Anda di halaman 1dari 22

SOSOK MANUSIA INDONESIA UNGGUL DAN BERKARAKTER

DALAM BIDANG TEKNOLOGI SEBAGAI TUNTUTAN HIDUP


DI ERA GLOBALISASI

Amat Mukhadis
FT Universitas Negeri Malang
e-mail: mukhadis_s@yahoo.com

Abstrak: Tuntutan utama peradaban teknologi pada era global adalah kiat menyinergikan berbagai
informasi dijadikan proposisi sebagai kerangka pikir dalam pemecahan masalah. Karakteristik dialek-
tika teknologi era ini menuntut adanya pergeseran pola berpikir, kiat pemenuhan kebutuhan, ranah
dan tingkat kompetisi, serta budaya untuk survival. Suatu bangsa yang menguasai pemanfaatan dan
pengembangan teknologi berpotensi “menguasai dunia”. Dewasa ini terjadi pergeseran ranah per-
saingan pada keunggulan kualitas dan aksessibilitas suatu produk yang mengarah pada kecepatan,
fleksibilitas, dan kepercayaan yang didukung kemampuan learning how to learn dan networking. Ke-
adaan ini membutuhkan sumber daya manusia berkepribadian arif dan hikmat, mengedepankan ex-
cellent competence, godly character, sustainable self-learning, dan spiritual dis-cernment sebagai kunci ke-
berhasilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian kekayaan geografis, demografis, so-
sial-budaya. Karakteristik sosok manusia ini berpotensi mampu mengembangkan kemampuan emu-
latif, yaitu human-ware, info-ware, organo-ware, dan techno-ware untuk menghasilkan produk teknologi
yang ”high quality, low-cost, low-risk, high comptitieve” di era global.

Kata Kunci: manusia unggul dan berkarakter, kemampuan emulatif, bidang teknologi, era globalisasi

INDONESIAN HUMAN RESOURCES OF EXCELLENCE AND DIVINE CHARACTER


IN TECHNOLOGY AS A LIFE DEMAND IN THE GLOBALIZATION ERA

Abstract: The main demand of technological civilization in the global era is the knack in synergizing
varied information to build a proposition as a framework in the problem solution. The characteristics
of the dialectic technology era demands a shift in the mindset, the knack in meeting the demands, the
domain and level of competition, and the culture of survival. A nation possessing the capacity to make
use and develop technology has the potential of “ruling the world.” Nowadays, there is a shift in
competition domain in the excellence of product quality and accessability leading to speed, flexibility
and trust supported by the ability of learning how to learn dan networking. This condition requires
human resources having the characteristics of being wise, prioritizing excellent competence, godly cha-
racter, sustainable self-learning, and spiritual dis-cernment as the key of success in making use, deve-
loping, and sustaining the geographical, demographic, and socio-cultural richness. The human cha-
racteristics of this sort have the potential of developing emulative ability, i.e., human-ware, info-ware,
organo-ware, and techno-ware to yield technology products of ”high quality, low-cost, low-risk,and highly
competitive” in this global era.

Keywords: human resources of excellence and divine character, emulative ability, technology, globalization era

PENDAHULUAN set) dalam memecahkan berbagai masalah


Abad pengetahuan atau yang lebih di- kehidupan individu, kelompok masyarakat,
kenal dengan sebutan era globaliasi meru- kelembagaan, berbangsa dan bernegara. Ma-
pakan wujud dari suatu era yang menun- salah kehidupan yang dimaksud dalam
tut kemampuan melakukan kompilasi dan konteks, lokal, nasional, bilateral maupun in-
sintesis berbagai informasi menjadi suatu ternasional. Dalam era ini, semua alternatif
proposisi pengetahuan. Hasil proposisi pe- upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam
ngetahuan ini menjadi kerangka pikir (mind- berbagai konteks lebih berbasis pada pe-

115
116

ngetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan mekanistik ke pola berpikir sintetik (crea-


bidang pendidikan berbasis pengetahuan tive thinking) diikuti dengan munculnya wa-
(knowledge based education), pengembangan tak budaya baru. Misalnya, pada suatu per-
ekonomi berbasis pengetahuan (konowledge adaban teknologi pertanian yang dikenal de-
bared economic), pengembangan dan pem- ngan kiasan ”small is beautiful”, peradaban
berdayaan masyarakat berbasis pengetahu- industri lebih populer dengan kiasan ”big is
an (knowledge based social empowering), dan beautiful”, dan ”small within big is beautiful”
pengembangan dalam bidang industri pun sebagai kiasan yang populer pada peradab-
berbasis pengetahuan (knowledge based in- an informasi.
dustry). Nuansa kehidupan abad pengetahu- Kedua, pergeseran pada percepatan
an ditandai adanya berbagai pergeseran da- perkembangan dan pemanfaatan Ipteks
lam bentuk dinamika upaya pemenuhan ke- yang berdampak pada perubahan sosial bu-
butuhan kehidupan. Pergeseran yang terja- daya dalam kancah kehidupan. Fenomena
di berimplikasi pada pergeseran tuntutan ini sebagaimana yang terjadi pada peman-
dan karaktersitik pola hidup individu, ma- faatan dan perkembangan dalam aplikasi
syarakat, bangsa dan negara. Pergeseran Ipteks. Misalnya, pada bidang teknologi in-
tuntutan pola hidup ditengari utamanya da- formasi, sebagai representasi temuan, pe-
lam kebiasaan (1) pola berpikir, bertindak, manfaatan, dan pengembangan dalam tek-
dan bersikap; (2) upaya pemenuhan kebu- nologi komputer. Beberapa tahun lalu di-
tuhan; (3) pemanfaatan dan pengembang- kenal dengan pemanfaatan dan pengem-
an ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni bangan teknologi ‘Chip Pentium’. Karakte-
(Ipteks); (4) ranah dan tingkat kompetisi, ristik teknologi ‘Chip Pentium’ ini hadir de-
dan (5) budaya dalam upaya untuk survival ngan ‘bytes’ yang tidak dapat dicegah pe-
(Subijanto, 2007). rambatannya dengan batas fisik geografis.
Pertama, pergeseran dalam pola ber- Perambatan hanya dapat dicegah dengan
pikir, bersikap, dan bertindak meliputi ra- sistem dan perangkat teknologi yang lebih
nah sistem produksi barang, strategi pema- canggih (Subijanto, 2007). Fenomena dia-
saran, sistem publikasi, dan ragam hibur- lektika teknologi pada perjalanan ruang dan
an. Mengapa demikian? Sebab dalam kon- waktu dewasa initelah melahirkan generasi
teks abad ini ditandai adanya sistem pabri- dan aplikasi teknologi lebih baru daripada
kasi, pemasaran, dan persaingan hidup yang ‘Chip Pentium’, yaitu teknologi ‘nano’. Tek-
lebih ketat, serta dapat menstimulasi mun- nologi itu berpotensi diterapkan di setiap
culnya kebutuhan berorganisasi secara mul- disiplin ilmu, seperti mikro biologi, politik,
tinasional. Di samping itu, percepatan per- pendidikan, dan sosial. Teknologi ini hadir
geseran pola pikir, bersikap dan bertindak dengan ukuran relatif kecil, tetapi memiliki
ini dipicu oleh adanya tuntutan stock market kapasitas, kemampuan, mobilitas, penyim-
yang saling mempunyai ketergantungan panan dan penyebaran informasi lebih ting-
(interdependence) antara kelompok masyara- gi. Di sisi lain, pemanfaatan dan pengem-
kat, bangsa, negara yang satu dan yang lain. bangan teknologi di bidang genetika juga
Sifat ketergantungan tersebut menuntut telah berkembang mengikuti irama fenome-
adanya kemauan dan strategi antarkelom- na dialektika teknologi. Hal itu ditandai de-
pok dalam berinteraksi. Tuntutan transfor- ngan ditemukannya teknologi ‘kloning’, baik
masi pola berpikir, bertindak dan bersikap teknologi sistem ‘kloning’ pada hewan atau
dalam berinteraksi dari yang bersifat linier- pada manusia sebagai objeknya. Fakta ter-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


117

sebut merupakan perkembangan dan pene- mindset dan prinsip dalam suatu masyara-
muan teknologi rekayasa dalam bidang ge- kat dari orientasi prinsip back to basics ke
netika yang dapat dikatakan cukup drama- orientasi prinsip the forward to future basics
tis dan spektakuler. Pengembangan teknolo- dalam upaya memenuhi dan mengembang-
gi rekayasa genetika berpotensi mengubah kan kebutuhan hidup.
arah dan pola kehidupan makluk penghu- Keempat, terjadi pergeseran ranah
ni jagat raya. Misalnya, perkembangan tek- persaingan yang tidak hanya pada keung-
nologi bidang ‘biomedis’, tidak hanya ber- gulan kuantitas, kualitas dan aksessibilitas
henti pada rekayasa genetika, tetapi berpo- suatu produk atau jasa, atau sistem dalam
tensi berkembang ke arah mengubah alter- pemenuhan kebutuhan kehidupan, tetapi
natif strategi pengobatan atas berbagai pe- mengarah pada keunggulan dalam hal ke-
nyakit, proses reproduksi, dan potensi men- cepatan, fleksibilitas, dan kepercayaan (Sar-
jadi stimulan munculnya berbagai jenis dan yono, 2004). Kecepatan dan fleksibilitas da-
kualitas alternatif produk makanan. lam hal ini berorientasi pada kecepatan dan
Ketiga, pertumbuhan pemenuhan ke- fleksibilitas untuk merespon berbagai dina-
butuhan hidup bergantung pada tingkat mika kebutuhan dan variasi selera masya-
penguasaan pengetahuan (knowledge capi- rakat (pasar) yang berkembang sesuai de-
tal), yaitu knowledge based economy, dan ngan laju fenomena dialektika teknologi.
knowledge based industry, knowledge based Faktor kecepatan dan fleksibilitas menjadi
education, dan knowledge based society (Hadi- kunci dalam keberhasilan menguasai ranah
waratama, 2007). Dalam konteks ini, bang- persaingan di berbagai bidang pemenuhan
sa yang menguasai pemanfaatan, peneliti- kebutuhan. Di samping itu, kunci persaing-
an dan pengembangan pengetahuan, tekno- an tersebut lebih bernilai tambah dalam
logi, dan seni berpotensi dapat “menguasai upaya memenangi kompetisi di era global
dunia”. Fenomena ini ditandai dengan in- bila ditunjang dengan kemampuan dan ke-
dikator adanya: (1) kemampuan dan pe- percayaan yang difasilitasi oleh kemampu-
nguasaan Ipteks menjadi indikator utama an melakukan learning how to learn dan net-
tingkat kesejahteraan hidup manusia; (2) working.
perubahan orientasi persaingan dari keung- Kelima, pergeseran sistem kerja, dari
gulan komparatif (sumberdaya alam) ke sistem kerja yang bertumpu pada kekuatan
arah keunggulan kompetitif (sumberdaya individu ke arah tumpuan sistem kerja tim
manusia); (3) pergeseran tolok ukur mindset (kerja kelompok), upaya peningkatan efek-
dalam masyarakat yang lebih berorientasi tivitas, efisiensi, produktivitas, dan keme-
pada dikotomi kelompok kaya (the have) narikan dalam pemecahan masalah lebih
dan miskin (the haves not) bergeser ke ori- ditentukan oleh keberhasilan kerja tim
entasi pada dikotomi kelompok masyara- (Mukhadis, 2009). Hal itu ditandai adanya
kat berpengetahuan (the knows) dan tidak fenomena yang menjadi sertaan dari di-
berpengetahuan (the know not); (4) perge- namika era global, yaitu adanya tuntutan
seran tolok ukur dalam persaingan dalam saling ketergantungan antarindividu, ke-
industri, yaitu dari nuansa persaingan ’in- lompok masyarakat, bangsa atau negara
dustri yang besar memakan industri yang dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.
kecil, bergeser orientasi persaingan dari Termasuk dalam hal ini kemampuan da-
nuansa industri yang cepat akan memakan lam mempertinggi survival dan berkem-
industri yang lambat’; dan (5) pergeseran bang sesuai tuntutan fenomena dialektika

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
118

yang menjadi ciri kehidupan di era global. mengikuti pemikiran Disraeli di atas, laju
Perubahan-perubahan dari ilmu pengeta- dialektika peradaban kehidupan saat ini da-
huan, teknologi dan seni yang dipandu lam lingkup era global. Ciri era global ini
dan difasilitasi oleh dinamika fenomena adalah adanya tuntutan peradaban tekno-
tuntutan upaya pemenuhan kebutuhan hi- logi yang mampu mensinergikan berbagai
dup di era global ini, dapat menimbulkan potongan informasi menjadi proposisi se-
berbagai dampak, baik secara langsung bagai kerangka pikir dalam mememecahkan
atau tidak langsung. Dampak dari strategi masalah (dalam bentuk teknologi). Ritme
pemenuhan kebutuhan hidup, yaitu akan dialektika peradaban teknologi yang satu
terjadi adanya perubahan yang begitu ce- ke peradaban teknologi yang lain (yang le-
pat antara proses investasi dan re-investasi, bih tinggi) dapat terjadi, baik secara ter-
perubahan tuntutan struktur dan tingkat atur-linier-mekanistik maupun secara lon-
kompetensi dalam berbagai bidang. Perge- catan. Hal itu tentunya sangat tergantung
seran dialektika yang dinamis sebagai tun- pada kesiapan dari sisi kualitas dan rele-
tutan dinamika kehidupan sejalan dengan vansi sumberdaya manusia yang dimiliki
laju fenomena dialektika pengembangan oleh suatu bangsa.
dan peradaban teknologi sebagai alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi. DIALEKTIKA PELUANG DAN TAN-
Bertolak dari karakteristik laju siklus TANGAN ERA GLOBALISASI
dialektika peradaban teknologi sebagai re- Bertolak dari tuntutan dan karakte-
presentasi adanya tuntutan usaha pemenuh- ristik kehidupan di era global di atas, agar
an kebutuhan hidup di atas, para ahli futu- bangsa Indonesia dapat eksis, berdaya sa-
ristik (Toffler, 1980, dan Disreeli, dalam ing, dan mampu mengikuti dinamika laju
Widodo, 2000) memilah irama fenomena kehidupan global, perlu diidentifikasi fak-
dialektika kehidupan dan perkembangan tor peluang dan tatangannya. Identifikasi
teknologi. Toffler (1980) memilah peradab- tersebut dimaksudkan sebagai kerangka pi-
an teknologi sebagai wahana pemenuhan kir dalam mempersiapkan berbagai faktor
kebutuhan hidup menjadi tiga peradaban, dominan dan kendala yang ada serta bagai-
yaitu peradaban pertanian, peradaban in- mana menyusun alternatif strategi meramu-
dustri, dan peradaban informasi. Ahli futu- nya. Peluang bangsa Indonesia sebagai fak-
ristik lain Disraeli (Widodo, 2000) memilah tor dominan dapat diidentifikasi terkait de-
peradaban teknologi dalam kehidupan men- ngan berbagai sumberdaya, yaitu demogra-
jadi lima, yaitu (1) peradaban pertanian fis, geografis, sosial-budaya, pendidikan,
(green revolution, the first wave); (2) industri dan spirit persatuan dan kesatuan negara
(industrial revolution, the second wave); (3) republik Indonesia.
informasi (information revolution, the third Pertama, sumberdaya demografis. Po-
wave); (4) produktivitas (productivity revolu- tensi sumberdaya demografis yang dimili-
tion, the forth wave); dan (5) imaginasi (ima- ki bangsa Indonesia saat ini secara kuanti-
gination revolution, the fifth wave). Pemilahan tatif menempati ranking empat dunia, se-
peradaban tahapan berdasarkan perkem- telah China, India, dan Amerika Serikat.
bangan teknologi oleh kedua ahli futuristik Menurut prediksi World Economic Forum
tersebut berbeda dalam wujud pentahap- (2011), pada tahun 2050 potensi demografis
annya, tetapi relatif sama dalam karakteris- Indonesia diramalkan mencapai 288 juta ji-
tik esensi fenomena dialektikanya. Dengan wa. Karunia kondisi demografis yang begi-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


119

tu besar dari Alloh yang oleh Nuh (2012) mukan sosial-budaya ini terdiri atas ada-
diramalkan pada 2010—2035 Indonesia me- nya keragaman suku bangsa (etnik), kera-
miliki sumberdaya manusia usia produktif gaman budaya (kultur), keragaman bahasa
yang sangat luar biasa besarnya. Potensi daerah, dan juga keragaman agama (Subi-
sumberdaya ini merupakan karunia demo- janto, 2007). Potensi kemajemukan dari sum-
grafi yang diharapkan dapat menjadi ben- berdaya sosial-budaya ini merupakan ke-
tuk “demographic dividend”, daripada men- kuatan yang tidak ternilai harganya, lebih-
jadi “demographic disaster” dalam kancah lebih apabila dapat disinergikan secara arif,
kehidupan global. Kekayaan demografi ini produktif, sistematik, dan positif sebagai
akan efektif apabila dapat mengoptimalkan wujud modal kekuatan dalam menapaki
dua sektor kunci, yaitu sektor pendidikan kehidupan era global.
dan kesehatan. Lebih lanjut, Nuh (2012) Keempat, sumberdaya spirit dan ko-
berpendapat bahwa “kesehatan dalam hal mitmen persatuan dan kesatuan. Jumlah
ini berperan sebagai ‘hardware’ dan pendi- sumber-daya manusia, keluasan dan konfi-
dikan berperan sebagai ‘software’”. gurasi wilayah, serta kekayaan sumber-
Kedua, sumberdaya alam. Potensi ke- daya sosial-budaya di Indonesia dilengkapi
kayaan sumberdaya alam Indonesia secara dengan adanya spirit dan komitmen kesa-
kuantitatif dan ragmannya sangat melim- tuan dan persatuan Negara Republik Indo-
pah dan sangat menguntungkan sebagai nesia. Potensi sumberdaya ini menjadikan
kekuatan dalam menapaki kehidupan era suatu perekat dan sekaligus pengikat serta
global mendatang. Dari sisi keragaman berfungsi sebagai katalisastor untuk men-
sumberdaya alam, kekayaan flora, fauna, jadi satu ‘entity’, menjadi satu kesatuan
tambang, kelautan, iklim, dan sebagainya yang utuh, kristalisasi seluruh aspirasi dan
yang tersimpan di wilayah Indonesia dari cita-cita bangsa. Perekat dan pengikat semua
Sabang sampai Meraoke sangat bervariasi. itu termanifestasikan dalam trilogi ikrar
Begitu juga dari sisi kuantitas sumberdaya Sumpah pemuda (Subijanto, 2007), yaitu
alam kita tegolong relatif besar kandung- konfigurasi geografis, konfigurasi sosial-bu-
annya. Misalnya, Indonesia memiliki lebih daya dalam bentuk kemajemukan, dan kon-
dari 17.508 pulau yang panjang dan lebar- figurasi penyebaran penduduk yang diikat
nya beribu-ribu kilometer. Indonesia memi- dengan ‘satu bangsa yaitu bangsa Indonesia’,
liki lebih 37% jumlah spesies yang ada di ‘satu tanah air yaitu tanah air Indonesia’, dan
jagat raya ini, dan Indonesia memiliki 18% ‘satu bahasa yaitu bahasa Indonesia’. Perekat
lebih kekayaan terumbu karang dunia. Po- sinergi trilogi ikrar sumpah pemuda ter-
tensi dalam kelompok ini juga kekayaan sebut, juga diperkuat dengan kunci utama,
yang terkandung dalam wilayah laut dan yaitu komitmen klimak sejarah perjuangan
potensi tambang (Bermawi dan Arifin, 2012). bangsa dalam Proklamasi Kemerdekaan
Ketiga, sumberdaya sosial-budaya. yang didengungkan pada 17 Agustus 1945
Realitas sumberdaya alam yang merupa- sebagai deklarasi Negara Kesatuan Repu-
kan suatu konfigurasi wilayah geografis blik Indonesia (NKRI) dengan Pancasila se-
dari Sabang sampai Meraoke yang terdiri bagai dasar dan falsafah hidup bangsa.
atas beribu-ribu pulau sebagai Negara Ke- Kelima, sumberdaya pendidikan. Ke-
satuan Republik Indonesia juga terdapat po- siapan sumberdaya manusia suatu bangsa
tensi realitas keragaman atau kemajemuk- akan berkorelasi positif dengan kualitas
an dari sisi sosial budaya. Realitas kemaje- pendidikan (formal, nonformal maupun

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
120

informal). Kualitas pendidikan ini terkait kembangnya individu yang sehat, kuat, ber-
dengan kualitas sistem, kebijakan, perenca- sih, dan sportif; (3) olah hati, yang memfa-
naan, pelaksanaan, dan pengembangan sis- silitasi individu untuk jujur, bertangung ja-
tem pendidikan yang dianut oleh suatu wab, mampu berempati, dan tolerasi serta
bangsa. Hal ini sesuai dengan fungsi pen- kerjasama; dan (4) olah rasa dan karsa,
didikan dalam setiap negara sebagai sarana yang memfasilitasi individu untuk memi-
pengembangan keunggulan sumberdaya liki keterampilan berasa dan berkarsa yaitu
manusia (human resources) di era pengeta- memiliki sustainable self-learning, kretatif,
huan (Oentoro, 2000). Dengan kata lain, in- dan memiliki sikap emulatif, bukan emita-
telectual capital hanya dapat dikembangkan tif (Mukhadis, 2012). Dengan keempat ra-
dan dipenuhi dalam era ini apabila bangsa nah individu yang dikembangkan melalui
kita menempatkan pembangunan di bidang pendidikan tersebut, diharapkan potensi in-
pendidikan secara strategis. Dalam konteks dividu akan berkembang sesuai dengan ka-
negara Indonesia memiliki peluang yang pasitas dan kecepatan masing-masing. Re-
sangat besar secara yuridis. Peluang untuk presentasi dari fenomena ini dapat memfa-
hal ini tercermin dalam kebijakan yuridis silitasi berkembangnya kecakapan hidup
formal yang tertuang pada rumusan tujuan yang kompetitif, kepekaan, empati, kepemi-
pendidikan nasional yang termaktub da- likan karakter yang kuat dan mampu ber-
lam UU.R.I., No. 20, Tahun 2003, tentang saing dalam suasana kerjasama, dan mam-
Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab II, pu bekerjasama dalam nuansa persaingan.
Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan na- Kemampuan ini dapat ditunjukkan dengan,
sional bertujuan mengembangkan potensi penguasaan teknologi (hard skills), pengua-
peserta didik agar menjadi manusia yang saan etos kerja, komunikasi, manajemen
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang waktu, adaptasi, mengelola diri, dan sikap
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, interpersonal (soft-skills).
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Kelima faktor di atas, sebagai repre-
negara yang demikratis serta bertanggung sentasi modal dasar dan peluang bagi
jawab. bangsa Indoensia dalam upaya untuk men-
Isi substansi rumusan tujuan pendi- capai keunggulan eksistensi, berdaya sa-
dikan nasional di atas sebagai representasi ing, kompetitif dalam suasana kerjasama,
peluang dalam upaya pengembangan po- dan kerjasama dalam nuansa persaingan di
tensi individu secara total dan holistik yang dalam kehidupan era global. Dikatakan
mengarah pada fasilitasi pengembangan sebagai potensi, modal utama, dan peluang
sumberdaya manusia yang ‘paripurna’. In- yang memiliki interpretasi bahwa penting
dikator dari peluang ke arah fasilitasi sum- dilakukan perencanaan secara strategis dan
berdaya manusia Indonesia paripurna da- holistik dalam nuansa kehidupan global.
lam rumusan tersebut telah memenuhi em- Namun, apabila kurang siap dalam meren-
pat ranah yang memfasilitasi berkembang- cana dan menyiapkan kehidupan era ini
nya manusia paripurna sesuai dialeketika juga akan berpotensi menjadi bangsa yang
tuntutan era global. Keempat ranah terse- ‘termarginalisasi’, menjadi terkikis jatidiri-
but terkait dengan pengembangan (1) olah nya, dan berpotensi untuk terjadi ‘disinte-
pikir, baik dalam berpikir analitik, berpikir grasi’ dalam konteks kesatuan nasionalnya.
kritis, berpikir kreatif, dan berpikir prakti- Untuk itu, perlu dilakukan antisipasi yang
kal; (2) olahraga, yang mengarah pada ber- terkait dengan tatangan yang kita hadapi

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


121

dalam menapaki kehidupan global sebagai bal sebagai ‘energi korporat’ (Subijanto,
suatu bangsa yang dikemas dalam NKRI. 2007) yang berdaya hidup lebih eksis.
Identifikasi tantangan ini penting bila Kedua, tantangan adanya fenomena
dikaitkan dengan persiapan (jangka pen- kesejagatan. Dialektika upaya pemenuhan
dek, menegah atau panjang) dalam peren- dan pengembangan berbagai kebutuhan
canaan secara strategis dan holistik dalam kehidupan, baik secara individu, kelompok
memasuki nuansa kehidupan global yang masyarakat, berbangsa dan bernegara meng-
berdasarkan pada faktor peluang yang di- ikuti fenomena kesejagatan (borderless na-
miliki sebagai variabel antecedent bangsa tions). Representasi fenomena ini dalam era
Indonesia. Berbagai faktor yang dikelom- global ditandai adanya nuansa persaingan
pokkan menjadi tantangan dalam mena- dalam kerjasama dan kerjasama dalam per-
paki kehidupan era global dapat diidentifi- saingan dalam upaya memenuhi kebutuhan
kasikan dalam tulisan ini, yaitu penguasa- hidup (Satari 1993; Djojonegoro, 1994; Dit-
an Ipteks, era kesejagatan, tenaga keja dan jen Dikti, 2004, Ditjen Dikti, 2012). Arah fe-
pengangguran, kesejahteraan, eksplorasi nomena dialektika ini ditunjukkan dengan
dan konservasi sumberdaya. adanya kesepakatan bersama atas pember-
Pertama, tantangan dalam penguasa- lakuan pasar bebas atau pasar kesejagatan
an Ipteks. Kehidupan era global merupa- (AFTA dan AFLA) yang diberlakukan mu-
kan representasi upaya penguasaan, peman- lai tahun 2003; APEC mulai tahun 2010;
faatan dan pengembangan Ipteks menjadi GATT dan GATS akan dimulai tahun 2020.
suatu tantangan bagi masyarakat, kelemba- Pada era pasar kesejagatan ini, menuntut
gaan, bangsa dan negara. Hal ini berdasar- kebutuhan bersinergi secara ekonomi, ak-
kan pada kerangka pikir bahwa tatanan ses pasar yang luas, informasi yang sema-
dan kehidupan era global menyangkut as- kin kuat, dan standar prestasi yang sema-
pek pola pikir, ideologi, telekomunikasi, kin tinggi, yang mengarah pada pergeseran
pendidikan, industri, masyarakat, dan lain pepatah dari survival for the fittest ke arah
sebagainya yang berbasis pada pengetahu- survival for the person with the best quality
an. Mengapa demikian? Kehidupan era glo- (Danim, 2003). Dalam konteks ini, keung-
bal akan mendorong terjadi tiga hal secara gulan suatu bangsa atas bangsa yang lain
umum yaitu adanya tuntutan kepada suatu lebih ditentukan oleh keunggulan kompeti-
bangsa akan upaya peningkatan pengem- tif daripadakeunggulan komparatif. Kuali-
bangan dan pemanfaatan Ipteks secara te- tas sumberdaya manusia suatu bangsa le-
rus-menerus; pola kehidupan bermasyara- bih menjadi penentu dalam pemenuhan
kat, berbangsa dan bernegara yang meng- kebutuhan kehidupan di era global yang
anut prinsip sangat tipis batas wilayah geo- bernuansa “persaingan dalam kerjasama”
grafis (borderless nations), dan adanya po- dan ”kerjasama dalam persaingan”.
tensi akan keterbukaan dalam berinteraksi Ketiga, tantangan tenaga kerja dan
antarkelompok, bangsa dan negara. Feno- pengangguran. Tenaga kerja dan pengang-
mena ini akan menimbulkan pergeseran ni- guran menjadi tantangan dalam kehidupan
lai-nilai yang dianut, baik personal maupun era global, utamanya dalam konteks Indo-
global, budaya kerja dan kreativitas perso- nesia dari sisi kualitas dan relevansi. Dari
nal atau global, pergeseran keunggulan ra- sisi kualitas dan relevansi di era global me-
nah kompetitif, dan penguasaan Ipteks dan nuntut adanya keunggulan sumberdaya
nilai-nilai kreatif secara personal atau glo- manusia (kualitas dan relevansi) menjadi

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
122

titik simpul dalam mengarungi kehidupan pas, 27 Februari 2012). Tingkat kesejahtera-
dengan segala karakteristiknya. Ketersedia- an dari indikator yang lain, yaitu terkait
an sumberdaya manusia yang unggul dari dengan ‘supremasi hukum’, baik pada latar
sisi kualitas dan relevansi pada kehidupan eksekutif, yudikatif, maupun legislatif, dan
era global diposisikan sebagai human, atau pada berbagai organisasi sosial-politik ma-
intellectual capital. Upaya mereka sumber- sih menjadi tantangan untuk sampai pada
daya manusia yang unggul di Indonesia kesadaran hukum (law conciousness), dan
menjadi suatu tantangan. Utamanya, bila kepatuhan hukum (law abidience) sebagai
dikaitkan dengan kondisi objektif dewasa representasi ‘budaya’ dan ‘roh’penegakan
ini. Hasil survei oleh PERC di Hongkong supremasi humum. Utamanya, dalam pe-
bahwa peringkat kualitas pendidikan kita negakan hukum yang dilakukan pada pe-
di Asia Pasific pada urutan ke-12 di bawah nanganan berbagai kejahatan (konvensio-
Vietnam, Thailand, dan Philipina (Wibo- nal: jalanan; kekayaan negara: illegal logg-
wo, 2002). Masih banyaknya penganggur- ing, illegal fishing, dan illegal mining; dan ke-
an terdidik 50,48% tidak tamat dan tamat jahatan transnasional: money londering, tracf-
SD; 22,83% tamatan SLTP; 14,45% tamatan fiching person, cyber crime, dan international
SLTA; dan 12,24% tamatan PT (Halim, economic crime) (Subijanto, 2007).
2010). Tenaga kerja 2011 masih didominasi Kelima, tantangan eksplorasi dan kon-
oleh tamatan atau tidak tamat SD sebesar servasi sumberdaya. Unsur kiat melakuan
49,50% (Nuh, 2012). Indeks pembangunan eksplorasi dan konservasi di masa menda-
manusia (IPM) berada pada posisi 124 dari tang menjadi penting dalam rangka pe-
187 negara, di bawah Singapura peringkat manfaatan dan pengembangan serta peles-
26; Brunei peringkat 33; Malayasia pering- tarian berbagai sumberdaya yang tidak da-
kat 61; Thailand peringkat 103; dan Phili- pat terbarukan menjadi tantangan dalam
pina peringkat 112 (Dalle, 2012) konteks kehidupan global. Hal ini berda-
Keempat, tantangan tingkat kesejah- sarkan pertimbangan bahwa bangsa Indo-
teraan. Tantangan pada tingkat kesejahte- nesia dikaruniahi olah Alloh beragam dan
raan ini akan lebih konkret bila kita lihat keunikan terkait dengan sumberdaya (alam,
besaran Indeks Pembangunan Manusia sosial-budaya, dan manusia). Karunia sum-
(IPM) di Indonesia masih berada pada berdaya yang melimpah ini, dalam peman-
posisi 124 dari 187 negara. Indikator lain faatan melalui kegiatan eksplorasi perlu se-
dalam hal tingkat kesejahteraan ini juga cara paralel menempatkan peran dan upa-
dapat dilihat dari realitas Indonesia yang ya konservasi, utamanya pada sumberdaya
termasuk dalam kelompok negara dalam yang tidak dapat terbarukan (no renewable).
kategori Failed States Index (FSI) tahun 2012 Orientasi eksplorasi sumberdaya dengan
dalam kategori very high warning, yaitu menempatkan prioritas pada adanya pe-
pada ranking 63 dengan skor 80,6 (Paska, ningkatan nilai tambah (added values) yang
2012). Beberapa indikator di atas akan ber- optimal, dengan tetap mempertimbangkan
implikasi pada besaran pendapatan per ka- langkah-langkah konservasi dengan baik.
pita di Indonesia sebesar 3.015 US$ yang Hal ini akan dapat terjadi, apabila orientasi
masih relatif rendah dibandingkan dengan eksplorasi sumberdaya dengan mengede-
negara tetangga. Misalnya, besaran penda- pankan prinsip penelitian dan pengembang-
patan per kapita di Malaysia sebesar 8.423 an (research and development) yang dibarengi
US$; di Singapura sebesar 43.117 US$ (Kom- dengan pengembangan manufakturing ser-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


123

ta infrastrukturnya sehingga menghasilkan bagai bentuk upaya peningkatan taraf ke-


produk yang sesuai dengan keunikan sum- hidupan (Soedjatmoko, 1984 dalam Mukha-
berdaya dan keunikan wilayah geografis dis, 2011). Dalam konteks ini, masalah ke-
yang unggul dan kompetitif di era global. hidupan yang dipecahkan bersifat unik dan
Dengan demikian, ragam sumberdaya yang memerlukan suatu jawaban atas pemecah-
dimiliki bangsa Indonesia mampu meng- annya sebagai representasi pemanfaatan
hasilkan suatu ‘produk jadi yang unik’ di teknologi yang tidak seragam. Sebagaima-
tiap wilayah, sehingga sampai pada ke- na pendapat Nadler dan Hibino (1994), pe-
unikan, yaitu satu produk dalam satu wi- nanda ritme dialektika kehidupan adalah
layah (one product, one village) yang unggul. ”No two situation are like, each problem is em-
Untuk itu, tantangan ke depan perlu meng- beded in a unique array of related problems, the
hindari eksplorasi yang hanya dilakukan solution to a similar problem in another organi-
oleh pihak lain, hanya menghasilan bahan zation”. Peradaban teknologi informasi me-
baku dan kurang memperhatikan aspek nurut Handy (1990) berpotensi mempercepat
konservasi. Representasi tantangan dalam laju perubahan dan banyak menimbulkan
hal ini adalah pentingnya pengembangan cara berpikir yang tidak masuk akal (un-
dalam kemampuan pemanfaatan dan pe- reason) dan berbagai pemikiran yang ber-
ngembangan keunggulan dalam penguasa- tentangan dengan pola berpikir selama ini
an teknologi sebagai bentuk sinergi secara (upsidedown thinking). Sebagai ilustrasi ke-
holistik dari empat komponen utama tek- adaan ini, yaitu adanya pertentangan logi-
nologi, yaitu humanware, infoware, organo- ka hukum ekonomi yang menyatakan bah-
ware, dan technowarepotensial menghasil- wa ”biaya produksi suatu barang akan le-
kan produk teknologi yang ”high quality, bih murah, bila diproduksi secara besar-be-
low-cost, low-risk, high competitive” (Habibie, saran”. Di era global, ada pola pikir tan-
2007). dingan, yaitu “biaya produksi suatu barang
akan lebih murah, walaupun diproduksi
DIALEKTIKA PENGEMBANGAN TEK- tidak secara besar-besaran”(low volume-low
NOLOGI DI ERA GLOBALISASI cost). Hal ini ditunjukkan dengan kemam-
Tuntutan kebutuhan kehidupan pada puan produksi teknologi yang mengguna-
era global kian berkembang dan kompleks kan CNC dan mesin cetak personal. Dalam
serta mengikuti dialektika peradaban tek- bidang teknologi elektronika, “melakukan
nologi. Sebagai implikasi dalam kancah ke- pertemuan tidak harus selalu berkumpul
hidupan era ini, hanya orang baik sebagai pada suatu tempat tertentu”. Misalnya,
individu, kelompok (masyarakat, bangsa, konferensi antaranggota rapat di berbagai
atau negara) yang dapat menguasai penge- daerah atau bahkan di berbagai negara dan
tahuan dan teknologi yang dapat mengua- tidak harus berkumpul di suatu tempat ka-
sai dan mengendalikan persaingan. Seba- rena dapat ditempuh dengan strategi ‘tele
liknya, orang sebagai individu, kelompok conference’.
(masyarakat, bangsa, atau negara) yang ti- Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa
dak menguasai pengetahuan dan teknologi penemuan, penggunaan, dan pengembang-
akan menjadi ‘pecundang’ dalam persaing- an suatu teknologi sebagai wujud dalam pe-
an. Irama perubahan ini merupakan nisbah mecahan masalah kehidupan pada periode
langsung dari kenisbian antara pemanfaat- waktu tertentu, akan menjadi stimulan bagi
an suatu alternatif pemecahan masalah se- munculnya penemuan, dan pemanfaatan

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
124

‘teknologi baru’ yang memiliki keunggulan ripada teknologi sebelumnya. Sifat dan ben-
yang lebih tinggi (lebih canggih, efektif, efi- tuk inovasi yang dimaksud dalam konteks
sien). Karakteristik setiap penemuan, pe- ini adalah representasi hasil (artifac) dari
manfaatan dan pengembangan teknologi suatu aktivitas melakukan sinergi secara
baru yang selalu akan diikuti oleh muncul- komprehensif, sistematik dan produktif dari
nya berbagai masalah ancaman bagi keber- berbagai produk teknologi (barang, jasa,
adaan, kesejahteraan, ketentraman, dan ke- atau sistem) yang sudah ada dan sudah di-
selamatan jiwa manusia, baik secara indivi- gunakan sebagai wahana pemecahan ma-
du, kelompok masyarakat, berbangsa dan salah, tetapi nilai tambah dan keunggulan
bernegara pada setiap tahapan peradaban kompetitif.
dan budaya teknologi ini oleh Shumer (2001) Kedua, unsur perangkat teknologi
disebut sebagai ‘ritme fenomena dialektika (techno-ware), yaitu karakteristik teknologi
teknologi’. Hanya perbedaan tingkat kese- yang digunakan pada era itu, baik yang
riusan dan intensitas dampak negatif yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Ka-
ditimbulkan dari penemuan, pengembang- rakteristik teknologi yang bersifat kuantita-
an dan pemanfaatan teknologi dalam kehi- tif lebih mengacu pada wujud fisik (hard-
dupan manusia itulah yang membedakan ware) dari teknologi sebagai alat pemecah-
antara ritme fenomena dialektika pada per- an masalah dalam kehidupan sehari-hari.
adaban teknologi sederhana dan teknologi Indikator dari karakteristik teknologi yang
yang lebih modern. bersifat kuantitatif meliputi antara lain be-
Kecepatan laju perubahan pentahap- sar bentuk fisik, tingkat kerumitannya, dan
an peradaban teknologi (sebagai wujud tingkat kemenarikan tampilan, serta ting-
dialektika teknologi) dalam suatu bangsa kat mobilitas dari suatu produk teknologi.
ini sangat tergantung dari empat unsur uta- Karakteristik teknologi yang bersifat kuali-
ma teknologi yang bersinergi, yaitu human- tatif lebih mengacu pada hal-hal yang ter-
ware, techno-ware, info-ware, dan organo-ware kait dengan perangkat lunak (soft-ware) dan
(Widodo, 2000, dalam Mukhadis, 2009). mekanisme penggunaannya dalam peme-
Pertama, unsur perangkat manusia (human- cahan masalah dalam kehidupan sehari-
ware), yaitu bagaimana manusia sebagai hari. Indikator dari karakteristik yang ber-
pelaku pemanfaatan, pengembangan dan sifat kualitatif ini meliputi antara lain ting-
pelestarian teknologi dapat selalu mening- kat kecanggihan soft-ware, dan sistem ope-
katkan kemampuannya mulai dari tahapan rasinya, mulai dari sistem operasi dengan
mengenal sampai mengembangkan suatu cara manual, mesin sederhana, mesin
inovasi dari teknologi pada era itu. Feno- serbaguna, mesin khusus, mesin otomatis,
mena ini menuntut adanya kegiatan, baik dan dengan mesin sistem komputerize. Se-
dalam konteks up-skilling maupun re-skill- mua karakteristik teknologi yang bersifat
ing sesuai karakteristik ritme dialektika tek- kualitatif ini mulai dari sistem operasi de-
nologi itu sendiri, yaitu mulai dari kemam- ngan cara manual sampai dengan cara kom-
puan mengenal, mengoperasikan, menyu- purize merupakan suatu ‘kontinum’ sesuai
sun, memperbaiki, menggandakan, meng- dengan dan mengikuti pada tingkat ke-
adaptasi, dan akhirnya terbentuk kemam- canggihan suatu produk teknologi yang di-
puan melakukan inovasi. Kemampuan ino- gunakan sebagai wujud pemecahan ma-
vasi dalam konteks teknologi ini ditandai salah dalam kehidupan.
oleh nilai tambah keungulan kompetitif da-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


125

Ketiga, unsur perangkat informasi begitu kompleks sifat dan karakteristik dari
(info-ware), yaitu karakteristik informasi teknologi, sifat dan karakteristik dari infor-
yang terkait dengan penemuan, pemanfa- masi, dan sifat dan karakteristik dari sisi
atan dan pengembangan teknologi yang di- pengguna teknologi (dimensi manusia) ter-
jadikan dasar untuk melakukan evaluasi masuk juga varietas dari ketiganya dalam
atas segala kelemahan dan berbagai kiat kehidupan nyata sehari-hari. Indikator dari
dalam upaya mencari suatu alternatif pe- unsur ini antara lain dapat dipilah ke da-
mecahan masalah dalam kehidupan nyata. lam kelembagaan yang masih sangat seder-
Wujud dari informasi dalam konteks ini hana dan bersifat individu, kelompok kecil,
lebih berwujud sebagai data atau informasi suatu departemen atau lembaga, suatu pe-
berbagai aktivitas penelitian dan pengem- rusahaan, kelompok industri regional, ke-
bangan dalam upaya meningkatkan efekti- lompok industri nasional, sampai kelom-
vitas dan efisiensi serta kemenarikan dari pok industri internasional. Kelembagaan
aspek teknologi itu sendiri. Unsur perang- organisasi dalam penemuan, pengembang-
kat informasi dari suatu teknologi ini men- an, dan pemanfaatan produk teknologi da-
jadi penting, terutama bila dikaitkan de- pat dalam bentuk lembaga pendidikan, lem-
ngan upaya pengkajian (penelitian) dan di- baga pengkajian, dan lembaga penyebar-
seminasi berbagai hasil dari proses pengem- serapan dari berbagai proses dan hasil tek-
bangan teknologi baru pada setiap tahapan nologi yang bermanfaat bagi pemecahan
peradaban teknologi. Indikator pentingnya masalah kehidupan.
unsur ini dalam pengembangan teknologi Penggolongan fenomena peradaban
adalah adanya tahapan bagaimana keber- dialektika dalam upaya pengembangan tek-
adaan teknologi itu sendiri mudah dikenali, nologi setelah era peradaban teknologi in-
mudah dijelaskan, mudah dispesifikasikan, formasi adalah dikembangkannya tekno-
mudah diakses, mudah dimanfaatkan, mu- logi baru yang oleh Drexier (1986) disebut
dah dipahami, dapat digeneralisasikan, sam- dengan era peradaban teknologi Nano (tek-
pai dengan kemudahan dalam melakukan nologi molekuler). Teknologi Nano ini seca-
kegiatan evaluasi yang terkait dengan fak- ra esensial merupakan kemampuan, kecer-
ta-fakta komponen dan unsur teknologi (wu- matan, dan kepiawian dalam memanfaat-
jud teknologi) oleh pengguna sebagai unsur kan dan mengembangkan dalam hal meng-
humanware. Hal ini penting dalam rangka atur, menyusun, dan meletakkan unsur-
lebih mudah dalam memfasilitasi disemi- unsur utama dan partikel atom. Pada era
nasi dan meningkatkan ‘keakraban’ atau ‘ke- peradaban teknologi ini, dapat dikatakan
fasihan’ manusia sebagai individu dan ke- bahwa perbedaan antara berlian dan batu
lompok dalam pemanfaatan teknologi dari bara hanya terletak pada variasi dan letak
hasil penemuan dan pengembangan. susunan atomnya. Demikian pula perbeda-
Keempat, unsur perangkat organisasi an antara material pasir dan transistor. Dari
(organo-ware), yaitu karakteristik dari suatu kacamata era peradaban ini, teknologi saat
peradaban teknologi yang lebih mengarah ini (era industri dan informasi) masih ter-
pada kelembagaan dalam upaya penemu- golong ke dalam teknologi kelompok atom
an, pemanfaatan dan pengembangan suatu kasar (bulk-technology). Pada era teknologi
produk teknologi sebagai sarana pemecah- nano, lebih berupaya untuk memproses,
an masalah dalam kehidupan. Unsur ini mengatur, dan meletakkan atom atau mo-
penting bila dikaitkan dengan kondisi yang lekul secara individu dengan lebih tinggi

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
126

kadar presisi dan akan lebih terperinci. ngambil, dan menarik suatu objek tertentu
Dalam era ini, nantinya juga ada yang di- yang ada di sekelilingnya). Namun selama
sebut nano-circuit, nano computer dan nano- ini, penjelasan terhadap ritme tersebut le-
machines, seperti pada peradaban teknologi bih sering menggunakan rumus-rumus ki-
mikro-elektronika, ada micro-circuits, micro- mia. Sifat-sifat gene tersebut juga berlaku
computer. Ukuran mesin-mesin dalam era pada unsur-unsur informasi yang berinter-
teknologi nano initersaji pada satuan nano- aksi dengan akal-budi manusia. Sifat-sifat
meter (satuan nanometer kira-kira besaran ini oleh Dawkins (1976) disebut sebagai me-
kuantitatifnya satu perseribu dari mikro- me. Contoh konkret dari wujud meme ada-
meter). Tekonologi nano akan berkembang lah berupa ide atau gagasan, peribahasa,
tidak hanya terbatas pada dimensi-dimen- atau rancangan. Meme berkembang baik
sinya saja, tetapi juga prosesnya yang ber- melalui otak manusia yang disebut dengan
basis pada penyusunan atom, molekul, atau proses imitasi dan mutasi melalui pendi-
partikel sesuai sifat akhir yang dikehenda- dikan atau pembelajaran. Perkembangan
ki (Hadiwaratama, 2007). Perkembangan meme ini juga mengalami seleksi alam (yang
ke depan, teknologi nano ini akan sangat berguna dan berkasiat bagi kelangsungan
dominan dalam memajukan teknologi in- hidup sajalah yang akan dapat eksis dan
formasi, biologi, dan teknologi manufak- berkembang). Dalam perkembangan lebih
tur. Hal yang terakhir ini akan berimbas lanjut, meme lebih cepat daripada gene da-
pada suatu tatanan ekonomi dunia yang lam menstimulasi pembaharuan teknologi,
pertumbuhannya akan lebih ditentukan oleh daya cipta, dan karya manusia. Kenyataan
daya atau kemampuan inovasi dan kemam- ini akan mempercepat dari sifat fenomena
puan imajinasi dari sumberdaya manusia- dialektika teknologi, terutama pada peristi-
nya. wa terjadinya interaksi secara dialektik an-
Dewasa ini, para ahli kimia telah be- tara gene (sebagai sumber alam) dan meme
kerja dengan menggunakan teknologi nano (sebagai sumber budaya).
ini (walaupun masih sederhana). Bahan Mengacu pada karakteristik fenome-
baku (mesin) utamanya adalah protein se- na dialektika teknologi sesuai dengan tun-
bagai bahan rekayasa dan sel-sel hidup. tutan dialektika era globalisasi di atas, da-
Contoh dari teknologi ini, yaitu adanya pat dikatakan bahwa terdapat hubungan
penggunaan mesin sintesis gene (gene syn- simbiosis muatualisme antara perkembang-
thesis machines) dalam membuat sintesis an teknologi dengan ilmu pengetahuan.
dan analisis dari molekul DNA. Contoh Ilmu pengetahuan pada awalnya dikem-
mesin nano lain dapat diberikan di sini bangkan setelah adanya penggunaan tek-
adalah restriction enzymes yang digunakan nologi sebagai alat pemecahan masalah da-
untuk memotong dan menyambung kem- lam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
bali mata-rantai DNA, dan mesin nanorhi- lain, ilmu pengetahuan (sains) pada per-
bomes yang biasa digunakan untuk meng- kembangan tahap awalnya ”sebagai anak”
asembling molekul-molekul DNA. Prinsip dari teknologi. Namun, anak teknologi ini
kerja dari protein dan enzym ini sebetulnya sesuai dengan perjalanan ruang dan waktu
dapat juga dijelaskan dengan rumus-ru- lebih cepat berkembang menjadi dewasa.
mus mekanika (misalnya, kerja otot-otot Perkembangan lebih lanjut ilmu pengeta-
tangan manusia pada waktu bergerak men- huan dengan sangat cepat mengidentifikasi
dekat dan menjauh dari tubuh, waktu me- dan menjelaskan fenomena dalam wujud

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


127

menambah berbagai pengertian dan prinsip an sumberdaya manusia ini, baik dalam
tentang berbagai hukum alam semesta ini upaya pemecahan masalah atau upaya pen-
yang dapat menstimulasi perkembangan cegahan hal-hal negatif sebagai dampak al-
teknologi itu sendiri. Untuk itu, hubungan ternatif pemecahan masalah dengan suatu
perkembangan lebih lanjut antara sains se- teknologi. Dengan mengacu pada kerangka
bagai ”anak” dan teknologi sebagai ”bapak” pikir bahwa peran sumberdaya manusia
ini berjalan sangat mesra, harmonis, saling sebagai human/intellectual capital dalam era
memperkuat dan bersinergi yang berlang- global, dapat digunakan sebagai ancangan
sung secara terus-menerus dan berkesinam- dalam upaya memerikan karakteristik ma-
bungan. Perkembangan keduanya (sains nusia yang dibutuhkan Indonesia di era
dan teknologi) pada era global sekarang ini global. Dimensi karakteristik sumberdaya
sudah tidak jelas lagi. Secara hierarkhis ti- manusia yang dibutuhkan di era global di-
dak tampak mana yang berperan sebagai tuntut memiliki (1) kemampuan berpikir
”anak” dan mana yang berperan sebagai kritis, sintetik, dan praktikal; (2) kepekaan,
”bapak”. Bahkan, hubungan di antara ke- kemandirian, dan tanggung jawab yang
duanya pada era pengetahuan sekarang ini tinggi; (3) kemampuan emulasi yang ting-
dapat dikatakan bagaikan hubungan an- gi; (4) keterampilan mencari, memanfaat-
tara “ayam” dan “telur” (Mukhadis, 2007), kan dan mengembangkan informasi yang
bergantung dari mana kita memandang”. tinggi; (5) pribadi dan kerja tim yang baik;
Pada era global ini, peranan antara kedua- (6) kemampuan berpikir global dalam me-
nya (sains dan teknologi) masih tetap ber- mecahkan masalah lokal; (7) sifat terbuka
putar pada sumbu dan radius fenomena terhadap perubahan dan sikap berkembang;
dialektika masing-masing. Hal itu sebagai- dan (8) budaya kerja yang tinggi (Slamet,
mana dikatakan Efoit (Pavlova, 2009) bah- 1993 dan Mukhadis, 2011).
wa: Pada era global ini, bangsa Indonesia
“science is the accumulation of know- ini tidak hanya dituntut memiliki sumber-
ledge and technology is the application daya manusia yang pandai dan terampil
of knowledge. Science answers the ques- sebagai representasi unggul, tetapi juga ber-
tion about ‘Why...’ (Why does this che-
karakter, kreatif, semangat mandiri dan ber-
mical react with this one?, Why does this
komunikasi (lisan dan tertulis) yang baik
material release electricity when exposed
(Oentoro, 2000). Karakteristik sumber daya
to the sun? Why do we have families?),
and Technology answers the question manusia tersebut merupakan prasyarat
about ‘How...’ (How can we make non bagi keunggulan dalam melakukan sinergi
explosive gasoline?, How can we stop pemanfaatan dan pengembangan teknologi
obesity?, How can we help deaf person baru yang bersifat emulatif (bukan emitatif)
to hear?)”. yang dibutuhkan pada era globalisasi. Ke-
mampuan ini merupakan representasi dari
SOSOK MANUSIA UNGGUL DAN BER- keunggulan dalam melakukan sinergi tiga
KARAKTER DI BIDANG TEKNOLOGI komponen utama teknologi, yaitu unsur
Berpijak pada fenomena dialektika human embodied technology, capital embodied
teknologi sebagai piranti pemecahan masa- technology, dan technology disembodiment (Pa-
lah di atas, arah kecenderungan dialektika mungkas, 1993). Representasi kemampuan
di masa mendatang menempatkan penting- emulatif dalam bidang pengembangan, pe-
nya peranan sumberdaya manusia. Peran- manfaatan dan keunggulan teknologi me-

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
128

rupakan sinergi dari empat komponen uta- tambah bagi strategi pencapaian tujuan
ma teknologi, yaitu humanware, infoware, (Kartawijaya, 2010). Indikator kesempatan
organoware, dan technoware potensial meng- dalam hal ini dapat berupa alternatif dari
hasilkan produk teknologi yang high qua- pendekatan, strategi, metode, teknik atau
lity, low-cost, low-risk, high competitive (Wi- berbagai kiat lain dalam melakukan peren-
dodo, 2000). canaan, pelaksanaan, hasil, evaluasi dan
Sumberdaya manusia yang memiliki tindak lanjut yang dibangun berdasarkan
kemampuan emulatif dalam pemanfaatan hasil analisis latar yang valid. Kemampuan
dan pengembangan teknologi terinternali- ini dapat memfasilitasi seseorang untuk da-
sasi dalam nilai-nilai dan mindset untuk se- pat melakukan aktivasi dalam struktur kog-
lalu siap untuk berpikir kreatif-produktif nitif sebagai representasi berpikir, mengam-
yang selalu ditandai oleh kepiawian dalam bil keputusan, dan bersikap dalam kondisi
berbagai kesempatan dan ruang waktu tertentu secara tepat, cepat, dan efisien,
untuk menjadi ‘yang pertama, yang berbeda, khususnya dalam memilih, memanfaatan
dan yang terbaik (unggul)’ serta berkarakter dan mengembangkan bidang teknologi se-
(Kartawijaya, 2010). Internalisasi sikap-ni- bagai alternatif pemecahan masalah yang
lai dalam bentuk mindset untuk selalu siap dihadapi.
berbeda, siap menjadi yang pertama, dan Kedua, mindset innovator. Suatu pro-
siap menjadi yang terbaik tercermin dalam ses untuk dapat menghasilkan sesuatu yang
kepiawiannya dalam berpikir, bersikap, dan baru (baik dalam bentuk ide, kiat, produk,
bertindak yang meliputi opportunity creator jasa, atau sistem) dalam bidang teknologi
(pencipta peluang); innovator (pembaharu); yang memenuhi persyaratan dan memiliki
dan calculate risk taker (menejemen resiko); nilai tambah serta mempunyai nilai keung-
memiliki kemampuan untuk melakukan sus- gulan. Sesuatu yang baru, bernilai tambah,
tainable self-learning (budaya belajar), kuali- dan nilai kompetitif (baik dalam bentuk
tas pribadi yang baik (soft-skills) (Schumpeter ide, kiat, produk, jasa, atau sistem) dalam
dalam Wibowo, 2011); (Barmawi dan Ari- bidang teknologi, bila memenuhi persyara-
fin, 2012). tan dari aspek (1) berbeda dari yang sudah
Pertama, mindset penciptaan peluang. ada; (2) pertama dan bersifat mendahului
Internalisasi pola pikir ini sebagai wujud dari yang lain; dan (3) terbaik, dari sesuatu
sinergi yang komprehensif dan sistematik yang sudah ada, baik dalam bentuk ide,
antara kemampuan berpikir kritis, analitik, kiat, barang atau jasa. Sesuatu yang baru
sintetik dan praktikal dalam representasi ini dapat berupa pemikiran, barang, jasa,
sehari-hari, baik dalam berpikir, bertindak atau sikap yang bersifat emulatif (bukan
dan bersikap dalam ranah pengambilan sekedar emitatif) dari hasil sintesis sesuatu
keputusan dan tindakan yang bervisi ke yang sudah ada dan dianggap memiliki ke-
depan dapat secara cepat dan tepat. Re- kurangsempurnaan menjadi sesuatu yang
presentasi dari pola pikir ini dalam unjuk ‘baru’ dan memiliki nilai tambah yang re-
kerja dapat dilihat dari kemampuannya da- latif signifikan. Representasi perkembang-
lam menghadapi, menyikapi, dan meng- an kemampuan ini bersifat kontinum antar
ambil keputusan pada fenomena situasi individu satu dengan yang lain dan sangat
yang disebut ‘kesempitan’ (dalam keterba- ditentukan oleh tingkat kepekaan, kejelian,
tasan) dapat diubah menjadi ‘kesempatan’ kreativitas, dan rasa percaya diri dari indi-
(peluang) yang dapat mendatangkan nilai vidu yang bersangkutan. Tingkat kebaruan

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


129

dari hasil inovasi juga dibatasi oleh kon- ngan melakukan kontrol, melakukan pe-
teks ruang dan waktu. Sesuatu ide, kiat, mindahan, dan melakukan penghidar-an.
barang, dan jasa atau sistem dalam kontek Setiap alternatif manajemen resiko ini ten-
teknologi yang dikatakan baru pada ling- tunya dipilih dan ditetapkan berdasarkan
kup ruang dan waktu tertentu, belum tentu hasil analisis latar yang tepat dan juga di-
dikelompok atau dikategorikan baru dalam dukung data yang valid.
konteks ruang dan waktu yang lain. Di Keempat, mindset sustainable self-learn-
samping itu, sesuatu yang baru sebagai re- ing. Sesuai dengan sifat fenomena dialekti-
presntasi hasil inovasi dalam bidang tekno- ka era global dan teknologi, agar laju dan
logi tidak harus berupa temuan baru, tetapi irama perkembangan antara tuntutan ke-
mungkin juga dapat dalam bentuk pe- butuhan dan alternatif pemecahan masalah
ngembangan (ekstensi) atau sintesis (siner- untuk memenuhi kebutuhan yang diha-
gi antarsesuatu yang sudah ada) menjadi dapi esensinya terletak pada kemampuan
sesuatu yang baru. melakukan learning, un-learning, danre-learn-
Ketiga, mindset calculate risk taker. Su- ing (Harefa, 2010). Representasi kemampu-
atu hasil keputusan dalam pemanfaatan an learning dalam konteks pemanfaatan
dan pengembangan teknologi, walupun te- dan pengembangan teknologi merupakan
lah melalui berbagai pertimbangan secara proses untuk mencari, mengumpulkan in-
cermat dan teliti, tetap akan berpotensi me- formasi, pengetahuan dan keterampilan,
ngandung resiko. Untuk itu, keterampilan, serta nilai-nilai hidup malalui proses asi-
dan penyikapan atas kemungkinan mun- milasi dengan skemata yang telah dimiliki
culnya resiko yang diakibatkan oleh hasil pada struktur kognitif individu sehingga
pengambilan keputusan dalam pemanfaat- menghasilkan pengalaman baru. Pengala-
an dan pengembangan bidang teknologi, man baru sebagai hasil dari proses pen-
bukanlah untuk dihindari, tetapi harus strukturan kognitif dalam diri individu sam-
mampu dikelola. Hal ini sesuai denga prin- pai pada tahapan bermakna (meaningful),
sip Bob Sadino (Mawardi, 2010) yang meng- sehingga dapat mengkontruksi dan meng-
anggap bahwa menjadi ‘racun’ orientasi internalisasi menjadi pola pikir (mindset
khalayak umum yang lebih menekankan baru). Dalam konteks aktivitas learning me-
pada penerapan “prinsip memperkecil resiko rupakan proses konstruksi mindset dalam
dan mengambil keuntungan sebesar-besrnya”. struktur kognitif individu. Begitu juga, re-
Padahal, kenyataan yang ada di dunia kerja presentasi kemampuan un-learning, dalam
dalam bidang teknologi “semakin besar nilai konteks pemanfaatan dan pengembangan
tambah atau keuntungan yang diperoleh, akan teknologi merupakan proses kemauan un-
diikuti juga oleh semakin besar potensi resiko tuk meninggalkan atau melepas berbagai
yang ditimbulkannya, untuk itu kita harus be- pola pikir yang sudah tidak sesuai, dan ke-
rani mengambil resiko seutuhnya dalam pe- tinggalan era serta kebiasaan yang tidak
manfaatan dan pengembangan bidang tekno- mendukung kemajuan dalam pengembang-
logi”. Mengacu pendapat tersebut, maka an mindset baru. Konteks aktivitas un-learn-
dalam konteks ini yang diperlukan adalah ing merupakan proses dekontruksi mindset
kemampuan atau penyikapan tentang ba- dalam struktur kognitif individu. Repre-
gaimana kiat mengelola resiko. Barmawi sentasi kemampuan re-learning, dalam kon-
dan Arifin (2012) menyarankan kiat dalam teks pemanfaatan dan pengembangan tek-
mengelola resiko ada tiga macam, yaitu de- nologi merupakan proses memperbaiki mind-

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
130

set yang sudah tidak sesuai dengan tuntut- dan memiliki spiritual discerment (Oentoro,
an zaman (dialektika fenomena zaman), 2000; Tasmara, 2001; Pasiak, 2006).
dengan melakukan adopsi berbagai pola Pertama, godly character. Dimensi sum-
pikir yang lebih berkualitas dan relevan. berdaya manusia yang memenuhi persya-
Konteks aktivitas re-learning merupakan ratan ini adalah memiliki kemampuan me-
proses rekontruksi ulang mindset dalam ngembangkan budi pekerti yang standar
struktur kognitif individu. sehingga dalam upaya pemanfaatan dan
Kelima, mindset kualitas pribadi yang pengembangan teknologi mampu berakh-
baik. Unsur ini merupakan hal yang tidak lak pada multi latar. Representasi berakh-
kalah pentingnya dalam upaya survival, lak pada multi latar yaitu berakhak terha-
baik secara individu maupun secara ke- dap Sang Pencipta, berakhlak kepada diri
lompok (masyarakat, bangsa, dan negara), sendiri, berakhlak kepada keluarga, kepa-
baik secara bilateral maupun multilateral da masyarakat, negara dan bangsa serta
yang sesuai dengan tuntutan irama feno- berakhlak pada alam (lingkungan). Di sam-
mena dialektika era globalisasi. Kemampu- ping itu, didukung oleh tingkat kepekaan
an ini sebagai representasi kompetensi per- emosi dan intelektual, kemampuan empati,
sonal dan kompetensi sosial (Breadberry baik empati horizontal maupun empati ver-
dan Greaves, 2007). Kompetensi personal tikal, serta teguh jati diri. Kedua, excellent
dalam hal ini sebagai perpaduan antara ke- competence. Dimensi sumberdaya manusia
mampuan merasakan emosi tepat waktu yang memenuhi persyaratan ini adalah
dan memahami kecenderungannya (kesa- mampu untuk mengembangkan dan mene-
daran diri) dan kemampuan memanfatkan rapkan kefasihan dan keakraban dengan
keterampilan atau kesadaran diri terhadap teknologi sebagai sarana pemecahan masa-
emosi untuk mengelola perilaku positif lah yang dihadapi. Kefasihan dan keakrab-
(manajemen diri). Kompetensi sosial meru- an terhadap teknologi ini ditandai oleh em-
pakan perpaduan antara kemampuan me- pat hal. Keempat hal tersebut meliputi (1)
mahami emosi orang lain tepat waktu, ke- pemahaman terhadap teknologi tersebut
mampuan berempati (kesadaran sosial), ke- pada tingkatan bermakna (meaningful); (2)
mampuan mengelola kesadaran diri dan mampu menerjemahkan dalam bentuk lang-
sosial untuk berinteraksi dengan orang lain kah-langkah pemecahan masalah (skills); (3)
(manajemen hubungan sosial). menginternalisasi dalam sikap-nilai (inter-
Kelima indikator esensi keunggulan nalized on value and attitude) dalam wujud
sumberdaya manusia (human resources) di berpikir, bersikap, dan bertindak; dan (4)
era pengetahuan di atas merupakan acuan merepresentasikan dalam bentuk unjuk
dasar dalam mengelola sumberdaya ma- kerja pemecahan masalah yang dihadapi
nusia yang berdimensi kaffah, yaitu memi- secara profesional (professional performance).
liki keunggulan kompetensi dan berkarak- Ketiga, kemandirian berpikir. Dimen-
ter dalam bidang teknologi. Indikator ke- si sumberdaya manusia yang memenuhi
unggulan sumberdaya manusia yang ber- persyaratan ini adalah memiliki kemampu-
diemnsi kaffah sebagai tuntutan era global an untuk berpikir, baik secara analitik, sin-
meliputi dimensi godly character, excellent tetik, maupun praktikal. Representasi kete-
competence, kemandirian berpikir, kemam- rampilan berpikir analitik yaitu kemampu-
puan emulasi dan sustainable self-learning, an berpikir kritis dan analitik dalam berin-
teraksi dengan lingkungan bidang teknolo-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


131

gi, baik dalam proses pengembangan mau- mampu menempatkan pola pikir dalam
pun pemanfaatan. Keterampilan berpikir pengembangan teknologi sebagai sarana
sintetik yaitu kemampuan berpikir alterna- pemecahan masalah, dan berbagai hasil
tif dalam memilih dan pada akhirnya me- yang diperolah dalam berbagai aktivitas
netapkan alternatif pemecahan masalah dengan berdasarkan pada kewajiban mela-
yang dihadapi. Keterampilan berpikir prak- kukan ‘ikhtiar’ secara optimal. Keterampil-
tikal yaitu kemampuan berpikir untuk me- an ini, lebih tampak dalam sikap pengem-
lakukan introspeksi dan/atau mawas diri bangan Ipteks melalui ikhtiar secara opti-
terhadap keputusan yang telah diambil, mal dengan cara-cara yang ‘barokah’ hu-
baik dari pihak internal maupun eksternal. kumnya wajib bagi manusia, tetapi begitu
Representasi dalam unjuk kerja yang dapat melakukan interpretasi atas hasil yang di-
diamati dan diukur kemandirian berpikir peroleh dipandang sebagai hak “sang pen-
ini adalah adanya kemampuan dalam men- cipta”, atau hak ‘Alloh’. Mindset ini meng-
jawab persoalan, mempertanyakan jawab- antarkan kita pada pola berpikir, bertindak
an atas persoalan yang dihadapi, dan mem- dan bersikap dalam memanfaatkan dan
pertanyakan kebenaran atas pertanyaan mengembangkan teknologi lebih mengacu
yang dijawab. pada kemampuan transendental akibat si-
Keempat, kemampuan emulasi. Di- fat kedekatan dan ‘tawaduq-nya’ terhadap
mensi sumberdaya manusia yang meme- ‘Sang Pemberi Hidup’. Kemampuan ini da-
nuhi persyaratan ini adalah memiliki ke- lam konteks era global, khususnya dalam
mampuan untuk melakukan analisis, sin- pemanfaatan dan pengembangan bidang
tesis, dan sinergi secara komprehensif dan teknologi menjadi penting karena dapat
holistik atas berbagai fenomena (teknologi, menumbuhkan kesadaran akan hasil pe-
informasi, produk, sistem atau jasa) sehing- ngembangan teknologi hanya sebagai alat
ga mampu menghasilkan teknologi, infor- (tools), sedangkan tingkat kemanfaatan dari
masi, produk, sistem atau jasa yang baru teknologi dalam pemecahan masalah sa-
dan memiliki nilai tambah dari sisi keung- ngat tergantung pada kualitas moral dan
gulan kompetitifnya. Keunggulan kompe- kepribadian manusia pengguna teknologi
tetif ini dapat berupa tampilan, kapasitas, tersebut.
kualitas, mobilitas, dan kepraktisan bila di-
bandingkan dengan teknologi, informasi, PENUTUP
produk, sistem atau jasa yang ada sebe- Berdasarkan uraian tentang fenome-
lumnya. Kemampuan emulasi dalam bi- na dialektika tuntutan hidup era global, pe-
dang teknologi ini, akan dapat lebih opti- luang dan tantangan, kesejajaran dialektika
mal bila didukung dengan keterampilan perkembangan teknologi dengan tuntutan
learning how to learning (learning, un-learn- pemenuhan kebutuhan hidup yang digu-
ing, dan re-learning). nakan sebagai mindset untuk ‘mereka’ sum-
Kelima, kemampuan spiritual discern- berdaya manusia unggul dan berkarakter
ment. Dimensi sumberdaya manusia yang dalam bidang teknologi dapat disarikan
memenuhi persyaratan ini adalah memiliki hal-hal sebagai berikut.
kemampuan atau keasadaran atas hubung- Pertama, nuansa kehidupan era glo-
an antara Sang Choliq dan makhluknya da- bal menuntut adanya kemampuan untuk
lam menjalankan perannya sebagai khali- melakukan kompilasi, sintesis, dan integra-
fah di jagat raya ini. Untuk itu, ia harus si secara komprehensif dari berbagai infor-

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
132

masi menjadi suatu proposisi yang disebut US$; dan Singapora sebesar 43.117 US$;
pengetahuan. Pengetahuan sebagai mindset dan minimnya persentase jumlah entrepre-
dasar dalam upaya pemecahan masalah neur (1,56%) dari tuntutan minimal ≥ 2,0%
yang dihadapi, baik kehidupan individual, dari jumlah penduduk.
kelompok masyarakat, berbangsa dan ber- Ketiga, berbagai tantangan dalam me-
negara. Implikasi dari tuntutan era ini ter- napaki kehidupan era global bagi bangsa
jadi pergeseran pola hidup utamanya da- Indonesia yang meliputi penguasaan Ipteks,
lam kebiasaan: berpikir, bertindak dan ber- nuansa era kesejagatan, tenaga kerja dan
sikap; upaya pemenuhan kebutuhan; pe- pengangguran, tingkat kesejahteraan, dan
manfaatan dan pengembangan ilmu pen- kiat eksplorasi dan konservasi sumberda-
getahuan, teknologi, dan seni (Ipteks); dan ya. Indikator tantangan penguasaan Ipteks
ranah serta tingkat kompetisi, maupun bu- yaitu adanya tuntutan hanya bangsa yang
daya sebagai bentuk upaya untuk survival menguasa Ipteks yang dapat menguasai du-
dalam konteks kerjasama dalam persaing- nia. Indikator tantangan era kesejagatan
an dan persaingan dalam kerjasama. yaitu adanya pasar kesejagatan (AFTA,
Kedua, kekayaan sumberdaya alam AFLA, APEC, GATT dan GATS) yang ber-
(flora, fauna, tambang, geografis, dan ter- nuansa persaingan dalam kerjasama dan
masuk potensi laut); karunia kekayaan de- kerjasama dalam persaingan. Indikator tan-
mografis, sumberdaya manusia yang me- tangan tenaga kerja dan pengangguran ya-
nempati ranking empat dunia (setelah ne- itu adanya pengangguran terdidik (50,48%),
gara China, India, dan Amerika Serikat); tidak tamat dan tamat SD; tenaga kerja ta-
sifat realitas keruangan geografis (konfigu- matan atau tidak tamat SD sebesar (49,50%).
rasi wilayah dari Sabang–Meraoke); keka- Indikator tantangan tingkat kesejahteraan
yaan sumberdaya sosial-budaya (kemaje- yaitu masih rendahnya pendapatan per ka-
mukan etnik, kultur, bahasa dan agama), pita (3.015 US$); ‘supremasi hukum’ yang
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan masih rendah (terutama dalam kesadaran
(Paud—perguruan tinggi), dan spirit per- hukum (law conciousness), dan kepatuhan
satuan dan Kesatuan Negara Republik In- hukum (law abidience). Indikator tantangan
donesia (berazaskan Pancasila dan Undang- eksplorasi dan konservasi sumberdaya ya-
Undang Dasar 1945, dan Binekha Tunggal itu adanya kegiatan eksplorasi yang dilaku-
Ika) menjadi Peluang bangsa Indonesia kan secara paralel dengan upaya konservasi,
dalam menapaki kehidupan era global. terutama pada sumberdaya yang tidak da-
Namun, peluang ini masih perlu dieksplo- pat terbarukan (no renewable) dan meng-
rasi dan dimanfaatkan secara optimal da- arah one village, one product.
lam menghadapi tantangan era global. Hal Keempat, kecepatan laju dialektika
tersebut terutama dalam kualitas pendidik- teknologi dalam suatu bangsa sangat ber-
an di Asia Pasific pada peringkat ke-12; gantung pada empat unsur utama tekno-
tingginya pengangguran terdidik (50,48% logi yang bersinergi, yaitu human-ware, tech-
tidak tamat dan tamat SD); tenaga kerja no-ware, info-ware, dan organo-ware. Unsur
kita masih didominasi oleh tamatan atau perangkat manusia (human-ware) menuntut
tidak tamat SD (49,50%); Indeks Pemba- adanya kegiatan, baik dalam konteks up-
ngunan Manusia (IPM) posisi 124 dari 187 skilling maupun re-skilling sesuai dialektika
negara; pendapatan perkapita masih sebe- teknologi itu sendiri, (mulai dari mengenal,
sar 3.015 US$; di bawah Malaysia 8.423 mengoperasikan, menyusun, memperbaiki,

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


133

menggandakan, mengadaptasi, dan akhir- pu mempertanyakan kebenaran atas perta-


nya melakukan inovasi). Unsur perangkat nyaan yang dijawab. Indikator emulasi dan
teknologi (techno-ware) yaitu karakteristik sustainable self-learning yaitu mampu berino-
teknologi yang bersifat kuantitatif atau kua- vasi dan bernilai tambah dari sisi keung-
litatif. Karakteristik teknologi yang bersifat gulan kompetitif serta didukung dengan
kuantitatif lebih dalam wujud fisik (hard- keterampilan learning how to learning. Indi-
ware), sedangkan karakteristik teknologi kator spiritual discerment yaitu memiliki ke-
yang bersifat kualitatif lebih dalam wujud sadaran atas hubungan antara ‘Sang Choliq’
perangkat lunak (soft-ware). Unsur perang- dan ‘makhluknya’ dalam menjalankan peran
kat informasi (info-ware) yaitu karakteristik sebagai khalifah dalam pengembangan Ip-
informasi yang terkait dengan penemuan, teks di jagat raya ini dengan strategi yang
pemanfaatan dan pengembangan teknologi ‘barokah’ dimaknai sebagai wajib hukum-
yang mudah dikenali, dijelaskan, dispesifi- nya bagi manusia, tetapi interpretasi atas
kasikan, diakses, dan dimanfaatkan, serta hasil yang diperolehnya sebagai hak “sang
kemudahan dalam melakukan evaluasi un- pencipta”, atau hak ‘Alloh’.
tuk meningkatkan ‘keakraban’ atau ‘kefasih-
an’ teknologi. Unsur perangkat organisasi
(organo-ware) yaitu karakteristik dari per- UCAPAN TERIMA KASIH
adaban teknologi yang lebih mengarah pa- Penulis mengucapkan terima kasih
da kelembagaan dalam upaya penemuan, kepada Dewan Redaktur dan Staf Jurnal
pemanfaatan dan pengembangan suatu pro- Pendidikan Karakter atas terbitnya artikel ini.
duk teknologi sebagai sarana pemecahan Terima kasih juga diucapkan kepada te-
masalah dalam kehidupan, baik pada ke- man sejawat yang bersedia diajak men-
lembagaan yang masih sangat sederhana diskusikan topik dalam penulisan artikel
maupun yang relatif kompleks. ini.
Kelima, tuntutan dialektika era penge-
tahuan dan teknologi dijadikan acuan da- DAFTAR PUSTAKA
lam ‘mereka’ sumberdaya manusia yang Baramawi & Arifin, M. 2012. School Pre-
kaffah (keunggulan kompetensi dan berka- neurship: Meningkatkan Jiwa dan Sikap
rakter) dalam bidang teknologi. Ciri sum- Kewirausahaan Siswa. Yogyakarta: Ar-
berdaya manusia ini memiliki Godly charac- Ruszz Media.
ter, excellent competence, kemandirian berfi-
Breadberry, T. & Greaves, J. 2007. Mene-
kir, emulasi, dan Spiritual discerment. Indi-
rapkan EQ di Tempat Kerja dan Ruang
kator godly character yaitu memiliki budi–
Keluarga. (Terjemahan oleh Yusuf
pekerti yang standar dan berakhlak pada
Anas). Yogyakarta: Penerbit Think.
multi latar. Indikator excellent competence
yaitu pemahaman bermakna, mampu me-
Dalle, J. 2012. “IMF dan Malapraktik Diplo-
nerjemahkan ke dalam prosedur peme-cah-
masi”. Kompas, 17 Juli, hl.6, Kolom
an masalah, menginternalisasi dalam sikap-
2—5.
nilai, dan mampu berunjuk kerja secara
profesional. Indikator kemandirian berfikir Danim, S. 2003. Menjadi Komunitas Pembe-
yaitu kemampuan menjawab persoalan yang lajar: Kepemimpinan transformasional da-
dihadapi, mampu mempertanyakan jawab- lam Komunitas Organisasi Pembelajar-
an atas persoalan yang dihadapi, dan mam- an. Jakarta: Bumi Aksara.

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
134

Dawkins, R. 1976. The Selfish Gene. New Handy, N. 1990. The Age of Unreason. Bos-
York: Oxford University Press. ton Massachussetts: Harvard Busi-
ness School Press.
Ditjen Dikti. 2004. Strategi dan Kebijakan
Pengembangan Pendidikan Tinggi 2003— Harefa, A. 2010. Mindset Therapy: Terapi
2010: Informasi bagi Pengambil Kebijak- Pola Pikir Tentang Makna Learn, Un-
an. Jakarta: Ditjen Dikti Depdinas. learn, dan Relearn. Jakarta: Gramedia
Pustaka utama.
Ditjen Dikti. 2012. Rancangan Undang-Un-
dang Republik Indonesia tentang Pendi- Kartawijaya, H. 2010. “Growth with Cha-
dikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti. racter!” Majalah Garuda Indonesia. 01
Mei. hlm. 50-51.
Djojonegoro, W. 1994. “Kebijakan dan
Program Pengembangan Pendidikan Kompas. 2012. “Indonesia masih Perlu Ba-
Kejuruan di Indonesia”. Makalah Di- nyak Pengusaha Muda”. Kompas. 27
sampaikan dalam Seminar Nasional Februari. Hlm. 35. Kolom 1—3.
dan Temukarya VII Forum Komuni-
kasi FPTK se-Indonesia, IKIP Suraba- Mawardi, D. 2010. Belajar Goblok dari Bob
ya. Surabaya, 28 November. Sadino: Tanpa Tujuan, Tanpa Rencana,
dan Tanpa Harapan. Jakarta: Kintamani
Drexier, E. 1986. Engines of Creation: Chal- Publishing.
lenges and Choices of the Last Techno-
logical Revolution. New Jersey: Anchor Mukhadis, A. 2012. “Kemampuan Emulasi
Press. sebagai Orientasi Pendidikan Entre-
preneurship di Abad Pengetahuan”.
Habibie, B.J. 2007. 27 Maret .“Jangan Sam- Seminar Nasional Cakrawala Pembe-
pai Terjadi Tsunami Sosial di Indone- lajaran Berkualitas di Indonesia. Dit-
sia”. Kompas, halaman 13, kolom 6— jen Dikti. Hotel Penninsula. Jakarta,
7. 25—27 September.

Hadiwaratama. 2007. “Tantantangan Kuri- Mukhadis, A. 2011. “Reflection of Voca-


kulum Masa Depan”. Makalah Disaji- tional Teachers Certification Im-
kan pada Seminar Nasional Pengem- plementations in Indonesia”. In-
bangan Kurikulum Masa Depan. Pu- ternational Seminar on Aptekindo
sat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Meeting. Makassar. Clarion Hotel,
Cisarua Bogor, 13—15 Maret. 4—6 Juli.

Halim, R.N. 2010. “Penguatan Lembaga Mukhadis, A. 2009. “Pengembangan Ke-


Pendidikan dalam Menumbuhkan mampuan Emulasi melalui Teaching
Semangat Kewirausahaan”. Makalah Industri dalam Bidang Teknologi”.
Seminar Nasional Pendidikan Islam Jurnal Teknologi dan Kejuruan. (32), (2):
dan Launching Program Sertifikasi 219-366
Dosen Perguruan Tinggi Agama Is-
lam 2010 di Makassar. 24 Maret. Mukhadis, A. 2007.“Perubahan Paradigma
Pelaksanaan Tridharma Perguruan
Teknik”. Makalah Disajikan pada Pe-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013


135

latihan Teknik Pembelajaran di Juru- Satari, G. 1993. “Keterkaitan Kebijakan IP-


san Teknik Sipil Fakultas Teknik Uni- TEK dengan Kebijakan Pendidikan
versitas Brawijaya, 12—15 Maret. pada PJP II”. Makalah Disampaikan
dalam Seminar Nasional Perkemban-
Nadler, G. & Hibino, S. 1994. Breakthrough gan Teknologi, Ketenagakerjaan dan
Thinking. Rocklin CA: Prima Publish- Arah Kebijakan Pendidikan Nasional
ing. pada PJP II, IKIP Yogyakarta, Yogya-
karta, 11-12 Oktober.
Nuh, M. 2012. “Zero Loan for Education”.
Majalah Garuda Indonesia. Mei. hlm. Slamet. 1993. “Kemampuan Dasar Kerja
70—74. yang Dibutuhkan Pada PJP II”. Ma-
kalah Disampaikan dalam Seminar
Oentoro, J. 2000. “Perbaikan Sistem Pendi-
Perkembangan Teknologi Ketenaga-
dikan untuk Menunjang Dunia In-
kerjaan dan Arah Kebijakan Pendi-
dustri”. Makalah disajikan pada KO-
dikan Nasional pada PJP II IKIP Yog-
NASPI IV, Hotel Indonesia Jakarta,
yakarta. 11-12 Oktober.
19—22 September.
Shumer, R. 2001. “A New, Old Vision of
Pamungkas, SB. 1993. “Membangun Sum-
Learning, Working, and Living: Vo-
berdaya Manusia dan IPTEK Meng-
cational Education in the 21St Cen-
hadapi PJP II”. Makalah Disajikan da-
tury”. Journal of Vocational Education
lam Seminar Nasional Perkembangan
Research. Volume 26, (3): 1—9.
Teknologi Ketenagakerjaan.dan Arah
Kebijakan Pendidikan Nasional pada Soedjatmoko. 1984. Dimensi-dimensi Manu-
PJP II, IKIP Yogjakarta. Yogyakarta, sia Dalam Pembangunan: Karangan Pi-
11—12 Oktober. lihan. Jakarta: LP3ES.

Paska, J.A. 2012. “Apa dan Siapa Gagal?” Subijanto, B. 2007. “Strategi Berbasis Jati-
Kompas, 25 Juni, Hlm.6, Kolom 2—5. diri Bangsa Indonesia Menuju Ma-
syarakat Global: Strategi Kepemim-
Paisak, T. 2006. Manajemen Kecerdasan: Mem-
pinan Menuju Masyarakat Global”.
berdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Ke-
dalam Puruhito, dkk. Jati Diri Bangsa
suksesan Hidup. Bandung: Mizan Pus-
dalam Ancaman Globalisasi:Pokok-pokok
taka.
Pikiran Konferensi Guru Besar Indone-
Pavlova, M. 2009. Technology and Vocational sia. Forum Intelektual Indonesia. Ja-
Education for Sustainable Development. karta, 16—17 Mei.
New York: Springer.
Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah:
Transendental Intelligence. Membentuk
Saryono, D. 2004. “Keutamaan Kompetensi
Kepribadian yang Bertanggung Jawab,
dalam Era Globalisasi dan Implikasi-
Profesional, dan Berakhlak. Jakarta: Ge-
nya bagi Pendidikan di Sekolah. Jur-
ma Insani.
nal Pendidikan dan Pembelajaran. Vo-
lume17, (1):47—57.
Toffler, A. 1980. The Third Wave. New York.
William Marrow and Company.

Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
136

Undang-Undang Republik Indonesia, No- Wibowo. H. 2011. Kewirausahaan: Suatu


mor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pengantar Membangun Karakter Positif
Pendidikan Nasional. Jakarta: Dep- melalui Pembentukan Mindset Wirausa-
diknas. ha. Bandung: Widya Padjadjaran.

Wibawa, B. 2002. “Optimalisasi Lembaga Widodo, R.J. 2000. “Membangun Masyara-


dan Unit-unit di Lingkungan Fakul- kat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
tas Teknik”. Makalah Seminar Nasi- Kendali di Indonesia”. Makalah Disa-
onal Pendidikan Kejuruan 2002 dan jikan pada KONASPI IV, Hotel In-
Temu Karya XII Forum Komunikasi donesia, Jakarta 19—22 September.
FT/FPTK-JPTK di UNS Surakarta 13-
-16 Februari. World Economic Forum. 2011. The Indonesia
Competitiveness Report 2011. Geneva:
World Economic Forum.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai