Anda di halaman 1dari 5

Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2014, hlm.

187-250

Lyanda Fitriani Chaniarosi


Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh

Korespondensi: lyanda.fcr@gmail.com

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI GURU BIOLOGI SMA KELAS XI IPA PADA KONSEP


SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

ABSTRAK: Penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep
Sistem Reproduksi Manusia” bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya miskonsepsi, mengetahui sub
konsep yang dimiskonsepsikan dan faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi pada guru biologi. Metode
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa tes certainty of respons
index (CRI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru teridentifikasi mengalami miskonsepsi pada 4 sub
konsep yaitu pembentukan gamet (2,98%); ovulasi (7,50%); menstruasi (22,50%); fertilisasi, gestasi,
persalinan, dan laktasi (14,58%). Dari sub konsep tersebut, persentase miskonsepsi tertinggi yang terjadi pada
guru terdapat pada kelompok sub konsep menstruasi. Faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi guru
bersumber dari pemikiran mereka sendiri.

Kata Kunci: Miskonsepsi Guru, Certainty of Respons Index (CRI), dan Sistem Reproduksi Manusia.

IDENTIFICATION OF BIOLOGY TEACHERS’ MISCONCEPTION IN CONCEPT OF


HUMAN REPRODUCTIVE SYSTEM AT SECOND GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL
CLASS XI SCIENCE
ABSTRACT: The Research entitled “Identification Of Biology Teachers’ Misconception In Concept Of
Human Reproductive System At Second Grade Of Senior High School Class XI Science” aims to identify the
existence or non existence of the misconception, to know about the misconcepted sub concept and
misconception main factors of biology teachers. It used descriptive research method. The instrument of this
research was certainty of respons index (CRI) test. The results showed that the teachers have misconception on
4 sub concepts, such as gametes formation (2.98%); ovulation (7.50%); menstruation (22.50%); fertilization,
gestation, child birth, and lactation (14.58%). Based on those sub concepts, the highest percentage of
misconceptions that occurred to teachers was in the group of menstruation sub concept. The main factors of the
misconceptions existence towards teachers come from their own thoughts.

Keywords: Teachers’ Misconseption, Certainty of Respons Index (CRI), Human Reproductive


System.

PENDAHULUAN
Sampai saat ini, perbaikan di bidang pendi- buruk terhadap hasil belajar siswa.
dikan masih terus berlanjut. Usaha ini bertujuan Menurut (Tekkaya et al, 2001; Ekici et al,
agar terwujudnya pendidikan yang berkualitas bagi 2007; Kose, 2008), “Pemahaman konsep yang
suatu bangsa di masa yang akan datang. Pendi- berbeda dengan konsep ilmiah dapat menyebabkan
dikan yang berkualitas akan menghasilkan gene- terjadinya miskonsepsi”. Selain itu, miskonsepsi
rasi yang berkualitas. Generasi berkualitas akan juga dianggap sebagai kesalahan dalam memahami
lahir jika terjadi interaksi yang baik antara siswa suatu konsep. Biasanya ditunjukkan pada saat
dan guru dalam proses pembelajaran. Namun seba- menjelaskan suatu konsep dengan menggunakan
liknya proses pembelajaran yang hanya didominasi bahasa sendiri (Kustiyah, 2007).
oleh guru akan menciptakan situasi yang kurang Guru merupakan salah satu faktor yang me-
menarik bagi siswa. Terlebih lagi, jika materi yang miliki andil terhadap pembentukan miskonsepsi
disampaikan guru memiliki konsep-konsep yang siswa terhadap suatu materi tertentu. Jika guru
bersifat abstrak sehingga akan mempersulit siswa salah dalam memahami dan memberi penjelasan
dalam memahami konsep tersebut. Dengan kondisi mengenai konsep pembelajaran, maka siswa juga
seperti ini, kemungkinan siswa akan mengalami akan menerima konsep yang salah. Hal ini sesuai
perbedaan pemahaman yang tidak sejalan dengan dengan pernyataan Yip (1998) dalam Cibik (2008)
konsep ilmiah dan akan memberikan pengaruh yang menyatakan bahwa, “salah satu alasan terja-

187
188 Chaniarosi

dinya miskonsepsi pada siswa adalah guru yang dari 4 SMA Negeri yang berbeda. Masing-masing
memiliki miskonsepsi terhadap mata pelajaran SMA terdiri dari 2 guru biologi. Instrumen pene-
tersebut”. Dari pernyataan yang telah disampaikan, litian berupa tes certainty of response index (CRI)
diketahui bahwa miskonsepsi dapat terjadi pada yaitu sebanyak 60 soal. Rancangan penelitian ter-
guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu. diri dari 3 tahap yaitu, tahap persiapan, pelaksa-
Miskonsepsi yang muncul secara terus menerus naan, dan tahap analisis.
dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah Tahap Persiapan
dalam diri siswa maupun dalam diri guru itu Pembuatan instrumen penelitian berupa test
sendiri. CRI yaitu soal pilihan ganda dilengkapi dengan
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk nilai CRI.
mengangkat topik tentang sistem reproduksi manu- Tahap Pelaksanaan
sia, yang merupakan salah satu konsep dalam Menentukan jumlah guru biologi kelas XI
bidang ilmu biologi. Sistem reproduksi manusia IPA yang telah mengajarkan konsep sistem repro-
merupakan pendidikan seks ilmiah yang erat duksi manusia pada masing-masing SMA. Mela-
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh kukan test CRI dan selanjutnya menghitung nilai
karena itu, sangat dibutuhkan pemahaman konsep CRI yang diperoleh dari jawaban guru.
yang cukup tinggi dalam mempelajarinya. Sesuai Tahap Analisis Data
dengan hasil wawancara singkat yang dilakukan Hasil test CRI yang diperoleh diklasifikasi-
peneliti sebelum melakukan penelitian kepada kan menjadi 3 kategori yaitu tahu konsep (TK),
beberapa guru biologi kelas XI IPA di SMA Nege- miskonsepsi (M), dan tidak tahu konsep (TTK),
ri kota Banda Aceh, beberapa guru tersebut me- lalu dihitung persentase dari jawaban guru untuk
nyatakan ketidakpahaman mereka terhadap sub masing-masing kategori tersebut. Untuk menda-
konsep tertentu, sehingga menyulitkan mereka da- patkan jumlah rata-rata CRI jawaban benar, dila-
lam mengajarkannya kepada siswa. Dengan keti- kukan dengan cara menjumlahkan keseluruhan
dakpahaman yang dimiliki guru tersebut, sangat nilai CRI guru untuk setiap soal dibagi dengan
berpeluang menimbulkan miskonsepsi bagi guru jumlah guru yang menjawab benar. Untuk menda-
itu sendiri. patkan jumlah rata-rata CRI jawaban salah, dilaku-
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk kan dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai
mengidentifikasi masalah miskonsepsi adalah CRI guru untuk setiap soal dibagi dengan jumlah
dengan menggunakan metode certainty of respon- siswa yang menjawab salah. Kemudian disesuai-
se indeks (CRI). Metode CRI dapat mengeks- kan hasil rata-rata CRI yang diperoleh dengan
plorasi pemahaman sains, tingkat kepercayaan diri Tabel 1.
yang terasosiasi dengan pemahaman tersebut dan
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi (Hasan Tabel 1. Ketentuan Untuk Membedakan Antara
et al (1999) dalam Hakim, Liliasari, & Kadorah- Tahu Konsep, Miskonsepsi dan Tidak
man, 2012). menyatakan bahwa CRI diperoleh Tahu Konsep Pada Responden Secara
dengan menggunakan jawaban guru pada soal-soal Individu.
pilihan ganda. CRI ini menentukan tingkat kepas- Kriteria CRI Rendah CRI Tinggi
tian pada setiap jawaban guru berdasarkan pada jawaban (<2,5) (>2,5)
Benar Tidak tahu konsep Menguasai konsep
suatu skala 0-5. Skala ini dimulai dari jawaban me-
(menebak) dengan baik
nebak sampai guru yakin terhadap jawaban dari Salah Tidak tahu konsep Miskonsepsi
setiap pertanyaan yang diberikan. (menebak)
Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dila- (Hasan et al, 1999)
kukan tindakan lebih lanjut untuk mengetahui
gambaran mengenai miskonsepsi yang terjadi pada Selanjutnya, untuk mengetahui sub konsep
guru biologi terhadap konsep sistem reproduksi yang dimiskonsepsikan oleh guru biologi dapat
manusia. diidentifikasi melalui kesesuaian antara jawaban
guru terhadap masing-masing soal, yang telah
METODE disesuaikan dengan literatur berupa buku teks
Penelitian ini merupakan penelitian deskrip- biologi untuk perkuliahan, seperti buku Biologi
tif karena bertujuan untuk menyelidiki responden Jilid 3 karangan Campbell et al (2004), Anatomi
berdasarkan pemahaman konsep (Nasution, 2012). dan Fisiologi (Scanlon, 2006), At a Glance Sistem
Sampel penelitian dipilih secara cluster random Reproduksi Edisi Kedua (Heffner & Schust, 2008),
sampling, yaitu 8 orang guru biologi kelas XI IPA Fisiologi Kedokteran (Ganong, 2008), Fisiologi
Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia 189

Manusia: dari Sel ke Sistem (Sherwood, 2011), Miskonsepsi terjadi pada empat sub konsep sistem
dan beberapa buku penunjang lainnya yang ber- reproduksi manusia. Perbandingan persentase mis-
kaitan dengan sistem reproduksi manusia. konsepsi yang dialami guru dapat diketahui dari
penjelasan pada masing-masing sub konsep beri-
HASIL DAN PEMBAHASAN kut ini:
Hasil penelitian dari tes CRI menunjukkan Pada sub konsep 1 yaitu struktur dan fungsi
bahwa guru biologi teridentifikasi mengalami organ reproduksi manusia, guru tidak mengalami
miskonsepsi pada konsep sistem reproduksi ma- miskonsepsi.
nusia. Persentase jawaban guru dari ketiga kategori Pada sub konsep 2 yaitu pembentukan ga-
jawaban dapat dilihat pada Tabel 2. met, guru teridentifikasi mengalami miskonsepsi
Berdasarkan Tabel 2, miskonsepsi yang dia- terdapat pada proses oogenesis dan faktor-faktor
lami guru terjadi hampir pada semua sub konsep yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, guru ber-
sistem reproduksi manusia. Persentase miskonsep- pendapat bahwa kelanjutan proses meiosis II akan
si tertinggi terdapat pada kelompok sub konsep berlangsung jika dipengaruhi hormon progesteron.
menstruasi yaitu 22,50%. Selain itu, persentase Pernyataan ini merupakan miskonsepsi karena me-
tertinggi juga terdapat pada kelompok sub konsep nurut Campbell et al (2004) dan Ganong (2008),
yang sama untuk kategori tidak tahu konsep yaitu kelanjutan proses meiosis II akan berlang-sung jika
40,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa guru bio- terjadi penetrasi sel telur oleh sperma (fertilisasi).
logi masih kurang memahami isi materi dari sub Hal ini sesuai dengan pendapat Sherwood
konsep menstruasi. (2011) yang menyatakan bahwa masuknya sperma
Berdasarkan data hasil tes CRI, perbandi- ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu
ngan persentase miskonsepsi guru biologi terhadap pembelahan meiosis kedua. Oosit sekunder yang
enam sub konsep pada konsep sistem reproduksi tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pem-
manusia dapat dilihat pada Gambar 1. belahan final ini. Selama pembelahan ini, separuh
Dari Gambar 1, diketahui bahwa terdapat set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma
perbedaan persentase miskonsepsi antara sub kon- dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh
sep yang dimiskonsepsikan oleh guru biologi. set lainnya (23 kromosom tidak berpasangan) tetap

Tabel 2. Persentase Miskonsepsi, Tahu Konsep, dan Tidak Tahu Konsep pada Guru Biologi.
Persentase
Kelompok Sub konsep Tahu Konsep Miskonsepsi Tidak Tahu Total
(TK) (M) Konsep (TTK)
Struktur dan fungsi organ reproduksi manusia 90,38 - 9,62 100
Pembentukan gamet 82,74 2,98 14,28 100
Ovulasi 55 7,50 37,50 100
Menstruasi 37,50 22,50 40 100
Fertilisasi, gestasi, persalinan dan laktasi 66,67 14,58 18,75 100
Kelainan organ reproduksi 65,62 - 34,38 100

Gambar 1. Perbandingan Persentase Guru Biologi Pada Masing-Masing


Sub Konsep Sistem Reproduksi Manusia
190 Chaniarosi

tertinggal dan disebut sebagai ovum matang. metode kontrasepsi yang tidak memungkinkan ter-
Pada sub konsep 3 yaitu ovulasi, miskon- jadinya kehamilan lagi adalah kondom. Seharus-
sepsi yang dialami guru terjadi pada peran hormon nya jawaban yang tepat adalah tubektomi. Hal ini
yang mendorong terjadinya ovulasi. Sebagai con- sesuai dengan pendapat Siswosuharjo & Chakra-
toh, guru berpendapat bahwa ovulasi dirangsang wati (2010), metode kontrasepsi yang bersifat per-
oleh hormon FSH. Jawaban yang diberikan res- manen bagi perempuan yang yakin tidak ingin pu-
ponden mengalami miskonsepsi karena hormon nya anak adalah tubektomi yaitu prosedur bedah
FSH berfungsi merangsang perkembangan folikel sukarela untuk menghentikan fertilisasi (kesubu-
telur dan sel-sel folikel yang sedang tumbuh ini ran) seseorang perempuan dengan cara mengikat
mensekresikan estrogen (Campbell et al, 2004; dan memotong saluran tuba fallopi sehingga ovum
Scanlon, 2006). Jadi, hormon yang merangsang tidak bertemu dengan sel sperma.
terjadinya ovulasi adalah Luteinizing Hormon Pada sub konsep 6 yaitu tentang kelainan/
(LH). Dengan konsentrasi LH yang tinggi dapat gangguan pada organ reproduksi, guru tidak meng-
meningkatkan tekanan intrafolikel de graaf yang alami miskonsepsi.
mengakibatkan permukaan ovarium tidak sanggup Faktor utama penyebab terjadinya miskon-
menahan tekanan tersebut sehingga terjadi ovulasi sepsi guru dalam penelitian ini, bersumber dari pe-
(Despopoulos & Silbergnagl, 2000; Ganong, 2008; mikiran guru itu sendiri. Artinya, pemikiran ter-
Manuaba et al, 2007). sebut dapat diperoleh dari interpretasi yang dibuat
Contoh miskonsepsi lainnya terdapat pada sendiri pada saat membaca buku teks. Makna dari
hubungan hormon dengan proses ovulasi. Guru suatu konsep yang dipahami guru bisa saja memi-
berpendapat bahwa hubungan estrogen dengan liki ketidaksesuaian terhadap pendapat dari para
proses ovulasi adalah merangsang hipofisis untuk ahli di bidangnya, sehingga akan melahirkan mis-
menghasilkan FSH yang akan menyebabkan foli- konsepsi pada konsep tersebut. Hal ini sangat
kel pecah. Pada konsep yang sebenarnya, hubung- mengkhawatirkan, sebab jika seorang guru memi-
an estrogen dengan proses ovulasi adalah merang- liki kesalahpahaman terhadap suatu konsep, maka
sang hipofisis untuk mensekresikan Luteinizing besar peluang bagi siswa mendapatkan penjelasan
Hormon (LH) dengan konsentrasi tinggi dan ber- konsep yang salah dari guru tersebut. Sesuai per-
sifat mendadak sehingga menyebabkan ovulasi nyataan Woolfolk dan Nicolich (1984) dalam He-
(Despopoulos & Silbergnagl, 2000; Manuaba et al, windati dan Suryanto (2004), yang menyatakan
2007). bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas
Pada sub konsep 4 yaitu tentang menstruasi, penjelasan dan pengetahuan guru dengan penca-
guru mengalami miskonsepsi pada sub konsep paian belajar murid. Kurangnya pengetahuan guru
menstruasi. Sebagai contoh, guru memberikan per- akan menyebabkan tidak jelas-nya penyajian pela-
nyataan bahwa menopause terjadi karena ovarium jaran yang dapat menimbulkan miskonsepsi.
tidak menghasilkan sel telur akibat hormon pro- Selain itu, faktor penyebab miskonsepsi pada
gesteron menurun. Padahal, pada konsep yang se- guru dalam penelitian ini juga bersumber dari buku
benarnya menopause terjadi karena berhentinya teks. Guru cenderung menggunakan beberapa ma-
ovulasi akibat folikel kurang responsif terhadap cam buku teks tingkat SMA sebagai sumber infor-
FSH dan LH (Ganong, 2008). masi terhadap konsep yang diajarkan kepada sis-
Pada sub konsep 5 yaitu tentang fertilisasi, wa. (Odom, 1993 dalam Kustiyah, 2007) menyata-
gestasi, persalinan dan laktasi. Contoh miskonsepsi kan bahwa, buku teks yang dijadikan satu-satunya
yang dialami guru yaitu, penggunaan urin untuk uji sumber informasi bagi guru akan mendorong terja-
kehamilan dikarenakan di dalam urin ibu hamil dinya miskonsepsi pada guru.
muda terdapat hormon Luteinizing Hormon (LH). Miskonsepsi yang bersumber dari buku teks
Sedangkan konsep yang sebenarnya adalah terda- ini sangat berbahaya, karena selain guru salah da-
patnya hormon Human Chorionic Gonado-trophin lam memahami konsep, maka peserta didik juga
(HCG) di dalam urin ibu hamil. Keberadaan HCG akan mengalami miskonsepsi yang sama. Sesuai
dalam urin pada awal kehamilan merupakan dasar dengan pernyataan Adisendjaja dan Romlah
bagi berbagai uji laboratorium untuk kehamilan. (2007), jika guru hanya menggunakan buku sum-
Hormon ini dapat terdeteksi 14 hari setelah kon- ber yang mengandung kesalahan dan miskonsepsi,
sepsi (Baety, 2011; Bloom & Fawcett, 2002; Ga- maka tak mengherankan jika dikatakan bahwa ke-
nong, 2008). adaan miskonsepsi pada siswa dapat dilipatgan-
Selain itu, guru juga mengalami miskonsepsi dakan oleh buku teks, karena buku teks merupakan
pada metode kontrasepsi. Guru berpendapat bahwa sumber informasi utama bagi guru.
Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia 191

Sebaiknya guru menggunakan beberapa bu- sub konsep yaitu pembentukan gamet; ovulasi;
ku pegangan lainnya yang memiliki penyajian menstruasi; fertilisasi, gestasi, persalinan, dan
konsep lebih rinci dan jelas dibandingkan buku laktasi. Sub konsep yang paling tinggi persentase
tingkat SMA, seperti buku untuk perkuliahan. Hal miskonsepsinya terdapat pada sub konsep mens-
ini bertujuan agar guru memiliki penguasaan dan truasi. Faktor utama penyebab terjadinya miskon-
pemahaman konsep lebih baik, sehingga guru da- sepsi pada guru bersumber dari hasil pemikiran
pat lebih mudah dalam menentukan buku bacaan guru itu sendiri dan buku teks.
SMA yang akan dijadikan bahan ajar di sekolah. Diharapkan penelitian tentang miskonsepsi
pada konsep yang berbeda dapat dilanjutkan se-
SIMPULAN hingga kualitas pendidikan akan menjadi lebih ba-
Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru ik di masa yang akan datang.
teridentifikasi mengalami miskonsepsi. Miskon-
sepsi yang dialami guru biologi terjadi pada empat

DAFTAR RUJUKAN
Adisendjaja, Y.H., & Romlah, O. 2007. Identifika- Hewindawati, Y., & Suryanto, A. 2004. Pemaha-
si kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks man Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep
Biologi SMAN. Universitas Pendidikan In- IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis ada-
donesia. Tersedia pada http://sakola.net/con- nya Miskonsepsi. Jurnal Pendidikan, vol. 5
tent/document/658. Diakses tanggal 10 Jan- No.1: 61-72.
uari 2013. Kose, S. 2008. Diagnosing Student Misconcep-
Baety, A. N. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan tions : Using Drawing as a Research Method.
dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. World Applied Sciences Journal, ISSN 1818-
Bloom & Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Ja- 4952, Vol. 3 (2), pp. 283-293.
karta: EGC. Kustiyah. 2007. Miskonsepsi Difusi dan Osmosis
Campbell, N. A., Jane, B. R., & Lawrence, G. M. pada Siswa MAN Model Palangkaraya. Jur-
2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: nal Ilmiah Guru Kanderang Tingang, 5: 24-
Erlangga. 37.
Cibik, A. S., & Diken, E. H. 2008. The Effect of Manuaba, I.B.G, Candranita, I. A, & Fajar, I. B.
Group Works and Demonstrative Experi- 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
ments Based on Conceptual Change Appro- EGC.
ach: Photosynthesis and Respiration. Asia- Nasution, L.O. 2012. Analisis Miskonsepsi Siswa,
Pacific Forum on Science Learning and Guru, dan Buku Biologi Kelas XI Pada
Teaching, Volume 9, Issue 2, Article 2, p.1. Materi Sistem Respirasi dan Sistem Eksresi
Despopoulus, A., & Silbernagl, S. 2000. Atlas Ber- di SMA se-Mandailinggodang Kabupaten
warna dan Teks Fisiologi. Jakarta: Hipokra- Mandailing Natal. Tersedia pada http://digi-
tes. lib.unimed.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Ja-
Ekici, F., Ekici, E., & Aydin, F. 2007. Utility of nuari 2013.
Concept Cartoons in Diagnosing and Over- Scanlon, V. C. 2006. Anatomi dan Fisiologi. Jakar-
coming Misconception Related to Photo- ta: EGC.
synthesis. International Journal of Environ- Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke
mental & Science Education, 2 (4): 111-124. Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakar- Siswosuharjo, S., & Chakrawati, F. 2010. Panduan
ta: EGC. Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Pene-
Hakim, A., Liliasari & Asep, K. 2012. Student bar Plus+
Concept Understanding of Natural Products Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pe-
Chemistry in Primary and Secondary Meta- mula. Jakarta: EGC.
bolites Using the Data Collecting Technique Tekkaya, C., Özkan, Ş., & Aşcı, Z. 2001. Students'
of Modified CRI. International Online Jour- Misconceptions About Respiration: across-
nal of Educational Sciences, ISSN: 1309- age study. Eğitim ve Bilim 120 (26),29-36.
2707, 4 (3), 544-553.
Heffner, L. J., & Schust, D. J. 2008. At a Glance
Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta: Er-
langga.

Anda mungkin juga menyukai