Anda di halaman 1dari 39

INFLAMASI (PERADANGAN) ADALAH

Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri, tujuannya adalah
untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel yang rusak, iritasi, atau patogen
dan memulai proses penyembuhan. Kata inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo", yang
berarti "Saya dibakar, saya menyalakan". Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan
tubuh. Ketika sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian dari tubuh kita,
ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya, tanda-tanda dan gejala peradangan,
peradangan akut khusus, menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan
dirinya sendiri. Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan
peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur, sedangkan peradangan adalah
respon tubuh untuk itu.

PENYEBAB

Peradangan akut yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan cepat menjadi parah.
Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun dalam beberapa kasus dapat bertahan
selama beberapa minggu.
Contoh penyakit, kondisi, dan situasi yang dapat menyebabkan peradangan akut meliputi:
penyakit bronkitis akut, usus buntu akut, tonsilitis akut, infeksi meningitis akut, sinusitis akut,
tumbuh kuku terinfeksi, sakit tenggorokan dari pilek atau flu, goresan/luka di kulit, latihan
sangat intens, atau pukulan.

Peradangan kronik berarti peradangan jangka panjang, yang dapat berlangsung selama
beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat hasil dari:

 Kegagalan untuk menghilangkan apa pun yang menyebabkan peradangan akut;


 Sebuah respon autoimun terhadap antigen diri sendiri (sistem kekebalan tubuh
menyerang jaringan sehat);
 Sebuah iritasi kronik intensitas rendah yang bertahan.

Contoh penyakit dan kondisi dengan peradangan kronis meliputi: asma, ulkus peptikum kronik,
TB, rheumatoid arthritis, periodontitis kronik, ulcerative colitis dan penyakit Crohn , sinusitis
kronik, dan masih banyak lagi.

GEJALA

Terdapat lima tanda-tanda peradangan akut:

 Nyeri - daerah yang meradang cenderung nyeri, terutama ketika disentuh. Daerah
inflamasi menjadi lebih sensitif;
 Kemerahan - karena kapiler yang diisi dengan lebih banyak darah dari biasanya;
 Immobilitas - mungkin ada hilangnya beberapa fungsi, seperti tidak bergerak;
 Pembengkakan - disebabkan oleh akumulasi cairan;
 Panas - banyak darah di daerah yang terkena membuatnya terasa panas saat disentuh.
Ada juga lima tanda klasik dari peradangan. Berikut istilah latin yang telah dipakai selama 2000
tahun:

 Dolor - istilah Latin untuk "sakit";


 Kalor - istilah Latin untuk "panas";
 Rubor - dalam bahasa Latin berarti "kemerahan";
 Tumor - istilah Latin untuk "bengkak";
 Functio laesa - dalam bahasa Latin berarti "fungsi cedera", yang juga bisa berarti
hilangnya fungsi.

PENGOBATAN

Harus ingat bahwa peradangan merupakan bagian dari proses penyembuhan. Kadang-
kadang mengurangi peradangan diperlukan, tetapi tidak selalu. Pengobatan dapat dengan obat
anti-inflamasi, seperti ibuprofen, aspirin, atau kortikosteroid. Memberikan es dengan
membungkusnya dengan kain atau kantong es lalu diletakkan pada kulit di mana merupakan
daerah inflamasi telah terbukti mengurangi peradangan. Atlet biasanya menggunakan
pengobatan es untuk mengelola rasa sakit dan peradangan. Peradangan bisa berkurang lebih
cepat jika beristirahat, menggunakan es kompres pada daerah yang terkena.

Definisi

Apa itu hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan
tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang
dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya
tahan pembuluh darahnya. Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari
140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika
jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada
bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya
dengan darah. Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung
berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi (jantung
beristirahat).

Berapa seharusnya tekanan darah normal?

Memahami angka tekanan darah normal tidaklah mudah, terutama dengan istilah seperti
“sistolik”, “diastolik”, dan “milimeter merkuri” (mmHg). Namun, jika Anda ingin menjaga
tekanan darah tetap terkontrol, penting untuk mengetahui apa yang dianggap normal, dan kapan
tekanan darah dikatakan terlalu tinggi alias hipertensi.
Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG.

Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka Anda dapat disebut memiliki
tekanan darah normal. Seseorang baru disebut memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi
jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan 140/90 mmHG. Tekanan darah yang terlalu
tinggi akan mengganggu sirkulasi darah. Namun begitu, memiliki tekanan darah normal bukan
berarti Anda bisa bersantai. Saat angka sistolik Anda berada di antara 120-139, atau jika angka
diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya Anda memiliki “prehipertensi”. Meskipun
angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas angka normal. Orang-orang yang
sehat juga dianjurkan untuk melakukan langkah pencegahan untuk menjaga agar tekanan darah
tetap berada di kisaran normal, sekaligus menghindari risiko hipertensi dan penyakit jantung.

Apabila pembacaan tekanan darah Anda berada di atas 180/110 mmHg, atau jika
memiliki tekanan sistolik ATAU diastolik yang lebih tinggi dari angka ini, Anda berisiko
menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi yang disebut
krisis hipertensi. Jika tekanan darah Anda sampai setinggi ini, dokter biasanya akan mengukur
kembali setelah beberapa menit. Jika masih sama tingginya, Anda akan segera diberi obat darah
tinggi darurat.

Seberapa umumkah hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang
dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen
pada tahun 2025. Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk
Indonesia mengidap hipertensi. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)
menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan sekitar
tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa lebih tinggi
dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan darah tinggi.

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering disebut dengan “pembunuh diam-
diam” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini
mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung.

Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan
komplikasi serius penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan,
diabetes, dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner
(45%) merupakan penyebab kematian akibat hipertensi tertinggi di Indonesia.

Ciri-ciri & gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami
gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:
 Sakit kepala parah
 Pusing
 Penglihatan buram
 Mual
 Telinga berdenging
 Kebingungan
 Detak jantung tak teratur
 Kelelahan
 Nyeri dada
 Sulit bernapas
 Darah dalam urin
 Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Konsultasikan kepada dokter untuk
informasi lebih lengkap.

Penyebab

Apa penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hipertensi yang penyebabnya tidak jelas disebut hipertensi primer. Tapi tekanan darah
tinggi juga bisa disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang buruk. Ambil contoh,
merokok. Merokok satu batang saja dapat menyebabkan lonjakan langsung dalam tekanan darah
dan dapat meningkatkan kadar tekanan darah sistolik sebanyak 4 mmHG. Nikotin dalam produk
tembakau memacu sistem saraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan
pembuluh darah dan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Kebanyakan makan makanan
asin, yang mengandung natrium (makanan olahan, makanan kalengan, fast food), dan makanan
atau minuman yang mengandung pemanis buatan juga dapat meningkatkan kolesterol dan/atau
tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga bisa muncul sebagai efek samping obat gagal
ginjal dan perawatan penyakit jantung. Kondisi ini disebut hipertensi sekunder. Pil KB atau obat
flu yang dijual di toko obat juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Wanita hamil atau yang
menggunakan terapi pengganti hormon mungkin juga mengalami tekanan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi karena obat mungkin menjadi normal setelah berhenti minum obat, tapi dalam
beberapa kasus, tekanan darah masih meningkat selama beberapa minggu setelah menghentikan
penggunaan obat. Anda harus bertanya kepada dokter jika tekanan darah abnormal terus
terjadi.Anak di bawah 10 tahun sering kali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit lain,
misalnya penyakit ginjal. Dalam kasus tersebut, tekanan darah anak akan kembali normal setelah
mengonsumsi obat darah tinggi.

Faktor-faktor risiko

Pada beberapa kasus, hipertensi pada remaja didasari oleh kondisi medis tertentu yang
sudah lebih dulu diidapnya, seperti penyakit jantung maupun ginjal.

Namun secara umum, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena hipertensi adalah:
 Kelelahan
 Diabetes
 Asam urat
 Obesitas
 Kolesterol tinggi
 Penyakit ginjal
 Kecanduan alkohol
 Wanita yang menggunakan pil KB
 Orang yang memiliki orangtua atau kakek nenek dengan tekanan darah tinggi.

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti Anda tidak akan kena hipertensi. Faktor ini hanya
sebagai referensi. Konsultasikanlah kepada dokter untuk detail lebih lanjut.

Gejala Iskemia
Gejala yang muncul pada penderita iskemia, tergantung dari lokasi terjadinya kondisi ini.
Iskemia pada jantung
Iskemia jantung terjadi pada pembuluh darah arteri jantung yang terhambat separuh atau
seluruhnya, dan dapat mengakibatkan gangguan irama jantung atau bahkan serangan jantung.
Gejala yang muncul adalah:

 Nyeri dada seperti tertekan.


 Nyeri pada leher, rahang, bahu, atau lengan.
 Detak jantung menjadi lebih cepat.
 Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
 Mual dan muntah.
 Mengeluarkan keringat yang banyak.
 Lemas

Iskemia pada usus


Iskemia pada usus terjadi saat arteri pada usus tidak mendapat pasokan oksigen yang
cukup untuk proses pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau berjalan
lambat (kronis). Gejala iskemia usus kronis ditandai dengan perut kembung, konstipasi, muntah,
dan nyeri perut selama sekitar 15-60 menit setela makan, lalu menghilang. Sementara iskemia
usus akut ditunjukkan dengan nyeri perut secara tiba-tiba, mual, serta muntah.

Iskemia pada otak


Iskemia pada otak merupakan salah satu jenis stroke, di mana pasokan darah pada arteri otak
terhambat, sehingga mengakibatkan sel otak kekurangan oksigen dan dapat berkembang menjadi
kerusakan atau kematian sel otak. Gejala pada iskemia otak, antara lain:

 Setengah bagian badan menjadi lemah atau lumpuh.


 Wajah yang tidak simetris.
 Bicara pelo.
 Gangguan penglihatan, yang meliputi kebutaan pada satu mata atau penglihatan ganda.
 Pusing dan vertigo.
 Penurunan kesadaran.
 Kehilangan koodinasi tubuh.

Iskemia pada tungkai


Iskemia pada tungkai terjadi akibat penyakit arteri perifer, di mana terdapat timbunan plak
pada arteri tungkai. Gejalanya meliputi:

 Rasa nyeri hebat pada tungkai, meski sedang beristirahat.


 Kaki menjadi dingin dan lemah.
 Kulit tungkai tampak halus dan mengkilat.
 Ujung jari menghitam.
 Luka yang tidak kunjung sembuh.

Penyebab Iskemia
Penyebab iskemia yang sering terjadi adalah aterosklerosis, di mana plak yang sebagian
besar mengandung lemak ini menghambat aliran darah. Seiring waktu, arteri yang terharmbat
dapat mengeras dan menyempit (aterosklerosis). Selain itu, kondisi yang juga dapat
menimbulkan iskemia adalah bekuan darah yang terbentuk dari pecahan plak dan berpindah ke
pembuluh darah yang lebih kecil, sehingga dapat menghentikan aliran darah secara tiba-tiba.
Sejumlah faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami iskemia:

 Memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi,


kolesterol tinggi, obesitas, gangguan pembekuan darah, anemia sel sabit, penyakit celiac,
dan gagal jantung.
 Kebiasaan merokok.
 Kecanduan alkohol.
 Penyalahgunaan NAPZA.
 Jarang berolahraga.

Diagnosis Iskemia
Dokter akan mencurigai seorang pasien menderita iskemia berdasakan gejala yang ada, serta
pemeriksaan yang dilakukan. Pemeriksaan tersebut dapat berupa:

 Tes darah, untuk memeriksa kadar kolesterol dalam darah dan profil pembekuan darah.
 Elektrokardiografi (EKG), untuk merekam aktivitas listrik jantung,
 Ekokardiografi, untuk melihat struktur bentuk dan gerakan jantung.
 Angiografi, untuk melihat tingkat keparahan hambatan pada pembuluh darah,
Selain dengan pemeriksaaan tersebut, dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan pelengkap
lainnya, berdasarkan area terjadinya iskemia:

 Iskemia pada jantung, meliputi CT scan untuk melihat kemungkinan penyakit jantung
koroner, serta tes tekanan (stress test) misalnya dengan dengan EKG, treadmill saat
pasien melakukan aktivitas fisik.
 Iskemia pada usus, yaitu dengan USG Doppler untuk memeriksa aliran pembuluh darah.
 Iskemia pada otak, yaitu dengan CT scan untuk memastikan apakah iskemia
menyebabkan kematian jaringan otak.
 Iskemia pada tungkai, meliputi tes tekanan darah pada pergelangan kaki untuk
membandingkan tekanan darah pada lengan dan kaki (ankle-brachial index), serta USG
Doppler untuk mengetahui kondisi hambatan pada arteri di tungkai.

Pengobatan Iskemia
Pengobatan iskemia pada intinya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah kembali menuju
organ yang dituju. Pengobatan tersebut dilakukan berdasarkan area lokasi iskemia.
Pengobatan iskemia jantung
Pengobatan pada kasus ini bertujuan untuk memperlancar aliran darah ke otot jantung. Salah satu
penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan obat-obatan, seperti:

 Aspirin, untuk mencegah menempelnya bekuan darah di arteri yang menyempit.


 Nitrat, penghambat beta (beta blockers), antagonis kalsium, atau ACE inhibitor untuk
melebarkan arteri jantung sehingga memperlancar aliran darah ke jantung.
 Antihipertensi, seperti ACE inhibitors, untuk menurunkan tekanan darah.
 Obat penurun kolesterol, untuk mencegah penimbunan lemak pada arteri jantung.

Selain dengan pemberian obat, beberapa prosedur medis juga akan dilakukan untuk
memperlancar aliran darah. Di antaranya adalah:

 Pemasangan ring (stent), untuk menyangga pembuluh darah yang menyempit agar tetap
terbuka.
 Operasi bypass jantung, untuk membuat jalur lain atau pembuluh darah baru untuk
memenuhi pasokan oksigen dari otot jantung.

Pengobatan iskemia otak


Penanganan iskemia pada otak dapat dilakukan pemberian tissue plasminogen activator (TPA)
untuk mengatasi gumpalan darah. Prosedur ini memiliki ketentuan dan syarat tertentu sebelum
diberikan, misalnya dilakukan dalam 3 jam setelah terjadinya stroke. Selain TPA, pemasangan
ring (stent) juga dapat dilakukan pada arteri yang menyempit karena plak.
Di samping itu, upaya mencegah pembentukan gumpalan darah kembali dalam jangka panjang
dapat dilakukan dengan pemberian obat aspirin atau antikoagulan. Setelah penanganan, pasien
akan memerlukan fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan motorik, koordinasi tubuh, dan
kemampuan bicaranya yang terganggu.
Pengobatan iskemia usus
Pengobatan perlu dilakukan dengan segera agar tidak terjadi kerusakan usus secara
permanen. Kondisi ini dapat ditangani melalui prosedur untuk melebarkan pembuluh darah
(angioplasti) dan pemasangan stent, operasi bypass, atau endarterektomi trans-aorta untuk
menghilangkan plak pada dinding arteri.
Pengobatan iskemia tungkai
Guna meredakan gejala pada iskemia pada tungkai, dokter dapat memberi obat yang
meningkatkan aliran darah ke tungkai dengan cara melebarkan pembuluh darah. Contoh obat
tesebut adalah cilostazol. Efek samping dari konsumsi obat ini adalah pusing dan diare. Selain
itu, pemberian obat-obatan tambahan untuk mencegah komplikasi juga diperlukan, di antaranya:
obat penurun kolesterol (statin), obat hipertensi, obat untuk mengendalikan kadar gula dalam
darah, serta obat untuk mencegah terjadinya bekuan darah.
Jika pemberian obat tidak menunjukkan perbaikan kondisi penderita, maka doker dapat
melakukan tindakan lain. Tindakan tersebut berupa angioplasti untuk melebarkan pembuluh
darah arteri yang menyempit, serta dengan mencangkok pembuluh darah dari tubuh lain atau
bahan sintetis untuk menggantikan arteri yang terhambat dan menyempit (bypass). Sedangkan
untuk iskemia tungkai di mana terdapat bekuan darah, maka dokter dapat melakukan terapi
trombolitik dengan menyuntikkan obat untuk menghilangkan bekuan darah tersebut.
Di samping pengobatan, perubahan pola hidup, seperti berhenti merokok, pola makan yang
sehat, berolahraga, juga sangat dianjurkan bagi penderita agar gejala tidak bertambah buruk dan
sebagai upaya pencegahan terjadinya komplikasi iskemia tungkai, seperti amputasi, stroke, atau
serangan jantung.
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat
mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat.
Oksigen yang didapat dari lingkungan saat kita bernapas akan diangkut oleh darah dari paru-paru
menuju ke jantung. Jantung akan memompa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh sel
tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi bil terdapat gangguan dalam sistem
transportasi oksigen dari mulai bernapas sampai oksigen tersebut digunakan oleh sel tubuh.

Gejala Hipoksia
Gejala hipoksia bisa muncul dan memburuk secara cepat (akut) atau bertahap (kronis).
Beberapa gejala yang menyertai hipoksia, di antaranya adalah:

 Napas pendek dan cepat.


 Detak jantung cepat.
 Warna kulit menjadi agak kebiruan atau dapat menjadi merah terang seperti buah ceri,
tergantung penyebab dari hipoksianya.
 Lemas.
 Menjadi linglung atau bingung.
 Kehilangan kesadaran.
 Berkeringat.
 Batuk.
 Rasa seperti dicekik.
 Napas berbunyi (mengi).

Beberapa tanda hipoksia lainnya yang terdapat pada bayi dan anak-anak, antara lain adalah
anak menjadi lemas dan lesu, rewel, gusar, tidak fokus, serta gelisah. Jika Anda mengalami
gejala-gejala tersebut, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan. Sekalipun gejala-
gejala lanjutan sudah hilang, Anda tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter.

Penyebab Hipoksia
Beberapa penyebab dari hipoksia, antara lain:

 Hipoksia hipoksik. Hal ini terjadi ketika kadar oksigen dalam pembuluh arteri turun.
Beberapa penyebab hipoksia hipoksik:
o Berada di situasi dengan kadar oksigen rendah, contoh saat kebakaran, tenggelam,
dan berada di ketinggian.
o Terdapat penyakit paru-paru, seperti asma, pneumonia, edema paru, penyakit paru
obstruktif kronis, kanker paru, pneumothorax, dan sleep apnea.
o Keadaan yang membuat berhenti bernapas, contohnya saat penggunaan
obat fentanyl.
 Hipoksia stagnan atau hipoperfusi. Keadaan ini terjadi akibat gangguan aliran darah.
Hipoperfusi disebabkan oleh:
o Gangguan jantung, seperti bradikardia dan fibrilasi ventrikel.
o Terhentinya aliran darah arteri ke organ, contohnya pada orang dengan luka
tembak atau trombosis arteri.
 Hipoksia anemik. Hipoksia anemik terjadi ketika kemampuan darah yang membawa
oksigen berkurang kapasitasnya. Sehingga darah tidak kaya lagi dengan oksigen.
Keadaan ini terjadi pada:
o Anemia dan kondisi dimana fungsi sel darah merah rusak, seperti pada penyakit
methemoglobinemia.
o Keracunan karbon monoksida (CO).
 Hipoksia histotoksik. Kondisi ini terjadi ketika terjadi gangguan pada sel dalam
menggunakan oksigen. Keracunan sianida merupakan salah satu contoh hipoksia
histotoksik.

Selain kondisi di atas, peradangan dan sepsis juga dapat mengakibatkan hipoksia. Hipoksia jenis
ini disebut cytopathic hypoxia.

Diagnosis Hipoksia
Beberapa cara yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis hipoksia pada pasien, yaitu:

 Pemasangan alat yang disebut pulse oximetry pada jari dan telinga untuk mendeteksi
kadar oksigen dalam darah.
 Pemeriksaan analisis gas darah dengan mengambil sampel darah dari pembuluh arteri.

Hal terpenting ketika dokter mengetahui terdapat hipoksia adalah menentukan penyebab dari
hipoksia tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru dan pemeriksaan
kadar sianida atau CO dalam darah dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Pengobatan Hipoksia
Jika Anda memiliki kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia dan merasakan gejala
hipoksia, Anda harus segera ke rumah sakit agar segera mendapatkan perawatan yang tepat.
Mengembalikan pasokan yang optimal ke dalam tubuh dan mengatasi penyebab dari hipoksia
merupakan penanganan yang paling penting.
Terdapat beberapa metode penanganan untuk mengembalikan pasokan oksigen yang optimal ke
dalam tubuh:

 Pemberian oksigen tambahan. Tubuh penderita hipoksia akan dipasok dengan oksigen
tambahan, menggunakan selang atau masker yang disambungkan ke tabung oksigen.
Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali normal, semakin kecil risiko
kerusakan organ tubuh.
 Alat bantu napas atau ventilator. Saluran pernapasan akan disambungkan dengan
mesin ventilator, menggunakan selang yang dimasukkan dari tenggorakan sampai
melewati pita suara.
 Terapi oksigen hiperbarik (TOHB). Penderita hipoksia yang disebabkan oleh
keracunan karbon monoksida akan dimasukkan ke dalam ruangan bertekanan tinggi
(hiperbarik) dengan oksigen murni.

Komplikasi Hipoksia
Hipoksia yang terlambat diatasi dapat mengakibatkan kerusakan sel, jaringan, maupun organ,
dan dapat menyebabkan kematian.
Namun hipoksia yang ditangani dengan pemberian oksigen juga dapat menimbulkan komplikasi.
Pemberian oksigen secara berlebihan justru dapat meracuni jaringan tubuh (hiperoksia). Hal ini
bisa menyebabkan:

 Katarak.
 Vertigo.
 Kejang.
 Perubahan perilaku.
 Pneumonia.

Pencegahan Hipoksia
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara menghindari lingkungan yang dapat
menurunkan kadar oksigen atau menggunakan oksigen tambahan dari tabung oksigen sebelum
hipoksia muncul. Hipoksia yang disebabkan oleh asma bisa dihindari dengan cara menjalani
pengobatan asma sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter. Terapi tersebut juga bisa
membantu pasien mengendalikan asma.

Trombosis Arteri
Trombosis arteri adalah trombosis yang terjadi secara spesifik pada pembuluh arteri.
Pengertian trombosis sendiri merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat terbentuknya
gumpalan darah (trombus) dalam pembuluh darah. Trombus dapat terbentuk di pembuluh mana
saja, baik itu di arteri maupun vena. Pada saat pembuluh arteri mengalami penyumbatan,
jaringan yang membutuhkan aliran darah dari pembuluh arteri tersebut akan mengalami
kerusakan dan kematian. Oleh karena itu, trombosis arteri digolongkan sebagai kondisi darurat
medis. Trombus yang terbentuk dapat lepas dan terbawa bersama aliran darah menuju pembuluh darah
yang lebih kecil serta menyebabkan penyumbatan (emboli). Kondisi ini disebut tromboembolisme. Satu
trombus yang sudah terbentuk dapat pecah dan menyebabkan lebih dari satu emboli di dalam tubuh.
Trombosis arteri juga dapat terjadi pada pembuluh arteri koroner yang mengalirkan darah ke jaringan otot
jantung. Trombosis arteri yang terjadi pada pembuluh koroner dapat menyebabkan serangan jantung.
Sementara trombosis arteri yang terjadi di pembuluh darah otak, dapat menyebabkan stroke.

Gejala Trombosis Arteri


Gejala trombosis arteri seringkali tidak terasa hingga gumpalan darah menyumbat pembuluh
ke bagian tubuh tertentu. Kondisi ini dapat memicu terjadinya penyakit-penyakit seperti:

 Critical limb ischaemic. Merupakan penyakit arteri perifer yang terjadi akibat
penyumbatan pembuluh arteri pada anggota gerak, terutama tungkai, yang ditandai
dengan nyeri, perubahan warna tungkai menjadi pucat, dan tungkai terasa lebih dingin.
 Stroke. Stroke dapat terjadi pada saat pembuluh arteri ke otak mengalami penyumbatan.
Gejala yang umumnya terasa adalah wajah tampak tidak simetris, bicara pelo, dan merasa
lemah di salah satu sisi anggota tubuh.
 Serangan jantung. Serangan jantung dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh arteri
koroner yang menyediakan darah dan nutrisi ke otot jantung. Gejala yang umumnya
terasa adalah nyeri dada, sesak napas, dan berkunang-kunang.
 Stroke ringan atau TIA (transient ischaemic attack). TIA merupakan penyakit yang
terjadi akibat pembuluh darah arteri ke otak tersumbat sementara yang menyebabkan
timbulnya gejala stroke sementara waktu.

Penyebab Trombosis Arteri


Trombosis arteri seringkali terjadi pada penderita aterosklerosis, yaitu penebalan pembuluh arteri
akibat penumpukan lemak. Penumpukan lemak yang terjadi menyebabkan pembuluh arteri
mengeras dan menyempit sehingga lebih mudah terjadi penyumbatan pembuluh darah.
Trombosis arteri juga dapat terjadi pada seseorang yang darahnya mudah menggumpal seperti
pada penderita fibrilasi atrium atau sindrom antifosfolipid.
Beberapa hal yag dapat meningkatkan risiko seseorang menderita trombosis arteri ataupun
ateroskleosis, antara lain adalah:

 Merokok.
 Obesitas.
 Pola makan yang tidak sehat.
 Memiliki keluarga dengan riwayat aterosklerosis.
 Menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes.
 Ketergantungan alkohol.
 Berusia lanjut.
 Kurang melakukan aktivitas fisik.

Diagnosis Trombosis Arteri


Untuk mendiagnosis adanya trombosis arteri pada pasien, dokter akan melakukan pengecekan
riwayat medis pasien serta melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosis trombosis arteri, seperti:

 Tes darah. Tes darah pada penderita trombosis arteri bertujuan untuk mengamati
kemampuan pembekuan darah.
 Ultrasonografi. Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengamati aliran darah pada
pembuluh arteri yang diduga mengalami penyumbatan.
 MRI, CT scan, dan MRA. Ketiga metode pemeriksaan ini dapat mencari lokasi
terjadinya penyumbatan pembuluh darah, serta jenis dan penyebab sumbatan yang terjadi.

Pengobatan Trombosis Arteri


Beberapa hal yang akan dipertimbangkan oleh dokter pada saat akan merekomendasikan jenis
pengobatan kepada pasien trombosis arteri adalah:

 Usia pasien.
 Kondisi dan riwayat kesehatan pasien.
 Tingkat keparahan penyakit.
 Keefektifan metode pengobatan yang diberikan.
 Perkiraan perkembangan penyakit, apakah akan bertambah parah atau tidak.

Metode pengobatan yang dapat direkomendasikan oleh dokter kepada pasien, antara lain adalah:

 Pemberian obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan yang dapat diberikan untuk


mengatasi trombosis arteri adalah:
o Antikoagulan dan antiplatelet (contohnya
warfarin, aspirin, clopidogrel, atau heparin) untuk mencegah penggumpalan
darah.
o Trombolitik (contohnya streptokinase) untuk menghancurkan gumpalan darah.
o Obat penghilang rasa sakit.
 Pembedahan. Prosedur ini bertujuan untuk membuka penyumbatan arteri akibat
trombosis. Metode pembedahan yang dapat diterapkan adalah:
o Coronary artery bypass graft (CABG) atau operasi bypass jantung. Metode ini
dapat dilakukan untuk mengatasi trombosis pada pembuluh arteri jantung
koroner. CABGdilakukan dengan cara mengambil pembuluh darah dari bagian
tubuh lain, kemudian dijadikan pembuluh arteri cangkokan untuk melewati
pembuluh arteri koroner yang tersumbat.
o Embolektomi. Embolektomi merupakan metode pengobatan trombosis arteri
untuk mengangkat gumpalan darah pada pembuluh yang tersumbat. Metode ini
dapat dilakukan dengan menggunakan balon kateter atau pembedahan terbuka.
o Angioplasti. Angioplasti merupakan metode pembukaan pembuluh arteri yang
tersumbat dengan menggunakan balon kateter. Pembuluh yang tersumbat akan
dilebarkan menggunakan kateter, kemudian dapat dipasang stent untuk menjaga
bukaan arteri jika dibutuhkan.

Komplikasi Trombosis Arteri


Tingkat kesembuhan pasien penderita trombosis arteri bergantung pada lokasi
penyumbatan arteri, serta berapa banyak pembuluh arteri yang tersumbat. Jika tidak diobati
dengan baik, kerusakan jaringan akibat penyumbatan arteri dapat menjadi permanen dan
berisiko amputasi.
Pencegahan Trombosis Arteri
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terkena trombosis arteri, langkah-langkah yang
dapat dilakukan, antara lain adalah:

 Berhenti merokok.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Rutin berolahraga.
 Menjaga berat badan tetap ideal.
 Menjaga pola makan tetap sehat dan seimbang.

Khusus bagi orang dengan risiko tinggi mengalami trombosis arteri, dapat direkomendasikan
oleh dokter untuk mengonsumsi obat-obatan seperti:

 Statin, untuk mengatasi kolesterol tinggi, seperti atorvastatin atau simvastatin.


 Antihipertensi, untuk mengurangi tekanan darah.
 Antikoagulan dan antiplatelet, untuk mengurangi risiko terbentuknya gumpalan darah.

Emboli adalah jamak dari embolus yang berarti partikel abnormal di dalamgt;pembuluh

darah kita yang ikut mengalir bersama aliran darah, baik pada pembuluh darah vena
ataupun arteri. Sebagian besar emboli terdiri dari sel-sel darah beku. Bekuan darah
disebut trombus dan gumpalan darah bergerak disebut thromboembolus. Embolus yang ikut

mengalir melalui pembuluh darah tubuh akan menimbulkan masalah ketika sampai pada bagian

pmebuluh darah yang kecil. Partikel embolus tidak dapat melaluinya yang berarti bahwa

menyumbat aliran darah. Sebagai akibatnya jaringan dan sel-sel yang biasanya mendapatkan

pasokan darah dari pembuluh darah tersenut menjadi kekurangan oksigen ( iskemia ) dan pada

akhirnya bisa mati.

Mengenal Jenis-Jenis Emboli

Berdasarkan lokasi penyumbatannya emboli di bagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Emboli paru: Embolus biasanya terbentuk di (kadang-kadang dikenal sebagai deep vein
thrombosis atau DVT), pondok-pondok di salah satu arteri paru-paru. Banyak emboli dipecah
oleh tubuh dan pergi dengan sendirinya; Namun, emboli paru yang serius dapat menyebabkan
kematian.

 Emboli otak: Jika gumpalan darah menuju otak, maka bisa menyebabkan stroke iskemik atau
TIA (transient ischemic attack).

 Emboli retina: gumpalan meboli kecil yang tidak memblokir arteri utama dapat memblokir
pembuluh darah kecil yang menyuplai aliran darah ke retina mata. Hal ini biasanya dapat
menyebabkan kebutaan tiba-tiba pada salah satu mata.

 Septic emboli: ini terjadi ketika partikel yang diciptakan oleh infeksi dalam tubuh mencapai
aliran darah dan memblokir pembuluh darah.

 Emboli ketuban: Tidak semua emboli terbuat dari bekuan darah. Pada kehamilan, rahim berisi
cairan ketuban untuk melindungi janin. Cairan ketuban ini dapat menjadi embolisasi dan
mencapai paru-paru ibu, menyebabkan pulmonary amniotic embolism.

 Emboli udara: Udara dapat masuk ke dalam pembuluh darah melalui berbagai cara, gelembung
udara dalam darah yang dapat menyumbat aliran darah arteri.

 Emboli lemak: Jika partikel lemak atau sumsum tulang masuk ke dalam sirkulasi darah, maka
dapat menghalangi aliran darah, sama seperti bekuan darah atau gelembung udara.
Berapa Penyebab Emboli

Kebanyakan emboli terjadi pada orang yang memiliki faktor risiko pembekuan darah,

seperti merokok dan penyakitjantung. Faktor risiko lain termasuk tekanan darah tinggi,

aterosklerosis (penumpukan plak lemak dalam pembuluh darah), dan kolesterol tinggi.

Penyebab utama dari sebagian besar emboli paru adalah deep vein thrombosis (DVT). Ini

adalah kondisi di mana pembuluh darah vena di kaki memiliki gumpalan darag. Agen

penghancur bekuan darah alami yang ada dalam darah dapat melarutkan bekuan kecil tanpa

menimbulkan efek penyumbatan. Namun pada gumpalan yang terlalu besar tidak dapat

dihancurkan dan berpotensi menyumbat aliran darah. Faktor-faktor yang membuat lambatnya

aliran darah di kaki juga dapat menyebabkan pembekuan. Orang dapat mengembangkan DVT

atau emboli paru setelah duduk terlalu lama pada saat penerbangan panjang atau setelah

imobilisasi kaki yang di gips pada penanganan patah tulang, atau setelah istirahat di tempat tidur

yang lama tanpa memindahkan atau menggerakkan kaki. Faktor-faktor lain yang terkait dengan

DVT atau emboli paru termasuk kanker, operasi sebelumnya, patah kaki atau pinggul, dan

kondisi genetik yang mempengaruhi sel-sel darah yang meningkatkan kemungkinan

pembentukan darah.

Gejala dan Komplikasi

Gejala-gejala emboli paru dapat ringan atau berat. Pada emboli kecil hanya dapat

dideteksi dengan teknik X-ray khusus. Sedangkan pada kasus sumbatan serius, dapat

menyebabkan kesulitan bernafas parah bahkan sampai kematian.

Gejala emboli paru muncul secara tiba-tiba berupa:


 sesak napas, napas cepat, atau mengi

 dahak berdarah

 batuk

 pusing sampai pingsan

 nyeri dada yang tajam atau nyeri punggung

Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis atau memastikan bahwa

seseorang mengalami emboli paru. Selain rongsen dada, tes perfusi ventilasi (V / Q) scan dapat

dilakukan untuk melihat apakah ada sesuatu yang menghalangi aliran darah di paru-paru. Tes-tes

lain termasuk CT scan atau angiografi paru. Untuk deep vein thrombosis, pemeriksaan Doppler

pada kaki, venograms, atau plethysmography impedansi (IPG) dari pembuluh darah dapat

dilakukan untuk mendeteksi bekuan darah. Untuk stroke dapat dilakukan scan otak, angiografi,

atau tes Doppler USG dapat digunakan untuk mendeteksi arteri yang tersumbat oleh gumpalan

darah.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan untuk tromboemboli (gumpalan darah emboli) salah satunya dengan obat

antikoagulan ataupun obat trombolitik. Antikoagulan (obat pengencer darah),

seperti heparin atau warfarin, adalah obat utama yang diberikan untuk emboli paru.
Antikoagulan mencegah pembekuan darah lebih lanjut. Sedangkan Trombolitik seperti alteplase

dan streptokinase membantu tubuh untuk melarutkan bekuan yang sudah terbentuk. Cara yang

paling efektif untuk mencegah emboli paru adalah mencegah DVT atau segera mengobati

kondisi tersebut serta aktif bergerak. Jika Anda sudah memiliki DVT, dokter akan meresepkan

antikoagulan. Hal ini juga dapat melindungi terhadap stroke.

Metode non-obat untuk membantu mencegah DVT termasuk menggunakan perangkat kompresi
dan stoking kompresi (untuk memastikan darah tidak terbendung atau tertahan di kaki), dan
sering melakukan peregangan, pemijatan, dan menggerakkan otot kaki bagian bawah, jika Anda

tidak aktif dalam waktu yang lama. Anda juga dapat mengurangi faktor risiko yang bisa

menyebabkan gumpalan darah, misalnya dengan berhenti merokok dan mengontrol

tekanan darah tinggi yang Anda miliki

Jantung koronenr

Jantung merupakan organ vital pusat aliran darah pada tubuh. Seiring bertambahnya usia,
keelastisan pembuluh darah semakin menurun, diiringi dengan radikal bebas dan plak lemak

yang hinggap di dinding pembuluh darah. Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang secara

medis disebut juga penyakit jantung iskemik. Penyakit ini termasuk salah satu penyebab

kematian tertinggi di Indonesia. Sekitar 35 persen kematian penduduk Indonesia disebabkan oleh

penyakit jantung. Menurut Federasi Jantung Dunia, angka kematian akibat penyakit jantung

koroner di Asia Tenggara mencapai 1,8 juta kasus pada 2014.

Jantung Koroner

Setelah Anda mengetahui apa itu jantung koroner, Anda juga perlu mengetahui penyebab
jantung koroner. Beberapa di antara penyebabnya adalah sebagai berikut.

1. Aterosklerosis karena penumpukan kolesterol.

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi ketika arteri koronaria (arteri yang
memasok darah ke otot jantung) menjadi mengeras dan menyempit.

Pengerasan dan penyempitan arteri koronaria ini disebabkan karena adanya


penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, pada dinding pembuluh darah.
Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Seiring berjalannya waktu, plak akan semakin besar
sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan semakin sulit. Akibatnya, otot jantung
tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkan. Ketika jaringan kurang asupan,
maka hal itu akan direspons sel sebagai apa yang kita kenal dengan “nyeri dada khas” yang
disebut dengan “angina”, atau jika arteri koronaria tersumbat total, maka pasien dapat jatuh ke
dalam kondisi “serangan jantung”. Serangan jantung inilah yang merupakan kegawatan medis
karena menyebabkan kerusakan jantung permanen atau bahkan kematian.

2. Kebiasaan Merokok

Penyakit jantung koroner disebabkan karena adanya penumpukan plak pada dinding
pembuluh darah. Namun, selain itu, Anda juga harus tahu bahwa ada beberapa kondisi atau
kebiasaan tertentu yang membuat seseorang memiliki risiko untuk mengalami penyakit ini
dibanding orang lain. Salah satu kebiasaan yang perlu untuk diwaspadai terkait kemunculan
gejala jantung koroner kebiasaan merokok. Sudah banyak diketahui bahwa rokok memberikan
dampak yang kurang baik untuk jantung. Rokok menyebabkan peningkatan risiko seseorang
terkena penyakit kardiovaskular karena kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok
sangat berbahaya untuk jantung serta pembuluh darah. Seseorang yang memiliki kebiasaan
merokok memaksa jantungnya bekerja lebih berat karena kandungan karbon monoksida dalam
rokok membuat darah menjadi lebih jenuh. Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini juga bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah.

3. Diabetes

Barangkali Anda sudah mengetahui bahwa jika seseorang menderita penyakit diabetes, ia
harus senantiasa waspada terhadap munculnya penyakit lain yang mengiringi diabetes tersebut.
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit diabetes harus selalu menjaga dietnya, karena
penyakit diabetes yang tidak terkontrol akan membuat kolesterol “jahat” menjadi lebih mudah
menembus dinding arteri sehingga membentuk plak pada dinding pembuluh darah tersebut. Jika
plak ini terbentuk pada dinding arteri koroner, seseorang bisa menderita penyakit jantung
koroner atau PJK.

Selain itu, jika dinding arteri sampai pecah dan terjadi penggumpalan darah, darah yang
menggumpal ini juga akan membuat aliran darah menjadi terhambat yang lambat laun bisa
menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
Gejala Jantung Koroner

Apakah Anda sudah tahu apa saja gejala penyakit jantung koroner yang perlu Anda waspadai?
Jika plak belum mengganggu aliran darah, atau belum ada robekan plak, maka belum tentu ada
gejala yang ditimbulkan. Namun, jika plak sudah cukup besar, maka gejala yang ditimbulkan
adalah sebagai berikut:

 Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada, nyeri ini bisa menjalar ke leher, rahang,
bahu, dan tangan sisi kiri, punggung, perut sisi kiri (sering dianggap maag). Nyeri ini
ringan sampai dengan berat. Nyeri dada ini disebut dengan “angina” yang dapat
bertahan selama beberapa menit. Jika plak belum menyumbat arteri koronaria secara
total, maka angina akan mereda dengan sendirinya. Jika angina bertahan terus-
menerus, maka segera bawa diri Anda ke dokter.
 Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
 Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia) bahkan bisa menyebabkan henti
jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak ditangani dengan cepat dapat
menyebabkan kematian.

Diagnosa Jantung Koroner

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan terkait diagnosis penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan fisik, riwayat medis dan sejumlah tes dapat membantu mendiagnosis jantung
koroner, termasuk:

 Elektrokardiogram (ECG): Ini merekam aktivitas listrik dan irama jantung.


 Holter monitor: Ini adalah alat portabel yang dipakai pasien di bawah pakaian mereka
selama 2 hari atau lebih. Ini mencatat semua aktivitas listrik jantung, termasuk detak
jantung.
 Echocardiogram: Ini adalah scan ultrasound yang memeriksa jantung yang
memompa. Ini menggunakan gelombang suara untuk memberikan gambar video.
 Tes stres: Ini mungkin melibatkan penggunaan treadmill atau obat yang menekankan
hati.
 Kateterisasi koroner: Pewarna disuntikkan ke arteri jantung melalui kateter yang
berulir melalui arteri, sering di kaki atau lengan, ke arteri di jantung. X-ray kemudian
mendeteksi titik-titik sempit atau penyumbatan yang diungkapkan oleh pewarna.
 CT scan: Ini membantu dokter untuk memvisualisasikan arteri, mendeteksi kalsium
apa pun di dalam endapan lemak yang menyempit arteri koroner, dan untuk
mengkarakterisasi kelainan jantung lainnya.
 Ventrikulografi Nuklir: Ini menggunakan pelacak, atau bahan radioaktif, untuk
menunjukkan ruang jantung. Materi disuntikkan ke pembuluh darah. Itu menempel
pada sel darah merah dan melewati jantung. Kamera atau pemindai khusus melacak
pergerakan material.
 Tes darah: Tes ini dapat mengukur kadar kolesterol darah, terutama pada orang yang
berusia di atas 40 tahun, memiliki riwayat keluarga dengan jantung atau kondisi
terkait kolesterol, kelebihan berat badan, dan memiliki tekanan darah tinggi atau
kondisi lain, seperti kelenjar tiroid yang kurang aktif atau kondisi apa pun yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Pengobatan Jantung Koroner

Ada beberapa cara pengobatan jantung koroner yang dapat dicoba oleh penderita.

Tentunya Anda sudah mengetahui bahwa aritmia maupun serangan jantung adalah karena
kegawatan, maka kasus ini ditangani di unit gawat darurat (UGD). Sebagai perawatan awal,
pasien akan diberikan oksigen, aspilet sebagai pengencer darah, morfin sebagai antinyeri, karena
sumbatan yang menyebabkan angina itu sangat nyeri), nitrogliserin sublingual diletakkan di
bawah lidah untuk meredakan gejala. Terapi definitif yang langsung menuju akar masalah, bisa
dengan 2 cara: operatif dengan cara memasang ring, atau dengan obat r-TPA (Tissue
plasminogen activator), yaitu suatu protein untuk menghancurkan bekuan darah yang menempel
pada dinding pembuluh darah dan hanya diberikan sekali seumur hidup.

Pada pasien yang mengalami penyakit jantung koroner, penanganan jantung koroner
adalah penanganan pertama di UGD untuk memberikan kestabilan pada pasien. Setelah itu
pengobatan jantung koroner yang wajib dikonsumsi sebagai obat rawat jalan adalah pengobatan
jantung koroner nitrogliserin sublingual dan obat aspilet. Dokter akan memberikan pengobatan
jantung koroner sesuai dengan kondisi gangguan kesehatan yang Anda alami dan jangan lupa
untuk selalu berkonsultasi selama menjalani proses pengobatan jantung koroner ini.

Pencegahan Jantung Koroner

Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk pencegahan jantung koroner. Gaya hidup
sehat dan olahraga yang teratur menjadi cara pencegahan jantung koroner yang sangat efektif.
Namun, selain itu, Anda juga harus melakukan beberapa hal berikut sebagai pencegahan jantung
koroner:

 Mengetahui tekanan darah secara rutin dan jaga agar tekanan darah dalam angka yang
normal (<130/90 mmHg)
 Olahraga teratur
 Jangan merokok
 Kontrol kadar gula darah
 Kontrol kadar kolestrol dan trigliserid
 Mengonsumsi banyak buah dan sayuran
 Menjaga berat badan yang sehat
 Hindari stres berlebih

Makanan yang Mencegah Penyakit Jantung Koroner

Dokter mungkin merekomendasikan makanan yang mencegah penyakit jantung koroner,


di antaranya adalah:

 Minum produk susu bebas lemak atau rendah lemak


 Makan ikan tinggi asam lemak omega-3, seperti salmon atau tuna, sekitar dua kali
seminggu
 Buah-buahan, seperti apel, pisang, jeruk, pir, dan plum
 Kacang-kacangan, seperti kacang merah, lentil, buncis, kacang polong, dan kacang
lima
 Sayuran, seperti brokoli, kubis, dan wortel
 Biji-bijian, seperti oatmeal, beras merah, dan jagung tortilla
Pantangan Makanan Penyakit Jantung

Ada pula, pantangan makanan penyakit jantung koroner yang harus Anda perhatikan, di
antaranya adalah:

 Daging merah
 Makanan yang digoreng baik minyak nabati maupun hewani
 Makanan dan minuman bergula

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang perlu untuk diwaspadai. Maka dari itu, untuk
Anda yang ingin terhindar dari penyakit ini, Anda harus selalu memerhatikan gaya hidup sehat
dan mengurangi hal-hal yang dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner

Stroke

Penyakit stroke adalah penyakit yang menyerang bagian syaraf pada otak yang
disebabkan oleh pecahnya atau penyumbatan pembuluh darah. Stroke merupakan kegawatan
medis. Pada tahun 2008, data dari Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa sebanyak 17,3
juta jiwa penduduk Indonesia harus terenggut nyawanya karena stroke.

Penyebab Stroke

Penyakit stroke adalah penyakit yang terjadi ketika aliran darah di otak berhenti
seketika. Dalam hitungan menit, sel otak mulai mati. Terdapat 2 jenis dari penyakit ini. Jenis dari
penyakit stroke adalah:

 Stroke iskemik, merupakan yang paling sering terjadi. Penyebab stroke iskemik
adalah adanya jendalan darah yang menyumbat pembuluh darah.
 Stroke hemoragik. Penyebab stroke hemoragik disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah sehingga darah mengalir keluar.
Ada yang disebut dengan “Stroke Mini” atau Transient Ischaemic Attacks (TIA). TIA ini
terjadi ketika aliran darah di otak hanya berhenti sebentar. Stroke ringan seperti ini bisa terjadi
secara tiba-tiba. Anda tetap harus waspada dengan stroke ringan. Baik penyebab stroke ringan
dan stroke yang serius, semua harus tetap diwaspadai. Stroke ringan memiliki durasi serangan
yang singkat dan dalam banyak kasus, stroke ringan tersebut bisa pulih dalam beberapa menit.

Gejala Stroke

 Mati rasa tiba-tiba atau kelemahan wajah, lengan atau kaki (terutama pada satu sisi
tubuh) adalah gejala stroke yang pertama.
 Kehilangan kesadaran tiba-tiba, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan juga
merupakan gejala stroke.
 Masalah tiba-tiba melihat pada satu atau kedua mata adalah gejala stroke selanjutnya.
 Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi juga
perlu diwaspadai sebagai gejala stroke.
 Sakit kepala parah tiba-tiba tanpa diketahui penyebab juga bisa menjadi gejala stroke.

Ingat, satu kata kunci untuk gejala penyakit ini: gejala awalnya TIBA-TIBA.

Pengobatan Stroke

Jika mendapati diri Anda atau anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala tersebut
seketika, Anda harus pergi segera ke rumah sakit mengingat penyakit ini merupakan suatu
kegawatan medis. Pengobatan stroke harus diberikan sebelum terlambat. Hal awal yang biasa
dilakukan di UGD untuk mengawali pengobatan stroke adalah membaringkan pasien dan
memfleksikan kepala (menekuk leher ke arah depan) 30 derajat, lalu dilakukan CT-Scan sebagai
pemeriksaan standar baku emas untuk menentukan apakah ini stroke iskemik atau stroke
hemoragik, karena obat yang diberikan untuk pengobatan stroke yang berbeda ini tidaklah sama.

Prinsip pengobatan stroke iskemik adalah melarutkan bekuan darah atau sedangkan
stroke hemoragik adalah untuk menghentikan pendarahan. Rehabilitasi pasca-stroke yang
mengiringi pengobatan stroke membantu individu mengatasi cacat yang dihasilkan dari
kerusakan penyakit ini. Sedangkan TIA sendiri merupakan “alarm” terhadap stroke sehingga
meskipun pasien dengan TIA akan “sembuh” seperti sediakala dalam waktu <24 jam, pasien
dengan TIA tetap harus mengonsumsi obat pengencer darah yang didapatkan dari dokter serta
menjaga pola hidup agar terhindar dari penyakit ini.

Ketika stroke menyerang, maka tubuh akan jatuh ke dalam risiko kematian. Sekalipun
bertaha n hidup, maka pasien akan mengalami kecacatan. Mengingat efek kecacatan dan
kematian yang tinggi dari penyakit ini, maka sebaiknya Anda menghindari faktor-faktor
risikonya. Periksa tekanan darah dengan rutin.

Salah satu faktor risikonya adalah tekanan darah tinggi. Selain itu, kurangi makanan
berminyak dan berlemak untuk menurunkan kolesterol. Orang yang pernah terkena serangan
jantung berisiko terkena penyakit ini lebih besar, maka, jaga kesehatan jantung dengan olahraga
yang cukup. Jika Anda merokok, kurangi, bahkan sebisa mungkin hentikan.

Rehabilitasi Stroke

Penyakit stroke adalah peristiwa yang mengubah kehidupan yang dapat memengaruhi seseorang
baik secara fisik maupun emosional. Setelah terjangkit penyakit stroke, pemulihan yang berhasil
akan sering melibatkan terapi dan dukungan spesifik, seperti:

 Terapi bicara: Ini membantu dalam masalah memproduksi atau memahami


pembicaraan. Berlatih, relaksasi, dan mengubah gaya komunikasi semuanya bisa
membantu
 Terapi fisik: Ini dapat membantu seseorang mempelajari kembali gerakan dan
koordinasi. Penting untuk tetap aktif, meskipun sulit pada awalnya
 Terapi okupasi: Ini digunakan untuk membantu seseorang meningkatkan
kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari, seperti mandi,
memasak, berpakaian, makan, membaca, dan menulis
 Kelompok pendukung: Ini membantu dengan masalah kesehatan mental yang umum
seperti depresi yang dapat terjadi setelah stroke. Banyak yang merasa berguna untuk
berbagi pengalaman umum dan bertukar informasi
 Dukungan dari teman dan keluarga: Orang-orang terdekat seseorang harus
menawarkan dukungan dan kenyamanan praktis setelah stroke. Membiarkan teman
dan keluarga tahu apa yang bisa dilakukan untuk membantu itu sangat penting

Rehabilitasi stroke adalah bagian perawatan yang penting dan berkelanjutan. Dengan
bantuan yang tepat dan dukungan dari orang-orang yang dicintai, rehabilitasi stroke adalah cara
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, tergantung pada tingkat keparahan stroke yang
dideritanya.

Pencegahan Stroke

Cara terbaik untuk mencegah stroke adalah mengatasi penyebab yang mendasarinya. Ini
paling baik dicapai melalui perubahan gaya hidup, termasuk:

 Makan makanan sehat


 Menjaga berat badan yang sehat
 Berolahraga secara teratur
 Tidak merokok tembakau
 Menghindari alkohol atau minum secukupnya

Makan-makanan bergizi berarti termasuk banyak buah, sayuran, dan biji-bijian yang sehat,
kacang, biji-bijian, dan kacang polong. Pastikan untuk makan sedikit atau tanpa daging merah
atau olahan dan batasi asupan kolesterol dan lemak jenuh. Minimalkan asupan garam untuk
mendukung tekanan darah yang sehat.

Langkah-langkah lain yang diambil untuk membantu mengurangi risiko stroke meliputi:

 Menjaga tekanan darah tetap terkendali


 Mengelola diabetes
 Mengobati sleep apnea obstruktif
 Selain perubahan gaya hidup ini, dokter dapat membantu mengurangi risiko stroke
iskemik di masa depan melalui pemberian obat antikoagulan atau antiplatelet.
Syok adalah kondisi di mana tekanan darah turun secara drastis, sehingga terjadi gangguan aliran
darah dalam tubuh. Aliran darah yang terganggu membuat pasokan nutrisi dan oksigen yang
berperan pada sel dan organ tubuh agar berfungsi secara normal, menjadi terhambat. Syok dapat
memburuk dengan cepat, maka penanganannya harus segera dilakukan. Jika tidak, syok dapat
menyebabkan komplikasi bahkan kematian..

Penyebab Syok
Penyebab syok dapat berbeda-beda. Berikut adalah penyebab syok berdasarkan tipenya:

 Syok kardiogenik. Disebabkan oleh gangguan pada jantung, seperti serangan jantung
atau gagal jantung.
 Syok neurogeni. Disebabkan oleh cedera saraf tulang belakang, akibat kecelakan atau
cedera saat beraktivitas.
 Syok anafilaktik. Disebabkan oleh alergi akibat gigitan serangga, penggunaan obat-
obatan, atau makanan maupun minuman.
 Syok sepsis. Disebabkan oleh infeksi yang masuk ke aliran darah, sehingga tubuh
mengalami peradangan atau inflamasi.
 Syok hipovolemik. Disebabkan oleh hilangnya cairan atau darah dalam jumlah banyak,
misalnya akibat diare, perdarahan pada kecelakaan, atau muntah darah.

Gejala Syok
Pasokan nutrisi dan oksigen yang turun akibat syok dapat mengakibatkan gejala, antara lain:

 Sesak napas.
 Jantung berdebar, serta denyut nadi menjadi lemah.
 Pusing.
 Kelelahan.
 Bicara kacau, pingsan hingga hilang kesadaran.
 Tekanan darah menurun.
 Bibir dan kuku jari membiru.
 Kulit berkeringat, dingin, dan pucat.

Tergantung penyebabnya, masing-masing dari tipe syok dapat memberikan gejala tambahan,
berupa:
 Syok sepsis: Demam, nyeri otot.
 Syok hipovolemik: Diare, muntah, perdarahan.
 Syok kardiogenik: Denyut jantung melemah, urin yang keluar hanya sedikit atau tidak
sama sekali, nyeri dada.
 Syok neurogenik: Nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun
(hipotermia).
 Syok anafilaktik: Kesulitan menelan dan bernapas, sakit pada perut, hidung berair dan
bersin-bersin, bengkak pada lidah atau bibir, kesemutan pada tangan, kaki, mulut, atau
kulit kepala.

Diagnosis Syok
Syok merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan diagnosis cepat agar penanganannya
dapat segera dilakukan. Syok dapat didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, serta
melihat tanda-tanda klinis, seperti denyut jantung yang cepat dan lemah, serta tekanan darah
yang menurun.
Setelah aliran oksigen kembali normal dan pasien sudah stabil, pemeriksaan lanjutan akan
dilakukan untuk mendeteksi penyebab dan tipe syok yang diderita pasien. Dokter dapat
melakukan serangkaian pemeriksaan, seperti:

 Tes darah
 Foto Rontgen
 Elektrokardiografi
 Endoskopi
 CT scan
 MRI

Pengobatan Syok
Syok merupakan kondisi yang berbahaya. Segera lakukan pertolongan pertama dan hubungi
rumah sakit terdekat ketika melihat seseorang diduga mengalami syok. Jika tidak segera
ditangani, syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian.
Berikut adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat melihat penderita yang dicurigai
mengalami syok:

 Baringkan penderita secara perlahan.


 Jangan gerakkan penderita jika tidak diperlukan.
 Kendurkan atau buka pakaian yang ketat.
 Periksa denyut nadi dan jantung.
 Jika penderita tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi jantung-paru
(CPR).
 Untuk menghindari ketakutan yang dapat memperburuk kondisi, berikan pasien selimut.
 Jangan beri pasien minum atau makan.
 Jika syok disebabkan oleh alergi (syok anafilaktik), segera berikan epinephrine dalam
bentuk autoinjector, jika ada. Penderita alergi parah biasanya selalu membawa suntikan
ini.
 Jika pasien mengalami perdarahan, tutupi dan sumbat area yang berdarah dengan handuk
atau kain.
 Jika pasien mengalami muntah dan mulai mengeluarkan darah dari mulut, ubah posisinya
menjadi menyamping untuk menghindari tersedak.

Ketika pasien sudah ditangani petugas medis, pasien akan diberikan infus cairan agar tekanan
darah yang ada kembali normal. Beberapa penanganan yang akan berbeda, tergantung dari tipe
syok dan penyabab timbulnya syok, yaitu:

 Syok hipovolemik. Dalam mengatasi penyebab syok hipovolemik, tindakan medis yang
dapat dilakukan dapat berupa transfusi darah, baik sel darah merah mau pun faktor-faktor
pembekuan darah (seperti trombosit).
 Syok kardiogenik. Syok ini akan ditangani dengan menggunakan obat-obatan yang
berfungsi untuk memperbaiki pompa jantung. Obat-obatan tersebut di antaranya adalah
dopamine atau dobutamin.
 Syok anafilaktik. Dalam mengatasi syok anafilaktik, pasien akan
diberikan epinephrinesuntik yang berfungsi untuk meredakan syok akibat reaksi alergi.
 Syok neurogenik. Syok tipe ini juga akan ditangani dengan memberikan obat-obat
seperti epinephrine, norepinephrine, atau dopamine, untuk meningkatkan tekanan darah.
Jika pasien mengalami penurunan denyut jantung, dokter akan memberikan atropin.
 Syok sepsis. Dalam mengatasi syok sepsis, dokter akan memberikan obat golongan
vasopressor, seperti norepinephrine, untuk meningkatkan tekanan darah. Untuk
mengatasi infeksi, dokter dapat memberikan antibiotik, antivirus, atau antijamur,
tergantung jenis infeksinya. Operasi juga dapat dilakukan untuk mengatasi sumber
infeksi.

Pencegahan Syok
Untuk mencegah terjadinya syok, penyakit tertentu perlu segera ditangani, misalnya penyakit
jantung, diare, atau perdarahan hebat.
Penderita alergi yang pernah mengalami syok anafilaktik, perlu menghindari hal-hal yang dapat
memicu alergi, misalnya makanan atau minuman tertentu. Penderita juga dianjurkan untuk selalu
membawa epinephrine dalam bentuk autoinjector (berbentuk seperti pen), sebagai pertolongan
pertama saat terpapar alergen yang dapat menimbulkan syok anafilaktik. Konsultasikan dengan
dokter sebelum menggunakan obat tersebut.
Komplikasi Syok
Syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa kondisi yang dapat muncul
akibat syok adalah:

 Gangguan ginjal
 Henti jantung
 Aritmia
 Gangguan pada otak

Pneumonia

Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang
mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada
penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan
dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita
mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau menggigil.

Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada kantung-kantung udara di dalam paru-paru
seseorang. Infeksi dapat terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung-
kantung udara yang terinfeksi terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Penyebab dari
pneumonia adalah infeksi virus, bakteri maupun jamur. Di Indonesia, pneumonia ini lebih akrab
dikenal dengan istilah paru-paru basah.
Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa melainkan juga terjadi pada anak-anak,
hingga bayi yang baru lahir.

Gejala Pneumonia
Gejala dari pneumonia muncul beragam mulai dari yang ringan hingga yang berat,
bergantung dari faktor penyebab seperti organisme penyebab infeksinya. Tanda dan gejala yang
ringan dapat menyerupai gejala flu seperti, demam dan batuk, namun biasanya durasinya lebih
lama daripada flu biasa. Jika penyakit dibiarkan, gejala yang berat dapat muncul, hal ini
meliputi:

 Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.


 Batuk berdahak.
 Mudah lelah.
 Demam dan menggigil.
 Mual dan muntah.
 Sesak napas.
 Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
 Hipotermia (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun dan memiliki gangguan
sistem imun).

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak
selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas sehingga napas anak
menjadi cepat.
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pneumonia ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mencari tanda dan gejala, kemudian
pada pemeriksaan suara napas biasanya ditemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan yaitu foto
rontgen dada. Pada hasil rontgen dada, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu,
pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme penyebab terjadinya
infeksi.

Penyebab dan Faktor Risiko Pneumonia


Penyebab dari pneumonia beragam, namun berdasarkan organisme dan tempat
penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia komunitas yang
penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di
rumah sakit. Perlu diketahui organisme yang menyebabkan pneumonia ditularkan di lingkungan
umum berbeda dengan yang ditularkan di rumah sakit, dan biasanya organisme yang
menyebabkan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit lebih sulit untuk diobati.
Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum antara lain
adalah:

 Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.


 Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
 Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
 Virus.

Pneumonia terjadi pada siapa saja, namun beberapa orang lebih rentan untuk terinfeksi, seperti:

 Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.


 Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
 Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
 Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
 Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
 Merokok.
 Memiliki imunitas tubuh rendah (HIV) atau mengkonsumsi obat yang mensupresi sistem
imun, dan sedang dalam pengobatan kemoterapi.

Penanganan Pneumonia

Tatalaksana dari pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan
terapi suportif. Jika diketahui penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik
yang harus dikonsumsi sampai habis. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

 Obat demam jika pengidap memiliki demam tinggi dan mengganggu.


 Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa
keluar.
Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

 Berusia >65 tahun


 Mengalami gangguan kesadaran.
 Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
 Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
 Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
 Suhu tubuh di bawah normal.
 Denyut nadi <50x/menit atau>100x/menit.

Pencegahan Pneumonia

Pneumonia dapat dicegah melalui beberapa upaya, yaitu:

 Vaksinasi.
 Memiliki kebersihan diri yang baik.
 Tidak merokok.
 Menjaga imunitas tubuh tetap baik dengan konsumsi makanan yang sehat dan rajin
berolahraga.

Asma

Pengertian Asma
Asma adalah salah satu jenis penyakit kronis atau jangka panjang pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran nafas sehingga
menimbulkan sesak (sulit bernapas).

Gejala Asma
Gejala yang dirasakan pengidap asma selain sulit bernafas adalah nyeri dada, batuk-
batuk, dan mengi. Ini juga salah satu jenis penyakit yang dapat dialami oleh semua golongan
usia, dari anak-anak hingga orang tua.

Penyebab Asma
Hingga kini belum ada penyebab pasti penyebab asma namun beberapa aktivitas yang
dianggap sebagai pemicunya yaitu, debu, asap rokok, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin,
infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia. Seseorang yang mengidap asma memiliki saluran
nafas yang lebih sensitif sehingga saat paru-paru terkena iritasi dari pemicu asma maka otot
saluran pernafasan jadi kaku dan menyempit. Produksi dahak meningkat sehingga membuat
kesulitan bernafas.
Seseorang yang terkena asma saat kanak-kanak, gejala ini kemungkinan bisa menghilang saat ia
masuk usia remaja dan muncul kembali saat berusia lebih dewasa. Pada usia kanak-kanak, gejala
asma yang tergolong menengah atau berat dapat muncul kembali di masa mendatang. Dan perlu
diketahui bahwa gejala asma bisa muncul diusia kapan saja tidak selalu bermula pada waktu
kanak-kanak.

Pengobatan dan Efek Samping Asma


Dalam pengobatan asma ada dua hal yang perlu dilakukan, yakni meredakan gejala dan
mencegah gejala kambuh. Untuk itu penting untuk menjalani pengobatan dengan dokter
sehingga dapat diberikan obat untuk mengatasi asma.
Efek Samping:
Selain pengobatan, pengidap asma pun harus mewaspadai hal-hal yang dapat memicu asma
kambuh dan mengindarinya. Saat gejala asma muncul, umumnya dokter merekomendasikan
inhaler sebagai pengobatan. Namun, perlu diketahui bahwa penggunaan inhaler juga bisa
memunculkan efek samping pada penggunanya.
Ada dua jenis inhaler yang biasanya direkomendasikan dokter, yakni inhaler Ventolin yang
ringan dan inhaler kortikosteorid.
Efek samping inhaler ventolin yang ringan, yaitu:

 Pusing yang disertai sakit kepala.


 Mengalami insomnia atau susah tidur.
 Rasa nyeri pada otot.
 Hidung tersumbat hingga meler.
 Kering pada mulut dan tenggorokan.
 Batuk meski bukan karena sedang sakit.
 Sakit tenggorokan hingga suara serak.

Ada pula efek samping berat yang mesti diwaspadai. Sebaiknya segera hubungi dokter jika
mengalami efek samping sebagai berikut:

 Muncul rasa nyeri di dada, jantung berdenyut tidak beraturan.


 Tremor pada tangan.
 Muncul gejala kecemasan.
 Tekanan darah menjadi tinggi.
 Menurunnya kadar kalium dalam darah. Jika dibiarkan ini dapat menyebabkan otot
melemah, lemas, dan haus yang ekstrim.
 Kesulitan bernafas.

Efek samping preventer inhaler atau inhaler dengan kortikosteroid, yaitu:

 Sakit mulut dan


 Infeksi fungi pada mulut.
 Tulang melemah pada dewasa.
 Muncul glaucoma atau cairan di dalam mata, tekanan darah tinggi di mata bisa muncul
dalam penggunaan jangan panjang.
Apabila terjadi serangan asma dengan gejala yang semakin parah meski sudah diberi inhaler atau
pun obat, maka perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Walau jarang terjadi, asma juga dapat
membahayakan nyawa untuk itu perlu perawatan yang tepat.

Komplikasi Asma

 Masalah psikologis (cemas, stres, atau depresi)


 Menurunnya performa di sekolah atau di pekerjaan
 Tubuh sering terasa lelah
 Gangguan pertumbuhan dan pubertas pada anak-anak
 Status asmatikus (kondisi asma parah yang tidak respon dengan terapi normal)
 Pneumonia
 Gagal pernapasan
 Kerusakan pada sebagian atau seluruh paru-paru
 Kematian

Pencegahan Asma
Asma merupakan jenis penyakit yang dapat dikendalikan dengan mengatur pola hidup sehat.
Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut:

 Mengenali & menghindari pemicu asma.


 Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.
 Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang tepat.
 Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
 Memonitor kondisi saluran napas.

Perlu diperhatikan apabila penggunaan inhaler (pereda asma) justru meningkatkan reaksi asma
maka wajib untuk menemui dokter agar rencana penanganan asma disesuaikan dengan
kebutuhan. Selain itu juga disarankan untuk melakukan vaksinasi flu dan pneumonia secara
teratur agar penyakit asma tidak memburuk karena dua penyakit ini.

Definisi

Apa itu TBC (tuberculosis)?

TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang


menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui
saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang,
kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.

Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana
terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan
mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa
tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien. Jika pasien memiliki sistem
kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker, atau pasien yang
menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.

Seberapa umumkah TBC (tuberculosis)?

Tuberkulosis sering menyerang kelompok berikut ini:

 Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit lain yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh
 Orang yang melakukan kontak dengan pasien TBC
 Orang yang merawat pasien TBC, misalnya dokter atau perawat
 Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya di tempat
pengungsian atau klinik
 Orang yang tinggal di wilayah yang kondisi kesehatannya buruk
 Pengguna alkohol atau obat terlarang
 Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberculosis merupakan penyakit yang umum.
Kebanyakan adalah daerah yang masih berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika, Asia,
Eropa Timur, dan Rusia

Tanda-tanda & gejala

Apa saja ciri dan gejala TBC (tuberkulosis)?

Saat masa inkubasi TBC, penderita biasanya tidak menunjukkan gejala apapun dan
penyakit belum menular. Ketika tuberkulosis sudah berkembang, gejala-gejala pun mulai
terlihat. Tergantung pada organ mana yang diserang, gejala TBC bisa berupa batuk yang
berlangsung 2 minggu atau lebih, dahak atau batuk darah, sesak napas, demam atau meriang,
berkeringat di malam hari tanpa ada aktivitas fisik, penurunan berat badan, kehilangan nafsu
makan, lelah dan lemah. Gejala TBC seperti di atas bisa jadi disebabkan oleh penyakit lain yang
berhubungan dengan paru-paru. Masih ada gejala-gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika
Anda memiliki kekhawatiran tentang gejala tertentu, segera konsultasikan pada dokter.

Penyebab

Apa penyebab TBC (tuberculosis)?

TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui
udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan penderita tuberculosis atau melalui
udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk. Setelah memasuki tubuh, bakteri masih
belum aktif melainkan akan “tidur” selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi.
Karena bakteri tidak aktif, maka tidak akan ada gejala dan tidak pula menular. Jika pasien
mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan positif meskipun tidak ada tanda-tanda sama sekali.
Risiko TBC dapat dikurangi secara signifikan jika terdeteksi dini dalam periode inkubasi.

Dari sepuluh orang yang terinfeksi bakteri MTB, hanya satu orang yang biasanya akan
berkembang menjadi terjangkit penyakit TBC. Bakteri akan menyerang tubuh ketika sistem
kekebalan tidak mampu melawannya, atau bakteri tersebut menunggu hingga sistem kekebalan
melemah (misalnya pada orang lanjut usia, atau pada penderita HIV). Jadi, masa inkubasi akan
berbeda pada setiap orang. Ketika bakteri mulai aktif, bakteri akan berkembang di dalam paru-
paru dan pembuluh darah, lalu bermigrasi ke bagian tubuh lain.

Faktor-faktor risiko

Siapa saja yang berisiko terkena TBC (tuberculosis)?

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar adalah
apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:

 HIV/AIDS
 Diabetes
 Penyakit ginjal stadium akhir
 Kanker
 Malnutrisi
 Pengobatan kanker, seperti kemoterapi
 Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun, seperti rheumatoid
arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.

Jika seseorang tidak memiliki faktor risiko seperti di atas, bukan berarti ia tidak akan terkena
TBC. Tanda-tanda di atas hanyalah referensi semata. Konsultasikan pada dokter spesialis untuk
keterangan lebih lengkap.

Apa saja obat TBC (tuberculosis) yang biasa digunakan?

TBC dapat diobati dengan cukup mudah. Biasanya, pasien diharuskan mengonsumsi
obat-obatan selama enam bulan atau lebih. Pengobatan TBC yang tepat akan melibatkan 3-4
antibiotik harian. Pasien akan merasa lebih baik setelah beberapa minggu. Namun, ini bukan
berarti bakteri MTB sudah hilang dari tubuh. Karenanya, penting bagi pasien untuk
menyelesaikan tahapan pengobatan sekalipun gejala-gejala TBC sudah hilang.

Jika pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di tengah-tengah, bakteri
MTB dapat tersisa di tubuh pasien. Penyakit TBC dapat kembali, menyebar ke bagian tubuh lain
dan menular. Pemakaian antibiotik yang tidak tuntas dapat membuat bakteri MTB kebal terhadap
antibiotik yang tersedia. Hal ini akan mempersulit pengobatan tuberkulosis karena antibiotik
yang tersedia untuk mengobati TB terbatas macamnya. Jalani pengobatan sesuai anjuran dokter
untuk menghindari bakteri MTB menjadi kebal. Penghentian konsumsi obat hanya berdasarkan
anjuran dokter. Obat-obat antibiotik yang diberikan oleh dokter dapat memberikan efek samping
seperti kencing berwarna merah (bukan darah), telinga berdenging, kesemutan pada kulit, mual
muntah, dan kulit kuning. Kencing berwarna merah bukanlah sesuatu yang berbahaya. Namun
bila efek samping lainnya muncul, segera temui dokter Anda untuk menanganinya.

Orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien TB juga berisiko untuk terinfeksi TB. Maka
dari itu, keluarga pasien ataupun orang yang melakukan kontak dengannya harus segera
diperiksa.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk TBC (tuberkulosis)?

Jika Anda mengalami batuk terus-menerus, demam atau penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan, maka bisa jadi disebabkan oleh TBC. Untuk mendeteksi sumber infeksi
TBC, dokter akan menanyakan tempat Anda tinggal dan bekerja, serta dengan siapa saja Anda
melakukan kontak. Dokter juga dapat memeriksa sejarah dari hasil tes kulit TBC, faktor risiko
(terutama HIV), kunjungan ke luar negeri, dan kerja lapangan.

Reaksi tes kulit dengan elemen TB (PPD) dapat dilakukan. Dalam tes ini, sejumlah kecil
protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan; bagian yang
bengkak akan diperiksa setelah 48-72 jam kemudian. Ukuran dari bagian yang bengkak tersebut
akan menentukan hasil tes. Apabila hasilnya positif, biasanya berarti bahwa orang tersebut telah
terinfeksi TBC. Dokter dapat pula mengambil sinar X dan sampel dahak, darah, atau urin untuk
memeriksa keberadaan bakteriMTB. Tes HIV juga bisa dilakukan.

Dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi dimana tubuh kita kehilangan cairan yang berlebih. Dehidrasi
bukanlah suatu kondisi yang sepele. Ketika dehidrasi, air bergerak keluar dari sel tubuh kita lebih
banyak dari apa yang sel dapatkan melalui minum. Kita kehilangan air setiap hari dalam bentuk
uap air dalam napas yang kita keluarkan dan juga dalam bentuk keringat, urin, dan feses. Seiring
dengan keluarnya air, sejumlah kecil garam tubuh juga hilang. Maka, ketika mencicipi keringat,
tak dipungkiri ada rasa asin yang kita dapatkan. Ketika kita kehilangan terlalu banyak air,
kondisi cairan tubuh menjadi tidak seimbang atau dehidrasi. Dehidrasi berat dapat menyebabkan
kematian.

Penyebab
Banyak kondisi dapat menyebabkan kehilangan cairan cepat dan terus menerus sehingga
seseorang jatuh ke dalam menyebabkan dehidrasi:

 Demam, paparan panas, dan terlalu banyak berkeringat


 Muntah, diare, dan peningkatan buang air kecil karena infeksi
 Penyakit seperti diabetes atau kencing manis
 Gangguan kemampuan untuk minum (misalnya, seseorang dalam keadaan koma atau
stroke)
 Tidak ada akses air minum yang aman untuk dikonsumsi, misalnya para pengungsi
korban bencana alam
 Cedera yang signifikan pada kulit, seperti luka bakar atau penyakit kulit yang parah
atau infeksi pada kulit sehingga kulit mengelupas (sehingga air hilang melalui
jaringan kulit yang terbuka)

Gejala pada orang dewasa


Tanda-tanda dan gejala dari ringan sampai berat, meliputi:

 Haus
 Mulut kering
 Lemas
 Pusing
 Palpitasi (jantung berdebar-debar)
 Kebingungan
 Pingsan
 Tidak bisa berkeringat
 Volume pipis turun atau bahkan tidak pipis sama sekali
 Pada anak, anak tampak rewel, gelisah, dan menangis tetapi tidak mengeluarkan air
mata
 Mual dan muntah yang justru akan memperberat kondisi dehidrasi

Warna urine mungkin menunjukkan dehidrasi. Jika urin sangat pekat, berwarna sangat kuning
atau kuning, kemungkinan Anda mengalami dehidrasi.

Definisi
Apa itu edema?

Edema idiopatik adalah pembengkakan yang penyebabnya tidak diketahui.


Pembengkakan dapat terjadi sewaktu-waktu (hilang-timbul) atau berlangsung dalam waktu yang
lama.

Seberapa umumkah edema?

Edema biasanya terjadi pada wanita dewasa, namun bisa bertambah parah seiring
bertambahnya usia. Banyak wanita melaporkan pembengkakan terjadi di waktu-waktu tertentu
setiap bulannya, biasanya sebelum haid.

Gejala

Apa ciri-ciri dan gejala edema?

Tangan, kaki, perut, payudara, atau bahkan wajah sedikit membengkak. Biasanya terlihat
lebih bengkak di sore atau malam hari, namun membaik di pagi hari saat bangun tidur. Banyak
orang yang mengalami edema memiliki berat badan yang lebih berat 2 kg di malam hari
dibanding pagi hari.

Penyebab

Apa penyebab edema?

Pembengkakan akibat retensi air biasanya disebabkan oleh cairan yang bocor dari
pembuluh darah kecil ke jaringan tubuh. Tidak diketahui kenapa kebocoran ini terjadi. Edema
biasanya lebih terasa setelah berdiri lama, karena ada tekanan lebih di pembuluh darah kaki
dibanding jika Anda berbaring. Bepergian jarak jauh atau duduk selama waktu yang lama
(misalnya di bis, di pesawat) juga bisa memicu pembengkakan. Penyebab tubuh Anda
menyimpan air berlebih juga adalah jumlah garam (sodium/natrium) di tubuh. Saat tubuh
menyimpan banyak garam, ia juga akan menyimpan lebih banyak cairan sehingga terkadang
menyebabkan pembengkakan. Penyebab lain dari pembengkakan namun sulit didiagnosis adalah
perilaku makan binge eating (makan berlebihan) yang diselang-seling dengan diet ketat. Ini bisa
menyebabkan tubuh menyimpan banyak air.

Faktor pemicu

Siapa yang berisiko mengalami edema idiopatik?

Edema idiopatik lebih sering terjadi pada penderita diabetes, orang yang kegemukan, dan orang
yang memiliki masalah emosional (termasuk depresi).

Ditemukan pula hubungan antara edema dengan perilaku tak sehat untuk menurunkan berat
badan, seperti penggunaan diuretik, obat pencahar, atau merangsang diri untuk memuntahkan
makanan (bulimia).
Mencegah & mengatasi

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi edema?

Beberapa cara berikut ini bisa mencegah edema dan mengurangi pembengkakan yang sudah
terjadi di tubuh Anda:

1. Hindari berdiri terlalu lama

Jika pekerjaan Anda mengharuskan Anda berdiri dalam waktu lama, gunakan support stocking,
stocking khusus untuk mencegah dan mengatasi pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki.
Stocking jenis ini bisa didapatkan di dokter.

2. Hindari berat badan berlebih

Kebanyakan orang yang mengalami edema memiliki berat badan berlebih. Mengurangi berat
badan bisa mengatasi kondisi edema Anda. Namun, pastikan berat badan Anda turun secara
bertahap, dan bukan secara drastis.

3. Batasi konsumsi garam

Edema biasanya akan membaik dengan cepat jika Anda menghindari atau mengurangi asupan
garam. Batasi jumlah garam yang Anda tambahkan ke dalam masakan, dan hindari fast food dan
makanan yang diproses karena biasanya mengandung banyak garam.

4. Perbanyak makanan sumber kalium

Mengonsumsi makanan tinggi kalium bisa mengurangi kadar garam di dalam tubuh, sehingga
mengurangi pembengkakan. Buah-buahan biasanya adalah sumber kalium terbaik, terutama
pisang dan tomat. Tapi, hindari mengonsumsi suplemen kalium.

5. Diuretik (pil air)

Diuretik sering kali diresepkan dokter untuk mengatasi pembengkakan akibat sejumlah kondisi
medis. Namun, untuk edema idiopatik, diuretik malah bisa membuat pembengkakan makin parah
karena keseimbangan air dan garam di tubuh menjadi semakin terganggu.

Meski efektif bagi beberapa orang, tak semua orang bisa merasakan manfaatnya. Diskusikan
dengan dokter apakah obat diuretik tepat untuk mengatasi kondisi edema Anda.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Dokumen25 halaman
    Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • 957 2195 1 SM
    957 2195 1 SM
    Dokumen9 halaman
    957 2195 1 SM
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • PARASIT
    PARASIT
    Dokumen7 halaman
    PARASIT
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen20 halaman
    Isi Makalah
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • TUGAS Anjeli-Dikonversi
    TUGAS Anjeli-Dikonversi
    Dokumen11 halaman
    TUGAS Anjeli-Dikonversi
    Desak Anjelina
    Belum ada peringkat
  • Nawan
    Nawan
    Dokumen11 halaman
    Nawan
    Muhammad Subhan
    Belum ada peringkat
  • Sudana
    Sudana
    Dokumen2 halaman
    Sudana
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein KLP 4
    Makalah Protein KLP 4
    Dokumen14 halaman
    Makalah Protein KLP 4
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • YSTRs
    YSTRs
    Dokumen11 halaman
    YSTRs
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Makalah Nur
    Makalah Nur
    Dokumen28 halaman
    Makalah Nur
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein
    Makalah Protein
    Dokumen14 halaman
    Makalah Protein
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan Mikrob
    Perhitungan Mikrob
    Dokumen22 halaman
    Perhitungan Mikrob
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen1 halaman
    C
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen1 halaman
    C
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • SITOLOGI
    SITOLOGI
    Dokumen14 halaman
    SITOLOGI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Parasitologi Gina
    Parasitologi Gina
    Dokumen4 halaman
    Parasitologi Gina
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Teknik Analisa Molekuler
    Teknik Analisa Molekuler
    Dokumen27 halaman
    Teknik Analisa Molekuler
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Imunology
    Imunology
    Dokumen8 halaman
    Imunology
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Tabel Hati
    Tabel Hati
    Dokumen2 halaman
    Tabel Hati
    Nursani Suhaela
    100% (1)
  • Nematoda
    Nematoda
    Dokumen4 halaman
    Nematoda
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Jenis Spektrofotometer
    Jenis Spektrofotometer
    Dokumen6 halaman
    Jenis Spektrofotometer
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • HISTOLOGI
    HISTOLOGI
    Dokumen10 halaman
    HISTOLOGI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Parasitologi
    Tugas Parasitologi
    Dokumen9 halaman
    Tugas Parasitologi
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Parasitologi Gina
    Parasitologi Gina
    Dokumen4 halaman
    Parasitologi Gina
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Hipoalbumin 1
    Hipoalbumin 1
    Dokumen2 halaman
    Hipoalbumin 1
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat