Keempat jenis siklus hidup dapat terjadi bersamaan atau sendiri – sendiri atau
merupakan kombinasi dari keempatnya tergantung pada kondisi hidupnya saat itu.
a. Siklus hidup secara langsung
Siklus hidup secara langsung paling sering terjadi. Siklus ini dimulai dengan
larva rhabditiform yang dikeluarkan dari tubuh host bersama tinja. Larva ini bila tiba
dilingkungan yang cukup baik dan dapat menunjang kelangsungan hidupnya akan
berkembang menjadi larva yang lebih dewasa, yang dinamakan larva filariform, dalam
waktu 24 jam. Larva filariform merupakan larva yang infeksius dan siap menginfeksi
host ( manusia ) yang lain. Biasanya larva ini memasuki tubuh host dengan cara
penetrasi kulit untuk selanjutnya memasuki peredaran darah atau limf
Dengan mengikuti aliran darah sampailah larva ini di jantung dan paru.
Didalam paru, larva filariform ini tinggal di alveolus selama 10 – 24 hari kemudian
bermigrasi ke saluran nafas.Dari saluran nafas, larva yang telah lebih dewasa ini
bergerak menuju glottis dan bila tertelan sampailah dia dilambung dan akhirnya di usus
halus.
Di usus halus larva ini berkembang menjadi cacing dewasa.Biasanya diperlukan
waktu sekitar 28 hari mulai dari larva rhabditiform sampai menjadi cacing dewasa.
Cacing betina menghasilkan telur yang dalam waktu singkat menetas menjadi larva
rhabditiform dalam usus host. ( beberapa pakar mengatakan bahwa cacing betina ini
parthenogenesis ). Selanjutnya siklus hidup cacing dimulai lagi seperti yang diuraikan
diatas.
b. Siklus hidup secara tidak langsung
Siklus hidup secara tidak langsung juga dimulai dengan larva rhabditiform yang
keluar bersama – sama tinja host. Apabila larva masuk ke dalam lingkungan yang
cocok, ia akan tumbuh menjadi larva filariform dan selanjutnya menjadi cacing dewasa
yang hidup ditanah sebagai free living hookworm.
Cacing free living ini tentu saja dapat menghasilkan larva rhabditiform dan
filariform sebagai generasi free living berikutnya. Disamping itu larva filariform yang
ada dapat pula menginfeksi host baru dan melangsungkan siklus hidup seperti siklus
hidup secara langsung. Siklus hidup secara tidak langsung lebih sering terjadi
dilingkungan yang kurang optimal seperti misalnya di daerah beriklim dingin.
panjang ± 225 μm
panjang ± 700 μm
manifestasi klinik
Larva filariform yang menembus kulit sewaktu menginfeksi manusia
menimbulkan perasaan gatal dan erythema. Kelainan kulit yang ditimbulkan
dinamakan larva currens dengan bentuk seperti ereeping eruptions.
Sewaktu larva mencapai paru, larva ini akan menetap selama 10 – 14 hari dan
menimbulkan gejala kelainan paru yang cukup serius seperti misalnya batuk,
demam, eosinifilia, perdarahan dan pneumonia. Kelainan ini sangat mungkin
disebabkan oleh proses allergi. Disamping keadaan ini, septicemia dengan
kuman gram negative sering menyertai gejala – gejala tadi. Oleh karena itu
terjadinya meningitis dan pneumonia sering dianggap sebagai komplikasi dari
migrasi larva ditubuh penderita.
Di usus cacing ini menyebabkan kerusakan sebagai akibat mekanis maupun lisis.
Kerusakan selaput lender usus ini menimbulkan perlukaan usus. Bila perjalanan
penyakit cukup lama akibat yang ditimbulkannya berupa fibrosis usus dan tidak
jarang steatorrhoea. Kelainan ini semua dinamakan pan mucosal duodenitis yang
ditandai dengan diare yang mengandung lender, rasa sakit perut seperti
kelaparan, animea dan penurunan berat badan. Diare semacam ini disebut
coechen china diarrhea.
Para penderita yang sering menggunakan obat golongan steroid atau mereka
yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh sering meninggal dunia akibat
infeksi cacing ini. Hyperinfection dapat terjadi sebagai akibat dari internal
autoreinfection. Hyperinfection pada umunya menyebabkan timbunan larva
yang massive di paru penderita dan berakhir dengan kematian. Dilaporkan juga
bahwa 10 – 40% penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh tidak
menunjukkan adanya eosinofilia. Infeksi kronis dengan cacing ini tidak jarang
menimbulkan ras yang kumat – kumatan di daerah lipat paha.
B. Penyakit Strongyloides Stercoralis
Banyak orang terinfeksi biasanya tanpa gejala pada awalnya. Gejala termasuk
dermatitis: bengkak, gatal, currens larva , dan perdarahan ringan di tempat di mana kulit
telah ditembus. Jika parasit mencapai paru-paru, dada mungkin merasa seolah-olah
terbakar, dan mengi dan batuk bisa terjadi, bersama dengan gejala seperti pneumonia
( sindrom Löffler itu ).
Usus akhirnya bisa diserang, menyebabkan nyeri terbakar, kerusakan jaringan,
sepsis, dan bisul.Pada kasus berat, edema dapat menyebabkan obstruksi saluran usus
serta hilangnya kontraksi peristaltik.
Strongyloidiasis pada individu imunokompeten biasanya merupakan penyakit
malas.Namun, pada individu immunocompromised, Strongyloidiasis dapat
menyebabkan sindrom hyperinfective (juga disebut Strongyloidiasis disebarluaskan)
karena kemampuan reproduksi parasit di dalam host.Ini sindrom hyperinfective dapat
memiliki angka kematian hampir 90% jika disebarluaskan.
Obat imunosupresif, seperti yang digunakan untuk jaringan transplantasi
(terutama kortikosteroid) dapat meningkatkan tingkat autoinfection ke titik di mana ada
banyak jumlah migrasi larva melalui paru-paru, dan dalam banyak kasus ini bisa
berakibat fatal.Selain itu, penyakit seperti HTLV-1 (Human T-cell lymphotropic Virus
1), yang meningkatkan lengan Th1 dari sistem kekebalan tubuh dan mengurangi lengan
Th2, meningkatkan keadaan penyakit. [12] Konsekuensi lain dari autoinfection adalah
bahwa autoinfective yang larva dapat membawa bakteri usus kembali ke dalam tubuh.
Sekitar 50% orang dengan hyperinfection hadir dengan penyakit bakteri karena bakteri
enterik.Juga, efek yang unik larva autoinfective adalah larva currens karena migrasi
yang cepat dari larva melalui kulit.Currens larva muncul sebagai garis merah yang
muncul, bergerak cepat (> 5 cm / hari), dan kemudian dengan cepat menghilang.Hal ini
pathogonomic untuk larva autoinfective dan dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik
untuk Strongyloidiasis karena S. stercoralis.
Pengertian Trichuris trichiura
Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit trichuriasis,
cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis,
dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai cambuk.
Trichuris trichiura adalah termasuk Nematoda usus yang di namakan cemeti atau
cacing cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan yang tipis
dan bagian belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada umumnya hidup di
sekum manusia, sebagai penyebab trichuriassis dan tersebar secara cosmopolitan.
Cacing cambuk (Trichuris trichiura) merupakan jenis cacing yang paling umum.
Dalam tubuh manusia ia suka tinggal dalam usus besar, dan hidup dari zat gizi yang
terdapat di dalamnya. Dalam kasus yang berat dan menahun ia bisa menyebabkan
anemia.Manusia yang terjangkiti parasit ini disebut menderita penyakit trikuriasis.
Menurut Prof.Saleha Sungkar, Ketua Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, trikuriasis terjadi jika seseorang menelan makanan yang
mengandung telur parasit yang telah mengeram di dalam tanah selama dua sampai tiga
minggu. Larva akan menetas di dalam usus halus lalu berpindah ke usus besar dan
menancapkan kepalanya di dalam lapisan usus. Cacing ini menghisap darah dan
menggigit atau melukai dinding usus sehingga membuat perdarahan terus menerus dan
menyebabkan anemia.
Siklus Hidup
Ciri-ciri telur :
berbentuk oval
dinding 2 lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan
pada kedua ujung telur terdapat tonjolan yang disebut mucoid plug / polar plug /
clear knop
cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang tubuhnya
(sebelah anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior)
terlihat lebih tebal
Trichuriasis Penyakit karena infeksi cacing ini disebut dengan trichuriasis atau
trichocephaliasis atau penyakit cacing cambuk.Pada infeksi ringan pada tempat-tempat
perlekatan tidak ada kerusakan mukosa, hanya kadang-kadang sedikit perdarahan kecil.
Pada infeksi berat dapat terjadi gejala :
Demam ringan
Sakit kepala
Pada anak-anak sering terjadi prolapsus recti (keluarnya mukosa rectum dari
anus), hal ini terjadi karena :
Cacing yang merupakan benda asing pada rectum sehingga menyebabkan otot-
otot rectum berusaha mengeluarkan cacing dengan cara meningkatkan gerakan
peristaltik