Anda di halaman 1dari 50

Termodinamika

Ilmu yang mempelajari transformasi


dari pelbagai bentuk energi,
pembatasan dalam transformasi dan
penggunaannya.

Termodinamika didasarkan pada hkm


pertama dan kedua.
Hukum pertama menyangkut masalah
energi
Hukum kedua membahas arah dari
pertukaran tersebut
Aplikasi termodinamika pada sistem
kimia ; persyaratan kespontanan reaksi
dan kesetimbangan reaksi

Sistem dan lingkungan


Sistem adalah sebagian
dari alam semesta yang
sedang dipelajari.
Misalnya, suatu reaksi
kimia terjadi dalam
suatu gelas kimia dan
di luar sistem adalah
Lingkungan
T awal T akhir = T

Sistem dengan lingkungan terjadi


pertukaran energi dan materi
Sistem tersekat, sistem yang dengan
lingkungantidak terjadi pertukaran baik energi
dan materi. Contoh botol termos yang ideal.
Sistem ini sistem dengan energi tetap
Sistem tertutup, dengan lingkungannya hanya
dapat mempertukarkan energi, contoh sejml gas
dalam silinder
Sistem terbuka, dgn lingkungan dapat
mempertukarkan energi dan materi. Contoh zat
dalam gelas terbuka

Perubahan keadaan
Suatu sistem mengalami perubahan keadaan dari
keadaan awal menjadi keadaan akhir .
Perubahan keadaan yang berlangsung melalui jalan
yang sudah ditentukan disebut proses. Proses dapat
bersifat reversibel dan ireversibel
Proses reversibel: proses yang memenuhi dua
persyaratan yaitu proses dapat dibalikkan arahnya dan
proses itu harus berlangsung demikian lambat shg
setiap keadaaan yang dilalui sistem dapat dianggap
sebagai suatu kesetimbangan
Contoh : H2O (l) - H2O (g) ( P= 1atm, 1000C)

Endoterm dan eksoterm


Reaksi eksoterm perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan atau
pada reaksi tersebut dikeluarkan
panas. H = negatif ( )
C(s) + O2(g) CO2(g) + 393.5 kJ ;
H = -393.5 kJ
Reaksi Endoterm
perpindahan kalor dari lingkungan
ke sistem atau pada reaksi
tersebut dibutuhkan panas. H =
positif ( + )
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)- 178.5 kJ
; H = +178.5 kJ

Entalpi
Entalpi adalah kandungan kalor sistem pada tekanan
tetap, perubahan eltalpi (H) bernilai negatif untuk
reaksi eksoterm, dan positif untuk reaksi endoterm.
Entalpi reaksi standar, H0, adalah perubahan entalpi
dari 1 mol reaktan dan produk pada keadaan standar
(105 Pa dan 298.15 K).
Entalpi pembentukan standar, Hf0, suatu senyawa
adalah entalpi reaksi standar untuk pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya.
Karena entalpi adalah fungsi keadaan, entalpi reaksi
standar dihitung dengan mendefinisikan entalpi
pembentukan zat sederhana (unsur) bernilai nol.

Penentuan Panas /kalor


Perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia digunakan
kalorimeter.
Bersarnya panas reaksi dapat dinyatakan dengan ; tekanan
tetap atau volume tetap
Pada volume (V) tetap: q = U +w = U+ Pdv
Jika dv= 0 q = dU, qv= panas reaksi pd V tetap
Pada tekanan (P) tetap: (q)p= U + PV
(q)p= (Up-Uv) + P.(Vp-Vv)
= (Up-Pvp) (Uv + PVv)
= Hp-Hv
(q)P = H , qp = panas reaksi pada P tetap
Hubungan antara keduanya : H = U + P.V

Bomb Kalorimeter
H : Hakhir Hmula-mula
Perubahan eksoterm
Hakhir lebih kecil dari
Hmula-mula sehingga H
adalah negatif dan
harga H untuk
perubahan endotermik
harganya positif

Beberapa istilah
Entalpi Pembentakan Standar (Hf) adalah H untuk membentuk 1
mol persenyawaan langsung dari unsurunsurnya yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm. Contoh : H2(g) + 1/2 O2(g) H2O(l) ; Hf = 285.85 kJ
Entalpi Penguraian adalah H dari penguraian 1 mol persenyawaan
langsung menjadi unsur-unsurnya (kebalikan dari H
pembentukan).

Contoh : H2O(l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; H = +285.85 kJ.


Entalpi Pembakaran Standar (Hc) adalah H untuk membakar 1
mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K
dan tekanan 1 atm.Contoh: CH4(g) + 2O2(g) o CO2(g) + 2H2O(l) ; Hc = 802 kJ.
Entalpi Reaksi adalah H dari suatu persamaan reaksi dengan zatzat yang terdapat dalam persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan
mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat sederhana.
Contoh: 2Al + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2 ; H = -1468 kJ

Lanjutan
Entalpi Netralisasi adalah H yang dihasilkan (selalu eksoterm)
pada reaksi penetralan asam atau basa.
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l); H = -890,4 kJ/mol
Hukum Lavoisier-Laplace adalah Jumlah kalor yang
dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya
= jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat
menjadi unsur-unsur pembentuknya. Artinya, apabila reaksi
dibalik, tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif
menjadi negatif atau sebaliknya.
Contoh:
N2(g) + 3H2 2NH3
H = 112 kJ

2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ;


H = + 112 kJ
Entalpi molar adalah perubahan entalpi reaksi yang dikaitkan
dengan kuantitas zat yang terlibat dalam reaksi.

Panas pembentukan

Panas pembakaran

Penentuan H, aplikasi hk pertama,


termokimia
Untuk menentukan perubahan entalpi pada
suatu reaksi kimia biasanya digunakan alat
seperti kalorimeter, termometer dan
sebagainya yang mungkin lebih sensitif.
Perhitungan :
H reaksi = S Hfo produk S Hfo reaktan

Hukum Hess
Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia tidak tergantung pada jalannya
reaksi, tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir.
Contoh:
C(s) + O2(g)
CO2(g) ; Hfo = x kJ 1 tahap
C(s) + 1/2 02(g) CO(g) ; Hfo = y kJ 2 tahap
CO(g) + 1/2 O2(g) CO2(g) ; Hfo = z kJ
+
C(s) + O2(g)
CO2(g) ; Hfo = y + z kJ
Menurut Hukum Hess : x = y + z

Berdasarkan persamaan termokimia


Tentukan panas reaksi pembakaran metana
CH4 +2 O2 = CO2 + 2H2O
H reaksi = Hf produk Hf pereaksi
H reaksi = (Hf CO2 + 2 HfH2O) (HfCH4 + HfO2)
H reaksi = *-393,5 + 2(- 385)]-(-197 +0)
= -393,5 770 + 197 kJ
= -1163,5 +197 kJ
= - 9166,5 kJ
Jadi panas yang dibebaskan pada pembakaran 1 mol gas
metan = 9166,5 kJ

Latihan soal
Hitung panas yang dihasilkan pada pembakaran:
10 liter alkohol (C2H5OH)masa jenis 0,8
gram/mL
4 gram gas metana
3 Kg LPG yang berisi ( 80 % metan dan 20%
etana)
2 liter bensin premium (85)
2 kg asetelin (C2H2)

Hukum Termodinamika 1
Dalam suatu sitem terisolasi, jumlah energinya
selalu tetap, atau apabila sistem memungkinkan
terjadi perpindahan panas atau kerja dengan
lingkungan, total energi sistem dan lingklungan
tetap.
U = q =W, dengan q: + energi diserap sistem,
dan + energi dilepas sistem
W : + sistem dikenai kerja dan tanda (neg)
sistem melakukan kerja,
U : perubahan energi dalam sistem.

Penentuan U dari H
Persamaan ; H = U + P.V
Untuk reaksi zat padat, cair besarnya V
adalah kecil , sampai H U. Untuk reaksi
gas, hal ini berbeda. Jika gas dianggap ideal
Reaktan(gas) Produk (gas)
PVr = nrRT dan PVp = npRT, karena V =Vp-Vr,
maka P.V = P(Vp-Vr) = (np-nr) RT, sehingga
P.V= ngas RT
H = U + P.V = U + P.ngas RT

Pengaruh suhu pada H


Untuk menentukan pengaruh suhu terhadap
panas reaksi diperlukan data kapasitas panas (
Cp dan Cv)
Pada P tetap: H = U + P.V
Jika H, U atau q positip, berarti sistem
memperoleh kerja . Jika w>0, kerja dilakukan
sistem dan w<0 kerja dilakukan terhadap
sistem

Kapasitas Panas
Bila sistem menerima kalor sebesar dq dan suhu
naik setinggi dT, maka kapasitas kalor (C)
C = dq/dT, dq = du + PdV C = (dU+PdV)/dT
Pada V tetap; dV=0 Cv=(dU/dT)v
Pada P tetap, dP=0, Cp=(dU/dT)p + P(dV/dT)v
Bila pers: H= U+PV dideferensialkan terhadap T
pada P tetap, (dH/dT)p=(dU/Dt)p+P(dV/dT)p
Cp=(dH/dT)p
Demikian pula Cv = (dU/dT)
Beda Cp dan Cv : Cp-Cv = (dH/dT)p (dU/dT)v

Lanjutan
Diderensial terhadap T pada P tetap
(dH/dT)p = (dU/dT)p + P(dV/dT)p
Cp-Cv = (dU/dT)p + P(dV/dT)p (dU/dT)v
Energi dalam (U) adalah fungsi P,V, dan T. Jika
diambil V dan T sebagai variabel. U = f(V,T)
dU = (dU/dT)vdT + (dU/dv)Tdv dibagi dT
Pada P tetap:(dU/dT)p=(dU/dT)v+(dU/dT)T (dV/dT)p

Cp-Cv= (dU/dT)v+(dU/dT)T (dV/dT)p + P(dv/dT)p-(dU/dT)v


Cp-Cv = (dU/dT)T (dV/dT)p + P(dv/dT)p
Untuk gas ideal : (dU/dv)T =0, PV = RT P(dV/dT)p = R
Cp-Cv = R

Bila cp tetap terhadap suhu


dH/T = Cp atau H2 = H1 + Cp(T2-T1)
Bila H = (T), maka H = CpdT + H

Kalor dan Kerja


Kerja ekspansi gas
Kerja karena perubahan P-V oleh suatu gas ;
w = Pdv , P adalah tekanan melawan gas. Bila dV = 0,
berarti volume gas tetap w = 0. bila P=0, berarti gas
dikembangkan ke dalam vakum, dan w = 0. Ini disebut
pengembangan bebas

U= q w
Untuk dv=0, atau P=0 dU = q
Bila gas dikembangkan terhadap P tetap
W = P dV atau w = P( v2-V1)
V2>V1 kerja dilakukan oleh gas (ekspansi)
V2<V1 kerja dilakukan terhadap gas (kompresi)

Ekspansi isotermal dan adiabatis


Ekspansi iso termal : pengembangan pada T
tetap, utk gas ideal U = (T), pada Tetap U= 0.
U = q-w q = w
Q=W = Pdv ( ; intergral)
Bila P tetap , q=w = P(V2-v1)
Bila P tetap , q=w= Pdv
Adiabatis : tdk terjadi penyerapan panas, q=0, U
= q-w U = -w
Bila sistem emlakukan kerja, energi dalam turun,
kerja maks dari penurunan U , dE = nCpdT

Proses Reversibel & kerja Maks


Reversibel : bila gaya yg menyebabkan proses
hanya sedikit lebih besar daripada gaya yang
melawannya. Contoh: penguapan air,
pengukuran potensial, pengembangan gas
Bila gas ideal dikembangkan pada vakum (P=0)
dan kerja yg dilakukan Pdv=0
Kerja maks; Wmaks = Pdv = nRTdv/V=
nRTdv/V, untuk T tetap
Wmaks = nRTlnV2/V1 ATAU
Wmaks = nRTlnP2/P1

Contoh
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000
kJ dan melakukan kerja sebanyak 5 kJ.
Berapakah perubahan energi dalam sistem
ini?
Jawab:
Karena sistem menyerap kalor, maka q
bertanda positif, tetapi karena sistem
melakukan kerja, maka w bertanda negatif.
U= q + w =100 kJ 5 kJ = 95 kJ

CONTOH
1 Mol gas H2 berkembang isotermal dari 15
Liter menjadi 50Liter pada tekanan tetap 1
atm dan suhu 250C. Berapa W. Berapa W pada
pengembangan isotermal dan reversibel
W maks = PdV = 1( 50-15) = 35 L atm = 847,5
kal ( 1 L atm = 24,2 kal)
W maks = nRT ln V2/V1 = 1.1,987.298.2,303 .
Log 50/15 = 1428 kal

Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah
suatu proses yang
berurutan dan pada
akhir dikembalikan pada
kondisi awal
Siklus Carnot terdiri atas
4 tingkatan yaitu 2
proses isotermal dan 2
proses adiabatis

Tingkat 1: ekspansi eksoterm


Suatu gan dengan P2, V2, dan T2 berisi n mol
dikembangkan reversibel dan isoterm dengan
menyerap kalor q1 menjadi P1, V1.
W1 = nRT2 lnV1/v2 = q
Tingkat II : ekspansi adiabatis
Ekspansi adiabatis reversibel terjadi P3,V3, T1
W2 = -U = 1 nCv(T1-T2)
Tingkat III: Kompresi isoterm pada T1
W3 = nRT1 lnV4/V3 = -q1

Tingkat 4: kompresi adiabatis


Proses dikembalikan ke keadaan awal
W4 = - U = - nCv(T2-T1) = nCv(T1-T2)
Total Kerja ; W maks = W1 + W2 + W3 + W4
W maks = nRT2 lnV1/V2 + nRT1Ln V4/V3 = q2 q1
Wmaks/q2 =
(nRT2 lnV1/V2 + nRT1Ln V4/V3)/(nRT2 lnV1/V2)
Juga diperolah : T2 Cv/R, V2 = T1 Cv/R, V4 (adiabatilk)
V1/V2 = V3/V4 dan Ln V4/V3 = - ln V1/V2
W maks /q2 = (T2-T1) /T2
W maks = q2 (T2-T1)/T2
Kerja disini merupakan kerja maksimumm karena prose
sreversibel dan w maks /q2 disebut efisiensi dan
harganya bergantung pada T2 dan T1

Persamaan Clapeyron

Menurut siklus Carnot : W maks = q2 [(T2-T1)/T2]


Untuk T2-T1 sangat kecil= dT T2 = T1
q2 = U + P(V2-V1), q2 = H
W maks = H dT/T dan W maks = (V2-V1)dP
H dT/T = (V2-V1)dP (dP/dT)= (H/VT)
dP = (H/V)dT/T

Entropi
Entropi adalah fungsi keadaan, dan merupakan kriteria
yang menentukan apakah suatu keadaan dapat dicapai
dengan spontan dari keadaan lain.
Hukum ke-2 termodinamika menyatakan bahwa entropi,
S, sistem yang terisolasi dalam proses spontan entropinya
meningkat atau S > 0 dan Untuk berbagai proses di alam
semesta tingkat ketidakteraturan alam semakin meningkat
Jika sistem mengalamui perubahan isotermal dan
reversibel . Sistem 1 sistem 2
S =dqr/T. (kalori/mol.K)
Bila proses dilakukan untuk sistem terisolasi, maka untuk
proses isoterm dan reversibel . S =qr/T. ( Kalori/mol.K).
Sekeliling : Skel =-qr/T.
Total : Stotal = S gas + Skel = 0
Jadi untuk proses isoterm dan reversibel , perubahan
entropi total adalah nol

Lanjutan
Proses isoterm dan irreversibel, sistem1sistem 2
S = qr/T. Karena kalor yang diserap oleh gas = q, dan
q<qr, maka perubahan entropi sekeliling = q/T,
Sehingga : S = qr/T q/T > 0
Jadi proses ireversibel dalam sistem terisolasi
menyebabkan S > 0 dan proses siklus S> 0.
Proses non isoterm reversibel masing-masing mempunyai
dS = dqr/T, hingga untuk perubahan
sistem 1 sistem 2:
S = dqr/T.
Persamaan ini juga berlaku untuk non isoterm dan
ireversibel
Jadi setiap proses non isoterm : reversibel atau siklus : S
= 0 ireversibel atau siklus : S > 0

Proses yang secara termodinamika


ireversibel akan menghasilkan entropi.
Entropi berkaitan dengan ketidakteraturan
sistem dalam termodinamika statistik, menurut
persamaan: S = klnW .
k adalah tetapan Boltzmann, dan W adalah
jumlah susunan atom atau molekul dalam
sistem dengan energi yang sama, dan
berhubungan dengan besarnya
ketidakteraturan.
Dengan meningkatnya entropi, meningkat pula
ketidakteraturan sistem.

Perhitungan
Perubahan entropi (S) dari sistem terisolasi
dapat tetap atau bertambah, sedang S
masing-masing sistem dapat tetap, bertambah
atau berkurang. Perhitungan S biasanya
dilakukan terhadap setiap sistem, tidak
terhadap sistem terisolasi (sistem dan
sekeliling)
Hitung S untuk ekspansi 5 mol gas ideal
secara isoterm dan reversibel dari 10 L
menjadi 50 l pada suhu 300K

Penyelesaian

Isotermal U = 0,
S = W maks /T = nRln V2/V1
U = q-w q = w
Reversibel W = W maks = qr
S = qr/T = W maks/T = nR ln V2/V1
S = 5 1,987.2,303 log 50/10 =5.1,987.2,303.
0,6990 = ------------ kal/mol.K

S untuk gas ideal


Untuk gas ideal (T dan V);
dS = dqr/T S= dqr/T
dqr = dU + dWmaks = CvdT + RT dv/v
S = CvdT/T + R dv/v
Untuk n mol
S = nCvdT/T + nR dv/v
S = nCv lnT2/T1 + nR ln V2/V1
Analog untuk gas ideal (T dan P berubah)
S = CplnT2/T1 RlnP2/P1
Untuk n mol : S =nCpln T2/T1 nR ln P2/P1
Bila Cp =f(T), S = nCpdT/T nR ln P2/P1

Keadaan-keadaan Penting
T tetap (isoterm) : ST =nRlnV2/V1-nRlnP2/P1 ( T2=T1)
P tetap (isobar): SP = nCp lnT2/T1
V tetap (isokhor): SV =nCv lnT2/T1
Perubahan entropi pada perubahan fisika seperti
peleburan, penguapan, dan transisi yang diikuti
penyerapan kalor
Peleburan : S = qr/T = Hf/Tf
Penguapan S = qr/T = Hv/Tv
Transisi : S = qr/T = Ht/Tt
1 mol es 00C dipanaskan menjadi uap 100 0C pada P tetap
1 atm. Panas peleburan molar es = 1436 kalori, panas
penguapan molar =9720 kalori, kalor jenis air = 1
kalori/ K gram. Tentukan perubahan entropinya.

Penyelesaian

H2O(s) = H2O(l) H2O(l) = H2O(g)


S1 = Hf/T = 1436/273 = 5,26kal/molK
S3 = Hv/T= 9720/373 = 26,06 kal/mol.K
S2 = nCpln T2/T1 = 1. 18.2,303 log 373/273 =
5,62 kal/mol K
S = S1 + S2 + S3 = 36,94 kal/mol K

Hk Termodinamika III
Entropi kristal zat padat pada nol mutlak (0 K)
besarnya adalah nol. Entropi absolut zat murni
dihitung dari kapasitas panas. ds = Cp dT/T
ST = 2,303 T0 Cp d log T
Untuk menentukan entropi absolut suatu zat
pada suhu kamar perlu diperhitungkan entropi
pada suhu sebelumnya
Contoh berapa entropi absolut gas A pada suhu
250C
Padat padat = cair Cair = gas gas
ST = S1 + S2 + S3 + S4 + S5

Energi bebas (G )
Energi bebas Gibbs didefinisikan dengan:
G = H TS
reaksi spontan terjadi bila energi Gibbs reaksi
pada suhu dan tekanan tetap negatif (G <0).
Perubahan energi bebas Gibbs standar (G0)
berhubungan dengan tetapan kesetimbangan
reaksi A = B melalui:
G0 = -RT ln K.
K bernilai lebih besar dari 1 bila G0 negatif, dan
reaksi berlangsung spontan ke kanan.

Hubungan G dan P
Pada T tetap; dG = V dP G= VdP = RTdP/P
G= RTP2P1dP/P G= RT ln P2/P1
Hubungan G dan H
Berdasarkan persamaan : G= H T S atau
G - H = -T S
G - H = +T(aG/aT)p (pers Gibbs-Helmholtz)

Percobaan di lab
1.
2.
3.
4.

Penetapan harga kalorimeter


Penentuan panas netralisasi
Penentuan panas reaksi
Penentuan panas pelarutan

Penentuan panas reaksi


Penentuan tetapan kalorimeter
Timbang kalorimeter (w1) isi 40 mL air (T1) dan
timbang lagi (W2)
Tambahkan air panas (T2 > 10 0C T1) aduk ukur
Ta (suhu akhir)
Panas yang diserap kalorimeter (Q1): m x T x
kalor jenis air (4,2J/gK)
Panas yg diberikan air panas (Q2) : m x T
Tetapan = Q3/T atau (Q2-Q1)/T

Penentuan Panas reaksi

Ukur 50 mL larutan CuSO4 1,0M


Masukan dalam kalorimeter dan ukur suhu T1
Timbang serbuk seng (Zn) sebanyak 5 gram
Tambahkan ke dalam larutan CuSO4, aduk dan ukur suhu
tertingginya (T2)
Tentukan panas reaksi yang dihasilkan (Q)
Jika diketahui : T = T akhir T awal
Kalor yang diserap kalorimeter = k x T
Kalor yang diserap larutan = massa larutan x kalor jenis
larutan x T
Kalor reaksi = Kalor yang dierap kalorimeter + Kalor yang
diserap larutan
H reaksi = kalor reaksi/mol pereaksi
Massa jenis larutan ZnSO4 = 1.14 g/mL
Kalor jenis/kapasitas kalor larutan ZnSO4 = 3.52 j g-1K-1

Reaksi : Zn + CuSO4 = Cu + ZnSO4

50 mL CuSO4 1M = 0,05 x 1 mol = 0,05 mol


5 gram Zn = 5/64,5 mol = 0,077mol
Kalor diserap kalorimeter = k x AT
masa larutan = massa jenis x vol lar = 1,14 g/mL x
50 mL = 57 g
Kalor yang diserap larutan = massa larutan x kalor
jenis larutan x T
Kalor reaksi = kalor yang diserap kalorimeter +
kalor yang diserap larutan
H reaksi = kalor reaksi /mol pereaksi

Latihan
Hitung perubahan entalpi pembakaran gas metan
pada suhu 27 0C dan 1000 0C. Cp=35,3 J/mol K
1 mol perak dipanaskan pada P tetap dari 00c
sampai 30 0C, Cp =25,48 J/mol K. Hitung S!
Logam aluminium dipanaskan pada suhu 600
sampai 700 0C. Titik leleh Al pada suhu 600 0C
dan Cp pelelehan 393 J/molK, Cp Al padat = 31,8
J/mol dan Cp Al cair = 34,3 J/mol, hitung S!
1 mol gas ideal pada 270C diekspansi secara
isoterm dan reversibel dari 10 atm ke 1 atm
terhadap tekanan yang direduksi secara
bertahap. Hitung q, w, u, H, S, dan G

Penyelesaian
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O H = -802 kJ/mol
H pada 27 dan 1000 0C
H = Cp dT/T + H0= 35,3 .2,303 log 1273/298
= ------ kJ
H = Cp dT/T + H0= 35,3 .2,303 log 300/298 =
kJ/mol
2) .
3)

Al(s) = Al(l) ------ Al(l), S1 dan S2


S1 = Hf/Tf = 393/873 =
S2 = Cp dT/T = 34,3. 2,303 log 973/873 =
S1+ S2 = .......
1 Mol gas ideal ekspansi secara reversibel dan
isoterm (250C) dari tekanan 1 atm sampai 0,1
atm. Hitung G
2 Satu mol uap dikondensasikan pada 100 0C dan
air didinginkan sampai 0 0C dibekukan menjadi
es. Berapa S!, jika kalor jenis air = 4,2 J/K.g,
kalor penguapan = 2258,1 J/g dan kalor
pelelehan pada ttk beku = 333,5 J/g

Anda mungkin juga menyukai