Anda di halaman 1dari 9

GLOBALISASI:

MENINDAS DAN MEMISKINKAN MASYARAKAT

Dheny Wiratmoko
Dosen Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Pacitan
E-mail: dheny.wiratmoko@yahoo.co.id

Abstract:
Along with the time development, the masterpiece of human civilization will be more
visible. Constructive thoughts always colours the processes of the development. The
development of information and technology will facilitate the access to the necessities
of life. Geographical boundaries between countries, as if it was not able to recognize, as
a result, there is often increasingly complex intersection between cultures. Globalization
makes the social order of society change. The shift of an agrarian to an industrial society
increasingly inevitable, consequently, capital factor extremely plays role. Capitalism
grows everywhere, both in developed countries and in developing countries. Developed
country and has a lot of capital will dominate the economic sector. As a result , for
developing countries , of course, will depend on the help of other countries , as a result
, the new style of economic imperialism and colonialism will emerge by itself . To deal
with this, the development sector must be exactly run. The development must be felt by
the whole societies.

Keywords:
Globalization, Development, Poverty.

Sejauh ini, dalam tuntutan era globalisasi yang nilai budaya antar wilayah masyarakat dapat
semakin kompleks, bangsa Indonesia dihadapkan dipadukan dengan menemukan titik singgung
pada permasalahan yang sangat pelik. Budaya dengan nilai-nilai budaya global. Nilai-nilai
konsumen dan konsumerisme menjadi trend budaya yang demikian, yang akan membentuk
hidup baru di masyarakat. Sejauh ini, kondisi sistem budaya dalam menghadapi tantangan
yang demikian telah menimbulkan berbagai kebudayaan global.
ketimpangan sebagai akibat akses yang tidak Di dalam masyarakat Indonesia, telah
sempurna di masyarakat. Sejumlah fenomena terjadi pergeseran secara kontinu, dari masya-
yang terjadi di masyarakat memperlihatkan rakat agraris menjadi masyarakat industri,
betapa pentingnya suatu strategi kebudayaan yang menjadikan modal (uang) sebagai faktor
untuk sebuah bangsa yang besar dan majemuk penentu. Modal dan investasi menjadi faktor
seperti Indonesia ini. utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Proses pembentukan kebudayaan Dengan demikian, perlu adanya usaha antisipasi
Indonesia berlangsung tidak melalui proses yang dalam menyikapi fenomena tersebut, yang
sentralistik. Beberapa wilayah dengan karak- dapat diterapkan secara nyata bagi kepentingan
teristik kebudayaannya haruslah ditumbuhkan masyarakat kecil pada umumnya. Proses de-
dan dikembangkan guna memungkinkan nilai- sentralisasi kebudayaan yang memberi tempat

931
932 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972

pada wilayah-wilayah kebudayaan yang tersebar pengumpulan data yang digunakan dalam
di berbagai daerah di wilayah Indonesia, bukan penelitian ini yaitu mencatat dokumen (content
saja akan menimbulkan kreativitas bangsa te- analysis). Teknik ini berusaha untuk mencatat apa
tapi juga akan memiliki arti penting bagi ke- yang tersirat dan tersurat. Teknik ini digunakan
tahanan budaya dari suatu bangsa yang ma- untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
jemuk. Perubahan yang demikian jelas akan dokumen-dokumen yang tertulis. Dalam content
mempengaruhi nilai-nilai budaya bangsa. analisis, keterpaduan antara objektivitas, sis-
tematisasi, dan generalisasi menjadi penting.
METODE Untuk itu, teknik analisis datanya harus dilakukan
dengan cermat.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan,
maka jenis penelitian yang dipilih adalah kajian HASIL DAN PEMBAHASAN
kepustakaan (library research), artinya data
penelitian berasal dari sumber-sumber kepusta- Hasil
kaan yang berupa buku, jurnal, dan sumber lain Globalisasi Semakin Nyata
yang sesuai dengan tema bahasan. Penelitian Globalisasi secara sederhana dapat di-
ini bersifat deskriptif-analitik, yakni berusaha pahami sebagai suatu proses yang mendorong
mendeskripsikan secara jelas dan sistematis umat manusia untuk merubah cara hidup yang
objek kajian yang diteliti. Data yang terkumpul bersifat nasional ke arah cara hidup dengan
dianalisis dan kemudian dihasilkan sebuah wawasan global. Era globalisasi berarti suatu
kesimpulan. Hal ini memungkinkan untuk kurun waktu yang ditandai dengan munculnya
mencari relevansi kedua konsep tersebut. berbagai gejala serta masalah yang menuntut
Penelitian ini bermaksud untuk memahami manusia untuk menggantikan pola-pola persepsi
permasalahan yang terkait dengan objek kajian, dan berfikir tertentu, yang mengarah pada
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan pemahaman secara global.
dan lain-lain secara holistik. Cara yang dila- Globalisasi yang berkembang dewasa ini,
kukan yaitu dengan mendeskripsikan dalam dipicu dan dipacu oleh kemajuan pesat dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks bidang teknologi yang diistilahkan dengan Triple
permasalahan secara alamiah. Melalui pene- “T” Revolution yaitu perkembangan kemajuan
litian ini, diharapkan akan diperoleh infor- teknologi di sektor telekomunikasi atau infor-
masi mengenai perkembangan globalisasi dan masi, transportasi, dan trade (liberalisasi per-
dampak yang diakibatkan di masyarakat. Dari dagangan). Ketiga hal tersebut menjadi kekuatan
analisis tersebut, akan dapat diketahui bahwa pemicu dan pemacu globalisasi yang kita hadapi
perkembangan globalisasi adalah suatu kenis- sekarang ini. (Zainul Ittihad Amin, 1999: 4.3).
cayaan. Dengan demikian, masyarakat perlu Arus globalisasi telah menciptakan dunia
mempersiapkan diri untuk menyongsong per- yang semakin terbuka dan saling ketergantungan
kembangan globalisasi yang semakin tanpa batas. antar negara dan antar bangsa. Negara-negara
Dalam konteks ini, keuntungan dan kerugian dan bangsa-bangsa di dunia kini bukan saja
dari perkembangan globalisasi harus mendapat saling terbuka terhadap perkembangan dan
perhatian yang lebih serius. kemajuan yang dicapainya, akan tetapi juga akan
Sumber data atau informasi yang penting menimbulkan budaya saling ketergantungan,
untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian yaitu keadaan di mana kehidupan ekonomi negara-
ini sebagian besar adalah berupa data literatur negara tententu dipengaruhi oleh perkembangan
yang digali dari beberapa sumber data. Data lite- dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara
ratur yang didapatkan kecenderungannya tidak lain. Parahnya, budaya ketergantungan tersebut
bersifat nomotetik (satu data satu makna), untuk kadangkala tidak bersifat timbal balik, artinya
itu, data-data tersebut perlu ditafsirkan agar men- suatu negara tertentu selalu menjadi konsumen
dekati kebenaran yang diharapkan. dari produk negara lain, dan hal tersebut tidak
Sesuai dengan jenis penelitian yang di- berlaku sebaliknya. Kalaupun itu berlangsung
gunakan yaitu studi kepustakaan dan jenis terus menerus, maka tentunya akan menyebabkan
sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik permasalahan yang kompleks pula. Karena saling
Dheny Wiratmoko, Globlalisasi: Menindas dan Memiskinkan Masyarakat 933

ketergantungan ini, semua negara akan menjadi salnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
terbuka terhadap pengaruh dari negara lain. Bu- teknologi.
daya ketergantungan akan mengakibatkan keter-
belakangan, dan begitu pula sebaliknya. Budaya Konsumen di Indonesia
Globalisasi merupakan proses transformasi Pengalaman sejarah ekonomi Indonesia
berbagai demensi kehidupan sosial manusia yang memberi kemungkinan terbuka untuk studi
mengarah pada suatu pusat budaya kosmopolitan. sejarah mikro, karena begitu banyaknya variasi
Arus globalisasi mendesakan uniformitas secara kedaerahan. Variasi kedaerahan ini disebabkan
universal. Secara perlahan, namun pasti, proses oleh perbedaan-perbedaan ekologi, struktur
universal ini akan mengikis batas-batas identitas sosial, pengaruh luar, dan budaya setempat. Di
negara dan individu secara hampir bersamaan setiap daerah pun tidak selalu ada keseragaman
melalui liberalisasi ekonomi dan demokratisasi tingkat perkembangan ekonomi. Ekonomi kita
di tingkat global maupun nasional (Grendi barangkali plural, baik dalam tingkat perkem-
Hendrastomo, 2007: 94-95). bangan, maupun kelembagaan, sehingga sukar
Globalisasi yang sedang merobek-robek untuk mengadakan generalisasi secara nasional
kehidupan manusia berdampak luas terhadap dan makro (Kuntowijoyo, 2003: 92).
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasya- Budaya global yang merajai pola konsumsi
rakat. Karena kemajuan teknologi yang begitu materi, kini telah merambah seantero dunia, tidak
pesat, sehingga menembus batas-batas tradisional terkecuali Indonesia. Indonesia adalah salah satu
(geografi) suatu negara. Dengan demikian, tidak negara yang tidak luput dari pola-pola budaya
suatu negarapun yang dapat membendungnya konsumtif global. Pemenuhan konsumsi yang
(Zainul Ittihad Amin, 1999: 4.18). Kecenderungan diwujudkan dalam nilai-nilai material menjadi
yang demikian jika tidak diantisipasi dapat salah satu indikator muncul dan berkembangnya
merusak kepribadian masyarakat. globalisasi di Indonesia. Bersamaan dengan
Dalam kondisi global yang penuh dengan kapitalisme, maka munculah cara hidup baru,
kesenjangan, masalah, dan tantangan, baik eko- atau lebih tepatnya, kapitalisme lahir bersama
nomi, sosial, budaya, politik, maupun lingkungan dengan cara hidup yang baru yaitu yang bersifat
hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak rasional dan kalkulatif (Peter Beilharz, 2005:
menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan 366).
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk meng- Fenomena kehidupan masyarakat yang
hadapi perspektif global (khususnya) ekonomi, demikian sudah dalam taraf yang sangat meng-
berupa perekonomian bebas, beralihnya kawasan khawatirkan. Pengutamaan nilai konsumsi-ma-
ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik, dan teri mengancam nilai yang lebih utama yaitu
kebangkitan Asia-Afrika, bangsa Indonesia harus humanisme dan spiritualisme. Menurut Weber,
siap mental (Nursid Sumaatmaja, 1999: 2.10). akumulasi modal ini memungkinkan terjadinya
Kondisi yang demikian ini harus diimbangi transisi dari feodalisme menuju kapitalisme.
dengan kualitas sumber daya manusianya. Logika pengejaran kekayaan duniawi demi
Perlu juga memikirkan sebuah sistem yang Tuhan itu menjadi boomerang bagi dirinya
mewadahi berbagai pengaruh-pengaruh sosial sendiri. Jika agama membantu lahirnya kapi-
dalam kehidupan masyarakat, misalnya di sektor talisme, sedangkan kapitalisme segera mulai
pendidikan, ekonomi, politik, budaya dan yang menghancurkan agama. Implikasinya sangat
lainnya. Meningkatnya mutu sumber daya ma- jelas, bahwa rasionalitas menjadi irasionalitas.
nusia akan tercermin dalam usahanya untuk me- Rasionalitas kapitalis menciptakan kosmos yang
ngembangkan diri dan berkarya untuk bangsanya. cukup diri dan berdiri sendiri, sampai batas di
Globalisasi menuntut percepatan, baik mana warganya lantas melupakan kemajemukan
informasi maupun komunikasi yang dapat di- rasionalitas (Peter Beilharz, 2005: 366).
jalankan selaras dengan kebutuhan manusia Karena nilai global menjadi tolak ukur
yang semakin kompleks. Kompleksitas ini harus dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat
didukung dengan prasyarat yang meliputi sarana pun menjadi larut di dalamnya. Dengan demikian,
dan prasarana yang secara integral dapat menyatu yang terjadi adalah adanya upaya untuk mem-
dan sejalan dengan perkembangan zaman, mi- perlihatkan perbedaan status sosial dalam
934 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972

masyarakat, yang kalaupun tidak dicegah sedini Masalah kemiskinan (poverty) dan masalah
mungkin dapat saja menimbulkan kesenjangan sosial, merupakan permasalahan pelik, yang
sosial di masyarakat. Apakah pola pembangunan tidak mudah untuk mencari solusinya. Upaya
fisik yang dilakukan oleh pemerintah selama ini penanggulangan yang dilakukan cenderung
sudah memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi hanya melihat persoalan kemiskinan pada tataran
masyarakat yang tentunya begitu kompleks ini?. gejala-gejala yang tampak dari luar. Akibatnya,
Sudah saatnya, ada sebuah rencana pembangunan timbul dampak yang tidak menguntungkan, di
yang sangat matang yang tentunya memikirkan antaranya adalah munculnya ketergantungan
kepentingan pemerintah, swasta, dan juga tidak pada bantuan pihak luar, tumbuhnya benih-
boleh dilupakan kepentingan masyarakat kecil. benih fragmentasi sosial, serta melemahkan
Problem sosial kemanusian di Indonesia modal sosial yang ada di masyarakat. Lemahnya
pada dasarnya masih terkait dengan problem modal sosial dan pudarnya etika moral dalam
kemiskinan dan konflik. Kemiskinan secara kehidupan masyarakat pada gilirannya akan
nyata memberi dampak yang nyata terhadap mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang
kualitas sumber daya manusia di Indonesia, baik semakin jauh dari kemandirian, kebersamaan,
di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena dan kepedulian dalam menyelesaikan persoalan
itu, dalam perencanaan pembangunan ke depan bersama.
dapat menyeimbangkan pembangunan, baik di Definisi kemiskinan menurut Sulistiyani
perkotaan maupun di pedesaan. Deferensiasi ialah, bilamana masyarakat berada dalam
dalam masyarakat telah melahirkan berbagai satu kondisi yang serba terbatas, baik pada
bentuk ketimpangan kekuasaan antar kelompok, aksesibilitas terhadap faktor produksi, peluang
baik dari parameter agama, etnis, kelas sosial, atau kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas
maupun lokalitas (Kementerian Ristek RI dan hidup lainnya, sehingga dalam setiap aktivitas
FIB UGM, 2003: 32). maupun usaha menjadi sangat terbatas (Hesti
Perbedaan antara ekonomi petani dengan Rinandari, 2006: 157). Sedangkan definisi lain
ekonomi kapitalis sangat mudah diidentifikasi. tentang kemiskinan adalah suatu kondisi yang
Dalam ekonomi kapitalis, tanah dan kerja dialami seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan variabel atau faktor yang oleh tidak mampu menyelenggarakan hidupnya
penguasa dikombinasikan untuk memperoleh sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi
perolehan yang maksimum dari kapital, dan (Asep Saefudin, Dkk., 2003: 4). Karena standar
dianggap sebagai faktor yang tetap, sedangkan hidup layak manusia itu berbeda-beda, maka
dalam ekonomi petani, kerjalah yang merupakan tidak ada definisi kemiskinan yang diterima
elemen yang tetap, dan menentukan perubahan secara universal. Kemiskinan tidak bisa lagi
dalam volume dari modal dan tanah. Ekonomi dipahami hanya sekedar kondisi ketidakmampuan
kapitalis berdasarkan pada modal, ekonomi seseorang untuk mencukupi kebutuhan material
petani berdasarkan pada kerja (Kuntowijoyo, dasar, akan tetapi kemiskinan adalah sebuah
2003: 96). persoalan yang bersifat multidimensional.
Lebih lanjut Sulistiyani menjelaskan,
Kemiskinan Di Indonesia apabila dilihat dari penyebabnya, ada tiga
Krisis ekonomi yang melanda bangsa dimensi kemiskinan yaitu: 1) kemiskinan natural
Indonesia sejak tahun 1998 sampai sekarang adalah suatu kondisi keterbatasan secara alamiah
masih dapat dirasakan dampaknya. Bahkan seperti kondisi alam yang tidak menguntungkan,
krisis ekonomi tersebut sudah mulai berkembang sehingga membatasi usaha suatu komunitas untuk
menjadi krisis multidimensional yang parah. memenuhi kebutuhan hidupnya; 2) kemiskinan
Krisis tersebut telah melahirkan dampak kultural adalah suatu kondisi miskin yang
terhadap meluasnya gejala kemiskinan. Perluasan dihadapi oleh suatu komunitas disebabkan oleh
kemiskinan sudah melanda di seluruh pelosok faktor budaya; 3) Kemiskinan stuktural adalah
Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk miskin kemiskinan yang melanda suatu komunitas
mengindikasikan bahwa dalam kehidupan karena terjebak oleh struktur yang dibangun oleh
masyarakat telah terjadi ketidakberdayaan sekelompok orang yang mengambil keuntungan
(powerless) untuk menghadapi perubahan.
Dheny Wiratmoko, Globlalisasi: Menindas dan Memiskinkan Masyarakat 935

dari struktur tersebut (Hesti Rinandari, 2006: Selain itu, pembangunan yang berorientasi
161). pertumbuhan cenderung direncanakan secara
Sebagai proses pemberdayaan dalam terpusat (top down), sehingga sering tidak sesuai
rangka penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan dengan masalah dan kebutuhan masyarakat.
berbagai program yang dilaksanakan oleh pe- Pemerintah menjadi satu-satunya agen pem-
merintah, hendaknya benar-benar mengem- bangunan, sedangkan masyarakat hanya menjadi
bangkan keterlibatan masyarakat yang menjadi objek pembangunan saja. Menurut Raharjo,
lokasi sasaran. Upaya tersebut perlu diarahkan pembangunan yang bersifat de-edukasi ter-
untuk membangun kemandirian dan partisipasi sebut menumbuhkan sikap ketergantungan,
masyarakat. melemahkan daya kreatifitas, menumpulkan
sensitivitas dan sikap kritis, serta menimbulkan
Dimensi Pembangunan Masyarakat pola patrimonial dan paternalis pada masyarakat
Istilah pembangunan atau (development) (Hagul, 1985: 81-82).
menurut Misra mempunyai pengertian yaitu Paradigma yang demikian hendaknya
upaya yang sadar dan melembaga untuk dapat diubah, yaitu dengan menerapkan strate-
mewujudkan keinginan yang baik. Sebagai upaya gi pembangunan yang didasarkan pada kebutu-
yang sadar dan melembaga, pembangunan tidak han masyarakat (bottom-up), sehingga me-
boleh tidak, akan bermuatan nilai, dalam arti mungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi
menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut secara utuh dalam setiap prosesnya. Peran pe-
suatu bangsa secara meningkat (Moeljarto merintah adalah menciptakan lingkungan yang
Tjokrowinoto, 2002: 1). Senada dengan penda- kondusif bagi perkembangan masyarakat atau
pat Misra, Saul M. Katz mendefinisikan pem- memberi ruang yang seluas-luasnya untuk meng-
bangunan sebagai perubahan sosial yang besar aktualisasikan seluruh potensinya.
dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, yang
dipandang lebih bernilai oleh negara atau bangsa Perilaku Masyarakat Perkotaan
tersebut (Moeljarto Tjokrowinoto, 1995: 31). Setiap sektor kehidupan masyarakat
Dalam perjalanannya, konsep pembangu- mempunyai beragam aktivitas yang kompleks
nan mengalami pergeseran paradigma seiring dan dinamis. Pembangunan dilakukan di mana-
dengan perubahan-perubahan yang diakibatkan mana, baik di sektor fisik maupun non fisik, tetapi
oleh pembangunan itu sendiri. Pembangunan semua itu tentu harus tetap memperhatikan akar
yang sekiranya diharapkan dapat menghasilkan budaya masyarakatnya. Dinamika masyarakat
sebuah perubahan yang positif, kadangkala tersebut kadang berjalan cepat, kadang seba-
menjadi sebaliknya, yaitu terkait dengan dampak liknya, berjalan dengan sangat lambat. Banyak
yang diakibatkannya. Paradigma pembangunan faktor yang menyebabkan hal tersebut, di anta-
yang berkembang di Indonesia kadang masih ranya adalah faktor pendidikan, ekonomi, sosial,
dipengaruhi oleh diskursus pembangunan negara budaya dan faktor yang lainnya. Faktor-faktor
barat. Akibatnya, masyarakat seakan belum ter- tersebut menjadi saling berhubungan dan saling
lalu siap untuk menerimanya. mendukung, sehingga, permasalahan yang
Pembangunan akan diragukan keber- muncul pun menjadi beragam.
hasilannya bilamana tidak mampu menjawab Problem kemiskinan di perkotaan te-
persoalan-persoalan seperti meningkatnya jumlah rasa jauh lebih kompleks persoalannya jika di-
pengangguran, ketidakmerataan dan kesenjangan bandingkan dengan wilayah pedesaan. Problem
pendapatan, dan meningkatnya kemiskinan di perkotaan yang secara sosial ekonomi ber-
absolut. Banyak negara mengalami pertumbuhan sifat mengurai (differentiated) tentu saja
ekonomi secara kuantitatif, namun di sisi lain, akan memiliki akar yang lebih beragam dan
kemiskinan juga meningkat. Distribusi hasil-hasil tentu saja akan memberi implikasi yang jauh
pembangunan melalui mekanisme trickle down lebih luas dan beragam jika problem kemis-
effect tidak dapat berjalan karena perembesan kinan semakin menjadi persoalan yang akut.
keuntungan ke lapisan bawah tidak terjadi seperti Di tingkat perkotaan, problem kemiskinan
yang diharapkan. ikut memberi andil pada rendahnya kualitas
936 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972

sumber daya manusia Indonesia yang semakin sering kali mengabaikan faktor tersebut (ka-
terindustrialisasikan. Akibat logis dari hal ini, rena cenderung top down). Akibatnya, kega-
kita tidak memiliki sumber daya manusia yang galan demi kegagalan program pengentasan
handal, kecuali menjadi tenaga buruh untuk kemiskinan cenderung membuat kejenuhan di
sektor industri (Kementerian Ristek RI dan FIB tingkat pedesaan yang kemudian menghasilkan
UGM, 2003: 31). keengganan untuk berubah (Kementerian Ristek
Ketidaksiapan masyarakat perkotaan RI dan FIB UGM, 2003: 31).
dalam memenuhui tuntutan kebutuhan yang Kondisi kesenjangan sosial ini sangat
ditawarkan oleh pembangunan turut menjadi terkait dengan kesenjangan politik dan budaya.
sebuah permasalahan tersendiri. Seiring dengan Selama ini masyarakat pedesaan sangat lemah
kemajuan industri yang cukup pesat, maka aksesnya terhadap lembaga-lembaga publik yang
tuntutan tingginya jenjang pendidikan, ke- umumnya berada di perkotaan. Lemahnya akses
ahlian, dan juga keterampilan dari masyarakat ini membuat suara dan aspirasi mereka tidak
turut menjadi perhatian. Akibatnya, apabila didengar dalam derap langkah pembangunan.
masyarakat tidak dapat memenuhi tuntutan Orang desa mempunyai banyak keterbatasan
tersebut, tentu banyak masyarakat yang akan dalam memperoleh informasi-informasi pem-
kalah bersaing, dan tersingkirkan. bangunan. Begitu pula dengan kelembagaan
Sumber daya masyarakat yang rendah yang ada di desa belum memiliki kapasitas yang
akan menciptakan permasalahan terkait dengan mumpuni dalam mendorong suatu desa lebih
aksesibilitas, misalnya untuk sekedar mendapat- diperhatikan oleh para pemegang kebijakan
kan suatu pekerjaan. Tingkat persaingan dalam pemerintah (Abdul Rozaki, 2006: 7).
mendapatkan sebuah pekerjaan di kota semakin Pembangunan industri dan pertanian
ketat. Apalagi selama ini banyak masyarakat sebetulnya merupakan usaha untuk menciptakan
yang ada di perkotaan merupakan hasil migrasi struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang,
penduduk dari pedesaan, yang kebanyakan hanya yaitu struktur ekonomi dengan titik berat in-
berpendidikan rendah, akibatnya sesampainya di dustri masyarakat dengan didukung sektor
kota, tentu harus berjuang dengan keras untuk pertanian yang tangguh (Indah Sri Pinasti,
sekedar memenuhi penghasilan untuk keperluan 2007: 22). Usaha tersebut pada dasarnya harus
hidup. mempertimbangkan pembangunan sarana dan
Tidak mudah untuk hidup di perkotaan prasarana yang seimbang antara desa dan kota.
dengan tingkat persaingan kerja dan sikap indi- Selama ini yang terjadi adalah, pembangunan di
vidual masyarakatnya. Akibatnya, sering terjadi kota semakin merajalela, yang mengakibatkan
kesenjangan sosial di masyarakat. Yang kaya banyak terjadi arus migrasi penduduk, sedangkan
akan semakin kaya dan berkuasa, dan sebaliknya kalau kita lihat pembangunan di desa sangat
yang miskin akan semakin miskin dan tertindas. bertolak belakang. Sarana dan prasarana sangat
Akibat yang lebih parah dari kondisi ini yaitu minim, banyak terjadi pengangguran, dan ke-
sering terjadi tindak kriminalitas yang melanda sejahteraan penduduknya kurang terjamin.
masyarakat. Kalau hal tersebut terus berlanjut Dimensi kerakyatan terpinggirkan oleh kepen-
maka kenyamanan masyarakat pun akan tingan pragmatis.
terganggu. Dari realita di atas, tentu akan muncul
beberapa pertanyaan yang mungkin susah
Perilaku Masyarakat Pedesaan untuk mencari jawabanya, di antaranya adalah
Kehidupan di pedesaan secara sosial dapatkah bentuk-bentuk kultural dideduksikan
ekonomi masih bersifat menyatu (embeded), dari, atau ditafsirkan berdasarkan ekonomi? Be-
memiliki problem yang kurang lebih bermuara narkah ekonomi merupakan basis masyarakat,
pada sektor pertanian dan kenelayanan, yang sementara segala hal lainnya hanya sekedar
merupakan karakter pedesaan. Problem ke- pelengkap?. Tentu hal tersebut tidak akan bisa
miskinan di pedesaan memiliki kecenderungan diterima oleh pandangan masyarakat pedesaan.
pada lemahnya kapasitas kelembagaan, sehingga
program-program yang selama ini diterapkan
Dheny Wiratmoko, Globlalisasi: Menindas dan Memiskinkan Masyarakat 937

Pembangunan Pusat Perbelanjaan dan Peru- bagai unsur dalam suatu kebudayaan, ada yang
bahan Pola Konsumsi Masyarakat merupakan inti atau cultural core, yaitu be-
Pembangunan fisik, seperti pembangunan rupa unsur-unsur kebudayaan tertentu yang
pusat perbelanjaan, pembangunan gedung menentukan berbagai bentuk kehidupan suatu
perkantoran, pembangunan taman kota, pelebaran masyarakat (Hari Poerwanto, 2000: 76).
jalan dan sebagainya merupakan sebagaian dari Pembangunan pusat perbelanjaan tersebut
indikasi kemajuan dari suatu daerah. Di sisi lain, tentunya juga harus memikirkan kesiapan konsu-
pendirian pusat perbelanjaan dan pembangunan men lokal, sebab ada indikasi bahwa masyarakat
fisik yang lainnya itu merupakan salah satu Indonesia belum sepenuhnya siap dengan budaya
dampak dari era globalisasi itu sendiri, karena konsumtif yang ditawarkan oleh pusat-pusat
banyak orang menilai, kesuksesan pembangunan perbelanjaan tersebut. Pendirian pusat-pusat
itu yang menjadi tolok ukur adalah pembangunan perbelanjaan tersebut juga akan menggusur ke-
fisik. Tidak terkecuali pembangunan yang beradaan pasar-pasar tradisional, dan pedagang
dilaksanakan di Indonesia, tentu juga sebagai kecil yang bermodal kecil. Dengan demikian,
konsekuensi dari perkembangan zaman yang semakin lama pedagang yang bermodal kecil
semakin maju ini. tersebut akan gulung tikar karena kalah bersaing
Pembangunan pusat perbelanjaan di dengan pedagang yang bermodal besar.
berbagai kota besar semakin lama semakin
menjamur. Setiap sudut kota telah berdiri pusat- Terancamnya Pasar Tradisional
pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai Masyarakat pedesaan di Jawa biasanya
aneka produk konsumsi. Yang menjadi masalah digambarkan sebagai tempat yang harmonis,
adalah pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dengan sifat saling menolong dan hubungan yang
tersebut seakan-akan tidak memperhatikan kajian harmonis antar anggotanya (Soegijanto Padmo,
ekonomi, sosial, dan budaya, serta kompleksitas 2000: 159). Selanjutnya Geertz menambahkan
kehidupan masyarakat yang lainnya. dengan sebuah penekanan akan pentingnya
Pembangunan pusat perbelanjaan kalau pembedaan kultur dengan struktur sosial; dan
tidak dianalisa dampaknya secara luas tentu secara khusus membahas pula paradigma kul-
akan memunculkan permasalahan tersendiri. turalnya. Faktor ekologi, ekonomi, sosial, dan
Ke semerawutan lalu lintas, terganggunya kultural berperan dalam perubahan tersebut
sistem analisis mengenai dampak lingkungan (Hari Poerwanto, 2000: 66).
(AMDAL), kesenjangan dan diskriminasi sosial, Struktur sosial dalam bingkai budaya,
munculnya pencopet, preman, dan yang lainya, khususnya di pedesaan identik dengan keberadaan
tentu harus tetap menjadi perhatian. Di sisi yang masyarakat yang masih sederhana. Prinsip hidup
lainnya, pembangunan pusat perbelanjaan dan gotong-royong dan ikatan kekerabatan sosial
sebagainya itu tentu akan mempengaruhi tata masih sangat terasa. Sektor agraris menjadi
ruang wilayah. tumpuan dalam kehidupan masyarakatnya.
Globalisasi membawa dampak yang Dengan demikian, kehidupan tradisional masih
signifikan bagi masyarakat. Globalisasi juga sangat kental dirasakan dalam keseharian
membawa dampak yang anti rakyat kecil bagi masyarakatnya.
masyarakat Indonesia. Di sektor budaya pun Dalam sektor ekonomi juga masih di-
telah terjadi pergerseran. Image Indonesia se- pengaruhi oleh sisi-sisi tradisional. Aktivitas
bagai negara yang ramah, semakin tergusur ekonomi dilakukan di rumah dan juga di pasar-
oleh budaya-budaya asing. Dengan demikian, pasar tradisional. Dengan demikian, keberadaan
perilaku yang tidak sesuai dengan budaya se- pasar-pasar tradisional mempunyai peranan
tempat menjadi berkembang. Hal itu tentu yang sangat penting. Perubahan-perubahan yang
akan menggangu kelestarian budaya setempat, terjadi di desa dan di masyarakat petani biasanya
karena pada dasarnya masyarakat percaya bahwa menyangkut perubahan ekonomi subsistence ke
kebudayaan bangsa Indonesia yang masih me- ekonomi exchange (Kuntowijoyo, 2003: 76).
nganut tradisi timur adalah kebudayaan yang Masyarakat desa menjadikan pasar tra-
tinggi. Sangat tepat apa yang diungkapkan disional sebagai tempat untuk mengadakan
oleh William A. Haviland, yaitu di antara ber- transaksi ekonomi untuk mencukupi kebutuhan
938 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 917-972

sehari-hari. Dengan demikian, eksistensi pasar Globalisasi tidak dapat dilepaskan dari
tradisional sejak dahulu hingga sekarang masih pengaruh kapitalisme yang sudah demikian
tetap terjaga. Dalam transaksi ekonomi, sisi- dirasakan masyarakat. Kapitalisme menjadikan
sisi kekerabatan kadang-kadang masih berlaku, masyarakat berorientasi kepada pencapaian
sehingga orientasi dari transaksi ekonomi bukan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dam-
sekedar untuk mencari keuntungan, tetapi juga paknya, yang kaya akan semakin berkuasa dan
mencari saudara. Hal itu identik dengan falsafah sebaliknya yang miskin akan semakin tertindas.
Jawa “tuno satak bathi sanak” yang artinya rugi Kapitalisme juga menjadikan masyarakat ter-
uang, tetapi dapat saudara baru. jangkit budaya konsumerisme yang akut. Pa-
Akan tetapi tidak semua pasar-pasar dahal kenyataannya selama ini, belum semua
tradisional tersebut dapat eksis keberadaannya. masyarakat merasa siap dengan perubahan
Ancaman globalisasi begitu terasa dengan budaya tersebut.
berdirinya pusat-pusat perbelanjaan yang Fenomena yang demikian harus menjadi
semakin menjamur. Pola konsumsi masyarakat perhatian yang serius. Untuk menanggulangi
pun, yang semula membeli di pasar-pasar dampak globalisasi yang sudah semakin ber-
tradisional, lama-kelamaan akan bergeser ke kembang pesat ini, maka modal sosial dari ma-
pusat-pusat perbelanjaan tersebut. Mungkin syarakatnya harus dimaksimalkan. Budaya lokal
hanya pasar-pasar tradisional yang besar dan yang selama ini dipegang oleh masayarakat harus
sudah terkenal yang masih akan tetap eksis. dapat menjadi benteng terhadap arus globalisasi
Tetapi bisa jadi tidak demikian dengan pasar- yang semakin merajalela tersebut.
pasar tradisional yang kecil dan belum terkenal.
Pasar-pasar ini bisa saja ditinggal pembeli dan Saran
penjualnya, sehingga lama-kelamaan pasar Berdasarkan pada uraian artikel tersebut,
tersebut tentu akan tutup. hendaknya ada perspektif yang lebih luas dalam
Rupanya Teori Dualisme Ekonomi Boeke memahami makna dari globalisasi. Tidak bisa
yang mangatakan bahwa di negara-negara kita pungkiri, bahwa globalisasi bisa menjadi
berkembang terdapat dua sistem ekonomi yaitu peluang, bisa menjadi tantangan, bahkan bisa
ekonomi modern (internasional) dan ekonomi menjadi ancaman. Dalam konteks ini, globalisasi
tradisional (lokal), yang menurut Boeke akan merupakan era di mana manusia dihadapkan
berjalan beriringan atau hidup berdampingan pada sebuah pilihan untuk memaknai hidup dan
secara permanen, menjadi semakin lemah. Sistem sekaligus menempatkan diri pada posisi yang
ekonomi modern dengan sistem kapitalismenya tepat. Ketika kita bisa memaknai globalisasi
akan selalu membawa ancaman pada sistem dengan positif, maka globalisasi bisa menjadi
ekonomi tradisional. Akibatnya pasar-pasar momen untuk menunjukkan kreativitas dan
tradisional semakin lama akan semakin tergeser keunggulan diri sebagai bagian dari masyarakat.
oleh keberadaan pusat-pusat perbelanjaan Begitu juga sebaliknya, ketika kita tidak bisa
tersebut. mempersiapkan diri pada era globalisasi, maka
kita akan menjadi objek penderita dari era
KESIMPULAN DAN SARAN globalisasi. Peningkatan dan pengembangan
kapasitas diri menjadi sebuah kebutuhan. Upaya
Kesimpulan yang bisa dilakukan adalah meningkatkan ke-
Globalisasi merupakan sebuah fenomena ilmuan dan pengetahuan secara profesional
yang memunculkan dampak perubahan yang dengan tetap berpijak pada etika dan norma-
begitu kompleksnya. Hampir seluruh lapisan norma yang berlaku.
masyarakat turut marasakan dampak globalisasi
tersebut. Di antara sektor kehidupan yang ada,
yang paling terasa adalah pada sektor ekonomi.
Kesiapan dari berbagai hal menjadi sebuah
kebutuhan yang harus segera direalisasikan.
Dheny Wiratmoko, Globlalisasi: Menindas dan Memiskinkan Masyarakat 939

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozaki. (2006). “Gerbang Dayaku; Proyek di Indonesia (Suatu Pemetaan Awal).
Pembanguan Desa Sang Bupati di Kutai Yogyakarta: UGM.
Kartanegara”, dalam buku Pembangunan Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah.
yang Memingggirkan Desa. Yogyakarta: Yogyakarta: Tiara Wacana.
IRE . Moeljarto Tjokrowinoto. (1995). Politik
Asep Saefudin, Dkk. (2003). Menuju Masyarakat Pembangunan; Sebuah Analisis,
Mandiri; Pengembangan Model Konsep, Arah, dan Strategi.
Keterjaminan Sosial. Jakarta: Gramedia Yogyakarta: Tiara Wacana.
Pustaka Utama. ……… (2002). Pembangunan; Dilema dan
Grendi Hendrastomo. (2007). “Nasionalisme
Tantangan. Yogyakarta: Pustaka
vs Globalisasi; Hilangnya Semangat
Pelajar.
Kebangsaan dalam Peradaban Modern”.
Dimensia. Volume 1 Nomor 1, Maret.
Nursid Sumaatmaja. (1999). “Perspektif
Yogyakarta: FISE UNY. Hagul, Peter (ed). Global dari Visi Geografi, Sejarah,
(1985). Pembangunan Desa dan Lembaga dan Ekonomi”, dalam buku Perspektif
Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali. Global. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hari Poerwanto. (2000). Kebudayaan Peter Beilharz. (2005). Social Theory: A
dan Lingkungan Dalam Perspektif Guide to Central Thinkers. Ab.
Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sigit Jatmiko. Teori-Teori Sosial;
Hesti Rinandari. (2006). “Kemiskinan Observasi Kritis Terhadap Para
dalam Keberlimpahan”, dalam buku Filosof Terkemuka. Yogyakarta:
Pembangunan yang Memingggirkan Pustaka Pelajar.
Desa. Yogyakarta: IRE Soegijanto Padmo. 2000. “Perkembangan
Indah Sri Pinasti, V. (2007). “Pengaruh Kesempatan Kerja Nonpertanian di
Pembangunan Terminal Giwangan Karesidenan Cirebon 1830-1930”,
Terhadap Proses Perubahan Sosial”.
dalam buku Sejarah Ekonomi Modern
Dimensia. Volume 1 Nomor 2, September.
Indonesia; Berbagai Tantangan
Yogyakarta: FISE UNY.
Kementerian Ristek RI dan FIB UGM. (2003).
Baru. Jakarta: LP3ES.
“Arah Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial Zainul Ittihad Amin. (1999). Pendidikan
dan Kemanusiaan”, dalam Pembangunan Kewiraan. Jakarta: Universitas
Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai