Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 2 (4) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Tekanan Panas, Konsumsi Cairan, dan Penggunaan Pakaian Kerja dengan


Tingkat Dehidrasi

Sheila Mufida Ariyanti1, Yuliani Setyaningsih2, Diki Bima Prasetio1

1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia
2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pekerja di lingkungan panas dapat terpapar dehidrasi. Selain lingkungan kerja yang panas
Diterima 21Agustus 2018 dehidrasi dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi cairan, penggunaan pakaian saat bekerja dan
Disetujui 17 Oktober riwayat penyakit yang dimiliki.Pekerja pandai besi Desa Hadipolo terpapar panas dari lingkungan
2018 kerja berkisar antara 30oC –35oC dan mengalami tanda-tanda dehidrasi. Penelitian dilaksanakan
Dipublikasikan 30 pada tanggal 7-15 April 2018.Tujuan penelitian menganalisis hubungan tekanan panas, konsumsi
Oktober 2018 cairan dan penggunaan pakaian saat bekerja dengan tingkat dehidrasi pada pekerja pandai besi di
________________ Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
Keywords: observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini ada hubungan antara tekanan
Dehydration, Blacksmith, panas (p value = 0,036), konsumsi cairan (p value = 0,021), penggunaan pakaian saat bekerja (p
Heat Pressure, Work Clothes value = 0,020) dengan tingkat dehidrasi. Analisis secara multivariat diperoleh hasil kategori
____________________ konsumsi cairan dengan p value = 0,016 dan kategori penggunaan pakaian saat bekerja dengan p
DOI: value = 0,017. Kesimpulan dari penelitian ini variabel yang paling berperan terhadap tingkat
https://doi.org/10.15294 dehidrasi yaitu kategori konsumsi cairan kategori dan penggunaan pakaian saat bekerja.
/higeia.v2i4.25095
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Workers in hot environments can be exposed to dehydration. In addition to a hot dehydrated work
environment, it can be caused by a lack of fluid consumption, the use of clothing at work and the history of the
disease. Blacksmith workers in Hadipolo village are exposed to heat from the work environment ranging from
30oC -35oC and experiencing signs of dehydration. The study was conducted on April 7-15, 2018. The purpose
of the study was to analyze the relationship between heat stress, fluid consumption and clothing usage while
working with the level of dehydration in blacksmith workers in Hadipolo Village, Jekulo District, Kudus
Regency. this research is an observational analytic study with cross sectional approach. The results of this study
there is a relationship between heat stress (p value = 0.036), fluid consumption (p value = 0.021), use of
clothing at work (p value = 0.020) with the level of dehydration with. Multivariate analysis obtained results of
fluid consumption category with p value = 0.016 and clothing usage category while working with p value =
0.017. The conclusion of this study is the variable that most plays a role in the level of dehydration, namely the
category of consumption of liquid and clothing usage category while working

© 2018 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung K3 Unimus
Kedungmundu, Tembalang, Semarang 50273 e ISSN 1475-222656
E-mail: sheilamufida@yahoo.com

634
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

PENDAHULUAN riwayat penyakit dan tingkat konsumsi cairan


(Hidayatullah, 2016),(Gustam, 2012). Pekerja di
Pekerja di lingkungan panas dapat lingkungan panas seperti di sekitar peleburan,
terpapar dehidrasi. Selain lingkungan kerja yang boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar
panas dehidrasi dapat disebabkan oleh ruangan di bawah terik matahari dapat
kurangnya konsumsi cairan, penggunaan mengalami tekanan panas (Apriyani, 2014).
pakaian saat bekerja dan riwayat penyakit yang Tekanan panas merupakan batasan tubuh
dimiliki (OSHA, 2011),(Sari, 2014),(Horie, menerima beban panas dari kombinasi tubuh
2013). Menurut Briawan (2008) konsumsi air yang menghasilkan panas saat melakukan
masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, pekerjaan dan faktor lingkungan (seperti
yaitu 49,1% subyek penelitian remaja pajanan suhu lingkungan yang terlalu panas,
mengalami kurang air atau dehidrasi ringan, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi
pada orang dewasa sebesar 42,5%. Penelitian perpindahan panas), beban fisik yang berat,
yang telah dilakukan Sari (2017) pada 53 tenaga waktu istirahat yang tidak mencukupi, serta
kerja yang bekerja di iklim kerja panas yaitu pakaian yang digunakan(Harrianto,
bagian weaving I dengan suhu ruangan kerja 2008),(Horie, 2013),(Wulandari, 2016). Panas
mencapai 32,22˚C dan weaving II dengan suhu yang ekstrim terjadi di Jepang pada pertengahan
ruangan kerja mencapai 31,96˚C, ada sebanyak bulan Juni hingga Juli, dilaporkan kecalakaan
37 pekerja yang mengalami dehidrasi. industri yang mengakibatkan sejumlah kematian
Hasil penelitian yang di lakukan akibat sengatan panas mencapai 47 orang,
Hidayatullah (2016) pada pekerja yang berada angka kejadian tersebut merupakan jumlah
di lingkungan panas diketahui pekerja yang terbesar dalam periode 23 tahun (Horie, 2013).
dehidrasi sebesar 19,2%. Hasil penelitian Suhu lingkungan yang tinggi dapat
menunjukkan ada perbedaan tingkat konsumsi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui
air minum antara pekerja yang terpapar iklim keringat cukup banyak, dan kekurangan cairan
kerja panas diatas dan dibawah Nilai Ambang eksternal atau dehidrasi dapat terjadi karena
Batas (NAB) (Hasani, 2016). Hal tersebut penurunan asupan cairan dan kelebihan
dimungkinkan karena suhu lingkungan kerja pengeluaran cairan (Apriyani, 2014).
yang tinggi (>300oC) sehingga terjadi Pekerja yang terpapar radiasi inframerah
peningkatan kebutuhan cairan mencapai 6000- dan matahari dapat menurunkan panas
8000 ml, namun ternyata hanya 2,7% subjek radiasinya dengan mengenakan pakaian, tetapi
yang mengonsumsi cairan > 6 liter per hari. pada saat yang sama terjadi penurunan
Konsumsi cairan berhubungan dengan status kapasitas pendinginan memalui evaporasi
hidrasi pada pekerja. Penelitian pada 30 tenaga (Vanani, 2008). Kebutuhan cairan pada pekerja
kerja di bagian stockyard menunjukkan adanya dalam lingkungan panas (30oC -35oC ISBB)
perbedaan tingkat dehidrasi pada pekerja yang dengan intensitas kegiatan fisik aktif sampai
bekerja di lingkungan kerja yang memiliki sangat aktif adalah sebesar 6-8 Liter per hari
tekanan panas < Nilai Ambang Batas (NAB) (Hidayatullah, 2016). Dehidrasi ditandai dengan
dan > NAB (Lestari, 2016). penderita berkeringat banyak, kehilangan
Menurut Tasyrifah (2017) iklim kerja cairan, dehidrasi, terasa lemah, dan dapat
panas berpengaruh signifikan pada tingkat pingsan. Bila tidak mendapat tindakan medis
dehidrasi tenaga kerja, dimana tingkat dehidrasi yang cepat, gangguan kesehatan karena suhu
pada tenaga kerja yang bekerja dengan iklim lingkungan yang eksterm ini dapat
panas bagian pengepakan 62% lebih tinggi mengakibatkan kecacatan atau kematian
dibandingkan dengan tingkat dehidrasi pada (Harrianto, 2008). Desa Hadipolo merupakan
iklim kerja panas bagian pelintingan 38%. salah satu desa di Kecamatan Jekulo Kabupaten
Faktor risiko dehidrasi yaitu umur, jenis Kudus, merupakan desa sentral kerajinan
kelamin, lingkungan kerja panas, suhu tubuh, pandai besi yang sudah turun temurun.

635
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

Berdasarkan survei pendahuluan di Desa sebanyak 9 kluster secara acak. Setelah sampel
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
terhadap lingkungan kerja, dimana suhu pada didapatkan sebanyak 42 pekerja. Variabel
lingkungan kerja berkisar antara 30oC –35oC, independent dalam penelitian ini adalah
suhu tersebut sudah tidak nyaman lagi untuk tekanan panas, konsumsi cairan dan
bekerja, terlihat ada 21 orang pekerja yang tidak penggunaan pakaian saat bekerja sedangkan
menggunakan pakaian saat bekerja, sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah
suhu yang optimal untuk kerja orang Indonesia tingkat dehidrasi. Analisis data dilakukan secara
berkisar antara 24oC -26oC. Pekerja mengalami univariat, secara bivariat menggunakan uji Chi
tanda-tanda dehidrasi, terlihat dari beberapa Square dan secara multivariat menggunakan uji
pekerja tidak mengenakan pakaian saat bekerja regresi logistik multivariat.
dan terpapar panas terus-menerus dari tungku Sumber data dalam penelitian ini data
pembakaran. Pada saat wawancara kepada 30 yang diperoleh berasal dari dua sumber yaitu:
pekerja, mereka mengaku sering merasa haus data primer merupakan data hasil pengamatan
saat bekerja, pegal, panas, pusing dan kram atau data yang diolah oleh peneliti. Data primer
tangan. Konsumsi air minum pekerja ditempat dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
kerja rata-rata 750 ml. Asupan air yang penilaian lingkungan kerja untuk mengukur
dikonsumsi dirasa kurang untuk memenuhi tekanan panas dan pengukuran dehidrasi
kebutuhan pekerja yang bekerja dilingkungan berdasarkan warna urin. Selain itu juga
panas. dilakukan wawancara dan observasi untuk
Berdasarkan penelitian terdahulu yang mengetahui jumlah konsumsi air munum
telah di lakukan oleh Sari (2017), Hidayatullah selama 5 jam bekerja, mengetahui penggunaan
(2016), Lestari (2016), Tasyrifah (2017) dan pakaian saat bekerja. Selain itu, data sekunder
Wesseling (2016) terdapat beberapa perbedaan diperoleh dari Kantor Kepala Desa hadipolo
yaitu penelitian terdahulu menggunakan tentang jumlah home industri dan pekerja.
variabel konsumsi air minum, kelelahan kerja, Instrumen penelitian adalah perangkat
iklim kerja, tekanan darah, dan gangguan yang digunakan untuk mengungkap data,
kesehatan. Penelitian ini menambahkan variabel sehingga data dapat dianalisis dan akhirnya
baru yaitu penggunaan pakaian pada saat dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
bekerja di analisis menggunakan analisis data Instrumen penelitian yang digunakan adalah
multivariat dan berlokasi di Desa Hadipolo sebagai berikut: Instrumen penelitian untuk
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Tujuan mengukur tekanan panas menggunakan alat
penelitian untuk menganalisis hubungan Extech HT30 WBGT Meter berdasarkan NAB
tekanan panas, konsumsi cairan dan tekanan panas, instrument pengukuran
penggunaan pakaian saat bekerja dengan tingkat dehidrasi berdasarkan warna urin menggunakan
dehidrasi pada pekerja pandai besi di Desa tabel warna urin, dan instrument untuk
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. mengetahui konsumsi air dan penggunaan
pakaian saat bekerja menggunakan lembar
METODE observasi dan kuesioner. Teknik pengambilan
data yang digunakan dalam penelitian ini
Penelitian ini merupakan penelitian adalah pengukuran, wawancara, dan
analitik observasional dengan pendekatan cross dokumentasi.
sectional. Penelitian difokuskan pada home Analisis data dalam penelitian ini
industri pandai besi yang memiliki pekerja ≥ 5 menggunakan analisis univariat bertujuan untuk
orang. Sampel penelitian diambil menggunakan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
cluster random sampling, yang memiliki ≥ 5 setiap variabel penelitian. Analisis univariat
pekerja ada 27 home industri atau kluster dan digunakan untuk mendeskripsikan tekanan
akan diambil 30 % dari total populasi yaitu panas, konsumsi cairan, penggunaan pakaian

636
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

saat bekerja dan terjadinya tingkat dehidrasi pandai besi Desa Hadipolo terdiri dari 1 lantai,
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan beratap genteng, bagian tembok sebagian
prosentase variabel yang diteliti. Analisis terbuat dari batu-bata dan ada, lantai bagian
bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang bawah sebagaian besar terbuat dari tanah tetapi
diduga mempunyai hubungan atau korelasi ada juga yang menggukan plester. Jam kerja
dengan pengujian statistik. Analisis bivariat pekerja di industri pandai besi Desa Hadipolo
dalam penelitian ini dilakukan untuk rata-rata dimulai pukul 07.00 dan selesai pukul
mengetahui hubungan dua variabel yaitu 15.00.
variabel bebas dan variabel terikat, dalam hal ini Industri pandai besi Desa Hadiopolo
tekanan panas, konsumsi cairan dan masih menggunakan proses pembuatan
penggunaan pakaian saat bekerja yang tradisional yaitu menggunakan tungku api
mempunyai hubungan dengan tingkat dehidrasi. untuk menempa logam. Pada proses menempa
Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini pekerja terpapar panas secara langsung dari
disesuaikan dengan jenis skala datanya. Untuk tungku api yang digunakan untuk menempa
melakukan analisis bivariat ini digunakan sehingga dapat menimbulkan efek kesehatan
program komputer. Uji statistik dalam bagi pekerja.
penelitian ini adalah uji chi square, karena Hasil analisis univariat masing-masing
analisis hubungan pada penelitian ini variable dapat dilihat pada tabel 1. Analisis
menggunakan variabel kategorik dengan Univariat Tekanan Panas, Konsumsi Cairan,
kategorik, H0 ditolak jika p value ≤ α dan H0 Penggunaan Pakaian Kerja dan Tingkat
diterima jika p value > α. Dikatakan ada Dehidrasi.
hubungan apabila p value 0,05. Analisis Berdasarkan penelitian yang telah
multivariat yang digunakan yaitu analisis regresi dilakukan terhadap 9 home industri terdiri dari
logistik multivariat yaitu untuk mengetahui 42 pekerja industri pandai besi Desa Hadipolo,
hubungan antara variabel bebas lebih dari satu Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kududs
dengan satu variabel terikat, dimana pada diperoleh hasil distribusi frekuensi tekanan
variabel terikat merupakan variabel data panas pada 9 home industri yang dapat dilihat
kategorik. Analisis digunakan untuk mengetahui pada tabel 1. Diketahui ada 1 home industri
faktor yang berhubungan dengan tingkat (11,1%) yang memiliki tekanan panas sesuai
dehidrasi secara bersama-sama dan dapat NAB dan 8 home industri (88,9%) yang memiliki
diketahui variabel yang paling berhubungan dan tekanan panas di atas NAB. Pengukuran
berapa besar nilai hubungan yang paling tinggi. tekanan panas pada lingkungan kerja dilakukan
untuk membandingkan nilai tekanan panas
HASIL DAN PEMBAHASAN yang ada di lingkungan kerja dengan standar

Hadipolo merupakan desa di Kecamatan Tabel 1. Analisis Univariat Tekanan Panas,


Jekulo, Kabupaten Kudus, Provinsi jawa Konsumsi Cairan, Penggunaan Pakaian Kerja
Tengah. Secara geografis letak Desa hadipolo dan Tingkat Dehidrasi
berada diantara 110o - 50o BT (Bujur Timur) Tekanan panas F (%)
serta 6o-16o LS (Lintang Selatan). Desa Sesuai NAB 1 11,1
Hadipolo merupakan desa penghasil alat-alat Di atas NAB 8 88,9
< 1 liter 36 85,7
rumah tangga, pertukangan dan pertanian,
≥ 1 liter 6 14,3
dimana didesa Hadipolo terdapat banyak 1-2 hari perminggu 15 35,7
industri pandai besi yang menghasilkan pisau, 3-4 hari perminggu 15 35,7
cangkul, sabit, gergaji, palu, dan lain-lain. Setiap kali bekerja 12 28,6
Industri pandai besi yang berada di Desa Dehidrasi tingkat 10 23,8
Hadipolo ada 195 home industri dengan total ringan
Dehidrasi tingkat berat 32 76,2
pekerja 526 pekerja. Bangunan di home industri

637
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

atau NAB. Pengukuran dilakukan di 3 titik berbagai proses penting dalam dalam tubuh
untuk mendapatkan nilai rata-rata tekanan manusia, seperti pengatur suhu tubuh, zat
panas. Hasil pengukuran tekanan panas di 9 pelarut, pembentuk sel dan cairan tubuh,
home industri dilakukan masing-masing 3 titik pelumas dan bantalan, media eliminasi sisa
pengukuran didapatkan hasil rata-rata 32,29 oC. metabolism (Hastuti, 2015). Konsumsi cairan
Pengukuran tersebut menunjukkan bahwa sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air
tekanan panas melebihi NAB. Berdasarkan memiliki banyak fungsi yang dibutuhkan oleh
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 tubuh sebagai medium transportasi, pengatur
tahun 2018 tentang Keselamatan dan kesehatan suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan tubuh
kerja NAB tekanan panas yaitu 29,0 oC untuk serta sebagai pelarut. Sekitar 80% dari
jenis pekerjaan atau beban kerja dalam kategori kebutuhan individu merupakan kontribusi dari
sedang dengan pengaturan waktu kerja 75% dan cairan termasuk air, dan sisanya diperoleh dari
waktu istirahat 25%. makanan. Kebutuhan cairan setiap individu
Seseorang yang tinggal di lingkungan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia,
yang iklimnya tidak terlalu panas maka tidak jenis kelamin, tingkat aktivitas, faktor
akan mengalami pengeluaran cairan yang lingkungan, dan status gizi (normal, overweight,
ekstrem melalui kulit dan pernafasan. obesitas). Tubuh secara normal akan kehilangan
Sedangkan seseorang yang tinggal di lingkungan air melalui paru-paru ketika menghembuskan
bersuhu tinggi atau di daerah dengan tingkat nafas, melalui keringat, produksi kemih dan saat
kelembapan yang rendah akan lebih sering buang air besar. Kehilangan cairan tersebut
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit harus diganti untuk menjaga agar kondisi dan
(Tamsuri, 2009). Udara yang panas dan lembab fungsi cairan tubuh tidak terganggu (Aprillia,
dapat membuat berkeringat sehingga 2014).
membutuhkan tambahan air. Udara dalam Apabila air yang keluar dari tubuh tidak
ruangan yang panas juga dapat membuat kulit digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang
kehilangan kelembabannya (Gustam, 2012). cukup maka sel-sel tubuh akan kehilangan air,
Apabila tenaga kerja bekerja ditempat kerja kehilangan air inilah yang menyebabkan
yang memiliki tekanan panas melebihi NAB dehidrasi (Tamsuri, 2009). Konsumsi air terdiri
maka dapat mengalami efek tekanan panas. atas air yang diminum dan diperoleh dari
Efek tekanan panas terjadi sebagai akibat dari makanan sebagai hasil metabolisme yang keluar
metabolisme tubuh dalam mempertahankan dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai
panas tubuh tidak berhasil yaitu berupa urine, air di dalam feses, dan air yang
pengeluaran keringat. Kegagalan ini ditandai dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru (Sari,
berupa keluhan subjektif seperti mengeluh rasa 2017). Meminum air sebaiknya jangan terlalu
panas, banyak keringat, selalu haus, perasaan banyak dan jangan terlalu sedikit paling tidak 8
tidak enak dan hilangnya nafsu makan yang gelas per harinya karena setiap fungsi tubuh
disebabkan oleh hilangnya cairan dari tubuh diatur dan tergantung pada air (Vanani, 2008).
oleh penguapan keringat (Kukus, Jumlah konsumsi cairan yang dianjurkan yaitu
2009),(Suma’mur, 2009). Kehilangan air melalui di mana seorang yang bekerja di tempat panas
penguapan bergantung pada suhu serta sebaiknya minum sebanyak 200–300 cc/30
kelembaban lingkungan. Makin tinggi suhu dan menit atau setara dengan 1 gelas kemasan/30
makin rendah kelembaban akan meningkatkan menit (Fajrianti, 2017). Cairan yang hilang
kehilangan air (Santoso, 2011). melalui keringat dan tidak diganti menyebabkan
Distribusi frekuensi konsumsi cairan volume plasma menurun dan terjadi penurunan
pekerja selama 5 jam bekerja diketahui ada 36 kemampuan fisik dan kognitif pekerja (Santoso,
pekerja (85,7%) mengkonsumsi cairan < 1 liter 2011). Pekerjaan di tempat panas harus
dan sebanyak 6 pekerja (14,3%) mengkonsumsi diperhatikan secara khusus kebutuhan air dan
cairan ≥ 1 liter. Air mempunyai fungsi dalam garam sebagai pengganti cairan untuk

638
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

penguapan. Menurut Suma’mur (2009) air cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh.
minum merupakan unsur pendingin tubuh yang Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di
penting dalam lingkungan panas terutama bagi dalam tubuh, maka akan timbul kejadian
tenaga kerja yang terpapar oleh panas yang dehidrasi atau kehilangan air secara berlabihan
tinggi sehingga banyak mengeluarkan keringat. (Tamsuri, 2009). Dehidrasi dapat menyebabkan
Kebiasaan minum air yang baik dapat efek negatif pada tubuh yang berpengaruh pada
mencegah terjadinya dehidrasi tubuh setelah ginjal dan dapat meningkatkan metabolisme
terpapar panas dalam kurun waktu tertentu. tubuh (Ningsih, 2014). Kejadian dehidrasi juga
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara memiliki pengaruh terhadap kemampuan
langsung pada pekerja yang bekerja di kinerja, baik kemampuan secara fisik maupun
lingkungan panas sebagian besar responden kemampuan berpikir. Lebih parah lagi ketika
mengkonsumsi air minum dalam rentang waktu seseorang tidak mengonsumsi cairan yang
di atas 30 menit (Apriyani, 2014). cukup dan mengalami penurunan jumlah cairan
Distribusi frekuensi penggunaan pakaian tubuh sampai 10% akan berdampak pada
saat bekerja diketahui bahwa dari 42 pekerja kematian (Gustam, 2012). Seorang yang bekerja
hanya 12 pekerja (28,6%) yang menggunakan dalam ruangan mengekskresikan 200 mL
pakaian setip kali bekerja. Pakaian yang keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
digunakan pekerja saat bekerja berguna untuk jumlahnya lebih banyak lagi. Selain
melindungi permukaan tubuh dari paparan mengeluarkan air dan panas, keringat juga
panas dan dapat mengurangi panas radiasinya. merupakan sarana untuk mengekskresikan
Pemilihan pakaian untuk bekerja tergantung garam, karbondioksida, dan dua molekul
pada lingkungan tempat bekerja, apabila organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak
lingkungan kerjanya panas maka sebaiknya dan urea. Status hidrasi dipengaruhi oleh
menggunakan pakaian yang tipis dan bahan adanya faktor suhu lingkungan yang tinggi
yang dapat menyerap keringat. Jenis bahan sehingga terjadi peningkatan pengeluaran cairan
pakaian yang dianggap nyaman saat dipakai melalui pernapasan dan keringat yang
adalah katun. Kain katun merupakan salah satu menyebabkan kebutuhan cairan tubuh
jenis pakaian yang memiliki properti meningkat dan kecukupan konsumsi cairan
penyerapan air yang baik, menyerap yang sesuai dengan kebutuhan (Santoso,
kelembaban dari kulit lebih efektif daripada 2011),(Veronica, 2010).
bahan pakaian serat sintetis sehingga dengan Hasil analisis bivariat antara masing-
tingginya kemampuan jenis pakaian ini dalam masing variabel dengan dehidrasi dapat dilihat
menyerap air diharapkan dapat menurunkan pada tabel 2. Pada tabel 2. tersebut dapat
suhu tubuh (Brazaitis, 2010),(Davis, 2013),(Dai, diketahui bahwa variabel bebas yang ber-
2008) . Kondisi lingkungan kerja yang panas hubungan dengan tingkat dehidrasi pada pekerja
dan penggunaan pakaian yang tidak tepat dapat pandai besi yaitu tekanan panas, konsumsi
mempengaruhi tingkat keringat hingga 2,25 cairan dan penggunaan pakaian saat bekerja.
L/jam. Karena pemilihan pakaian yang tidak Hasil penelitian tentang hubungan antara
tepat dapat menghambat terjadinya konveksi tekanan panas dengan tingkat dehidrasi pada 42
antara kulit dengan aliran udara (Kenefick, pekerja, sebanyak 31 (81,6%) pekerja yang
2012). bekerja lingkungan kerja yang mempunyai
Distribusi pekerja berdasarkan tingkat tekanan panas di atas NAB mengalami
dehidrasi yang diukur menggunakan warna urin dehidrasi tingkat berat, 7 pekerja (18,4%)
setelah 5-6 jam bekerja diketahui pekerja dengan mengalami dehidrasi tingkat ringan. Sedangkan
kategori dehidrasi berat sebanyak 32 pekerja pekerja yang bekerja di lingkungan kerja sesuai
(76,2%) dan responden yang memiliki tingkat NAB, 1 pekerja (25,0%) mengalami dehidrasi
dehidrasi dengan kategori ringan sebanyak 10 tingkat berat dan 3 pekerja (75,0%) mengalami
pekerja (23,8%). Dehidrasi adalah kehilangan dehidrasi tingkat ringan. Hasil analisis

639
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

Tabel 2. Analisis bivariat hubungan tekanan panas, konsumsi cairan, penggunaan pakaian saat
bekerja dengan tingkat dehidrasi
Variabel P value
Hubungan tekanan panas dengan tingkat dehidrasi 0,036
Hubungan konsumsi cairan dengan tingkat dehidrasi 0,021
Hubungan penggunaan pakaian saat bekerja dengan tingkat dehidrasi 0,020

diperoleh nilai p value sebesar 0,036. Hal ini bekerja merupakan salah satu faktor yang
menunjukkan ada hubungan tekanan panas menimbulkan keluhan dehidrasi (Fajrin, 2014).
dengan tingkat dehidrasi pada pekerja dengan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
nilai OR 13,286 sehingga dapat disimpulkan dilakukan di industri pada pekerja laki-laki yang
tekanan panas merupakan faktor risiko berada dilingkungan kerja dengan tekanan
terjadinya tingkat dehidrasi pada pekerja. panas melebihi NAB yaitu sebanyak 52 %
Menurut Fajrin (2014) paparan suhu tinggi pekerja mengalami dehidrasi (Andayani, 2013).
dapat menyebabkan hipotalamus merangsang Penelitian lain di Australia pada pekerja
kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat outdoor menunjukkan bahwa 79% pekerja
sebagai bentuk respon dari keadaan lingkungan mengalami dehidrasi. Suhu lingkungan bekerja
sekitarnya, sehingga menyebabkan merupakan salah satu faktor yang menimbulkan
berkurangnya cairan dalam tubuh yang keluhan dehidrasi (Fajrin, 2014). Akibat suhu
menyababkan rasa haus, letih dan dehidrasi. lingkungan tinggi, suhu tubuh akan meningkat
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna (tubuh mendapat pemanasan berlebih) maka
dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi- akan terjadi vasoliditas pembuluh darah dan
fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi akan terjadi pengeluaran keringat yang akan
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan disekresi ke pembuluh kulit (O’Callaghan C. At
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan a Glance., 2009).
vitamin D. Walaupun stratum korneum kedap Hasil penelitian tentang hubungan
air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar konsumsi cairan dengan tingkat dehidrasi
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat menunjukkan 30 pekerja (83,3 %) yang
tiap hari. mengkonsumsi cairan < 1 liter mengalami
Seorang yang bekerja dalam ruangan dehidrasi tingkat berat, sedangkan 6 pekerja
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, (16,7%) mengalami dehidras tingkat ringan.
dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih Pekerja yang mengkonsumsi cairan ≥ 1 liter, 2
banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, pekerja (33,3%) mengalami dehidrasi tingkat
keringat juga merupakan sarana untuk berat dan 4 pekerja (66,7%) mengalami
mengekskresikan garam. Status hidrasi dehidrasi tingkat ringan. Hasil analisis diperoleh
dipengaruhi oleh adanya faktor suhu lingkungan nilai p value sebesar 0,021. Hal ini menunjukkan
yang tinggi sehingga terjadi peningkatan ada hubungan konsumsi cairan dengan tingkat
pengeluaran cairan melalui pernapasan dan dehidrasi pada pekerja dengan nilai OR 0,1
keringat yang menyebabkan kebutuhan cairan sehingga dapat disimpulkan konsumsi cairan
tubuh meningkat dan kecukupan konsumsi merupakan faktor protektif terhadap terjadinya
cairan yang sesuai dengan kebutuhan (Santoso, tingkat dehidrasi pada pekerja. Secara alami
2011),(Veronica, 2010). Hal ini sejalan dengan tubuh berkeringat menurunkan suhunya dan hal
penelitian yang dilakukan di industri pada ini sanagt signifikan dalam mengurangi cairan
pekerja laki-laki yang berada dilingkungan kerja tubuh. Bila cairan tubuh tidak digantikan maka
dengan tekanan panas melebihi NAB yaitu pekerja akan mengalami dehidrasi dan
sebanyak 52 % pekerja mengalami dehidrasi meningkatkan risiko terhadap tekanan panas.
(Andayani, 2013). Penelitian lain di Australia Penting untuk meminum air sebelum, selama
pada pekerja outdoor menunjukkan bahwa 79% dan setelah bekerja di tempat yang panas
pekerja mengalami dehidrasi. Suhu lingkungan (Suma’mur, 2009). Faktor yang mempengaruhi

640
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

konsumsi air kurang diantaranya yaitu mengalami dehidrasi tingkat berat dan 6 pekerja
berkurangnya rasa haus, ketidakinginan untuk (50%) mengalami dehidrasi tingkat ringan. Hasil
sering buang air kecil, ketidaksukaan subjek analisis diperoleh nilai p value sebesar 0,020. Hal
terhadap air putih dan lebih memilih ini menunjukkan ada hubungan penggunaan
mengonsumsi teh atau kopi, komposisi pakaian saat bekerja dengan tingkat dehidrasi
minuman non air putih yang dapat pada pekerja dengan nilai OR 0,154 sehingga
meningkatkan atau menurunkan rasa haus dapat disimpulkan penggunaan pakaian saat
untuk mengkonsumsi air putih, sehingga bekerja merupakan faktor protektif terhadap
berdampak terhadap cukup atau kurangnya terjadinya tingkat dehidrasi pada pekerja.Tidak
pemenuhan cairan tubuh (Aprillia, 2014),(Kant, menggunakan pakaian selama bekerja
2009). dilingkungan panas akan mempercepat proses
Bila kecukupan konsumsi cairan penguapan dari dalam tubuh melalui pernafasan
terpenuhi sesuai kebutuhan dalam lingkungan dan keringat, apabila hal tersebut tidak
panas maka status hidrasi akan baik, sebaliknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup
jika konsumsi cairan kurang karena suhu maka akan menimbulkan dehidrasi. Hasil
lingkungan yang tinggi maka akan berisiko penelitian yang dilakukan pada pekerja di
dehidrasi (Suma’mur, 2009). Hal ini sejalan jepang menunjukkan tekanan panas ditempat
dengan penelitian yang dilakukan pada 53 kerja akan bertambah apabila pekerja
pekerja industri yang terpapar tekanan panas menggunakan pakaian dengan kelembaban dan
dari lingkungan kerja yaitu menunjukan adanya permeabilitas udara yang rendah dan kerja fisik
hubungan konsumsi cairan dengan dehidrasi yang berat. Apabila tidak diimbangi dengan
(Sari, 2017). Penelitian yang dilakukan pada asupan cairan yang cukup maka dapat
pekerja pandai besi menunjukkan hasil ada menimbulkan dehidrasi (Horie, 2013). Hal
hubungan antara konsumsi air minum dengan tersebut dapat diminimalisir dengan cara
keluhan subyektif dehidrasi akibat tekanan pemilihan pakaian yang mudah menyerap
panas (Hidayat, 2016). Kebiasaan minum air keringat dan tidak kencang di tubuh dan
yang tidak dilakukan dalam kurun waktu yang konsumsi cairan yang cukup.
sering tetap memungkinkan terjadinya Hasil analisis multivariat menggunakan
dehidrasi, meskipun jumlahnya cukup. Secara uji regresi logistik multivariat dapat dilihat di
fisiologis, manusia sudah dibekali dengan tabel 3. Diketahui bahwa faktor-faktor yang
respon untuk memasukkan cairan ke dalam mempengaruhi teingkat dehidrasi tingkat
tubuh. Respon haus merupakan refleks yang dehidrasi pekerja industri pandai besi Desa
secara otomatis menjadi perintah kepada tubuh Hadipolo adalah kategori konsumi cairan dan
memasukkan cairan (Indra, 2013). kategori penggunaan pakaian saat bekerja.
Hasil penelitian tentang hubungan Logit (Tingkat Dehidrasi) = 7,563 - 2,744
penggunaan pakaian saat bekerja dengan tingkat konsumsi cairan (1) – 2,241 penggunaan
dehidrasi menunjukkan 26 pekerja (86,7%) yang pakaian (1) Jadi peluang tingkat dehidrasi pada
tidak selalu menggunakan pakaian saat bekerja pekerja pandai besi jika konsumsi cairan “< 1
mengalami dehidrasi tingkat berat sedangkan 4 liter” (kode 1) dan penggunaan pakaian saat
pekerja (13,3%) mengalami dehidrasi tingkat bekerja “tidak selalu” (kode 1) adalah 92,93%.
ringan. Pekerja yang selalu menggunakan Logit (Tingkat Dehidrasi) = 7,563 - 2,744
pakaian saat bekerja sebanyak 6 pekerja (50,0%) konsumsi cairan (2) – 2,241 penggunaan

Tabel 3. Variabel lolos model multivariat


Variabel β P value Exp β
Kategori konsumsi cairan -2,744 0,016 0,064
Kategori penggunaan pakaian saat bekerja -2,241 0,017 0,106
Konstanta 7,563 0,001 1925,277

641
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

pakaian (2) Jadi peluang tingkat dehidrasi pada minum pekerja. Pada pekerja dalam lingkungan
pekerja pandai besi jika konsumsi cairan “≥ 1 panas harus lebih memperhatikan frekuensi
liter” (kode 2) dan penggunaan pakaian saat minum yang lebih sering.
bekerja “selalu” (kode 2) adalah 8,26%. Penelitian yang dilakukan Andayani
Pekerja yang mengkonsumsi cairan < 1 (2013) pada pekerja pabrik menunjukkan bahwa
liter/hari dan tidak selalu menggunakan apabila konsumsi cairan pekerja baik maka
pakaian saat bekerja, maka memiliki status hidrasi akan semakin baik. Penelitian ini
probablitias untuk terkena dehidrasi sebesar mendukung teori kehilangan air sangat banyak
92,93 % dibandingkan dengan pekerja yang dari tubuh dalam bentuk keringat adalah untuk
mengkonsumsi cairan ≥ 1 liter/hari dan selalu tujuan pendinginan dengan cara penguapan. Air
menggunakan pakaian saat bekerja yaitu minum harus disediakan bagi tenaga kerja yang
probabilitas terkena dehidrasi sebesar 8,26 %. bekerja di lingkungan tempat kerja panas,
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa dengan cara seperti itu pekerja didorong untuk
pekerja yang mengkonsumsi cairan < 1 minum dalam jumlah sedikit-sedikit tetapi
liter/hari dan tidak selalu menggunakan sering dilakukan, misalnya satu gelas setiap 20
pakaian saat bekerja memiliki risiko dehidrasi sampai dengan 30 menit. Tenaga kerja yang
11,246 kali. hanya minum bila merasa haus saja tidak akan
Hasil analisis multivariat yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskan. Padahal
dari tiga varibel bebas dengan satu variabel haus merupakan respon bahwa tubuh telah
terikat dapat diketahui bahwa variabel yang kehilangan cairan sebesar 1-2% berat badan
memiliki peran yaitu kategori konsumsi cairan tubuh. Respon tersebut dikendalikan oleh sistem
dan kategori penggunaan pakaian saat bekerja. saraf pusat. Saat terlambat minum, air tubuh
Suhu lingkungan yang tinggi meyebabkan suhu menurun, dan osmolalitas cairan tubuh
tubuh seseorang meningkat dan tubuh meningkat. Ada perbedaan waktu antara tubuh
melakukan adaptasi dengan lingkungan dengan mulai kekurangan air dengan muncul rasa haus.
cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi Haus muncul setelah beberapa menit organ
keringat terjadi secara terus menerus tanpa tubuh utama kekurangan air dan memberi
diimbangi dengan asupan air yang cukup maka sinyal ke hipotalamus. Seharusnya seseorang
dapat menyebabkan dehidrasi (Briawan, 2008). mengonsumsi cairan sebelum merasa haus,
Pekerja yang mengonsumsi cairan dalam tetapi hanya sebagian kecil pekerja yang minum
jumlah cukup atau sesuai dengan kebutuhan sebelum merasa haus (Andita, 2018).
tubuh maka akan memiliki status hidrasi baik, Pakaian adalah salah satu hal yang
sedangkan pekerja yang asupan cairannya tidak mempengaruhi kondisi panas tubuh pada
memenuhi kebutuhan dapat mengalami beraktivitas. Pada iklim panas, pakaian
dehidrasi. berfungsi untuk menjaga tubuh dari paparan
Sebagian besar pekerja di industri pandai sinar matahari atau berbagai dampak lainnya.
besi Desa Hadipolo tidak menyadari bahwa Pakaian bertindak sebagai penghalang yang
status hidrasi mereka sudah tidak normal. Hal menghambat penguapan serta mengurangi
tersebut terjadi karena konsumsi cairan pekerja kehilangan panas tubuh dengan mengurangi
> 1 liter selama 5 jam bekerja. Jumlah konsumsi sirkulasi udara di dekat kulit, sehingga pakaian
cairan yang dikonsumsi pekerja masih kurang yang memiliki kemampuan penguapan yang
bila dibandingkan dengan jumlah yang baik akan menguntungkan pada saat
dianjurkan yaitu di mana seorang yang bekerja beraktivitas. Semakin tinggi permeabilitas uap
di tempat panas sebaiknya minum sebanyak air suatu pakaian maka semakin tinggi pula
200–300 cc/30 menit atau setara dengan 1 gelas kemampuannya dalam menyerap keringat.
kemasan/30 menit (Fajrianti, 2017). Asupan Kondisi ini menguntungkan pada saat bekerja
cairan yang tidak memenuhi kebutuhan cairan karena dengan kemampuan dalam menyerap
tubuh dapat terjadi karena faktor kebiasaan keringat maka dapat menurunkan core dan skin

642
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

temperature dengan cepat. Hal ini sejalan dengan Lingkungan Dengan Produktivitas Kerja.
penelitian yang dilakukan pada responden laki- Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(5): 422–428.
laki yang menggunakan jenis pakaian yang Aprillia, D.D. dan Khomsan, A. 2014. Konsumsi Air
Putih, Status Gizi, dan Status Kesehatan
berbeda pada saat berolahraga di lingkungan
Penghuni Panti Werda di Kabupaten Pacitan.
panas, hasil penelitian menunjukkan adanya
Jurnal Gizi Pangan, 9(3): 167–172.
perbedaan absrobsi keringat pada 2 jenis Apriyani, A. 2014. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap
pakaian (Faradilla, 2018). Dehidrasi Pada Karyawan Unit Workshop
Pakaian yang digunakan oleh orang PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri,
Indonesia saat ini sangat bervariasi tetapi Kebakkramat, Karanganyar. Jurnal Media Gizi
mayoritas menggunakan pakaian yang berbeda Indonesia, 2(9): 1467–1475.
jenis bahan di lingkungan yang sama (Faradilla, Brazaitis, M., Kamandulis, S., Skurvydas, A. 2010.
2018). Kondisi lingkungan, tekanan udara, The Effect Of Two Kinds Of T-Shirts On
Physiological And Psychological Thermal
aktivitas fisik dan suhu permukaan dalam
Responses During Exercise And Recovery.
pakaian adalah penentu perolehan panas atau
Jounal Of Ergonomics, 42(1): 46–51.
kehilangan panas oleh kulit yang tertutup oleh Briawan, C.D. 2008. Studi Kebiasaan Minum dan
pakaian. Pakaian yang dipakai pada pekerja Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua
pandai besi berguna untuk melindungi tubuh Wilayah Ekologi yang Berbeda. Jurnal Pergizi
dari pajanan panas dan radiasi yang dihasilkan Pangan Indonesia, 5(2): 1–5.
oleh tungku pembakaran. Apabila pekerja tidak Dai, X.Q., Imamura, R., Liu, G.L., Zhou, F. 2008.
menggunakan pakaian atau menggunakan Effect Of Moisture Transport On
pakaian dengan bahan yang tidak tepat dan Microclimate Under T-Shirts. European Journal
Of Applied Physiologi, 104(2): 37–40.
ketat maka dapat menimbulkan tingkat keringat
Davis, J. K. and Bhisop, P. A. 2013. Impact Of
yang tak terduga sehingga menimbulkan
Clothing On Exercise In The Heat. Journal Of
kebutuhan cairan yang lebih banyak. Hal Sports Medicine, 43(8): 695–706.
tersebut apabila tidak diimbangi dengan Fajrianti, G., Shaluhiyah, Z., Lestantyo, D. 2017.
konsumsi cairan yang cukup makan dapat Pengendalian Heat Stress Pada Tenaga Kerja
menimbulkan dehidrasi (Kenefick, 2012). di Bagian Furnace PT. X Pangkalpinang
Bangka Belitung. Jurnal Promosi Kesehatan
PENUTUP Indonesia, 12(2): 150–162.
Fajrin, N. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan
Keluhan Kesehatan Akibat Tekanan Panas
Simpulan penelitian ini adalah variabel
pada Pekerja Instalasi Laundry Rumah Sakit
yang paling berperan terhadap tingkat dehidrasi
di Kota Makassar. Journal of Public health, 2(5):
yaitu kategori konsumsi cairan dan penggunaan 1–11.
pakaian saat bekerja. Hal yang perlu di kaji Faradilla, A. dan Putrianto, N.K. 2018. Pengaruh
lebih lanjut untuk peneliti selanjutnya adalah Jenis Bahan Pakaian Terhadap Respon
melakukan observasi konsumsi cairan bukan Fisiologi dan Psikologi Manusia pada Saat
hanya dari minuman saja tetapi juga dari Berolahraga di Lingkungan Panas. Jurnal
makanan dan melakukan observasi terhadap Teknik dan Ilmu komputer, 7(26): 191–200.
bahan pakaian yang digunakan oleh pekerja Gustam. 2012. Faktor Risiko Dehidrasi Pada Remaja dan
Dewasa. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
pada saat bekerja.
Bogor.
Harrianto, R.. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: EGC.
Hasani, Y. 2016. Perbedaan Kebutuhan Air Minum
Andayani, K. dan Dieny, F.F. 2013. Hubungan Dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Terpapar
Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi pada Iklim Kerja Panas Di Bagian Pengecoran
Pekerja Industri Laki-Laki. Journal of Nutrition Logam dan Finishing PT. Aneka Adhilogam
College, 2(4): 622–629. Karya Ceper Klaten. Jurnal Kesehatan
Andita, S., Dina, R. P., Aruben, R. 2018. Hubugan Masyarakat, 1(2): 1-12.
Asupan Energi, Protein, Status Gizi, dan Suhu

643
Sheila M. A., Yuliani S. dan Diki B. P. / Hubungan Tekanan Panas / HIGEIA 2 (4) (2018)

Hastuti, Y.D., Nasution, E., Aritonang, E. 2015. Overweight di SMK Batik 1 Surakarta. Journal
Perilaku Konsumsi Air Minum Pada of Public health, 6(2): 1–13.
Siswa/Siswi SMA Negeri Medan Tahun 2015. O’Callaghan, C. 2009. Sistem Ginjal: Kelainan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2): 1–6. Metabolisme Natrium dan Air, Gagal Ginjal
Hidayat, R.A. 2016. Hubungan Konsumsi Air Kronik: Komplikasi Klinis dan Tata Laksananya.
Minum Dengan Keluhan Subjektif Akibat Jakarta: Erlangga Medical Series.
Tekanan Panas pada Pekerja Pandai Besi Di OSHA. 2011. Preventing Heat Stress in At-Risk
Desa Bantaran Probolinggo. Jurnal Worker. Journal Environment of Care, 14(6): 10-
Keperawatan Muhammadiyah, 1(1): 32–43. 12.
Hidayatullah, A.W. 2016. Perbedaan Tingkat Santoso, B. I. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta:
Dehidrasi, Tekanan Darah, dan Gangguan Centra Communications.
Kesehatan pada Pekerja Terpapar Iklim Kerja Sari, M. P. 2017. Iklim Kerja Panas dan Konsumsi
Panas di Atas dan di Bawah NAB pada Air Minum Saat Kerja Terhadap Dehidrasi.
Bagian Produksi PT. Iskandar Indah Printing Higeia Journal of Public Health Research and
Textile Surakarta. Journal of Public health, 3(2): Development, 1(1): 51–57.
1–15. Sari, N.P. 2014. Pengaruh Iklim Kerja Panas
Horie, S. 2013. Prevention of Musculoskeletal Terhadap Dehidrasi dan Kelelahan Pada
Disorders in the Workplace. Journal of Japan Tenaga Kerja Bagian Boiler di PT. Albasia
Medical Association, 56(3): 186–192. Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang.
Indra., Naiem, M. F., Wahyuni, A. 2013. Journal of Nutrition College, 5(6): 12–20.
Determinan Keluhan Akibat Tekanan Panas Suma’mur, P. K. 2009. Hygiene Perusahaan dan
Pada Pekerja Bagian Dapur Rumah Sakit di Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung
Kota Makassar. Journal of Chemical Information Seto.
and Modeling, 53(9): 1689–1699. Tamsuri, A. 2009. Klien Gangguan Keseimbangan
Kant, A. K., Graubard, B. I., Atchison, E. A. 2009. Cairan dan Elektrolit. 1st edn. Edited by E. A.
Intakes Of Plain Water, Moisture In Foods Mardella. Jakarta: EGC.
And Beverages, And Total Water In The Tasyrifah, G.M. 2017. Perbedaan Tingkat Dehidrasi
Adult US Population-Nutritional, Meal dan Kelelahan Kerja pada Pekerja Terpapar
Pattern, And Body Weight Correlates: Iklim Panas di Bagian Pengepakan dan
National Health And Nutrition Examination Pelintingan di PT. Panen Boyolali. Journal of
Surveys 1999-2006. American Journal of Clinical Public Health, 5(3): 1-14.
Nutrition, 90(3): 655–663. Vanani, N.S. 2008. Gambaran Tekanan Panas dan
Kenefick, R.W., Cheuvront, S.N., Leon, L.R., Keluhan Subyektif pada Pekerja di Bagian Curing
O'brien, K.K. 2012. Dehydration and PT. Multistrada Arah Sarana, TBK. Skripsi.
Rehydration. United State Army Research Jakarta: Universitas Indonesia
Institute of Environmental Medicine, 298(8): 71- Veronica, S. 2010. Hydration. Journal Occupational
86. Hygine, 54(2): 134–136.
Kukus, Y., Supit, W., Lintong, F. 2009. Suhu Tubuh: Wesseling, C. 2016. Heat Stress , Hydration And
Homeostasis Dan Efek Terhadap Kinerja Uric Acid : A Cross-Sectional Study In
Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik, 1(2): 107– Workers Of Three Occupations In A Hotspot
118. Of Mesoamerican Nephropathy In Nicaragua.
Lestari, S. 2016. Perbedaan Tingkat Dehidrasi dan BMJ Open, 10(9): 1-11.
Kelelahan pada Karyawan Terpapar Iklim Wulandari, K., Widjasena, Baju., Ekawati. 2016.
Kerja Melebihi NAB (Stock Yard) dengan Hubungan Beban Kerja Fisik Manual dan
Sesuai NAB (Produksi Jalur 2) di PT. Wijaya Iklim Kerja Terhadap Kelelahan Pekerja
Karya Beton Tbk PPB Majalengka. Journal of Konstruksi Bagian Project Renovasi Workshop
Public health, 7(4): 1–14. Mekanik. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3):
Ningsih, S. W. K. 2014. Perbedaan Kebiasaan 425-435.
Minum dan Status Hidrasi pada Remaja

644

Anda mungkin juga menyukai