Anda di halaman 1dari 7

ALIH FUNGSI LAHAN MENJADI DAERAH PERTANIAN DI KAWASAN

PARIWISATA DI DESA DIENG KULON, BANJARNEGARA

Dewi Indriyani 1701010001

Saifullah Yusuf 1701010004

Nur Aliyah Firdaus 1701010014

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Email : nuraliyahfff12@gmail.com

ABSTRAK

Dataran tinggoi dieng adalah kawasan vulkanik aktif di jawa tengah, yang masuk wilayah
kabupaten banjarnegara dan kabupaten wonosobo. Letaknya berada di sebalah barat komplek
gunung sindoro dan gunung sumbing. Dieng memiliki ketinggian rata-rata adalah sekitar 2000
mdpl. Suhu berkisar 12-20 di siang hari dan 6-10 dimalam hari. Pad musim kemarau (juli dan
agustus), suhu udara dapat mencapai 0 di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh
penduduk setempat di sebut bun upas.

Kawasan dieng merupakan penghasil sayuran dataran tinggi untuk wilayah jawa tengah.
Kentang adalah komoditas utama. Selain itu, wortel, kubis dan bawang-bawangan di hasilkan
dari kawasan ini. Selain syuran dieng juga merupakan sentral penghasil papaya gunung (carica),
jamur, buah kemar dan purwaceng. Namun akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan
di puncak-puncak pegunungan hamper habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur.

Selain itu, lawan di kawasan dieng juga di alih fungsikan sebagai obyek pariwisata yang
banyak di kunjungi oleh wisatawan local maupun mancanegara.

Kata kunci : lahan, obyek wisata, pertanian


PENDAHULUAN

Kawasan Dieng merupakan salah satu kawasan penting dalam menyangga keseimbangan
ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 sampai dengan 2093 meter
diatas permukaan laut. Wilayah Dieng masuk ke dalam 6 (enam) kabupaten yaitu Kabupaten
Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Kendal, Batang dan Pekalongan. Selain itu, di dalam
kawasan ini juga terdapat 8 (delapan) daerah aliran sungai (DAS) salah satunya adalah DAS
Serayu, kawasan konservasi, hutan produksi, dan hutan lindung.

Kawasan Dieng memiliki kemeringan lebih dari 35 %, bahkan ada yang di atas 90%.1 .
Kondisi ini menandakan bahwa praktek praktek pertanian atau budidaya sebagian besar
dilakukan pada lahan yang memiliki kelerengan curam sampai sangat curam.

Kepadatan penduduk di Dieng cukup tinggi mencapai 100 jiwa/km2 dengan tingkat
kepemilikan lahan yang rendah sebesar 0,1 ha menyebabkan terjadinya tekanan terhadap
kawasan lindung. Menurut SK Menteri Pertanian No 873/Kpts/Um/11/1980, lahan dengan
kelerengan sangat curam diperuntukan sebagai fungsi lindung.

Sebagai kawasan fungsi lindung seharusnya Dataran Tinggi Dieng merupakan wilayah
yang harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak
fungsi lindungnya. Namun pada kenyataannya daerah ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dengan mengeksploatasi lahan secara berlebihan untuk ditanami
tanaman semusim yaitu kentang. Selain kentang juga tanaman lain seperti cabai, carica dan
bawang-bawangan.

Panorama Dataran Tinggi Dieng didominasi oleh desa-desa dan area pertanian yang
menghadirkan panorama yang indah. Selain itu di Dataran Tinggi Dieng memiliki peninggalan-
peninggalan arkeologi, seperti Candi Arjuna,Candi Bima, Candi Sembadra dan lain-lain.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng Adalah sebuah kawasan gunung purba yang meletus beribu-ribu
tahun yang lalu sehingga membentuk gunung-gunung kecil yang mengelilingi Dataran Tinggi
Dieng antara lain adalah Bisma, Seroja, Binem, Pangonan , Pagerkandang, Telogo Dringo,
Pakuwaja, Kendil, Kunir dan Prambanan. Masyarakat di desa-desa di kawasan Dataran Tinggi
Dieng memiliki kehidupan sosial dan budaya yang khas, seperti adat istiadat, kepercayaan, tata
kehidupan masyarakat maupun kesenian. Dengan seiring semakin meningkatnya kegiatan
pariwisata , jumlah penduduk, pengaruh modernisme, memberikan ancaman terhadap
keberadaan pusaka saujana yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng. Penelitian ini bermaksud
menggali potensi pusaka saujana yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng , mendokumentasikan,
mengkaji ancaman dan menemukan konsep pokok dari pusaka saujana di Dataran Tinggi Dieng.

PEMBAHASAN

1. Alih Fungsi Lahan Sebagai Lahan Pertanian

Kawasan Dieng merupakan daerah pegunungan berapi, yang pada masa lampau pernah
beberapa kali meletus, daerah seperti ini dimanapun akan memiliki tingkat kesuburan tanah yang
tinggi, Secara umum mata pencaharian masyarakat kawasan Dieng didominasi oleh sektor
pertanian, khususnya tanaman semusim pada ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas
permukaan laut komoditas tanaman pertanian yang dibudidayakan petani lebih didominasi oleh
tanaman kentang, karena pada ketinggian tersebut tanaman kentang menghasilkan produksi
kentang yang cukup tinggi dibandingkan dengan tempat yang lebih rendah. Dan pada ketinggian
kurang dari 1.500 meter di atas permukaan laut komoditas yang dibudidayakan petani masih
cukup beragam seperti daun bawang, wortel, cabe,kentang dan beberapa tanaman pertanian
semusim lainnya. Selain itu juga ada komoditas tanaman perkebunan semusim yaitu tembakau.

Budidaya tanaman semusim khususnya sayuran pada umumnya memerlukan pengolahan


tanah yang sangat intensif. Sementara itu kondisi topografi kawasan Dieng sangat bervariasi dan
berbukit-bukit. Ada lahan yang cukup datar, namun juga ada lahan yang sangat miring yang
apabila dilihat dari kriteria fisiografisnya bisa dimasukkan sebagai lahan yang mempunyai fungsi
lindung. Dengan kondisi semacam ini maka potensi terjadinya erosi di kawasan tersebut sangat
tinggi.Di dalam kegiatan budidaya pertanian apalagi bila sudah berorientasi kepada agribisnis,
maka hasil produksi pertanian merupakan target utama agar dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal.

Sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan bibit serta perlakuannya akan diupayakan
sedemikian rupa agar budidaya pertanian yang dilakukan dapat memberikan hasil produksi (hasil
panen) yang maksimal. Untuk mencapai hal tersebut seringkali apa yang kita lakukan kurang
ramah terhadap lingkungan atau tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi. Selain itu dalam
rangka program ketahanan pangan, petani kawasan Dieng dituntut untuk bisa meningkatkan
produksi. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan pangan impor yang
pada akhirnya dapat membantu negara dalam menghemat cadangan devisa. Di lain pihak, dalam
rangka pembangunan berkelanjutan kita dituntut untuk menerapkan kaidah-kaidah konservasi,
sehingga sumber daya alam yang digunakan di dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya
lahan budidaya dapat lestari dan pada akhirnya pembangunan berkelanjutan dapat terwujud.

Upaya yang dilakukan agar sasaran hasil produksi pertanian meningkat tapi juga dalam
praktek-praktek budidaya pertanian, kerusakan lingkungan dan pencemaran yang terjadi bisa
ditekan serendah mungkin petani diarahkan untuk melakukan upaya konservasi antara lain :

1. Penerapan pemupukan berimbang


2. Penggunaan pestisida secara bijaksana
3. Pengembangan budidaya pertanian organik
4. Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu
5. Pengolahan lahan yang tidak terlalu intensif

Hasil pertanian di Dieng yang paling terkenal adalah kentangnya sebagai komoditas terbesar di
Indonesia, Mutu kentang Dieng diakui diprovinsi –provinsi lain dan menjadi ,Pertanian Kentang
di kawasan Dieng pernah mengalami kejayaan yaitu pada masa keemasan antara tahun 1980 –
2000 an,pada masa tersebut ada perubahan ekonomi yang luar biasa kakarena tanaman kentang
dapat menghasilkan panenan yang berlipat ganda dengan modal yang tidak terlalu banyak, hal
tersebut akhirnya juga membawa perubahan perilaku dan pandangan masyarakat petani Dieng
terhadap berbagai hal, kebiasaan instan dan kurangnya kesadaran untuk melestarikan lingkungan
secara luas. Selain itu juga, hasil pertanian lain seperti cabai, kubis, kentang dan bawang-
bawangan dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.
2. Alih Fungsi Lahan Sebagai Kawasan Pariwisata

Objek wisata di Dataran Tinggi Dieng merupakan gabungan dari kekayaan bentang
alam dan budaya yang berada di kehidupan masyarakat sehari-hari. Kekayaaan bentang
alam di Dataran Tinggi Dieng meliputi keragaman bentang alam pegunungan, danau,
telaga ,kawah dan sebagainya. Obyek wisata Alam yang terdapat di Kawasan Dieng
antara lain :

- Telaga Warna, Telaga memantulkan aneka warna yang sangat indah , disampingnya
terdapat pula Telaga Pengilon yang berkilau seperti cermin. Di dekat dua telaga ini ada
komplek gua yang sarat nilai budaya yaitu Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran yang
sering digunakan untuk meditasi. Ada pula Gua Sumur yang di dalamnya ada sumber
mata air suci yang disebut “Tirta Prawitasari” yang sering digunakan umat Hindu dalam
upacara Mabakti.
- Tuk Bimo Lukar Tuk Bimo Lukar merupakan mata air Sungai Serayu. Menurut
legenda, nama Bimo Lukar, dimaksudkan sebagai tempat dimana sang Bhima Sena
melukar (melepas) pakaiannya untuk disucikan. Diyakini dapat menjadikan awet muda,
apabila seseorang mencuci muka/mandi di lokasi mata air tersebut. Letak lokasi di
pinggir Ruas Jalan Wonosobo – Dieng, tepat di pintu masuk Kawasan Wisata Dieng.
Yang tak kalah menariknya lagi kita dapat melihat double sun rise di pagi hari dan sunset
pada waktu sore hari, tepatnya di desa Sembungan, KecamatanKejajar. Desa Wisata
Sembungan adalah desa tertinggi di Jawa dengan ketinggian 2200 meter DPL, di tempat
ini Kelompok Sadar Wisata “Cebong Sikunir” pada Tahun 2011 mendapatkan dana
PNPM pariwisata.
- Kawah Sikidang Sikidang adalah kawah di Dataran Tinggi Dieng yang paling populer
dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang
keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah
namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang
(kidang dalam bahasa Jawa).
Selain itu masih ada atraksi pariwisata lain yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng
yang bersifat sebagai atraksi wisata budaya seperti Tari Lengger, Tari Rampak Yaksa,
pemotongan rambut gembel dll. Selain itu juga terdapat peninggalan arkeologi seperti
candi. Kelompok Candi Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4
candi yang berderet memanjang arah utara-selatan. Candi Arjuna berada di ujung selatan,
kemudian berturut-turut ke arah utara adalah Candi Srikandi, Candi Sembadra dan Candi
Puntadewa. Tepat di depan Candi Arjuna, terdapat Candi Semar. Keempat candi di
komples ini menghadap ke barat, kecuali Candi Semar yang menghadap ke Candi Arjuna.
Kelompok candi ini dapat dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi
lainnya di kawasan Dieng.
3. Dampak Alih Fungsi Lahan
- Dampak Bagi Lingkungan

Di Pegunungan Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara,


sebagian penduduk mengalih fungsikan hutan Dieng untuk dijadikan kebun dan tanah
ladang/tegalan. Pengalihfungsikan hutan ini bertujuan untuk pengembangan kebun
kentang karena sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor pertanian.

Dieng yang dulunya sangat subur dan hijau kini menjadi gundul karena dipenuhi
perkebunan kentang. Imbas yang sangat terasa yaitu pada wilayah sekitar Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica. Setiap kali hujan, air yang mengalir melalui Sungai
Tulis yang kemudian masuk ke Bendungan Mrica bercampur dengan lumpur. Bahkan,
sudah ada empat desa tidak jauh dari PLTA Mrica yang hilang karena sering kebanjiran.

- Dampak Bagi Perekonomian

Lahan yang awalnya di gunakan sebagai perkebunan di alih fungsikan sebagai


mata pencaharian masyarakat dieng. Di antaranya untuk membangun homestay, hotel dan
lapak pedagang.

- Dampak Nasib Petani

Akibat adanya alih fungsi lahan para petani di Dieng pun beralih menjadi
pengusaha homestay dan pedagang cineramata atau oleh oleh khas dieng. Namun juga
masih ada yang tetap menjadi petani.
PENUTUP

Kesimpulan

Dieng memiliki ketinggian rata-rata adalah sekitar 2000 mdpl. Suhu berkisar 12-20 di
siang hari dan 6-10 dimalam hari. Pad musim kemarau (juli dan agustus), suhu udara dapat
mencapai 0 di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat di sebut
bun upas.

Hasil pertanian di Dieng yang paling terkenal adalah kentangnya sebagai komoditas
terbesar di Indonesia, Mutu kentang Dieng diakui diprovinsi –provinsi lain dan menjadi
,Pertanian Kentang di kawasan Dieng pernah mengalami kejayaan yaitu pada masa keemasan
antara tahun 1980 – 2000 an,pada masa tersebut ada perubahan ekonomi yang luar biasa
kakarena tanaman kentang dapat menghasilkan panenan yang berlipat ganda dengan modal yang
tidak terlalu banyak, hal tersebut akhirnya juga membawa perubahan perilaku dan pandangan
masyarakat petani Dieng terhadap berbagai hal, kebiasaan instan dan kurangnya kesadaran untuk
melestarikan lingkungan secara luas. Selain itu juga, hasil pertanian lain seperti cabai, kubis,
kentang dan bawang-bawangan dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.

Objek wisata di Dataran Tinggi Dieng merupakan gabungan dari kekayaan bentang alam
dan budaya yang berada di kehidupan masyarakat sehari-hari. Kekayaaan bentang alam di
Dataran Tinggi Dieng meliputi keragaman bentang alam pegunungan, danau, telaga ,kawah dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai