Anda di halaman 1dari 16

6

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker
Definisi Kanker
Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang
berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada
sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari
waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang
berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut,
yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat
pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan
neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke
organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008).
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan
populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan
diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang
ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari
fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur
nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik)
(Wiseman 2007).
Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik,
yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel
normal.
1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada
sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.
2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh
biokimia dan fisik normal dalam lingkungan.
3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi
4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak
kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000).
Etiologi dan Patofisiologi Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat –
sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan
kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal.
Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%,
7

sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika,


dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi 2008).
Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti.
Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan
pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai
jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor
genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan
gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus
serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn 2000 dan Duyff 2006).
Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari
pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya
kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi
(perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan
atau pembalikan).
Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah
sebagai berikut :
1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu
perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat
menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi
menetap dan menempel pada DNA dalam sel.
2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu
terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap
zat berbahaya dan/atau radiasi.
3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel
membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan
sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau
tumor.
4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan
terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal
akan diangkut ke organ tubuh lain.
5. Pembalikan. Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah
perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat
tahap pertama.
8

Kategori kanker
Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh.
Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi
suatu kanker (Corwin 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma
adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum,
lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang
mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh
limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara
lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma
malignum. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang
belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel
darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker
jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008).
Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma
in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin
2001).
Stadium kanker
Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan
ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya
ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara
kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien
yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti
tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan
diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis
pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan
patologis (Nasca 2008).
Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih
terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk
kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel),
penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat
digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran
tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak
adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The
9

International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint
Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).
Gejala kanker
Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari
jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :
a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan
pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap
kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan
atau kecemasan.
b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah,
batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan
puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah
dalam air kemih.
c. Perubahan kebiasaan buang air besar.
d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein
(kaheksia).
e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada
jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang
atau otak
g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab
h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan
gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.
Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa
gejala kanker yag secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu :
a. Kanker paru-paru
Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk
berdarah). Anoreksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker
paru yang lanjut.
b. Kanker payudara
Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, kulit
menjadi merah, panas, edematosa (pembengkakan), berindurasi
(benjolan) dan nyeri
10

c. Kanker lambung
Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa
penuh setelah makan. Pada akhirnya terjadi anoreksia dan penurunan
berat badan.
d. Kanker kolon
Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anoreksia dan
penurunan berat badan
e. Kanker andung kemih atau ginjal
Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil,
keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
f. Kanker prostat
Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil, rasa terbakar
Limfoma
Kelenjar getah bening membesar, mual , muntah , anoreksia demam atau
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
g. Leukemia
Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah,
dan demam.
h. Kanker otak
Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut
i. Kanker mulut
Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan
nyeri.
j. Kanker hati
Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites (penumpukan cairan di
rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus (kuningan)
k. Kanker pankreas
Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung
l. Nasofaring
Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas ke
lingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga
dan bengkak di leher akibat metastasis di kelenjar limfe leher.
m. Kanker servik
Gangguan siklus haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, penderita
sering mendadak sakit perut.
11

Faktor risiko
Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan
fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan
berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau
bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke
(2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu :
a. Faktor risiko hormonal
Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,
misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang
menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya
kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini
dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak
memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
b. Faktor kejiwaan, emosi psikis
Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau
memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam
atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui
beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi
perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker
tertentu.
c. Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker.
Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan
menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat
pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita
yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang
hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara.
d. Faktor riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis,
adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk
kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator,
kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim
pengkoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin 2001).
12

e. Faktor prilaku individu


Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih
sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku
antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku
berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan
melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi
virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin.
Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan
kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).
f. Faktor makanan
Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker.
Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi
perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan
risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan
dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American
Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari
peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara,
kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). Adapun faktor risiko kanker
yang berkaitan dengan gizi secara umum, disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Faktor risiko gizi pada kanker secara umum
Tipe kanker Faktor risiko gizi dengan fakta nyata maupun diduga berpengaruh
Paru – paru - Rendahnya asupan buah dan sayur
Payudara - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Obesitas (terutama pada wanita menopause)
- Peningkatan asupan alkohol
Lambung - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Asupan makanan yang diawetkan
- Tingginya penggunaan obat, merokok dan makanan awetan.
Kolon/ rektum - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Tingginya asupan daging merah (terutama lemak pada daging merah)
- Asupan alkohol berlebih
Nasofaring - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Asupan alkohol dan tembakau berlebih
- Kebiasaan merokok
Hati - Tingginya asupan alkohol
- Konsumsi makanan yang terkontaminasi (terutama kontaminasi
aflatoxins)
Servik - Rendahnya asupan buah dan sayur
Esophagus - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Kekurangan gizi
- Asupan tinggi alcohol
Prostat - Tingginya asupan daging merah atau lemak daging dan produk olahanya
Sumber : Klinke 2005
13

Terapi kanker
Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker
dengan membunuhnya ataupun membuangnya (uripi 2002). Walaupun saat ini
cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi
sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara
umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan
mengatasi gejala yang berarti memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi
untuk pasien kanker :
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati
kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor
lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh
tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal
itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang
cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan
biasanya yang paling terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi
meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah,
kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut
kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan
status gizi dapat terpengaruh (Grant 2008).
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau
pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat
mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau
mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika
sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat menyebabkan diare, konstipasi,
ataupun menghambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara
karena sel-sel saluran cerna menganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun
karena kemoterapi dilakukan dalam waktu yang lama sehingga dapat
menyebabkan status gizi buruk (Levine and Colleagues 2008 dalam
Peckenpaugh 2010).
Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis,
lamanya pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status
kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic,
antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotik, serta perubahan pola makan,
14

sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping


pengobatan (Grant 2008).
b. Radiasi
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari
akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber
radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi.
Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi
berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi
radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan
dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan
efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan
perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan
sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut
sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air
liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).
c. Operasi
Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk
mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran
cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang
dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi
diet berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk
mengkonsumsi, dan mencerna makanan.
Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan
dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi
radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang
diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi
seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan.
Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari
setelah operasi (Peckenpaugh 2010).
d. Imunoterapi
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang
memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya
ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan
memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi.
Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespons secara
15

lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi
yang dibuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi
Berlabel Fluoresen, Stimulan Imunitas, dan Antibodi penyerang. Selain itu,
sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor
yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk
tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor
angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV
(Corwin 2001).
Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat
gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.
Pengetahuan gizi yang baik akan dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi
pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 2003).
Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek
seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan
konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan
gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio,
surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-
lain) (Khomsan et al 2009 ). Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu
kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Pengetahuan
gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang
berpengetahuan baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga
konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion dan Khomsan 1995).
Menururut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian
dilakukan dengan menetapkan cut-off-point dari skor yang telah dijadikan persen.
Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off-point sebagai berikut
: baik: 80%, sedang : 60-80%, dan kurang : < 60%.
Status Gizi dan Gizi Pada Pasien Kanker
Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
16

gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2004). Status
gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat
dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka
waktu yang lama (Supariasa 2002). Status gizi merupakan bagian terpenting dari
status kesehatan seseorang. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan
komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Menilai status gizi seseorang dapat
memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut
(Gibson 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut Gibson (2005), bahwa konsep terjadinya keadaan gizi
mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan
ketersediaan bahan makanan, keadaan sosial budaya seperti pendidikan,
pengetahuan gizi, dan faktor lingkungan (biologi, kimia, dan fisik).
Gizi adalah faktor penting dalam perjalanan penyakit dan penyebab
utama kematian secara umum pada masyarakat. Penyakit jantung koroner,
obesitas, hipertensi, anemia, osteoporosis, diabetes mellitus, dan kanker adalah
penyakit yang umum berhubungan dengan gizi (Hammond 2008). Beberapa
kasus kematian diakibatkan, antara lain karena penyakit jantung koroner, stroke,
diabetes mellitus, dan beberapa jenis kanker, memiliki hubungan yang kuat
dengan tipe dan kualitas konsumsi makanan.
Status gizi yang optimal dapat dicapai dengan keseimbangan antara
asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan
penyerapan zat gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi oleh
pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi
maupun bukan infeksi (Hammond 2008).
Pengukuran status gizi
Penilaian status gizi ada dua cara yaitu penilaian secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian gizi
secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi, statistik vital,
dan faktor ekologi (Supariasa 2002).
17

a. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan
untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein
(Supariasa 2002). Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran
antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam
penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik
antara intik energi dan protein. Pengukuran antropometri yang sering
dilakukan adalah berat badan (BB): untuk mengetahui massa tubuh,
panjang/tinggi badan (PB/TB): untuk mengetahui dimensi linear, tebal
lipatan kulit (skinfold thickness) dan lingkar lengan atas (LILA): untuk
mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein (Briawan dan
Madanijah 2008).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis digunakan untuk mendeteksi defisiensi gizi.
Pemeriksaan ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda - tanda
klinis secara umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi
(Supariasa 2002).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan (Supariasa 2002).
d. Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan untuk melihat kemampuan
fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian dengan cara ini dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu : uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi
(Supariasa 2002).
Indeks Massa Tubuh
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan
masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan
tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah
dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal (Supariasa 2002).
18

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat


badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index
(BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan manjadi Indeks Masa
Tubuh (IMT). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT


Kategori IMT
Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2
Kurus tingkat ringan 17,0 – 18,49 kg/m2
Normal 18,5 – 24,9 kg/ m2
Gemuk tingkat ringan 25 – 27,0 kg/m2
Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2
Sumber : Depkes (2005)
Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum tujuan dari survei konsumsi
makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah
tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan tersebut (Supariasa 2002).
Jenis data konsumsi
Pengumpulan jenis data konsumsi makanan terbagi dua yakni kualitatif
dan kuantitatif (Gibson 2005).
Metode kuantitatif
Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan
seperti Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM)
dan daftar penyerapan minyak. Metode untuk pengukuran konsumsi secara
kuantitatif antara lain:
a. Metode recall 24 jam
b. Perkiraan makanan (Estimated food records)
c. Penimbangan makanan (Food weighing)
19

d. Metode food account


e. Metode inventaris (Inventory method)
f. Pencatatan (Household food records)
Metode Recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan
diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin
sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari
waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data
kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang
biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa 2002).
Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan
rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam
diperlukan untuk memperkirakan kebiasaan asupan zat gizi individu yang
bervariasi setiap harinya (Gibson 2005).
• Kelebihan metode recall 24 jam
a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden.
b. Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus.
c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
d. Dapat digunakan untuk responden buta huruf.
e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
• Kekurangan metode recall 24 jam
a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila
hanya dilakukan recall satu hari.
b. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden,
sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia 7 tahun,
orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan
atau pelupa.
20

c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam


menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang
dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian
Gizi Pada Pasien Kanker
Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi
kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan
dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan.
Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki
status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih
lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006).
Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker :
Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari
waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang
dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun
kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker
harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan
percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan
protein dan produksi energi.
a. Energi
Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi
sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik
memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan.
Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan
jaringan (Babcock 2005).
b. Protein
Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif.
Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa
protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien
kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan
hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg
berat badan (Sutandyo dan Ririn 2006).
21

c. Vitamin dan mineral


Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui
peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga
berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat.
Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai
rekomendasi standar kecukupan gizi (The Dietary Reference Intake/
Recommended Dietary Allowance standards) tetapi lebih sering untuk
tingkat terapetik yang lebih tinggi. Suplemen vitamin dan mineral biasanya
diindikasikan sesuai dengan aturan makan (Babcock 2005).
d. Cairan
Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti
cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi
ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian
metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan
dalam kemoterapi. Beberapa jenis obat kemoterapi (seperti
cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan
untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005).
Diet pada pasien kanker
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,
perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh
sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan
hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa
cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai
keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.
Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau
kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau
makanan lumat (Almatsier 2004).
Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk
laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB,
lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan vitamin
dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang menjalankan
medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil dan sering
(Almatsier 2004).

Anda mungkin juga menyukai