Perubahan keadaan
Suatu sistem mengalami perubahan keadaan dari
keadaan awal menjadi keadaan akhir .
Perubahan keadaan yang berlangsung melalui jalan
yang sudah ditentukan disebut proses. Proses dapat
bersifat reversibel dan ireversibel
Proses reversibel: proses yang memenuhi dua
persyaratan yaitu proses dapat dibalikkan arahnya dan
proses itu harus berlangsung demikian lambat shg
setiap keadaaan yang dilalui sistem dapat dianggap
sebagai suatu kesetimbangan
Contoh : H2O (l) - H2O (g) ( P= 1atm, 1000C)
Entalpi
Entalpi adalah kandungan kalor sistem pada tekanan
tetap, perubahan eltalpi (H) bernilai negatif untuk
reaksi eksoterm, dan positif untuk reaksi endoterm.
Entalpi reaksi standar, H0, adalah perubahan entalpi
dari 1 mol reaktan dan produk pada keadaan standar
(105 Pa dan 298.15 K).
Entalpi pembentukan standar, Hf0, suatu senyawa
adalah entalpi reaksi standar untuk pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya.
Karena entalpi adalah fungsi keadaan, entalpi reaksi
standar dihitung dengan mendefinisikan entalpi
pembentukan zat sederhana (unsur) bernilai nol.
Bomb Kalorimeter
H : Hakhir Hmula-mula
Perubahan eksoterm
Hakhir lebih kecil dari
Hmula-mula sehingga H
adalah negatif dan
harga H untuk
perubahan endotermik
harganya positif
Beberapa istilah
Entalpi Pembentakan Standar (Hf) adalah H untuk membentuk 1
mol persenyawaan langsung dari unsurunsurnya yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm. Contoh : H2(g) + 1/2 O2(g) H2O(l) ; Hf = 285.85 kJ
Entalpi Penguraian adalah H dari penguraian 1 mol persenyawaan
langsung menjadi unsur-unsurnya (kebalikan dari H
pembentukan).
Lanjutan
Entalpi Netralisasi adalah H yang dihasilkan (selalu eksoterm)
pada reaksi penetralan asam atau basa.
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l); H = -890,4 kJ/mol
Hukum Lavoisier-Laplace adalah Jumlah kalor yang
dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya
= jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat
menjadi unsur-unsur pembentuknya. Artinya, apabila reaksi
dibalik, tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif
menjadi negatif atau sebaliknya.
Contoh:
N2(g) + 3H2 2NH3
H = 112 kJ
Panas pembentukan
Panas pembakaran
Hukum Hess
Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia tidak tergantung pada jalannya
reaksi, tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir.
Contoh:
C(s) + O2(g)
CO2(g) ; Hfo = x kJ 1 tahap
C(s) + 1/2 02(g) CO(g) ; Hfo = y kJ 2 tahap
CO(g) + 1/2 O2(g) CO2(g) ; Hfo = z kJ
+
C(s) + O2(g)
CO2(g) ; Hfo = y + z kJ
Menurut Hukum Hess : x = y + z
Latihan soal
Hitung panas yang dihasilkan pada pembakaran:
10 liter alkohol (C2H5OH)masa jenis 0,8
gram/mL
4 gram gas metana
3 Kg LPG yang berisi ( 80 % metan dan 20%
etana)
2 liter bensin premium (85)
2 kg asetelin (C2H2)
Hukum Termodinamika 1
Dalam suatu sitem terisolasi, jumlah energinya
selalu tetap, atau apabila sistem memungkinkan
terjadi perpindahan panas atau kerja dengan
lingkungan, total energi sistem dan lingklungan
tetap.
U = q =W, dengan q: + energi diserap sistem,
dan + energi dilepas sistem
W : + sistem dikenai kerja dan tanda (neg)
sistem melakukan kerja,
U : perubahan energi dalam sistem.
Penentuan U dari H
Persamaan ; H = U + P.V
Untuk reaksi zat padat, cair besarnya V
adalah kecil , sampai H U. Untuk reaksi
gas, hal ini berbeda. Jika gas dianggap ideal
Reaktan(gas) Produk (gas)
PVr = nrRT dan PVp = npRT, karena V =Vp-Vr,
maka P.V = P(Vp-Vr) = (np-nr) RT, sehingga
P.V= ngas RT
H = U + P.V = U + P.ngas RT
Kapasitas Panas
Bila sistem menerima kalor sebesar dq dan suhu
naik setinggi dT, maka kapasitas kalor (C)
C = dq/dT, dq = du + PdV C = (dU+PdV)/dT
Pada V tetap; dV=0 Cv=(dU/dT)v
Pada P tetap, dP=0, Cp=(dU/dT)p + P(dV/dT)v
Bila pers: H= U+PV dideferensialkan terhadap T
pada P tetap, (dH/dT)p=(dU/Dt)p+P(dV/dT)p
Cp=(dH/dT)p
Demikian pula Cv = (dU/dT)
Beda Cp dan Cv : Cp-Cv = (dH/dT)p (dU/dT)v
Lanjutan
Diderensial terhadap T pada P tetap
(dH/dT)p = (dU/dT)p + P(dV/dT)p
Cp-Cv = (dU/dT)p + P(dV/dT)p (dU/dT)v
Energi dalam (U) adalah fungsi P,V, dan T. Jika
diambil V dan T sebagai variabel. U = f(V,T)
dU = (dU/dT)vdT + (dU/dv)Tdv dibagi dT
Pada P tetap:(dU/dT)p=(dU/dT)v+(dU/dT)T (dV/dT)p
U= q w
Untuk dv=0, atau P=0 dU = q
Bila gas dikembangkan terhadap P tetap
W = P dV atau w = P( v2-V1)
V2>V1 kerja dilakukan oleh gas (ekspansi)
V2<V1 kerja dilakukan terhadap gas (kompresi)
Contoh
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000
kJ dan melakukan kerja sebanyak 5 kJ.
Berapakah perubahan energi dalam sistem
ini?
Jawab:
Karena sistem menyerap kalor, maka q
bertanda positif, tetapi karena sistem
melakukan kerja, maka w bertanda negatif.
U= q + w =100 kJ 5 kJ = 95 kJ
CONTOH
1 Mol gas H2 berkembang isotermal dari 15
Liter menjadi 50Liter pada tekanan tetap 1
atm dan suhu 250C. Berapa W. Berapa W pada
pengembangan isotermal dan reversibel
W maks = PdV = 1( 50-15) = 35 L atm = 847,5
kal ( 1 L atm = 24,2 kal)
W maks = nRT ln V2/V1 = 1.1,987.298.2,303 .
Log 50/15 = 1428 kal
Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah
suatu proses yang
berurutan dan pada
akhir dikembalikan pada
kondisi awal
Siklus Carnot terdiri atas
4 tingkatan yaitu 2
proses isotermal dan 2
proses adiabatis
Persamaan Clapeyron
Entropi
Entropi adalah fungsi keadaan, dan merupakan kriteria
yang menentukan apakah suatu keadaan dapat dicapai
dengan spontan dari keadaan lain.
Hukum ke-2 termodinamika menyatakan bahwa entropi,
S, sistem yang terisolasi dalam proses spontan entropinya
meningkat atau S > 0 dan Untuk berbagai proses di alam
semesta tingkat ketidakteraturan alam semakin meningkat
Jika sistem mengalamui perubahan isotermal dan
reversibel . Sistem 1 sistem 2
S =dqr/T. (kalori/mol.K)
Bila proses dilakukan untuk sistem terisolasi, maka untuk
proses isoterm dan reversibel . S =qr/T. ( Kalori/mol.K).
Sekeliling : Skel =-qr/T.
Total : Stotal = S gas + Skel = 0
Jadi untuk proses isoterm dan reversibel , perubahan
entropi total adalah nol
Lanjutan
Proses isoterm dan irreversibel, sistem1sistem 2
S = qr/T. Karena kalor yang diserap oleh gas = q, dan
q<qr, maka perubahan entropi sekeliling = q/T,
Sehingga : S = qr/T q/T > 0
Jadi proses ireversibel dalam sistem terisolasi
menyebabkan S > 0 dan proses siklus S> 0.
Proses non isoterm reversibel masing-masing mempunyai
dS = dqr/T, hingga untuk perubahan
sistem 1 sistem 2:
S = dqr/T.
Persamaan ini juga berlaku untuk non isoterm dan
ireversibel
Jadi setiap proses non isoterm : reversibel atau siklus : S
= 0 ireversibel atau siklus : S > 0
Perhitungan
Perubahan entropi (S) dari sistem terisolasi
dapat tetap atau bertambah, sedang S
masing-masing sistem dapat tetap, bertambah
atau berkurang. Perhitungan S biasanya
dilakukan terhadap setiap sistem, tidak
terhadap sistem terisolasi (sistem dan
sekeliling)
Hitung S untuk ekspansi 5 mol gas ideal
secara isoterm dan reversibel dari 10 L
menjadi 50 l pada suhu 300K
Penyelesaian
Isotermal U = 0,
S = W maks /T = nRln V2/V1
U = q-w q = w
Reversibel W = W maks = qr
S = qr/T = W maks/T = nR ln V2/V1
S = 5 1,987.2,303 log 50/10 =5.1,987.2,303.
0,6990 = ------------ kal/mol.K
Keadaan-keadaan Penting
T tetap (isoterm) : ST =nRlnV2/V1-nRlnP2/P1 ( T2=T1)
P tetap (isobar): SP = nCp lnT2/T1
V tetap (isokhor): SV =nCv lnT2/T1
Perubahan entropi pada perubahan fisika seperti
peleburan, penguapan, dan transisi yang diikuti
penyerapan kalor
Peleburan : S = qr/T = Hf/Tf
Penguapan S = qr/T = Hv/Tv
Transisi : S = qr/T = Ht/Tt
1 mol es 00C dipanaskan menjadi uap 100 0C pada P tetap
1 atm. Panas peleburan molar es = 1436 kalori, panas
penguapan molar =9720 kalori, kalor jenis air = 1
kalori/ K gram. Tentukan perubahan entropinya.
Penyelesaian
Hk Termodinamika III
Entropi kristal zat padat pada nol mutlak (0 K)
besarnya adalah nol. Entropi absolut zat murni
dihitung dari kapasitas panas. ds = Cp dT/T
ST = 2,303 T0 Cp d log T
Untuk menentukan entropi absolut suatu zat
pada suhu kamar perlu diperhitungkan entropi
pada suhu sebelumnya
Contoh berapa entropi absolut gas A pada suhu
250C
Padat padat = cair Cair = gas gas
ST = S1 + S2 + S3 + S4 + S5
Energi bebas (G )
Energi bebas Gibbs didefinisikan dengan:
G = H TS
reaksi spontan terjadi bila energi Gibbs reaksi
pada suhu dan tekanan tetap negatif (G <0).
Perubahan energi bebas Gibbs standar (G0)
berhubungan dengan tetapan kesetimbangan
reaksi A = B melalui:
G0 = -RT ln K.
K bernilai lebih besar dari 1 bila G0 negatif, dan
reaksi berlangsung spontan ke kanan.
Hubungan G dan P
Pada T tetap; dG = V dP G= VdP = RTdP/P
G= RTP2P1dP/P G= RT ln P2/P1
Hubungan G dan H
Berdasarkan persamaan : G= H T S atau
G - H = -T S
G - H = +T(aG/aT)p (pers Gibbs-Helmholtz)
Percobaan di lab
1.
2.
3.
4.
Latihan
Hitung perubahan entalpi pembakaran gas metan
pada suhu 27 0C dan 1000 0C. Cp=35,3 J/mol K
1 mol perak dipanaskan pada P tetap dari 00c
sampai 30 0C, Cp =25,48 J/mol K. Hitung S!
Logam aluminium dipanaskan pada suhu 600
sampai 700 0C. Titik leleh Al pada suhu 600 0C
dan Cp pelelehan 393 J/molK, Cp Al padat = 31,8
J/mol dan Cp Al cair = 34,3 J/mol, hitung S!
1 mol gas ideal pada 270C diekspansi secara
isoterm dan reversibel dari 10 atm ke 1 atm
terhadap tekanan yang direduksi secara
bertahap. Hitung q, w, u, H, S, dan G
Penyelesaian
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O H = -802 kJ/mol
H pada 27 dan 1000 0C
H = Cp dT/T + H0= 35,3 .2,303 log 1273/298
= ------ kJ
H = Cp dT/T + H0= 35,3 .2,303 log 300/298 =
kJ/mol
2) .
3)