PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa
darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial
(nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung.
Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan
penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang
dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu
sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian
penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang,
penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress,
kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang
salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak
mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah
dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat,
maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
Saat ini, congestive heart failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan angka
kejadiannya (prevalensinya) terus meningkat. Risiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10% pertahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit
yang paling sering memerlukan perawatan ulang dirumah sakit (readmission), meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
(Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia)
karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF ini dapat menjadi kronis
apabila disertai dengan penyakit – penyakit seperti hipertensi, penyakit katup jantung,
kardiomiopati (kelainan fungsi otot jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah
menjadi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit
serangan jantung akibat aliran darah ke otot jantung).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gagal Jantung ?
2. Apa saja etiologi pada gagal jantung ?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari gagal jantung ?
4. Bagaimana penggolongan obat untuk mengatasi penyakit Gagal Jantung tersebut?
5. Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut ?
6. Bagaimana efek samping dari obat gagal jantung terhadap pasien ?
7. Apa saja contoh obat dari gagal jantung ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit gagal jantung
2. Mengetahui bagaimana etiologi pada gagal jantung
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi pada gagal jantung
4. Mengetahui penggolongan obat untuk mengatasi penyakit gagal jantung tersebut
5. Mengetahui mekanisme kerja dari obat gagal jantung tersebut
6. Mengetahui apa saja contoh obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
gagal jantung.
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi Obat :
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika
menggunakan digoxin bersama dengan obat lainnya:
a. Efektivitas digoxin bisa menurun jika digunakan bersamaan
dengan antasida, kaolin, neomycin, pectin, phenytoin,
sulfasalazine. Efek digoxin juga dapat berkurang jika digunakan
pada pasien yang sedang menjalani radioterapi.
b. Metoclopramide bisa menghambat penyerapan digoxin.
c. Penggunaan digoxin bersamaan dengan antagonis kalsium atau
spironolactone, bisa meningkatkan kadar digoxin dalam darah.
d. Kombinasi digoxin dengan diuretik hemat kalium atau
kortikosteroid bisa menyebabkan hipokalemia atau
hipomagnesemia.
Dosis Carvedilol :
Gangguan fungsi jantung pasca serangan jantung (Dewasa)
Dosis awal adalah 6,25 mg, 2 kali sehari. Bila diperlukan, bisa
ditingkatkan menjadi 12,5 mg per hari, setelah 3-10 hari.
Dosis maksimal adalah 25 mg, 2 kali sehari.
Hipertensi (Dewasa) Dosis awal adalah 12,5 mg, 1 kali sehari.
Bila diperlukan, bisa ditingkatkan menjadi 25 mg, 1 kali
sehari, setelah 2 hari.
Lansia 12,5 mg, 1 kali sehari.
Gagal jantung (Dewasa) Dosis awal adalah 3,125 mg, 2 kali
sehari. Bila diperlukan, dapat digandakan menjadi 6,25 mg, 2
kali sehari, setelah 2 minggu. Dosis maksimal adalah 25 mg, 2
kali sehari, untuk berat badan kurang dari 85 kg, atau 50 mg, 2
kali sehari, untuk berat badan lebih dari 85 kg.
Angina (Dewasa) Dosis awal adalah 12,5 per hari. Bisa
ditingkatkan menjadi 25 mg, 2 kali sehari, setelah 2 hari.
Mengonsumsi Carvedilol dengan Benar :
Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca
petunjuk pada kemasan obat, dalam mengonsumsi carvedilol.
Dosis carvedilol diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan
respons pasien terhadap obat Konsumsilah obat ini bersama
dengan makanan, atau sebagaimana yang disarankan oleh
dokter.
Carvedilol dapat menyebabkan pusing dan kantuk. Hindari
berkendara dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
kewaspadaan setelah mengonsumsi obat ini.
Pada pasien yang berencana menjalani tindakan operasi, beri
tahu dokter bila sedang mengonsumsi obat ini atau obat lain.
Konsumsilah carvedilol di waktu yang sama setiap harinya
agar pengobatan efektif. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi
obat ini, disarankan untuk segera melakukannya begitu ingat,
apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu
dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan
dosis.
Tetap konsumsi obat meskipun kondisi sudah membaik, dan
jangan berhenti secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter.
Temui dokter bila kondisi tidak membaik atau makin
memburuk, meski sudah menggunakan carvedilol sesuai
dengan durasi waktu pengobatan yang disarankan.
Interaksi Obat : Beberapa obat bila diberikan bersama
carvedilol dapat menimbulkan interaksi yang
tidak diinginkan. Berikut ini adalah beberapa
obat tersebut serta efek yang dapat ditimbulkan: