Anda di halaman 1dari 8

Postur Maritim Indonesia:

Pengukuran Melalui Teori Mahan


Lillyana Mulya
Alumna Program Studi S2 Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada

Abstract
This paper examines the debate in 1941 between Dutch historian J.C. van Leur and Verhoeven
on the so-called Mahan Theory of the sea power of the East Indie Company (Vereenigde van Oost-
Indie Compagnie, VOC). Alfred Thaye Mahan, an American maritime historian of the nineteenth
century, inserted the idea of a seapower state, which implied that the United Kingdom was an
ideal maritime state for the strong structure and efficient work of its sea power. Verhoeven used
Mahan’s category of seapower to suggest that the VOC was a naval power of the seventeen century.
However, Leur criticized Verhoeven saying that he had missed to address the element of the period
the term naval power began to be accepted as a theoretical category. This paper argues that the
debate between Leur and Verhoeven is relevant today as to re-consider the concept of archipelagic
country, wawasan nusantara, that Indonesia has adopted so far.

Keywords: Mahan theory, sea power, VOC, maritime state.

Abstrak
Artikel ini mengulas perdebatan yang muncul tahun 1941 antara sejarawan Belanda J.C. van
Leur dengan Verhoeven tentang kekuatan maritim VOC berdasarkan teori Mahan. Teori Mahan
menunjuk pada konsep maritim yang kemukakan pemikir Amerika Alfred Thayer Mahan. Mahan
menyatakan bahwa Kerajaan Inggris merupakan contoh ideal sebuah negara maritim dengan
struktur yang kuat dan efektif. Verhoeven menggunakan kategori Mahan tentang kekuatan
laut untuk menyatakan bahwa VOC merupakan kekuatan maritim pada abad ke-17. Namun,
Leur mengkritik Verhoeven dengan mengatakan bahwa dia melewatkan elemen waktu terkait
penggunaan istilah kekuatan maritim sebagai kategori teoretis. Artikel ini menyimpulkan bahwa
perdebatan antara Leur dan Verhoeven menyajikan perspektif yang relevan hari ini untuk
meninjau kembali konsep tentang wawasan nusantara yang dipakai Indonesia.

Kata kunci: Teori Marhan, kekuatan laut, VOC, negara maritim


128 Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober 2013

Pengantar ke dalam beberapa bahasa mempercepat difusi


pemikiran Mahan. Pada kemudian hari, teori
Pada tahun 1941, sejarawan J.C. Van
Mahan menjadi dasar strategi maritim negara-
Leur menulis artikel berjudul “Mahan di
negara besar untuk mencapai negara maritim
meja baca Hindia”1 (Coolhaas, 1971: 13-27)
yang ideal. Persebaran pemikiran ini pernah
guna mengomentari artikel Dr. Verhoeven
menjadi kegelisahan bagi Mahan sendiri bahwa
berjudul “De Compagnie als instrument
pemikirannya akan memicu negara-negara
van den oorlog ter zee (1602-1641)” dalam
ekspansif, yang akhirnya terbukti pada masa
Koloniaal Tijdschrift. Dalam komentarnya,
Perang Dunia.
Van Leur menyarankan referensi Mahan untuk
Mahan merumuskan enam karakter yang
menganalisis VOC sebagai alat perang di laut.
menjadi syarat sebuah negara potensial untuk
Terutama karena Mahan merumuskan konsep
mengembangkan sea power. Enam karakter
naval power untuk menunjuk kekuatan laut
tersebut antara lain kedudukan geografi,
dalam kurun waktu tertentu. Naval power
bentuk tanah dan pantai, luas wilayah, jumlah
dimulai pada 1660 ketika pelayaran telah
penduduk yang turun ke laut, karakter nasional
menggunakan kapal layar, bukan lagi kapal
(penduduk) dan karakter pemerintah termasuk
galei. Pernyataan ini mengkritik pendapat
lembaga-lembaga nasional. Dalam karyanya,
Dr.Verhoeven yang menyebutkan posisi VOC
Mahan tidak secara langsung menyimpulkan
pada tahun 1602-1641 sebagai naval power.
bahwa Inggris adalah negara maritim ideal,
Kilasan artikel di atas menjadi referensi
namun dengan melakukan pembandingan
utama bagaimana teori Mahan telah dipandang
antara negara-negara yang memiliki kekuatan
sebagai acuan sejarawan sekaliber Van
maritim di Eropa barat, seperti Belanda dan
Leur untuk menganalisis kekuatan maritim
Perancis.
VOC. Namun nada ‘prasangka Mahan’ yang
Pengkajian van Leur tampaknya menjadi
menyebutkan kekuatan laut Belanda tidak
patokan bagaimana pemikiran Mahan begitu
profesional membuat Verhoeven mengkritik
menyita perhatian. Kenyataan ini terutama
Mahan. Menurut Verhoeven, kajian Mahan
didukung dengan implementasi pemikiran
terbatas pada sumber non-Belanda, telah
Mahan pada perkembangan kekuatan laut
usang dan lebih khusus bertujuan untuk
Amerika yang impresif. Dengan menempatkan
menghidupkan kesadaran berarmada Amerika.
Inggris sebagai simbol kekuatan maritim
Terlepas dari sudut pandang kedua tokoh
yang unggul, Mahan memikat khalayak
tersebut, kiranya teori Mahan perlu untuk
pada jamannya. Terutama pada mereka yang
kembali dikaji. Terutama untuk mengukur
begitu ambisius untuk mengontrol dunia atau
kemaritiman Indonesia, negara yang sama
kepentingan ekspansif. Pendapat ini diperkuat
sekali berbeda dengan Eropa maupun Amerika.
dengan tema utama pemikiran Mahan yaitu
strategi militer.
Mengapa Mahan?
Kepopuleran Mahan tentu semakin meluas
Alfred Thayer Mahan dikenal sebagai ahli di antara mereka yang mengidolakan Van Leur
maritim Amerika Serikat pada paruh terakhir sebagai sejarawan. Tentu juga sulit untuk
abad 19. Tokoh ini populer melalui karyanya mencoba menyusupkan pendapat di antara
berjudul The Influence of Sea Power Upon riuhnya kekaguman terhadap Van Leur,
History yang berdasar pada penelitiannya akan namun apakah mungkin Van Leur sendiri akan
negara maritim Inggris. Penerjemahan bukunya berubah pikiran jika dia masih hidup di masa
ini? Masa ketika transformasi berjalan begitu
1 Judul asli adalah “Mahan op den Indischen Lessenaar” cepat hingga (rasanya) tidak ada satu konsep
dalam Koloniaal Tijdschrift.
Lillyana Mulya
Postur Maritim Indonesia: Pengukuran Melalui Teori Mahan 129

mutlak yang pas untuk dapat menjadi solusi potensial untuk pengembangan sea power.
beragam masalah, terutama bagi Indonesia. Namun tampaknya, teori Mahan terbatas
pada kajian di Eropa, yang memiliki perbedaan
Pertimbangan Geografis geografis dengan Indonesia. Inggris sebagai
kajian utama bukan berkontur kepulauan,
Sejak masa kolonial, masalah geografis begitu pula dengan negara maritim lain seperi
memicu problematika dalam bidang transportasi. Belanda dan Perancis. Pertimbangan ini jelas
Hal ini terutama disebabkan oleh pemusatan berkaitan dengan bagaimana kontrol atas
pemerintahan di Pulau Jawa untuk mengatur kepulauan akan diterapkan.
kelangsungan koloni Hindia Belanda. Menurut
Inggris memiliki geografis kontinen yang
Evan A. Laksmana, karakter geografi Indonesia
menjadi pusat aktivitas negara dengan
antara lain: domain maritim yang luas, pengaruh
beberapa pulau kecil di sekitarnya. Sementara
keamanan dalam negeri, masalah politik dan
kondisi Inggris paling menguntungkan adalah
ekonomi di darat, serta kegigihan persaingan
letaknya pada rute dagang sibuk antara Eropa
kekuatan utama dalam lingkungan karena
dan separuh bagian dunia lainnya. Geografi
lokasi yang strategis (shatterbelt). Namun
ini menjadi kombinasi yang utuh untuk
karakter umum yang kerap kali terlewat dan
menjadi negara maritim dalam waktu yang
diperhitungkan adalah kepulauan.
lama. Didukung dengan kandungan mineral
Menurut Dimyati Hartono sebagai pakar berupa batu abra dan logam, Inggris berhasil
hukum laut Indonesia, masih terdapat salah menggeser Amerika dalam produksi kapal uap
pengertian mengenai penyebutan Indonesia berbahan baku logam.
sebagai negara kepulauan atau negara maritim.
Namun, hal menarik justru mengenai
Negara kepulauan adalah keadaan faktual
kemunculan Belanda sebagai imperium maritim
berdasar geografis yang menjadi ciri sebuah
mendahului Inggris. Berada pada kontinen yang
negara yaitu memiliki sudut teritorial yang
sempit, Belanda tidak hanya dihadapkan pada
berkonfigurasi khas disebut dengan kepulauan.
minimnya sumber daya namun juga populasi
Sementara negara maritim merupakan keadaan
yang kecil. Satu aspek yang cukup menonjol dan
negara yang basis eksistensi, kebesaran dan
berpengaruh besar dalam kekuatan maritim
kejayaannya (meliputi aspek politik, ekonomi,
Belanda adalah karakter nasional. Karakter
sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan
penduduk sebagai pelayar dan pedagang
hukum) tertumpu pada kekuatan maritim.
yang gigih begitu menguntungkan pada abad
Dengan demikian, Indonesia merupakan
perdagangan maritim dunia. Kegigihan itu
negara kepulauan namun belum memenuhi
juga muncul dalam menyiasati tanah yang
syarat untuk disebut sebagai negara maritim.
sempit dengan terus mereklamasi laut melalui
Konsep negara kepulauan merupakan pendirian dam dan kanal. Oleh sebab itu
konsep yang mendasari pengajuan Deklarasi Belanda disebut dengan Holland, yang berasal
Djuanda tahun 1957 ke UNCLOS untuk dari Hollow Land.
mendapatkan legalisasi internasional. Masa
Berbeda dengan geografis Inggris, pusat
selama lebih dari tiga dasawarsa hingga
aktivitas kepulauan Indonesia terletak di
Deklarasi Djuanda diakui secara internasional
Pulau Jawa yang memiliki tanggung jawab
menjadi ajang Indonesia untuk membuktikan
terhadap ribuan pulau yang letaknya terpisah
pantas atau tidak perairan tersebut dimiliki
oleh laut. Di sini, laut menjadi satu objek yang
oleh Indonesia.
dilematis. Laut menjadi jalan utama ketika
Mengacu pada teori sea power Mahan, digunakan sebagai area penyeberangan antar
keadaan geografis Indonesia sekilas tampak pulau. Sebaliknya, laut menjadi pemisah ketika
130 Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober 2013

pusat pemerintah tidak dapat menyediakan Pertimbangan Masa Lalu: Pengalaman


atau mengatur sarana penyeberangan ataupun dan Dampak Psikologis Kolonisasi
distribusi sumber daya antar pulau. Hal ini
Dalam enam karakter versi Mahan,
terjadi ketika PELNI yang didaulat menjadi
terdapat dua karakter yang digunakan
perusahaan pelayaran negara gagal menjangkau
untuk menelusuri pola kekuatan maritim
seluruh kepulauan Indonesia. PELNI dirancang
yaitu karakter nasional dan karakter
sebagai upaya kloning dari KPM dan memiliki
pemerintahan. Mahan menyebutkan bahwa
tanggung jawab untuk mengintegrasikan
karakter pemerintahan merupakan karakter
perekonomian seluruh kepulauan serta
yang sering terlihat dalam setiap kebijakan
kepentingan politik lainnya. Namun karena
pemerintah. Mahan menempatkan dua faktor
kekurangan armada, maka PELNI hanya bisa
ini bukan sebagai dua variable yang terpisah,
menjangkau sepertiga dari total pelayaran.
namun menyambung. Karakter nasional suatu
Sementara sisanya dijalankan oleh perusahaan
negara tidak hanya dilihat dari masyarakat,
asing dari dalam dan luar negeri.
namun juga pemerintah. Penarikan benang
Aktivitas pelayaran pasca kemerdekaan
merah antara berbagai rezim yang menempati
jauh dari memenuhi syarat untuk kontrol
tampuk pemerintahan merupakan perwakilan
kepulauan. Banyak pulau terabaikan
dari karakter nasional.
sebab PELNI tidak memiliki cukup dana
Beberapa negara di Eropa Barat, yang
untuk beroperasi ke tempat yang kurang
menjadi kajian Mahan, memiliki jenis
menguntungkan. Penghasilan PELNI hanya
pemerintahan berbentuk kerajaan sehingga
cukup untuk membiayai opersional primer.
dipimpin oleh seorang raja. Jenis pemerintahan
Sementara pada masa KPM, keuntungan dari
ini memungkinkan adanya kebijakan
pelayaran ke daerah yang menguntungkan
yang konsisten dalam waktu lama. Tidak
digunakan untuk biaya operasional pelayaran
mengherankan apabila pencapaian negara
ke daerah terpencil. Hingga tahun 1983, PELNI
maritim Nusantara terjadi pada masa dinasti
masih mengalami kerugian yang disebabkan
kerajaan seperti Majapahit (Laksmana, 2011:
oleh tiga hal yaitu kondisi armada yang menua,
98). Berbeda dengan keadaan pasca kolonial
tugas sosial politik yang non-ekonomis serta
ketika kekuasaan kepala pemerintahan
jumlah pegawai yang terlalu banyak.
dibatasi dan pemerintahan selanjutnya
Kegagalan PELNI sebagai industri maritim
menerapkan kebijakan yang jauh berbeda.
tidak semata-mata bisa dijadikan ukuran
Pemerintahan dalam jangka waktu yang
bagaimana pemerintah memahami realitas
pendek cenderung menyebabkan kebijakan
geografinya. Indonesia hingga tahun 1960’an
menjadi abortif. Hal ini terlihat pada karakter
dihadapkan dengan persoalan ekonomi yang
pemerintahan Presiden Soekarno yang terpaksa
berantakan. Dengan berbekal dana kredit,
berakhir sebelum dapat mengimplementasikan
pemerintah berusaha menumbuhkan ekonomi
kebijakan dalam waktu lama. Sementara pada
dalam negeri. Ketika permasalahan disintegrasi
pemerintahan Orde Baru, implementasi dari
muncul, PELNI diharuskan melayani aktivitas
konsep lebih dapat dievaluasi sebab rentang
politik yang menyita banyak kapalnya. Tidak
pemerintahan lebih dari tiga dekade.
mengherankan bila gurita PELNI terlalu lapar
untuk menjulurkan tentakelnya hingga ke titik Hal paling krusial dari karakter pemerintah
terjauh. maupun karakter nasional adalah penguasaan
masa lalu. Negara-negara Eropa Barat, terutama
Inggris, tidak pernah diduduki oleh bangsa lain,
kecuali bangsa Barat sendiri. Pertumbuhan
Lillyana Mulya
Postur Maritim Indonesia: Pengukuran Melalui Teori Mahan 131

pengusaha ataupun pedagang meningkat Jenis kebencian ini yang kemudian


bersamaan dengan demam penjelajahan samudra. menjadi alasan sulitnya masyarakat pasca
Penumpukan modal dari perdagangan menjadi kemerdekaan (termasuk mereka yang tidak
fondasi ekonomi Belanda maupun Inggris. secara langsung mengalami penjajahan
Keberhasilan ini kemudian mempengaruhi Belanda) untuk menerima sisi terang
pemerintah untuk mendukung perdagangan, pembangunan masa kolonial. Masyarakat
terutama bagi pendirian kongsi dagang VOC. Hal cenderung berusaha sejauh mungkin lepas
ini menunjukkan konsep sea power Belanda dan dari hal-hal yang bersifat kolonial. Alih-
Inggris berpola dari bawah ke atas. alih menjauh, namun beberapa peristiwa
Penentuan pola seperti di atas rumit bagi yang menunjukkan pembatasan kesempatan
Indonesia sebab Indonesia telah sekian abad bagi bangsa sendiri pasca kemerdekaan
menjadi ‘Hindia Belanda’. justru menunjukkan bahwa terdapat warisan
kolonial yang secara “tidak sadar” menjadi
“Jadi bukan jumlah, melainkan perlakuan
turun temurun. Salah satu contohnya adalah
yang menentukan status minoritas. Suatu
bagaimana kebijakan negara dirancang tanpa
jumlah besar bisa mempunyai status minoritas
seperti halnya rakyat Indonesia di zaman
pertimbangan presisi sehingga mempersempit
kolonial, di mana sejumlah kecil orang Belanda kesempatan perkembangan dalam negeri
mempunyai kedudukan ‘dominan’ group.” dan meningkatkan ketergantungan terhadap
(Tempo, 3-9 Juni 2013).2 negara lain.

Kolonialisme tidak bisa tidak, menjadi latar Masyarakat pasca kemerdekaan cenderung
belakang besar bagi pendalaman karakter menyalahkan “konsentrasi daratan” masa
nasional yang terlihat melalui perilaku. kolonial sebagai sebab kemunduran maritim
Pengalaman penuh represi dan dominasi Indonesia. Meskipun sulit untuk diterima,
menyebabkan seseorang mengalami (apa namun pernyataan di atas masih memuat
yang oleh psikologi disebut dengan) trauma, nada kebencian yang terlalu dalam terhadap
yang secara praktis diartikan sebagai suatu kolonial, tanpa mengindahkan perspektif yang
keadaan ketika subjek tidak dapat menguasai lain. Pemahaman konsentrasi daratan masa
dirinya sendiri secara sadar. Secara sederhana, kolonial akan berbeda jika dilihat sebagai
trauma disebabkan oleh penekanan repetitif dampak global industrialisasi. Perubahan
terhadap primary needs, seperti lapar, haus dari era merkantilisme Eropa ke tahap
dan keamanan fisik (Jung, 1978: 31). Dampak kapitalisme modern tidak saja merubah
trauma ini dapat mengerucut menjadi histeria, konsentrasi dari maritim ke daratan, namun
yaitu ketika trauma termanifestasi ke dalam juga mempercepat perkembangan transportasi
bentuk-bentuk kekerasan. Secara sosial, histeria darat. Transformasi darat ini menggeser peran
yang dialami oleh publik menjadi mass hysteria waterway (sungai dan kanal) untuk distribusi
atau semacam moral panic. Perilaku ini pernah komoditi. Hal ini pertama-tama terjadi di
terlihat dalam kekerasan terhadap serdadu Eropa, di mana industrialisasi berakar.
Belanda pada masa pemerintahan Jepang, yang Pergeseran konsentrasi di atas praktis
merupakan lonjakan emosi tidak terkontrol menjadi hal yang alamiah sebab industrialisasi
untuk membalas dendam. Secara psikis, trauma memicu pengembangan pada lahan dan alat
ini menurun menjadi bentuk kebencian tanpa produksi. Pembangunan jalan, jembatan, dan
celah terhadap pemerintah kolonial. berbagai sarana produksi tak ayal menjadi
bagian ‘kemajuan’ maupun modern. Kelemahan
2 Kalimat ini merupakan ungkapan Yap Thiam Hien yang dari bagian ini adalah masyarakat yang
dikutip oleh Majalah Tempo. Yap Thiam Hien adalah ahli tenggelam dengan kemajuan cenderung
hukum pada tahun 1960’an-1980’an.
132 Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober 2013

meremehkan apa yang telah ditinggalkan, legalisasi batas 12 mil dalam Deklarasi
ataupun dampak negatif yang ditimbulkan. Djuanda oleh UNCLOS.
Dalam tahap ini, pengalaman telah membentuk Penjelasan masa kemerdekaan Indonesia
perilaku secara tidak sadar (unconscious). tidak dapat menjustifikasi karakter pemerintah
Konsentrasi daratan pada kepulauan dan karakter nasional sebagai satu linier,
Indonesia kemudian menyebabkan perairan namun bertingkat. Kesadaran para pakar
menjadi batasan. Tidak saja karena kehidupan yang mewakili karakter pemerintah berada
masyarakat terkondisi untuk habis di ladang, lebih tinggi daripada karakter nasional,
namun juga karena mereka tidak memiliki sebab pada masa pengenalan ‘archipelagic
kesempatan untuk mengarungi laut dan state’, tidak ada antusiasme masyarakat
mengenal kepulauan Indonesia. Hal ini untuk menyambutnya (misalnya media surat
didukung dengan letak Pulau Jawa sebagai kabar). Namun, reaksi justru datang dari luar
pulau utama yang berada pada bagian barat negeri terutama negara maritim besar yang
wilayah kepulauan. Maka, kenyataan ini dapat merasa kebebasan pelayarannya dibatasi.
sedikit menjelaskan mengapa wilayah timur Hal ini seakan menyatakan bahwa kesadaran
kepulauan seakan terabaikan. masyarakat masih terpisah dengan kesadaran
Pasca kemerdekaan, Indonesia sepenuhnya pemerintah.
mandiri untuk mendefinisikan dirinya. Pola karakter pemerintah dan karakter
Kesadaran maritim masa kemerdekaan terlihat nasional Indonesia di atas menjadi
dalam usaha perumusan ‘archipelagic state’ kendala utama apabila Indonesia hendak
dalam Deklarasi Djuanda. Para pakar yang mengembangkan sea power. Berbeda dengan
umumnya terlahir pada masa kolonial memiliki karakter beberapa negara di Eropa Barat ketika
pandangan sedemikian kritis untuk menilai ledakan petualangan menjadi kolektif dan
hukum laut kolonial. Hukum Teritoriale Zee en mempengaruhi pemerintah untuk mendukung
Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) 1939 pelayaran lanjutan. Pola karakter dari bawah
dianggap tidak lagi relevan dengan keadaan ke atas memungkinkan karakter ini tetap terus
dan status Indonesia yang merdeka. terpelihara hingga abad selanjutnya, meskipun
Pada masa kolonial, maritim Hindia Belanda terdapat pergantian rezim secara periodik.
memang tidak lagi menampakkan kejayaannya
seperti masa VOC, namun bukan berarti bahwa Kritik Mahan
masa kolonial kemaritiman sepenuhnya lemah.
Sir Halford J. Mackinder adalah seorang
Perspektif ekonomis kolonial dapat menjadi
ahli geografi Inggris yang secara terbuka
alasan mengapa kolonial masih menggunakan
mengkritik pandangan Mahan. Menurut
TZMKO 1939. Pemerintah kolonial tidak
Mackinder, sejarah dunia tidak hanya
sedemikian terganggu dengan batas 3 mil
terbatas pada pergulatan berkelanjutan
sebab secara ekonomi maupun politik, mereka
untuk mengontrol lautan, namun juga antara
telah mampu mengintegrasikan kepulauan
kekuatan laut dan darat. Dalam pandangan
Hindia Belanda melalui Koninklijk Paketvaart
MacKinder, negara maritim merupakan salah
Maatschappij (KPM). Hal ini didukung dengan
satu fase dalam pergulatan sejarah. Hal ini
konsep maritim tradisional Barat yaitu freedom
didasari oleh perkembangan signifikan dalam
of the sea yang dinilai lebih menguntungkan
bidang transportasi darat dan udara yang akan
dalam bidang ekonomi tanpa menimbulkan
memperkuat land power.
ketegangan dengan eksploitator lain. Konsep
ini pula yang kemudian menjadi penghalang Pemikiran geografis Mackinder populer
pada Perang Dunia II ketika Jerman menjadi
Lillyana Mulya
Postur Maritim Indonesia: Pengukuran Melalui Teori Mahan 133

kekuatan darat terbesar yang ada di Eropa. Kesimpulan


Tanpa mengabaikan pengembangan U-boat
S e g a l a p e r b e d a a n , b a i k g e o g r a fi s
yang mengesankan, Jerman menginvasi
sebagaimana pengalaman historis yang
daratan di sekitarnya dengan kekuatan darat.
membentuk psikologis merupakan hal yang
Hal ini cukup kontras dengan pemikiran
mendasar dalam performance sebuah negara.
Mahan yang memprioritaskan penguasaan rute
Tanpa pengkajian kembali dua aspek tersebut,
perdagangan maritim untuk mengontrol dunia.
maka penerapan berbagai teori yang berasal
Mackinder berpendapat, sekalipun keadaan
dari Barat akan menjadi keputusan yang
geografis tidak akan berubah dari jaman
terburu-buru.
ke jaman, namun perkembangan teknologi
merubah perspektif terhadap geografis. Meminjam teori Xu Qi, seorang ahli
maritim dari Cina, terdapat tiga tahap dalam
Perubahan ini membawa Mackinder untuk
pembangunan kekuatan maritim. Pertama
mengenalkan istilah Heartland, sebuah
adalah kesadaran negara akan keadaan
jantung dunia, atau mungkin dapat pula
faktual dan ancaman dari dalam maupun luar
diasumsikan sebagai pusat sumber daya.
wilayah. Kedua adalah pengakuan akan kondisi
Dengan menggunakan basis geografis,
pertama sehingga membantu konseptualisasi
Mackinder memetakan kawasan strategis
geostrategi. Ketiga adalah implementasi dari
yang perlu diwaspadai, yaitu pergerakan Rusia
konsep yang telah terbentuk di atas (Qi, 2006).
di Eropa Timur. Rusia bertetangga dengan
Mongolia di bagian selatan, sebuah celah untuk Ancaman Indonesia dengan karakter
mencapai Asia. Melalui wilayah yang luas, yang spesifik yaitu dengan geografi dan
Rusia mengembangkan jalur kereta api Trans- beragam etnis memunculkan tantangan
Siberian Railway yang menghubungkannya tersendiri yaitu persatuan. Oleh sebab itu, rasa
dengan Mongolia hingga mencapai mulut ketidakbersatuan yang meruncing menjadi
Jepang. Jalur kereta api tersebut merupakan disintegrasi adalah ancaman utama dalam
perkembangan signifikan dalam transportasi negeri. Sementara ancaman dari luar terlebih
darat yang dapat mengintegrasikan wilayah- datang dari posisi Indonesia sebagai shatterbelt.
wilayah kaya sumber daya di sekitar Rusia Kesadaran situasi ini merupakan langkah
melalui lalu lintas kontainer. untuk konseptualisasi geostrategi. Indonesia
pernah berhasil merumuskan geostrategi
Dalam lingkup Indonesia, keterkaitan laut
dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957, sebuah
dan darat berada pada entrepot. Kesulitan
langkah berani dalam keadaan ekonomi yang
utama transportasi laut Indonesia adalah
belum stabil. Namun keberhasilan Deklarasi
ketidakteraturan jadwal datangnya muatan
Djuanda telah mencapai dasar yuridis yang
dengan bersandarnya kapal. Kapal sering harus
masih relevan hingga kini.
bersandar lebih lama sebab muatan belum
tiba di entrepot. Pada masa lalu, transportasi Memandang Indonesia, dengan
dari hinterland dapat melalui sungai, namun menggunakan kritik Mackinder terhadap
sungai di Indonesia memiliki permasalahan Mahan, dapat membantu menyeimbangkan
pendangkalan yang cukup signifikan. Untuk kekuatan laut dan darat. Posisi laut, baik
itu pengembangan transportasi darat harus sebagai ancaman maupun kesempatan tetap
mendapat porsi yang seimbang bagi efektifitas tidak beralih dari posisi utama yaitu pelindung
maritim. bagi pusat politik, ekonomi dan populasi di
darat. Untuk itu, konsep geostrategis negara
kepulauan juga dianggap masih relevan sebab
penarikan batas teritorial dari archipelgic
134 Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober 2013

baseline 3 menyediakan kesempatan gerak Lowson, Martin.V., “Surface Transport History


patroli yang lebih leluasa. in U.K.: analysis and projections” dalam
Tahap ketiga mungkin merupakan tahap Proceeding of The ICE-Transport Vol.129, Issu
yang rumit sebab implementasi kebijakan 1, UK: Institution of Civil Engineers, 1998.
geostrategi membutuhkan kesiapan intelektual Mahan, A.T., The Influence of Sea Power Upon
masyarakat. Hal ini terutama karena History 1660-1793, Boston: Little Brown and
belum ada kesepahaman antara karakter Company, 1989.
nasional dan karakter pemerintah. Bahkan Singgih Tri Sulistiyono, “In The Shadow of
karakter nasional Indonesia masih tergolong Nationalism: Pelni during The Period of
heterogen. Untuk itu, penelaahan kembali Indonesianisasi” dalam Lembaran Sejarah
wawasan nusantara dapat menjadi sarana Vol.8, No.2, Yogyakarta: UGM, 2005.
untuk membentuk karakter nasional. Pada Sprout, Margaret and Harold, Foundations of
akhirnya, kesadaran faktual dan keterbukaan National Power, New York: Van Nostrand, 1951.
terhadap perubahan merupakan bekal untuk St.Munajat Danusaputro, Tata Lautan Nusantara
pemahaman geostrategi. dalam Hukum dan Sejarahnya, Jakarta:
Binacipta, 1980.
Referensi: X u Q i , “ M a r i t i m e G e o s t r a t e gy an d Th e
Development of The Chinese Navy in The
Barnour, Adrian J., The Pageant of Netherlands
Early Twenty-Fisrt Century” dalam Naval
History, USA: Longmans, Green and Co.,
War College Review Vol.59, No.4, USA: Naval
1952.
War College, 2006.
Coolhaas, W.PH., Sekitar Sedjarah Kolonial dan
Sedjarah Indonesia, Sedjarawan dan Pegawai
Bahasa, Jakarta: Bharata, 1971.
Dimyati Hartono, Membangun Negara Maritim
dalam Perspektif Ekonomi, Sosial, Budaya,
Politik dan Pertahanan, Jakarta: Indonesian
Maritime Institut.
Dino Patti Djalal, The Geopolitics of Indonesia’s
Maritime Teritorial Policy, Jakarta: CSIS,
2002.
Evan A. Laksmana, “The enduring strategic
trinity: explaining Indonesia’s geopolitical
architecture” dalam Journal of the Indian
Ocean Region 7:1, London: Routledge, 2011.
Jung, John, Understanding Human Motivation: A
Cognitive Approach, New York: Macmillan, 1978.
Israel, Saul, Introduction to Geography, New
York: Holt, Rinehart and Winston, 1964.

3 Archipelagic baseline menerapkan penarikan batas lurus


antara titik terluar pulau. Model batas teritorial ini
hanya berlaku bagi negara yang mendeklarasikan diri
dengan bentuk negara kepulauan. Negara Malaysia dan
Singapura tidak menerapkan archipelagic baseline, namun
menggunakan normal baseline, yaitu penarikan garis batas
sesuai kontur bentuk pulau.

Anda mungkin juga menyukai