Anda di halaman 1dari 27

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Pembimbing :
dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS(K)

Penyusun :
Deonard Rantetampang (112018185)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara
Periode 15 Juli – 21 September 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul:


“ Carpal Tunnel Syndrome ”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik


Ilmu Bedah RSPAU Dr.Esnawan Antariksa periode 15 Juli 2019 – 21 September 2019

Disusun Oleh:
Deonard Rantetampang
112018185

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Wawan Mulyawan Sp.BS(K)

selaku dokter pembimbing Departement Bedah Umum RSPAU Dr.Esnawan Antariksa

Jakarta, 05 Agustus 2019


Pembimbing

dr. Wawan Mulyawan Sp.BS(K)

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas nikmat yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Laporan Kasus dengan judul “CARPAL TUNNEL
SYNDROME”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan
Klinik di Stase Ilmu Bedah. Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Wawan Mulyawan, SpBS(K) selaku pembimbing atas pengarahannya
selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik. Dan kepada para dokter dan staff Ilmu Bedah
RSPAU Dr. Esnawan Antariksa, serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah. Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya.

Jakarta, 05 Agustus 2019

Penulis

3
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LEMBAR PENILAIAN

Nama Deonard Rantetampang

NIM 112018185

Tanggal 05 Agustus 2019

Judul Carpal Tunnel Syndrome

Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

Pengumpulan data

Analisa masalah

Penguasaan teori

Referensi

Pengambilan keputusan klinis

Cara penyajian

Bentuk laporan

Total

Nilai %= (Total/35)x100%

Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)

Komentar penilai

Nama Penilai : dr. Yudi Yuwono Wiwoho, SpBS Paraf/Stempel

4
LAPORAN KASUS
CARPAL TUNNEL SYNDROME

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Arjuna No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RSPAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA

Hari/tanggal Presentasi Kasus :05 Agustus 2019

Nama : Deonard Rantetampang

Nim : 112018185

Dr. Pembimbing : dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS(K)

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AF Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 39 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : PNS No RM : 122860

5
B. SUBJEKTIF

ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien, pada tanggal 31 Juli 2019 jam 12.30 WIB

Keluhan Utama
Rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah kanan yang
sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, awalnya timbul rasa kesemutan pada telapak tangan
terutama pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah yang kemudian menjalar sampai jari manis,
kelingking. Gejala menjadi jelas apabila untuk bekerja menggunakan tangan kanan berlebihan.
Sekarang pasien juga merasa terkadang tangannya menjadi baal dan kurang kuat disertai rasa
pegal yang timbul saat menggenggam sesuatu terlalu lama atau saat sedang beraktivitas.
Sebelumnya pasien pernah melakukan pengobatan ke klinik dan keluhan yang dirasakan pasien
tidak membaik, karena keluhan pasien tidak membaik akhirnya pasien berobat ke dokter
spesialis dan di anjurkan untuk melakukan tindakan operasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat nyeri dan pegal pada tangan kanan sebelumnya.
Riwayat DM (-), Hipertensi (-), Jantung (-), Asma (-), Stroke (-) dan Alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), stroke (-),

C. OBJEKTIF
1. Status Presens
 Keadaan Umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 63x / menit
 Pernafasan : 22x / menit
 Suhu : 36,6oC

6
 Kepala : normosephali, simetris tidak tampak kelainan.
 Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Jantung : BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
 Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Perut : Bising usus (+), NTE (-), tidak teraba pembesaran hepar
dan lien
 Alat kelamin : Tidak diperiksa
 Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, Edema (-/-), tes tinel
(+), tes phalen (+)
2. Status psikikus
 Cara berpikir : tidak dilakukan
 Perasaan hati : tidak dilakukan
 Tingkah laku : Pasien sadar
 Ingatan : tidak dilakukan
 Kecerdasan :-

3. Status Lokalis
• Inspeksi : (-)
• Palpasi : Tes tunel (+), Tes phalen (+)
• Perkusi : (-)
• Transluminasi : (-)

4. Status Neurologikus
 Kepala
1. Bentuk : Normocephali

2. Nyeri tekan : Tidak ada

3. Simetris : Kanan sama dengan kiri

 Leher

1. Sikap : Simetris

2. Kaku kuduk : Negatif (-)

7
 Saraf Kepala
Kanan Kiri

N I. (Olfaktorius)

Subjektif Normosmia Normosmia

Dengan bahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N II. (Optikus)

Tajam pengelihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lapangan penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III. (Okulomotorius)

Celah mata Ptosis (-) Ptosis (-)

Pergerakan bola mata Baik Baik

Strabismus - -

Nistagmus - -

Eksoftalmus - -

Pupil

Besar pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil Isokor Isokor

Reflex terhadap sinar (+) (+)

Reflex konversi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Reflex konsensual Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8
Diplopia (-) (-)

N IV. (Troklearis)

Pergerakan mata (+) (+)

( kebawah-dalam )

Sikap bulbus Normal Normal

Diplopia (-) (-)

N V. (Trigeminus)

Membuka mulut Normal Normal

Mengunyah Normal Normal

Menggigit Normal Normal

Reflex kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensibilitas Normal Normal

N VI. (Abduscens)

Pergerakan mata ke lateral Baik Baik

Sikap bulbus Ditengah Ditengah

Diplopia (-) (-)

N VII. (Fascialis)

Mengerutkan dahi (+) (+)

Menutup mata (+) (+)

Memperlihatkan gigi Simetris Simetris

Menggembungkan pipi Simetris Simetris

Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9
depan

NVIII. (Vestibulokoklear)

Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N IX. (Glossofaringeus)

Perasaan bagian lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan


belakang

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N X. (Vagus)

Arcus pharynx Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Bicara Normal Normal

Menelan Normal Normal

Nadi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N XI. (Asesorius)

Mengangkat bahu Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Memalingkan kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N XII. (Hypoglossus)

Pergerakan lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tremor lidah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10
Artikulasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Badan dan Anggota Gerak


1. Badan

a. Motorik

- Respirasi : Abdominaltorakal, Spontan, simetris dlm keadaan statis dan


dinamis

- Duduk : Pada saat diperiksa pasien dalam posisi tidur

- Bentuk Kolumna Vertebralis : tidak dilakukan

- Pergerakan Kolumna Vertebralis : Tidak dilakukan


b. Sensibilitas
Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. Refleks
Refleks kulit perut atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks kulit perut bawah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks kulit perut tengah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11
2. Anggota Gerak atas
a. Motorik
Kanan Kiri

Pergerakan Baik Baik

Kekuatan 3333 5555

Tonus menurun Normotonus

Atrofi - -

b. Sensibilitas
Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tiak dilakukan

c. Refleks
Kanan Kiri

Biceps Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Triceps Tidak dilakukan Tidak dialkukan

Radius Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

12
3. Anggota Gerak bawah

a. Motorik
Kanan Kiri

Pergerakan + +

Kekuatan 5555 5555

Tonus Normotonus Normotonus

Atrofi - -

b. Sensibilitas
Kanan Kiri

Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. Refleks
Kanan Kiri

Patella Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Achilles Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Babinski Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Chaddock Tidak dilakukan Tidak dilakukan

13
Schaefer Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Oppenheim Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gordon Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium :
 Hb : 16,8 gr/dl
 Trombosit : 347.000 /mm3
 Ht : 47 %
 Leukosit : 10400 /mm3
 Bleeding time : 2 (1-3 menit)
 Clotting time : 5 (2-6 menit)
 GDS : 100
 HbsAg : Non Reaktif
 Anti HIV : Non Reaktif
 Kolesterol Total : 268
 Trigliserida : 103
 Asam Urat : 6,0
 Pada pemeriksaan EMG (Elektromiografi), didapatkan :
- CTS kanan berat yang mengenai komponen motorik dan sensorik, terutama
sensorik
RESUME
 Pasien laki-laki, 39 tahun datang dengan keluhan rasa nyeri dan pegal pada tangan sebelah
kanan yang sudah dirasakan sejak 1 bulan belakangan ini, awalnya timbul rasa kesemutan
pada telapak tangan terutama pada ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah yang kemudian rasa
kesemutan itu menjalar ke jari manis dan kelinging. Gejala menjadi lebih jelas apabila untuk
bekerja menggunakan tangan kanan berlebihan. Sekarang pasien juga merasa terkadang
tangannya menjadi baal dan menjadi kurang kuat disertai rasa pegal yang timbul saat
menggenggam sesuatu terlalu lama atau saat sedang beraktivitas yang lama dengan waktu

14
yang lama. Sebelumnya pasien pernah melakukan pengobatan ke klinik dan keluhan tidak
membaik, dikarenakan keluhan pasien tidak membaik pasien berobat ke dokter spesialis dan
disarankan untuk melakukan tindakan operasi. Pada pemeriksaan EMG (Elektromiografi),
didapatkan :
- CTS kanan berat yang mengenai komponen motorik dan sensorik,
terutama sensorik

Tidakan yang dilakukan terhadap pasien adalah di konsul dr. Wawan Mulyawan, Sp. BS(K)
untuk dilakukan tindakan operasi pembedahan dan konsul ke dokter anestesi, untuk
mempersiapkan operasi.

DIAGNOSA KERJA : Carpal tunnel syndrome dextra

PENATALAKSANAAN:
Konsul dr. Wawan Mulyawan, Sp. BS(K)
Rawat
Pre operasi release carpal tunnel syndrome :
 Instruksi Persiapan operasi CTS:
 Surat ijin operasi
 Konsul anestesi
 Hubungi / dijadwalkan ke OK
 Puasa 8 jam sebelum operasi
 1 jam pre-operasi injeksi ceftizoxime 2 gram IV (sebelumnya dilakukan skin test)

 Penemuan Pembedahan (31 Juli 2019) :


Laporan tindakan bedah :
 Pasien telentang diatas meja operasi dengan sedasi TIVA
 Asepsis dan antisepsis daerah lapangan operasi dan sekitarnya
 Infiltrasi anestesi TIVA disepanjang rencana insisi kulit dengan miloz, etanyl, dan
propofol

15
 Insisi linier di palmar tangan dextra sehingga tebukanya ligament carpi
transversum
 Pendarahan dirawat dengan kauter
 Insisi diperdalam sampai teridentifikasi flexor retinaculum (ligamentum carpi
transversum)
 Di lakukan penutupa ligament carpi transversum searah N. medianus yang terletak
di bawahnya
 Perdarahan dirawat
 Luka operasi ditutup lapis demi lapis. (Operasi selesai)

 Instruksi post op (31 Juli 2019) :


 Awasi KU, kesadaran, tanda vital
 Diit bebas, minum bebas
 Mobilisasi duduk, jala
 Bila tidak ada keluhan malam ini boleh rawat jalan
Obat pulang :
 Cefotaxime 3x500mg
 Asam mefenamat 3x500mg
 Ranitidin 2x150mg

16
LAMPIRAN FOTO :

17
LAMPIRAN HASIL EMG

18
TINJAUAN PUSTAKA

Carpal Tunnel Syndrome

Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah


pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot
tangan. Tempat penekanan nervus medianus lainnya adalah di daerah siku. Ini
menyebabkan sindrom pronator, yaitu pada gerak pronasi lengan bawah secara maksimal
akan menimbulkan rasa nyeri. CTS lebih sering pada wanita, puncaknya pada usia 42
tahun (40-60 tahun). Risiko untuk menderita CTS sekitar 10% pada populasi dewasa.1,2
Anatomi
Terowongan carpal merupakan kompartemen anatomi yang terletak di dasar
pergelangan tangan. Sembilan tendon fleksor dan saraf median melewati terowongan
karpal yang pada tiga sisinya dikelilingi oleh tulang karpal yang membentuk lengkungan.
Saraf dan tendon menyediakan fungsi, perasaan, dan gerakan untuk beberapa jari. Otot-
otot fleksor jari dan pergelangan tangan termasuk tendon mereka berasal di lengan bawah
di epikondilus medial sendi siku dan menempel pada Metaphalangeal (MP),
interphalangeal proksimal (PIP), dan interphalangeal distal tulang jari-jari dan jempol
(BSI). Terowongan carpal sekitar selebar ibu jari dan batas yang terletak di lipatan kulit
pergelangan tangan distal distal dan meluas ke telapak untuksekitar 2 cm.

19
Saraf median dapat dikompresi dengan penurunan ukuran kanal, peningkatan ukuran isi
(seperti pembengkakan jaringan pelumas di sekitar tendon fleksor), atau keduanya. Cukup
melenturkan pergelangan tangan ke 90 derajat akan mengurangi ukuran kanal.

Kompresi saraf median karena dijalankan dalam untuk ligamen karpal transversal
(TCL) menyebabkan atrofi eminensia tenar, kelemahan fleksor polisis brevis, polisis
opponens, polisis brevis abductor, serta kehilangan sensori dalam distribusi saraf median
distal ligamentum karpal transversal. Ada cabang sensorik superfisial saraf median, yang
cabang proksimal ke TCL dan perjalanan dangkal untuk itu. Cabang ini Oleh karena itu
terhindar, dan innervates telapak ke arah jempol.1,3
Patofisiologi
Sindroma Terowongan Karpal terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada jaringan
pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan synovial
yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan
fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan n.Medianus. Tekanan yang
berulang-ulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler
meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama
akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak
endotel, menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini
dapat menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma Terowongan Karpal yaitu berupa

20
rasa nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang setelah
tangan yang bersangkutan digerak-gerakan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari
gangguan vaskuler ini. Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak
serabut saraf. Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi
n.Medianus akan terganggu.1,2,4
Pada Sindroma Terowongan Karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang
melebihi tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf
menjadi iskemik, terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat
keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan
edema yang menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf
tersebut. Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan
invaginasi nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu.
Selainnya dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat
n.Medianus menderita dalam terowongan karpal.2,4
Etiologi4,5
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, terutama pada penderita
lanjut usia. Selain itu gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat
menambah resiko Carpal Tunnel Syndrom. Berbagai kondisi dapat berkontribusi sebagai
penyebab, yaitu:
1. Herediter (keturunan)
2. Trauma (trauma langsung pada pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan
mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang)
3. Infeksi (tuberculosis)
4. Metabolik (Asam urat)
5. Endokrin (terapi estrogen dan androgen, diabetes mellitus, kehamilan)
6. K e g a n a s a n
7. Penyakit kolagen pembuluh darah (artritis reumatoid,
polimialgiareumatika)
8. Degenerasi (osteoartitis)
9. T u m o r

21
Gejala Klinis
a) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal
biasanya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena
aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di
malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat
di malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
umunya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tanganya
atau dengan meletakan tanganya pada posisi yang lebih tinggi.5
Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan
tanganya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi
serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat
terasa sampai kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan
pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan
berkurang setelah penderita menggunakan tanganya. Hiperetesia dapat dijumpai pada
daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh nevus medianus.3,5

Figure 3. sign and symptoms

b) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil
misalnya saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering

22
dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam.
Pada penderita CTS ini pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan
otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.5

Klasifikasi stadium:6
NO STADIUM STK GEJALA Tanda-tanda
1 Asimptomatik - Phalen & Tinel (+)
2 Ringan – Sedang (+), Intermitten Phalen & Tinel (+)
3 Berat (+/-), kontinyu Defisit neurologis
(+/-)
4 Berat sekali Selalu ada Atrofi tenar

Pemeriksaan5,6,7
Untuk itu dapat dilakukan beberapa pemeriksaan dan tes provokasi untuk mempertajam
diagnosis.
1. Tes Phalen (Phalen’s test)
Penderita diminta untuk fleksi palmar secara maksimal. Bila sebelum 60 detik
timbul rasa kebas, kesemutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus,
tes dinyatakan positif. Banyak penulis yang menyatakan tes ini baik untuk diagnosis
Sindroma terowongan karpal, dengan sensitifitas 75% dan spesifisitas 95%.
(Pemeriksaan ini juga dilakukan serentak pada kedua tangan agar dapat dibandingkan).
Walaupun Sindroma Terowongan Karpal banyak yang bilateral, tangan mana yang lebih
dahulu positif dapat menentukan bahwa Sindroma Terowongan Karpal pada tangan
tersebut lebih berat dari tangan yang satu lagi. (Tes ini tak dapat dinilai bila ada gangguan
pergerakan sendi).
2. Tanda dari Tinel (Tinel’s sign)
Dengan mengetok n.Medianus melalui fleksor retinakulum di lipat pergelangan
tangan, tepat lateral tendo palmaris longus, dalam posisi sedikit dorsofleksi, timbul rasa
seperti kena listrik atau nyeri pada daerah distribusi n.Medianus, distal pergelangan, tes
dinyatakan positif. Ketokan sebaiknya dengan perkusi yang cukup besar sehingga dapat
mengetok seluruh fleksor retinakulum. Ketokan dengan jari biasanya kurang memadai.

23
Bila rasa nyeri yang timbul menjalar ke arah proksimal, mungkin jebakan terletak
proksimal dari terowongan karpal. Dan bila rasa nyeri menjalar ke distal dan proksimal,
mungkin ada suatu “double crush” yaitu jebakan terjadi di terowongan karpal dan juga di
proksimal terowongan karpal. Tes ini memiliki sensitifitas 64% dan spesifisitas mencapai
99% untuk mendiagnosis Sindroma Terowongan Karpal.
3. Tanda mengibaskan tangan (Flick sign)
Penderita diminta mengibaskan tangannya atau menggerak-gerakan jarinya. Bila
dengan cara ini keluhannya berkurang atau menghilang maka akan mendukung diagnosis
Sindroma Terowongan Karpal.
4. Tes ekstensi pergelangan (Wrist extension test)
Penderita diminta ekstensi dorsal pergelangan secara maksimal. Bila sebelum 60
detik timbul rasa kebas, semutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi
n.Medianus, dinyatakan tes positif hal ini dapat menyokong diagnosis Sindroma
Terowongan Karpal. (sebaiknya pemeriksaan dilakukan serentak pada kedua tangan
sehingga dapat dibandingkan). Bila ada gangguan pergerakan sendi (arthritis, ankylose
dll) tes ini tak dapat dinilai.
5. Tes bendungan (Tourniquet test)
Dengan melakukan bendungan memakai alat pemeriksa tekanan darah
(tensimeter) proksimal siku sedikit diatas tekanan sistolik. Bila dalam 60 detik timbul
rasa kesemutan, kebas atau seperti kena listrik pada derah distribusi n.Medianus, tes
dinyatakan positif hal ini menyokong untuk diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.
(Tes ini akan positif pula pada beberapa penyakit lain misalnya penyakit Raynaud).
6. Tes Tekanan (Pressure test)
Dengan memakai ibu jari, n.Medianus di pergelangan (tempat memeriksa tanda
dari Tinel) ditekan dengan lembut. Bila dalam waktu < 120 detik timbul rasa kesemutan,
kebas, seperti kena listrik ataupun nyeri di daerah distribusi n.Medianus dinyatakan tes
positif, menyokong untuk diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Pemeriksaan
dilakukan serentak pada kedua tangan).

24
Pemeriksaan Penunjang8
1. Elektrofisiologi Diagnostik
 Electromyography (EMG) : dapat ditemukan gelombang tajam, potensial
fibrilasi dan aktivitas insrsional yang meningkat.
 Kecepatan hantar saraf : sinyal akan tertangkap lebih lambat dan lemah.

2. Pencitraan
 MRI
 USG : terdapat peningkatan area cross-sectional dari nervus medianus di
carpal tunnel dibandingkan dengan kontrol.
Penatalaksanaan
Istirahatkan pergelangan tangan, menghindari gerakan berulang/berlebihan
pergelangan tangan dan tangan yang dapat mengeksaserbasi gejala.
1. Bidai pergelangan tangan : biasanya digunakan pada pasien dengan gejala ringan
sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun. Digunakan untuk
mereposisi tangan supaya tidak fleksi dan ekstensi tangan.9

Figure. 4 bidai pergelangan tangan


2. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Berfungsi untuk menghilangkan nyeri
jika terdapat peradangan. Contoh: ibuprofen, ketoprofen, dan naproxen.10
3. Kortikosteroid. Disuntikan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri.
lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan

25
setelah diberi 3 kali suntikan. Digunakan untuk menghilangkan nyeri dan
mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan.9,10
4. Operasi. Jika gejala CTS menetap disarankan untuk melakukan operasi carpal
tunnel. Bertujuan untuk mengurangi tekanan di carpal tunnel yaitu dengan cara
membelah lapisan transcutaneus (TCL/Transcutaneus layer). Pembedahan
dilakukan untuk melebarkan kanalis karpalis  dengan melepaskan ligamentum
yang menjerat/menjepit atap dari kanalis karpalis, dibuka kemudian dilebarkan
ruangannya sehingga dapat menurunkan tekanan pada nervus medianus.9,10

Diagnosis Banding3,5
1. De’ quervein Syndrome
2. CRS (Cervical Root Syndrome)
3. Pronator teres Syndrome
PROGNOSA1
• CTS derajat ringan: dengan pemberian obat oral, imobilisasi dan injeksi kortison serta
rehabilitasi medik memberikan kesembuhan ± 80 %.
• CTS sedang dan berat: bila injeksi kortison dan imobilisasi tidak bermanfaat, maka
disarankan operasi. Kekambuhan setelah operasi ± 10 %.

26
TINJAUAN PUSTAKA

1. Katz JN, Simmons BP. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med 2002;346;23:1807-
11.
2. Diagnosis of the carpal tunnel syndrome [editorial]. Lancet 1985;9:8548.
3. Miller AL, Birdsall TC. Etiology and conservative treatment of carpal tunnel
syndrome. Alt Med Rev 1997;2(1):26-35.
4. tevens JC, Sun S, Beard CM, O'Fallon WM, Kurband LT. Carpal tunnel syndrome in
Rochester, Minnesota, 1961 to 1980. Neurology 1988;38:134-8.

5. Moeliono F. Etiologi, diagnosis dan terapi sindroma terowongan karpal (s.t.k) atau
(carpal tunnel syndrome/cts). Neurona 1993;10:16-27.

6. Mumenthaler M. Lesions of the peripheral nerves: median nerve. Neurology: a


textbook for physicians and students with 185 self-testing questions 2nd ed. Thieme-
Straton, New York, 1983:415-9.
7. Kao SY. Carpal tunnel syndrome as an occupational disease. J Am Board Fam Pract
2003;16(6):533-42.
8. Wibowo BS. Electrophysiological evaluation of carpal tunnel syndrome in jakarta.
Neurona 2000;18:24-6.

9. Viera AJ. Management of carpal tunnel syndrome. Am Fam Physician. 2003;68:265-


72.
10. Dammers JWHH, Veering MM, Vermeulen M. Injection with methyl prednisolone
proximal to the carpal tunnel: randomised double blind trial. BMJ 1999;319:884–6.

27

Anda mungkin juga menyukai