Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEP KELUARGA

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga)

Disusun Oleh :

Dede Lukman Hidayat 1708186

Diah Dwi Susanto 1708193

Josa Syifaur Rachman 1708227

Nadzila Khoirun Nisa 1708243

Sinta Setiawati 1708281

Teuis Dianty Hermawan 1708293

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG

2019
A. Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan
keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu
sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.

B. Struktur Keluarga
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
4. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami istri.

C. Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan


keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga,
kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut Friedman
(1999), ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :

1) Fungsi efektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
2) Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
3) Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang,
pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.

D. Tumbuh Kembang Keluarga

Menurut Duval (1997), siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan risiko tertentu pada tiap tahap perkembangannya.

1. Tahap 1
Pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina
hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk
merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
2. Tahap 2
Menati kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia
kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan
anggota keluarga baru, membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3
Keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5-6 tahun. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing
anggota keluarga, antara lain: kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak,
menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4
Keluarga dengan anak sekolah (anak tertua berusia 7-12 tahun). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk
membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak
membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, dan meemnuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5
Keluarga dengan remaja (anak tertua berusia 13-20 tahun). Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang
sejalan dengan maturitas remaja, melakukan komunikasi yang terbuka di antara orang tua
dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang
baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan
perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-
masalah kesehatan.
7. Tahap 7
Keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan
meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap 8
Keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata
kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang
berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.

Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat dukur berdasarkan tingkat


kesejahteraannya, yaitu sebagai berikut :

1. Keluarga prasejahtera, yaitu keluarga - keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar ( basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan,
sandang, papan, dan kesehatan.
2. keluarga prasejahtera, yaitu keluarga-keluara yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologis (sosial psychological need), seperti kebutuhan terhadap pendidikan , keluarga
berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3. keluarga sejahtera tahap II, yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan perkembangannya (developmemtal needs), seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi.
4. kelurga sejahtera tahap III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial-psikologis, dan kebutuhan perkembangan, namun
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.
misalnya, secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material
dan keuangan untuk kepentingn sosial kemasyarakatan atau yayasan-yayasan
sosial,keagamaan,kesenian,olahraga,pendidikan,dan sebagainya
5. keluarga sejahtera tahap III plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yag bersifat dasar, sosial psikologis,maupun yang bersifat
pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan
bagi masyarakat.

Indikator keluarga sejahtera adalah berikut :

a. Keluarga prasejahtera, keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indikator


sebagai berikut:
1) keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang di anut masing-masing.
2) keluarga makan dua kali sehari atau lebih
3) keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4) keluarga mempunyai rumah yang sebaian besar berlantai bukan dari tanah.
5) kaluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak
sakit atau pusingin ber-KB)

b. keluarga sejahtera 1, keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai 5


tetapi belum mampu melaksanakan indikator sebagai berikut :
1) keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut.
2) keluarga makan daging,ikan,atau telur sebagai lauk pauk sekurang kurangnya
sekali dalam seminggu
3) keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
4) setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang
5) semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi mereka masing masing
6) paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas memiliki
penghasilan tetap.
7) seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu membaca dan
menulis latin
8) anak usia sekolah (7 smpai 15 tahun) dapat bersekolah.
9) keluarga yang masih pasangan usia subur (pus) memakai kontrasepsi dan
mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.

c. keluarga sejahtera II , keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 samapi


14, tetapi belum mampu melaksanakan indikator-indikator sebagai berikut :
1) keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
2) keluraga mempunyai tabungan.
3) keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
4) keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
5) keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali dalam 6
bulan.
6) keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
7) kelyarga mampu menggunakan sarana trasportasi.

d. keluarga sejahtera III, keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai
21, tetapi belum mampu melaksanakan indikator sebagai berikut.
1) keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat
2) keluarga aktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
e. keluarga sejahtera III plus, sebuah keluarga dapat di sebut keluarga sejahtera plus bila
sudah mampu melaksanakan semua indikator (23)
E. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk Keluarga adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Inti (nuclear family) adalah Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami,istri, dan anak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
2. Keluarga Asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga lain (karena
hubungan darah) misal kakek, nenek, paman,bibi.
4. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita & pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau
kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga Komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
7. Keluarga Kohabitasi (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa
pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim
dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini
mulai dapat diterima.
8. Keluarga Inses (incest family). Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandung nya. Walaupun tidak lazim dan melanggar
nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat
kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan non-tradisional. Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non-tradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah, ibu dan anak dari hasil
perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga non-tradisional adalah sekelompok orang yang
tinggal di sebuah asrama.

F. Batasan Keluarga

Burger (1997), memberikan pandangan tentang batasan keluarga yang berorientasi


pada tradisi, yaitu :

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan
ikatan adopsi.
2. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama - sama dalam satu rumah
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial
keluarga seperti halnya peran suami-istri, suami sebagai ayah, dan istri sebagai ibu dan
peran sebagai anak
4. Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dan beberapa ciri unik tersendiri

Selain pandangan dari Burger, mengenai batasan keluarga ada beberapa pandangan
lain dari :

1. Departemen Kesehatan RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.

2. Friedman (2002)

Keluarga merupakan suatu kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam


perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

G. Sistem Keluarga

Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan
sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misal : politik, agama, sekolah, dan
pemberian pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling
berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi
(subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai tujuan baik implisit
maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga nilai
keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga.

Karakteristik dalam sistem keluarga (sistem terbuka) :

1. Komponen : dalam suatu keluarga masing masing anggota mempunyai sifat


interdependensi, interaktif, dan mutlak.
2. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan untuk
menyeleksi informasi yang masuk dan keluarga.
3. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu masyarakat.
4. Terbuka : (Batas yang permeable) dimana di dalam keluarga terjadi pertukaran antar
sistem.
5. Mempunyai : masing masing keluarga mempunyai organisasi yang akan berpengaruh di
dalam fungsi yang ada dari anggotanya.
H. Peran perawat keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat,
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai :

1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar (a)
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri dan (b)
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama
perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit, perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga Asuhan Keperawatan yang diberikan dengan
harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang
sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesLehatan. Agar keluarga mampu meminta nasehat kepada perawat maka hubungan
perawat keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga di dalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. kendala yang sering dialami keluarga
adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan
sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat
komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan
dana sehat.
8. Penemu kasus
Peran perawat komunitas juga sangat penting untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
Pembahasan

Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan


derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota
anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat
mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan
komunitas global. Membangun Indonesia sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga
sehat sesuai dengan budaya keluarga.

Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga
sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan,
konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan
kesehatan pada anggota keluarganya. Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai
masalah kesehatan, mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah
kronis.

Anda mungkin juga menyukai