Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Strongyloides stercoralis


Strongyloides Stercoralis merupakan salah satu parasit yang termasuk dalam
klasifikasi nematode usus dalam superfamilia Rhabditoidea, strongyloides stercoralis
menyebabkan penyakit yang disebut strongyloidiasis atau cochen china diarrhea.
Pada penderita yang sering menggunakan obat golongan steroid atau mereka
yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh sering meninggal dunia akibat infeksi
cacing strongyloides stercoralis.
Strongyloides stercoralis adalah nematoda usus atau cacing usus yang dapat
menyebabkan penyakit Strongyloidiasis. Cacing ini penyebarannya sangat luas
(kosmopolit) tetapi tingkat insidensinya rendah. Cacing ini juga disebut dengan Thread
worm atau cacing benang. Cacing ini mempunyai sifa partenogenesis yaitu cacing
betina hanya dibuahi 1 kali dan selanjutnya dapat menghasilkan telur untuk
seterusnya. Strongyloides stercoralis, juga dikenal sebagai cacing, adalah nama
ilmiah dari manusia parasit cacing gelang menyebabkan penyakit Strongyloidiasis

Strongyloides stercoralis adalah nematoda yang dapat parasitize manusia.


Kehidupan tahap dewasa parasit dalam terowongan dalam mukosa dari usus kecil. Para
Strongyloides genus berisi 53 spesies dan S. stercoralis adalah spesies jenis . S.
stercoralis telah dilaporkan pada mamalia lain, termasuk kucing dan anjing. Namun,
tampaknya bahwa spesies pada anjing biasanya tidak S. stercoralis, tetapi spesies S.
terkait canis. Primata non-manusia lebih sering terinfeksi dengan S. fuelleborni dan S.
cebus meskipun S. stercoralis telah dilaporkan pada primata di kandang.
Spesies lain dari Strongyloides alami parasit pada manusia, tetapi dengan
distribusi terbatas, adalah S. fuelleborni di Afrika Tengah dan S. kellyi di Papua Nugini.
Dalam penggunaan Amerika, Strongyloides biasanya disebut cacing, dalam penggunaan
Inggris, bagaimanapun, cacing bisa merujuk ke Enterobius sedangkan Strongyloides
disebut cacing kremi.
Siklus hidup Strongyloides stercoralis

Dikenal empat macam siklus hidup cacing strongyloides stercoralis yaitu :


a. Siklus hidup secara langsung
b. Siklus hidup secara tidak langsung
c. External autoreinfection
d. Internal autoreinfection.

Keempat jenis siklus hidup dapat terjadi bersamaan atau sendiri – sendiri atau
merupakan kombinasi dari keempatnya tergantung pada kondisi hidupnya saat itu.
a. Siklus hidup secara langsung
Siklus hidup secara langsung paling sering terjadi. Siklus ini dimulai dengan
larva rhabditiform yang dikeluarkan dari tubuh host bersama tinja. Larva ini bila tiba
dilingkungan yang cukup baik dan dapat menunjang kelangsungan hidupnya akan
berkembang menjadi larva yang lebih dewasa, yang dinamakan larva filariform, dalam
waktu 24 jam. Larva filariform merupakan larva yang infeksius dan siap menginfeksi
host ( manusia ) yang lain. Biasanya larva ini memasuki tubuh host dengan cara
penetrasi kulit untuk selanjutnya memasuki peredaran darah atau limf
Dengan mengikuti aliran darah sampailah larva ini di jantung dan paru.
Didalam paru, larva filariform ini tinggal di alveolus selama 10 – 24 hari kemudian
bermigrasi ke saluran nafas.Dari saluran nafas, larva yang telah lebih dewasa ini
bergerak menuju glottis dan bila tertelan sampailah dia dilambung dan akhirnya di usus
halus.
Di usus halus larva ini berkembang menjadi cacing dewasa.Biasanya diperlukan
waktu sekitar 28 hari mulai dari larva rhabditiform sampai menjadi cacing dewasa.
Cacing betina menghasilkan telur yang dalam waktu singkat menetas menjadi larva
rhabditiform dalam usus host. ( beberapa pakar mengatakan bahwa cacing betina ini
parthenogenesis ). Selanjutnya siklus hidup cacing dimulai lagi seperti yang diuraikan
diatas.
b. Siklus hidup secara tidak langsung
Siklus hidup secara tidak langsung juga dimulai dengan larva rhabditiform yang
keluar bersama – sama tinja host. Apabila larva masuk ke dalam lingkungan yang
cocok, ia akan tumbuh menjadi larva filariform dan selanjutnya menjadi cacing dewasa
yang hidup ditanah sebagai free living hookworm.
Cacing free living ini tentu saja dapat menghasilkan larva rhabditiform dan
filariform sebagai generasi free living berikutnya. Disamping itu larva filariform yang
ada dapat pula menginfeksi host baru dan melangsungkan siklus hidup seperti siklus
hidup secara langsung. Siklus hidup secara tidak langsung lebih sering terjadi
dilingkungan yang kurang optimal seperti misalnya di daerah beriklim dingin.

c. Siklus hidup secara external autoreinfection


Siklus hidup secara external autoreinfection terjadi pada kasus tertentu saja.
Pada siklus cara ini, larva rhabditiform yang dikeluarkan bersama tinja akan tinggal di
perianal dan menjadi larva filariform.
Larva filariform kemudia akan melakukan penetrasi mukosa perianal, masuk ke
pembuluh darah, jantung, paru dan kembali ke usus untuk menjadi cacing dewasa.

d. Siklus hidup internal autoreinfection


Siklus hidup ini hanya terjadi pada kasus dengan immune deficient dan orang
yang mendapat banyak obat immune suppressive.Pada siklus ini larva rhabditiform
setelah menetas berkembang menjadi larva rhabditiform yang kerdil.Larva terakhir ini
langsung melakukan penetrasi mukosa usus colon serta rectum dan melanjutkan siklus
hidupnya sperti yang telah diuraikan pada siklus hidup secara langsung. Siklus hidup
dengan cara autoreinfection ini menyebabkan peningkatan jumlah cacing secara cepat
dan terjadi tanpa kontaminasi antara penderita dengan tanah terlebih dahulu.
Diperkirakan infeksi dengan cara ini dapat berlangsung sampai 40 tahun atau lebih.

Morfologi Strongyloides stercoralis


Ciri-ciri larva rhabditiform Strongyloides stercoralis :

 panjang ± 225 μm

 cavum bucalis pendek, lebar dan terbuka

 esophagus 1/3 dari panjang tubuh


 mempunyai 2 bulbus esophagus

 Ujung posterior runcing

Ciri-ciri larva filariform Strongyloides stercoralis :

 panjang ± 700 μm

 cavum bucalis tertutup

 esophagus 1/2 dari panjang tubuh

 tidak mempunyai bulbus esophagus

 ujung posterior tumpul dan bertakik

Ciri-ciri cacing dewasa Strongyloides stercoralis :

Cacing betina parasiter :

 ukuran : panjang 2,2 mm dan lebar 0,04 mm

 tidak berwarna dan semi transparan

 dengan kutikula halus dan berstirae halus

 cavum bucalis pendek dengan esophagus panjang silindris

 sapasang uterus mengandung satu rangkaian telur yang sudah bersegmen

Cacing betina hidup bebas :

 ukuran : panjang 1 mm dan lebar 0,05 – 0,07 mm

 esophagus 1/3 anterior

 sepasang uterus mengandung satu rangkaian telur yang sudah bersegmen

Cacing jantan hidup bebas :

 ukuran : panjang 0,7 mm dan lebar 40 – 50 μm


 mempunyai 2 buah spicula

 ujung posterior melengkung ke arah ventral

manifestasi klinik
 Larva filariform yang menembus kulit sewaktu menginfeksi manusia
menimbulkan perasaan gatal dan erythema. Kelainan kulit yang ditimbulkan
dinamakan larva currens dengan bentuk seperti ereeping eruptions.
 Sewaktu larva mencapai paru, larva ini akan menetap selama 10 – 14 hari dan
menimbulkan gejala kelainan paru yang cukup serius seperti misalnya batuk,
demam, eosinifilia, perdarahan dan pneumonia. Kelainan ini sangat mungkin
disebabkan oleh proses allergi. Disamping keadaan ini, septicemia dengan
kuman gram negative sering menyertai gejala – gejala tadi. Oleh karena itu
terjadinya meningitis dan pneumonia sering dianggap sebagai komplikasi dari
migrasi larva ditubuh penderita.
 Di usus cacing ini menyebabkan kerusakan sebagai akibat mekanis maupun lisis.
Kerusakan selaput lender usus ini menimbulkan perlukaan usus. Bila perjalanan
penyakit cukup lama akibat yang ditimbulkannya berupa fibrosis usus dan tidak
jarang steatorrhoea. Kelainan ini semua dinamakan pan mucosal duodenitis yang
ditandai dengan diare yang mengandung lender, rasa sakit perut seperti
kelaparan, animea dan penurunan berat badan. Diare semacam ini disebut
coechen china diarrhea.
 Para penderita yang sering menggunakan obat golongan steroid atau mereka
yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh sering meninggal dunia akibat
infeksi cacing ini. Hyperinfection dapat terjadi sebagai akibat dari internal
autoreinfection. Hyperinfection pada umunya menyebabkan timbunan larva
yang massive di paru penderita dan berakhir dengan kematian. Dilaporkan juga
bahwa 10 – 40% penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh tidak
menunjukkan adanya eosinofilia. Infeksi kronis dengan cacing ini tidak jarang
menimbulkan ras yang kumat – kumatan di daerah lipat paha.
B. Penyakit Strongyloides Stercoralis
Banyak orang terinfeksi biasanya tanpa gejala pada awalnya. Gejala termasuk
dermatitis: bengkak, gatal, currens larva , dan perdarahan ringan di tempat di mana kulit
telah ditembus. Jika parasit mencapai paru-paru, dada mungkin merasa seolah-olah
terbakar, dan mengi dan batuk bisa terjadi, bersama dengan gejala seperti pneumonia
( sindrom Löffler itu ).
Usus akhirnya bisa diserang, menyebabkan nyeri terbakar, kerusakan jaringan,
sepsis, dan bisul.Pada kasus berat, edema dapat menyebabkan obstruksi saluran usus
serta hilangnya kontraksi peristaltik.
Strongyloidiasis pada individu imunokompeten biasanya merupakan penyakit
malas.Namun, pada individu immunocompromised, Strongyloidiasis dapat
menyebabkan sindrom hyperinfective (juga disebut Strongyloidiasis disebarluaskan)
karena kemampuan reproduksi parasit di dalam host.Ini sindrom hyperinfective dapat
memiliki angka kematian hampir 90% jika disebarluaskan.
Obat imunosupresif, seperti yang digunakan untuk jaringan transplantasi
(terutama kortikosteroid) dapat meningkatkan tingkat autoinfection ke titik di mana ada
banyak jumlah migrasi larva melalui paru-paru, dan dalam banyak kasus ini bisa
berakibat fatal.Selain itu, penyakit seperti HTLV-1 (Human T-cell lymphotropic Virus
1), yang meningkatkan lengan Th1 dari sistem kekebalan tubuh dan mengurangi lengan
Th2, meningkatkan keadaan penyakit. [12] Konsekuensi lain dari autoinfection adalah
bahwa autoinfective yang larva dapat membawa bakteri usus kembali ke dalam tubuh.
Sekitar 50% orang dengan hyperinfection hadir dengan penyakit bakteri karena bakteri
enterik.Juga, efek yang unik larva autoinfective adalah larva currens karena migrasi
yang cepat dari larva melalui kulit.Currens larva muncul sebagai garis merah yang
muncul, bergerak cepat (> 5 cm / hari), dan kemudian dengan cepat menghilang.Hal ini
pathogonomic untuk larva autoinfective dan dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik
untuk Strongyloidiasis karena S. stercoralis.
Pengertian Trichuris trichiura

Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit trichuriasis,
cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis,
dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai cambuk.
Trichuris trichiura adalah termasuk Nematoda usus yang di namakan cemeti atau
cacing cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan yang tipis
dan bagian belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada umumnya hidup di
sekum manusia, sebagai penyebab trichuriassis dan tersebar secara cosmopolitan.

Cacing cambuk (Trichuris trichiura) merupakan jenis cacing yang paling umum.
Dalam tubuh manusia ia suka tinggal dalam usus besar, dan hidup dari zat gizi yang
terdapat di dalamnya. Dalam kasus yang berat dan menahun ia bisa menyebabkan
anemia.Manusia yang terjangkiti parasit ini disebut menderita penyakit trikuriasis.
Menurut Prof.Saleha Sungkar, Ketua Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, trikuriasis terjadi jika seseorang menelan makanan yang
mengandung telur parasit yang telah mengeram di dalam tanah selama dua sampai tiga
minggu. Larva akan menetas di dalam usus halus lalu berpindah ke usus besar dan
menancapkan kepalanya di dalam lapisan usus. Cacing ini menghisap darah dan
menggigit atau melukai dinding usus sehingga membuat perdarahan terus menerus dan
menyebabkan anemia.

Siklus Hidup

Cacing Cambuk Manusia merupakan hospes cacing ini.Cacing betina


panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon
ascendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus.Satu ekor cacing
betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir.Telur yang
dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan
infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi
langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva
akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing
turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon ascendens dan sekum. Masa
pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur
sekitar 30 – 90 hari.

Morfologi Trichuris trichiura

Ciri-ciri telur :

 berbentuk oval

 ukuran : panjang ± 50 μm dan lebar ± 23 μm

 dinding 2 lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan

 pada kedua ujung telur terdapat tonjolan yang disebut mucoid plug / polar plug /
clear knop

 telur berisi embrio

Ciri-ciri cacing dewasa :

 cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang tubuhnya
(sebelah anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah posterior)
terlihat lebih tebal

 cacing jantan panjangnya ± 4 cm

 cacing betina panjangnya ± 5 cm

 ujung posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke arah ventral dengan


sebuah spicula di ujungnya ujung

 posterior cacing betina lurus dan tumpul membulat.


Gejala Klinis

Trichuriasis Penyakit karena infeksi cacing ini disebut dengan trichuriasis atau
trichocephaliasis atau penyakit cacing cambuk.Pada infeksi ringan pada tempat-tempat
perlekatan tidak ada kerusakan mukosa, hanya kadang-kadang sedikit perdarahan kecil.
Pada infeksi berat dapat terjadi gejala :

 Sakit perut diare

 Yang kadang-kadang disertai bercak darah

 Demam ringan

 Sakit kepala

 Berat badan menurun

 Pada anak-anak sering terjadi prolapsus recti (keluarnya mukosa rectum dari
anus), hal ini terjadi karena :

 Cacing mengeluarkan racun yang bersifat melemaskan otot rectum

 Cacing yang merupakan benda asing pada rectum sehingga menyebabkan otot-
otot rectum berusaha mengeluarkan cacing dengan cara meningkatkan gerakan
peristaltik

Anda mungkin juga menyukai

  • 957 2195 1 SM
    957 2195 1 SM
    Dokumen9 halaman
    957 2195 1 SM
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Dokumen25 halaman
    Kewirausahaan Stmik Wit Cirebon
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • PARASIT
    PARASIT
    Dokumen7 halaman
    PARASIT
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen20 halaman
    Isi Makalah
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • TUGAS Anjeli-Dikonversi
    TUGAS Anjeli-Dikonversi
    Dokumen11 halaman
    TUGAS Anjeli-Dikonversi
    Desak Anjelina
    Belum ada peringkat
  • Nawan
    Nawan
    Dokumen11 halaman
    Nawan
    Muhammad Subhan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein
    Makalah Protein
    Dokumen14 halaman
    Makalah Protein
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • YSTRs
    YSTRs
    Dokumen11 halaman
    YSTRs
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protein KLP 4
    Makalah Protein KLP 4
    Dokumen14 halaman
    Makalah Protein KLP 4
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Makalah Nur
    Makalah Nur
    Dokumen28 halaman
    Makalah Nur
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Sudana
    Sudana
    Dokumen2 halaman
    Sudana
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan Mikrob
    Perhitungan Mikrob
    Dokumen22 halaman
    Perhitungan Mikrob
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen1 halaman
    C
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen1 halaman
    C
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • SITOLOGI
    SITOLOGI
    Dokumen14 halaman
    SITOLOGI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Parasitologi Gina
    Parasitologi Gina
    Dokumen4 halaman
    Parasitologi Gina
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • ISI
    ISI
    Dokumen5 halaman
    ISI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Teknik Analisa Molekuler
    Teknik Analisa Molekuler
    Dokumen27 halaman
    Teknik Analisa Molekuler
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Imunology
    Imunology
    Dokumen8 halaman
    Imunology
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Tabel Hati
    Tabel Hati
    Dokumen2 halaman
    Tabel Hati
    Nursani Suhaela
    100% (1)
  • Nematoda
    Nematoda
    Dokumen4 halaman
    Nematoda
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Jenis Spektrofotometer
    Jenis Spektrofotometer
    Dokumen6 halaman
    Jenis Spektrofotometer
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • HISTOLOGI
    HISTOLOGI
    Dokumen10 halaman
    HISTOLOGI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Hipoalbumin 1
    Hipoalbumin 1
    Dokumen2 halaman
    Hipoalbumin 1
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Tugas Parasitologi
    Tugas Parasitologi
    Dokumen9 halaman
    Tugas Parasitologi
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • Parasitologi Gina
    Parasitologi Gina
    Dokumen4 halaman
    Parasitologi Gina
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat
  • INFLAMASI
    INFLAMASI
    Dokumen39 halaman
    INFLAMASI
    Nursani Suhaela
    Belum ada peringkat