PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan dari
penulisan makalah ini, seperti berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi sel.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem imun.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transmisi sel dan cara kerjanya.
d. Untuk mengetahui apa saja gangguan yang dapat terjadi saat antar sel bertransmisi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1.2 Siklus kehidupan sel
Siklus kehidupan sel meliputi berbagai aktivitas normal dan proses
adaptasi.Adaptasi merupakan penyesuaian siklus hidup yang terjadi secara normal seperti
dalam pertumbuhan selama pubertas,perubahan-perubahan selama masa kehamilan atau
penuaan dan gaya hidup yang penuh tekanan.Situasi ini berujung pada munculnya
berbagai perubahan fisiologis yang mengarah pada terjadinya adaptasi atau penyakit.
Sel melakukan penyesuaian-penyesuaian secara konstan untuk sebuah
perubahan,ada kalanya lingkungan kurang bersahabat dalam menjaga fungsi organisme
supaya berada dalam keadaan normal seperti untuk menjalani perbaikan diri dan
regenerasi akan terjadi perubahan-perubahan adaptif.
a) Jenis-jenis perubahan adaptif seluler
Konsentrasi normal unsur-unsur pokok selular mengalami peningkatan
Terakumulasinya zat-zat yang tidak normal
Terjadinya perubahan ukuran atau jumlah selular
Mengalami perubahan yang mematikan
b) Akumulasi substansi antar selular baik bersifat tidak normal maupun norma
Akumulasi substansi antar selular ini umum nya disebab kan oleh perubahan
lingkungan atau ketidakmampuan untuk memproses zat-zat yang tidak dapat
mengalami metabolisme.Akibat-akibat yang akan terjadi adalah :
Pembengkakan selular (akumulasi salah satu asam lemak didalam
sitoplasma)
Pengendapan glikogen didalam tubuh secara berlebihan
Pengendapan kalsium didaerah inflamasi
c) Perubahan ukuran atau jumlah sel
1. Atrophy (pertumbuhan yang terhenti)
3
Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan.Penyebab dari
atrofi ini adalah :
Terjadinya penurunan beban kerja (atropi yang tak terpakai)
Hilangnya suplai saraf
Menurunnya suplai darah
Nutrisi yang tidak mencukupi
Hilangnya stimulasi hormonal (misal :athropy uteri setelah menopause
Athropy fisiologis (hilangnya sebagian besar otot akibat terjadinya
proses penuaan)
Atrofi dapat menjadi suatu respon adaptif yang timbul
sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan.Dengan
menurunnya beban kerja,maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga
berkurang.Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur
intrasel,termasuk mitokondria,reticulum endoplasma,vesikel intrasel,dan
protein kontraktil menyusut.
2. Displasia
4
Penyakit dysplasia bukanlah proses adaptif yang sebenarnya,penyakit ini
dikendalikan oleh reproduksi sel-sel namun berkaitan erat dengan penyakit
berbahaya yang kemungkinan ditransformasikan kedalam reproduksi yang
tak terkendali atau berlangsung secara cepat.Adapun tempat terjadinya
perubahan-perubahan displastis adalah bronchial epithelium & epithelium
serviks.
3. Hiperplasia
Hyperplasia adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ
akibat peningkatan mitosis.Penyebab hyperplasia adalah meningkatnya beban
kerja atau stimulasi fisiologis seperti sel-sel yang dapat membelah sehingga
meningkatkan jumlah selnya.
Jenis-jenis hiperplasia yaitu :
Hyperplasia fisiologis
Terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium
folikular pada siklus menstruasi
Hiperplasia patologis
Terjadi akibat perangsangan hormone yang berlebihan
terlihat dalam stimulasi organ-organ tak normal terhadap sel-sel yang
mampu melakukan regenerasi.Contoh : pembesaran kelenjer thyroid
(gondok) kaitannya dengan TSH dari kelenjer pituitary.
Hiperplasia kompensasi (pengganti)
Ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumlah sel
yang sebelumya mengalami penurunan.Hiperplasia ini dijumpai disel
5
hati,setelah pengangkatan sebagian jaringan hati melalui
pembedahan.Hiperplasia ini terjadi sangat cepat
4. Hypertrophy
6
perubahan sel saluran pernafasan dari sel epitel kolumnar bersilis menjadi sel
epitel skuamosa bertingkat sebagai respon terhadap merokok jangka panjang
sayangnya sel epitel skuamosa bertingkat ini tidak memiliki peran pelindung
seperti sel-sel bersilia.
2.1.3 Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen didalam
jaringan.Konsentrasi oksigen dalam jaringan mencerminkan konsentrasi oksigen
dalam darah,yang bergantung pada jumlah oksigen yang masuk keparu dan
jumlah yang dibawa oleh darah ,baik terlarut atau terikat dengan hemoglobin.
Penyebab dari hipoksia adalah penyakit pernafasan dan semua penyakit
yang mempengaruhi aliran darah,seperti infark miokardium,syok
hemoragik,bekuan darah,berbagai racun,dan sebagian toksin yang dikeluarkan
oleh mikroorganisme.
Akibat dari hipoksi adalah tidak dapat lagi mempertahankan fungsi
selularnya termasuk fungsi transport natrium dan kalium,pembentukan asam
laktat yang meningkat menyebabkan penurunan pH sehingga berakibat pada
kerusakan struktur inti dan membran sel.
7
Nekrosis beku
Terjadi akibat kurangnya suplai darah kesuatu area.Contoh tuberculosis
dicirikan oleh bagian tengah nekrosis tampak lembut,rapuh dan dikelilingi
oleh area yang tampak buruk,rapuh.
Nekrosis tidak beku (nekrosis cair)
Terjadi didalam jaringan otak akibat pecahnya neuron disertai pelepasan
enzim-enzim lisosom yang menyebabkan terbentuknya kantung-kantung
cairan,struktur seperti runtuhan dan kista didalam jaringan otak.Contoh
pembusukan jaringan tubuh akibat sirkulasi yang terhambat atau infeksi
bakteri.
b)Penyebab apoptosis
Apoptosis adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan
teratur tahap molecular yang menyebabkan disintegrasi sel.Rangsang yang
menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormone,rangsangan anti gen,pepida
imun,dan sinyal membrane yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi.
8
2.2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikroorganisme patogen yang satu dengan yang lainnya, sistem ini
merupakan sistem pertahanan pertama terhadap infeksi akibat masuknya mikroorganisme
patogen atau benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
a. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal(Permukaan Tubuh)
1) Pertahanan secara fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yaitu kulit dan
membran mukosa. Lapisan terluar kulit tersusun atas sel-sel mati yang rapat
sehingga menyulitkan bagi mikroorganisme patogen untuk masuk ke dalam tubuh.
2) Pertahanan secara mekanik
Pertahanan secara mekanik seperti terjadi pada rambut hidung dan silia,
rambut hidung bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya maupun
dari mikroorganisme yang kurang menguntungkan, sedangkan silia yang terdapat
pada trakea berfungsi menyapu partikel-partikel berbahaya yang terperangkap
dalam lendir dan keluar bersama air ludah.
3) Pertahanan secara biologis
Pertahanan secara biologis seperti adanya populasi bakteri yang tidak
berbahaya yang terdapat pada permukaan kulit dan membran mukosa, bakteri-
bakteri tersebut berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi
sehingga perkembangan bakteri patogen terhambat.
4) Pertahanan secara kimia
Pertahanan secara kimia dilakukan oleh cairan sekret seperti keringat dan
minyak yang dihasilkan oleh membran mukosa dan kulit yang mengandung zat-zat
kimia yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan air liur (saliva),
air mata, dan sekresi mukosa mengandung enzim lizosim yang dapat membunuh
bakteri, enzim lizosim dapat menguraikan dinding bakteri dan patogen dengan cara
hidrolisis sehingga sel pecah dan mati.
9
b. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal
1) Inflamasi
Inflamasi adalah respon tubuh terhadap kerusakan jaringan yang
disebabkan antara lain tergores atau benturan keras. Adanya kerusakan jaringan
menyebabkan patogen dan mikroorganisme lainnya dapat masuk ke dalam tubuh
dan menginfeksi sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh yang rusak akan melepaskan signal
kimiawi yaitu histamin dan prostaglandin. Sel yang berfungsi melepaskan histamin
adalah mastosit yang berkembang dari salah satu jenis sel darah putih yaitu basofil.
Adanya signal kimiawi berupa histamin menyebabkan terjadinya pelebaran
pembuluh darah dan peningkatan kecepatan aliran darah dan menyebabkan
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah menyebabkan neutrofil,
monosit, dan eosinofil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan yang mengalami
infeksi, selanjutnya neutrofil dan eosinofil mulai memakan patogen, dan monosit
akan mulai bergerak menghancurkan patogen.
Neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak(sekitar 60-70%),
neutrofil meninggalkan pembuluh darah dan menuju jaringan yang terinfeksi dan
membunuh mikroba.
Sel monosit (sekitar 5% dari keseluruhan sel darah putih) bergerak menuju
jaringan yang terinfeksi dan berubah menjadi makrofag (Big eaters) dan memakan
patogen dengan cara fagositosis. Makrofag berbentuk mirip amoeba yang memiliki
pseudopodia untuk menarik mikroba dan menghancurkan enzim pencernaannya.
Walaupun begitu beberapa mikroba telah berevolusi dengan cara mikrofag seperti
beberapa bakteri yang memiliki kapsul yang membuat pseudopodia makrofag tidak
bisa menempel.
Selain neutrofil dan monosit terdapat juga eosinofil (sekitar 1,5% dari
keseluruhan sel darah putih). Eosinofil memiliki aktivitas fagosit yang terbatas
namun memiliki enzim penghancur dalam sitoplasmanya yang dapat menembus
pertahanan cacing parasit.
10
Mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut.
11
Cara kerja protein komplemen dalam menghancurkan bakteri
Jenis protein lain yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yaitu
interferon yang dihasilkan dari sel-sel yang terinfeksi oleh virus. Interferon
dihasilkan ketika virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Interferon
akan berikatan dengan sel-sel yang tidak terinfeksi dan sel-sel yang berikatan
dengan interferon akan membentuk zat yang mampu mencegah replikasi.
12
2) Respon tubuh terhadap Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Akibat infeksi patogen tubuh merespon dengan terjadinya peradangan
(inflamasi) dan demam. Inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-
sel tubuh yang disebabkan oleh infeksi, zat-zat kimia, atau gangguan fisik seperti
benturan atau panas, inflamasi menimbulkan rasa sakit, panas, bengkak, serta kulit
yang memerah.
Respon tubuh yang lain adalah demam dimana ditandai dengan suhu tubuh
yang naik. Mikroorganisme patogen, substansi asing, serta sel-sel tubuh yang mati
menghasilkan zat yang disebut pyrogenexogen yang merangsang monosit dan
makrofag mengeluarkan zat pyrogen-endogen yang merangsang bagian otak
hipotalamus menaikan suhu tubuh sehingga timbul perasaan suhu tubuh yang
meningkat.
Suhu tubuh yang tinggi mengguntungkan karena patogen akan lemah dan
mati pada suhu tinggi, selain itu metabolisme, reaksi kimia, serta sel-sel darah putih
akan lebih aktif dan cepat sehingga mempercepat penyembuhan walaupun
menimbulkan efek seperti pusing, lesu, kejang, dan kerusakan otak permanen yang
membahayakan tubuh.
13
a) Sel B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi sebagai kekebalan humoral. Sel B dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:
(1) Sel B plasma, berfungsi untuk memproduksi antibodi.
(2) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh dan menstimulasi sel Limfosit B plasma jika terjadi infeksi kedua.
(3) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat dalam
jumlah yang banyak serta cepat.
b) Sel T
Limfosit T dibentuk di dalam sumsum tulang dan menuju ke kelenjar timus untuk
mengalami diferensiasi lebih lanjut, sel T berperan dalam kekebalan selular yaitu
dengan menyerang sel penghasil antigen secara langsung, sel T juga turut
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma, sel T dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu :
(1) Sel T pembunuh (sel T sitotoksik), berfungsi menyerang patogen dan
mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuh, yaitu sel tubuh yang terinfeksi.
(2) Sel T pembantu (sel T penolong) berfungsi menstimulasikan pembentukan sel
T jenis lainnya serta sel B plasma, serta mengaktifkan dapat mengaktifkan
makrofag untuk melakukan fagositosis.
(3) Sel T supressor, berfungsi menghentikan respon imun yaitu setelah infeksi
berhasil ditanggulangi.
2) Antibodi
a) Pengertian dan Fungsi Antibodi
Pada setiap mikroorganisme serta substansi asing yang masuk ke tubuh
pada permukaannya terdapat senyawa protein yang berperan sebagai antigen,
antigen meliputi molekul yang dimiliki oleh mikroorganisme serta substansi asing
tersebut.
14
Antigen yang masuk ke tubuh akan menyerang tubuh untuk membentuk
antibodi, antibodi adalah senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan
cara mengikatnya, setelah diikat antigen akan ditangkap dan dihancurkan oleh
makrofag. Antibodi bekerja secara spesifik untuk suatu antigen tertentu seperti
antibodi cacar hanya cocok untuk antibodi cacar.
b) Struktur Antibodi
Pada antibodi setiap molekul tersusun atas dua macam rantai polipeptida
yang identik dimana terdapat dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai
pada molekul antibodi dihubungkan oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya
menyerupai huruf Y.
Pada setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan
antigen. Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada pada
fraksi-fraksi globulin serum, fraksi-fraksi globulin serum ini dinamakan
immunoglobulin atau disingkat Ig.
c) Pengelompokan Antibodi
Terdapat lima jenis antibodi yang dimiliki manusia yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan
IgE. Berikut penjelasannya.
1. IgG (Immunoglobulin Gamma), adalah kelompok immunoglobulin yang paling
banyak dan sering ditemukan dalam sirkulasi. IgG dapat menembus dinding
pembuluh darah dan plasenta, IgG memberikan perlindungan terhadap bakteri,
virus, dan toksin serta disekresikan dalam kolostrum.
2. IgM (Immunoglubulin-M) adalah jenis antibodi pertama yang ditemukan ketika
infeksi suatu antigen, antibodi jenis ini memiliki pergiliran yang tinggi dan tidak
bertahan lama, IgM dapat mengikat antigen atau patogen menjadi gumpalan atau
mengaglutinasinya sehingga mudah difagositosis makrofag, IgM juga dapat
memicu aktifnya protein komplemen.
3. IgA (Immunoglobulin-A), antibodi jenis ini dapat mencegah masuknya virus
melalui jaringan apitel mukosa, sistem pencernaan, pernapasan, dan saluran
reproduksi. IgA ditemukan di air liur, air mata, dan kolostrum.
4. IgE (Immunoglobulin-E) merupakan antibodi yang sedikit lebih besar dari
molekul IgG dan hanya sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE memicu
15
peradangan jika cacing parasit menyerang tubuh. IgE juga berperan dalam reaksi
alergi.
5. IgD (Immunoglobulin-D) antibodi jenis ini tidak dapat mengaktikan sistem
komplemen dan tidak dapat melewati plasenta. IgD diduga berfungsi dalam
diferensiasi sel limfosit B menjadi sel B plasma dan sel B memori.
16
Setelah infeksi berakhir sel B plasma akan mati, sedangkan sel B pengingat
akan tetap hidup dalam waktu yang lama. Masuknya antigen atau patogen pertama
kali dan serangkaian respon imun awal ini disebut respon kekebalan primer.
Seringkali antigen yang sama masuk kedua kalinya dalam tubuh, hal ini
direspon sel B pengingat yang selanjutnya akan menstimulasi pembentukan sel B
plasma yang akan memproduksi antibodi, respon untuk kedua kalinya ini disebut
respon kekebalan sekunder dimana dalam prosesnya antibodi dalam menghadapi
antigen berlangsung lebih cepat dan lebih besar dari respon kekebalan primer, hal
ini dikarenakan adanya memori imunologi dalam hal ini adalah sel B pengingat,
memori imunologi adalah kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Selular
Kekebalan selular diprakarsai sel T yang menyerang sel-sel asing atau
jaringan tubuh yang telah terinfeksi secara langsung. Ketika sel T membunuh
kontak dengan antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang
dan menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi
telah berhasil ditangani, sel T supresor akan menghentikan respon kekebalan
dengan cara menghambat kegiatan sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.
17
2.2.3 Jenis-Jenis Kekebalan Tubuh
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri
dimana jika seseorang mengalami sakit karena infeksi patogen dan tubuh merespon
dengan membuat antibodi, setelah sembuh antibodi tersebut dapat bertahan lama
sehingga orang tersebut menjadi kebal terhadap penyakit tersebut, seperti contoh
orang yang pernah sakit cacar air tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua
kali. Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan aktif alami.
Selain itu terdapat juga kekebalan aktif buatan seperti dengan menyuntikan
antigen bakteri, patogen, atau mikroba yang sudah tidak aktif cara ini dikenal
dengan vaksinasi. Vaksinasi menyebabkan orang yang disuntik tersebut
mendapatkan kekebalan karena tubuhnya akan membentuk antibodi.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah mendapat antibodi
dari luar. Sebagai contoh kekebalan yang diperoleh bayi dari ibunya melalui air
susu pertama (kolostrum) atau diperoleh bayi pada saat masih berada dalam
kandungan. Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan pasif alami.
Sedangkan kekebalan pasif buatan diperoleh dengan menyuntikan antibodi
yang diekstrak dari satu individu ke tubuh orang lain melalui serum, walaupun
kekebalan pasif ini berlangsung singkat tapi berguna untuk penyembuhan secara
cepat.
18
Alergi diawali dengan proses masuknya alergen ke dalam tubuh yang
merangsang sel-sel B plasma untuk mensekresikan antibodi yang biasanya dari
kelas IgE. Pada awalnya alergen yang masuk ke tubuh tidak akan menimbulkan
alergi tapi pada awal alergen yang masuk akan berikatan dengan mastosit. Hal ini
menyebabkan ketika alergen untuk kedua kalinya masuk ke dalam tubuh akan
terikat pada antibodi IgE yang telah berikatan dengan mastosit, keadaan inilah yang
menyebabkan mastosit melepaskan histamin yang memperbesar dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah (inflamasi). Inflamasi menyebabkan timbulnya
berbagai gejala alergi seperti bersin, gatal-gatal, pusing, dan kesulitan bernapas.
2. Autoimunitas
Autoimunitas adalah keadaan dimana sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi untuk
menyerang sel-sel tubuh sendiri seolah-olah bukan merupakan bagian dari tubuh.
Autoimunitas seringkali disebabkan gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus
atau karena infeksi virus yang terjadi sebelum lahir yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Akibat autoimunitas banyak dijumpai kelainan-kelainan atau keabnormalan yang
dapat dijumpai antara lain :
a. Diabetes Mellitus, yaitu tipe I (insulin-dependent diabetes mellitus), dimana
antibodi menyerang sel-sel beta di pankreas yang memproduksi hormon insulin
sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi.
b. Addison’disease, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi pada kelenjar
adrenalin namun juga bisa disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel
hormon yang menghasilkan adrenalin. Akibat yang ditimbulkannya adalah
mudah merasa lelah, kehilangan berat badan, rasa perasaan yang tertekan, kadar
gula darah rendah dan pigmentasi kulit yang meningkat.
c. Mysthenia gravis, disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik. Hal ini
menyebabkan dergradasi otot dan berkurangnya kemampuan otot menangkap
asetilkolin (zat yang dilepaskan saraf untuk memicu kontraksi otot), misalnya
terjadi pada mata dimana posisi mata menjadi tidak simetris.
19
Penderita Mysthenia gravis yang menyebabkan posisi mata tidak simetris
20
AIDS disebabkan virus HIV yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi
menstimulasi sel T lainnya serta sel B plasma. Ketika virus berhasil menginfeksi sel T virus
menggunakan perangkat selnya untuk menggandakan diri setelah itu menembus membran
sel kemudian menginfeksi sel T yang lain. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh
melawan kuman penyakit menjadi berkurang.
Sel T pembantu menjadi target utama virus HIV karena pada permukaan selnya
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor, dimana infeksi dimulai ketika molekul
glikoprotein (gp120) yang terdapat pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4.
Pada orang normal jumlah sel T dalam tubuh sekitar 1000 sel/mm3 , hal ini berbeda
dengan orang yang menderita AIDS dimana jumlah sel T nya hanya sekitar 200 sel/mm3.
Virus HIV yang menyebabkan AIDS dapat menular dari satu orang ke orang lain
dengan banyak cara antara lain penggunaan jarum suntik secara bersamaan, transfusi
darah dari penderita, serta hubungan seksual. Pada dasarnya penderita AIDS meninggal
bukan karena virus HIV yang menyerangnya tapi karena melemahnya kekebalan tubuh
maka beberapa penyakit bisa berakibat fatal bagi penderita AIDS, penyakit-penyakit itu
seperti TBC, kanker darah, kanker, meningitis, harpes dan berbagai penyakit lainnya.
21
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk
berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system
yang menjalankan organisme untuk hidup.
2.3.1 Metode komunikasi antar sel
Terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:
1. Komunikasi Langsung
22
Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke
cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan
(sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3. Komunikasi Jarak Jauh
Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup
jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan
atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.
Suatu sel berespon atau tidak kepada molekul sinyal sangat bergantung kepada sel
tersebut apakah memiliki reseptor terhadap sinyal molekul tersebut atau tidak.Reseptor
sel terdiri dari :
Reseptor pada membran sel
Reseptor membran sel meliputi reseptor terhubung dengan saluran ion
(ionotropik), reseptor terhubung protein G (metabotropik), dan reseptor terhubung
dengan enzim.
Reseptor intrasel
Reseptor intraseluler adalah yang ditemukan di dalam sel, dan termasuk
reseptor sitoplasma dan reseptor inti
23
2.3.2 Tahapan Komunikasi Sel
Dalam berkomunikasi, sel mempunyai proses komunikasi yang dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :
1. Penerimaan (reseption)
Merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. Sel kimiawi
terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada permukaan sel
yang bersangkutan.
2. Transduksi
Diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor. Tahap
transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon
seluler spesifik. Pada sistem Sutherland, pengikastan epinefrin kebagian luar protein
reseptor dalam membrane plasma sel hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk
mengaktifkan glikogen fosforilase.
3. Respon
Pada tahap ini, pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon
seluler spesifik. Respon ini dapat berupa hampir seluruh aktivitas seluler seperti katalis
oleh suatu enzim, penyusunan ulang sitoskeleton, atau pengaktifan gen spesifik di dalam
nukleus.
2.3.3 Gangguan transmisi antar sel
Periodik paralisis hipokalemia (PPH)
Periodik paralisis hipokalemia (PPH) adalah sekelompok kelainan otot heterogen
yang ditandai dengan serangan paralisis flaksid episodik dengan intensitas dan durasi
bervariasi. Hipokalemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan kalium, perpindahan
kalium ke dalam sel, atau peningkatan kehilangan kalium.PPH familial terjadi karena
24
redistribusi atau perpindahan kalium ekstraseluler ke intraseluler.Pada PPH familial
diperkirakan terjadi mutasi gen yang mengkode gerbang kanal ion, yaitu gen SCN4A,
CACNL1A3, dan KCNE3, disebut juga sebagai channelopathy. Mutasi menyebabkan
abnormalitas fungsi kanal ion kalium yang menyebabkan perpanjangan eksitasi sel-sel
otot.PPH didapat paling sering terjadi disebabkan oleh tirotoksikosis. Penyebab lain adalah
intoksikasi barium dan kelebihan mineralokortikoid.Pada tirotoksikosis terjadi
peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan influks kalium ke dalam sel melalui
pompa ATPase.Pada intoksikasi barium, hipokalemia terjadi karena kehilangan kalium
meningkat akibat diare berat dan muntah-muntah; selain itu, diduga juga disebabkan
karena terganggunya kerja kanal ion kalium akibat ikatan ion barium di kanal tersebut.
Peningkatan mineralokortikoid, misalnya pada kasus hiperaldosteronisme primer
(sindrom Conn), menyebabkan peningkatan ekskresi kalium melalui urin.
Kasus
Seorang wanita, 22 tahun, datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan keluhan
lemah keempat anggota gerak sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan muncul
perlahan, awalnya seperti rasa kesemutan di kedua kaki kemudian menjalar hingga ke
kedua tangan, pasien tidak bisa bergerak sama sekali. Sebelumnya pasien muntah-muntah ±5
kali, pertama berisi makanan dan minuman sebanyak ±100 mL, selanjutnya hanya keluar air
liur. Kelemahan anggota gerak tidak disertai mati rasa, sesak napas, gangguan bicara, gangguan
kesadaran, demam, dan diare. Pasien sudah 5 kali dirawat dengan keluhan yang sama.
Sebelum muncul kelemahan, pasien nyeri ulu hati, mual, dan muntah beberapa kali. Pasien
mempunyai riwayat sakit lambung. Tidak didapatkan anggota keluarga dengan keluhan serupa.
Kebiasaan pasien makan teratur 3 kali sehari dengan cukup lauk dan sayur. Merokok dan
minum-minuman beralkohol disangkal.Dan setelah diperiksa lebih lanjut ternyata
pasien mengidap penyakit periodik paralisis hipokalemia (PPH).
25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dibahas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup yang memiliki sistem lengkap yang
bekerja untuk membentuk dan menggunakan energi, melaksanakan respirasi, reproduksi,
dan sekresi.
2. Sel dapat mengalami kematian. Kematian sel ada dua macam yaitu kematian yang
menguntungkan (apoptosis) dan kematian yang merugikan (nekrosis).
3. Suatu sel dapat berkomunikasi dengan sel lainnya (transmisi). Komunikasi sel terbagi
menjadi tiga macam yaitu, komunikasi langsung, komunikasi local, dan komunikasi jarak
jauh.
4. Komunikasi sel terjadi melalui tiga tahap yaitu, penerimaan, tranduksi, dan respon.
5. Gangguan transmisi antar sel disebabkan oleh sekelompok kelainan otot heterogen yang
ditandai dengan serangan paralisis flaksid episodik dengan intensitas dan durasi bervariasi
(PPH).
6. Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan tubuh kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang masuk
ke dalam tubuh.
3.2. Saran
Sistem imun atau daya tahan tubuh memiliki peran penting dalam kesehatan. Imunitas
tubuh harus dijaga dengan baik agar tidak mudah terserang penyakit. Untuk menjaga
imunitas tubuh, sebaiknya dapat dilakukan dengan menerapkan hidup sehat, menghindari
stress, hingga mengonsumsi suplemen agar system kekebalan tubuh tetap prima.
Menerapkan pola hidup sehat dapat dilakukan dengan cara perbanyak makan sayur dan buah,
cukup istirahat, hindari stress, dan rutin berolahraga.
26
DAFTAR PUSTAKA
27