Stepvani Blok 25 b6
Stepvani Blok 25 b6
Stepvani Blok 25 b6
Stepvani 102015118
102015118 / B6
Email : stepvanilohanatha1330@gmail.com
Abstrak : Preeklamsia dan eklamsia merupakan komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang
dapat meningkatkan angka kesakitan, kematian ibu dan janin. Tingginya angka kejadian pada
umumnya disebabkan oleh dugaan faktor kemiskinan. Diagnosis dini dan pengobatan sangat
penting untuk dilakukan dalam menurunkan angka kematian ibu dan janin. Sekitar 10-15%
kehamilan disertai komplikasi hipertensi yang berkontribusi besar dalam morbiditas dan
mortalitas neonatal dan maternal. Wanita yang hipertensi saat hamil cenderung mengalami
penyakit kardiovaskuler di kemudian hari.
Kata kunci : kehamilan, preeklampsia-eklampsia
Anamnesis
- Identitas pasien ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, status perkawinan
(sudah atau belum menikah)
- Keluhan utama ; keluhan tersering yang menyebabkan pasien datang ke poliklinik
kandungan adalah perdarahan, amenorea, nyeri panggul, keputihan, benjolan,
infertile, sakit kepala
- Riwayat obstetric ; paritas, riwayat persalinan (normal, SC, bantuan alat)
- Riwayat ginekologi ; riwayat penyakit pada saluran reproduksi sebelumnya, riwayat
operasi
- Riwayat haid ; riwayat haid pertama kali, HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir),
jumlah darah haid, lama haid berlangsung, nyeri haid
- Riwayat penggunaan obat-obatan dan kontrasepsi ; riwayat penggunaan obat untuk
mengobati penyakit, riwayat penggunaan obat hormonal, riwayat penggunaan obat
antikoagulan, riwayat penggunaan AKDR
- Riwayat penyakit umum ; apakah pasien menderita penyakit berat (tuberculosis,
jantung), riwayat kelainan darah, riwayat menjalani operasi struma, payudara, dan
appendiktomi.
- Riwayat keluarga ; riwayat penyakit yang sama dalam keluarga, riwayat penyakit
menular seksual
Pemeriksaan Fisik2
Pada skenario ini didapati ; KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. TD
180/120mmHg, HR 90x/menit, RR 20x/menit, Temp 36,60C, urin +4, DJJ 155.
- Tes kehamilan
Untuk mengetahui apakah pasien benar hamil atau tidak.Kadar βHCG diukur dengan
melakukan pengetesan melalui urin dan darah.Selain itu dapat dilakukan USG untuk melihat
apakah ada janin atau tidak.
Pada ibu hamil, tes hitung darah lengkap selain untuk memantau kadah Hb, juga
digunakan untuk melihat kadar trombosit dan hemokonsentrasi.
- Urinalisis
Diagnosis Banding
Eklampsia
Eklampsia merupakan suatu kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia adalah kejang yang dialami wanita hamil
dalam persalinan atau masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, edema,
dan proteinuria). Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis).5
Working diagnosis
Pre eklamsia3
Jika pasien hamil dengan keluhan hipertensi, proteinuria, dan edema dapat disimpulkan bahwa
pasien tersebut mengalami pre-eclampsia.Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi
menjadi ringan dan berat.
Preeklamsia ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat vasopasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsia ringan
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah
kehamilan 20 minggu, dengan gejala sebagai berikut :
Hipertensi : sisatolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg, kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan diastolic ≥ 1 mmHg tidak dipakai lagi sebgai kriteria preeklamsia.
Proteinuria: ≥ 300mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstick
Edema local tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsia kecuali edema pada
lengan, muka, dan perut, atau edema generalisata.
Preeklamsia berat
Ialah pereeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHG dan tekanan darah
diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.Diagonisis ditegakan
berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklamsia
digolongkan berat bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut :
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg,
tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan sianosis
Hemolysis mikroangiopatik
Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
Sindrom HELLP
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertrnsi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Pre eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan
proteinuria.
3. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik disertai
tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa proteinuria.
Banyak terjadi pada primigravida, ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua
(<20 tahun atau >35 tahun), keturunan Afrika-Amerika, riwayat pre-eclampsia sebelumnya,
riwayat keluarga dengan pre-eclampsia, hipertensi kronis, penyakit ginjal kronik,
antiphospholipid syndrome (APS), diabetes, dan kehamilan kembar.2 Etiologi dari pre-eclampsia
hingga sekarang belum diketahui pasti, diduga karena adanya inasi trofoblastik yang terganggu,
vasokonstriksi arteri spiralis, rasio tromboksan/prostasiklin yang meningkat. Eclampsia terjadi
25% antepartum, 25% intrapartum, dan 50% pascapartum.7
Epidemiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.Banyak
teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak satupun
tersebut yang dianggap mutlak benar.
Gambar 13
Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arterialis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri
spiralis mengalami distensi dan dilatasi.Hal ini memberi dampak penururnan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Pada hipertensi
dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Teori Iskemia plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(radikal bebas).Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Radikal ini akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain dapat merusak membran
sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.Jika sel endotel terpapar terhadap
peroksida lemak maka akan terjadi disfungsi endotel, yang akan berakibat:
HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel NK
ibu, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Nulipara.
Usia ibu pada saat hamil <20 tahun atau >35 tahun.
Konsumsi alkohol
Hipertensi kronik
Kehamilan multipel
Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menenukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa ibu yang
mengalami preeklamsia , 26 % anak perempuannya akan mengalami preeklamsia juga.
Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar ,
sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses
apoptosis pada preeklamsia, di mana pada preeklamsia terjadi peningkatan stress
oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas
juga makinmeningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon
Inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih
besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
preeklamsia pada ibu.
Sindrom HELLP
1. Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah
(mirip tanda dan gejala infeksi virus).
2. Adanya tanda dan gejala preeklemsia
3. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler, khususna kenaikan LDH, AST dan bilirubin indirek
4. Tanda kerusakan/difungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
5. Trombositopenia (Trombosit ≤150.000/ml). Semua perempuan hamil dengan keluhan
nYeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala
preeklamsia, harus di pertimbangkan sindrom help.
- Hipertensi tipe II
- Proteinuria8
>300mg/24 jam
- Edema anasarka
- Takikardi
- Hemolisis
Bilirubin >1,2mg/dL
LDH >600IU/L
- Low Platelet
<100.000/mm3
Terapi medikamentosa
Obat antihipertensi mulai diberikan pada preeklampsia berat dengan tekanan darah ≥160/100 mm
Hg. Obat hipertensi yang dapat digunakan pada kasus preeklampsia adalah hidralazin, labetalol, nifedipin,
dan sodium nitroprusside. Di Indonesia, karena tidak tersedia hidralazin dan labetalol IV, obat
antihipertensi yang menjadi lini pertama adalah nifedipin.
Dosis awal nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit bila perlu (maksimal 120
mg dalam 24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan secara sublingual karena efek vasodilatasi yang sangat
cepat.
Non medikamentosa
Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit.
Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif untuk preeklampsia. Tujuan utama
penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. Pada pasien
dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda preeklampsia berat, induksi sering dilakukan setelah usia gestasi
37 minggu. Sebelumnya, pemberian kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat pematangan paru janin.
Pada preeklampsia berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34 minggu. Pada kondisi
seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih dipertimbangkan dari risiko prematuritas bayi. Pada situasi
gawat darurat, pengontrolan terhadap tekanan darah dan kejang harus menjadi prioritas.
Tatalaksana mayoritas pasien dengan preeklampsia tanpa tanda bahaya (bukan preeklampsia
berat) dapat dilakukan dengan cara berobat jalan, tetapi tetap dibutuhkan observasi yang ketat terhadap
terjadinya perburukan. Namun, pada beberapa kasus pasien juga dapat dirawat di rumah sakit. Tirah
baring total sudah tidak direkomendasikan lagi pada pasien dengan preeklampsia. Selain karena
efektivitasnya yang rendah, tirah baring justru menjadi faktor risiko terjadinya tromboembolisme.
Sebaiknya lebih dianjurkan untuk melakukan tirah baring dengan posisi miring ke kiri ketika pasien
sedang tidur guna menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior sehingga meningkatkan aliran
darah ke jantung
Komplikasi
A. Komplikasi
Pada janin
- Kelahiran prematur
Pada ibu
- DIC
- Kematian
Prognosis
- Sekitar > 25% dari wanita dengan eklamsia memiliki kemungkinan hipertensi padakehamilan
berikutnya.6
- Pada wanita penderita eklampsia multipara mempunyai resiko tinggi untuk hipertensi esensial
- Pada wanita penderita eklampsia multipara mempunyai resiko mortalitas yang lebih
tinggipada kehamilan berikutnya dibandingkan dengan primipara
Pada umumnya timbulnya eklamsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha - usaha
untuk menurunkan frekuensi eklamsia terdiri atas :
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda (peningkatan antenatal care)
2. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda - tanda pre-eklamsia dan mengobatinya
segera ditemukan.
3. Mengakhiri kehamilan sedapat - dapatnyapada kehamilan 37 minggu ke atas setelah
dirawat tanda - tanda pre-eklamsi tidak juga dapat dihilangkan.
Kesimpulan
Pre-eclampsia merupakan salah satu dari hipertensi pada kehamilan yang sering terjadi pada
kehamilan di dunia tanpa etiologi yang pasti. Faktor risiko dari pre-eclampsia ialah usia ibu hamil <20
tahun atau >35 tahun, kehamilan kembar, mola hidatidosa, primigravida, dan ibu hamil dengan penyakit
kronik seperti diabetes melitus, gagal ginjal kronis, hipertensi kronis, dan lain sebagainya. Tanda dari pre-
eclampsia adalah adanya hipertensi tipe II dan proteinuria (sering disertai edema anasarka).hal Hipotesis
diterima
Daftar Pustaka
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta : EGC. 2010
2. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011.h.116-21.
3. Young BC, Levine RJ, Karumanchi A. Pathogenesis of preeclampsia. Annu Rev Pathol
Mech Dis. 2010;5:173-92