Disusun Oleh:
Kelompok Kota 2
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan.................................................................................................. 2
1.2.2 Sasaran................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................... 13
ii
2.3.4 REVIEW ANALISIS ......................................................................... 59
BAB III.............................................................................................................. 83
BAB IV ............................................................................................................. 91
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rencana Kerja Kelompok BWK I Kota Magelang Selama Satu
Semester ............................................................................................................ 91
Tabel 4.2 Rencana Penyusunan Laporan Pendahuluan Kelompok ...................... 95
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Analisis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi (PZ) .......................................................................................................... 4
Gambar 1.2 Peta Administrasi BWK 1 Kota Magelang ........................................ 7
Gambar 1.3 Peta Konsep Sub Bagian Wilayah Perkotaan BWK 1 Kota Magelang8
Gambar 1.4 Peta Konsep Pembagian Blok BWK 1 Kota Magelang ...................... 9
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Area BWK I terdiri dari 7 kelurahan yang meliputi seluruh wilayah Kelurahan
Panjang, sebagian Kelurahan Magersari, sebagian Kelurahan Rejowinangun
Utara, sebagian Kelurahan Kemirirejo, sebagian Kelurahan Cacaban, sebagian
Kelurahan Magelang dan sebagian Kelurahan Rejowinangun Selatan. Menurut
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Kota Magelang, Bagian Wilayah Kota
Magelang yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi berada di BWK I dengan
rata-rata kepadatan pada masing-masing kelurahannya 98-200 jiwa/ha. Dengan
tingkat kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya
meningkat, mengakibatkan kebutuhan terhadap lahan permukiman dan kebutuhan
terhadap sarana dan prasarana akan semakin meningkat pula. Kebutuhan terhadap
lahan permukiman yang semakin meningkat pada bagian wilayah kota ini
mengakibatkan alih fungsi lahan yang disertai dengan menurunya luasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan kondisi sanitasi yang semakin memburuk karena air
limbah yang dihasilkan semakin banyak sedangkan lahan yang tersedia semakin
terbatas khususnya yang berada di Kelurahan Panjang, Kota Magelang. Maka,
diperlukan penanganan secara terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan, agar
penyediaan sarana dan prasarana di BWK I Kota Magelang dapat mendukung
berbagai aktivitas masyarakatnya, baik aktivitas ekonomi, sosial, maupun
budayanya pada masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karenanya, perlu ada
sebuah panduan penanganan kawasan berupa RDTR dan Peraturan Zonasi untuk
mengoptimalkan potensi-potensi yang bersifat kedaerahan tersebut dengan
meminimalisasi dampak dari permasalahan-permasalahan yang ada.
1.2.2 Sasaran
Sasaran dan kegiatan Penyususnan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kota Magelang antara lain :
2
1. Tersusunnya tujuan penataan di BWK 1 Kota Magelang
2. Tersusunnya rencana struktur ruang di Kota Magelang
3. Tersusunnya sinya rencana pola ruang di Kota Magelang
4. Tersusunnya penetapan Sub BWP yang di prioritaskan penanganannya
5. Tersusunnya ketentuan pemanfaatan ruang di BWK 1 Kota Magelang
6. Tersusunnya peraturan zonasi di BWK 1 Kota Magelang
3
1.3 KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 1.1 Kerangka Analisis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ)
4
1.4 RUANG LINGKUP
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah di Bagian Wilayah Kota I Kota Magelang
yang terletak di Kota Magelang, provinsi Jawa Tengah dengan luas kurang lebih 255 Ha.
Bagian Wilayah Kota I Kota Magelang terdiri dari seluruh Kelurahan Panjang, sebagian
Kelurahan Kemirirejo, sebagian Kelurahan Cacaban, seluruh Kelurahan Rejowinangun
Selatan, sebagian Kelurahan Magersari, sebagian Kelurahan Rejowinangun Utara dan
sebagian Kelurahan Magelang. Secara administrasi Bagian Wilayah Kota (BWK 1) Kota
Magelang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Magelang Utara
Sebelah Selatan : Kelurahan Tidar Selatan, Kelurahan Tidar Utara
Sebelah Barat : Kelurahan Cacaban
Sebelah Timur : Kelurahan Rejowangun Utara
Persentase Luas
No Kelurahan Luas SHP Luas BPS (Ha)
(%)
Sebagian Kelurahan 28,72 82,6 34,22
1
Cacaban
Sebagian Kelurahan 66,28 88 75,32
2
Kemirirejo
Sebagian Kelurahan 29,55 99,3 29.75
3
Rejowinangun Utara
Sebagian Kelurahan 36,85 43,3 85,10
4
Rejowinangun Selatan
Sebagian Kelurahan 25,91 124,6 20,79
5
Magelang
Sebagian Kelurahan 36,80 137,7 26,72
6
Magersari
7 Kelurahan Panjang 34,5 34,5 100
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
Konsep pengembangan BWP didasari oleh adanya pusat dan skala kegiatan pada
masing-masing desa. Pembagian BWP berkaitan dengan pendalaman yang lebih terinci
mengenai karakteristik desa. Sub BWP adalah bagian dari BWP dengan pertimbangan
beberapa desa di BWK 1 Kota Magelang, sedangkan blok merupakan bagian dari Sub
BWP dengan pertimbangan didasarkan kepada batasan fungsional dan fisik kawasan
seperti jalan, sungai, bangunan. Masing-masing blok diberi nama melalui sistem “kode”.
5
Adapun hasil pembagian blok pada masing-masing SBWP dan BWP yaitu pada gambar
dan tabel dibawah ini.
6
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
Gambar 1.2 Peta Administrasi BWK 1 Kota Magelang
7
Sumber :Hasil Digitasi, 2019
Gambar 1.3 Peta Konsep Sub Bagian Wilayah Perkotaan BWK 1 Kota Magelang
8
Sumber :Hasil Digitasi, 2019
Gambar 1.4 Peta Konsep Pembagian Blok BWK 1 Kota Magelang
9
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi pada penelitian ini terbagi menjadi salah satu acuan dalam
melakukan analisis, dimana ruang lingkup substansi ini menjadi batasan untuk
pembahasan dalam laporan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dan PZ (Peraturan
Zonasi) BWK 1 Kota Magelang. Berikut merupakan ruang lingkup substansi untuk
laporan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dan Peraturan Zonasi BWK 1 Kota
Magelang:
1. Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten/Kota dan merupakan alasan disusunnya RDTR yang
apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian, substansi ini
melingkupi penentuaan tema yang akan direncanakan di BWP yang
didasarkan pada arahan pencapaian RTRW, isu strategis dan karakteristik
BWP.
2. Rencana Struktur ruang yaitu terdiri dari Pembentuk sistem pusat pelayanan,
di dalam BWP, dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan
prasarana dan utilitas dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya dan
dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral. Substansi ini dirumuskan berdasarkan rencana
struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam RTRW,
Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP; dan Ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
3. Rencana Pola Ruang yaitu merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang
akan diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya terdiri dari zona lindung
dan zona budi daya. Masing – masing zona di bagi kedalam beberapa kategori
zona.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya yaitu dengan
menentukan lokasi dan tema penanganan pada sub BWP yang telah ditentukan
berdasarkan analisis yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan
penataan BWP, nilai penting Sub BWP, kondisi ekonomi sosial budaya dan
lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta ketentuan
peraturan perundang – undangan terkait.
10
5. Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam
bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan. Program dalam
ketentuan pemanfaatan ruang meliputi program pemanfaatan ruang prioritas
yaitu program perwujudan rencana struktur ruang, perwujudan pola ruang
BWP, perwujudan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,
dan program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim. Selain itu ada
penentuan lokasi, besaran dan biaya, sumber pendanaan, instansi pelaksana,
waktu dan tahapan pelaksanaan
6. Muatan Peraturan Zonasi meliputi aturan dasar (materi wajib) dan teknik
pengaturan zonasi. Aturan dasar yaitu Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan
Lahan, Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang, Ketentuan Tata Bangunan,
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal, Ketentuan Khusus, Standar Teknis
dan Ketentuan Pelaksanaan. Teknik Pengaturan Zonasi dapat berupa transfer
development right, bonus zoning; dan conditional uses.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
landasan hukum, ruang lingkup pekerjaan dan sistematika pembahasan
laporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN, ISU STRATEGIS DAN GAMBARAN
UMUM
Pada bab ini Membahas mengenai tinjauan kebijakan, isu strategis dan
gambaran umum yang ada di kota magelang khususnya wilayah BWP I
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai metode pengumpulan data apa yang
digunakan dan juga metode analisis apa yang akan digunakan.
BAB IV RENCANA KERJA
Pada bab ini akan dibahas mengenai jangka waktu untuk menyusun
11
laporan RDTR Dan PZ dalam waktu satu semester ini.
12
BAB II
13
4. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan letusan gunung berapi berada di kawasan Gunung Merapi
dan Kawasan Gunung Slamet
5. Kawasan lindung lainnya
Sebaran kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan
6. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian lahan basah seluas 990.652 hektar diarahkan dan
ditetapkan untuk diper-tahankan sebagai kawasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan terletak di Kota Magelang
Kawasan pertanian lahan kering seluas 955.587 hektar Kota Magelang
7. Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil Kota Magelang
Peternakan unggas sebagaimana Kota Magelang
8. Kawasan Peruntukan Perikanan
Lahan perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan
perikanan budidaya air laut Kota Magelang.
Pengembangan jalan arteri primer dan arteri sekunder meliputi ruas jalan arteri
primer antara Semarang (PKN)–Magelang (PKW)–Yogyakarta (PKN) yaitu,
Jalan Jenderal Ahmad Yani–Jalan Urip Sumoharjo–Jalan Sukarno–Hatta,
14
Penurunan sistem arteri primer yaitu jalur pergerakan yang menghubungkan
Semarang (PKN)–Magelang (PKW)–Yogyakarta (PKN) menjadi ruas jalan
arteri sekunder, meliputi Jalan Jenderal Ahmad Yani–Jalan Pemuda–Jalan
Jenderal Sudirman dan Jalan Sudirman– Jalan Ikhlas–Jalan Tidar–Jalan
Tentara Pelajar–Jalan Yos Sudarso– Jalan Pahlawan– Jalan Jenderal Ahmad
Yani.
Pengembangan ruas jalan lingkar timur sebagai arteri primer yang melewati
rute di wilayah Kabupaten Magelang, dan terintegrasi dengan jaringan jalan
regional, Provinsi, dan nasional.
2. Telekomunikasi
Rencana pengembangan jaringan layanan internet sebagai prasarana
informatika pada pusat pelayanan jasa administrasi pemerintahan, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, dan ruang terbuka publik di pusat pelayanan
wilayah Daerah;
Pengembangan area bersinyal (hotspot) internet pada RTNH dan RTH Publik
antara lain meliputi Alun-alun, Mudalrejo, Gedung Olahraga (GOR) Samapta,
Sidotopo, dan Taman Badan.
Kawasan rawan bencana alam seperti kawasan rawan tanah longsor; tingkat
kerawanan rendah dengan kontur antara 20% (dua puluh persen) sampai
dengan 40% (empat puluh persen) meliputi Kawasan Cacaban, Kawasan
Rejowinangun Utara.
15
Kawasan peruntukan peribadatan dilaksanakan berdasarkan arahan
penyebaran sarana dan kualitas peribadatan diarahkan secara berhierarki dan
merata di seluruh wilayah Daerah.
16
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2019
Gambar 2.1 Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang
17
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2019
Gambar 2.2 Peta Struktur Ruang Kota Magelang
18
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2019
Gambar 2.3 Peta Rencana Kawasan Strategis Kota Magelang
19
2.2 IDENTIFIKASI ISU
Identifikasi isu merupakan isu-isu yang muncul berdasarkan hasil dari
analisis yang telah dilakukan sebelumnya, adapun isu-isu yang ada di BWK I
Kota Magelang adalah sebagai berikut.
B. Isu Bencana
• Kelurahan Panjang memiliki potensi bencana longsor yang tinggi;
• Kelurahan Panjang dan Kelurahan Rejowinangun Selatan memiliki potensi
bencana kebakaran yang tinggi (kepadatan bangunan, bahan bangunan, lebar
jalan, ketersediaan hidran).
C. Isu Lingkungan
• Masih terdapat permukiman di Kelurahan Rejowinangun Utara yang
membuang limbah cari langsung ke sungai;
• Kelurahan Panjang masih memiliki kondisi sanitasi yang kurang memadai
karena merembesnya air limbah domestik yang menyebabkan air tanah
tercemar.
20
rumah adalah sebanyak 6.860 unit sedangkan jumlah eksisting saat ini
terdapat 11.039 unit rumah.
G. Isu Ekonomi
• BWK I Kota Magelang merupakan kawasan pusat-pusat kegiatan
perekonomian dengan skala pelayanan regional;
• Tingkat kesejahteraan masyarkat yang menurun.
21
Sebelah Timur : Kelurahan Gelangan dan Kelurahan Rejowinangun Utara
(RW 15,16,17 dan 19).
Bagian Wilayah Kota I Kota Magelang dibagi menjadi Sub Bagian Wilayah
Perencanaan, yang dirinci kembali menjadi wilayah terkecil yaitu blok
pemanfaatan ruang. Aspek yang dihasilkan dari analisis ini adalah deliniasi blok
dan alokasi lahan. Parameter yang dipertimbangkan dalam pembagian blok antara
lain:
a. Homogenitas, kesamaan fungsi dan dominasi kegiatan tertentu, dimana
pengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut dalam satu wilayah akan lebih
menguntungkan baik dari tinjauan efisiensi dan efektifitas pemagaran sarana
dan prasarana pelayanan, interaksi antar kegiatan sejenis maupun pengendalian
terhadap kegiatan yang dikembangkan pada blok dan sub blok tersebut (Aspek
Zoning Regulasi);
b. Kemudahan dalam pengendalian dan pengelolaan masing-masing wilayah
fungsional (zoning regulasi);
c. Pertimbangan batas fisik yang jelas seperti jalan, sungai dan lain-lain ataupun
pertimbangan batas administrasi;
d. Batasan kemampuan jangkauan pelayanan (radius pelayanan) fasilitas sosial-
ekonomi skala blok-sub blok;
e. Kesamaan fungsi dan citra kawasan yang saling mendukung.
Berdasarkan parameter diatas, pembagian sub wilayah BWK I Kota Magelang
dapat dilihat dalam tabel berikut;
Tabel 2.1 Wilayah Administrasi BWK I Kota Magelang
Luas
No Kelurahan RW
(Ha)
RW-01 1,4207
RW-02 3,9221
RW-03 0,5860
RW-04 5,3435
RW-05 1,8584
Magersari
1 RW-06 4,2667
RW-07 4,1752
RW-09 6,2609
RW-10 2,0015
RW-13 1,6873
Jumlah 31,5222
22
Luas
No Kelurahan RW
(Ha)
RW-01 16,9490
RW-02 4,8509
RW-03 4,7905
RW-04 9,6316
Kemirirejo
2 RW-05 9,1163
RW-06 5,7996
RW-08 4,1192
RW-09 3,5928
Jumlah 58,8499
RW-01 2,2339
RW-02 1,5732
RW-03 3,6966
RW-04 4,7339
RW-05 2,9842
RW-06 3,3815
RW-07 1,6294
Rejowinangun
RW-08 1,1403
3 Utara
RW-09 0,6392
RW-10 2,0025
RW-11 1,3109
RW-12 1,2487
RW-13 0,8566
RW-14 1,7791
RW-18 8,5160
Jumlah 37,7262
RW-01 3,3848
RW-02 8,1880
Cacaban RW-03 2,1017
4
RW-04 3,5659
RW-05 4,1113
Jumlah 21,3518
RW-01 4,1747
RW-02 2,3090
RW-03 3,8985
RW-04 6,5203
Panjang
5 RW-05 6,6089
RW-06 5,1955
RW-07 3,9267
RW-08 2,8666
Jumlah 35,5000
RW-01 1,7609
RW-02 2,5931
Rejowinangun
6 RW-03 1,1978
Selatan
RW-04 3,0102
RW-05 3,8791
23
Luas
No Kelurahan RW
(Ha)
RW-06 2,0114
RW-07 4,4835
RW-08 2,1323
RW-09 2,7440
RW-10 2,3326
RW-11 1,9496
RW-12 0,9846
RW-13 1,4435
RW-14 1,6283
RW-15 5,1359
Jumlah 37,2868
7 Magelang RW-09 23,7397
Total 245,9767
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa total luas
wilayah di BWK I Kota Magelang sebesar 245,97 Ha dengan luasan terbesar yaitu
Kelurahan Kemirirejo sebesar 58,84 Ha dan luasan terkecil berada pada
Kelurahan Cacaban sebesar 21,35 Ha.
24
Sumber: Hasil Pengolahan GIS. 2019
Gambar 2.4 Peta Administrasi BWK I Kota Magelang
25
2.3.1.2 Topografi
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat
mengetahui potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah.
Kondisi topografi erat kaitannya dengan ketinggian dan kemiringan lereng lahan.
Secara topografis Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang terdiri dari tiga
kelerengan tanah diantaranya yang memiliki kemiringan 15%. 15-25% dan 25-
40%. Dengan demikian topografi BWK I Kota Magelang menunjukkan adanya
berbagai kemiringan dan tonjolan. Berikut merupakan tabel luas kelerengan
kelurahan yang berada di BWK I Kota Magelang:
Tabel 2.2 Luas Kelerengan Berdasarkan Kelurahan di BWK I Kota
Magelang
Berdasarkan data pada tabel tersebut. kondisi lereng BWK I Kota Magelang
dibagi menjadi 3 jenis kelerengan yaitu:
1. Lereng I (2-15%) memiliki luas sebesar 231,070 Ha yang meliputi Kelurahan
Kemirirejo. Cacaban. Magersari, Magelang, Rejowinangun Selatan,
Rejowinangun Utara dan Kelurahan Panjang.
2. Lereng II (15-25%) memiliki luas sebesar meliputi 12,574 Ha yang meliputi
Kelurahan Cacaban, Kemirirejo dan Kelurahan Rejowinangun Utara.
26
3. Lereng III ( 25-40%) memiliki luas sebesar 0,701 Ha meliputi Kelurahan
Magersari, Panjang dan Kelurahan Rejowinangun Utara.
27
Sumber: Hasil Pengolahan GIS. 2019
Gambar 2.5 Peta Topografi BWK I Kota Magelang
28
2.3.1.3 Morfologi
Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang memiliki satu kondisi
morfologi. yaitu morfologi datar/daratan. Berikut merupakan persebaran kondisi
morfologi yang berada di BWK I Kota Magelang:
Tabel 2.3 Kondisi Morfologi Berdasarkan Kelurahan di BWK I Kota
Magelang
Sebagian Kelurahan
Datar/Dataran 37,695
Rejowinangun Utara
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
Berdasarkan data pada tabel tersebut. dapat disimpulkan bahwa seluruh
kelurahan yang berada di BWK I Kota Magelang memiliki kondisi morfologi
datar/daratan.
29
Sumber: Hasil Pengolahan GIS. 2019
Gambar 2.6 Peta Morfologi BWK I Kota Magelang
30
2.3.1.4 Hidrologi
Sumber air di Kota Magelang khususnya Bagian Wilayah Kota (BWK I)
Kota Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air
permukaan berasal dari mata air dan air hujan. Potensi air hujan perlu dilestarikan
dengan membuat sumur resapan. Sedangkan potensi air tanahnya juga tergantung
pada pelestarian pemanfaatan air permukaan yaitu air hujan. Bagian Wilayah
(BWK I) Kota Magelang dilewati oleh beberapa perairan diantaranya Saluran
Poncol, Saluran CP, Kali Kota, Kali Gandekan dan Kali Manggis.
Air tanah di Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang kurang
menguntungkan jika dikembangkan mengingat air tanah yang ada mayoritas
cukup dalam dengan aquifer yang dangkal, sehingga sulit untuk dikembangkan
(dipompa). Untuk kebutuhan air bersih sampai saat ini bergantung pada sumber-
sumber air yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari wilayah Kabupaten
Magelang.
Tabel 2.4 Kedalaman Air Tanah BWK I Kota Magelang
31
No Kelurahan RW Kedalaman Air Tanah Luas (Ha)
MGS-02
MGS-02
MGS-03
MGS-04
MGS-04
MGS-04
MGS-04
MGS-05
MGS-06
MGS-07
MGS-09
MGS-09
MGS-10
MGS-13
MGS-09 Kedalaman 15-20m 0,1970894
MGS-09
MGS-04
MGS-07 Kedalaman >20m 0,4168123
PJG-05 Kedalaman 5-10m 0,345276
PJG-04 Kedalaman 10-15m 0,611403
PJG-01
PJG-02
PJG-03
PJG-04
PJG-05
PJG-06
PJG-07
5 Panjang PJG-08 Kedalaman 15-20m 34,686009
RWS-05 Kedalaman >20m
RWS-08 Kedalaman >20m 0,2077278
RWS-07 Kedalaman >20m
RWS-01 Kedalaman 10-15m 0,1986254
RWS-15 Kedalaman 10-15m
RWS-01
RWS-02
RWS-05
RWS-07
RWS-09
RWS-14
Rejowinangun
6 RWS-15
Selatan
RWS-13
RWS-10
Kedalaman 15-20m 32,641799
RWS-11
RWS-12
RWS-03
RWS-14
RWS-13
RWS-06
RWS-07
RWS-15
RWS-06
7 Rejowinangun Utara RWU-02 Kedalaman 10-15m 0,0692296
RWU-01
32
No Kelurahan RW Kedalaman Air Tanah Luas (Ha)
RWU-01
RWU-02
RWU-03
RWU-04
RWU-05
RWU-06
RWU-07
RWU-08 Kedalaman 15-20m 37,503029
RWU-09
RWU-10
RWU-11
RWU-12
RWU-13
RWU-14
RWU-18
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2019
33
Sumber: Hasil Pengolahan GIS. 2019
Gambar 2.7 Peta Hidrologi BWK I Kota Magelang
34
2.3.1.5 Curah Hujan
Kota Magelang mempunyai temperatur maksimum 32 C dan terendah 20 C,
dengan kelembaban sekitar 88,8% dengan kondisi yang demikian maka Kota
Magelang termasuk wilayah beriklim sejuk. Berdasarkan data ikim diketahui rata-
rata curah hujan bulanan di kawasan berkisar antaara 234 mm dan termasuk dalm
kategori Bulan Basah (>200 mm per bulan) sepanjang tahun. Rata-rata curh hujan
harian (7,10 mm) memungkinkan ketersediaan air untuk tanaman tercukupi.
35
Sumber: Hasil Pengolahan GIS. 2019
Gambar 2.8 Peta Jenis Tanah BWK I Kota Magelang
36
2.3.1.7 Kawasan Rawasn Bencana
Kawasan rawan bencana merupakan daerah yang memiliki risiko tinggi
terhadap ancaman akan terjadinya bencana baik akibat dari kondisi geografis,
geologi dan demografis di wilayah tersebut maupun karena ulah manusia.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daera (RPJMD) Kota
Magelang Tahun 2016-2021 daerah rawan bencana di BWK I merupakan zona
rawan bencana alam berupa zona rawan bencana tanah longsor dan rawan
bencana kebakaran.
37
Sumber: Hasil Analisis,2019
Gambar 2.9 Peta Kemiringan Lereng BWK I Kota Magelang
38
B. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran
Dapat diketahui bahwa BWK I Kota Magelang merupakan kawasan yang
padat penduduk dan padat bangunan dibeberapa kelurahan. Sehingga rentan akan
terjadinya kebakaran. Dimana terdapat beberapa kelurahan yang memilki
kepadatan bangunan yang beresiko terjadi kebakaran yaitu di Kelurahan Panjang,
Rejowinangun Utara, dan Rejowinangun Selatan. Selain itu juga kecamatan
tersebut memiliki lebar jalan yang sempit yaitu 4-6 meter dengan rata-rata
bangunan deret. Namun penyebab kebakaran tidak hanya terjadi dengan faktor itu
saja. Adapun karakteristik yang mempengaruhi kawasan rawan bencana
kebakaran, dapat dilihat sebagai berikut;
a. Kepadatan Permukiman
Kepadatan permukiman merupakan perbandingan luas (atap) dengan luas
blok permukiman. Dalam satu satuan pemetaan (blok permukiman) ukuran
permukiman tidak sama sehingga kepadatan permukiman dinyatakan sebagai
luasan tutupan atap setiap blok permukiman. Kepadatan permukiman
berkaitan dengan kemudahan menajalarnya api, semakin padat permukiman
maka semakin mudah api menjalar yang mengakibatkan kebakaran dengan
cepat terjadi. Besar bobot variabel kepadatan permukiman disajikan sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Klasifikasi dan Harkat Variabel Kepadatan
39
kemudahan penanganan kebakaran. Semakin teratur pola permukiman,
semkin mudah dalam penanganan jika terjadi kebakaran.
Tabel 2.6 Klasifikasi dan Harkat Variabel Pembangunan Penduduk
No Kelas Harkat Keterangan
40
tahannya terhadap kebakaran dibandingkan permukiman dengan atap
seng,ijuk maupun rumbia.
Tabel 2.8 Klasifikasi Dan Harkat Variable Jeins Atap Permukiman
No Kelas Harkat Keterangan
41
Tabel 2.10 Klasifikasi dan Harkat Variabel Kualitas Jalan
g. Instalasi Listrik
Pada dasarnya kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik. Hal ini menjadi
alasan untuk menggunakan data pelanggan listrik sebagai salah satu variable
penelitian. Kebakaran yang terjadi akibat dari korsleting listik umumnya
disebabkan oleh faktor perlengkapan listrik di permukiman tidak sesuai
dengan standar/prosedur yang telah ditetapkan oleh PLN. Dalam suatu
kawasan permukiman, semakin banyak permukiman yang berlangganan
listrik secara resmi maka resiko terjadinya kebakaran semakin kecil.
Tabel 2.11 Klasifikasi dan Harkat Variabel Instalansi Listrik
h. Ketersediaan hidran
Ketersediaan Hidran di suatu permukiman sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penanggulangan saat terjadinya kebakaran. Satuan pemetaan
ketersediaan hidran adalah blok permukiman berdasarkan buffer jarak
permukiman terhadap lokasi hidran. Hidran umumnya dipasang di lokasi
yang mudah dijangkau oleh petugas pemadam kebakaran. Sehingga bila
terjadi kebakaran dapat digunakan secara optimal.
42
Tabel 2.12 Klasifikasi dan Harkat Variabel Fasilitas Air Hidran untuk
Pemadam Kebakaran
1. Zona KRB III Gunung Merapi adalah daerah seluas 120 kilometer2 dengan
warna merah yang posisinya paling dekat terhadap kawah sehingga paling
rawan. KRB III berpotensi besar mengalami terjangan awan panas (aliran
piroklastika), aliran lava, lontaran batu pijar, guguran batu pijar dan paparan
gas beracun.
43
kilometer2 yang berjarak lebih jauh lagi terhadap kawah dibanding KRB II.
KRB I mengerucut pada lembah-lembah sungai yang berhulu di Gunung
Merapi khususnya di lereng tenggara, selatan, barat daya dan barat. KRB I
ini memiliki potensi terlanda aliran lahar, kecuali dalam kasus letusan besar.
44
Tabel 2.13 Penggunaan Lahan di BWK I Kota Magelang
Pertanian
Perdagangan Taman
No Kelurahan Kesehatan Pendidikan Peribadatan Perkantoran Permukiman RTH Terminal IPAL Sungai TPS Lahan Sungai Total
Jasa Kota
Basah
1 Cacaban 0.484 0.460 0.511 0.565 2.117 17.088 0.045 0.000 0 0 0 0 0 0 21.270
2 Kemirirejo 2.376 2.199 10.891 0.722 2.642 36.721 2.766 0.414 0 0 0 0 0 0 58.732
3 Magelang 0 3.503 2.661 0.478 7.645 8.861 0.384 0.000 0 0 0 0 0 0 23.533
4 Magersari 0.060 2.216 5.614 0.158 1.228 21.243 0 0.001 0.082 0.390 0.266 0 0 31.257
5 Panjag 0 0.876 4.211 0.115 0.428 26.775 0.511 0 0 0 0 2.100 0 35.015
Rejowinangun
6 0.068 2.476 9.137 0.180 0.145 23.643 0 0 0 0 0 0 0 0.070 35.721
Selatan
Rejowinangun
7 0 1.373 12.680 0.092 0.030 21.167 0 0 0.003 0 0 0 1.852 0.336 37.532
Utara
Total 2.989 13.104 45.706 2.310 14.235 155.497 3.707 0.414 0.004 0.082 0.390 0.266 3.951 0.406 243.061
Sumber: Hasil Analisis, 2019
45
Berdasarkan tabel diatas, guna lahan yang ada di BWK I, dimana total luas
lahan sebesar 243.061 Ha. Dimana Permukiman sebesar 155.497 Ha, luas paling
besar berada di Kelurahan Kemirirejo sebesar 36.721 Ha dan paling kecil berada
di Kelurahan Magelang dengan luas 8.861 Ha. Pendidikan dengan total 13.104 Ha
dimana luas paling besar berada di Kelurahan Magelang sebesar 3.503 Ha dan
paling kecil berada di Kelurahan Cacaban sebesar 0.460 Ha. Peribadatan dengan
total 2.310Ha dimana luas paling besar berada di Kelurahan Cacaban sebesar
0.565 Ha dan paling kecil berada di Kelurahan Rejowinangun Utara sebesar 0.092
Ha. Kesehatan dengan total 2.989 Ha dengan luas terbesar berada di Kelurahan
Kemirirejo sebesar 2.376 Ha dan tidak terdapat luasan untuk Kelurahan Panjang
dan Kelurahan Rejowinangun Utara. Perdagangan dan Jasa dengan total 45.706
Ha dimana luas paling besar berada di Kelurahan Kemirirejo sebesar 10.891 Ha,
dan paling kecil berada di Kelurahan Cacaban sebesar 0.511 Ha. Perkantoran
dengan total sebesar14.235 Ha, dimana luas terbesar berada di Kelurahan
Magelang sebesar 7.645 Ha dan paling kecil berada di Kelurahan Rejowinangun
Utara sebesar 0.030 Ha. RTH dengan total sebesar 3.707 Ha, luas terbesar beada
di Kelurahan Kemirirejo sebesar 2.766Ha dan tidak terdapat luasan RTH untuk
Kelurahan Rejowinangun Selatan, Rejowinangun Utara, Pertanian Lahan Basah
dengan total 3.951 Ha, hanya terdapat di Kelurahan Panjang sebesar 2.100 Ha dan
Kelurahan Rejowinangun Utara sebesar 1.852 Ha. Terminal hanya terdapat di
Kelurahan Kemirirejo dengan total 0.414 Ha.TPS hanya berada di Kelurahan
Magersari sebesar 0.266 Ha. IPAL sebesar 0.004 Ha, Taman Kota 0.390 Ha,
Sungai sebesar 0.406 Ha
46
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.10 Peta Penggunaan Lahan BWK I Kota Magelang
47
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.11 Peta Penggunaan Lahan BWK I Kota Magelang
48
2.3.3 DEMOGRAFI
2.3.3.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan
oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan proporsi jumlah penduduk
sesuai batas wilayah BWK I Kota Magelang. Pada bab sebelumnya jumlah
penduduk dihitung berdasarkan data keseluruhan kelurahan dan RW. BWK I
memiliki 7 kelurahan namun tidak semua RW didalam setiap kelurahan masuk
kedalam BWK I, jadi jumlah penduduknya tidak keseluruhan dalam setiap
kelurahan.
Jumlah penduduk di BWK I di Kota Magelang yang tertinggi pada tahun
2018 adalah 44.636 jiwa dan jumlah penduduk paling rendah pada tahun 2016
dengan jumlah 40240 jiwa. Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk pada tahun 2016 lebih rendah dari jumlah pendudukk tahun 2014 dan
2015, 2014 dengan jumlah penduduk 41.194 jiwa dan jumlah penduduk tahun
2015 dengan jumlah penduduk 42.990 jiwa, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk pada tahun 2016. Sementara jumlah
penduduk kelurahan yang tertinggi terdapat pada kelurahan Rejowinangun Selatan
dengan jumla penduduk 41.532 jiwa sedangkan jumlah penduduk kelurahan yang
paling rendah adalah Kelurahan Cacaban dengan jumlah penduduk 14.227 jiwa.
Tabel 2.14 Data Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kelurahan
2014 2015 2016 2017 2018 Jumlah
Rejowinangun
1 Utara 6.927 6.925 5.912 6.939 6.939 33.643
Rejowinangun
2 Selatan 7.767 8.965 7.987 8.012 8.801 41.532
49
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kelurahan
2014 2015 2016 2017 2018 Jumlah
Jumlah 41.194 42.990 40.240 44.070 44.636 213.129
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Gambar 2.12 Time Series Jumlah Penduduk Kota Magelang Di BWK I Kota
Magelang
50
No Kelurahan 2015 2016 2017 2018 2019
7 Panjang 0,7% 0,3% 14,9% 0,0% 1,9%
Sumber: Hasil Analisis, 2019
50,0%
0,0%
2015 2016 2017 2018 2019
-50,0%
51
Kepadatan Klasifikasi
No Kelurahan Jumlah Luas (Ha) Penduduk Kepadatan
(Jiwa/Ha) Penduduk
7 Panjang 6.793 34,5 197 Sedang
Jumlah 44.636 506,8 784
Sumber: Hasil Analisis, 2019
300
250
200
150
100
50
-
52
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
Gambar 2.15 Peta Kepadatan Penduduk Tahun 2019
53
2.3.3.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kota Magelang BWK I pada tahun 2018 adalah 44.636
jiwa yang terdiri dari 21.976 jiwa laki-laki dan perempuan 22.660 jiwa.
Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2018
2018
No Kelurahan Sex Rasio Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Rejowinangun Utara 3.417 3.523 96,99 6.939
2 Rejowinangun Selatan 4.333 4.468 96,98 8.801
3 Kemirirejo 2.501 2.579 96,98 5.080
4 Magersari 3.095 3.191 96,99 6.286
5 Magelang 3.872 3.993 96,97 7.865
6 Cacaban 1.413 1.457 96,98 2.871
7 Panjang 3.345 3.448 97,01 6.793
Jumlah 21.976 22.660 678,90 44.636
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Laki-laki Perempuan
54
2.3.3.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
Jumlah penduduk di Kawasan Kota Magelang di BWK I bervariasi
menurut kelompok umur. Dengan usia dimulai dai usia 0-75 tahun dan >75
memiliki Jumlah penduduk pada tahun 2018 sebesar 45.480 jiwa, jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah 22.392 dan jumlah penduduk perempuan
dengan jumlah 23.088.
Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia BWK I Kota Magelang
55
Piramid Penduduk
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
2.500 1.500 500 500 1.500 2.500
Laki-Laki Perempuan
56
Jumlah Penduduk Menurut Agama
12.000
10.000
8.000 Islam
6.000 Kristen
4.000 Khatolik
2.000 Hindu
- Budha
Konghucu
Lainnya
57
Tabel 2.20 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
58
2.3.4 REVIEW ANALISIS
Review analisis merupakan hasil dari analisis yang telah dilakukan pada
analisis-analisis yang dilakukan dalam perumusan Rencana Detail Tata Ruang
berdasarkan Pedoman RDTR. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
59
Tabel 2.21 Review Analisis Berdasarkan Aspek Analisis RDTR
No Analisis Sub Analisis Review Rencana
Sistem Perkotaan Kota Magelang yaitu Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota yaitu Kawasan
Purwomanggung. BWK I mempunyai fungsi utama sebagai
Analisis sistem pelayanan kawasan pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala kota,
pusat rekreasi wisata perkotaan, dan permukiman dengan
kepadatan tinggi, karena mempunyai
- Penyediaan fasilitas pasar skala regional
- Penyediaan rumah sakit umum tipe B
- Terdapat perguruan tinggi
Terdapat 56 ruas jalan di BWK I Kota Magelang (3 Arteri
Sekunder, 48 Kolektor Sekunder, 5 Jalan Lokal). 29 ru as
jalan diantaranya memiliki lebar yang sudah sesuai dengan
Struktur Ruang
standar lebar jalan minimum berdasarkan peraturan Ditjen
Analisis struktur Pusat
1 Bina Marga Tahun 1990. Berdasarkan kondisi jalan, 46 ruas
internal BWP Pengembangan
jalan memiliki kondisi baik dan 10 ruas jalan memiliki
Pelayanan
Analisis sistem jaringan jalan kondisi sedang.
Terdapat 1 terminal yang berada di BWK I Kota Magelang,
yaitu Terminal Magersari yang merupakan terminal tipe C
yang berfungsi melayani angkutan pedesaan. Terminal
Magersari sudah memenuhi standar ketersediaan fasilitas
utama serta standar lokasi menurut Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode
ketersediaan pelayanan (Service Availability) dan Tingkat
Identifikasi Kawasan Ketersediaan Pelayanan (Size of Availability) dapat
Perkotaan disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam Hierarki I
dengan fungsi pusat pelayanan skala kota terdapat
dikelurahan Kemirirejo.
60
Analisis simpangan antara Dengan menggunakan metode overlay peta guna lahan dan
Muatan RDTR
pola ruang RTRW dan peta pola ruang, maka dapat diketahui status kesesuaian lahan
Rencana Pola
kondisi eksisting sesuai 70.579% dan tidak sesuai 29.421%
Ruang Zona
Rasio tutupan lahan BWK I Kota Magelang terdiri dari dua
Lindung dan
Analisis tutupan lahan dan rasio yaitu rasio tutupan lahan maks 30% dengan luas 245,65
budidaya.
Analisis sistem run-off yang ditimbulkan Ha dan;
2 PZ Perumusan
penggunaan lahan Rasio tutupan lahan maks 20% 0,32 Ha.
Aturan Dasar
Kepemilikan lahan paling besar yaitu pada Hak Milik
Ketentuan
Bersertifikat dengan total 72.2368 dengan total terbesar Kegiatan dan
Analisis kepemilikan tanah berada di Kelurahan Rejowinangun Utara dan Panjang,
Penggunaan
sedangkan untuk Kepemilikan paling Kecil yaitu Rel Kereta
Lahan
dengan Total 0.241..
1. Rencana Struktur Ruang
A. Sistem Perkotaan Kota Magelang yaitu Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota yaitu Kawasan 1. Rencana
Purwomanggung. Struktur Ruang
B. Sistem Perwilayahan yaitu Purwomanggung meliputi 2. Rencana Pola
Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Ruang
Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten 3. Rencana
Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pengembangan
Pelayanan Lokal dan Provinsi; Pusat Pelayanan
Tinjauan Tinjauan Terhadap RTRW 2. Rencana Pola Ruang 4. Rencana
3 Provinsi A. Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Jaringan
Kebijakan
Bawahannya yang dikelola oleh masyarakat Transportasi
B. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan 5. Rencana
Kawasan cagar Budaya (Kawasan cagar budaya dan ilmu Jaringan
pengetahuan). Prasarana
C. Kawasan Rawan Bencana Alam (Kawasan rawan letusan 6. Rencana
gunung berapi berada di kawasan Gunung Merapi dan Jaringan Sarana
Kawasan Gunung Slamet).
D. Kawasan lindung lainnya (Sebaran kawasan perlindungan
Plasma Nutfah di daratan).
E. Kawasan hutan rakyat
61
F. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian lahan basah seluas 990.652 hektar dan
pertanian lahan kering seluas 955.587 hektar
Kawasan Peruntukan Peternakan besar dan kecil Kota
Magelang (peternakan ungags).
G. Kawasan Peruntukan Perikanan
Lahan perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya
air tawar, dan perikanan budidaya air laut Kota Magelang
1. Sistem pusat pelayanan
Sisem pusat pelyanan yaitu Pusat pelayanan kota ditetapkan di
BWK I yang terdapat di sebagian Kelurahan Cacaban, sebagian
Kelurahan Panjang, sebagian Kelurahan Kemirirejo, dan
sebagian Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah,
yaitu Kawasan Alun-alun
2. Rencana Struktur Ruang
A. Transportasi
- Rencana pengembangan jaringan jalan berdasarkan sistem
meliputi peningkatan Jalan Jenderal Sudirman menjadi 3
(tiga) /4 (empat) lajur.
- Pengembangan jalan arteri primer dan arteri sekunder meliputi
ruas jalan arteri primer antara Semarang (PKN)–Magelang
Tinjauan Terhadap RTRW
(PKW)–Yogyakarta (PKN) yaitu, Jalan Jenderal Ahmad
Kabupaten/Kota Yani–Jalan Urip Sumoharjo–Jalan Sukarno–Hatta,
- Penurunan sistem arteri primer yaitu jalur pergerakan yang
menghubungkan Semarang (PKN)–Magelang (PKW)–
Yogyakarta (PKN) menjadi ruas jalan arteri sekunder,
meliputi Jalan Jenderal Ahmad Yani–Jalan Pemuda–Jalan
Jenderal Sudirman dan Jalan Sudirman– Jalan Ikhlas–Jalan
Tidar–Jalan Tentara Pelajar–Jalan Yos Sudarso– Jalan
Pahlawan– Jalan Jenderal Ahmad Yani.
- Pengembangan ruas jalan lingkar timur sebagai arteri primer
yang melewati rute di wilayah Kabupaten Magelang, dan
terintegrasi dengan jaringan jalan regional, Provinsi, dan
nasional.
- Rencana Pengembangan lokasi dan kelas pelayanan terminal
62
yang berada di Terminal Kawasan Shopping Center (BWK
I).
B. Telekomunikasi
- Rencana pengembangan jaringan layanan internet pada pusat
pelayanan jasa administrasi pemerintahan, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, dan ruang terbuka publik di
pusat pelayanan wilayah Daerah;
- Pengembangan area bersinyal (hotspot) internet pada RTNH
dan RTH Publik meliputi Alun-alun, Mudalrejo, Gedung
Olahraga (GOR) Samapta, Sidotopo, dan Taman Badan.
3. Rencana Pola Ruang
A. Rencana kawasan peruntukan pertanian irigasi di Kelurahan
Magelang, Kelurahan Panjang, Kelurahan Rejowinangun
Utara, dan Kelurahan Magersari.
B. Kawasan rawan bencana alam rawan tanah longsor; tingkat
kerawanan rendah dengan kontur antara 20%-40% meliputi
Kawasan Cacaban, Kawasan Rejowinangun Utara.
C. Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa,
dengan pengembangan Pasar Tradisional yaitu Pasar
Rejowinangun.
D. Kawasan peruntukan peribadatan dilaksanakan berdasarkan
arahan penyebaran sarana dan kualitas peribadatan
diarahkan secara berhierarki dan merata di seluruh wilayah
Daerah
4. Rencana Kawasan Strategis
A. Ekonomi
Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi pada BWK I
berada pada kawasan sekitar Alun-Alun. Dengan arahan
mempertahankan peruntukan ruang sebagai kawasan
strategis pada lokasi yang mempunyai potensi ekonomi
yang cepat tumbuh dengan skala pelayanan kota dan
regional, kawasan strategis Daerah mempunyai fungsi
penggerak pertumbuhan ekonomi kawasan dan dapat
dijangkau dari berbagai sudut wilayah Daerah, prioritas
63
pengembangan dan pembangunan jaringan prasarana dan
infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi di kawasan
strategis Daerah.
Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 –
2029 dapat diketahui bahwa. Sistem Perkotaan, PKW
meliputi Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali,
Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kota Pekalongan,
Analisis Kedudukan dan Kota Tegal dan Kota Salatiga, yang berfungsi untuk melayani
Analisis
Perean BWP dalam Wilayah kegiatan skala Provinsi atau beberapa Kabupaten.
kedudukan dan
yang lebih luas Rencana Sistem Perwilayahan Kota Magelang yaitu Tujuan penataan
4 peran BWP dalam
Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten BWP
wilayah yang
Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan
lebih luas
Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan
sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi.
Kedudukan dan Peran BWP I BWP I memiliki peran sebagai penyedia pasar skla regional
Kota Magelang terhadap dan terdapat penyedia perguruan tinggi penyediaan terminal
Kabupaten Magelang shoping center juga sebagai kawsan pemukiman
Kawasan Tanah Longsor
Berdasarkan dari hasil bahwa terdapat kawasan rawan tanah
longsor dengan luasan 7,6 hektar yang tedapat di Kelurahan
Panjang. Dimana kelurahan tersebut memiliki kemirangan
lereng agak curam dan jenis tanah alluvia. Selain itu juga
Kelurahan Panjang berbatasan dengan sungai DAS Progo dan
Analisis sumber
ELO sehingga rentan akan terjadinya longsor.
daya alam dan Rencana Pola
5 Analisis Rawan Bencana Kawasan Kebakaram
fisik atau Ruang
Dapat diketahui bahwa kawasan rawan bencana BWK I Kota
lingkungan BWP
Magelang berada di Kelurahan Rejowinangun Utra,
Rejowinangun Selatan, Cacaban dan Panjang. Dimana
kepadatan penduduk yang tinggi, lebar jalan yang sempit,
kondisi jalan tidak baik dan ketersediaan hidran yang jauh
dari sumbernya sehingga berpotensi rawan bencana
kebakaran.
64
Kawasan Gunung Meletus
Dapat diketahui bahwa BWK I Kota Magelang tidak terdapat
kawasan gunung meletus dikarenakan sangat jauh dari lokasi
hanya saja BWK I Kota Magelang terkena dampak gunung
meletes.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa BWK I
memiliki potensi untuk pengembangan perkotaan yang
ditinjau berdasarkan kemampuan lahannya. Sebesar 99% atau
245,65 Ha dari luas BWK I, termasuk kategori kelas / zona 2
Analisis Kemampuan Lahan
(kemampuan pengembangan cukup). Persentase luas zona 3
terhadap BWK I ini hanya 0,1% atau 0,32 Ha dari total luas
wilayah. Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis ini,
dapat diketahui bahwa BWK I dapat dikembangkan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa di BWK I
memiliki kesesuaian lahan yang didominasi oleh kawasan
yang diperuntukan untuk kegiatan budidaya dengan
peruntukan terbanyak kawasan tanaman semusim atau
permukiman (67%) dengan luas lahan 165,9 Ha. Hal ini
didukung oleh kelerengan BWK I yang dodiminasi dataran
atau 0-8% kemudian jenis tanah alluvial yang kepekaan
Analisis Kesesuaian Lahan terhadap erosinya tidak peka. Sehingga kawasan tersebut
sesuai untuk dibangun. Peruntukan lainnya adalah kawasan
penyangga dengan luas 8 Ha dan kawasan hutan produksi
dengan luas 71,9 Ha.
Lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya sebesar 2,8%
yaitu berada pada kawasan penyangga yang digunakan untuk
guna lahan perdagangan dan jasa, dan 97% guna lahan sudah
sesuai.
Analisis Ketinggian
Ketinggian bangunan BWK I Kota Magelang < 4 lantai
Bangunan
Dari hasil analisis daya tampung lahan perumahan, dapat
Analisis Daya Tampung
diketahui kebutuhan unit rumah dengan luas lahan untuk
65
perumahan sebesar 122,99 hektar dan dapat menampung
jumlah rumah sebanyak 6.860 unit. Berdasarkan ketersediaan
eksisting jumlah rumah di BWK I berjumlah sebanyak 11.039
unit. Dapat disimpulkan jika jumlah unit perumahan sudah
melebihi daya tampung.
Untuk daya tampung penduduk maksimum dapat
menampung sebesar 34.299 jiwa. Berdasarkan tabel
perbandingan daya tampung penduduk tahun 2039 dapat
diketahui bahwa BWK I Kota Magelang dengan luas lahan
perumahan sebesar 171,49 hektar tidak dapat mencukupi
jumlah penduduk di tahun 2039 atau 20 tahun mendatang.
Terdapat jumlah penduduk yang tertampung pada tahun 2039
sebesar 24.360 jiwa, sedangkan daya tampung maksimum
untuk jumlah penduduk di BWK I sebesar 55.420 jiwa.
Sosial budaya masyarakat Kota Magelang berbeda setiap
kelurahan, kegiatan tahunan yang dilakukan berbeda beda
Analisis Sosial Tujuan penataan
6 seperti ritual makam. Namun ada beberapa kelurahan yang
Budaya BWP
memiliki masalah seprti penyalah gunaan narkoba pada usia
produktif
Proyeksi penduduk kota Magelang menggunakan rumus 1. Rencana
Analisis Proyeksi Penduduk proyeksi Kohor dengan jumlah penduduk sebanyak 55.420 Struktur
pada akhir perencanaan tahun 2039 Ruang
Kota Magelang memiliki beberapa klasifikasi kepadatan 2. Rencana Pola
penduduk, klasifikasi kepdatan paling tinggi adalah Ruang
Analisis Kepadatan Penduduk Kelurahan Magelang dengan jumlah kepadatan 411 jiwa/Ha 3. Rencana
Analisis sedangkan kelurahan yang memiliki kapdatan palin rendah
7 Pengembangan
Kependudukan adalah kelurahan kemirirejo dengan jumlah 107 jiwa/Ha. Pusat Pelayanan
Distribusi penduduk menjelaskan tingkat persebaran 4. Rencana
penduduk yang paling besar di Kelurahan Rejowinangun Jaringan
Proyeksi Distribusi Selatan sebesar 19,7% pada akhir tahun perencanaan tahun Transportasi
Kependudukan 2039. 5. Rencana
Jaringan
66
Prasarana
6. Rencana
Jaringan Sarana
67
jalan minimum berdasarkan peraturan Ditjen Bina Marga Tahun (Peta Jaringan
1990. Berdasarkan kondisi jalan, 46 ruas jalan memiliki kondisi Transportasi)
baik dan 10 ruas jalan memiliki kondisi sedang.
Terdapat 1 terminal yang berada di BWK I Kota Magelang, yaitu
Terminal Magersari yang merupakan terminal tipe C yang
berfungsi melayani angkutan pedesaan. Terminal Magersari sudah
memenuhi standar ketersediaan fasilitas utama serta standar lokasi
menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995.
Terdapat 12 jalur trayek angkutan umum yang melintas di BWK I
Kota Magelang, dimana trayek nomor 10 memiliki jumlah armada
Analisis Sistem Pergerakan paling banyak dengan jumlah 38 armada, sedangkan angkutan
umum dengan trayek jalur 12 memiliki jumlah armada paling
sedikit dengan jumlah 15 armada.
Tingkat kepadatan bangunan permukiman di BWK I Kota
Magelang umumnya memiliki tingkat kepadatan sangat rendah
(Kelurahan Cacaban), kepadatan rendah (sebagian Keluarhan
Kemirirejo dan Kelurahan Magelang) dan kepadatan sedang
(sebagian Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan Panjang, RDTR : Rencana
Kelurahan Rejowinangun Selatan, Rejowinangun Utara dan
pola ruang zona
Kelurahan Magersari, tidak terdapat kepadatan bengunan
budidaya (zona
permukiman dengan kepadatan tinggi hingga sangat tinggi.
sarana pelayanan
Kebutuhan rumah di BWK I Kota Magelang hingga pada tahn
Analisis Sarana Permukiman
umum)
2039 adalah sebanyak 11.084 unit atau seluas 146,31 Ha,
Analisis Sumber Kelurahan Rejowinangun merupakan kelurahan dengan PZ: Perumusan
10
Daya Buatan kebutuhan rumah yang paling banyak. aturan dasar
Berdasarkan RTRW Kota Magelang No. 04 Tahun 2012 (ketentuan
BWK I Kota Magelang ditetapkan sebagai pusat prasarana dan
pelayanan kota yang berfungsi untuk melayani dan sarana minimal
mewadahi permukiman dengan kepadatan tinggi. dan standar teknis
sarana pendukung)
Sarana Pendidikan TK memiliki IDP 5, Sarana Pendidikan
SD memiliki IDP 8, Sarana Pendidikan SMP memiliki IDP
Analisis Sarana Pendidikan
13, Sarana Pendidikan SMA memiliki IDP 10, Sarana
Pendidikan PT memiliki IDP 11. Secara garis besar Indeks
68
Pelayanan pendidikan BWK I Kota Magelang sudah terlayani
dengan baik.
Sarana pendidikan Tk membutuhkan 9 unit hingga tahun
2039, Sarana Pendidikan SD membutuhkan 17 unit hingga
tahun 2039, Sarana Pendidikan SMP membutuhkan 1 unit
hingga tahun 2039, dan Sarana Pendidikan SMA sudah
mencukupi hingga tahun 2039
Pada tahun 2019 sampai tahun 2039 dibutuhkan
Analisis sarana kesehatan
pembangunan sarana yaitu Posyandu.
Analisis sarana perkantoran dilakukan dengan
mengidentifikasi persebaran sarana perkantoran dan cakupan
Analisis sarana perkantoran skala pelayanannya. Berdasarkan hasil identifikasi, mayoritas
sarana perkantoran memiliki skala pelayanan kota dan
persebarannya memuasat di pusat kota.
69
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak dibutuhkan
penambahan pembangunan pasar dan pertokoan dalam kurun
waktu 20 tahun yang akan datang karena jumlah pasar dan
pertokoan telah melebihi dari kebutuhan standar, selain itu
jenis sarana tersebut memiliki skala pelayanan kota dimana
sudah dapat melayani seluruh penduduk di Kota Magelang.
Sedangkan, dibutuhkan jenis sarana toko/warung sebanyak
Analisis sarana perekonomian
104 unit dengan proporsi penambahan 34 unit di Kelurahan
Rejowinangun Utara, 34 unit di Kelurahan Panjang, 25 unit
di Kelurahan Kemirirejo, 14 unit di Kelurahan Cacaban dan
39 unit di Kelurahan Magelang. Tidak diperlukan lagi adanya
penambahan luas lahan karena dapat ditempatkan pada guna
lahan permukiman.
70
Kebutuhan air bersih Kawasan BWK I disediakan oleh
PDAM Kota Magelang, dan sumber air baku yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih berasal
dari 7 mata air yang berada di kota dan kabupaten. untuk kota
hanya empunyai satu mata air sedangkang yang lainnya
berada di daerah kabupaten. kapasitas PDAM Kota Magelang
untuk menyokong kebutuhan air bersih domestik di kawasan
BWK I yaitu 166,23 liter/detik. Cakupan pelayanan air bersih
dan jaringan perpipaan PDAM belum mencapai 100%, hanya
87,54%. Kebutuhan air bersih di kawasan BWK I tercukupi
untuk 20 tahun proyeksi, dengan supplay air bersih yang
terpakai pada tahun 2019 sebesar 50,66%, tahun 2024 sebesar
52,07%, tahun 2029 sebsar 55,17%, tahun 2034 sebesar
57,52%, dan tahun 2039 sebesar 60,64%.
Kebutuhan air bersih Kawasan BWK I disediakan oleh
Analisis prasarana air bersih PDAM Kota Magelang, dan sumber air baku yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih berasal
dari 7 mata air yang berada di kota dan kabupaten. untuk kota
hanya empunyai satu mata air sedangkang yang lainnya
berada di daerah kabupaten. kapasitas PDAM Kota Magelang
untuk menyokong kebutuhan air bersih domestik di kawasan
BWK I yaitu 166,23 liter/detik. Cakupan pelayanan air bersih
dan jaringan perpipaan PDAM belum mencapai 100%, hanya
87,54%. Kebutuhan air bersih di kawasan BWK I tercukupi
untuk 20 tahun proyeksi, dengan supplay air bersih yang
terpakai pada tahun 2019 sebesar 50,66%, tahun 2024 sebesar
52,07%, tahun 2029 sebsar 55,17%, tahun 2034 sebesar
57,52%, dan tahun 2039 sebesar 60,64%.
71
Hasil analisis menunjukan bahwa volume air limbah
domestik bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang terdapat pada kawasan tersebut. Kelurahan
yang menghasilkan volume air limbah terbanyak berada di
Kelurahan Rejowinangun Selatan dan kelurahan yang
menghasilkan volume air limbah paling sedikit berada di
Kelurahan Cacaban. Selain itu, dibutuhkan penambahan
Analisis prasarana air limbah
mobil truck tinja sebanyak 3 unit untuk melayani seluruh
penduduk di Kota Magelang, dibutuhkan pembangunan IPAL
sebanyak 5 unit yang tersebar di Kelurahan Rejowinangun
Selatan, Magelang, Cacaban, Kemirirejo dan Panjang untuk
kebutuhan 20 tahun yang akan datang, serta berdasarkan
kepadatan penduduknya sistem sanitasi diarahkan pada
sistem komunal/terpusat.
Arahan Sistem Sanitas
Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk maka
sistem sanitasi diarahkan pada sistem komunal/terpusat.
Debit Limpasan Air
1. Debit limpasan kawasan yang paling tinggi di Kota Magelang
adalah guna lahan permukiman dengan luas 9,8691 dan
memiliki debit limpasan sebesar 0,000028 mm/detik.
2. Debit limpasan per bulan yang terbesar pada bulan juni dengan
jumlah 0,00015 mm/detik.
Analisis prasarana drainase 3. Debit limpasan kelurahan terbesar pada Kelurahan Kemirirejo
dengan jumlah 0,000013 mm/detik.
Pola dan Arah Aliran Drainase
Utara ke Selatan
Volume Daya Tampung Drainase
Debit limpasan yang dihasil dapat di tampung dengan baik,
dilihat dari perbandingan debit limpasan guna lahan yang di
hasilkan sebesar 0,000062 mm/detik dengan volume daya
tampung drainase sebesar 5709 mm/detik. Daari perhitungan
tersebut dapat dijelaskan bahwa daya tampung drainase lebih
72
besar daripada debit limpasan yang dihasilkan
Analisis alternatif sumber daya air melalui upaya
konservasi air dengan teknik pemanenan air hujan (Rai
Water Harvesting)
Teknik yang dilakukan pemanenan air hujan yang
memanfaatkan atap bangunann yang dilakukan di daerah
permukiman / perkotaa. Volume air rumah yang dapa
dipanen berdasarkan Klasifikasi jenis rumah yaitu rumah
mewah sebesar 465,91 liter/detik, rumah sedang sebesar
465,91 liter/detik dan rumah sederhana sebesar 349,43
liter/detik.
Untuk pemanenan air berdasarkan guna lahan yang
dihasilkan terbesar adalah guna lahan perdagangan dan jasa
sebesar 11.803.136 liter/detik dan guna lahan yang paling
sedikit memanen air adalah terminal yaitu sebsar 138.981
liter/detik
Sambungan Telepon
Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sambungan telepon
pada tahun 2019, 2024, 2029, 2034, 2039 mengindikasikan
bahwa ketersediaan sambungan telepon saat ini tidak bisa
mencukupi kebutuhan sambungan telepon 20 tahun
mendatang, sehingga diperlukan penambahan untuk
memenuhi kebutuhan sambungan telepon. Pada tahun 2019
Analisis prasarana
diperlukan penambahan sambungan telepon sebanyak 607
telekomunikasi
sambungan telepon. Setiap 5 (lima) tahun berikutnya, yaitu
pada tahun 2024 diperlukan penambahan sebanyak 275,
tahun 2028 sebanyak 368, tahun 2034 sebanyak 279 dan
tahun 2039 sebanyak 371 sambungan telepon.
Kebutuhan Telepon
Berdasarkan hasil analisis, jumlah kebutuhan telepon umum
di BWK I utuk setiap kelurahan terus meningkat. Kebutuhan
73
sambungan di Kelurahan Rejowinagun Selatan, yaitu pada
tahun 2019 sebanyak 36 unit, tahun 2024 sebanyak 38 unit,
tahun 2029 sebanyak 40 unit, tahun 2034 sebanyak 41 unit
dan tahun 2039 sebanyak 44 unit.
STO
Stasiun Telepon Otomat (STO) diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan telepon kabel atau sambungan telepon
rumah, telepon kantor atau perdagangan dan telepon umum.
Berdasarkan analisis, dalam kurun 20 tahun dibutuhka
penambahan 17 STO pada tahun 2039.
Menara BTS
Berdasakan hasil analisis, 9 menara BTS di BWK I Kota
Magelang sudah dapat melayani seluruh penduduknya.
74
watt. Sosial sebesar 291.000 watt, usaha 1.362.000 Watt,
Industri 65000 Watt dan umum 212.000 Watt. Dari hasil
perhitungan, kebutuhan listrik domestik sudah terpenuhi.
Sementara kebutuhan non domestik listrik masih belum
terlayani sebanyak 13%.
75
Timbulan Sampah
- analisis timbulan sampah menggunakan standar perhitungan,
seperti SNI 19-3983-1995, standar yang dikeluarkan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Magelang tahun 2017, serta proyeksi
penduduk
- berdasarkan hasil analisis pada tahun 2019 timbulan sampah
sebesar 145.977,7 L/Hari. Dan pada tahun 2039 diproyeksikan
timbulan sampah sebesar 171.876,2 L/Hari
Volume sampah yang dapat terangkut sebesar 73,9%
Komposisi Sampah
Perhitungan komposisi sampah menggunakan persentase
komposisi sampah di Kota Magelang pada tahun 2017
Timbulan sampah organic yang dihasilkan wilayah BWK I
Kota Magelang adalah 104.666 L/Hari. Sedangkan timbulan
sampah non organic yang dihasilkan adalah 41.311 L/Hari
Kebutuhan Wadah
Analisis prasarana Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah SNI-3242-
persampahan 2008 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah di Permukiman.
Kebutuhan Wadah Komunal pada wilayah BWK I Kota
Magelang pada tahun 2019 diproyeksikan membutuhkan
sebanyak 146 unit. Sedangkan pada tahun 2039
diproyeksikan membutuhkan sebanyak 172 Unit.
Kebutuhan Komposer Komunal
Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah SNI-3242-
2008 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah di Permukiman.
Kebutuhan Komposter Komunal pada wilayah BWK I Kota
Magelang pada tahun 2019 diproyeksikan membutuhkan
sebanyak 105 unit. Sedangkan pada tahun 2039
diproyeksikan membutuhkan sebanyak 123 Unit.
Kebutuhan Gerobak Sampah
Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah SNI-3242-
2008 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah di Permukiman.
Kebutuhan Gerobak Sampah pada wilayah BWK I Kota
76
Magelang pada tahun 2019 diproyeksikan membutuhkan
sebanyak 146 unit. Sedangkan pada tahun 2039
diproyeksikan membutuhkan sebanyak 172 Unit.
Kebutuhan Truk Sampah
Standar yang digunakan dalam analisis ini adalah SNI-3242-
2008 tentang Tata Cara Pengolahan Sampah di Permukiman.
Kebutuhan Truk Sampah pada wilayah BWK I Kota
Magelang pada tahun 2019 diproyeksikan membutuhkan
sebanyak 24 unit. Sedangkan pada tahun 2039 diproyeksikan
membutuhkan sebanyak 29 Unit.
77
RDTR : Rencana
Dalam analisis aksesbilitas pesepeda dilakukan perbandingan struktur ruang
lebar jalur sepeda dengan standar lebar minimum dari federal (rencana jaringan
highway administration serta mengidentifikasi kondisi jalur transportasi)
sepeda yang berada di beberapa ruas jalan. Berdasarkan hasil PZ: Perumusan
Analisis kondisi Analisis aksesbilitas pejalan analisis, semua jalur sepeda memiliki lebar yang lebih dari aturan dasar
11
lingkungan binaan kaki dan pesepeda standar lembar minimum yang dianjurkan. Lebar jalur sepeda (ketentuan
berkisar antara 3-4 meter yang berada di 7 ruas jalan prasarana dan
diantaranya jalan ahmad yani, jalan pemuda, jalan tidar, jalan sarana minimal
senopati, jalan tentara pelajar, jalan singosari dan jalan dan standar
pahlawan. prasarana
pendukung)
78
Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas GSB dan GSS
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mayoritas GSB
RDTR : Rencana
sebesar 0,5-3 meter untuk berbagai fungsi peruntukan serta
ketentuan
mayoritas GSB Depan yang tidak sesuai dengan ketentuan
pemanfaatan
berada pada fungsi peruntukan permukiman, perdagangan,
ruang
kesehatan dan pendidikan. Mayoritas GSS sebesar 1,5-3
Analisis tata massa bangunan PZ: Perumusan
meter untuk berbagai fungsi peruntukan serta mayoritas GSS
aturan dasar
yang tidak sesuai dengan ketentuan berada pada fungsi
(ketentuan tata
permukiman dan perdagangan.
bangunan)
Sedangkan mayoritas tinggi bangunan sudah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dengan tinggi bangunan rata-rata 1-3
lantai.
79
Hasil analisis menunjukan bahwa mayoritas KDB, KLB
dan KDH tidak sesuai dengan ketentuan karena padatnya
bangunan yang berada di kawasan tersebut. Rata-rata
KDB yang terdapat pada BWK I berkisar antara 80-100%
unfuk fungsi permukiman, 70-80% untuk fungsi pendidikan,
70-80% untuk fungsi perkantoran, 80% untuk fungsi
kesehatan dan 80-90% untuk fungsi peribadatan, 80-90%
untuk fungsi perdagangan dan jasa serta mayoritas kelurahan
yang KDB nya tidak sesuai dengan ketentuan terdapat pada PZ : Perumusan
Kelurahan Kemirirejo. Rata-rata KLB yang terdapat pada aturan dasar
Analisis intensitas bangunan BWK I berkisar antara 0,8-2 untuk fungsi permukiman, 1,4- (ketentuan
2,4 untuk fungsi pendidikan, 0,7-2,4 untuk fungsi intensitas
perkantoran, 2,4-2,7 untuk fungsi kesehatan dan 0,9-1,6 pemanfaatan
untuk fungsi peribadatan, 0,9-2,4 untuk fungsi perdagangan ruang)
dan jasa serta mayoritas kelurahan yanag KLB nya tidak
sesuai dengan ketentuan terdapat pada Kelurahan
Rejowinangun Selatan. Rata-rata KDH yang terdapat pada
BWK I berkisar antara 0-20% untuk fungsi permukiman, 20-
30% untuk fungsi pendidikan, 10-20% untuk fungsi
perkantoran, 10-20% untuk fungsi peribadatan dan 10-20 %
untuk fungsi perdagangan dan jasa
80
Pemerintah kota yang memiliki peran utama dalam proses
pembangunan wilayah, kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota harus dilandasi rasa tanggung jawab kepada
masyarakat. Analisis ini menggabarkan tentang tugas-tugas
pemerintaahan kota untuk pembangunan wilayah. keberadaan
kelembagaan disuatu wilayah sangat dibutuhkan, mulai dari
lembaga yang memimpin lingkup kota hingga hingga
pemimpin dalam lingkup terkecil seperti rukun tetangga.
untuk menjalankan visi dan misi Walikota dan Wakil
Walikota memerlukan bantuan dinas-dinas sebagai berikut ;
Analisis Rencana Pola
12 Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatn, Dinas Pekerjaan Umum,
kelembagaan Ruang
Dinas Pengelolaan Keuangan daerah, Dinas Tenaga Kerja
Transmigrasi dan pemberdayaan, Dinas Pertanian dan
Pangan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil, Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi
Informasidan statistika,Dinas Penanaman Modal,dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Perindustriandan
Perdagangan, Dinas Kepemudaan Olahraa dan Pariwisata.
Adapun analisis ini untuk mengetahui keterkaitan
lembaga-lembaga yang ada terhadap BWK I Kota Magelang
berdasarkan fungsi dan peran lembaga itu sendiri.
Analisis Besar Pembelanjaan
Berdasarkan hasil analisis besar pembelanjaan daerah dapat
diketahui bahwa pada tahun 2018 memiliki proporsi paling
tinggi dibandingkan tahun lainnya yaitu dengan jumlah
Analisis proporsi 28%.
Tujuan Penataan
13 pembiayaan Analisis Alokasi Dana Terpakai
BWP dan Program
pembangunan Data alokasi dana terpakai bahwa perbandingan APBD Kota
Magelang yang tertinggi didominasi oleh Dinas Lingkungan
Hidup. Berdasarkan RPJMD Kota Magelang terdiri dari 3
visi dan program unggulan dan program pembangunan
daerah diantaranya yaitu kota yang modern dan cerdas, Kota
81
Sejarah, dan Religus.
Hasil analisis menunjukan terdapat jenis kegiatan di luar PZ : Perumusan
fungsi dominan, namun jenis kegiatan tersebut memiliki aturan dasar
karakteristik kegiatan yang hampir sama. Rata-rata dampak (ketentuan
yang ditimbulkan terdapat dari kegiatan pendidikan yang kegiatan dan
Analisis Dampak berlokasi di jalan utama yang mengakibatkan kemacetan penggunaan lahan)
14
Kegiatan terhadap lingkungan sekitar karena pada waktu tertentu
terjadi hambatan samping. Selain itu, terdapat pula dampak
yang diakibatkan dari kegiatan perdagangan dimana tidak
terdapat lahan parkir yang mampu menampung kegiatan
sehingga banyaknya on-street parking.
82
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode analisis data yang digunakan adalah mix method, yakni gabungan
metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif yang akan
dipaparkan sesuai dengan kebutuhan data adalah dengan menggunakan data atau
informasi yang telah didapatkan menggunakan standar-standar atau peraturan
maupun hasil dari kesimpulan yang didapatkan berdasarkan analisis kuantitatif
yang metodenya dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Metode Analisis Peraturan Zonasi
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
Analisis karakteristik
1
peruntukan zona
83
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
Metode analisis yang digunakan berupa analisis
deskriptif komparatif, yaitu membandingkan kegiatan
eksisting dengan standar kriteria perencaan lingkungan
perumahan di perkotaan, juga kegiatan penunjang yang
seharusnya terdapat dalam suatu lingkungan.
Dengan kebutuhan data sebagai berikut :
Analisis jenis dan Jenis penggunaan lahan (eksisting)
karakteristik kegiatan yang Peta pola ruang Kota Magelang Aturan Dasar
2 saat ini berkembang dan Peraturan Zonasi
RDTR Kota Magelang
mungkin akan berkembang
di masa mendatang RPJPD Kota Magelang
RPJMD Kota Magelang
Data sarana dan prasarana penunjang
Skala / tingkat pelayanan
PERMEN PU No. 20 tahun 2011
SNI 03-1733-2004
84
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
Proyeksi Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk dibutuhkan untuk
menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana, dapat
dilakukan dengan rumus berikut:
1. Aritmatika
Pn= P0 + r(Tn – T0)
R= P2-P1
Keterangan:
𝑃𝑛: Jumlah penduduk tahun ke-n
𝑃0: Jumlah penduduk awal
𝑟: Jumlah pertambahan penduduk tiap tahun (persen)
𝑇𝑛: Tahun proyeksi
𝑇0: Tahun awal
𝑃1: Jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
𝑃2: Jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
2. Geometrik
Pn= P0(1+𝑟 𝑛 )
𝑝2−𝑝1
r=
𝑝1
Keterangan:
𝑃𝑛: Jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
𝑃0: Jumlah penduduk tahun awal
𝑟: Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
(persen)
𝑛: Jangka waktu
3. Eksponensial
Pn= P0 x 𝑒 𝑟𝑛
𝐼𝑛(2)
Analisis pertumbuhan dan n= 𝑟
5
pertambahan penduduk Keterangan:
𝑃𝑛: Jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
𝑃0: Jumlah penduduk tahun awal
𝑟: Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
(persen)
𝑛: Jangka waktu
𝑒: Angka eksponensial atau bilangan pokok sistem
logaritma natural yaitu 2,7182818
4. Asumsi Cohort
a) Kolom Mortality’s Population Pada Survival
Ratio
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑥 − 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑥
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑥
b) Migrasi
𝑀𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑖)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑖)
= 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan:
i = Kelompok Umur
c) Net Migration: Projected Survivours
Net Migrasi (i) = (65000 x Struktur Migrasi (i) x
Mortality’s Migrants (i)
d) Projected Survivor
Projected Survivor (x)(i)=Jumlah Penduduk (x)(i - 5) x
Survival ratio (i – 5)
Keterangan:
i = Tahun Sensus
85
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
x = Kelompok Umur
e) Base Population (i)
Projected Survivo (i) + Net. Migration Projected
Keterangan:
i = Tahun Sensus
86
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
alam, kawasan lindung lainnya.)
Kawasan Budidaya (Kawasan Perumahan,
Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan
Pariwisata, Kawasan ruang terbuka non hijau,
kawasan ruang evakuasi bencana, Kawasan
peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal,
Kawasan Peruntukan lainnya.)
87
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
dengan batasan:
1) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;
2) KDB maksimum sebesar 65%;
3) KLB maksimum 1,0-1,8;
4) KDH minimal 35% dari luas persil; dan
5) Luasan maksimal dari keseluruhan persil dengan
kegiatan tersebut adalah 20% dari luas keseluruhan
persil yang ada di blok tersebut;
Toko hewan peliharaan, took jasa bangunan,
diizinkan secara terbatas dengan batasan:
1) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;
2) KDB maksimum sebesar 50%;
3) KLB maksimum 1,0-1,5;
4) KDH minimal 50% dari luas persil;
5) Disinsentif berupa pengenaan pajak progresif; dan
luasan maksimal dari keseluruhan persil dengan
kegiatan tersebut adalah 30% dari luas keseluruhan
persil yang ada di blok tersebut.
88
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
Kesesuaian dengan arahan dalam RTR
kabupeten/kota;
Keseimbangan antara kawasan lindung
dan budidaya dalam suatu wilayah;
Kelestarian lingkungan;
Toleransi tehadap tingkat gangguan dan dampak
terhadap peruntukan yang ditetapkan;
Kesesuaian dengan kebijakan pemerintah diluar
RTR yang ada;
Tidak merugikan golongan masyarakat
- Pertimbangan khusus kegiatan dan penggunaan
lahan berlaku untuk masing-masing karakteristik
guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan
dibangun, dapat disusun berdasakan :
Rujukan terhadap ketentuan-ketentuan maupun
standar-standar yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang
Rujukan terhadap ketentuan dalam Peraturan
Bangunan Setempat
Rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur
bangunan/komponen yang dikembangakan
(misalnya; pompa bensin, BTS, dll.)
89
No Analisis Metode Analisis dan Penjelasan Output
tinggi bangunan maksimum atau minimum;
amplop bangunan;
tampilan bangunan (opsional);
dan aturan lain yang dianggap perlu.
9 Analisis Kewenangan
90
BAB IV
RENCANA KERJA
No
Rencana Kerja Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
RDTR BWK I
I PERSIAPAN
Pendahuluan/pengantar
1 rencana perkuliahan
Review Gambaran Umum
2 Wilayah Studi
Melakukan analisis Peraturan
3 Zonasi
91
Tahapan Kegiatan September Oktober November Desember Januari
No
Rencana Kerja Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
RDTR BWK I
BAB RENCANA
V JARINGAN PRASARANA
Rencana Pengembangan
1 Jaringan Pergerakan
Rencana Pengembangan
2 Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana Pengembangan
3 Jaringan Telekomunikasi
Rencana Pengembangan
4 Jaringan Air Minum
Rencana Pengembangan
5 Jaringan Drainase
Rencana Pengembangan
6 Jaringan Air Limbah
Rencana Pengembangan
7 Jaringan Persampahan
92
Tahapan Kegiatan September Oktober November Desember Januari
No
Rencana Kerja Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
RDTR BWK I
Rencana Pengembangan
8 Jaringan Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
5 Indikasi Program
BAB PERATURAN
VII ZONASI
2 Teks Zonasi
4 Pemberian Perizinan
Pengenaan Sanksi
5 (Pengendalian dan
Pemanfaatan Ruang)
VII FINALISASI
93
Tahapan Kegiatan September Oktober November Desember Januari
No
Rencana Kerja Kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
RDTR BWK I
A. Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan yang meliputi;
1. Pendahuluan atau pengantar rencana perkuliahan
2. Membuat review seluruh analisis yang telah dikerjakaan
3. Melakukan analisis peraturan zonasi
4. Menyusun isu strategis
5. Melakkukan pemahaman output produk RDTR dan PZ
6. Melakukan pembuatan outline laporan RDTR.
94
3) Ketentuan tata bangunan
4) Ketentuan prasarana minimal
5) Ketentuan khusus
6) Standar teknis
7) Ketentuan pelaksanaan meliputi;
Ketentuan variasi pemanfaatan ruang
Ketentuan insentif dan disentif
Ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai
denagan perturan zonasi
c. Teknik Peraturan Zonasi
95
September
No Kegiatan 9 12 16 19 23 26
Senin Kamis Senin Kamis Senin Kamis
3.3.1 Administrasi Wilayah
3.3.2 Topografi
3.3.3 Klimatologi
3.3.4 Litologi
3.3.5 Geologi
3.3.6 PenggunaanLahan
3.4 Kependudukan dan Sosial
3.4.1 Demografi
3.4.2 Fertilitas
3.4.3 Mortalitas
3.5 Sarana dan Prasarana
3.5.1 Sarana Pendidikan
3.5.2 Sarana Kesehatan
3.5.3 Sarana Peribadatan
3.5.4 Prasarana Telekomunikasi
3.5.5 Prasarana Persampahan
3.5.6 PrasaranaLimbah
3.5.7 Prasarana RTH
3.5.8 PrasaranaDrainase
3.5.10 Prasarana Air Bersih
3.6 Ekonomi
Isu dan Potensi Wilayah
4 Bab III Metodologi Penelitian
(1) Metodelogi Penelitian
(2) Metodelogi Pengumpulan Data
(3) Metodelogi Analisis Data
(4) Kerangka Output RDTR
5 RencanaKerja
(1) Rencana Kerja Satu Semester
(2) Rencana Penyusunan Laporan
Pendahuluan
6 Presentasi Laporan Pendahuluan
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok, 2019
96