Anda di halaman 1dari 24

Makalah Sejarah

MENGEVALUASI PENJAJAHAN
PEMERINTAHAN KOLONIAL DI
INDONESIA
XI Olimpiade
Fara Athalabiba /8

Hafiz Muhammad Dwi Sumarno / 13

Muhammad Akhlish / 19 SMA Negeri 3 Semarang

Naomi Setyaningrum / 23 2016

Nurul Amany Sahila Putri / 24

Zaky Fadlurrahman / 36
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Mengevaluasi
Penjajahan PemerintahanKolonial di Indonesiaini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Surasmini selaku Guru mata pelajaran
sejarah Indonesia SMAN 3 Semarang yang telah memberikan tugas ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai masa-masa penjajahan kolonialisme Hindia Belanda Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa ada saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, 24 September 2016

Penyusun

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat 5

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Masa Pemerintahan Herman William Daendels di Indonesia 6

1. Bidang Pertahanan dan Keamanan 6

2. Bidang Pemerintahan7

3. Bidang Peradilan 8

4. Bidang Sosial Ekonomi 8

B. Masa Pemerintahan Janssens di Indonesia 9

C. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles di Indonesia 10

1. Bidang Pemerintahan11

2. Bidang Perekonomian dan Keuangan 11

D. Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal Belanda di Indonesia 12

E. Sistem Tanam Paksa 15

F. Sistem Politik Ekonomi Liberal 17

1. Latar Belakang Sistem Ekonomi Liberal 17

2. Ciri-ciri Politik Liberal 17

3. Landasan 18

4. Pelaksanaan Peraturan Sistem Politik Ekonomi Liberal 18

5. Dampak Sistem Politik Ekonomi Liberal 18

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 2


G. Sistem Politik Ekonomi Etis 19

1. Gagasan Trilogi van Deventer 19

2. Penyimpangan-Penyimpangan Gagasan 19

3. Dampak Sistem Politik Ekonomi Etis 20

4. Kegagalan Sistem Politik Ekonomi Etis 20

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan 21

B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat VOC mengalami krisis ekonomi, di Benua Eropa sedang terjadi perubahan
tatanan geopolitik. Saat itu Perancis mempengaruhi beberapa negara Eropa dengan
semboyan Revolusi Perancis : liberte (Kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite
(persaudaraan). Pengaruh Revolusi Perancis juga dirasakan masyarakat Belanda, dan
akhirnya muncul kelompok yang bernama kaum patriot yang berharap adanya negara
kesatuan.

Dalam Perang Koalisi (1792-1797) yang dipimpin Napoleon Bonaparte, Perancis


dapat mengalahkan lawannya yang merupakan gabungan dari Austria, Rusia, Inggris,
Spanyol, Sardinia, dan Belanda.

Kejadian tersebut merupakan hal buruk bagi Belanda. Di dalam Negerinya,


Belanda mengahadapi kesulitan karena berbagai macam ancaman dan pemberontakan
akibat hasutan Perancis.

Sehubungan dengan itu, Raja Willem V melarikan diri ke Inggris pada tahun 1795
dan mengakibatkan pemerintahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Semua daerah
jajahan Belanda juga ikut jatuh ke tangan Perancis, termasuk Indonesia.

Dalam pengasingannya ke Inggris, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris


ditempatkan di kota Kew. Ia lalu mengeluarkan perintah (surat-surat kew) yang isinya
adalah agar penjajah Belanda menyerahkan jajahannya ke Inggris bukan ke Perancis.

Setelah Belanda jatuh ke Perancis, bentuk pemerintahan kerajaan diganti menjadi


bentuk pemerintahan republik. Pemerintahan tersebut lalu diberi nama Republik
Batavia/Republik Bataaf (dalam Bahasa Belanda : Bataafche Republiek)

Perubahan Geopolitik inilah yang kemudian mempelopori dibubarkannya VOC.


Setelah VOC bubar, segala hak dan kewajibannya diambil alih oleh Republik Bataaf
(termasuk penyelesaian hutang piutang) sehingga Republik bataaf didukung penuh oleh
pemerintah.
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 4
Pemerintah bataaf kala itu memilih Louis Napoleon untuk memimpin Kerajaan
Belanda atas persetujuan dari kakaknya, Napoleon Bonaparte. Untuk mengelola
Pemerintahan Hindia-Belanda, Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels
sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.

Imperialisme Perancis terhadap Indonesia kala itu tidak bersifat langsung.


Mengapa ? Karena menggunakan tangan kekuasaan orang-orang Belanda yang tunduk
kepadanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana terbentuknya pemerintahan kolonial Hindia Belanda?
2. Apa yang terjadi pada masa pemerintahan Daendels?
3. Mengapa Daendels diganti dengan Jensen?
4. Mengapa Inggris berkuasa setelah Belanda?
5. Apa yang terjadi pada pemerintahan Raffles?
6. Apa itu sistem tanam paksa?
7. Bagaimana cara kerja sistem tanam paksa?
8. Apa itu sistem politik liberal?
9. Kenapa sistem politik liberal diberlakukan di Indonesia?
10. Apa yang dimaksud dengan politik etis?
11. Siapa penggagas politik etis? Apa dampaknya terhadap rakyat?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Mengetahui terbentuknya pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
2. Mengetahui hal-hal yang terjadi pada masa pemerintahan Daendels.
3. Mengetahui alasan Daendels diganti dengan Jensen.
4. Mengetahui alasan mengapa Inggris berkuasa setelah Belanda.
5. Mengetahui apa yang terjadi pada pemerintahan Raffles.
6. Dapat menjelaskan pengertian sistem tanam paksa.
7. Dapat menguraikancara kerja sistem tanam paksa.
8. Dapat menjelaskan pengertian sistem politik liberal.
9. Mengetahui mengapa sistem politik liberal diberlakukan di Indonesia.
10. Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan politik etis.
11. Mengetahui penggagas politik etis dan dampak politik etis terhadap rakyat.

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 5


BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Pemerintahan Herman William Daendels di


Indonesia
Herman William Daendels sebagai
Gubernur Jenderal memerintah di Nusantara pada
tahun 1808-1811. Tugas utama Daendels adalah
mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris.
Sebagai pemimpin yang ditunjuk oleh Pemerintahan
Republik Bataaf, Daendels harus memperkuat
Herman William Daendels pertahanan dan memperbaiki administrasi
pemerintahan, serta kehidupan sosial ekonomi di
Nusantara khususnya di tanah Jawa. Langkah-langkah Daendels diantaranya:

1. Bidang Pertahanan dan Keamanan


a. Membangun benteng-benteng pertahanan baru.
b. Membangun pangkalan angkatan laut di Anyer dan Ujungkulon. Namun,
pembangunan pangkalan di Ujungkulon boleh dikatakan tidak berhasil.
c. Meningkatkan jumlah tentara, dengan mengambil orang-orang pribumi karena
pada waktu pergi ke Nusantara, Daendels tidak membawa pasukan. Oleh karena
itu, Daendels segera menambah jumlah pasukan yang diambil dari orang-orang
pribumi, yakni dari 4.000 orang menjadi 18.000 orang.
d. Membangun jalan raya dari Anyer (Jawa Barat, sekarang Provinsi Banten) sampai
Panarukan (ujung timur Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur) sepanjang kurang lebih
1.100 km. Jalan ini sering dinamakan Jalan Daendels.

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 6


Kerja Rodi

Pelaksanaan program pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan


tersebut telah merubah citra Daendels. Pada awalnya Daendels dikenal sebagai
tokoh muda yang demokratis yang dijiwai panji-panji Revolusi Perancis dengan
semboyannya: liberte, egalite dan fraternite. Ia berubah menjadi diktator. Daendels
juga mengerahkan rakyat untuk kerja rodi.

Dengan kerja rodi itu maka rakyat yang sudah jatuh miskin menjadi semakin
menderita, apalagi kerja rodi dalam pembuatan pangkalan di Ujungkulon, karena
lokasi yang begitu jauh, sulit dicapai dan penuh dengan sarang nyamuk malaria.

2. Bidang Pemerintahan

Daendels juga melakukan berbagai perubahan di bidang pemerintahan. Ia


banyak melakukan campur tangan dan perubahan dalam tata cara dan adat istiadat
di dalam kerajaan-kerajaan di Jawa.

Untuk memperkuat kedudukannya di Jawa, Daendels berhasil mempengaruhi


Mangkunegara II untuk membentuk pasukan “Legiun Mangkunegara” dengan
kekuatan 1.150 orang prajurit. Pasukan ini siap sewaktu-waktu untuk membantu
pasukan Daendels apabila terjadi perang. Daendels mulai melakukan intervensi
terhadap pemerintahan kerajaan-kerajaan lokal, misalnya saat terjadi pergantian
raja.

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 7


Daendels juga melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkuat
kedudukannya di Nusantara. Beberapa tindakan yang dimaksud sebagai berikut:

a. Membatasi secara ketat kekuasaan raja-raja di Nusantara.


b. Membagi Pulau Jawa menjadi sembilan daerah prefectuur/prefektur (wilayah
yang memiliki otoritas). Masing-masing prefektur dikepalai oleh seorang prefek.
Setiap prefek langsung bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal. Di dalam
struktur pemerintahan kolonial, setiap prefek membawahi para bupati.
c. Kedudukan bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai
pemerintah (kolonial) yang digaji. Sekalipun demikian para bupati masih memiliki
hak-hak feodal tertentu.
d. Kerajaan Banten dan Cirebon dihapuskan dan daerahnya dinyatakan sebagai
wilayah pemerintahan kolonial.
3. Bidang Peradilan
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan dan mengatur ketertiban dalam
kehidupan bermasyarakat, Daendels juga melakukan perbaikan di bidang peradilan.
Daendels berusaha memberantas berbagai penyelewengan dengan mengeluarkan
berbagai peraturan.
a. Daendels membentuk tiga jenis peradilan: (1) peradilan untuk orang Eropa, (2)
peradilan untuk orang-orang Timur Asing, dan (3) peradilan untuk orang-orang
pribumi. Peradilan untuk kaum pribumi dibentuk di setiap prefektur, misalnya di
Batavia, Surabaya, dan Semarang.
b. Peraturan untuk pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Pemberantasan
korupsi diberlakukan terhadap siapa saja termasuk orang-orang Eropa, dan Timur
Asing
4. Bidang Sosial Ekonomi
Daendels juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan di Tanah Hindia,
sembari mengumpulkan dana untuk biaya perang. Oleh karena itu, Daendels
melakukan berbagai tindakan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah kolonial. Beberapa kebijakan dan tindakan Daendels itu misalnya:
a. Daendels memaksakan berbagai perjanjian dengan penguasa Surakarta dan
Yogyakarta yang intinya melakukan penggabungan banyak daerah ke dalam
wilayah pemerintahan kolonial, misalnya daerah Cirebon,

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 8


b. Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak,
c. Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia,
d. Rakyat diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya,
e. Melakukan penjualan tanah-tanah kepada pihak swasta.

B. Masa Pemerintahan Janssens di Indonesia


Jan Willem Janssen menggantikan Daendels
yang pada bulan Mei 1811 dipanggil untuk kembali
ke Belanda. Janssen dikenal sebagai seorang
politikus berkebangsaan Belanda. Sebelum
menggantikan Daendels, ia telah menjabat sebagai
Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan, Afrika
Selatan tahun 1802-1806. Janssen terusir dari
Tanjung Harapan pada tahun 1806 karena daerah
itu jatuh ke tangan Inggris. Pada tahun 1810
Janssen diperintahkan pergi ke Jawa dan akhirnya
Jan Willem Janssens menggantikan Daendels pada tahun 1811.

Janssen mencoba memperbaiki keadaan


yang telah ditinggalkan Daendels. Kala itu beberapa daerah Hindia telah berada di bawah
kekuasaan Inggris. Penguasa Inggris di India yang bernama Lord Minto juga telah
memberikan perintah pada Thomas Stamford Raffles yang berkedudukan di Pulau
Penang. Ia memerintahkan Raffles untuk secepatnya menguasi Pulau Jawa.

Pada tanggal 4 Agustus 1811 Inggris muncul di perairan sekitar Batavia dengan 60
kapal di bawah komando Raffles. Beberapa minggu kemudian, tepatnya pada tanggal 26
Agustus 1811 Batavia jatuh ke tangan Inggris. Beberapa faktor yang menyebabkan
kekalahan Janssens adalah :

a. Angkatan perang warisan gubernur jenderal Daendels kurang kuat.  


b. Janssens kurang cakap dalam memimpin pemerintahan.
c. Tidak adanya hubungan kerja sama Janssens dengan Raja-Raja di Indonesia.

Kejadian tersebut membuat Janssen terdesak dan kemudian berusaha menjauh


ke Semarang bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan para prajurit dari Yogyakarta
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 9
dan Surakarta. Tindakan Janssen tersebut tidak berarti bagi Inggris dan memukul Janssen
beserta pasukannya kembali mundur hingga ke Salatiga. Janssen terus menerus terpojok
dan akhirnya menyerah di Tuntang. Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris
ditandai dengan adanya Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Dari pihak
Inggris oleh S. Auchmuty dan dari pihak Belanda oleh Janssen. Isi Kapitulasi Tuntang
adalah :

a. Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di Asia Tenggara harus diserahkan
kepada Inggris.  
b. Hutang pemerintahan Belanda tidak diakui oleh Inggris.
c. Pulau Jawa, Madura, & semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi kekuasaan
Inggris.

Dalam menjalankan tugasnya, ternyata Janssen mengahadapi kesulitan


memulihkan pertahanan. Hal ini diperparah dengan tersiarnya kabar bahwa Inggris akan
menyerang Pulau Jawa. Kejadian tersebut tentu sangat gawat. Akhirnya ia segera
mengumumkan bahwa negara dalam keadaan bahaya. Kekalahan Janssen dengan
ditandai Kapitulasi Tuntang mengakhiri kekuasaan Belanda-Perancis (Akhir dari Republik
Bataaf).

C. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles di


Indonesia
Tahun 1811, pimpinan Inggris di India yaitu
Lord Muito memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berkedudukan di Penang (Malaya)
untuk menguasai Pulau Jawa. Dengan
mengerahkan 60 kapal, Inggris berhasil menduduki
Batavia pada tanggal 26 Agustus 1811 dan tanggal
18 September 1811 Belanda menyerah melalui
Kapitulasi Tuntang.

Pemerintahan Inggris di Indonesia dipegang

Thomas Stamford Raffles oleh Raffles. Raffles diangkat sebagai Letnan


Gubernur dengan tugas mengatur dan

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 10


peningkatan perdagangan dan keamanan. Selama Raffles diangkat sebagai Letnan
Gubernur, banyak tindakan yang dia lakukan untuk Indonesia. Diantaranya sebagai
berikut:

1. Bidang Pemerintahan
a. Membagi Pulau Jawa menjadi 18 karesidenan.
b. Mengangkat Bupati menjadi pegawai negeri yang digaji.
c. Mempraktikkan sistem yuri dalam pengadilan seperti di Inggris.
d. Mempraktikkan adanya perbudakan.
e. Membanguan pusat pemerintahan di Istana Bogor.
2. Bidang Perekonomian dan Keuangan
a. Melaksanakan sistem sewa tanah (Land rente), tindakan ini didasarkan pada
pendapatan bahwa pemerintahan Inggris adalah yang berkuasa atas semua
tanah, sehingga penduduk yang menempati tanah wajib membayar pajak.
b. Meneruskan usaha yang pernah dilakukan Belanda misalnya penjualan tanah
kepada swasta, serta penanaman kopi.
c. Melakukan penanaman bebas, melibatkan rakyat ikut serta dalam perdagangan.
d. Memonopoli garam agar tidak dipermainkan dalam perdagangan karena sangat
penting bagi rakyat.
e. Menghapus sagala penyerahan wajib dan kerja rodi.
Di samping tindakan Raffles di bidang pemerintahan dan perekonomian /
keuangan tersebut masih ada tindakan lain yang berpengaruh bagi Indonesia. Selain
pengusah, Raffles juga seorang sarjana yang sangat tertarik dengan sejarah dan keadaan
alam Indonesia. Tindakan yang dilakukan Raffles antara lain:

a. Membangun gedung Harmoni di Jalan Majapahit


Jakarta untuk Lembaga Ilmu Pengetahuan yang
berdiri sejak tahun 1778 bernama Bataviaasch
Genootschap.
b. Menyusun sejarah Jawa berjudul "Histori of Jawa"
yang terbit tahun 1817.
c. Namanya diabadikan pada nama bunga Bangkai Gedung Harmoni
raksasa yang ditemukan seorang ahli botani
bernama Arnold di bengkulu dan Raffles adalah gubernur Jenderal di daerah
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 11
tersebut.
d. Istri Raffles bernama Olivia Marianne merintis pembuatan kebun Raya Bogor.
Tindakan yang merugikan Indonesia adalah pada masa Raffles, benda-benda
purbakala boyang untuk memperkaya musium Calcutta di India diantaranya prasasti
Airlangga tahun 1042 yang sering disebut Batu Calcutta.
Pemerintahan Raffles berakhir sampai tahun 1816 karena keadaan di negeri
jajahannya sangat bergantung pada keadaan di negeri Eropa. Pada tahun 1814 Napoleon
Bonaparte kalah melawan raja-raja di Eropa dalam perang koalisi. Untuk memulihkan
kembali keadaan Eropa maka diadakan konggres Wina tahun 1814 sedangkan antara
Inggris dan Belanda ditindaklanjuti. Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian
Convention of London 1814 yang isinya:

a. Belanda menerima kembali jajahannya yang diserahkan kepada Inggris dalam


kapitulasi Tuntang.
b. Inggris memperoleh Tanjung Harapan dan Srilangka dari Belanda.
Konsekuesi dari penjanjian tersebut maka Inggris meninggalkan Pulau Jawa.
Raffles kemudian menduduki pos di Bengkulu. Pada tahun 1819 Inggris berhasil
memperoleh Singapura dan Sultan Johor. Pada tahun 1824, Inggris dan Belanda kembali
berunding melalui Treaty of London tahun 1824 yang isinya antara lain menegaskan:

a. Belanda memberikan Malaka kepada Inggris dan sebaliknya Inggris memberikan


Bengkulu kepada Belanda.
b. Belanda dapat berkuasa di sebelah garis paralel Singapura sedangkan Inggris di
sebelah utaranya.

D. Masa Pemerintahan Komisaris Jenderal Belanda di Indonesia


Tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya di Hindia. Pemerintah Inggris
telah menunjuk John Fendall untuk menggantikan Raffles. Tetapi tahun 1814 sudah
diadakan Konvensi London. Salah satu isi Konvensi London adalah Inggris harus
mengembalikan tanah jajahan di Hindia kepada Belanda. Tahun 1816 Kepulauan
Nusantara kembali dikuasai oleh Belanda.
Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah Hindia diperintah oleh badan baru
bernama Komisaris Jenderal yang dibentuk Pangeran Willem VI, terdiri atas tiga orang,
yakni:
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 12
1. Cornelis Theodorus Elout (ketua).
2. Arnold Ardiaan Buyskes (anggota).
3. Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota).

Cornelis Theodorus Elout

Sebagai rambu-rambu pelaksanaan pemerintahan di negeri jajahan, Pangeran


Willem VI mengeluarkan UU Pemerintah untuk negeri jajahan (Regerings Reglement)
pada tahun 1815. Salah satu pasal menegaskan bahwa pelaksanaan pertanian dilakukan
secara bebas, yang menunjukkan bahwa ada relevansi dengan keinginan kaum liberal
sebagaimana diusulkan oleh Dirk van Hogendorp.
Berbekal ketentuan dalam UU, Komisaris Jenderal berangkat ke Hindia Belanda.
Ketiganya sepakat mengadopsi beberapa kebijakan yang pernah diterapkan Raffles.
Mereka sampai di Batavia pada 27 April 1816. Ketika melihat kenyataan di lapangan,
Arnold Ardiaan Buyskes Van der Capellen
(anggota)
Ketiga Komisaris Jenderal bimbang untuk menerapkan prinsip-prinsip liberalisme dalam
mengelola tanah jajahan di Nusantara.
Hindia dalam keadaan terus merosot dan pemerintah mengalami kerugian. Kas
negara di Belanda dalam keadaan menipis. Mereka sadar bahwa tugas mereka harus
dilaksanakan secepatnya untuk dapat mengatasi persoalan ekonomi baik di Tanah
Jajahan maupun di Negeri Induk. Sementara itu, perdebatan antar kaum liberal dan
kaum konservatif terkait dengan pengelolaan tanah jajahan untuk mendatangkan
keuntungan sebesar-besarnya belum mencapai titik temu.
Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan negeri jajahan akan

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 13


mendatangkan keuntungan yang besar bila diserahkan kepada swasta, dan rakyat diberi
kebebasan dalam menanam. Sedang kelompok konservatif berpendapat pengelolaan
tanah jajahan akan menghasilkan keuntungan apabila langsung ditangani pemerintah
dengan pengawasan yang ketat.
Dengan mempertimbangkan amanat UU
Pemerintah dan melihat kenyataan di lapangan
serta memperhatikan kaum liberal dan kaum
konservatif, Komisaris Jenderal sepakat untuk
menerapkan kebijakan jalan tengah. Maksudnya,
eksploitasi kekayaan di tanah jajahan langsung
ditangani pemerintah Hindia Belanda agar segera
mendatangkan keuntungan bagi negeri induk, di
samping mengusahakan kebebasan penduduk dan
pihak swasta untuk berusaha di tanah jajahan.
Tetapi kebijakan jalan tengah ini tidak dapat
merubah keadaan.
Pada 22 Desember 1818 Pemerintah memberlakukan UU yang menegaskan
penguasa tertinggi di tanah jajahan adalah gubernur jenderal. Van der Capellen ditunjuk
sebagai Gubernur Jenderal. Ia ingin melanjutkan strategi jalan tengah. Tetapi kebijakan
Van der Capellen berkembang ke sewa tanah dengan penghapus peran penguasa
tradisional. Van der Capellen juga menarik pajak tetap Du Bus Gisignies
yang sangat memberatkan rakyat. Timbul banyak
protes dan mendorong terjadinya perlawanan. Kemudian ia dipanggil pulang dan
digantikan oleh Du Bus Gisignies.
Du Bus berkeinginan membangun modal dan meningkatkan ekspor. Tapi tidak
berhasil karena rakyat tetap miskin sehingga tidak mampu menyediakan barang-barang
yang diekspor. Yang terjadi justru impor lebih besar dibanding ekspor. Tentu sangat
merugikan pemerintah Belanda. Tanah jajahan krisis, kas negara di negeri induk kosong,
karena dana banyak tersedot untuk pembiayaan perang di tanah jajahan. Kesulitan
ekonomi Belanda ini makin berat dengan adanya pemisahan antara Belanda dan Belgia
tahun 1830. Belanda banyak kehilangan lahan industri.

E. Sistem Tanam Paksa


Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 14
Tahun 1829 Johannes Van den Bosch
mengajukan usulan pada Raja Belanda untuk
memperbaiki ekonomi kerajaan, di tanah jajahan
harus dilakukan penanaman tanaman yang laku
dijual di pasar dunia. Konsep Bosch dikenal dengan
Cultuurstelsel (Tanam Paksa). Diharapkan

Van den Bosch perekonomian Belanda cepat pulih dan makin


meningkat.

Salah satu tulisan Van den Bosch membuat suatu perkiraan bahwa dengan Tanam
Paksa, hasil tanaman ekspor dapat ditingkatkan kurang lebih f.15 - f.20 juta tiap tahun.
Van den Bosch menyatakan cara paksaan seperti yang pernah dilakukan VOC adalah cara
yang terbaik untuk memperoleh tanaman ekspor untuk pasaran Eropa. Dengan
membawa dan memperdagangkan hasil tanaman sebanyak-banyaknya ke Eropa, maka
akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Ketentuan Tanam Paksa Raja Willem
tertarik serta setuju dengan usulan dan perkiraan Van den Bosch tersebut.

Tahun 1830 Van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa.
Setelah sampai di Jawa Van den Bosch segera mencanangkan sistem Tanam Paksa.
Secara umum, Tanam Paksa mewajibkan para petani menanam tanaman yang bisa
diekspor di pasaran dunia. Jenis tanaman itu yaitu kopi, tembakau, tebu, dan nila. Rakyat
diwajibkan membayar pajak dalam bentuk barang sesuai hasil tanaman yang ditanam
petani. Ketentuan Tanam Paksa termuat di Lembaran Negara (Staatsblad) Tahun 1834
No. 22. antara lain sebagai berikut:

1. Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan Tanam Paksa.


2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan Tanam Paksa tidak
boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.
3. Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman Tanam Paksa tidak
boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
4. Tanah yang disediakan untuk tanaman Tanam Paksa dibebaskan dari pembayaran
pajak tanah.
5. Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksanaan Tanam Paksa wajib diserahkan
kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 15


melebihi pajak tanah yang harus dibayarkan oleh rakyat, maka kelebihannya akan
dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan rakyat petani menjadi
tanggungan pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa berada
di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedang pegawai-pegawai
Eropa melakukan pengawasan secara umum.
8. Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan atau pabrik-pabrik
milik pemerintah selama 65 hari dalam satu tahun.
Menurut apa yang tertulis di ketentuan-ketentuan tersebut, tampaknya tidak
terlalu memberatkan rakyat. Bahkan pada prinsipnya rakyat boleh mengajukan
keberatan-keberatan apabila memang tidak dapat melaksanakan sesuai dengan
ketentuan. Ini artinya ketentuan Tanam Paksa itu masih memperhatikan martabat dan
nilai-nilai kemanusiaan.

Pelaksanaan Tanam Paksa Menurut Van den Bosch, harus menggunakan


organisasi desa (diperlukan faktor penggerak) yakni lembaga organisasi dan tradisi desa
yang dipimpin kepala desa. Pengerahan tenaga kerja melalui kegiatan seperti sambatan,
gotong royong, maupun gugur gunung, merupakan usaha tepat untuk dilaksanakan.
Peran kepala desa sangat sentral, di samping sebagai penggerak para petani, juga
sebagai penghubung dengan atasan dan pejabat pemerintah. Karena posisi yang begitu
penting maka kepala desa tetap berada di bawah pengaruh dan pengawasan para
pamong praja.

Mencermati beberapa ketentuan yang tertulis, peratuan Tanam Paksa itu


memang tidak begitu memberatkan rakyat. Namun, pelaksanaan Tanam Paksa itu tidak
sesuai peraturan yang tertulis. Hal ini mendorong terjadinya korupsi para pegawai dan
pejabat yang terkait pelaksanaan Tanam Paksa.

Tanam Paksa membawa penderitaan rakyat. Banyak pekerja yang jatuh sakit.
Mereka dipaksa fokus bekerja untuk Tanam Paksa, nasib diri sendiri dan
keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian timbul bahaya kelaparan dan kematian di
berbagai daerah.

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 16


Belanda mengeruk keuntungan dan kekayaan dari tanah Hindia. Tahun 1831-
1877 perbendaharaan kerajaan Belanda mencapai 832 juta gulden, utang-utang lama
VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun. Belanda menikmati
keuntungan di atas penderitaan sesama manusia. Beberapa manfaat adanya Tanam
Paksa, misalnya, dikenalkannya beberapa jenis tanaman baru yang menjadi tanaman
ekspor, dibangunnya berbagai saluran irigasi, dan juga dibangunnya jaringan rel kereta.

F. Sistem Politik Ekonomi Liberal


Sebelum 1870, Indonesia dijajah dengan model imperialisme yaitu hanya dikeruk
kekayaannya saja. Tahun 1870 di Indonesia diterapkan imperialisme modern, diterapkan
opndour politiek yaitu politik pintu terbuka terhadap modal swasta asing.

1. Latar Belakang Sistem Ekonomi Liberal


a. Pelaksanaan sistem tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat pribumi, tapi
memberikan keuntungan besar bagi Belanda.
b. Perkembangan paham liberalisme sehingga sistem tanam paksa tidak sesuai lagi
untuk diteruskan.
c. Kemenagan partai liberal dalam parlemen Belanda mendesak
pemerintahBelandamenerapkan sistem ekonomi liberal. Agar para pengusaha
Belanda (pendukung partai liberal) dapat menamkan modalnya di Indonesia.
d. Adanya traktat Sumatra (1871) memberikan Belanda untuk meluaskan wilayah
keAceh. Imbalannya, Inggris meminta Belanda menerapkan system ekonomi
liberal di Indonesia agar pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di
Indonesia.
2. Ciri-ciri Politik Liberal
a. Kolonialisme
b. Abad 19 (1800 - 1900)
c. Adanya kesempatan untuk menanam modal
d. Pemilik modal terbanyak dan kesejahteraan rakyat tidak ada perubahan
3. Landasan
a. RR atau Undang-undang tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 17


b. Peraturan tentang pembendaharaan Negara India-Belanda.
Undang-undang Perbendaharaan Negara (Comptabiliet Wet) pada tahun 1864.
Berdasarkan Undang-undang ini setiap anggaran belanja Hindia Belanda harus
diketahui dan disahkan oleh Parlemen.
c. Undang-undang Gula (Suiker Wet) pada tahun 1870.
Mengatur tentang monopoli tanaman tebu oleh pemerintah yang kemudian
secara bertahap akan diserahkan kepada pihak swasta.
d. Agrisce Beskuit yang mengatur lebih rinci tentang agraria.
Undang-undang Agraria tahun 1870:
1) Tanah di negeri jajahan di Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, tanah milik penduduk pribumi berupa persawahan, kebun, ladang
dan sebagainya. Kedua, tanah-tanah hutan, pegunungan dan lainnya yang
tidak termasuk tanah penduduk pribumi dinyatakan sebagai tanah
pemerintah.
2) Pemerintah mengeluarkan surat bukti kepemilikan tanah.
3) Pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah
penduduk. Tanah-tanah pemerintah dapat disewa pengusaha swasta sampai
75 tahun. Tanah penduduk dapat disewa selama lima tahun, ada juga yang
disewa sampai 30 tahun. Sewa-menyewa tanah ini harus didaftarkan kepada
pemerintah.
4. Pelaksanaan Peraturan Sistem Politik Ekonomi Liberal
a. Sebagai tempat mendapatkan bahan mentah untuk kepentingan industri di Eropa
dan penanaman modal asing.
b. Sebagai tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa.
c. Sebagai penyedia tenaga kerja yang murah.
5. Dampak Sistem Politik Ekonomi Liberal
a. Bagi Belanda
1) Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan
pemerintah kolonial Belanda.
2) Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri
Belanda dan Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
b. Bagi rakyat Indonesia
1) Menurunnya kesejahteraan penduduk.
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 18
2) Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan barang
import dari Belanda.
3) Adanya krisis perkebunan karena jatuhnya harga kopi dan gula.
4) Menurunnya konsumsi bahan makanan terutama beras.
5) Rakyat masih diharuskan melakukan kerja rodi.

G. Sistem Politik Ekonomi Etis


Politik Etis adalah sebuah politik balas budi yang dilaksanakan karena rakyat
Indonesia dianggap telah membantu meningkatkan kemakmuran Negeri Belanda.

1. Gagasan Trilogi Van Deventer:


a. Irigasi : Pengairan sawah milik penduduk untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan penduduk.
b. Edukasi : Penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat pribumi agar mampu
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
c. Emigrasi : Perpindahan penduduk agar lebih merata.

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh Van Deventer itu baik,
namun dalam pelaksanaannya terjadi bayak sekali penyimpangan.

2. Penyimpangan-penyimpangan Gagasan:
a. Irigasi
Pengairan hanya ditujukan pada tanah-tanah yang subur untuk
perkebunan swasta Belanda, sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
b. Edukasi
1) Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah, yang ditujukan utuk
mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah.
2) Pendidikan yang harusnya dibuka untuk seluruh rakyat, hanya diperuntukkan
kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang mampu.
3) Terjadi deskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk
anak-anak pegawai negeri dan orang berharta dan kelas II untuk anak
pribumi.

c. Emigrasi

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 19


Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang
dikembangkan untuk kepentingan pereonomian Belanda, karena ada permintaan
besar tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan swasta milik Belanda.
3. Dampak Sistem Politik Ekonomi Etis
a. Politik
Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi bangsa Indonesia, namun
tetap saja terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti
intervansi karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang
dan Amerika, menjadikan sentralisasi diterapkan kembali.
b. Sosial
Dampak positif: Lahirnya golongan terpelajar, peningkatan jumlah melek huruf,
perkembangan bidang pendidikan.
Dampak negatif: Kesenjangan antara golongan bangsawan atas dan bawah
semakin terlihat jelas. Karena bangsawan akan langsung dipekerjakan di
perusahaan-perusahaan Belanda sesudah menyelesaikan sekolah.
c. Ekonomi
Lahirnya sistem kapitalisme modern, politik liberal dan pasar bebas yang
menjadikan persaingan dan modal indikator utama dalam perdagangan. Sehingga
yang lemah akan tersingkirkan. Selain itu, perusahaan asing di Inonesia seperti
Shell mulai muncul dan berkembang.
4. Kegagalan Sistem Politik Ekonomi Etis
Tahun 1914 mulai muncul reaksi terhadap Politik Etis. Masyarakat mulai
bergolak dan melancarkan kritik terhadap pelaksanaan politik etis yang dianggap
gagal atau menyimpang. Bentuk dari kegagalan tersebut:

a. Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan sebagai alat sehingga
dominasi Belanda tetap masih besar.
b. Sejak pelaksanaan sistem ekonomi liberal, Belanda mendapat keuntungan yang
besar sedangan rakyat pribumi tetap rendah.
c. Hanya sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh keuntungan kedudukan
yang baik dalam masyarakat kolonial.

BAB III
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 20
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semenjak revolusi Perancis, terjadi perubahan pada sistem pemerintahan di
negara-negara Eropa, termasuk Belanda yang menyebabkan dibentuknya pemerintahan
Republik Bataaf. Untuk mempertahankan wilayah kekuasaan, Daendels diangkat menjadi
gubernur jenderal dengan beberapa program untuk mempertahankan wilayah.

Kemudian, wilayah Hindia Belanda dikuasai Inggris, dan dipimpin oleh Raffles.
Raffles memikirkan kebebasan rakyat dalam berekonomi sehingga negara jajahan
menjadi negara yang maju, meskipun pelaksanaannya kurang berhasil.

Setelah perjanjian di London, wilayah Hindia Belanda kembali dikuasai Belanda,


dengan sistem pemerintahan Jalan Tengah, mengambil unsur-unsur konservatif dan
liberal untuk membawa keuntungan bagi Belanda dan mensejahterakan daerah jajahan.
Pada pelaksanaannya, sistem konservatif yang lebih menonjol.

1850-1860 muncul pergerakan liberal dari kalangan biasa yang mendorong


pemerintah Hindia-Belanda menerapkan sistem politik terbuka yang memperbolehkan
pihak swasta berekonomi di Hindia Belanda, dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Agraria, Undang-undang Gula, dan Undang-Undang lainnya untuk memudahkan pribumi.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Demikian pemaparan tentang “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintah


Kolonialisme di Indonesia” oleh kami. Kami sadar masih ada kekurangan dalam
penulisannya. Untuk itu, kami berharap kepada pembaca bersedia memberikan saran
maupun kritik kepada kami mengenai makalah ini. Meskipun demikian, kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 21
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=Du+Bus+Gisignies&i
mgrc=hCJE-u-qUmB8EM%3A
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=Du+Bus+Gisignies
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=Arnold+Ardiaan+Buy
skes
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=Cornelis+Theodorus
+Elout
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=John+Fendall
file:///C:/Users/ADMIN/Documents/XI%20OLYMPIAD%20SMT
%201/History/Kelas_11_SMA_Sejarah_Indonesia_Siswa.pdf
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=gedung+harmoni+di
+jalan+majapahit+jakarta
https://www.google.co.id/search?
q=jalan+raya+anyer+panarukan&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&sqi=2
&ved=0ahUKEwifzsSSw7nPAhUMr48KHbKjA84Q_AUIBigB#tbm=isch&q=kerja+rodi
https://www.google.co.id/search?
q=penjajahan+kolonial+di+indonesia&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&v
ed=0ahUKEwjUkKehwLnPAhWMMo8KHZfGBbUQ_AUIBigB#tbm=isch&q=van+den+bosch

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 22


https://www.google.co.id/search?
q=penjajahan+kolonial+di+indonesia&biw=1366&bih=662&source=lnms&tbm=isch&sa=X&v
ed=0ahUKEwjUkKehwLnPAhWMMo8KHZfGBbUQ_AUIBigB#tbm=isch&q=van+der+capellen

Makalah Sejarah “Mengevaluasi Penjajahan Pemerintahan Kolonial di Indonesia” 23

Anda mungkin juga menyukai