Makalah Mekanika Fluida Kel 6
Makalah Mekanika Fluida Kel 6
Mekanika Fluida
OLEH :
Kelompok : 6
Nama :
1. Nurul Fadhliyah
2. Tamia Anggraini
3. Viorenthiya Nababan
4. Windy Marissa
5. Yusnidar Sihombing
Kelas : Biologi Dik F
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Fluida adalah suatu zat yang terus menerus berubah bentuk apabila mengalami
tegangan geser, fluida tidak mampu menahan tegangan geser tanpa berubah bentuk.
Fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu fluida statis dan dinamis.
Fluida dikatakan statis, jika fluida statis tersebut diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap. Pada fluida yang diam, tidak terjadi tegangan geser diantara partikel-partikelnya,
dan untuk zat cair akan mempunyai permukaan horizontal dan tekanan yang tetap.
Apabila suatu benda berada didalam zat cair yang diam, maka akan mengalami gaya yang
diakibatkan oleh tekanan zat cair.
Mekanika fluida adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perilaku dari
zat cair dan gas dalam keadaan diam maupun bergerak. Pada mekanika fluida, dipelajari
perilaku fluida dalam keadaan diam, dimana tidak adanya tegangan geser yang bekerja
pada partikel fluida tersebut, dan fluida dalam keadaan bergerak. Aliran fluida atau zat
cair dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana sejarah perkembangan teori fluida?
2) Apa pengertian dari fluida?
3) Bagaimana proses atau cara kerja penggunaan fluida statis?
1.3 TUJUAN
1) Menyelesaikan tugas kelompok dari mata kuliah Mekanika Fluida
2) Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan ilmu mekanika fluida statis.
BAB I
1.1 PENGERTIAN MEKANIKA FLUIDA
Keterangan :
ΡF= Massa jenis fluida (kg/m3)
g=Percepatan gravitasi (m/s2)
V=volume benda yang berada didalam fluida (m3)
Karena :
Ρ = → m = ρV
Maka persamaan yang menyatakan besarnya gaya apung (Fapung) di atas bisa kita tulis
menjadi :
Fapung = ρFGv
Fapung = mFg = WF
mFg = wF = berat zat cair yang memiliki volume yang sama dengan volume benda yang
tercelup.
Berdasarkan persamaan di atas, kita bisa mengatakan bahwa gaya apung pada benda
sama dengan berat zat cair yang dipindahkan. Ingat bahwa yang dimaksudkan dengan zat cair
yang dipindahkan di sini adalah volume zat cair yang sama dengan volume benda yang
tercelup dalam zat cair. Pada gambar di atas, telah menggunakan ilustrasi di mana semua
bagian benda tercelup dalam zat cair (air). Jika dinyatakan dalam gambar maka akan tampak
sebagai berikut :
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam zat cair terapung, di mana bagian benda
yang tercelup hanya sebagian maka volume zat cair yang dipindahkan =volume bagian benda
yang tercelup dalam zat cair tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk
benda tersebut, semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya eyang buyut
Archimedes (287-212 SM) yang saat ini diwariskan kepada kita dan lebih dikenal dengan
julukan “Prinsip Archimedes”.Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan
memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya
apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Penemuan-penemuan Archimedes
Minat Archimedes adalah matematika murni: bilangan, geometri, menghitung luas bentuk-
bentuk geometri. Archimedes dikenal karena kehebatannya mengaplikasikan matematika.
Kehebatan inilah yang akan diuraikan di bawah ini.
Archimedes berjasa menemukan ulir Archimedes, alat untuk mengangkat air dengan jalan
memutar gagang alat ini dengan tangan. Penggunaan awal alat ini adalah untuk membuang
air yang masuk ke dalam perahu atau kapal. Tapi dalam perkembangannya digunakan untuk
memompa air dari dataran yang lebih rendah ke tanah yang lebi tinggi. Alat ini sampai
sekarang masih dipakai oleh para petani di seluruh dunia.
Penggunaan cermin pembakar, memberi indikasi bahwa beberapa bentuk geometri sudah
diketahui Archimedes, teristimewa bentuk hiperbola. Bentuk lingkaran, elips dan hiperbola
terbentuk hanya bagaimana cara kita mengiris suatu bidang. Parabola adalah bentuk
istimewa: dapat “mengambil” sinar matahari, dari arah manapun, dan difokuskan pada suatu
titik, dan konsentrasikan semua energi cahaya pada bidang sempit untuk dipancarkan kembali
dalam berkas sinar yang sangat panas.
Archimedes adalah orang pertama yang memberi metode menghitung besar ? (pi) dengan
derajat akurasi yang tinggi. Menghitung besar ? dilakukan dengan cara membuat lingkaran
diantara dua segi enam. Luas segi enam kecil < luas lingkaran < luas segi enam besar.
Dengan memperbesar jumlah segi – Archimedes membuat 96 sisi, diperoleh besaran:
3 10/71 < Л < 3 1/7
Cahaya yang melewati itu di sebut “ vacuum ( kosong ) ” dalam tabung kaca.
Ariestoteles menulis, segala sesuatu bergerak, harus digerakan oleh sesuatu yang lain
Oleh karenanya, disana harus ada “sesuatu” yang tak terlihat untuk memindahkan cahaya
melalui tabung kaca, maka dari itu tidak ada vacuum ( tenaga isap atau tekan ) di tabung itu.
Tidak di tabung kaca maupun, dimanapun. Vacuum itu tidak ada dan sesuatu yang mustahil.
Pascal meninggalkan karya yang berjudul Pensees dan Provincial Letters yang sama sekali
tidak berhubungan dengan matematika.
Pascal juga menulis tentang hidrostatik, yang menjelaskan eksperimennya menggunakan
barometer untuk menjelaskan teorinya tentang Persamaan Benda Cair (Equilibrium of
Fluids), yang tak sempat dipublikasikan sampai satu tahun setelah kematiannya. Makalahnya
tentang Persamaan Benda Cair mendorong Simion Stevin melakukan analisis tentang
paradoks hidrostatik dan dan meluruskan apa yang disebut sebagai hukum terakhir
hidrostatik: “Bahwa benda cair menyalurkan daya tekan secara sama-rata ke semua
arah” yang kemudian dikenal sebagai Hukum Pascal. Hukum Pascal dianggap penting
karena keterkaitan antara Teori Benda Cair dan Teori Benda Gas, dan tentang Perubahan
Bentuk tentang keduanya yang kemudian dikenal dengan Teori Hidrodinamik.
“Jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah
dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya”.
Hukum Pascal menyatakan bahwa Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan ke segala arah dengan sama besar.
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu pertanyaan yang pertama-tama perlu kita kaji adalah, apakah fluida itu? Atau
kita mungkin bertanya, apa perbedaan antara sebuah benda padat dengan sebuah fluida? Kita
memiliki gagasan umum yang samar-samar mengenai perbedaan tersebut. Sebuah benda
padat “keras” dan tidak mudah dideformasi, sementara sebuah fluida “lunak” dan mudah
dideformasi (kita dapat bergerak dengan mudah melewati udara). Meskipun agak deskriptif,
pengamatan sepintas lalu mengenai perbedaan beqda padat dan fluida ini sangat tidak
memuaskan dari sudut pandang ilmiah atau keteknikan.
Meskipun perbedaan antara benda padat dan fluida dapat dijelaskan secara kualitatif
berdasarkan struktur molekulnya, pembedaan yang lebih spesifik didasarkan pada bagaimana
zat tersebut berdeformasi di bawah suatu beban luar yang bekerja. Secara khusus, fluida
didefmisikan sebagai zat yang berdeformasi terus-menerus selama dipengaruhi suatu
tegangan geser. Sebuah tegangan (gaya per satuan luas) geser terbentuk apabila sebuah gaya
tangensial bekerja pada sebuah permukaan. Apabila benda-benda padat biasa seperti baja atau
logam-logam lainnya dikenai oleh suatu tegangan geser, mula-mula benda ini akan
berdeformasi (biasanya sangat kecil), tetapi tidak akan terus-menerus berdeformasi
(mengalir). Namun, cairan yang biasa seperti air, minyak, dan udara memenuhi defmisi dari
sebuah fluida—artinya,zat-zat tersebut akan mengalir apabila padanya bekerja sebuah
tegangan geser. Beberapa bahan, seperti lumpur, aspal, dempul, odol dan lain sebagainya
tidak mudah untuk diklasifikasikan karena bahan-bahan tersebut akan berperilaku seperti
benda padat jika tegangan geser yang bekerja kecil, tetapi jika tegangan tersebut melampaui
suatu nilai kritis tertentu, zat-zattersebut akan mengalir. Ilmu yang mempelajari bahan-bahan
tersebut disebut rheologi dan tidak termasuk dalam cakupan mekanika fluida klasik. Jadi,
seluruh fluida yang akan ditinjau dalam buku teks ini memenuhi defmisi fluida yang telah
diberikan sebelumnya.
Meskipun struktur molekuler fluida penting untuk membedakan satu fluida dengan
fluida yang lainnya, tidaklah mungkin untuk mengkaji masing-masing molekul ketika kita
mencoba untuk menggambarkan perilaku fluida-fluida tersebut dalam keadaan diam atau
bergerak. Kita mengkarakteristikkan perilaku tersebut dengan lebih mempertimbangkan nilai
rata-rata atau makroskopik dari besaran yang ditinjau, di mana nilai rata-rata tersebut
dievaluasi pada sebuah volume kecil yang berisi banyak molekul. Jadi, ketika kita
mengatakan bahwa kecepatan pada suatu titik tertentu dalam sebuah fluida adalah sebesar
tertentu, maka kita sebenarnya mengmdikasikan kecepatan rata-rata dari molekul-molekul
dalam volume kecil yang mengelilingi titik tersebut. Volume tersebut sangat kecil di-
bandingkan dengan dimensi fisik dari sistem yang ditinjau, tetapi cukup besar dibandingkan
dengan jarak rata-rata antarmolekul. Apakah cara ini cukup beralasan untuk menggambarkan
perilaku sebuah fluida? Jawabannya secara umum’adalah ya, karena jarak antara molekul
biasanya sangat kecil. Untuk gas-gas pada tekanan dan temperatur normal jarak antara ini
berada pada tingkat 10″6 mm, dan untuk zat cair pada tingkat 10~7 mm. Banyaknya molekul
setiap milimeter kubik pada tingkat 1018 untuk gas dan 1021 untuk zat cair. Jadi jelas bahwa
jumlah molekul di dalam sebuah volume yang sangat kecil sangat besar, sehingga gagasan
untuk menggunakan nilai rata-rata dari seluruh volume ini cukup beralasan. Jadi kita
mengasumsikan bahwa seluruh karakteristik fluida yang kita tinjau (tekanan, kecepatan, dan
lain-lain.) bervariasi terus-menerus di seluruh fluida—artinya, kita memperlakukan fluida
tersebut sebagai suatu materi kontinu (continuum). Satu bidang mekanika fluida di mana
konsep materi kontinu ini tidak berlaku adalah pada kajian gas-gas yang sangat renggang
seperti yang dihadapi pada kasus dengan ketinggian yang sangat besar. Dalam hal ini jarak
antara molekul udara dapat menjadi sangat besar dan konsep materi kontinu tidak lagi bisa
diterima.
Karena di dalam kajian mengenai mekanika fluida kita akan menangani berbagai
karakteristik fluida, maka kita perlu mengembangkan sebuah sistem untuk menggambarkan
karakteristik-karakteristik ini secara kualitafif dan kuantitatif, Aspek kualitatif berfungsi
untuk mengidentifikasi sifat dasar atau jenis dari karakteristik tersebut (seperti panjang,
waktu, tegangan dan kecepatan), sementara aspek kuantitatif memberikan ukuran numerik
dari karakteristik tersebut. Penggambaran kuantitatif membutuhkan sebuah angka dan sebuah
standar yang dapat digunakan untuk memperbandingkan berbagai besaran. Suatu standar
untuk panjang dapat berupa meter atau kaki, untuk waktu dapat berupa jam atau detik, untuk
massa berupa slug atau kilogram. Standar seperti itu disebut satuan, dan beberapa sistem
satuan biasa digunakan seperti yang akan dibahas pada subbab berikutnya.
V = LT]
dan mengatakan bahwa “dimensi dari sebuah kecepatan sama dengan panjang dibagi waktu”.
Besaran-besaran primer juga sering disebut sebagai dimensi-dimensi dasar.
Untuk berbagai masalah yang melibatkan mekanika fluida, hanya tiga dimensi
dasar, L, T, dan M yang dibuluhkan. Alternatifnya, L, T, dan F dapat digunakan, di
mana F adalah dimensi dasar dari gaya. Karena hukurn Newton menyatakan bahwa gaya
sama dengan massa dikalikan percepatan, maka F =MLT-2 atau M = FL-]T2. Jadi, besaran
sekunder yang dinyatakan dalam M dapat dinyatakan dalam F melalui hubungan di atas.
Misalnya, tegangan, δ, adalah gaya persatuan luas, sehingga P = FL-2, namun sebuah
persamaan dimensi yang ekivalen adalah (F = ML-] T2. Tabel 1.1 memberikan daftar dimensi-
dimensi dari sejumlah besaran fisik yang umum.Seluruh persamaan yang diturunkan secara
teoretis adalah homogen dimensinya—artinya, dimensi di ruas kiri dari persamaan harus sama
dengan dimensi di ruas kanan, dan seluruh ICT2.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan tentang sejarah perkembangan teori
fluida statis ini adalah pada abad ketiga sebelum Masehi Archimedes menemukan nama
hukum Archimedes ,yang bunyinya: “Sebuah benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan mendapat gaya keatas seberat zat cair yang didesak oleh
benda itu”. Kemudian Leonardo da Vinci (1452-1519) menjabarkan persamaan kekekalan
massa dalam aliran tunak satu-dimensi. Berikutnya muncul Galileo (1564-1642) dengan studi
sistematik mengenai dasar-dasar hidrostatika dengan memperkenalkan beberapa hukum
tentang ilmu mekanika. Pada 1643 seorang murid Galileo bernama Evangelista Toricelli
memperkenalkan hukum tentang aliran-bebas zat cair melewati lubang (celah). Soal-soal
mengenai permasalahan momentum fluida dianalisis oleh Isaac Newton (1642-1727) setelah
memperkenalkan hukum-hukum gerak dan hukum kekentalan untuk fluida linear yang
sekarang dinamakan fluida Newton. Pada 1650, Pascal menulis tentang hidrostatik, yang
menjelaskan eksperimennya menggunakan barometer untuk menjelaskan teorinya tentang
Persamaan Benda Cair (Equilibrium of Fluids), yang tak sempat dipublikasikan sampai satu
tahun setelah kematiannya. Kemudian Simion Stevin melakukan analisis tentang paradoks
hidrostatik dan dan meluruskan apa yang disebut sebagai hukum terakhir hidrostatik: “Bahwa
benda cair menyalurkan daya tekan secara sama-rata ke semua arah” yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Pascal.
4.2 Saran
Ø Diharapkan pembaca dapat memberikan saran yang membangun untuk berkembangnya
makalah ini.
Ø Semoga penerapan Fluida dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari semaksimal
mungkin
Ø Bagi masyarakat semoga dapat memanfaatkan penerapan fluida dengan baik
Ø Bagi masyarakat haruslah memahami fluida dengan baik