Anda di halaman 1dari 39

Termodinamika

Ilmu yang mempelajari transformasi


dari pelbagai bentuk energi,
pembatasan dalam transformasi dan
penggunaannya.
• Termodinamika didasarkan pada hkm
pertama dan kedua.
• Hukum pertama menyangkut masalah
energi
• Hukum kedua membahas arah dari
pertukaran tersebut
• Aplikasi termodinamika pada sistem
kimia ; persyaratan kespontanan reaksi
dan kesetimbangan reaksi
Sistem dan lingkungan
• Sistem adalah sebagian
dari alam semesta yang
sedang dipelajari.
• Misalnya, suatu reaksi
kimia terjadi dalam
suatu gelas kimia dan
di luar sistem adalah
Lingkungan
• T awal – T akhir = ∆T
Sistem dengan lingkungan terjadi
pertukaran energi dan materi
• Sistem tersekat, sistem yang dengan
lingkungantidak terjadi pertukaran baik energi
dan materi. Contoh botol termos yang ideal.
Sistem ini  sistem dengan energi tetap
• Sistem tertutup, dengan lingkungannya hanya
dapat mempertukarkan energi, contoh sejml gas
dalam silinder
• Sistem terbuka, dgn lingkungan dapat
mempertukarkan energi dan materi. Contoh zat
dalam gelas terbuka
Perubahan keadaan
• Suatu sistem mengalami perubahan keadaan dari
keadaan awal menjadi keadaan akhir .
• Perubahan keadaan yang berlangsung melalui jalan
yang sudah ditentukan disebut proses. Proses dapat
bersifat reversibel dan ireversibel
• Proses reversibel: proses yang memenuhi dua
persyaratan yaitu proses dapat dibalikkan arahnya dan
proses itu harus berlangsung demikian lambat shg
setiap keadaaan yang dilalui sistem dapat dianggap
sebagai suatu kesetimbangan
• Contoh : H2O (l) - H2O (g) ( P= 1atm, 1000C)
Endoterm dan eksoterm
• Reaksi eksoterm  perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan atau
pada reaksi tersebut dikeluarkan
panas. ΔH = negatif ( – )
• C(s) + O2(g) → CO2(g) + 393.5 kJ ;
ΔH = -393.5 kJ

• Reaksi Endoterm
perpindahan kalor dari lingkungan
ke sistem atau pada reaksi
tersebut dibutuhkan panas. ΔH =
positif ( + )
• CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)- 178.5 kJ
; ΔH = +178.5 kJ
Entalpi
• Entalpi adalah kandungan kalor sistem pada tekanan
tetap, perubahan eltalpi (∆H) bernilai negatif untuk
reaksi eksoterm, dan positif untuk reaksi endoterm.
• Entalpi reaksi standar, ∆H0, adalah perubahan entalpi
dari 1 mol reaktan dan produk pada keadaan standar
(105 Pa dan 298.15 K).
• Entalpi pembentukan standar, ∆Hf0, suatu senyawa
adalah entalpi reaksi standar untuk pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya.
• Karena entalpi adalah fungsi keadaan, entalpi reaksi
standar dihitung dengan mendefinisikan entalpi
pembentukan zat sederhana (unsur) bernilai nol.
Penentuan Panas /kalor
• Perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia digunakan
kalorimeter.
• Bersarnya panas reaksi dapat dinyatakan dengan ; tekanan
tetap atau volume tetap
• Pada volume (V) tetap: q = ∆U +w = ∆U+∫ Pdv
• Jika dv= 0  q = dU, qv= panas reaksi pd V tetap
• Pada tekanan (P) tetap: (q)p= ∆U + P∆V
(q)p= (Up-Uv) + P.(Vp-Vv)
= (Up-Pvp) – (Uv + PVv)
= Hp-Hv
(q)P = ∆H , qp = panas reaksi pada P tetap
Hubungan antara keduanya : ∆H = ∆U + P.∆V
Bomb Kalorimeter
• ∆H : Hakhir – Hmula-mula
• Perubahan eksoterm
Hakhir lebih kecil dari
Hmula-mula sehingga ΔH
adalah negatif dan
harga ΔH untuk
perubahan endotermik
harganya positif
Beberapa istilah
• Entalpi Pembentakan Standar (ΔHf) adalah ΔH untuk membentuk 1
mol persenyawaan langsung dari unsurunsurnya yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm. Contoh : H2(g) + 1/2 O2(g)  H2O(l) ; ΔHf = -
285.85 kJ
• Entalpi Penguraian adalah ΔH dari penguraian 1 mol persenyawaan
langsung menjadi unsur-unsurnya (kebalikan dari ΔH
pembentukan).
• Contoh : H2O(l)  H2(g) + 1/2 O2(g) ; ΔH = +285.85 kJ.
• Entalpi Pembakaran Standar (ΔHc) adalah ΔH untuk membakar 1
mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K
dan tekanan 1 atm.Contoh: CH4(g) + 2O2(g) o CO2(g) + 2H2O(l) ; ΔHc = -
802 kJ.
• Entalpi Reaksi adalah ΔH dari suatu persamaan reaksi dengan zat-
zat yang terdapat dalam persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan
mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat sederhana.
• Contoh: 2Al + 3H2SO4  Al2(SO4)3 + 3H2 ; ΔH = -1468 kJ
Lanjutan
• Entalpi Netralisasi adalah ΔH yang dihasilkan (selalu eksoterm)
pada reaksi penetralan asam atau basa.
NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(aq) + H2O(l); ΔH = -890,4 kJ/mol
• Hukum Lavoisier-Laplace adalah Jumlah kalor yang
dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya
= jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat
menjadi unsur-unsur pembentuknya. Artinya, apabila reaksi
dibalik, tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif
menjadi negatif atau sebaliknya.
• Contoh: N2(g) + 3H2  2NH3 ΔH = – 112 kJ
• 2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g) ; ΔH = + 112 kJ
• Entalpi molar adalah perubahan entalpi reaksi yang dikaitkan
dengan kuantitas zat yang terlibat dalam reaksi.
Panas pembentukan
Panas pembakaran
Penentuan ∆H, aplikasi hk pertama,
termokimia
• Untuk menentukan perubahan entalpi pada
suatu reaksi kimia biasanya digunakan alat
seperti kalorimeter, termometer dan
sebagainya yang mungkin lebih sensitif.
• Perhitungan :
ΔH reaksi = S ΔHfo produk – S Δ Hfo reaktan
Hukum Hess
• “Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia tidak tergantung pada jalannya
reaksi, tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir.”
• Contoh:
• C(s) + O2(g) → CO2(g) ; ΔHfo = x kJ → 1 tahap
• C(s) + 1/2 02(g) → CO(g) ; ΔHfo = y kJ → 2 tahap
• CO(g) + 1/2 O2(g)→ CO2(g) ; ΔHfo = z kJ
• ———————————————————— +
• C(s) + O2(g) → CO2(g) ; ΔHfo = y + z kJ
• Menurut Hukum Hess : x = y + z
Berdasarkan persamaan termokimia
• Tentukan panas reaksi pembakaran metana
CH4 +2 O2 = CO2 + 2H2O
• ∆H reaksi = ∆ Hf produk – ∆Hf pereaksi
• ∆H reaksi = (∆Hf CO2 + 2 ∆HfH2O) – (∆HfCH4 + ∆HfO2)
• ∆H reaksi = *-393,5 + 2(- 385)]-(-197 +0)
= -393,5 – 770 + 197 kJ
= -1163,5 +197 kJ
= - 9166,5 kJ
Jadi panas yang dibebaskan pada pembakaran 1 mol gas
metan = 9166,5 kJ
Latihan soal
Hitung panas yang dihasilkan pada pembakaran:
• 10 liter alkohol (C2H5OH)masa jenis 0,8
gram/mL
• 4 gram gas metana
• 3 Kg LPG yang berisi ( 80 % metan dan 20%
etana)
• 2 liter bensin premium (85)
• 2 kg asetelin (C2H2)
Hukum Termodinamika 1
• Dalam suatu sitem terisolasi, jumlah energinya
selalu tetap, atau apabila sistem memungkinkan
terjadi perpindahan panas atau kerja dengan
lingkungan, total energi sistem dan lingklungan
tetap.
• ∆U = q =W, dengan q: + energi diserap sistem,
dan + energi dilepas sistem
• W : + sistem dikenai kerja dan tanda – (neg)
sistem melakukan kerja,
• ∆U : perubahan energi dalam sistem.
Penentuan ∆U dari ∆H
• Persamaan ; ∆H = ∆U + P.∆V
• Untuk reaksi zat padat, cair besarnya ∆V
adalah kecil , sampai ∆H  ∆U. Untuk reaksi
gas, hal ini berbeda. Jika gas dianggap ideal
• Reaktan(gas)  Produk (gas)
• PVr = nrRT dan PVp = npRT, karena ∆V =Vp-Vr,
maka P.∆V = P(Vp-Vr) = (np-nr) RT, sehingga
P.∆V= ∆ngas RT
• ∆H = ∆U + P.∆V = ∆U + P.∆ngas RT
Pengaruh suhu pada ∆H
• Untuk menentukan pengaruh suhu terhadap
panas reaksi diperlukan data kapasitas panas (
Cp dan Cv)
• Pada P tetap: ∆H = ∆U + P.∆V
• Jika ∆H, ∆U atau q positip, berarti sistem
memperoleh kerja . Jika w>0, kerja dilakukan
sistem dan w<0 kerja dilakukan terhadap
sistem
Kapasitas Panas
• Bila sistem menerima kalor sebesar dq dan suhu
naik setinggi dT, maka kapasitas kalor (C)
C = dq/dT, dq = du + PdV  C = (dU+PdV)/dT
• Pada V tetap; dV=0  Cv=(dU/dT)v
• Pada P tetap, dP=0, Cp=(dU/dT)p + P(dV/dT)v
• Bila pers: H= U+PV dideferensialkan terhadap T
pada P tetap, (dH/dT)p=(dU/Dt)p+P(dV/dT)p 
Cp=(dH/dT)p
• Demikian pula Cv = (dU/dT)
• Beda Cp dan Cv : Cp-Cv = (dH/dT)p – (dU/dT)v
Lanjutan
• Diderensial terhadap T pada P tetap
(dH/dT)p = (dU/dT)p + P(dV/dT)p
Cp-Cv = (dU/dT)p + P(dV/dT)p – (dU/dT)v
• Energi dalam (U) adalah fungsi P,V, dan T. Jika
diambil V dan T sebagai variabel. U = f(V,T)
dU = (dU/dT)vdT + (dU/dv)Tdv dibagi dT
• Pada P tetap:(dU/dT)p=(dU/dT)v+(dU/dT)T (dV/dT)p
• Cp-Cv= (dU/dT)v+(dU/dT)T (dV/dT)p + P(dv/dT)p-(dU/dT)v
• Cp-Cv = (dU/dT)T (dV/dT)p + P(dv/dT)p
• Untuk gas ideal : (dU/dv)T =0, PV = RT  P(dV/dT)p = R
• Cp-Cv = R
• Bila cp tetap terhadap suhu
• Ƒd∆H/T = ƒ ∆Cp atau ∆H2 = ∆H1 + ∆Cp(T2-T1)

• Bila ∆H = ƒ(T), maka ∆H = ƒ ∆ CpdT + ∆H


Kalor dan Kerja
Kerja ekspansi gas
• Kerja karena perubahan P-V oleh suatu gas ;
• w = ∫ Pdv , P adalah tekanan melawan gas. Bila dV = 0,
berarti volume gas tetap w = 0. bila P=0, berarti gas
dikembangkan ke dalam vakum, dan w = 0. Ini disebut
pengembangan bebas

• ∆ U= q –w
• Untuk dv=0, atau P=0  dU = q
• Bila gas dikembangkan terhadap P tetap
• W = P∫ dV atau w = P( v2-V1)
• V2>V1  kerja dilakukan oleh gas (ekspansi)
• V2<V1 kerja dilakukan terhadap gas (kompresi)
Ekspansi isotermal dan adiabatis
• Ekspansi iso termal : pengembangan pada T
tetap, utk gas ideal U = ƒ (T), pada Tetap  ∆U= 0.
∆U = q-w  q = w
Q=W = ƒ Pdv (ƒ ; intergral)
• Bila P tetap , q=w = P(V2-v1)
• Bila P tetap , q=w= ƒ Pdv
• Adiabatis : tdk terjadi penyerapan panas, q=0, ∆U
= q-w  ∆U = -w
• Bila sistem emlakukan kerja, energi dalam turun,
kerja maks dari penurunan U , dE = nCpdT
Proses Reversibel & kerja Maks
• Reversibel : bila gaya yg menyebabkan proses
hanya sedikit lebih besar daripada gaya yang
melawannya. Contoh: penguapan air,
pengukuran potensial, pengembangan gas
• Bila gas ideal dikembangkan pada vakum (P=0)
dan kerja yg dilakukan Pdv=0
• Kerja maks; Wmaks = ƒPdv = ƒ nRTdv/V=
nRTƒdv/V, untuk T tetap 
Wmaks = nRTlnV2/V1 ATAU
Wmaks = nRTlnP2/P1
Contoh
• Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 100 kJ
dan melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Berapakah
perubahan energi dalam sistem ini?
Jawab:
• Karena sistem menyerap kalor, maka q
bertanda positif, tetapi karena sistem
melakukan kerja, maka w bertanda negatif.
• ΔU= q + w =100 kJ – 5 kJ = 95 kJ
CONTOH
• 1 Mol gas H2 berkembang isotermal dari 15
Liter menjadi 50Liter pada tekanan tetap 1
atm dan suhu 250C.. Berapa W pada
pengembangan isotermal dan reversibel
• W maks = PdV = 1( 50-15) = 35 L atm = 847,5
kal ( 1 L atm = 24,2 kal)
• W maks = nRT ln V2/V1 = 1.1,987.298.2,303 .
Log 50/15 = 1428 kal
Siklus Carnot
• Siklus Carnot adalah
suatu proses yang
berurutan dan pada
akhir dikembalikan pada
kondisi awal
• Siklus Carnot terdiri atas
4 tingkatan yaitu 2
proses isotermal dan 2
proses adiabatis
• Tingkat 1: ekspansi eksoterm
Suatu gan dengan P2, V2, dan T2 berisi n mol
dikembangkan reversibel dan isoterm dengan
menyerap kalor q1 menjadi P1, V1.
W1 = nRT2 lnV1/v2 = q
Tingkat II : ekspansi adiabatis
Ekspansi adiabatis reversibel terjadi P3,V3, T1
W2 = -∆U = 1 nCv(T1-T2)
Tingkat III: Kompresi isoterm pada T1
W3 = nRT1 lnV4/V3 = -q1
• Tingkat 4: kompresi adiabatis
Proses dikembalikan ke keadaan awal
W4 = - ∆U = - nCv(T2-T1) = nCv(T1-T2)
Total Kerja ; W maks = W1 + W2 + W3 + W4
W maks = nRT2 lnV1/V2 + nRT1Ln V4/V3 = q2 – q1
Wmaks/q2 =
(nRT2 lnV1/V2 + nRT1Ln V4/V3)/(nRT2 lnV1/V2)
Juga diperolah : T2 Cv/R V2 = T1 Cv/RV4 (adiabatilk)
V1/V2 = V3/V4 dan Ln V4/V3 = - ln V1/V2
W maks /q2 = (T2-T1) /T2
W maks = q2 (T2-T1)/T2
Kerja disini merupakan kerja maksimumm karena prose
sreversibel dan w maks /q2 disebut efisiensi dan
harganya bergantung pada T2 dan T1
Persamaan Clapeyron
• Menurut siklus Carnot : W maks = q2 [(T2-T1)/T2]
• Untuk T2-T1 sangat kecil= dT  T2 = T1
• q2 = ∆U + P(V2-V1), q2 = ∆H
• W maks = ∆H dT/T dan W maks = (V2-V1)dP
• ∆H dT/T = (V2-V1)dP  (dP/dT)= (∆H/∆VT)
• dP = (∆H/∆V)dT/T
Percobaan di lab
1. Penetapan harga kalorimeter
2. Penentuan panas netralisasi
3. Penentuan panas reaksi
4. Penentuan panas pelarutan
Penentuan panas reaksi
• Penentuan tetapan kalorimeter
• Timbang kalorimeter (w1) isi 40 mL air (T1) dan
timbang lagi (W2)
• Tambahkan air panas (T2 > 10 0C T1)  aduk ukur
Ta (suhu akhir)
• Panas yang diserap kalorimeter (Q1): m x ∆T x
kalor jenis air (4,2J/gK)
• Panas yg diberikan air panas (Q2) : m x ∆T
• Tetapan = Q3/∆T atau (Q2-Q1)/∆T
Penentuan Panas reaksi
• Ukur 50 mL larutan CuSO4 1,0M
• Masukan dalam kalorimeter dan ukur suhu T1
• Timbang serbuk seng (Zn) sebanyak 5 gram
• Tambahkan ke dalam larutan CuSO4, aduk dan ukur suhu
tertingginya (T2)
• Tentukan panas reaksi yang dihasilkan (Q)
• Jika diketahui : ∆T = T akhir – T awal
• Kalor yang diserap kalorimeter = k x ∆T
• Kalor yang diserap larutan = massa larutan x kalor jenis
larutan x ∆T
• Kalor reaksi = Kalor yang dierap kalorimeter + Kalor yang
diserap larutan
• ∆H reaksi = kalor reaksi/mol pereaksi
• Massa jenis larutan ZnSO4 = 1.14 g/mL
• Kalor jenis/kapasitas kalor larutan ZnSO4 = 3.52 j g-1K-1
Reaksi : Zn + CuSO4 = Cu + ZnSO4
• 50 mL CuSO4 1M = 0,05 x 1 mol = 0,05 mol
• 5 gram Zn = 5/64,5 mol = 0,077mol
• Kalor diserap kalorimeter = k x AT
• masa larutan = massa jenis x vol lar = 1,14 g/mL x
50 mL = 57 g
• Kalor yang diserap larutan = massa larutan x kalor
jenis larutan x ∆T
• Kalor reaksi = kalor yang diserap kalorimeter +
kalor yang diserap larutan
• ∆H reaksi = kalor reaksi /mol pereaksi
Latihan
• Hitung perubahan entalpi pembakaran gas metan
pada suhu 27 0C dan 1000 0C. Cp=35,3 J/mol K
• 1 mol perak dipanaskan pada P tetap dari 00c
sampai 30 0C, Cp =25,48 J/mol K. Hitung ∆S!
• Logam aluminium dipanaskan pada suhu 600
sampai 700 0C. Titik leleh Al pada suhu 600 0C
dan Cp pelelehan 393 J/molK, Cp Al padat = 31,8
J/mol dan Cp Al cair = 34,3 J/mol, hitung AH
• 1 mol gas ideal pada 270C diekspansi secara
isoterm dan reversibel dari 10 atm ke 1 atm
terhadap tekanan yang direduksi secara
bertahap. Hitung q, w, ∆u, ∆H, ∆S,
Penyelesaian
• CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O ∆H = -802 kJ/mol
• ∆H pada 27 dan 1000 0C
• ∆H = Cp dT/T + ∆H0= 35,3 .2,303 log 1273/298
= ------ kJ
• ∆H = Cp dT/T + ∆H0= 35,3 .2,303 log 300/298 =
kJ/mol
4. Mol gas ideal ekspansi secara reversibel dan
isoterm (250C) dari tekanan 1 atm sampai 0,1
atm. Hitung ∆G
5. Satu mol uap dikondensasikan pada 100 0C
dan air didinginkan sampai 0 0C dibekukan
menjadi es. Berapa ∆S!, jika kalor jenis air =
4,2 J/K.g, kalor penguapan = 2258,1 J/g dan
kalor pelelehan pada ttk beku = 333,5 J/g

Anda mungkin juga menyukai