Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain.
Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme
itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian
organ dan sistem yang menjalankan organisme untuk hidup. Setiap sel adalah suatu
sistem lengkap (cell contained) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk
dan menggunakan energi,melakukan respirasi,reproduksi,dan ekskresi.
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme,
membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang
rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Perubahan dari respon imun dapat menyebabkan
timbulnya serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, perkembangan kanker dan
ketidakmampuan merespon serta menyembuhkan tubuh dari penyakit.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu patofisiologi sel ?
b. Bagaimana cara kerja sistem imun dalam menjaga ketahanan tubuh ?
c. Apa yang dimaksud dengan transmisi antar sel dan seperti apa cara kerjanya ?
d. Apa saja gangguan yang dapat terjadi saat antar sel bertransmisi ?

1.3. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan dari
penulisan makalah ini, seperti berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi sel.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem imun.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transmisi sel dan cara kerjanya.
d. Untuk mengetahui apa saja gangguan yang dapat terjadi saat antar sel bertransmisi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Patofisiologi sel


Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup.setiap sel adalah suatu sistem lengkap
(cell contained) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan menggunakan
energi,melakukan respirasi,reproduksi,dan ekskresi.
Sel terdiri dari struktur-struktur internal yang masing-masing dipisahkan oleh membrane
semipermeable.Berbagai struktur internal tersebut dibungkus bersama-sama menjadi satu oleh
sebuah membrane sel sehingga membentuk sebuah unit tunggal.Meskipun fungsi setiap sel
berbeda-beda dalam tubuh,semua sel memiliki struktur internal yang sama.Bagian dalam
setiap sel dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sitoplasma dan nucleus.
a) Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan yang ada didalam sel yang befungsi sebagai penyedia
jalur transportasi,sebagai medium tempat terjadinya reaksi metabolism sel.Didalam
sitoplasma ada beberapa organel yaitu mitokondria sebagai sumber energi
sel,retikulum endoplasma,ribosom,aparatus golgi ,lisosom dll.
b) Nukleus
Nukleus adalah suatu organel besar terbungkus membran yang mengandung DNA
yaitu bahan genetik sel.

Didalam sel terdapat endositosis (pencaploka,engulfment) terdiri dari pinositosis


yaitu endositosis suatu makromolekul dan fagositosis yaitu endositosis bakteri atau sel
mati.
2.1.1 Sel Stem (stem cells)
Sel stem adalah sel yang tidak mengalami diferensiasi yang memiliki
kemampuan bereproduksi secara tidak terbatas dan bertindak sebagai progenitor
(prekussor) untuk sel tubuh lain yang mengalami spesialisasi.

2
2.1.2 Siklus kehidupan sel
Siklus kehidupan sel meliputi berbagai aktivitas normal dan proses
adaptasi.Adaptasi merupakan penyesuaian siklus hidup yang terjadi secara normal seperti
dalam pertumbuhan selama pubertas,perubahan-perubahan selama masa kehamilan atau
penuaan dan gaya hidup yang penuh tekanan.Situasi ini berujung pada munculnya
berbagai perubahan fisiologis yang mengarah pada terjadinya adaptasi atau penyakit.
Sel melakukan penyesuaian-penyesuaian secara konstan untuk sebuah
perubahan,ada kalanya lingkungan kurang bersahabat dalam menjaga fungsi organisme
supaya berada dalam keadaan normal seperti untuk menjalani perbaikan diri dan
regenerasi akan terjadi perubahan-perubahan adaptif.
a) Jenis-jenis perubahan adaptif seluler
 Konsentrasi normal unsur-unsur pokok selular mengalami peningkatan
 Terakumulasinya zat-zat yang tidak normal
 Terjadinya perubahan ukuran atau jumlah selular
 Mengalami perubahan yang mematikan
b) Akumulasi substansi antar selular baik bersifat tidak normal maupun norma
Akumulasi substansi antar selular ini umum nya disebab kan oleh perubahan
lingkungan atau ketidakmampuan untuk memproses zat-zat yang tidak dapat
mengalami metabolisme.Akibat-akibat yang akan terjadi adalah :
 Pembengkakan selular (akumulasi salah satu asam lemak didalam
sitoplasma)
 Pengendapan glikogen didalam tubuh secara berlebihan
 Pengendapan kalsium didaerah inflamasi
c) Perubahan ukuran atau jumlah sel
1. Atrophy (pertumbuhan yang terhenti)

3
Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringan.Penyebab dari
atrofi ini adalah :
 Terjadinya penurunan beban kerja (atropi yang tak terpakai)
 Hilangnya suplai saraf
 Menurunnya suplai darah
 Nutrisi yang tidak mencukupi
 Hilangnya stimulasi hormonal (misal :athropy uteri setelah menopause
 Athropy fisiologis (hilangnya sebagian besar otot akibat terjadinya
proses penuaan)
Atrofi dapat menjadi suatu respon adaptif yang timbul
sewaktu terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan.Dengan
menurunnya beban kerja,maka kebutuhan akan oksigen dan gizi juga
berkurang.Hal ini menyebabkan sebagian besar struktur
intrasel,termasuk mitokondria,reticulum endoplasma,vesikel intrasel,dan
protein kontraktil menyusut.
2. Displasia

Dysplasia adalah kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya


sel yang berbeda ukuran,bentuk,dan penampakannya dibandingkan sel
asalnya.Penyebab terjadinya dysplasia adalah :
 Sel yang terpajan iritasi dan peradangan kronik
 Pada dysplasia serviks disebabkan oleh infeksi sel oleh virus papilloma
manusia (human papilloma virus/HPV)

4
Penyakit dysplasia bukanlah proses adaptif yang sebenarnya,penyakit ini
dikendalikan oleh reproduksi sel-sel namun berkaitan erat dengan penyakit
berbahaya yang kemungkinan ditransformasikan kedalam reproduksi yang
tak terkendali atau berlangsung secara cepat.Adapun tempat terjadinya
perubahan-perubahan displastis adalah bronchial epithelium & epithelium
serviks.
3. Hiperplasia

Hyperplasia adalah peningkatan jumlah sel yang terjadi pada suatu organ
akibat peningkatan mitosis.Penyebab hyperplasia adalah meningkatnya beban
kerja atau stimulasi fisiologis seperti sel-sel yang dapat membelah sehingga
meningkatkan jumlah selnya.
Jenis-jenis hiperplasia yaitu :
 Hyperplasia fisiologis
Terjadi setiap bulan pada sel endometrium uterus selama stadium
folikular pada siklus menstruasi
 Hiperplasia patologis
Terjadi akibat perangsangan hormone yang berlebihan
terlihat dalam stimulasi organ-organ tak normal terhadap sel-sel yang
mampu melakukan regenerasi.Contoh : pembesaran kelenjer thyroid
(gondok) kaitannya dengan TSH dari kelenjer pituitary.
 Hiperplasia kompensasi (pengganti)
Ketika sel jaringan bereproduksi untuk mengganti jumlah sel
yang sebelumya mengalami penurunan.Hiperplasia ini dijumpai disel

5
hati,setelah pengangkatan sebagian jaringan hati melalui
pembedahan.Hiperplasia ini terjadi sangat cepat
4. Hypertrophy

Hipertrofi adalah bertambahnya ukuran suatu sel atau jaringan disertai


dengan peningkatan jumlah sel.Penyebab dari hipertrofi adalah meningkatnya
permintaan kerja misalnya pembesaran otot-otot dikalangan para atlit.
Kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat,menyebabkan
pertumbuhan sebagian besar struktur intrasel,termasuk mitokondria,reticulum
endoplasam ,vesikel intrasel,dan protein kontraktil.Kondisi ini membuat sintesis
protein meningkat.Terdapat 3 jenis hipertrofi :
 Hipertrofi fisiologis :terjadi sebagai akibat dari peningkatan beban kerja
suatu sel secara sehat (peningkatan massa / ukuran otot setelah berolahraga)
 Hipertrofi patologis :terjadi sebagai respon terhadap suatu keadaan sakit
,misalnya hipertrofi ventrikel kiri sebagai respon terhadap hipertensi kronik
dan peningkatan beban kerja jantung
 Hipertrofi kompensasi :terjadi sewaktu sel tumbuh untuk mengambil alih
peran sel lain yang telah mati ,misalnya hilangnya satu ginjal menyebabkan
sel-sel diginjal yang masih ada mengalami hipertrofi sehingga terjadi
peningkatan ukuran ginjal secara bermakna.
5. Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan yang dapat dikembalikan / dipulihkan dimana
satu jenis sel dewasa ditempati oleh jenis sel lainnya dari satu subtype ke subtype
lainnya.Metaplasia biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi
kontinu yang menghasilkan peradangan kronis pada jaringan.Contohnya

6
perubahan sel saluran pernafasan dari sel epitel kolumnar bersilis menjadi sel
epitel skuamosa bertingkat sebagai respon terhadap merokok jangka panjang
sayangnya sel epitel skuamosa bertingkat ini tidak memiliki peran pelindung
seperti sel-sel bersilia.

2.1.3 Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen didalam
jaringan.Konsentrasi oksigen dalam jaringan mencerminkan konsentrasi oksigen
dalam darah,yang bergantung pada jumlah oksigen yang masuk keparu dan
jumlah yang dibawa oleh darah ,baik terlarut atau terikat dengan hemoglobin.
Penyebab dari hipoksia adalah penyakit pernafasan dan semua penyakit
yang mempengaruhi aliran darah,seperti infark miokardium,syok
hemoragik,bekuan darah,berbagai racun,dan sebagian toksin yang dikeluarkan
oleh mikroorganisme.
Akibat dari hipoksi adalah tidak dapat lagi mempertahankan fungsi
selularnya termasuk fungsi transport natrium dan kalium,pembentukan asam
laktat yang meningkat menyebabkan penurunan pH sehingga berakibat pada
kerusakan struktur inti dan membran sel.

2.1.4 Kematian sel


a) Penyebab kematian sel nekrotik (nekrosis)
Nekrosis melibatkan sekelompok sel, mengalami kehilangan integritas
membrane, sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk
kemudian mengalami lisis.Faktor yang menyebabkan kematian sel nekrotik
adalah hipoksia berkepanjangan,infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal
bebas,dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Nekrosis
terjadi Karena trauma nonfisiologi pada nekrosis enzim-enzim yang terlibat dalam
proses apoptosis mengalami perubahan atau inaktivasi.
Berdasarkan perubahan-perubahan structural,nekrosis dibagi menjadi
2,yaitu :

7
 Nekrosis beku
Terjadi akibat kurangnya suplai darah kesuatu area.Contoh tuberculosis
dicirikan oleh bagian tengah nekrosis tampak lembut,rapuh dan dikelilingi
oleh area yang tampak buruk,rapuh.
 Nekrosis tidak beku (nekrosis cair)
Terjadi didalam jaringan otak akibat pecahnya neuron disertai pelepasan
enzim-enzim lisosom yang menyebabkan terbentuknya kantung-kantung
cairan,struktur seperti runtuhan dan kista didalam jaringan otak.Contoh
pembusukan jaringan tubuh akibat sirkulasi yang terhambat atau infeksi
bakteri.
b)Penyebab apoptosis
Apoptosis adalah suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan
teratur tahap molecular yang menyebabkan disintegrasi sel.Rangsang yang
menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormone,rangsangan anti gen,pepida
imun,dan sinyal membrane yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi.

2.2 Patofisiologi Sistem Pertahan Tubuh


Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan tubuh kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang masuk ke dalam
tubuh.
Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem pertahanan tubuh
digolongkan menjadi dua yaitu pertahanan tubuh spesifik dan nonspesefik. Beberapa lapisan
pertahanan tubuh dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel lapisan pertahanan tubuh mulai dari permukaan kulit

8
2.2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikroorganisme patogen yang satu dengan yang lainnya, sistem ini
merupakan sistem pertahanan pertama terhadap infeksi akibat masuknya mikroorganisme
patogen atau benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
a. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal(Permukaan Tubuh)
1) Pertahanan secara fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yaitu kulit dan
membran mukosa. Lapisan terluar kulit tersusun atas sel-sel mati yang rapat
sehingga menyulitkan bagi mikroorganisme patogen untuk masuk ke dalam tubuh.
2) Pertahanan secara mekanik
Pertahanan secara mekanik seperti terjadi pada rambut hidung dan silia,
rambut hidung bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya maupun
dari mikroorganisme yang kurang menguntungkan, sedangkan silia yang terdapat
pada trakea berfungsi menyapu partikel-partikel berbahaya yang terperangkap
dalam lendir dan keluar bersama air ludah.
3) Pertahanan secara biologis
Pertahanan secara biologis seperti adanya populasi bakteri yang tidak
berbahaya yang terdapat pada permukaan kulit dan membran mukosa, bakteri-
bakteri tersebut berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi
sehingga perkembangan bakteri patogen terhambat.
4) Pertahanan secara kimia
Pertahanan secara kimia dilakukan oleh cairan sekret seperti keringat dan
minyak yang dihasilkan oleh membran mukosa dan kulit yang mengandung zat-zat
kimia yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan air liur (saliva),
air mata, dan sekresi mukosa mengandung enzim lizosim yang dapat membunuh
bakteri, enzim lizosim dapat menguraikan dinding bakteri dan patogen dengan cara
hidrolisis sehingga sel pecah dan mati.

9
b. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal
1) Inflamasi
Inflamasi adalah respon tubuh terhadap kerusakan jaringan yang
disebabkan antara lain tergores atau benturan keras. Adanya kerusakan jaringan
menyebabkan patogen dan mikroorganisme lainnya dapat masuk ke dalam tubuh
dan menginfeksi sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh yang rusak akan melepaskan signal
kimiawi yaitu histamin dan prostaglandin. Sel yang berfungsi melepaskan histamin
adalah mastosit yang berkembang dari salah satu jenis sel darah putih yaitu basofil.
Adanya signal kimiawi berupa histamin menyebabkan terjadinya pelebaran
pembuluh darah dan peningkatan kecepatan aliran darah dan menyebabkan
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah menyebabkan neutrofil,
monosit, dan eosinofil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan yang mengalami
infeksi, selanjutnya neutrofil dan eosinofil mulai memakan patogen, dan monosit
akan mulai bergerak menghancurkan patogen.
Neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak(sekitar 60-70%),
neutrofil meninggalkan pembuluh darah dan menuju jaringan yang terinfeksi dan
membunuh mikroba.
Sel monosit (sekitar 5% dari keseluruhan sel darah putih) bergerak menuju
jaringan yang terinfeksi dan berubah menjadi makrofag (Big eaters) dan memakan
patogen dengan cara fagositosis. Makrofag berbentuk mirip amoeba yang memiliki
pseudopodia untuk menarik mikroba dan menghancurkan enzim pencernaannya.
Walaupun begitu beberapa mikroba telah berevolusi dengan cara mikrofag seperti
beberapa bakteri yang memiliki kapsul yang membuat pseudopodia makrofag tidak
bisa menempel.
Selain neutrofil dan monosit terdapat juga eosinofil (sekitar 1,5% dari
keseluruhan sel darah putih). Eosinofil memiliki aktivitas fagosit yang terbatas
namun memiliki enzim penghancur dalam sitoplasmanya yang dapat menembus
pertahanan cacing parasit.

10
Mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Proses pertahanan tubuh melalui inflamasi


Berdasarkan gambar diatas mekanisme pertahanan tubuh secara inflamasi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Jaringan mengalami luka dan merangsang pengeluaran histamin.
2. Histamin menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah serta peningkatan
aliran darah yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat, hal ini
menyebabkan perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil, monosit, dan eosinofil)
3. Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen.
Setelah infeksi tertanggulangi, neutrofil dan sel-sel fagosit akan mati seiring dengan
matinya sel-sel tubuh dan patogen. Sel-sel fagosit yang hidup atau mati serta sel-
sel tubuh yang rusak akan membentuk nanah. Inflamasi mencegah infeksi ke
jaringan lain serta mempercepat proses penyembuhan.
1) Protein Antimikrobia
Terdapat protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yaitu
protein komplemen yang terdiri dari sekitar 20 jenis protein. Protein komplemen
bersirkulasi dalam darah dalam bentuk tidak aktif. Jika beberapa molekul dari satu
jenis protein komplemen aktif, dapat memicu gelombang reaksi yang mengaktifkan
gelombang komplemen yang lain.
Protein komplemen dapat membunuh bakteri penginfeksi dengan cara
melubangi dinding dan membran plasma bakteri tersebut, hal ini menyebabkan ion
Ca2+ keluar dari bakteri sedangkan cairan dan garam-garam diluar bakteri masuk
ke dalam bakteri dan membunuh bakteri tersebut.

11
Cara kerja protein komplemen dalam menghancurkan bakteri

Jenis protein lain yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yaitu
interferon yang dihasilkan dari sel-sel yang terinfeksi oleh virus. Interferon
dihasilkan ketika virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Interferon
akan berikatan dengan sel-sel yang tidak terinfeksi dan sel-sel yang berikatan
dengan interferon akan membentuk zat yang mampu mencegah replikasi.

12
2) Respon tubuh terhadap Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Akibat infeksi patogen tubuh merespon dengan terjadinya peradangan
(inflamasi) dan demam. Inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-
sel tubuh yang disebabkan oleh infeksi, zat-zat kimia, atau gangguan fisik seperti
benturan atau panas, inflamasi menimbulkan rasa sakit, panas, bengkak, serta kulit
yang memerah.
Respon tubuh yang lain adalah demam dimana ditandai dengan suhu tubuh
yang naik. Mikroorganisme patogen, substansi asing, serta sel-sel tubuh yang mati
menghasilkan zat yang disebut pyrogenexogen yang merangsang monosit dan
makrofag mengeluarkan zat pyrogen-endogen yang merangsang bagian otak
hipotalamus menaikan suhu tubuh sehingga timbul perasaan suhu tubuh yang
meningkat.
Suhu tubuh yang tinggi mengguntungkan karena patogen akan lemah dan
mati pada suhu tinggi, selain itu metabolisme, reaksi kimia, serta sel-sel darah putih
akan lebih aktif dan cepat sehingga mempercepat penyembuhan walaupun
menimbulkan efek seperti pusing, lesu, kejang, dan kerusakan otak permanen yang
membahayakan tubuh.

2.2.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik


Sistem pertahanan tubuh spesifik juga dikenal dengan sistem imun atau sistem
kekebalan tubuh, jika patogen berhasil melewati sistem pertahanan tubuh
nonspesifik maka selanjutnya harus berhadapan dengan pertahanan tubuh spesifik.
Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah pertahanan tubuh terhadap patogen
tertentu yang masuk ke dalam tubuh.
A. Struktur Sistem Kekebalan Tubuh.
Sistem pertahanan tubuh melibatkan peran limfosit dan antibodi.
1) Limfosit
Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit B(sel B) dan limfosit T(sel T).
Dua jenis limfosit ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, walaupun jika diamati
dengan mikroskop menunjukan struktur yang sama.

13
a) Sel B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi sebagai kekebalan humoral. Sel B dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:
(1) Sel B plasma, berfungsi untuk memproduksi antibodi.
(2) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh dan menstimulasi sel Limfosit B plasma jika terjadi infeksi kedua.
(3) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat dalam
jumlah yang banyak serta cepat.
b) Sel T
Limfosit T dibentuk di dalam sumsum tulang dan menuju ke kelenjar timus untuk
mengalami diferensiasi lebih lanjut, sel T berperan dalam kekebalan selular yaitu
dengan menyerang sel penghasil antigen secara langsung, sel T juga turut
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma, sel T dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu :
(1) Sel T pembunuh (sel T sitotoksik), berfungsi menyerang patogen dan
mikroorganisme asing yang masuk ke dalam tubuh, yaitu sel tubuh yang terinfeksi.
(2) Sel T pembantu (sel T penolong) berfungsi menstimulasikan pembentukan sel
T jenis lainnya serta sel B plasma, serta mengaktifkan dapat mengaktifkan
makrofag untuk melakukan fagositosis.
(3) Sel T supressor, berfungsi menghentikan respon imun yaitu setelah infeksi
berhasil ditanggulangi.
2) Antibodi
a) Pengertian dan Fungsi Antibodi
Pada setiap mikroorganisme serta substansi asing yang masuk ke tubuh
pada permukaannya terdapat senyawa protein yang berperan sebagai antigen,
antigen meliputi molekul yang dimiliki oleh mikroorganisme serta substansi asing
tersebut.

14
Antigen yang masuk ke tubuh akan menyerang tubuh untuk membentuk
antibodi, antibodi adalah senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan
cara mengikatnya, setelah diikat antigen akan ditangkap dan dihancurkan oleh
makrofag. Antibodi bekerja secara spesifik untuk suatu antigen tertentu seperti
antibodi cacar hanya cocok untuk antibodi cacar.
b) Struktur Antibodi
Pada antibodi setiap molekul tersusun atas dua macam rantai polipeptida
yang identik dimana terdapat dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai
pada molekul antibodi dihubungkan oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya
menyerupai huruf Y.
Pada setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan
antigen. Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada pada
fraksi-fraksi globulin serum, fraksi-fraksi globulin serum ini dinamakan
immunoglobulin atau disingkat Ig.
c) Pengelompokan Antibodi
Terdapat lima jenis antibodi yang dimiliki manusia yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan
IgE. Berikut penjelasannya.
1. IgG (Immunoglobulin Gamma), adalah kelompok immunoglobulin yang paling
banyak dan sering ditemukan dalam sirkulasi. IgG dapat menembus dinding
pembuluh darah dan plasenta, IgG memberikan perlindungan terhadap bakteri,
virus, dan toksin serta disekresikan dalam kolostrum.
2. IgM (Immunoglubulin-M) adalah jenis antibodi pertama yang ditemukan ketika
infeksi suatu antigen, antibodi jenis ini memiliki pergiliran yang tinggi dan tidak
bertahan lama, IgM dapat mengikat antigen atau patogen menjadi gumpalan atau
mengaglutinasinya sehingga mudah difagositosis makrofag, IgM juga dapat
memicu aktifnya protein komplemen.
3. IgA (Immunoglobulin-A), antibodi jenis ini dapat mencegah masuknya virus
melalui jaringan apitel mukosa, sistem pencernaan, pernapasan, dan saluran
reproduksi. IgA ditemukan di air liur, air mata, dan kolostrum.
4. IgE (Immunoglobulin-E) merupakan antibodi yang sedikit lebih besar dari
molekul IgG dan hanya sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE memicu

15
peradangan jika cacing parasit menyerang tubuh. IgE juga berperan dalam reaksi
alergi.
5. IgD (Immunoglobulin-D) antibodi jenis ini tidak dapat mengaktikan sistem
komplemen dan tidak dapat melewati plasenta. IgD diduga berfungsi dalam
diferensiasi sel limfosit B menjadi sel B plasma dan sel B memori.

B. Respon Kekebalan Tubuh terhadap Antigen


Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu kekebalan tubuh humoral dan kekebalan tubuh seluler.
1) Kekebalan Humoral
Imunitas humoral melibatkan aktivitas sel B dengan antibodi yang berada
dalam plasma darah dan cairan limfa dalam bentuk protein. Pembentukan antibodi
dipicu oleh kehadiran antigen dimana prosesnya dimulai dari sel B pembelah yang
akan membentuk sel B plasma dan sel B pengingat, sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang berfungsi mengikat antigen dimana antibodi bekerja
secara spesifik terhadap antigen tertentu.
Antigen yang terikat akan mempermudah makrofag untuk lebih mudah
menangkap dan menghancurkan patogen tersebut. Terdapat beberapa cara antibodi
dalam menghadapi antigen yaitu :
1. Netralisasi, yaitu antibodi memblokir tempat-tempat dimana antigen seharusnya
berikatan dengan sel inang. Selain itu antibodi menetralkan bakteri beracun dengan
menyelubungi bagian beracunya sehingga makrofag dapat dengan mudah
memfagositnya.
2. Penggumpalan atau aglutinasi patogen atau antigen sehingga memudahkan
makrofag dalam menjalankan aktivitas fagositnya terhadap patogen.
3. Pengendapan, yaitu dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi yang
menyebabkan antigen terlarut tidak dapat bergerak sehingga mudah ditangkap
makrofag.
4. Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dimana antibodi berikatan
dengan antigen akan mengaktifkan protein komplemen untuk membentuk pori atau
lubang pada sel patogen.

16
Setelah infeksi berakhir sel B plasma akan mati, sedangkan sel B pengingat
akan tetap hidup dalam waktu yang lama. Masuknya antigen atau patogen pertama
kali dan serangkaian respon imun awal ini disebut respon kekebalan primer.
Seringkali antigen yang sama masuk kedua kalinya dalam tubuh, hal ini
direspon sel B pengingat yang selanjutnya akan menstimulasi pembentukan sel B
plasma yang akan memproduksi antibodi, respon untuk kedua kalinya ini disebut
respon kekebalan sekunder dimana dalam prosesnya antibodi dalam menghadapi
antigen berlangsung lebih cepat dan lebih besar dari respon kekebalan primer, hal
ini dikarenakan adanya memori imunologi dalam hal ini adalah sel B pengingat,
memori imunologi adalah kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.

Grafik respon kekebalan primer dan sekunder

2) Kekebalan Selular
Kekebalan selular diprakarsai sel T yang menyerang sel-sel asing atau
jaringan tubuh yang telah terinfeksi secara langsung. Ketika sel T membunuh
kontak dengan antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang
dan menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi
telah berhasil ditangani, sel T supresor akan menghentikan respon kekebalan
dengan cara menghambat kegiatan sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.

17
2.2.3 Jenis-Jenis Kekebalan Tubuh
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri
dimana jika seseorang mengalami sakit karena infeksi patogen dan tubuh merespon
dengan membuat antibodi, setelah sembuh antibodi tersebut dapat bertahan lama
sehingga orang tersebut menjadi kebal terhadap penyakit tersebut, seperti contoh
orang yang pernah sakit cacar air tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua
kali. Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan aktif alami.
Selain itu terdapat juga kekebalan aktif buatan seperti dengan menyuntikan
antigen bakteri, patogen, atau mikroba yang sudah tidak aktif cara ini dikenal
dengan vaksinasi. Vaksinasi menyebabkan orang yang disuntik tersebut
mendapatkan kekebalan karena tubuhnya akan membentuk antibodi.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah mendapat antibodi
dari luar. Sebagai contoh kekebalan yang diperoleh bayi dari ibunya melalui air
susu pertama (kolostrum) atau diperoleh bayi pada saat masih berada dalam
kandungan. Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan pasif alami.
Sedangkan kekebalan pasif buatan diperoleh dengan menyuntikan antibodi
yang diekstrak dari satu individu ke tubuh orang lain melalui serum, walaupun
kekebalan pasif ini berlangsung singkat tapi berguna untuk penyembuhan secara
cepat.

2.2.4 Gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh


Gangguan pada sistem kekebalan tubuh seperti sistem kekebalan tubuh dapat tidak
berfungsi jika sistem ini bereaksi dengan molekul asing yang berlebihan. Beberapa
contoh gangguan pada sistem kekebalan tubuh antara lain Alergi, autoimunitas dan AIDS.
1. Alergi
Alergi adalah respon imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang
masuk ke dalam tubuh. Reaksi alergi disebut juga dengan anaphylaxis. Senyawa
yang dapat menimbulkan alergi adalah Alergen yang dapat berupa serbuk, debu,
bulu hewan, gigitan serangga, serta jenis makanan tertentu.

18
Alergi diawali dengan proses masuknya alergen ke dalam tubuh yang
merangsang sel-sel B plasma untuk mensekresikan antibodi yang biasanya dari
kelas IgE. Pada awalnya alergen yang masuk ke tubuh tidak akan menimbulkan
alergi tapi pada awal alergen yang masuk akan berikatan dengan mastosit. Hal ini
menyebabkan ketika alergen untuk kedua kalinya masuk ke dalam tubuh akan
terikat pada antibodi IgE yang telah berikatan dengan mastosit, keadaan inilah yang
menyebabkan mastosit melepaskan histamin yang memperbesar dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah (inflamasi). Inflamasi menyebabkan timbulnya
berbagai gejala alergi seperti bersin, gatal-gatal, pusing, dan kesulitan bernapas.

2. Autoimunitas
Autoimunitas adalah keadaan dimana sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi untuk
menyerang sel-sel tubuh sendiri seolah-olah bukan merupakan bagian dari tubuh.
Autoimunitas seringkali disebabkan gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus
atau karena infeksi virus yang terjadi sebelum lahir yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Akibat autoimunitas banyak dijumpai kelainan-kelainan atau keabnormalan yang
dapat dijumpai antara lain :
a. Diabetes Mellitus, yaitu tipe I (insulin-dependent diabetes mellitus), dimana
antibodi menyerang sel-sel beta di pankreas yang memproduksi hormon insulin
sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi.
b. Addison’disease, penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi pada kelenjar
adrenalin namun juga bisa disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel
hormon yang menghasilkan adrenalin. Akibat yang ditimbulkannya adalah
mudah merasa lelah, kehilangan berat badan, rasa perasaan yang tertekan, kadar
gula darah rendah dan pigmentasi kulit yang meningkat.
c. Mysthenia gravis, disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik. Hal ini
menyebabkan dergradasi otot dan berkurangnya kemampuan otot menangkap
asetilkolin (zat yang dilepaskan saraf untuk memicu kontraksi otot), misalnya
terjadi pada mata dimana posisi mata menjadi tidak simetris.

19
Penderita Mysthenia gravis yang menyebabkan posisi mata tidak simetris

d. Lupus erythematosus, yaitu keadaan dimana antibodi menyerang sel-sel tubuh


yang lain sebagai sel asing dimana ketika kondisi tubuh melemah maka seranggan
antibodi akan meningkat.

Ruam pada penderita Lupus erythematosus

e. Multiple sclerosis,yaitu keadaan dimana antibodi menyerang jaringan saraf dan


di tulang belakang dimana bagian saraf yang diserang adalah seludang mielin
sebagai bagian yang melapisi sel saraf dan berperan dalam penghantaran
informasi,hal ini menimbulkan berbagai gejala seperti gangguan penglihatan,
pusing, depresi dan lain-lain.
3. AIDS
AIDS (acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS sendiri merupakan
kumpulan dari berbagai penyakit.

20
AIDS disebabkan virus HIV yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi
menstimulasi sel T lainnya serta sel B plasma. Ketika virus berhasil menginfeksi sel T virus
menggunakan perangkat selnya untuk menggandakan diri setelah itu menembus membran
sel kemudian menginfeksi sel T yang lain. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh
melawan kuman penyakit menjadi berkurang.

Gambar dan Struktur Virus HIV

Sel T pembantu menjadi target utama virus HIV karena pada permukaan selnya
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor, dimana infeksi dimulai ketika molekul
glikoprotein (gp120) yang terdapat pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4.
Pada orang normal jumlah sel T dalam tubuh sekitar 1000 sel/mm3 , hal ini berbeda
dengan orang yang menderita AIDS dimana jumlah sel T nya hanya sekitar 200 sel/mm3.
Virus HIV yang menyebabkan AIDS dapat menular dari satu orang ke orang lain
dengan banyak cara antara lain penggunaan jarum suntik secara bersamaan, transfusi
darah dari penderita, serta hubungan seksual. Pada dasarnya penderita AIDS meninggal
bukan karena virus HIV yang menyerangnya tapi karena melemahnya kekebalan tubuh
maka beberapa penyakit bisa berakibat fatal bagi penderita AIDS, penyakit-penyakit itu
seperti TBC, kanker darah, kanker, meningitis, harpes dan berbagai penyakit lainnya.

2.3 Gangguan transmisi antar sel (komunikasi sel)


Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan membentuk
sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Miliaran sel penyusun
setiap makhluk hidup harus berkomunikasi, yakni terjadinya komunikasi antar sel untuk

21
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk
berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system
yang menjalankan organisme untuk hidup.
2.3.1 Metode komunikasi antar sel
Terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:
1. Komunikasi Langsung

Komunikasi langsung adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan.


Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia
melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction
merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein connexin. Gap junction
memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil
(sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang
berhubungan
2. Komunikasi Lokal

22
Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke
cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan
(sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3. Komunikasi Jarak Jauh

Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup
jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan
atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.
Suatu sel berespon atau tidak kepada molekul sinyal sangat bergantung kepada sel
tersebut apakah memiliki reseptor terhadap sinyal molekul tersebut atau tidak.Reseptor
sel terdiri dari :
 Reseptor pada membran sel
Reseptor membran sel meliputi reseptor terhubung dengan saluran ion
(ionotropik), reseptor terhubung protein G (metabotropik), dan reseptor terhubung
dengan enzim.
 Reseptor intrasel
Reseptor intraseluler adalah yang ditemukan di dalam sel, dan termasuk
reseptor sitoplasma dan reseptor inti

23
2.3.2 Tahapan Komunikasi Sel
Dalam berkomunikasi, sel mempunyai proses komunikasi yang dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu :

1. Penerimaan (reseption)
Merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. Sel kimiawi
terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein seluler, biasanya pada permukaan sel
yang bersangkutan.
2. Transduksi
Diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor. Tahap
transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon
seluler spesifik. Pada sistem Sutherland, pengikastan epinefrin kebagian luar protein
reseptor dalam membrane plasma sel hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk
mengaktifkan glikogen fosforilase.
3. Respon
Pada tahap ini, pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respon
seluler spesifik. Respon ini dapat berupa hampir seluruh aktivitas seluler seperti katalis
oleh suatu enzim, penyusunan ulang sitoskeleton, atau pengaktifan gen spesifik di dalam
nukleus.
2.3.3 Gangguan transmisi antar sel
 Periodik paralisis hipokalemia (PPH)
Periodik paralisis hipokalemia (PPH) adalah sekelompok kelainan otot heterogen
yang ditandai dengan serangan paralisis flaksid episodik dengan intensitas dan durasi
bervariasi. Hipokalemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan kalium, perpindahan
kalium ke dalam sel, atau peningkatan kehilangan kalium.PPH familial terjadi karena

24
redistribusi atau perpindahan kalium ekstraseluler ke intraseluler.Pada PPH familial
diperkirakan terjadi mutasi gen yang mengkode gerbang kanal ion, yaitu gen SCN4A,
CACNL1A3, dan KCNE3, disebut juga sebagai channelopathy. Mutasi menyebabkan
abnormalitas fungsi kanal ion kalium yang menyebabkan perpanjangan eksitasi sel-sel
otot.PPH didapat paling sering terjadi disebabkan oleh tirotoksikosis. Penyebab lain adalah
intoksikasi barium dan kelebihan mineralokortikoid.Pada tirotoksikosis terjadi
peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan influks kalium ke dalam sel melalui
pompa ATPase.Pada intoksikasi barium, hipokalemia terjadi karena kehilangan kalium
meningkat akibat diare berat dan muntah-muntah; selain itu, diduga juga disebabkan
karena terganggunya kerja kanal ion kalium akibat ikatan ion barium di kanal tersebut.
Peningkatan mineralokortikoid, misalnya pada kasus hiperaldosteronisme primer
(sindrom Conn), menyebabkan peningkatan ekskresi kalium melalui urin.
Kasus
Seorang wanita, 22 tahun, datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan keluhan
lemah keempat anggota gerak sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan muncul
perlahan, awalnya seperti rasa kesemutan di kedua kaki kemudian menjalar hingga ke
kedua tangan, pasien tidak bisa bergerak sama sekali. Sebelumnya pasien muntah-muntah ±5
kali, pertama berisi makanan dan minuman sebanyak ±100 mL, selanjutnya hanya keluar air
liur. Kelemahan anggota gerak tidak disertai mati rasa, sesak napas, gangguan bicara, gangguan
kesadaran, demam, dan diare. Pasien sudah 5 kali dirawat dengan keluhan yang sama.
Sebelum muncul kelemahan, pasien nyeri ulu hati, mual, dan muntah beberapa kali. Pasien
mempunyai riwayat sakit lambung. Tidak didapatkan anggota keluarga dengan keluhan serupa.
Kebiasaan pasien makan teratur 3 kali sehari dengan cukup lauk dan sayur. Merokok dan
minum-minuman beralkohol disangkal.Dan setelah diperiksa lebih lanjut ternyata
pasien mengidap penyakit periodik paralisis hipokalemia (PPH).

25
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dibahas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup yang memiliki sistem lengkap yang
bekerja untuk membentuk dan menggunakan energi, melaksanakan respirasi, reproduksi,
dan sekresi.
2. Sel dapat mengalami kematian. Kematian sel ada dua macam yaitu kematian yang
menguntungkan (apoptosis) dan kematian yang merugikan (nekrosis).
3. Suatu sel dapat berkomunikasi dengan sel lainnya (transmisi). Komunikasi sel terbagi
menjadi tiga macam yaitu, komunikasi langsung, komunikasi local, dan komunikasi jarak
jauh.
4. Komunikasi sel terjadi melalui tiga tahap yaitu, penerimaan, tranduksi, dan respon.
5. Gangguan transmisi antar sel disebabkan oleh sekelompok kelainan otot heterogen yang
ditandai dengan serangan paralisis flaksid episodik dengan intensitas dan durasi bervariasi
(PPH).
6. Sistem pertahanan tubuh merupakan suatu sistem dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan tubuh kita dari serangan suatu bibit penyakit atau patogen yang masuk
ke dalam tubuh.

3.2. Saran
Sistem imun atau daya tahan tubuh memiliki peran penting dalam kesehatan. Imunitas
tubuh harus dijaga dengan baik agar tidak mudah terserang penyakit. Untuk menjaga
imunitas tubuh, sebaiknya dapat dilakukan dengan menerapkan hidup sehat, menghindari
stress, hingga mengonsumsi suplemen agar system kekebalan tubuh tetap prima.
Menerapkan pola hidup sehat dapat dilakukan dengan cara perbanyak makan sayur dan buah,
cukup istirahat, hindari stress, dan rutin berolahraga.

26
DAFTAR PUSTAKA

Susanti,Enda.2013.Dasar-dasar patofisiologi .Yogyakarta :Imperium


Corwin,Elizabeth J.2009.Buku saku patofisiologi.Jakarta : EGC
Suryo.2007.Genetika Manusia.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sloane E. 2006.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Direktori.Sistem Pertahanan Tubuh.pdf.UPI.EDU

27

Anda mungkin juga menyukai