Anda di halaman 1dari 3

1.

Motivasi mengikuti Nusantara Sehat

Kesehatan merupakan salah satu indikator yang krusial dalam membangun kesejahteraan Negara.
Beberapa paradigma masyarakat bahwa kesehatan bukanlah segalanya, namun perlu diketahui bahwa
tanpa kesehatan segalanya tidak berarti. Melihat belakangan ini begitu banyak masalah kesehatan dari
berbagai daerah di seluruh penjuru Indonesia, mendorong hati saya untuk turut andil dalam program ini
dengan tujuan untuk membantu mengurangi bahkan mengatasi masalah-masalah terkait kesehatan
khususnya Gizi dengan berbekal kemampuan akademik yang mumpuni sesuai dengan disiplin ilmu dan
dengan latar belakang pengalaman organisasi yang cukup, serta dalam bekerja tim pada beberapa
kesempatan, yang nantinya akan saya aplikasikan ketika bergabung menjadi salah satu tenaga
kesehatan di Nusantara Sehat. Selain itu, saya sadar bahwa menjalankan tindakan preventif terhadap
masyarakat agar terhindar dari ancaman penyakit adalah sudah menjadi tanggung jawab seorang ahli
kesehatan yang dimana nantinya akan berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain demi meningkatkan
derajat kesehatan. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk ingin bergabung pada Program Nusantara
Sehat ini. Juga, saya memandang bahwa ini merupakan sebuah amanah dan juga tugas mulia yang
selanjutnya dapat menjadi pengalaman berharga yang sangat bermanfaat karena hal ini dapat
membantu saya dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Tidak hanya terhadap diri sendiri,
namun juga untuk masyarakat di Negara Indonesia.

2. Tantangan terbesar yang pernah dihadapi dalam pendidikan/bekerja

Pada waktu menjalani semester berjalan di perkuliahan, saya memutuskan untuk mengabdikan diri
selama sebulan lamanya di sebuah daerah terpencil yang dimana akses untuk menuju daerah tersebut
cukup sulit karena tidak ada transportasi darat. Daerah tersebut terletak di perbatasan Indonesia-
Malaysia, Pulau Sebatik. Langkah untuk mengabdi di pulau terluar Indonesia ini tidaklah mudah karena
ada beberapa tantangan yang harus saya hadapi seperti perjalanan menuju ke pulau ini. Dalam kurun
waktu kurang lebih empat hari berada di atas kapal dengan berbekal makanan secukupnya untuk
bertahan. Sesampainya di tempat, tentu saja ada beberapa kendala yang saya hadapi. Salah satunya
adalah berhubungan dengan pola pikir masyarakat yang mana di daerah tersebut masih terbelakang
terkait pendidikan sehingga banyak masalah yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan seperti
tidak diterapkannya PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) oleh warga sekitar karena konsep PHBS belum
dipahami dengan baik. Berbagai cara digunakan untuk melakukan pendekatan agar apa yang
disampaikan dapat diterima warga tanpa menyinggung perasaan mereka. Selain itu, perbedaan aksen
dan bahasa juga sangat kental disana karena Sebatik berada di satu pulau yang sama dengan Malaysia
dan juga daerah ini bisa dikatakan tempat berkumpulnya para perantau dari berbagai penjuru daerah.
Oleh karena itu, Sebatik merupakan pulau multikultural yang mana terdapat banyak perbedaan budaya
dan adat istiadat. Namun terlepas dari itu semua, saya sangat mengapresiasi keramahan dan
kehangatan warga yang menyambut saya dan rombongan. Serta, rasa antusias penduduk setempat
untuk mengikuti program kerja yang kami berikan meskipun beberapa masyarakat masih belum benar-
benar paham bagaimana gizi dan kesehatan itu dan yang menjadi tantangan besar saya adalah
bagaimana mengubah paradigma primitif masyarakat terhadap sesuatu yang sudah dilakukan sejak
turun-temurun namun bersifat negatif. Perlu adanya rencana dan usaha yang matang karena mengubah
pola pikir individu tidak dapat dilakukan secara instan.

3. Prestasi terbesar anda dalam pendidikan/dalam bekerja.

Saya merupakan pribadi yang tekun dan selalu antusias terhadap hal-hal yang baru dan menantang.
Pada waktu menjalani pendidikan, nilai akademik saya selalu berada pada posisi stabil sehingga saya
mendapat gelar Cum Laude pada saat ujian akhir. Namun, mendapatkan prestasi seperti hal tersebut
mungkin saja menjadi keberuntungan untuk sebagian orang karena beberapa deretan angka yang
tertera di sebuah kertas ijazah adalah sebuah formalitas. Yang menjadi hal yang esensial adalah
bagaimana saya melewati proses sehingga bisa mencapai tahap pada saat ini. Ketika orang lain
mendefinisikan prestasi dalam pendidikan adalah menjadi juara dalam sebuah olimpiade atau
kompetisi, saya menganggap bahwa prestasi terbesar saya yaitu ketika saya bisa melawan rasa malas
dan arogansi ketika berkuliah. Banyak yang cerdas namun mereka belum tentu mencapai titik ini karena
mereka menganggap sesuatu dengan sebelah mata. Hal-hal yang sepele bisa jadi bumerang bagi diri
sendiri jika tidak teratasi dengan baik. Saya tidak memiliki prestasi yang mengesankan terkait pendidikan
namun saya cukup memahami terkait disiplin ilmu yang saya jalani. Dan juga ketekunan saya adalah
merupakan sebuah prestasi karena tidak banyak orang yang bisa melakukan hal yang sama. Prestasi
bukan hanya berbicara tentang materi, karena nantinya ketika bekerjasama di dalam tim bukan hanya
terkait academic skill melainkan juga soft skill seperti kemampuan interpersonal, bagaimana
bersosialiasi dengan baik dan komunikatif. Hal-hal tersebut sangat krusial karena akan sangat
mempengaruhi jalannya sebuah program sehingga nantinya program tersebut mampu terlaksana
dengan baik sesuai dengan tujuan dan prosedurnya.

4. Pengalaman anda dalam merintis/terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.


Pada masa aktif berorganisasi, saya beberapa kali menjadi panitia dan turut andil dalam program kerja
yang berbasis pemberdayaan. Sebagian besar kegiatan dilakukan pada daerah-daerah terpencil yang
sulit dijangkau dan juga yang memiliki latar belakang tertinggal dalam segi ekonomi dan kesehatan
dengan tujuan agar masyarakat lebih aktif dalam berkontribusi dan memiliki pengetahuan dasar terkait
kesehatan. Beberapa kegiatan diadakan dengan menjalin regulasi dan kerjasama dengan pemerintah
dan pada kesempatan tertentu, juga melibatkan lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di daerah
saya dengan tujuan untuk mempermudah program kerja terealisasi. Dengan kooperasi bersama
beberapa pihak, beberapa kendalapun dapat teratasi dengan maksimal. Kegiatan yang tidak begitu
besar namun dapat bermanfaat untuk orang-orang setempat seperti sosialisasi tanaman obat keluarga
yang dimana sasarannya adalah seluruh keluarga yang diedukasi tentang tata cara dan manfaat
menanam tanaman obat. Selain itu, penyuluhan kesehatan dan gizi dan mengedukasi beberapa pemuda
terkait pengukuran status gizi untuk dijadikan sebagai kader kesehatan yang nantinya akan bertugas
mengontrol masyarakat di sekitar area tersebut. Selain itu, saya dan tim pernah mengadakan kegiatan
“siaga bencana gizi” di salah satu daerah yang berpotensi bencana di Sulawesi Selatan dengan
berkolaborasi dengan beberapa instansi terkait. Dan pada kesempatan lain, saya mengikuti kegiatan
yang melibatkan warga setempat terutama ibu hamil dan ibu yang memiliki anak balita. Pada kegiatan
ini, mereka didemonstrasikan tata cara memberikan ASI dan juga bagaimana cara untuk membuat
makanan pendamping ASI. Tidak hanya itu, dengan mengajarkan pembuatan makanan tambahan
dengan memanfaatkan pangan lokal dengan harga yang terjangkau sehingga tidak ada alasan lagi untuk
tidak memberikan MPASI kepada anak karena bahan dasar yang mudah ditemukan. Memberdayakan
masyarakat agar terus produktif tidaklah mudah, namun bukan hal yang tidak mungkin jika mereka
diedukasi dengan baik. Ketika saya terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, tidak semua
masyarakat akan menyambut dengan ramah dan menerima apa yang diberikan karena perlu adanya
proses yang cukup lama. Saya dan tim tetap menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan tekun
dan sabar karena lambat laun mereka akan paham bahwa kegiatan yang kita berikan akan sangat
bermanfaat bagi mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai