10
L1 L2 Ln
 .........
untuk dua alasan dasar. (1) Suatu jarak 10 + 10 10 + ... + 10 10 
n  
yang sangat besar dari kekuatan bunyi dan  
tekanan dapat dihasilkan. Ditunjukkan (2)
dalam mikrobar (1 juta dari tekanan 1 atm), Dengan :
jaraknya dari 0,0002 hingga 10.000 µbar L 1 , L 2 , ....L n = tingkat tekanan suara dari
untuk puncak bising di dalam 100ft dari masing-masing sumber bunyi
mesin jet yang besar atau dari alat peluncur untuk tiap-tiap pengukuran
roket. (2) Telinga manusia tidak dapat L ave = tingkat takanan suara rata-
merespon secara linear pada peningkatan rata (dBA)
dalam tekanan bunyi. Respon nonlinear
adalah pada dasarnya logaritmik. Untuk itu Pengukuran Kebisingan
pengukuran kebisingan ditunjukkan oleh Hasil dari pengukuran kebisingan
istilah “Sound Pressure Level” (SPL), yaitu merupakan hal yang tidak dapat diabaikan
perbandingan rasio logaritmik dari tekanan dalam program perlindungan kebisingan.
bunyi pada tekanan referensi, dan Tingkat kebisingan di lingkungan sangat
perbandingan tersebut ditunjukkan dalam luas, kebisingan seringkali impulsif atau
unit dari daya tanpa dimensi, yaitu desibel mengandung nada murni. Ditambah,
(dB). Referensi tingkatannya adalah 0,0002 gangguan yang berasal dari sumber
µbar, batasan pendengaran manusia. kebisingan asing, apakah itu gonggongan
Persamaan untuk SPL impulsif anjing, flyovers, atau anak-anak yang
(Parmeggiani, 1983) : sedang bermain, harus ditangani satu
persatu.
P 
SPL = 20 Log 10   .........................(1) Dalam pengukuran kebisingan
 P0  dikenal beberapa hal berikut :Equivalent
Dengan : Continous Sound / Noise Level (L eq ), telah
SPL= Sound Pressure Level, dB dikenal di seluruh dunia sebagai sifat dasar
P = Tekanan Bunyi, Pascal (Pa) parameter rerata. L eq adalah tingkat atau
P 0 = Tekanan reverensi, 0,00002 µPa level yang menjadi tingkatan yang steady
atau ajeg selama periode pengukuran, yang
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

mewakili banyaknya energi yang muncul PA = tekanan suara Pascal


selama pengukuran, fluktuasi tingkat
tekanan bunyi (Brüel & Kjær, 2000). P0 = tekanan suara referensi 2x
Berdasarkan Keputusa Menteri 10-5 Pascal
Lingkungan Hidup No. (Sumber : Sutherland & Burke, 1979)
48/KEPMENLH/1996, L eq adalah
Equivalent Continous Noise Level atau Sound Level Meter (SLM)
tingkat kebisingan sinambung setara ialah Tingkat tekanan bunyi diukur oleh
nilai tertentu kebisingan dari kebisingan meter tingkat bunyi (sound level meter)
yang berubah-ubah (fluktuatif selama yang terdiri dari mikrofon, penguat, dan
waktu tertentu yang setara dengan tingkat instrumen keluaran (output) yang mengukur
kebisingan yang ajeg (steady)) pada selang tingkat tekanan bunyi efektif dalam
waktu yang sama (Kusumaatmadja, 1996). desibel.. (Doelle oleh Prasetio, 1993).
L eq diukur secara langsung dengan sound Menurut Canter (2005), pembobotan
level meter terintegrasi. L eq adalah ukuran A sound level digunakan. Skala ini sesuai
dari rata-rata energi dari berbagai variasi karena telinga manusia tidak sama
tingkat bunyi. Bukan sebuah pengukuran responnya pada semua frekuensi suara,
langsung gangguan. kurang efisien dalam frekuensi rendah dan
Bagaimanapun juga, penelitian yang tinggi dari pada respon pada frekuensi
luas telah menunjukan korelasi L eq pada menengah atau frekuensi bicara. Untuk
gangguan (Brüel & Kjær, 2000). Dalam memperoleh angka tunggal yang mewakili
hubungannya untuk menentukan jenis alat tingkat bunyi yang mengandung jangkauan
pelindung telinga yang hendak digunakan, frekuensi yang luas serta mewakili respon
juga perlu untuk menghitung tingkat manusia, adalah perlu untuk menimbang
kebisingan ekivalen (L eq ), yang mengikuti frekuensi rendah dan tinggi berkenaan
persamaan di bawah ini: dengan frekuensi menengah. Hasil SPL
L eq = 10 Log 10 adalah “pembobotan A”, dan unitnya
1 T  PA2   ..................................(3) adalah dBA. Pembobotan A tingkat bunyi
 ∫  2
P
dt 
 disebut juga tingkat bising.
 T  0  
0
Berikut adalah diagram karakteristik
Dengan : respon frekuensi dari skala standard berat
L eq = tingkat bunyi ekivalen dBA untuk Sound Level Meter. (Doelle oleh
T = waktu pengukuran detik Prasetio, 1993)
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No.1, Oktober 2007

SUARA Weighting Network


Mikrophone Amplifi Rectifi Display Meter

Pre Amplifier

Gambar 2. Diagram Skematik Sound Level Meter


Output Jack

- Tanggal : 31 Agustus 2005 sampai


dengan 20 September 2005
- Waktu : 07.00 – 11.00 WIB

2. Artileri Jenis Howitzer 105 mm dan


KPR BM 14/170 mm
- Lokasi : Pusat Latihan Tempur
Marinir Asem Bagus Situbondo,
untuk senjata berat seperti meriam
Howitzer 105 mm dan KPR BM
Gambar 3. Karakteristik Respon Frekuensi
14/170 mm.
- Tanggal : 8 - 10 Oktober 2005
METODOLOGI - Waktu : 08.00 – 13.00 WIB
Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian Alat Penelitian
adalah sebagai berikut : Alat-alat yang digunakan dalam
1. Senapan Jenis SS–1 dan M–16. penelitian ini adalah :
- Lokasi : lapangan tembak Resimen 1. Sound Level Meter (SLM) Merk
Artileri 1 Marinir, Karang Pilang Rion tipe N-24 dengan pembobotan
Surabaya.
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

A pada Fast Response dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


range SPL maksimal 130 dB. Sumber dan Jenis Kebisingan
2. Meteran untuk mengukur jarak Sumber kebisingan dari hasil
SLM ke sumber bunyi. pengamatan berasal dari suara tembakan
3. Tripot untuk meletakkan SLM. senapan laras panjang jenis SS-1 dan M-16
sebagai senjata organik yang digunakan
Teknik Pengumpulan Data untuk latihan. Menurut jenisnya, suara
Data Primer tembakan senjata jenis SS-1 dan M-16
Data primer diperoleh dengan cara : digolongkan sebagai kebisingan impulsif
1. Observasi berulang atau continous impulsive noise,
Bertujuan untuk memperoleh gambaran karena ketika latihan menembak tiap
pada lokasi penelitian personel dijatah 10-15 butir peluru untuk
2. Wawancara sekali periode penembakan atau selama
Wawancara dilakukan mengguna-kan lebih kurang 5 menit, dan lebih dari satu
formulir kuisioner. Penggunaan kali periode penembakan.
kuisioner karena data kesehatan Marinir Senjata berat atau artileri, sumber
bersifat sangat rahasia. bising yang diukur berasal dari suara
3. Pengukuran Tingkat Kebisingan dentuman meriam Howitzer 105 kaliber
Menggunakan alat Sound Level Meter 105 mm dan roket untuk jenis KPR BM
tipe N-24 merk RION yang diletakkan 14/170 mm. Menurut jenisnya dapat
di ketinggian 1,5 m dari atas digolongkan sebagai kebisingan impulsif
permukaan tanah, posisi mikrofon atau impulsive noise, karena suara
menghadap ke sumber bunyi. dentumannya dan ada jeda waktu yang
cukup lama sebelum penembakan peluru
Data Sekunder berikutnya untuk pengukuran sasaran.
Data sekunder diperoleh dari
Resimen Artileri 1 Marinir Karang Pilang Tingkat Kebisingan Ekivalen
Surabaya berupa data umum Resimen, - Tingkat Kebisingan Ekivalen (L eq )
jumlah personel, data teknis senjata, denah Senjata SS-1
lay out ksatrian, lapangan tembak resimen, Berdasarkan hasil pengukuran dan
dan PUSLATPUR MAR. perhitungan tingkat tekanan bunyi suara
tembakan senjata api jenis Senapan Serbu
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No.1, Oktober 2007

(SS-1) seperti tampak grafik tingkat pada waktu pengukuran 120 detik, menurut
tekanan bunyi ditunjukkan sebagai berikut : ketentuan Panduan Kebisingan Suara
Ledakan yang dikeluarkan oleh Naval
Surface Warface Center, Dahlgren,
Virginia telah melebihi ambang batas dari
kerusakan fisiologis permanen pada telinga
manusia yang tidak terlindungi.
Merujuk SK. Menaker No.
51/Men/1999, untuk tingkat bising diatas
124 dB, lamanya waktu terpapar yang
diperkenankan tidak lebih dari 3,52 detik,
sedangkan L eq sebesar 126 dBA diperoleh
pada saat pengukuran selama 4 detik.
Gambar 4. Kebisingan Ekivalen (L eq ) untuk
senjata jenis SS-1 - Tingkat Kebisingan Ekivalen (L eq )
Senjata M-16
Dari gambar 4. di atas diketahui Berdasarkan hasil pengukuran dan
bahwa Tingkat Kebisingan Ekivalen (L eq ) perhitungan tingkat tekanan bunyi suara
untuk senjata jenis SS-1 semakin tembakan senjata api jenis M-16 seperti
meningkat seiring dengan semakin lamanya tampak pada dibawah ini :
waktu pengukuran yaitu 122,9 dBA pada
waktu pengukuran selama 2 detik, dan
meningkat terus hingga mencapai 142,7
dBA pada waktu pengukuran selama 180
detik. Waktu tersebut adalah rata-rata
waktu yang dihabiskan oleh seorang
prajurit untuk menghabiskan jatah 20 butir
peluru dalam satu periode penembakan.
Dari gambar 4. diatas dapat diketahui
pada detik ke 15, L eq 131,8 dBA termasuk
kebisingan beresiko tinggi yang ditetapkan Gambar 5. Tingkat Kebisingan Ekivalensi M-16
Panduan Kebisingan Suara Ledakan.
Kemudian untuk L eq sebesar 140,6 dBA
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

Dari gambar 5 diatas dapat diketahui


pada detik ke 10 dengan L eq 129,7 dBA
sudah mendekati batas kebisingan beresiko
tinggi yang ditetapkan Panduan Kebisingan
Suara Ledakan), pada detik ke 15 dengan
L eq 131,5 dBA telah melewati ambang
batas sebagai kebisingan yang beresiko
tinggi.
Merujuk SK. Menaker, untuk tingkat
bising diatas 124 dB, lamanya waktu
terpapar yang diperkenankan tidak lebih
dari 3,52 detik, sedangkan L eq sebesar 126 Gambar 6. Tingkat Kebisingan Ekivalen Howitzer 105
dBA diperoleh pada saat pengukuran
selama 4 detik dan semakin lama Berdasarkan gambar 6. diatas dapat
pengukuran semakin tinggi L eq nya. juga kita ketahui untuk L eq akibat suara
Berdasarkan kedua panduan tersebut, dentuman meriam Howitzer 105 mm
didapat senjata jenis M-16 kaliber 5,56 mm, dengan rata-rata waktu paparan 1,5 detik
suara yang dikeluarkan pada saat masih berada di bawah ambang batas resiko
penembakan Tingkat Kebisingan kerusakan fisiologis permanen pada telinga
Ekivalennya cukup tinggi . Tingkat tanpa alat pelindung, tetapi tingkat
Kebisingan Ekivalen (L eq ) Howitzer 105 kebisingan yang dihasilkan sudah berada di
mm Berdasarkan hasil pengukuran dan atas ambang batas kebisingan beresiko
perhitungan tingkat tekanan bunyi seperti tinggi dengan kemungkinan terjadi
tampak pada gambar 6 berikut ini : kerusakan 130 dB, jika dirujuk menurut
Panduan Kebisingan Suara Ledakan yang
dikeluarkan oleh Naval Surface Warface
Center, Dahlgren, Virginia.Tingkat
Kebisingan Ekivalen (L eq ) KPR BM 14/170
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No.1, Oktober 2007

mm. Berdasarkan hasil pengukuran di Marinir, Karang Tekok, Situbondo.


lapangan tembak Pusat Latihan Tempur

Gambar 7. Tingkat Kebisingan Ekivalen Roket


KPR BM 14/170

kerusakan fisiologis permanen, tetapi sudah


berada di atas ambang batas kebisingan
Dari ploting hasil perhitungan tingkat beresiko tinggi dengan kemungkinan terjadi
kebisingan yang dihasilkan oleh suara kerusakan (130-140 dB) jika dirujuk
ledakan saat roket meluncur dari KPR BM menurut Panduan Kebisingan Suara
14/170 mm, diketahui bahwa semakin jauh Ledakan yang dikeluarkan oleh Naval
jarak pengukuran dari sumber bunyi L eq Surface Warface Center, Dahlgren,
juga semakin menurun. Virginia
Berdasarkan gambar 7 diatas dapat juga
kita ketahui untuk Leq akibat suara ledakan Uji Korelasi dan Determinasi Tingkat
roket dari KPR BM 14/170 mm dengan Pengukuran.Kebisingan Dengan Waktu
rata-rata waktu paparan 2,5 detik masih Dan Jarak
berada di bawah ambang batas resiko
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

Tabel 1. Uji Korelasi & Determinasi Tingkat Kebisingan Dengan Waktu Dan Jarak Pengukuran.

R2 (Koefisien Determinasi)
No. Peralatan Keterangan
Tingkat Kebisingan dg Tingkat Kebisingan dg
Waktu Pengukuran Jarak Pengukuran
1 Senapan serbu (SS-1) 0,86352 Ada pengaruh
2 Assault Riffle M-16 0,87311 Ada pengaruh
3 Meriam Howitzer 105 mm 0,98954 Ada pengaruh
4 Meriam KPR BM 14/170 mm 0,94626 Ada pengaruh

Dari tabel 1, didapatkan bahwa ada 4. dengan regu penembak berikutnya yang
pengaruh antara tingkat kebisingan dengan juga hanya dijatah 1 magazen.
jarak dan waktu pengukuran. Sehingga regu pertama bisa
memulihkan pendengarannya sebelum
UPAYA PENGENDALIAN DAN giliran menembak berikutnya.
PENCEGAHAN 5. Perlu disediakan ruangan kedap suara
Upaya pengendalian dan pencegahan di lapangan tembak, sehingga para
dampak kebisingan yang dapat personel dapat memulihkan diri dari
dipertimbangkan sebagai alternatif untuk paparan suara tembakan atau ledakan.
dilakukan diantaranya adalah : 6. Sebagai langkah terakhir dalam
Secara teknis untuk senjata api ringan: pengendalian dampak kebisingan
1. Penggunaan peredam suara pada impulsif direkomendasikan untuk
senapan (supressor). menggunakan alat pelindung telinga
2. Diberikan jeda waktu yang lebih lama berjenis earmuff yang mampu
untuk setiap kali selesai menghabiskan mereduksi bising 25 – 40 dB.
1 magazen peluru agar telinga dapat Secara teknis untuk artileri :
memulihkan ke batas dengar sebelum 1. Penggunaan alat pelindung telinga jenis
terpapar suara bising. earmuff, karena dapat mereduksi suara
3. Giliran menembak tiap regu bergantian 25 – 40 dB oleh setiap anggota marinir
setiap jatah peluru tiap personel hanya yang sedang latihan, dan personel lain
1 magazen, yang kemudian diganti
JURNAL REKAYASA PERENCANAAN, Vol. 4, No.1, Oktober 2007

yang berada dalam radius 50 m dari Anonim, Noise Control and Hearing
tempat latihan. Conservation, Safety Policy Manual,
2. Menetapkan zona untuk wajib University of Guelph. 2001,
menggunakan alat pelindung telinga Anonim, How does the Departement of
pada radius 50 m sekitar lapangan Defence assess noise and its impact
tembak. Departement of Defence U.S.A.,
3. Perlu untuk menyediakan ruangan 2005
untuk pemulihan diri (recovery). Anonim, Resimen Artileri-1 Marinir
PASMAR 1, 2005
SIMPULAN Berlund B., Lindvall T., Schwela D.H., ,
Dari hasil penelitian dapat Guidelines for Community Noise,
disimpulkan bahwa : World Healt Organization (WHO),
1 Tingkat kebisingan (L eq ) suara tembakan Geneva, 1999
SS-1 dan M16 kaliber 5,56 mm, artileri Brüel & Kjær, Sound & Vibration
jenis Howitzer 105 mm dan roket KPR Measurement A/S,2000
BM 14/170 mm mencapai rentang 122 Canter, Larry W., Environmental Impact
hingga 142 dB. Assesssment, Mc Graw Hill Book
2. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa Company. 2005
untuk SS-1 dan M-16, besarnya L eq Doelle, Leslie L. oleh Prasetio, Akustik
dipengaruhi oleh lamanya waktu Lingkungan, ITS, Erlangga, Jakarta.
pengukuran paparan masing-masing, 1993
sebesar 86.35% & 87.31%. Sedangkan Kusumaatmadja,S,Keputusan Menteri
untuk L eq Howitzer 105 mm dan roket Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
KPR BM 14/170 mm dipengaruhi oleh 48/MENLH/1996 tentang Baku
jarak pengukuran, masing-masing Tingkat Kebisingan Menteri Negara
sebesar 98.95% & 94.6%. Lingkungan Hidup,1996.
Parmeggiani, Luigi, Encyclopedia of
DAFTAR PUSTAKA Occupational Health and Safety,
Anonim, Noise Effects Handbook, Office of third (revised) edition, Internatioanal
the scientific Assistant Office of Labour Organization, Geneva. 1983,
Noise Abatement and Control U.S. Priatna, Benny L. dan Utomo, Adhi Ari,
Environment Protection Agency. Pedoman Pengelolaan Lingkungan,
1981 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
TINGKAT KEBISINGAN SUARA TEMBAKAN PADA RESIMEN ARTILERI I , MARINIR SURABAYA
Novirina Hendrasarie

(LK3), Green Company PT. Astra


Internasional Tbk, Jakarta. 2002

Anda mungkin juga menyukai