Anda di halaman 1dari 102

BAB I

LIMIT FUNGSI

A. Pendahuluan

Limit fungsi merupakan konsep yang penting dan merupakan dasar


dari kalkulus diferensial dan integral. Konsep limit fungsi juga memegang
peranan penting dalam mengkonstruksi teorema-teorema inti dari Kalkulus.
Gagasan limit fungsi ini sebenarnya sederhana, tetapi bagi pemula
yang mempelajari Kalkulus tidak jarang menemui kesulitan. Sangat erat
hubungannya dengan limit fungsi adalah konsep kekontinuan fungsi.
Sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada bab ini adalah :
1. Limit fungsi di satu titik
2. Rumus-rumus limit fungsi
3. Kekontinuan fungsi

B. Limit Fungsi Disatu Titik


Perhatikan fungsi f yang didefinsikan sebagai berikut :

2x2  x  3
f ( x) 
x 1

Fungsi f tersebut terdefinisi untuk setiap bilangan real x kecuali x = 1.

Apakah yang terjadi dengan nilai fungsi f jika x diberi nilai yang mendekati

1 ? Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan tabel berikut :

x 0,9 0,99 0,999 0,9999 ... 1,0001 1,001 1,01 1,1


f(x) 4,8 4,98 4,998 4,9998 ... 5,0002 5,002 5,02 5,2

Dari tabel,

1
jika jarak x dengan 1 kurang dari 0,1 (x  1) maka jarak f(x) dengan 5
kurang dari 0,2.
Jika jarak x dengan 1 kurang dari 0,01 (x  1) maka jarak f(x) dengan 5
kurang dari 0,02.
Jika jarak x dengan 1 kurang dari 0,001 (x  1) maka jarak f(x) dengan 5
kurang dari 0,002, dan seterusnya.

Dengan menggunakan lambang nilai mutlak untuk menyatakan jarak,


kita dapat menuliskan situasi tersebut dengan cara sebagai berikut :

Jika 0 < x – 1 < 0,1  f(x) – 5 < 0,2


Jika 0 < x – 1 < 0,01  f(x) – 5 < 0,02
Jika 0 < x – 1 < 0,001  f(x) – 5 < 0,002 , dan seterusnya.

Sekarang kita tinjau dari sudut lain, yaitu kita perhatikan nilai – nilai
f(x). Nilai f(x) dapat didekatkan ke 5 sekehendak kita asalkan nilai x diambil
cukup dekat ke 1. Artinya f(x) – 5 dapat dibuat kecil sekehendak kita
asalkan x – 1 dibuat cukup kecil pula dan x  1.
Lambang – lambang yang lazim digunakan untuk menyatakan selisih
yang kecil ini adalah  (epsilon) dan  (delta). Sehingga dapat dinyatakan :

f(x) – 5 <  apabila 0 <x – 1 < 

Penting untuk dipahami bahwa besarnya bilangan positif  tergantung dari


besarnya bilangan positif  . Dari tabel kita dapatkan :
f(x) – 5= 0,2 jika x – 1 = 0,1 . Jadi untuk  = 0,2 ,ada  = 0,1 dan
berlaku f(x) – 5 < 0,2 apabila 0 < x – 1 < 0,1 , dan seterusnya.

Bagaimanapun kecilnya bilangan positif  yang diberikan, selalu dapat


ditentukan bilangan positif  yang tergantung pada besarnya  tersebut.

2
Sehingga dinyatakan limit f(x) untuk x mendekati 1 adalah 5 dan ditulis
dengan lambang :
2x2  x  3
lim f ( x)  5 atau lim 5
x 1 x 1 x 1

Pada grafik fungsi f pada gambar 1, f(x) pada sumbu Y terletak diantara 5-
dan 5+ apabila x pada sumbu X terletak di antara 1- dan 1+ , x  1.
y

5+

5
5-

x
1- 1 1+

Gambar 1

2x2  x  3
Grafik fungsi : f ( x) 
x 1

5 -  < f(x) < 5 +  apabila 1 -  < x < 1 +  , x  1


atau
-  < f(x) - 5 <  apabila -  < x - 1 <  , x  1

dan ini ekuivalen dengan f(x) – 5 <  apabila 0 < x – 1 < 

Perlu diperhatikan bahwa nilai  > 0 diberikan sebarang dapat sekecil


mungkin dan nilai  > 0 cukup kecil tergantung pada  yang diberikan.

3
Istilah sekecil mungkin berarti lebih kecil dari setiap bilangan positif
sebarang, sedangkan istilah cukup kecil berarti lebih kecil dari suatu bilangan
positif yang telah ditetapkan.

Definisi :

Untuk mengatakan bahwa lim f ( x)  L berarti bahwa bilamana x dekat


x c

tetapi berlainan dari c, maka f(x) dekat ke L.

Catatan : Pada definisi tersebut tidak dimasalahkan apakah f terdefinisi di c


atau tidak.

Untuk fungsi yang grafiknya seperti pada gambar 1, dapat kita


nyatakan : jika x mendekati 1 maka f(x) mendekati 5. Dengan menggunakan
cara aljabar kita dapat menghitung limit tersebut sebagai berikut :

2x2  x  3 (2 x  3)( x  1)
lim  lim  lim(2 x  3)  2.1  3  5
x 1 x 1 x 1 x 1 x 1

Contoh :

1. Hitunglah lim (2 x  3)
x2

Jawab : lim (2 x  3)  2.2  3  1


x2

x2  x  6
2. Hitunglah lim
x 2 x2
x2  x  6 ( x  2)( x  3)
Jawab : lim  lim  lim( x  3)  5
x 2 x2 x  2 x2 x 2

x4
3. Hitunglah lim
x4 x 2

Jawab :

4
x4 ( x  2)( x  2)
lim  lim  lim( x  2)  4
x4 x 2 x  4 x 2 x 4

C. Limit Sepihak

Definisi :

Untuk mengatakan bahwa lim f ( x)  L berarti bahwa bilamana x dekat


x c 
tetapi pada sebelah kanan c, maka f(x) dekat ke L, dan

lim f ( x)  L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi pada sebelah kiri c,


xc 
maka f(x) dekat ke L.

Perhatikan fungsi bilangan bulat terbesar yang didefinisikan sebagai berikut :


f ( x)   x   bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau sama dengan x

Grafik dari fungsi ini ditunjukkan sebagai berikut :


y

 

 

 

       x

 
Gambar 2
Dari grafik :

lim  x   1 dan lim  x   0


x 1 x 1

Teorema :

5
lim f ( x)  L jika dan hanya jika lim f ( x)  L dan lim f ( x)  L
x c x c x c

Dengan demikian untuk f(x) =  x  dapat dinyatakan bahwa :


lim f ( x)  lim x  tidak ada
x 1 x 1

Perhatikan gambar berikut :

 

 

 

 

        x

Gambar 3

Dari grafik tersebut terlihat bahwa :

lim f ( x)  2 , f (3)  1 , lim f ( x) tidak ada , lim f ( x)  2 , f (2)  2


x  3 x  1 x2

lim f ( x)  3 , lim f ( x)  4 , f (1)  4


x  1 x  1

Contoh :
Diketahui fungsi f yang didefinisikan :

6
x2 jika x  0

f ( x)  x jika 0  x  1
1  x2 jika x  1

Dari rumus fungsi tersebut dapat ditentukan bahwa :

lim f ( x)  0, f (1)  2, lim f ( x)  1, lim f ( x)  2, lim f ( x) tidak ada


x 0 x 1 x 1 x 1

Definisi :

Untuk mengatakan bahwa lim f ( x)  L berarti untuk tiap   0 yang diberikan


xc

(betapapun kecil ), terdapat   0 sedemikian sehingga f ( x)  L   asalkan


bahwa 0  x  c   ; yakni :
0  xc   f ( x)  L  

Contoh :

1. Diketahui fungsi f(x) = 4x - 1

Bila diberikan  = 0,01 tentukan bilangan  > 0 sehingga

f(x) – 11<  apabila 0 <x – 3< 

Jawab :

Kita akan menentukan bilangan  > 0 sehingga apabila 0 <x – 3< 

maka berlaku f(x) – 11<  .

Untuk itu kita harus menghubungkan nilai f(x) – 11 dengan nilai  x – 3 

Tetapi f(x) – 11=4x – 1 – 11= 4x – 12= 4x – 3

Sedangkan yang diinginkan adalah :

7
f(x) – 11< 0,01 apabila 0 <x – 3< 

atau 4x – 3< 0,01 apabila 0 <x – 3<

atau x – 3< 0,0025 apabila 0 <x – 3< 

Jadi ambil  = 0,0025 maka akan terpenuhi :

f(x) – 11<  apabila 0 <x – 3< 

2. Buktikan bahwa lim(4 x  1)  11


x 3

Bukti :

Yang harus ditunjukkan bahwa tiap  > 0, terdapat  > 0 sehingga :

(4x – 1) – 11<  apabila 0 <x – 3< 

Tetapi (4x – 1) – 11 = 4x – 12 = 4x – 3. Jadi yang diinginkan
adalah :
4x – 3 <  apabila 0 <x – 3< 
atau :
x – 3 < ¼  apabila 0 <x – 3< 

Ambil  = ¼  , maka akan terpenuhi :

  > 0   > 0  (4x – 1) – 11<  apabila 0 <x – 3< 

Terbukti bahwa lim(4 x  1)  11


x 3

D. Rumur-rumus Limit Fungsi

Rumus untuk limit fungsi dapat dikemukakan dalam bentuk teorema


berikut :

8
Teorema A :
Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, f dan g fungsi yang
mempunyai limit di c, maka :

1. lim kk
x c

2. lim xc
xc

3. lim k f ( x)  k lim f ( x)
xc xc

4. lim
xc
 f ( x)  g ( x)  lim
xc
f ( x)  lim g ( x)
xc

5. lim
x c
 f ( x).g ( x)   lim
x c
f ( x). lim g ( x)
x c

f ( x) lim f ( x)
6. lim  x c
x c g ( x) lim g ( x)
x c

7. lim
xc

 f ( x)  n  lim
xc
f ( x)  n

8. lim
n
f ( x)  n lim f ( x)
xc x c

Contoh :

1. lim
x2 x2 x2
 
2 x 3  2 lim x 3  2 lim x 3  2.2 3  16

2. lim
x4 x4 x  4 x4 x4
  2
(2 x 2  x)  lim 2 x 2  lim x  2 lim x 2  lim x  2 lim x  lim x  32  4  28
x4 x4

x 2  16 lim x 2  16 lim( x 2  16) 1


3. lim 2
 x2 2
 x2 2
 lim x 2  lim16
x2 x lim x (lim x) 4 x2 x2
x2 x2

1 1 1 1
= (lim x) 2  16  4  16  20  5
4 x  2 4 4 2

9
4. Jika lim
x 1 x 1 x 1

f ( x)  4 dan lim g ( x)  9 , maka : lim f 2 ( x) . g ( x)  

x 1 x 1
 x 1
 2
lim f 2 ( x ) . lim g ( x )  lim f ( x) . lim g ( x )  4 2. 9  16.3  48
x 1

Teorema B :

Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka : lim f ( x )  f (c )


x c

Asalkan dalam kasus fungsi rasional nilai penyebut di c tidak nol.

Catatan : ~ Fungsi polinom berbentuk : f(x) = a0 xn + a1 xn-1 + a2 xn-2 …+ an

~ Fungsi rasional berbentuk :

a0 x n  a1 x n 1  a2 x n  2  ...  an
f ( x) 
b0 x n  b1 x n 1  b2 x n  2  ...  bn

Contoh :

1. lim (2 x 5  3 x3  4 x 2  x  10)  2.15  3.13  4.12  1  10  2  3  4  1  10  8


x 1

2 x 5  3 x 3  4 x 2  x  10 2.15  3.13  4.12  1  10  8 4


2. lim   
x 1 2 x 2  3x  5 2.12  3.1  5 6 3

x3  3x  7 x3  3x  7
3. xlim  lim tidak ada, sebab limit dari penyebut
 1 2 x 2  3 x  5 x  1 ( 2 x  5)( x  1)

0.

x2  x  6 0
4. lim  , bentuk ini tanpa arti, tetapi pembilang maupun
x  2 x 2  3 x  10 0

penyebut dapat difaktorkan sehingga diperoleh :

( x  2)( x  3) x3 5
lim  lim 
x2 ( x  2)( x  5) x  2 x  5 7

10
E. Kekontinuan Fungsi

Definisi :

Suatu fungsi f dikatakan kontinu di c jika memenuhi 3 syarat, yaitu :

1. lim f ( x ) ada , 2. f (c ) ada , 3. lim f ( x)  f (c)


xc x c

Jika salah satu dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakan

bahwa fungsi f diskontinu di c.

Perhatikan grafik fungsi f yang diperlihatkan pada Gambar 4.

y y y

 

 
 x  x  x
c c c
Gambar 4

Teorema A :
Fungsi polinom kontinu di setiap bilangan riil c. Fungsi rasional kontinu di
setiap bilangan riil c dalam daerah asalnya.

Teorema B :
Fungsi nilai mutlak kontinu di setiap bilangan riil c. Jika n ganjil, fungsi akar
ke n kontinu di setiap bilangan riil c ; jika n genap, fungsi akar ke n kontinu
di setiap bilangan riil positif c.

Perhatikan fungsi berikut :

11
x jika x  0
f ( x)  x  
 x jika x  0
Untuk x  0, f ( x)  x merupakan polinom , demikian juga untuk x  0, f ( x)   x,
juga berupa polinom.

Jadi f(x) = x kontinu pada  x x  0    x x  0    x x  R

Dengan kata lain, fungsi harga mutlak kontinu di setiap bilangan riil c.
Grafiknya diperlihatkan pada gambar berikut :

y y

x x

Gambar 5 Gambar 6

Pada gambar 6 terlihat bahwa f ( x)  x kontinu di setiap bilangan riil positif.

Soal – soal

1. Hitunglah limit berikut :

( 2 x  8) 9  x2 x 3  16 x
a. lim
x 3 e. lim i. lim
x4 x3 x 0 x2  4x

( x 2  3 x  1) 5x  x2 x3  8
b. xlim
 3
f. lim j. lim
x 1 x2  2x  4 x2 x2

12  x 2 x 2  3x  4 x2  5x  6
c. lim g. lim k. lim 2
x 3 x4 x 1 x 1 x2 x  x  2

12
2 
 1
x2  2x  3 x2  6x  7
d. lim  h. lim l. lim
x 3
x  x 3 x3 x 1 x2  1

2. Untuk fungsi f yang grafiknya ditunjukkan pada Gambar 7, hitunglah limit


berikut :

a. xlim
 3
f ( x) b. lim f ( x) c. f (3)
x  1 d. f (1) e. xlim
1
f ( x) f.
lim f ( x)
x 1

 

 

  

 

        x

Gambar 7

3. Diketahui fungsi f dengan rumus fungsi :

x2 jika x  0

f ( x)  x jika 0  x  1
1  x2 jika x  1

Sketsakan grafik fungsi tersebut, kemudian hitunglah limit berikut :

a. lim
x 0
f ( x) b. f (1) c. lim
x1
f ( x) d. xlim
1
f ( x) e. xlim
1
f ( x)

13
4. Diketahui fungsi f dengan rumus fungsi :

 x  1 jika x  1

f ( x)  x  1 jika 1  x  2
5  x2 jika x  2

Sketsakan grafik fungsi tersebut, kemudian hitunglah limit berikut :

a. lim
x1
f ( x) b. f(1) c. xlim
2
f ( x)

d. lim
x 2
f ( x) e. xlim
2
f ( x)

5. Tentukan limit berikut untuk fungsi yang grafiknya seperti Gambar 8 !

y
 

 

  

  

        x

Gambar 8

a. xlim
 3
f ( x) b. xlim
 1
f ( x) c. f(-3) d. f(1) e. xlim
 3 
f ( x)

f. f(-1) g. xlim
1
f ( x) h. xlim
1
f ( x) i. lim
x1
f ( x) j. xlim
 3 
f ( x)

6. Sketsakan grafik fungsi f ( x )  x   x  kemudian tentukan limit berikut :

a. f(0) b. lim
x 0
f ( x) c. xlim
0 
f ( x) lim f ( x)
d. x 1/ 2 d. f(-1)

14
x2  1
7. Tentukan lim
x 1 x  1

x
8. Ikuti petunjuk soal no. 6, untuk f ( x)  x

9. Berikan suatu bukti ,  dari tiap fakta limit berikut :

(5 x  11)  4 (2 x  4)  8 x 2  25
a. lim
x 3 b. xlim
 2 c. lim  10
x 5 x5

x2  5x  6 2x2  x  3 3x 2  4 x
d. lim  7 e. lim  5 f. lim  4
x 1 x 1 x  1 x 1 x 0 x

10. Carilah limit berikut :


x 4  x3  2 x 2  1 x 2  2 x  24 x 2  7 x  10
a. lim b. lim c. xlim
x 3 3x 2  5 x  7 x4 x4  2 x2

u 2  2u ( y  1) ( y 2  2 y  3)
d. lim e. lim f.
u 2 u 2  4 y 1 y2  2 y  1

( w  2) ( w 2  w  6)
lim
w  2 w2  4 w  4

11. Selidiki apakah fungsi berikut kontinu di x = 2 !


3x 2
a. f ( x)  4 x 2  2 x  12 b. f ( x)  c. g ( x)  x 1
x2

 x3  8
 jika x  2
d. h( x )  x3 e. f ( x)   x  2
12 jika x  2

15
x  3 jika x  2
f. f ( x)  
x  1 jika x  2
2

12. Di titik-titik manakah jika ada, fungsi berikut diskontinu ?


2x  3 x
a. f ( x)  b. f ( x)  c. f ( x)  x 2  2 x  5
x  x6
2
2x  x  1
2

x jika x  0
1 2
d. g ( x)  e. f ( x)   x jika 0  x  1
4  x2
2  x jika x  1

x2 jika x  0
  1
f. g ( x)   x jika 0  x  1 g. f ( x)   x  h. g ( x)   x  
2

x jika x  1

x  1 jika x  1

13. Carilah nilai a dan b sehingga f ( x)  ax  b jika 1  x  2
3x jika x  2

kontinu di mana-mana !
14. Sketsakan grafik suatu fungsi f yang memenuhi semua persyaratan
berikut :
(a) Daerah asal adalah  0, 6  ; (b) f(0) = f(2) = f(4) = f(6) = 2

(b) f kontinu kecuali di x = 2 ; (d) xlim f ( x)  1 dan lim f ( x)  3


2 x 5

15. Jika diketahui

16
x3 jika x  1

f ( x)  x jika  1  x  1
1  x jika x  1

carilah : (a) f(1) (b) xlim
1
f ( x) (c) xlim
1
f ( x) (d) xlim
 1
f ( x)

16. Jika diketahui

 1 jika x  0

f ( x)  ax  b jika 0  x  1
1 jika x  1

Tentukan nilai a dan b sehingga f kontinu di mana-mana.

BAB II
TURUNAN

Perhatikan fungsi y = f(x) yang grafiknya digambarkan sebagai berikut :

y y = f(x)

Q

17
P R
x
Gambar 1 c c+h
s t

Andaikan P suatu titik tetap dengan koordinat ( c, f(c) ) dan Q suatu titik

yang dapat berpindah atau berubah kedudukannya di sepanjang kurva y =

f(x), dan koordinat Q adalah ( c+h, f(c+h) ). Panjang ruas garis QR = f(c+h)

– f(c) dan panjang ruas garis PR = h.

Gradien tali busur melalui P dan Q ( garis t ) adalah :

f (c  h )  f (c )
mt 
h

Bila titik Q bergerak kearah P maka h mendekati 0 dan tali busur ( garis t )
berubah menjadi garis singgung ( garis s ), dan gradien garis singgung ini
adalah :
f (c  h)  f (c )
ms  lim mt  lim
h0 h 0 h

Contoh :

1. Tentukan gradien garis singgung pada kurva y = f(x) = x 2 di titik (1,1)

Jawab :

Garis singgung yang ditanyakan diperlihatkan pada Gambar 2.

y = x2

18
 (1,1)

Gambar 2

Gradien garis singgung (garis s) adalah :

f (1  h)  f (1) (1  h) 2  12
ms  lim  lim
h0 h h 0 h
h  2h
2
 lim  lim(h  2)  2
h0 h h 0

2. Tentukan persamaan garis singgung pada kurva y = x 2 – 2x di titik (1, -1)

Jawab :

Misalkan garis singgung tersebut adalah s, maka gradiennya adalah :

f (1  h)  f (1) (1  h) 2  2(1  h)  1
ms  lim  lim  lim h  0
h 0 h h0 h h 0

Persamaan garis s : y + 1 = 0 (x – 1)  y + 1 = 0  y = -1

Grafiknya ditunjukkan pada Gambar 3.

y = x2 – 2x

s
Gambar 3 (1,-1)

19
Selanjutnya konsep gradien garis singgung ini digunakan sebagai dasar
dalam definisi turunan (derivatif) suatu fungsi sebagai berikut :

Definisi :
Turunan fungsi f adalah fungsi lain f’ yang nilainya pada sebarang bilangan c
adalah
f ( c  h )  f (c )
f ' (c)  lim
h 0 h
Jika limit ini ada maka dikatakan bahwa fungsi f terdifferensialkan
(terturunkan) di c.

Contoh :

1. Tentukan f’(2) jika diketahui f(x) = 2x - 1

Jawab :
f (2  h)  f (2) 2 ( 2  h)  1  3
f ' (2)  lin  lim
h0 h h0 h
2h
 lim
h0 h

 lim 2  2
h0

2. Tentukan f”(x) jika diketahui f(x) = x2 + 2x

Jawab :
f ( x  h)  f ( x ) ( x  h ) 2  2( x  h )  x 2  2 x
f ' ( x)  lim  lim
h0 h h0 h
h  2hx  2h
2
 lim  lim (h  2 x  2)  2 x  2
h0 h h0

1
3. Tentukan f’(a) jika f ( x) 
x
Jawab :

20
1 1

f ( a  h)  f ( a ) h
f ' (a )  lim  lim a  h a  lim
h0 h h  0 h h  0 h( a  ah)
2

1 1
 lim 2  2
h  0 a  ah a

Bentuk-bentuk yang setara

Tidak ada yang keramat tentang pemakaian huruf h dalam mendefinisikan


f”(c). Untuk itu perhatikan gambar berikut :
y y = f(x) y y = f(x)

B Q
A C P R

c c+h x c x x
AC = h, BC = f(c+h) – f(c) PR = x – c, QR = f(x) – f(c)
Gambar 4 Gambar 5

f (c  h)  f (c ) f ( x )  f (c )
f ' (c)  lim f ' (c)  lim
h 0 h x c xc

Contoh :

Diketahui f(x) = x2 – 2x , maka f’(c) dapat ditentukan sebagai berikut :

f ( x )  f (c ) x 2  2 x  c 2  2c ( x  c)( x  c)  2( x  c)
f ' (c)  lim  lim  lim
x c xc x c xc x c xc
( x  c)( x  c  2)
 lim  lim( x  c  2)  2c  2
x c xc x c

Teorema :
Jika f’(c) ada, maka fungsi f kontinu di c.

21
f ( x )  f (c )
Bukti : f ( x)  f (c)  . ( x  c) , x  c
xc

 f ( x )  f (c ) 
lim f ( x )  lim  f (c )  . ( x  c)
x c x c
 x  c 

f ( x )  f (c )
= lim f (c)  lim . lim( x  c)
x c x c xc x c

= lim f (c)  f ' (c) . 0  lim f (c)  f (c)


x c x c

Karena lim f ( x)  f (c) maka terbukti bahwa f kontinu di c.


x c

Akan tetapi kebalikan dari teorema tersebut tidak berlaku. Hal ini dapat
dijelaskan melalui contoh berikut : y
Fungsi harga mutlak kontinu di x = 0
(Gambar 6), tetapi tidak mempunyai
turunan di x = 0, perhatikan : x

f ( x)  f (0) x 0 x
f ' (0)  lim  lim  lim Gambar 6
x 0 x0 x 0 x x 0 x

x x
limit ini tidak ada, karena lim  1 sedangkan lim 1
x0 
x x0 x
A. Aturan Pencarian Turunan

Proses pencarian turunan suatu fungsi dengan menggunakan definisi


turunan, membutuhkan waktu yang relatif lama dan membosankan. Oleh
karena itu diperlukan suatu aturan yang mempermudah kita untuk
menentukan turunan dari fungsi-fungsi yang lebih rumit.
Aturan yang dimaksud dituangkan dalam bentuk teorema berikut :

Teorema :
1. Jika f(x) = k dengan k suatu konstanta maka untuk sebarang x, f’(x) = 0

22
2. Jika f(x) = x, maka f’(x) = 1

3. Jika f(x) = xn , dengan n bilangan bulat positif, maka f’(x) = n xn-1

4. Jika k suatu konstanta dan f fungsi yang terdifferensialkan, maka


(kf)’(x) = k. f’(x)

5. Jika f dan g fungsi-fungsi yang dapat didifferensialkan, maka


(f  g)’(x) = f’(x)  g’(x)

6. Jika f dan g fungsi-fungsi yang dapat didiferensialkan, maka


(f . g)’(x) = f’(x) . g(x) + g’(x) . f(x)

7. Jika f dan g fungsi-fungsi yang dapat didifferensialkan, maka


 f  f ' ( x ) g ( x)  g ' ( x) f ( x )
 ' ( x) 
g g 2 ( x)

Contoh :

1. Tentukan turunan dari f(x) = 3x2 + 5x - 9

Jawab :

f ' ( x )  3.2 x 2 1  5 x11  0  6 x  5

2. Tentukan turunan dari f(x) = (3x2 + 1) (2x3 + x)


Jawab :
f ' ( x)  (6 x)(2 x 3  x)  (6 x 2  1)(3 x 2  1)
 12 x 4  6 x 2  18 x 4  9 x 2  1
 30 x 4  15 x 2  1

3x  4
3. Tentukan turunan dari f ( x) 
x2  3

Jawab :

23
3( x 2  3)  2 x (3 x  4) 3 x 2  6 x 2  8 x  9  3 x 2  8 x  9
f ' ( x)   
( x 2  3) 2 ( x 2  3) 2 ( x 2  3) 2

2 3
4. Tentukan turunan dari f (x)  
x 1 x
2

Jawab :
0 . ( x 2  1)  2 x . 2 0 . x  1. 3  4x 3
f ' ( x)    2  2
( x  1)
2 2
x 2
( x  1) 2
x

5. Buktikan, jika f(x) = x-n maka f’(x) = -n –n-1

Bukti :
1 0 . x n  nx n 1 .1
f ( x)  x  n  n
 f ' ( x )  2n
  nx n 1 . x  2 n   nx  n 1
x x

3
5. Tentukan turunan dari f ( x) 
x
Jawab :
3 3
f ( x)   3 x 1  f ' ( x)  3. (1) x  2  3 x  2   2
x x

B. Turunan Sinus dan Cosinus

Untuk menentukan turunan dari fungsi f(x) = sin x, kita bersandar


pada definisi turunan.

sin( x  h)  sin x sin x cos h  cos x sin h  sin x


f ' ( x )  lim  lim
h 0 h h0 h

sin x (cos h  1)  cos x sin h  cos h  1 sin h 


 lim  lim sin x  cos x 
h0 h h  0
 h h 

24
1  cos h sin h
 lim( sin x) .  lim cos x .
h0 h h0 h

1  cos h sin h
  sin x . lim  cos x . lim
h 0 h h  0 h

1  cos h sin h
Dibuktikan terlebih dahulu bahwa lim  0 dan lim 1
h0 h h0 h
T(1, tg t)
y y

P(cos t, sin t) P

t
t t
 x x
O A(1,0) O A

Gambar 7 Gambar 8

Perhatikan Gambar 7, Jika t 0 maka P bergerak kearah A(1,0) sehingga :

lim cos t  1 dan lim sin t  0


t 0 t 0

Perhatikan Gambar 8,

luas  OAP  luas (tembereng OAP)  luas  OAT

luas  OAP = ½ sin t

luas (tembereng OAP) = ½ (jari-jari) 2 (sudut dalam radian) = ½ t

25
luas  OAT = ½ tg t = 1/2 sin t/cos t

Sehingga diperoleh bentuk :

1 1 sin t
sin t  t 
2 2 2 cos t

t 1
Kedua ruas dikalikan dengan 2/sin t diperolaeh : 1  
sin t cos t

sin t
Bila diambil kebalikannya maka diperoleh bentuk : cos t  1
t

1 1
Jika harga t berada pada interval    t  0 , maka 0  t   , sehingga
2 2

sin(t ) sin t
cos(t )   1  cos t  1
t t

sin t sin t
Andaikan t  0, maka lim cos t  lim  lim1  1  lim 1
t 0 t 0 t t  0 t  0 t

Menurut Teorema Apit atau Teorema Jepit yang menyatakan bahwa : Jika f,
g, dan h adalah fungsi-fungsi yang memenuhi f(x)  g(x)  h(x) untuk setiap

x dekat c, maka apabila lim f ( x)  lim h( x)  L, maka lim g ( x)  L


x c x c x c

Berdasarkan teorema tersebut diperoleh :

sin t
lim 1
t 0 t

Akhirnya ,

1  cos t 1  cos t 1  cos t 1  cos 2 t sin 2 t


lim  lim .  lim  lim
t 0 t t 0 t 1  cos t t  0 t (1  cos t ) t  0 t (1  cos t )

 sin t sin t  sin t lim sin t 0


 lim .   lim . t 0  1.  0
t 0
 t 1  cos t  t  0 t lim t 0
(1  cos t ) 2

26
Dari hasil ini dapat dinyatakan

sin h 1  cos h
lim  1 dan lim 0
h0 h hh  0 h

Sehingga dari bentuk yang terakhir ini kita dapatkan bahwa turunan dari
fungsi sinus, yaitu f(x) = sin x sebagaimana telah diuraikan diatas adalah :

f ' ( x )   sin x

1  cos h sin h
lim  cos x . lim   sin x . 0  cos x .1  cos x
h0 h h0 h

Kemudian untuk f(x) = cos x, f’(x) dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut :
cos( x  h)  cos x cos x cos h  sin x sin h  cos x
f ' ( x)  lim  lim
h 0 h h0 h
cos x(cos h  1)  sin x sin h
 lim
h 0 h
 1  cos h sin h 
 lim (  cos x)  (  sin x) 
h 0
 h h 
1  cos h sin h
 ( cos x) lim  (  sin x) lim   sin x
h 0 h h 0 h

Jadi, f(x) = sin x  f’(x) = cos x dan f(x) = cos x  f’(x) = - sin x

Contoh :

1. Tentukan turunan dari fungsi berikut :


a. f(x) = 3 cos x – 2 sin x
b. g(x) = tg x

27
c. h(x) = cotg x

Jawab :
a. f ' ( x)  3( sin x)  2 cos x  3 sin x  2 cos x

sin x cos x . cos x  ( sin x).sin x


b. g ( x)  tg x   g ' ( x) 
cos x cos2 x
cos 2 x  sin 2 x 1
 2
  sec2 x
cos x cos 2 x

cos x  sin x .sin x  cos x . cos x


c. h( x)  cot g x   h' ( x ) 
sin x sin 2 x

 (sin 2 x  cos2 x) 1
 2
  2   cos ec 2 x
sin x sin x

1 
2. Tentukan persamaan garis singgung kurva y = sin x di titik   ,1
2 

Jawab :

y = f(x) = sin x  f’(x) = cos x sehingga f’(1/2 ) = 0

Jadi garis singgung bergradien 0, persamaannya :

 1 
y 1  0 x     y  1
 2 

Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini :


y

y=1

28
x
O ½

Gambar 9

C. Aturan Rantai

Aturan Rantai sebagai aturan untuk menentukan turunan dari suatu


fungsi dinyatakan dalam bentuk teorema berikut :

Teorema :
Andaikan y = f(u) dan u = g(x) menentukan fungsi komposit y =
f(g(x)) = (f  g) (x) . Jika g terdifferensialkan di x dan f terdifferensialkan di
u = g(x), maka f  g terdifferensialkan di x dan (f  g)’(x) = f’(g(x)) . g’(x)

y
Cara Penulisan Leibniz Q y = f(x)
Perhatikan gambar berikut :
y
P R
x

Gambar 10 x x+x x

Berdasarkan Gambar 10,

Titik P mempunyai koordinat (x+x,f(x+x)) dan Q (x,f(x))

PR = x , QR = y = f(x+x) – f(x)

29
Gradien tali busur (garis yang melalui P dan Q) adalah :

y f ( x  x)  f ( x)

x x

Jika x 0, maka gradien tali busur ini mendekati gradien garis singgung,

dy
dan untuk gradien garis singgung ini Leibniz menggunakan lambang ,
dx

sehingga :

dy y f ( x  x)  f ( x)
 lim  lim  f ' ( x)
dx x 0 x x  0 x

Untuk selanjutnya kita memakai lambang ini untuk menyatakan turunan y


terhadap x. Dengan demikian untuk Aturan Rantai sebagaimana Teorema
diatas dapat dinyatakan dalam bentuk yang sangat anggun, yaitu :

dy dy du
 .
dx du dx

Aturan Rantai Bersusun

Andaikan y = f(u) , u = g(v) , dan v = h(x) maka

dy dy du dv
 . .
dx du dv dx

Contoh :

1. Tentukan dy/dx jika y = (x2 + x – 1)30

Jawab : Andaikan y = u30 dan u = x2 + x – 1

30
dy du
 30 u 29 dan  2x  1
du dx

dy dy du
 .  30 u 29 ( 2 x  1)  30( x 2  x  1) 29 ( 2 x  1)
dx du dx

2. Tentukan dy/dx jika y = 1/(2x3 – 3)5

1
Jawab : Andaikan y  5
 u 5 dan u  2 x3  3
u

dy du
 5u  6 dan  6x2
du dx

dy dy du 5  30 x 2
 .  5u  6 (6 x 2 )  6 . 6 x 2 
dx du dx u ( 2 x 3  3) 6

3. Tentukan dy/dx jika y = sin (x2 + 2x)

Jawab : Andaikan y = sin u dan u = x2 + 2x

dy du
 cos u dan  2x  2
du dx

dy

dy du
.
dx du dx
 
 (cos u ) .( 2 x  2)  cos ( x 2  2 x) . (2 x  2)

17
 x2  2x  3 
4. Tentukan dy/dx jika y   
 x 5 
3

Jawab :

x2  2x  3
Andaikan y  u 17
dan u 
x3  5

dy du ( 2 x  2)( x 3  5)  (3x 2 )( x 2  2 x  3)
 17u16 dan 
du dx ( x 3  5) 2

31
dy dy du ( 2 x  2)( x 3  5)  (3x 2 )( x 2  2 x  3)
 .  17u16 .
dx du dx ( x 3  5) 2

16
 x 2  2 x  3   x 4  4 x 3  9 x 2  10 x  10
 17   .
 x 5  ( x 3  5) 2
3

5. Tentukan dy/dx jika y = sin2 (3x)

Jawab : Andaikan y = u2 dan u = sin v dan v = 3x

dy du dv
 2u ;  cos v dan 3
du dv dx

dy dy du dv
 . .  2u . cos v .3  6u cos v  6 sin v cos v  6 sin(3 x ) cos(3 x )
dx du dv dx

Dapat pula dilakukan dengan cara yang lebih singkat :

dy
 2 sin(3 x ) . cos(3 x ) .3  6 sin(3 x ) cos(3 x)
dx

6. Tentukan dy/dx jika y  sin  cos(3x ) 


2

Jawab :
dy
dx
    
 cos cos(3 x 2 ) .  sin(3 x 2 . 6 x  6 x sin(3 x 2 ) . cos cos(3 x 2 ) 

7. Tentukan dy/dx jika y = sin3 (x2 – 2x)

 3 sin 2 ( x 2  2 x) .  cos( x 2  2 x  . (2 x  2)
dy
Jawab :
dx
D. Turunan Tingkat Tinggi
Operasi pendifferensialan mengambil sebuah fungsi f dan
menghasilkan fungsi baru f’. Jika f’ didiferensialkan menghasilkan fungsi lain,
dinyatakan dengan f’’, disebut turunan kedua. Jika f’’ ini diturunkan akan

32
menghasilkan fungsi lain, dinyatakan f’’’, yang disebut turunan ketiga dan
seterusnya.
Berikut ini disajikan cara penulisan untuk turunan dari y = f(x)

Penulisan
Turunan
f’ y’ D Leibniz

Pertama f’(x) y’ Dx y dy/dx

Kedua f’’(x) y’’ D2x y d2y/dx2


d3y/dx3

Ketiga f’’’(x) y’’’ D3x y


.
. dny/dxn
.
Ke - n f(n)(x) y(n) D(n)x y

Contoh :

1. Tentukan d3y/dx3 jika y = 2x3 – 5x2 + 3x -1

dy d2y d3y
Jawab :  6 x 2  10 x  3 ;  12 x  10 ;  12
dx dx 2 dx 3

2. Tentukan d4y/dx4 jika y = sin 3x

dy d2y d3y d4y


Jawab :  3 cos 3 x ;   32
sin 3 x ;   33
cos 3 x ;  34 sin 3x
dx dx 2 dx3 dx 4

E. Pendiferensialan Implisit

Pendiferensialan Implisit dilakukan dengan menggunakan konsep


Aturan Rantai. Untuk lebih jelasnya perhatikan persamaan berikut :

33
y3 + 3y2 = x3

Untuk menentukan dy/dx dari fungsi tersebut, kita gunakan Aturan Rantai
dengan menganggap bahwa y sebagai fungsi x. Kita peroleh :

dy dy
3y2  6y  3x 2
dx dx

 3 y 2  6 y 
dy
 3x 2
dx

dy 3x 2

dx 3 y 2  6 y

Contoh :

1. Tentukan dy/dx jika diketahui 4x2y – 3y = x3 -1

Jawab :
x3  1
Cara I : 4 x 2 y  3 y  x 3  1 ditulis y 
4 x2  3

dy 3 x 2 ( 4 x 2  3)  8 x( x 3  1) 4 x 4  9 x 2  8 x
Jadi,  
dx ( 4 x 2  3) 2 ( 4 x 2  3) 2

dy dy dy 3x 2  8 xy
Cara II : 8 xy  4 x 3  3x 2
2
  ……..*)
dx dx dx 4x2  3

x3  1
Substitusikan y  ke persamaan *) diperoleh :
4x2  3

x3  1
3x  8 x 2
2

4 x  3  12 x  9 x  8 x  8 x  4 x  9 x  8 x
4 2 4 4 2
dy

dx 4x2  3 (4 x 2  3) 2 ( 4 x 2  3) 2

2. Tentukan dy/dx jika diketahui x2 + y2 = 9

34
Jawab :
Persamaan tersebut menentukan fungsi-fungsi berikut :

y  f ( x)  9  x2 dan y  g ( x)   9  x 2

Fungsi yang pertama memenuhi x 2   f ( x)   9 sehingga


2

x x
2 x  2 f ( x ) f ' ( x )  0  f ' ( x)   
f ( x) 9  x2

Fungsi yang kedua memenuhi x 2   g ( x)   9


2
sehingga
x x
2 x  2 g ( x) g ' ( x )  0  g ' ( x )   
g ( x) 9  x2

Cara lain :
x2 + y2 = 9 didiferensialkan implisit sebagai berikut :

 x
 2 , jika y  f ( x)
 9 x
dy dy x 
2x  2 y  0     
dx dx y 
x
 , jika y  g ( x)
 9  x2

3. Tentukan dy/dx dari x2 + 3y3 = x + 7

Jawab :

dy dy 1  2 x
2x  9 y2 1 
dx dx 9 y2

4. Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran pusat O(0,0) dengan


jari-jari 5 di titik (3,4).

Jawab :

35
Persamaan yang dimaksud memiliki persaman x 2 + y2 = 25

dy dy x x
2x  2 y 0  atau y '  
dx dx y y

3
Gradien garis singgung di titik (3,4) adalah y '  
4
Persamaan garis singgung di titik (3,4) adalah :

3 3 25
y  4   ( x  3)  y   x   3 x  4 y  25  0
4 4 4

Teorema :
Andaikan r bilangan rasional sebarang. Jika f(x) = xr  f’(x) = rxr-1

p
Bukti : r dapat dituliskan sebagai q , p dan q bilangan bulat dan q  0

dy
Andaikan y  f ( x ) maka y  x p / q  y q  x p  qy q 1  px p 1
dx
dy px p 1
 
dx qy q 1
p p p
 x p 1 . y1 q  x p 1 . x p / q (1 q )  x p / q 1  rx r 1
q q q

Contoh :

Tentukan dy/dx dari y = 2x2/3 + 3x3/4 – 5x-1/2


Jawab :
1 1 3 1 1 3
dy 2  3  1  4  9  5 
 2. x 3  3. x 4  5.( ) x 2  x 3  x 4  x 2
dx 3 4 2 3 4 2
F. Bentuk Tak Tentu
1. Bentuk Tak-Tentu Jenis 0/0
Ada tiga masalah limit yang telah kita kenal, yaitu
sin x x2  9 f ( x)  f (a)
lim , lim , lim
x 0 x x 3 x2  x  6 x a xa

36
Ketiga bentuk limit tersebut telah dibahas pada mata kuliah Kalkulus I dan
ketiga bentuk tersebut memiliki penampilan yang sama, yaitu ada hasil bagi
dan dalam ketiga limit itu, pembilang dan penyebut berlimit nol. Jika kita
hitung dengan menggunakan aturan penarikan limit untuk hasil bagi, kita
akan memperoleh jawaban yang tidak ada artinya, yaitu 0/0. Kita tidak
mengatakan bahwa limit tersebut tidak ada. Kita hanya mengatakan bahwa
limit tersebut tidak dapat ditentukan dengan aturan hasil bagi limit.
Anda tentu masih ingat bahwa dengan menggunakan geometri, kita
dapat membuktikan bahwa limit yang pertama hasilnya sama dengan 1.
Sedangkan untuk bentuk limit yang kedua, kita dapat menggunakan sifat-
sifat aljabar kita akan memperoleh hasilnya yaitu 6/5.
Sehubungan dengan permasalahan limit sebagaimana tersebut diatas,
berikut ini dikemukakan suatu aturan baku yang dikenal dengan nama
aturan l’hopital.

Aturan l’hopital untuk bentuk 0/0. Andaikan limit diartikan untuk salah

satu lambang ini : lim , lim , lim , lim , atau lim . Andaikan lim f(x) =
xa xa  xa x   x

0
dan lim g(x) = 0. Apabila lim[f’(x)/g’(x)] ada, baik ia terhingga atau tak
hingga, maka
f ( x) f ' ( x)
lim  lim
g ( x) g ' ( x)

Contoh 1
sin x 1  cos x
Buktikan bahwa lim 1 dan lim 0
x 0 x x 0 x
Bukti :

37
sin x cos x cos 0 1
lim  lim   1
x 0 x x 0 1 1 1

1  cos x sin x sin 0 0


lim  lim   0
x 0 x x 0 1 1 1

Contoh 2
x2  x  2 x2  4
Hitunglah : (a ) lim , (b ) lim
x 1 x 2  2x  1 x2 x 2  x  6

Jawab :
x2  x  2 2x  1
( a ) lim  lim 
x 1 x  2 x  1 x 1 2 x  2
2

x2  4 2x 4
(b) lim  lim 
x2 x  x6
2 x  2 2x  1 5

Contoh 3
tan 2 x
Tentukan lim
x  0 ln(1  x )

Jawab :
tan 2 x 2 sec 2 2 x 2
lim  lim  2
x  0 ln(1  x ) x  0 1 /(1  x ) 1

Contoh 4
cos x  1  sin x  cos x 1
lim 2
 lim  lim 
x 0 x x 0 2x x 0 2 2
2. Bentuk Tak-Tentu Jenis ~/~
Perhatikan persoalan limit berikut
x
lim
x  e x

38
f ( x)
Bentuk limit ini tergolong bentuk lim , yang memiliki sifat bahwa
x  g ( x)

pembilang dan penyebut menuju tak terhingga. Aturan l’hopital juga berlaku
dalam memecahkan persoalan tersebut.

Aturan l’hopital untuk bentuk ~/~. Andaikan limit diartikan untuk

lambang ini : lim , lim , lim , lim , atau lim . Andaikan lim |f(x)| = ~
xa xa  xa x   x

dan lim |g(x)| = ~. Apabila lim[f’(x)/g’(x)] ada, baik ia terhingga atau


tak terhingga, maka
f ( x) f ' ( x)
lim  lim
g ( x) g ' ( x)

Contoh 1
x
Hitung lim
x  ex
Jawab :
x 1
lim x
 lim x  0
x  e x   e

Contoh 2
x2
Hitung lim
x  e x

Jawab :
x2 2x 2
lim x
 lim x  lim x  0
x  e x  e x  e

Contoh 3
ln x
Hitunglah lim
x  x3
Jawab :

39
ln x 1/ x 1
lim 3
 lim 2  lim 3  0
x  x x   3x x   3x

Contoh 4
ln x
Hitunglah lim
x 0 cot x
Jawab :
Apabila x  0  , maka ln x   dan cot x   , dengan demikian kita

terapkan Aturan l’hopital, sehingga


ln x 1/ x  sin 2 x   sin x 
lim  lim  lim    lim   sin x . 
x 0 cot x x0  csc 2 x x 0  x  x 0  x 
sin x
 lim ( sin x ) . lim  0.1  0
x 0 x 0 x

3. Bentuk Tak-Tentu Jenis 0.~ Dan ~ - ~


Andaikan A( x)  0, tetapi B ( x)  . Bagaimana dengan hasil kali A(x)
dan B(x) ? Bagaimana pula dengan A(x) – B(x) ? Dalam memecahkan
persoalan ini, Aturan l’hopital dapat kita pergunakan dengan terlebih dahulu
mengubahnya kebentuk 0/0 atau ~/~.

Contoh 1

Tentukan lim (tan x . ln sin x)


x  / 2

Jawab :
1
cos x
 ln sin x  sin x
lim (tan x . ln sin x)  lim    lim
 cot x  x  / 2  csc x
x  / 2 x  / 2 2

 lim ( sin x . cos x)  0


x  / 2

Contoh 2
 x 1 
Tentukan xlim   
1  x  1

ln x 

Jawab :

40
1
ln x  x  1
 x 1  x ln x  x  1 x
lim     lim  lim
x 1  x  1 ln x  x 1 ( x  1) ln x x 1 1
ln x  ( x  1)
x
1
ln x x 1
 lim  lim 
x 1 1 x 1 1 1 2
ln x  1   2
x x x

4. Bentuk Tak-Tentu Jenis 00 , ~0 Dan 1~


Untuk menyelesaikan bentuk ini, kita harus menuliskannya dalam
bentuk logaritma kemudian kita gunakan Aturan l’hopital.

Contoh 1

Tentukan xlim 
( x  1) cot x
0

Jawab :
ln( x  1)
Andaikan y = (x+1)cot x , maka ln y = cot x ln (x+1) =
tan x
1
Sehingga ln( x  1)
lim ln y  lim  lim x 2 1  1
x 0 x0 tan x x 0 sec x

Oleh karena y = eln y , dan oleh karena fungsi f(x) = ex kontinu, maka

lim y  lim e ln y  lim exp(ln y )  exp( lim ln y )  exp1  e


x 0  x 0 x 0 x 0

Contoh 2

Tentukan lim (tan x) cos x


x  / 2 

Jawab :
Misalkan y  (tan x) cos x , sehingga
ln tan x
ln y  cos x . ln tan x  , Jadi
sec x

41
1
sec 2 x
ln tan x tan x
lin ln y  lim   lim 
x  / 2  x  / 2 sec x x  / 2 sec x tan x
sec x cos x
 lim   lim  0
x  / 2 tan 2 x x  / 2 sin 2 x

Dengan demikian,

lim  y  lim  (tan x) cos x  e 0  1


x  / 2 x  / 2

Soal-soal

1  1
1. Tentukan persamaan garis singgung pada y  di titik 1, 
x 1  2

2. Tentukan persamaan garis singgung pada y = x 2 – 3x + 2 di titik yang


berabsis -2, 1, 5.
2
3. Tentukan persamaan garis singgung pada y  di titik (0, -1).
x2
4. Gunakan definisi turunan untuk menentukan turunan berikut :
a. f(x) = 5x – 4
b. f(x) = 8x2 – 1
c. f(x) = x3 + 2x2
3
d. f (x) 
x 1

5. Untuk soal no. 4, tentukan turunan di x = 1

6. Gunakan aturan pencarian turunan, untuk menentukan turunan fungsi


berikut :
a. y  ( x 4  2 x)( x 3  2 x 2  1)

42
b. y  (3 x 2  2 x)( x 4  3 x  1)
c. y  (5 x 2  7(3 x 2  2 x  1)
1
d. y 
4 x  3x  9
2

2x2  1
e. y 
3x  5
5x2  2 x  6
f. y 
3x  1

x2  2x  5
g. y 
x2  2x  3
7. Tentukan semua titik pada grafik y = x 3 – x2 dimana garis singgung
mendatar.
1 3
8. Tentukan semua titik pada grafik y x  x2  x dimana garis singgung
3
mempunyai gradien 1.

9. Terdapat dua garis singgung pada kurva y = 4x – x2 yang melalui (2,5).

10. Gunakan Aturan Rantai untuk menentukan turunan berikut :


a. y  sin (3x 2  11x) e. y  sin 2  cos(cos x) 

b. y  sin 3 x f. y  sin 2  tan(cot(2 x  1)) 


 3x  1 
c. y  sin   g. y  sin 4 ( x 2  3 x)
 2x  5 

d. y  sin 3 (3 x  2) h. y  cos 2  sec(csc(tan x)) 

d3y
11. Tentukan untuk fungsi berikut :
dx 3
a. y  x3  3 x 2  2 x  8
b. y  sin(3 x )
1
c. y 
x3

43
x
d. y 
2x  1

12. Tentukan turunan pertama fungsi berikut dengan pendiferensialan implisit


a. x2 – y2 = 9
b. 4x2 + 9y2 = 36
c. xy = 4
d. b2 x2 + a2 y2 = a2 b2
e. x3 – 3x2 y + 19xy = 0
13. Tentukan persamaan garis singgung di titik yang ditunjuk berikut :
a. x3y + xy3 = 10 di (1, 2)
b. x2 y2 + 3xy = 10y di (2, 1)
c. sin (xy) = y di (/2, 1)
d. y + cos (xy2) + 3x2 = 4 di (1, 0)
e. x2/3 – y2/3 – 2y = 2 di (1, -1)
f. y1/2 + xy2 = 5 di (4, 1)

14. Tentukan dy/dx dari fungsi berikut :


a. y = 3x5/3 + x1/2
b. y = x1/3 – 2x7/2
c. y = (x3 – 2x)1/3
d. y  4 3 x 2  4 x

15. Jika s2 t + t3 = 1, tentukan ds/dt dan dt/ds

16. Sketsakan grafik lingkaran x 2 – 4x + y2 + 3 = 0, kemudian tentukan


persamaan dua garis singgung yang melalui titik asal.

17. Hitunglah limit berikut.

44
sin x  2 x cos x
1. lim 2. lim
x 0 x x 1 / 2 x  12 
x  2 sin x x 2  5x  4
3. lim 4. lim 2
x 0 tan x x  1 x  4 x  5

x 3  3x 2  5 x x 2  2x  2
5. lim 6. lim
x 0 x3  x x 1 x2 1
ln x e x  ex
7. lim 2 8. lim
x 1 x  1 x 0 4 sin x

t 1 ln cos 3x
9. lim 10. lim
t 1 ln t x 0 2x 2
tan x  x x2
11 . lim 12. lim
x 0 sin x  x x 0 sin x  x
x x


0
1  sin t 
0
t cos t dt
13. lim dt 14. lim
x 0 x x 0 x2

18. Hitunglah limit berikut:


ln( x100 ) x10
1. lim 2. lim x
x  x x  e

ln(ln x)
3. lim 4. lim(2 x ln x 2 )
x  ln x x 0

cot x
5. lim 6. lim(sec x  cot x)
x 0 ln x x 0

sec x  1 2
7. lim 8. lim (2 x) x
x  / 2 tan x x 0

9. lim (sin x) cos x 10. lim x1 / x


x  / 2 x 

45
ln x 2x
11 . lim 12. lim
x  2 x x  ln(3 x  e x )

csc x
13. lim 2 14. lim (sec x  tan x)
x 0 cot x x / 2

15. lim(cos x) cot x 16. lim x x


x 0 x 
2 x
17. lim(cos x) 18. lim (sin x) x
x 0 x 0
x
 1  1
19. lim csc x   20. lim1  
x 0
 x x 
 x

46
BAB III
PENGGUNAAN TURUNAN

A. Maksimum dan Minimum


Diberikan fungsi f dengan daerah asal S (lihat Gambar 1), ada tiga hal
utama yang perlu ditanyakan tentang nilai maksimum atau minimum, yaitu :
1. Apakah f mempunyai nilai maksimum atau minimum pada S ?
2. Jika f mempunyai nilai maksimum atau minimum pada S, dimana
dicapainya ?
3. Jika f mempunyai nilai maksimum atau minimum pada S,
berapakah nilai itu ?

Definisi :
Andaikan S daerah asal fungsi f, memuat titik c. Dikatakan bahwa :
1. f(c) adalah nilai maksimum f pada S jika f(c)  f(x) untuk semua x di S ;
2. f(c) adalah nilai minimum f pada S jika f(c)  f(x) untuk semua x di S ;
3. f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika f(c) adalah nilai maksimum atau
nilai minimum.

Suatu fungsi f memiliki nilai ekstrim atau tidak, tergantung dari : 1) daerah
asalnya ; 2) tipe fungsi. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 1 :
Fungsi y = 1/x tidak mempunyai nilai
Y ekstrim pada (0, ). Tetapi pada 1,3
y = 1/x fungsi tersebut mempunyai nilai maksi-
 mum f(1) = 1 dan nilai minimum f(3) =
1/3 ; dan pada 1,3) tidak mempunyai
 nilai minimum, dan nilai maksimum 1 .

   x Gambar 1.

47
Selanjutnya perhatikan fungsi g yang dudefinisikan sebagai berikut :

x jika 1  x  2
g ( x)  
x  2 jika 2  x  3
Pada 1, 3 fungsi g tidak mempunyai nilai maksimum, tetapi mempunyai
nilai minimum g(2) = 0, lihat Gambar 2.
y

y = g(x)

  x
Gambar 2 1 2 3

Dimanakah terjadinya nilai –nilai ekstrim ? Biasanya suatu fungsi mempunyai


suatu selang atau interval I sebagai daerah asalnya. Misalnya I = a, b
mempunyai titik ujung kiri maupun kanan ; I = a, b) hanya mempunyai titik
ujung kiri saja ; sedangkan I = (a, b) tidak mempunyai titik ujung. Suatu
fungsi yang didefinisikan pada selang tertutup, nilai ekstrim sering kali terjadi
pada titik ujung (lihat Gambar 3).
Jika c dalam daerah asal f sedemikian sehingga f’(c) = 0, maka
(c,f(c)) disebut titik stasioner. Nilai ekstrim f sering terjadi pada titik
stasioner (lihat Gambar 4). Jika c dalam daerah asal f sedemikian sehingga
f’(c) tidak ada, maka (c, f(c)) disebut titik singular. Nilai ekstrim f bisa terjadi
pada titik singular (lihat Gambar 5).
Ketiga jenis titik tersebut (titik ujung, titik stasioner, titik singular)
disebut titik kritis f.

48
Perhatikan grafik berikut :
y y
 maks  maks

 min  min

  x   x

Gambar 3 Gambar 4
y
maks 

 min

  x

Gambar 5

Teorema :
Andaikan f didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika (c, f(c)) titik
ekstrim, maka c haruslah suatu titik kritis ; yakni berupa salah satu dari yang
berikut :
1) titik ujung dari I ; 2) titik stasioner dari f ; 3) titik singular dari f.

Contoh :

Tentukan titik-titik kritis dari f(x) = -4x3 + 3x2 pada -1, 2

Jawab : f’(x) = -12x2 + 6x = 0, diperoleh x = 0 dan x = ½

49
Jadi titik-titik kritis dari f adalah : -1, 0, ½ , dan 2.

Prosedur untuk menghitung nilai ekstrim fungsi f pada interval tertutup I :


Langkah I : Menentukan titik-titik kritis dari f pada I
Langkah I : Menghitung nilai f pada setiap titik kritis, nilai terbesar adalah
nilai maksimum dan nilai terkecil adalah nilai minimum.

Contoh :

1. Tentukan nilai maksimum dan minimum fungsi f(x) = -4x 3 + 3x2 pada
selang -1, 2.
Jawab :
Dari contoh diatas telah diperoleh titik-titik kritis f, yaitu : -1, 0, ½, 2.
Selanjutnya ditentukan : f(-1) = 7, f(0) = 0, f (½) = ¼ , f(2) = -20
Jadi, nilai maksimum f adalah 7 dan nilai minimum f adalah –20

2. Tentukan nilai ekstrim dari f(x) = x2/3 pada -1, 2.


Jawab :
1
2 3
f ( x)  x , dan ternyata f’(x) tidak terdefinisi untuk x = 0 dengan kata lain
3
f’(0) tidak ada, berarti 0 sebagai titik singular. Titik-titik kritisnya –1, 0, 2.
Selanjutnya f(-1) = 1, f(0) = 0, f(2) = 41/3 .
Jadi, nilai maksimum f adalah 41/3 dan nilai minimum f adalah 0.

B. Kemonotonan

Definisi :
Andaikan f terdefinisi pada selang I. Dikatakan bahwa :
1. Grafik f naik pada I jika untuk setiap pasang bilangan x 1 dan x2 dalam I,
x1 < x2  f(x1) < f(x2)
2. Grafik f turun pada I jika untuk setiap pasang bilangan x 1 dan x2 dalam I,

50
x1 < x2  f(x1) >f(x2)
3. Grafik f monoton murni pada I jika f naik pada I atau turun pada I.
Teorema :
Andaikan fungsi f kontinu dan terdiferensialkan pada interval I.
1. Jika f’(x) > 0 untuk semua x pada I, maka f naik pada I.
2. Jika f’(x) , 0 untuk semua x pada I, maka f turun pada I.

Perhatikan gambar berikut :


y y
y = f(x)

Turun Naik f’(x) > 0 f’(x) < 0


x x

c
Gambar 6 Gambar 7

Contoh :
Pada interval manakah fungsi berikut ini naik dan dimana ia turun ?
1. f(x) = -2x3 + 3x2
2. f(x) = 2x3 – 3x2 –12x + 1

Jawab :
f(x) = -2x3 + 3x2 , maka f’(x) = -6x2 + 6x, selanjutnya kita tentukan dimana
f’(x) > 0 dan dimana f”(x) < 0 dengan uraian berikut :
f’(x) = 0  -6x2 + 6x = 0  x (x – 1) = 0 diperoleh x = 0 , x = 1
(-) (+) (-)
 
0 1
Gambar 8

51
Dengan titik uji x = 2, diperoleh f’(2) = -12 (negatif), lihat Gambar 8.
Jadi, f naik pada  0, 1  dan turun pada (-~, 0  dan  1, ~).
f(x) = 2x3 – 3x2 –12x + 1, maka f’(x) = 6x 2 – 6x – 12, selanjutnya kita
tentukan dimana f’(x) > 0 dan dimana f”(x) < 0 dengan uraian berikut :
f’(x) = 0  6x2 – 6x – 12 = 0  (x – 2)(x + 1) = 0 didapat x = -1, x = 2

(+) (-) (+)


 
-1 2
Gambar 9
Dengan titik uji x = 0, diperoleh f’(0) = -12 (negatif), lihat Gambar 9.
Jadi, f naik pada ( -~, -1  dan  2, ~) dan turun pada dan  -1, 2 .

C. Kecekungan

Definisi :
Andaikan f terdiferensialkan pada selang terbuka I = (a, b). Jika f’ naik pada
I maka grafik f cekung keatas pada I ; jika f’ turun pada I, maka grafik f
cekung kebawah pada I.

Diagram pada Gambar 10 akan membantu memperjelas definisi tersebut.


y y

x x

cekung ke atas y cekung ke bawah

52
Cekung ke atas cekung ke bawah x
Gambar 10
Teorema :
Andaikan f terdiferensialkan dua kali pada selang I = (a, b).
1. Jika f’’(x) > 0 untuk semua x pada I maka f cekung ke atas pada I.
2. Jika f’’(x) < 0 untuk semua x pada I maka f cekung ke bawah pada I.

Contoh :
Pada interval manakah fungsi berikut cekung keatas dan dimana cekung ke
bawah ?
1. f(x) = -x3 + 3x2
2. g(x) = 2x3 – 3x2 –12x + 1

Jawab :
1. f’(x) = -3x2 + 6x dan f”’(x) = -6x + 6, kemudian kita selesaikan f’’(x) > 0
dan diperoleh x < 1, untuk f’’(x) < 0 diperoleh x >1.
Jadi grafik fungsi f cekung ke atas pada (-~, 1) dan cekung ke bawah
pada (1, ~).

2. g’(x) = 6x2 – 6x –12 dan g’’(x) = 12x – 6, kemudian kita selesaikan g’’(x) >
0 dan diperoleh x > ½ dan untuk g’’(x) < 0 diperoleh x < ½ .
Jadi grafik fungsi g cekung ke atas pada (½ , ~) dan cekung ke bawah
pada (-~, ½).

D. Titik Balik
Andaikan fungsi f kontinu di c. Titik (c, f(c)) disebut titik balik dari
grafik f jika grafik f cekung ke atas pada satu sisi dan cekung ke bawah pada
sisi lain dari c. Dengan kata lain, titik balik adalah suatu titik sebagai tempat
perubahan kecekungan (lihat Gambar 11).

53
Titik-titik di mana f’’(x) = 0 dan f’’(x) tidak ada merupakan calon-calon
titik balik. Perhatikan f(x) = x4 yang grafiknya diperlihatkan pada Gambar 12.
y

 TB

TB 
TB 
 TB

cekung cekung cekung cekung cekung cekung


ke aias ke bawah ke atas ke bawah kebawah ke atas

Gambar 11

y y = x4

Gambar 12

f(x) = x4  f’’(x) = 12x2 sehingga f’’(0) = 0, tetapi titik asal O(0,0) bukan
titik balik. Hal terlihat bahwa untuk x > 0 maupun x < 0, f’’(x) > 0

Contoh :
1 3
Tentukan titik balik dari grafik fungsi f ( x)  x  x 2  3x  4
3
Jawab :
f’’(x) = 2x – 2 = 0 diperoleh x = 1  f(1) = 1/3

54
Jadi titik balik grafik fungsi f adalah (1, 1/3).
Selanjutnya dengan berbekal pengetahuan tentang titik kritis, fungsi
naik dan fungsi turun, kecekungan, dan titik balik, mari kita mencoba
menggambar grafik dari beberapa fungsi berikut :
1. f(x) = x3 – 3x – 1
2. g(x) = x3 – 2x2 + x + 1
3. h(x) = ½x3 – 6x

Penyelesaian :

1. f(x) = x3 – 3x – 1  f’(x) = 3x2 – 3 dan f’’(x) = 6x


Dari f’(x) = 0 diperoleh x = 1 dan x = -1 ; dari f’’(x) = 0 didapat x = 0
Selanjutnya untuk f’(x) > 0 terjadi pada (-~,-1 dan 1, ~), sedangkan
f’(x) < 0 terjadi pada -1, 1.
Jadi grafik f naik pada (-~,-1 dan 1, ~) , turun pada -1, 1.
Kemudian untuk f’’(x) > 0 terjadi pada x > 0 dan f’’(x) < 0 pada x < 0.
Jadi f cekung ke atas pada (0, ~) dan cekung ke bawah pada (-~, 0).
Titik belok grafik f adalah (0, -1).
Grafik fungsi f ditunjukkan pada Gambar 13.

y
y = x3 – 3x – 1

1
1 x
-1
-1 

-3

55
Gambar 13
2. g(x) = x3 – 2x2 + x + 1  g’(x) = 3x2 – 4x + 1 dan g’’(x) = 6x - 4
Dari g’(x) = 0 didapat x = 1/3, x = 1 dan dari g’’(x) = 0 didapat x = 2/3
Kemudian 3x2 – 4x + 1 > 0 untuk x < 1/3 atau x > 1, dan 3x 2 – 4x + 1
< 0 untuk 1/3 < x < 1. Jadi grafik g naik pada (-~, 1/3 dan 1,~) , turun
pada 1/3,1.
Selanjutnya 6x– 4 > 0 untuk x > 2/3 dan 6x – 4< 0 untuk x < 2/3.
Jadi grafik g cekung ke atas pada ( 2/3, ~) dan cekung ke bawah pada
(-~, 2/3 ) .
Dari 6x – 4 = 0 didapat x = 2/3 = 0,6  f(2/3) = 29/27
Jadi titik balik dari grafik g adalah (2/3 , 29/27). Titik stasioner
(1/3,31/27) dan (1,1). Grafiknya dapat anda lihat pada Gambar 14.

TB

1

x
1/3 2/3 1

Gambar 14

3 2
3. h(x) = ½x3 – 6x  h' ( x)  x  6 dan h' ' ( x)  3 x
2
h’(x) > 0 untuk x < -2 atau x > 2, dan h’(x) < 0 untuk -2 < x < 2
Jadi grafik h naik pada (-~, -2  dan  2, ~), turun pada  -2, 2 .

56
Selanjutnya h’’(x) > 0 untuk x > 0 dan h’’(x) < 0 untuk x < 0
Jadi grafik h cekung ke atas pada (0, ~) dan cekung ke bawah pada
selang (-~, 0). Titik balik grafik h adalah (0,0). Grafiknya diperlihatkan
pada Gambar 15. y
8

y = ½x3 – 6x

TB x
-2 2

-8

Gambar 15

E. Limit Di Tak Terhingga


Perhatikan fungsi y = f(x) yang grafiknya diperlihatkan pada Gambar

16. Apa yang terjadi pada f(x) jika harga x semakin besar ? Secara

matematis ditulis dengan lambang lim


x ~
f ( x). Kita menuliskan x ~ untuk

menyatakan bahwa x menjadi semakin besar tanpa batas. Berikut ini suatu

definisi untuk limit tak terhingga.

57
Definisi : Andaikan f terdefinisi pada  c, ~). Dikatakan bahwa lim f ( x)  L
x~

jika untuk setiap bilangan  > 0, terdapat bilangan M yang berpadanan


sedemikian sehingga x  M  f ( x)  L  

Definisi : Andaikan f terdefinisi pada (-~, c . Dikatakan bahwa xlim f ( x)  L


~

jika untuk setiap bilangan  > 0, terdapat bilangan M yang berpadanan


sedemikian sehingga x  M  f ( x)  L  

L+
L
L-

y = f(x)

 
-M M

Gambar 16

Contoh :
1. Buktikan bahwa untuk k bilangan bulat positif, maka
1 1
lim  0 dan lim 0
x  xk x   xk

1
Jawab : Andaikan diberikan  > 0. Kita pilih M  k maka untuk

1 1 1
x>M  k
0  k  
x x Mk

58
x
2. Buktikan bahwa lim 0
x  1  x2

x 1 1
lim
x 2 0
 lim x 2  lim x 
x x
Jawab : lim   0 ( terbukti).
x  1  x 2 x 1  x x  1 1
2
 1 lim 2  lim1 1
x 2
x x  x x 

2  3x  x 2
3. Tentukan lim
x  5  2 x  3x 2

2  3x  x 2 2 / x  3 / x  1 x
2 lim (2 / x 2  3 / x  1)
1
Jawab : lim  lim  
x  5  2 x  3x 2 x 5 / x  2 / x  3
2
lim (5 / x  2 / x  3
2
3
x

2 x3
4. Tentukan lim
x  1  x3

2 x3 2 2
Jawab : lim  lim  2
x 1  x 3 x   1/ x  1
3
1

5. Hitunglah lim ( x 2  3x  x
x 

x 2  3x  x
Jawab : lim ( x 2  3x  x  lim ( x 2  3 x  x).
x  x
x 2  3x  x

x 2  3x  x 2
 lim
x 
x 2  3x  x
3x
 lim x
x  2
x 3x x
2
 2 
x x x
3 3
 lim 
x 
3 2
1 1
x

F. Limit Tak Terhingga

59
Definisi :

Dikatakan bahwa limxcf ( x)   jika untuk tiap bilangan positif M, terdapat


bilangan  > 0 yang berpadanan sedemikian sehingga

0 < x – c <   f(x) > M

Terdapat definisi – definisi yang berpadanan yaitu :

lim f ( x)   , lim f ( x)  , dan lim f ( x)  


x c  x c x c

Contoh :
1 1
1. Tentukan lim dan lim
x 2 x2 x 2 x  2

1
Jawab : Grafik dari f ( x)  diperlihatkan pada Gambar 17.
x2
y

x
2

Gambar 17

1 1
lim   dan lim 
x2 x2 x2 x2

60
1 1
2. Tentukan xlim
1 ( x  1) 2

dan lim
x 1 ( x  1) 2 

1
Jawab : Grafik f ( x )  ( x  1) 2 diperlihatkan pada Gambar 18.

1 x

Gambar 18

x 1
3. Tentukan lim
x2 x  5x  6
2

x 1 x 1
Jawab : lim  lim , sehingga x  2+ , terlihat
x  2 ( x  3)( x  2)
x  5x  6
2 
x2

bahwa x + 1  3, x – 3  -1, dan x – 2  0+ ; jadi, pembilang


mendekati 3, penyebut negatif dan mendekati 0. Disimpulkan :
x 1
lim  
x2 x  5x  6
2

Hubungan Terhadap Asimtot


Garis x = c adalah asimtot tegak dari grafik y = f(x) jika salah satu
dari pernyataan-pernyataan berikut benar.

1. lim f ( x)   ; 2. lim f ( x)   ; 3. lim f ( x)   ; 4.


xc  xc  x c 

lim f ( x)  
x c 

Garis y = b adalah asimtot mendatar dari grafik y = f(x) jika

61
lim f ( x)  b atau lim f ( x)  b
x  x  

Jadi, dalam contoh 1, garis x = 2 merupakan asimtot tegak ; dalam contoh 2,


garis x = 1 adalah asimtot tegak, demikian halnya dalam contoh 3, garis x =
2 dan x = 3 adalah asimtot tegak. Sedangkan garis y = 0 adalah asimtot
mendatar dalam contoh 1, 2, dan 3.

Contoh :

2x
Tentukan asimtot tegak dan mendatar dari grafik f ( x) 
x 1
2x 2x
Jawab : lim   dan lim   , jadi x = 1 adalah asimtot
x 1 x 1 x 1 x 1
tegak.
2x 2 2x
lim  lim  2 dan lim 2
x  x  1 x  1  1/ x x   x  1

Jadi garis y = 2 merupakan asimtot mendatar. Lihat Gambar 19.

y=2

x=1

62
Gambar 19

G. Maksimum dan Minimum Lokal


Pada pembahasan sebelumnya telah kita ketahui bahwa nilai
maksimum suatu fungsi f pada himpunan S adalah nilai terbesar yang dicapai
pada keseluruhan himpunan S. Nilai maksimun ini disebut juga dengan nilai
maksimum global atau nilai maksimum absolut.
Pada Gambar 20, f(b) adalah nilai maksimum global, sedangkan f(c)
merupakan nilai maksimum lokal atau nilai maksimum relati, dan f(a) nilai
minimum global, sedangkan f(d) nilai mnimum lokal.
Nilai maksimum global (jika ada) merupakan yang terbesar di antara
nilai-nilai maksimum lokal yang ada. Demikian juga halnya, nilai minimum
global adalah yang terkecil diantara nilai-nilai minimum lokal yang ada. Tentu
saja nilai ekstrim global otomatis juga merupakan nilai ekstrim lokal.

maks. lokal min. lokal maks. global

min. global

a c d b

Gambar 20

Definisi :

63
Andaikan S merupakan daerah asal fungsi f yang memuat titik c.
dikatakan :

1. f(c) nilai maksimum lokal f jika terdapat selang (a, b) yang memuat c
sedemikian sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada (a, b)  S.
2. f(c) nilai minimum lokal f jika terdapat selang (a, b) yang memuat c
sedemikian sehingga f(c) adalah nilai minimum f pada (a, b)  S.
3. f(c) nilai ekstrim lokal f jika f(c) berupa nilai maksimum lokal atau
minimum lokal.

Teorema :
Andaikan f kontinu pada selang (a, b) yang memuat titik kritis c.
1. Jika f’(x) > 0 untuk semua x pada (a, c) dan f’(x) < 0 untuk semua x
pada (c, b), maka f(c) merupakan nilai maksimum lokal f.
2. Jika f’(x) < 0 untuk semua x pada (a, c) dan f’(x) > 0 untuk semua x
pada (c, b), maka f(c) merupakan nilai minimum lokal f.
3. Jika f’(x) bertanda sama pada kedua pihak dari c, maka f(c) bukan nilai
ekstrim lokal f.

Perhatikan Gambar 21.

y (+) y (0)
+
(0)

(+) (-)
x x
tanpa nilai ekstrim lokal maksimum lokal

64
(-) y (+)

(0)
x
minimum lokal

Gambar 21

Contoh :

1. Tentukan nilai ekstrim lokal dari fungsi f(x) = x 2 – 4x + 3

Jawab :

Fungsi f adalah polinom, sehingga kontinu dimana-mana, dan turunannya

f’(x) = 2x – 4. Peyelesaian dari f’(x) = 0 didapat x = 2. Titik kritis f adalah 2

Dapat ditunjukkan bahwa f’(x) > 0 untuk x > 2 dan f’(x) < 0 untuk x < 2.

Jadi grafik f naik pada  2, ~) dan turun pada (-~, 2 . Sehingga diperoleh

nilai minimum lokal yaitu f(2) = -1. Perhatikan bahwa dalam hal ini

65
sebenarnya f(2) = -1 merupakan nilai minimum global. Untuk lebih jelasnya

perhatikan Gambar 22.

y
y = x2 – 4x + 3

1 2 3 x

-1

Gambar 22

1 3
2. Tentukan nilai ekstrim lokal dari f ( x)  x  x 2  3x  4
3
Jawab :

f’(x) = x2 – 2x – 3 = (x – 3) (x + 1). Titik kritis f adalah –1 dan 3. Dapat

ditunjukkan bahwa f’(x) > 0 untuk x < -1 dan x > 3, dan f’(x) < 0 untuk –1

< x < 3. Jadi f naik pada ( -~, -1  dan  3, ~) , dan f turun pada selang  -1,

3 . Diperoleh f(3) = -5, f(-1) = 17/3.

66
Dapat disimpulkan bahwa nilai maksimum lokal adalah f(-1) = 17/3, dan nilai

minimum lokal adalah f(3) = –5. Lihat Gambar 23.

17/3

1 3 x

-1

-5 y = 1/3 x3 – x2 – 3x + 4
Gambar 23

Uji Turunan Kedua Untuk Nilai Ekstrim Lokal

Teorema :
Andaikan f’ dan f’’ ada pada setiap titik dalam (a, b) yang memuat c, dan
andaikan f’(c) = 0.
1. Jika f’’(c) < 0, maka f(c) merupakan nilai maksimum lokal dari f.
2. Jika f’’(c) > 0, maka f(c) merupakan nilai minimum lokal dari f.

Contoh :

67
1. Gunakan uji turunan kedua untuk menentukan nilai ekstrim lokal dari
fungsi f(x) = x2 – 4x + 3

Jawab :
f’(x) = 2x – 4 dan diperoleh titik kritis x = 2, dan f’’(x) = 2 . Karena f’(2) = 0
dan f’’(2) = 2 > 0, maka nilai minimum lokal adalah f(2) = -1
2. Gunakan uji turunan kedua untuk menentukan nilai ekstrim lokal dari
1 3
fungsi f ( x)  x  x 2  3x  4
3

Jawab :
f’(x) = x2 – 2x – 3 = (x – 3) (x + 1) dan f’’(x) = 2x – 2 . Titik kritis adalah –
1 dan 3, yang berarti bahwa f’(-1) = f(3) = 0. Ternyata bahwa f’’(-1) = -4 <
0 dan f’’(3) = 4 > 0.
Jadi, nilai maksimum lokal adalah f(-1) = 17/3 dan nilai minimum lokal
adalah f(3) = -5.
Grafik dari fungsi pada contoh 1 dan 2 terakhir ini dapat dilihat pada Gambar
22 dan Gambar 23.

3. Perhatikan fungsi f(x) = x3 dan f(x) = x4 pada Gambar 24.

y y
y=x 3
y = x4

x
x

Gambar 24

68
Untuk fungsi f(x) = x3 dan f(x) = x4 , didapat f’(0) = 0 dan f’’(0) = 0.

Ternyata untuk f(x) = x3 tidak memiliki nilai maksimum maupun minimum

llokal, tetapi f(x) = x4 memiliki nilai minimum lokal. Hal ini memperlihatkan

bahwa, jika f’’(x) = 0 di titik stasioner, maka tidak dapat ditarik kesimpulan

mengenai nilai ekstrim tanpa informasi tambahan.

H. Teorema Nilai Rata-Rata

Dalam bahasa geometri, Teorema Nilai Rata-rata mudah dinyatakan


dan dipahami. Teorema tersebut menyatakan bahwa, jika grafik sebuah
fungsi kontinu mempunyai garis singgung tak tegak pada setiap titik antara A
dan B, maka terdapat paling sedikit satu titik C pada grafik antara A dan B
sehingga garis singgung di titik C sejajar talibusur AB. Lihat Gambar 25.
C3
y y
C B
C1 B
A
A C2
x x
Gambar 25
Teorema :
Jika f kontinu pada selang tertutup  a, b  dan terdiferensialkan pada (a, b),
maka terdapat paling sedikit satu bilangan c pada (a, b) dimana

f (b)  f (a )
f ' (c )  atau f(b) – f(a) = f’(c)(b – a)
ba

Contoh :

69
1. Diketahui f ( x)  2 x pada  1, 4  . Tentukan bilangan c yang berada

f (4)  f (1)
pada interval tersebut sehingga berlaku f ' (c) 
4 1
1 1 f (4)  f (1) 2
Jawab : f ' ( x)   f ' (c )  dan 
x c 4 1 3

1 2 9
Jadi,   c Lihat Gambar 26.
c 3 4

2. Diketahui f(x) = x3 – x2 – x + 1 pada  -1, 2 . Tentukan bilangan c yang


berada pada interval tersebut yang memenuhi Teorema Nilai Rata-rata
Turunan.

f (2)  f (1)
Jawab : f’(x) = 3x2 – 2x – 1  f’(c) = 3c2 – 2c –1 dan 1
2  ( 1)

Didapat persamaan 3c2 – 2c – 2 = 0, dan dari persamaan ini diperoleh :


1 1 1 1
c1   7  1,22 dan c2   7  0,55 . Lihat Gambar 27.
3 3 3 3

y y

1 c= 9/4 4 x -1 c1 1 c2 2 x

Gambar 26. Gambar 27.

Soal – soal

70
1. Tentukan nilai maksimum dan nilai minmum fungsi berikut :

a. f(x) = -x2 + 4x – 1 ; pada  0, 3 


b. f(x) = x2 + 3x ; pada  -2, 1 
c. f(x) = 4x3 + 3x2 – 6x + 1 ; pada  -2, 1 
d. f(x) = x3 – 3x + 1 ; pada (-3/2, 3)
1
e. h( x)  ; pada   2,1
1  x2
1
f. g ( x)  ; pada (, )
1  x2
g. f(x) = sin x - cos x ; pada  0,  

2. Tentukan bilangan yang melebihi kuadratnya secara maksimum !

3. Dono mempunyai 200 meter kawat berduri yang ia rencanakan untuk


memagari halaman yang berbentuk siku empat. Jika ia ingin agar luas
maksimum, berapa ukuran yang seharusnya ?

4. Buktikan bahwa untuk siku empat dengan keliling K yang luasnya


maksimum adalah berbentuk bujur sangkar.

5. Tentukan di mana grafik dari fungsi berikut naik, turun, cekung ke atas,
cekung ke bawah, tentukan pula titik baliknya, kemudian gambarkan
grafiknya.
a. f(x) = x2 – 4x + 2 h. g(x) = x3 – 12x
b. g(x) = 2x – x2 i. h(x) = (x – 3)3 + 4
c. h(x) = x3 – 1 j. f(x) = x6 – 3x4
d. f(x) = 2x3 + 9x2 – 13 k. f(x) = 3x5 – 5x3 + 1
e. g(x) = 2x5 – 15x4 + 30x3 l. g(x) = x4 + 4x
f. h(x) = (x – 3)2 m. h(x) = x4 – 6x3 – 24x2 + x + 2
g. f(x) = 4 – x2 n. f(x) = 2x2 + cos2 x

71
6. Hitunglah limit berikut :

3  2x (3 x  2)(2 x  4) 2 x3  3x 2  1
a. lim b. lim
x   ( 2 x  1)( x  2)
c. lim
x  x5 x  5 x3  4 x  7

5x  1 3x 3  4 x  1 x2  x  3
d. lim g. xlim j. lim
x  x 1   ( x 2  1)( x 2  1) x ( x  1)( x  1)

2x2  x  5 3x x  3x  1
e. lim h. lim
x   5 x 2  6 x  1 x  x 2  x  11

2x  7 1  8x 2
f. lim i. lim 3
x  x2  x x  x2  4

7. Hitunglah limit berikut :

a. lim
x 

2 x3  3  2 x 2  5  f. lim
x 3
x2
x2  9
9 x3  1 2x
b. lim g. lim
x   x 2  2 x  2 x 3 x  6x  9
2

3 x 2x
c. lim h. lim
x 3 3 x x 3 x3

3 x x2  x  6
d. lim i. lim
x 3 3 x x 3 x3
3 x2  2 x  8
e. lim j. lim
x2 x 4
2
x2 x2  8

8. Tentukan asimtot-asimtot tegak dan mendatar dari grafik fungsi berikut,


kemudian sketsakan grafiknya.
3 3
a. f ( x)  b. f ( x)  ( x  1) 2
x 1

2x 3
c. f ( x)  d. f ( x) 
x3 9  x2
14
e. g ( x) 
2x2  7

72
9. Garis y = ax + b disebut asimtot miring terhadap grafik y = f(x) jika

lim f ( x)  (ax  b)  0 atau lim  f ( x)  (ax  b)  0.


x  x  

2 x 4  3x 3  2 x  4
Carilah asimtot miring dari f ( x) 
x3  1

10. Tentukan nilai ekstrim lokal dari fungsi berikut :


a. f(x) = x3 – 3x2 + 2 b. f(x) = x3 – 3x + 4
c. f(x) = ½ x – sin x, 0 < x<2 d. g(x) = 3x4 – 4x3
e. f(x) = ¼ x3 – 3x – 1 f. h(x) = x4 – 2x2 + 3
g. f(x) = x4 + 2x3 h. g(x) = (x – 1)5

11. Tentukan nilai c yang mungkin terdapat pada interval yang diberikan
pada masing-masing fungsi berikut dengan menerapkan Teorema Nilai
Rata-rata kemudian sketsakan grafiknya.
a. f(x) = x2 + 2x ;  -2, 2 
b. f(x) = x2 + 3x – 1 ;  -3, 1 
c. g(x) = x3/3 ;  -2, 2 
d. h(x) = x3/3 + x/3 – 4/3 ;  -1, 4 
e. f(x) = x2/3 ;  0, 2 
f. f(x) = x2/3 ;  -2, 2 

12. Dono menempuh jarak 112 km dalam waktu 2 jam dan mengatakan
bahwa ia tidak pernah melampaui kecepatan 55 km/jam. Gunakan
Teorema Nilai Rata-rata untuk membuktikan bahwa ia bohong.

73
BAB IV
DIFERENSIAL DAN HAMPIRAN
A. Pendahuluan
Kita telah menggunakan cara penulisan Leibniz dy/dx untuk turunan y
terhadap x. Kita telah memperlakukan dy/dx sebagai lambang belaka dan
tidak mencoba memberikan arti tersendiri pada dy dan dx. Dalam bab ini
dibahas mengenai arti masing-masing dari dy dan dx. Pembahasan dilakukan
menurut uraian berikut.
Andaikan P(x0, y0) adalah titik tetap pada grafik y = f(x), seperti
diperlihatkan dalam Gambar 1. Dengan P sebagai titik asal, dibuat sumbu-
sumbu koordinat baru (sumbu dx dan dy) sejajar dengan sumbu x dan
sumbu y. Dalam system koordinat yang baru ini, garis singgung di P secara
khas mempunyai persamaan dy = m dx, dimana m adalah gradien. Gradien
m terhadap system koordinat baru sama saja seperti system koordinat xy.
Jadi m = f’(x0), sehingga persamaan garis singgung dapat ditulis :
dy = f’(x0) dx
Garis singgung tersebut sangat dekat pada kurva y = f(x) di sekitar P(x 0, y0)
seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.
y y

dy y = f(x) y = f(x)

dy Δy
P dx P Δx

74
x x0 x0+Δx x
Gambar 1 Gambar 2
Jika x mendapatkan pertambahan kecil Δx = dx, pertambahan yang
berpadanan dalam y pada kurva adalah Δy = f(x 0+Δx) – f(x0), sedangkan
pada garis singgung adalah dy = f’(x 0) Δx. Tetapi dy merupakan suatu
hampiran terhadap Δy.
Berikut adalah definisi formal dari diferensial.

Definisi
Andaikan y = f(x) terdiferensialkan di x dan andaikan dx, diferensial dari
peubah bebas x, menyatakan pertambahan sebarang dari x. Diferensial yang
berpadanan dy dari peubah tak bebas y didefinisikan : dy = f’(x) dx

Contoh 1
Tentukan dy jika diketahui : (a) y = x4 – 4x3 + 2, (b) y  3 x 2  2x , (c) y =
sin (x3 – 2x2 + 7).

Jawab :
(a) dy = (4x3 – 12x2 ) dx
2
1 2  2x  2
(b) dy  ( x  2 x) 3 (2 x  2) dx  dx
3 3 ( x 2  2 x) 2
3

(c) dy = (3x2 – 4x) cos (x3 – 2x2 + 7) dx

Perhatikan bahwa karena dy = f’(x) dx maka pembagian kedua ruas oleh dx


menghasilkan
dy
f ' ( x) 
dx

75
Kita dapat menafsirkan turunan sebagai hasil bagi dua diferensial.

Berikut ini aturan-aturan utama mengenai turunan dan diferensial, yang disajikan
dalam tabel.
Aturan Turunan Aturan Diferensial

dk
1. 0 1. dk = 0
dx
d (ku ) du
2. k 2. d(ku) = k du
dx dx
d (u  v ) du dv
3.   3. d(u + v) = du + dv
dx dx dx
d (uv) dv du
4. u v 4. d(uv) = u dv + v du
dx dx dx
d (u / v) v(du / dx)  u (dv / dx)
5.  u vdu  udv
dx v2 5. d   
v v2
d (u n ) du
6.  n u n 1
dx dx 6. d(un) = n un-1 du

Andaikan y = f(x), dengan x = g(t). Maka t adalah peubah bebas dan


x dan y keduanya tergantung pada t. Perhatikan :
dx = g’(t) dt
y = f(g(t))
dy = f’(g(t)). g’(t) dt = f’(x) dx
Ternyata dy = f’(x) dx, seperti halnya jika x peubah bebas . Untuk itu hati-
hatilah membedakan turunan dengan diferensial. Bilamana anda menulis
dy/dx, anda memakai lambang untuk turunan, bilamana anda menuliskan dy,
maka anda menyatakan diferensial.
B. Hampiran (Aproksimasi)
Ditentukan fungsi y = f(x) seperti Gambar 3. Bilamana x diberikan
tambahan Δx, maka y menerima tambahan yang berpadanan Δy, yang
dapat dihampiri oleh dy. Jadi, f(x+Δx) dihampiri oleh

76
f(x + Δx) ≈ f(x) + dy = f(x) + f’(x) ∆x =f(x) + f’(x) dx

y
y = f(x)

dy ∆y

f(x+∆x)

f(x)

x x+∆x x
Gambar 3

Contoh 1 :
Gunakan hampiran atau aproksimasi untuk menentukan akar kuadrat dari 4,6
dan 8,2.

Jawab :
Pandang grafik dari y x yang disketsakan dalam Gambar 4. Bilamana x
berubah dari 4 ke 4,6 maka x berubah dari 4 ke 4 + dy (secara

hampiran).
Sekarang
1
1 2 1
dy  x dx  dx
2 2 x
Di x = 4 dan dx = 0,6 mempunyai nilai
1
dy  (0,6)  0,15
2 4
Jadi
4,6  4  dy  2  0,15  2,15

Dengan cara sama, di x = 9 dan dx = - 0,8 didapat dy = - 0,133


Jadi 8,2  9  dy  3  0,133  2,867

77
y -0,8
-0,133 y x
0,6

0,15

4 4,6 8,2 9 x

Gambar 4

Contoh 2 :
Gunakan diferensial untuk menghampiri (mengaproksimasi) pertambahan
luas sebuah gelembung sabun pada saat jari-jarinya bertambah dari 3 cm
menjadi 3, 025 cm. Kemudian hitung luasnya pada saat jari-jarinya 3,025.

Jawab :
Luas gelembung sabun A = 4 ‫ת‬r2.
dA = 8 ‫ת‬r dr
Pada r = 3 dan dr = 0,025
dA ≈ 8(3,14)(3)0,025 = 1,885 cm
Luas pada saat r = 3,025 adalah : A + dA ≈ 4(3,14)(3 2) + 1,885 = 114,925

C. Penaksiran Kesalahan
Seorang peneliti mengukur variabel x tertentu yang bernilai x 0 dengan
kesalahan yang mungkin berukuran ±∆x. Kemudian nilai x 0 dipakai untuk
menghitung nilai y0 untuk y yang tergantung pada x. Nilai y 0 tercemar oleh

78
kesalahan dalam x, tetapi seberapa buruk? Prosedur standar adalah menaksir
kesalahan ini dengan memakai sarana diferensial.

Contoh 3 :

Rusuk sebuah kubus diukur dengan panjang 11,4 cm dengan kemungkinan


kesalahan ±0,05 cm. Hitunglah volume kubus tersebut dan berikan taksiran
kesalahan dalam nilai ini.

Jawab :
Volume kubus dengan rusuk x adalah V = x 3. Jadi dV = 3x2 dx. Untuk x =
11,4 dan dx = 0,05 , mka V = (11,4)3 ≈ 1482 dan
dV = 3(11,4)2 (0,05) ≈ 19,49
Jadi volume kubus tersebut adalah (1482 ± 19,49) cm 3.

Contoh 4 :

Diketahui bahwa y = 3 sin 2t + 4 cos 2t. Jika t diukur sebagai 1,13 ± 0,005 ,
hitunglah y dan berikan taksiran untuk kesalahan.

Jawab :

dy = (6 cos 2t – 8 cos t . sin t) dt

Untuk t = 1,13 da dt = 0,005 , maka y = 3 sin(2,26) + 4 cos 2 (1,13)

≈ 4,116

dy = [6 cos (2,26) – 8 cos (1,13)sin(1,113)].0,005

≈ 0,029

Jadi y = 4,116 ± 0,029

79
Soal - soal
1. Tentukan dy dari :
a. y = 2x2 – 3x + 5 b. y = 7x3 – 3x2 + 4 c. y = (3 + 2x3)-4
13x
d. y  e. y 4x5  2x 4  5 f. y  (6 x 8  11x 5  x 2 ) 2 / 3
5x 2  2

2. Jika s  5 (t 2  3) 2 , tentukan ds.

3. Jika F(x) = (5x2 + 1)2 (x – 7)5 , tentukan dF.

4. Andaikan y = f(x) = x3. Tentukan nilai dy dalam setiap kasus berikut :


(a) x = 0,5 dan dx = 1
(b) x = -1 dan dx = 0,75
Kemudian buatlah gambar yang seksama dari grafik f untuk -1,5≤x≤ 1,5
dan garis singgung – garis singgung pada kurva di x = 0,5 dan x = -1 ;
pada gambar tersebut bubuhkan dy dan dx untuk setiap pasangan data
yang diketahui dalam (a) dan (b).

5. Andaikan y = 1/x. Tentukan dy dalam setiap kasus berikut :


(a) x = 1 dan dx = 0,5
(b) x = -2 dan dx = 0,75
Kemudian buatlah gambar seperti dalam soal 4, untuk -3≤x<0 dan
0<x≤3

6. Garis tengah luar sebuah tempurung bola tipis adalah 12 dm. Jikan tebal
tempurung 0,3 dm, gunakan diferensial untuk menghampiri volume
daerah sebelah dalam tempurung.

7. Dengan anggapan bahwa katulistiwa berbentuk lingkaran dengan jari – jari


kira-kira 4000 mil, seberapakah akan lebih panjang dari katulistiwa
sebuah lingkaran lain yang sebidang dan sepusat, jika setiap titiknya
berada 2 kaki diatas katulistiwa ?

80
8. Garis tengah sebuah bola diukur sebagai 20 ± 0,1 cm. Hitung volumenya
dengan suatu taksiran untuk galat.

9. Penggiling berbentuk tabung panjangnya tepat 12 inci dan garis tengahnya


diukur sebagai 6 ± 0,005 inci. Hitung volumenya dengan suatu taksiran
untuk galat.

10. Dengan menggunakan diferensial, tentukan perubahan dalam y = 3x 2 –


2x + 11 pada saat x bertambah dari 2 ke 2,001 dan kemudian berikan
sebuah batas untuk galat yang anda buat.

11. Sebuah balon bundar memuai akibat panas matahari. Hampiri perubahan
volume balon pada saat jari – jarinya bertambah dari 5 ke 5,1 meter.

12. Jika y = x2 – 3, tentukan nilai y dan dy dalam setiap kasus berikut :


a. x = 2 dan dx = 0,5
b. x = 3 dan dx = - 0,12

13. Jika y = x4 + 2x, tentukan nilai y dan dy dalam setiap kasus berikut :
a. x = 2 dan dx = 1
b. x = 2 dan dx = 0,005

14. Gunakan diferensial untuk menghampiri bilangan berikut :


a. 402 b. 35,9

15. Nyatakan benar atau salah dan berikan argumentasi, jika galat ∆r dibuat
dalam pengukuran jari – jari sebuah bola, maka galat yang berpadanan
dalam volume yang terhitung kira-kira akan sebesar S∆r dimana S adalah
luas permukaan bola.

81
BAB V
PENGGUNAAN TURUNAN PADA MASALAH PRAKTIS

Dalam bab ini dibahas tentang penggunaan turunan dalam masalah-


masalah praktis sebagai aplikasi atau penerapan turunan dalam masalah-
masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pembahasan ini lebih banyak melalui contoh-contoh soal.

A. Kecepatan Sesaat
Jika kita mengendarai sebuah mobil dari satu tempat ke tempat lain
yang berjarak 60 km dalam waktu 2 jam, maka kecepatan rata-rata adalah
30 km/jam.
Ambil contoh lain, misalnya sebuah benda P jatuh dalam ruang
hampa udara. Benda P jatuh dari keadaan diam sejauh 16t 2 meter dalam t
detik. Jadi dalam detik pertama P jatuh sejauh 16 meter, dalam detik kedua P
jatuh sejauh 64 meter.
Dalam selang waktu t = 1 sampai t = 2, benda P jatuh sejauh (64 –
16) meter, dan kecepatan rata-rata adalah :
64  16
vrata  rata   48 meter / det ik
2 1
Dalam selang waktu t = 1 sampai t = 1,5 , kecepatan rata-rata adalah :
16(1,5) 2  16
vrata  rata   40 meter / det ik
1,5  1

Demikian juga halnya, dalam selang waktu t = 1 sampai t = 1,1 , kemudian t


= 1 sampai t = 1,01 , maka kecepatan rata-rata P adalah :
16(1,1) 2  16
vrata  rata   33,6 meter / det ik
1,1  1

16(1,01) 2  16
vrata  rata   32,16 meter / det ik
1,01  1

82
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa semakin pendek selang
waktu yang diambil, maka semakin menghampiri kecepatan pada saat t = 1.
Selanjutnya kita ambil contoh lain yang lebih tepat. Andaikan sebuah
benda P bergerak sepanjang garis sehingga posisinya pada saat t dinyatakan
oleh s = f(t). Pada saat c benda P berada pada posisi f(t) ; pada saat yag
berdekatan yaitu c+h, benda P berada pada posisi f(c+h) (lihat Gambar 1).

0 0

c  f(c)

c+h  f(c+h)

s
Gambar 1

Jadi kecepatan rata-rata benda P pada selang  c, c+h  adalah :

f ( c  h )  f (c )
vrata  rata 
h

Selanjutnya kecepatan sesaat didefinisikan sebagai berikut :

f (c  h )  f ( c )
v  lim vrta  rata  lim
h0 h0 h

Untuk f(t) = 16t2 , kecepatan pada saat t = 1 adalah :

f (1  h)  f (1) 16(1  h) 2  16
v  lim  lim  lim(32  16h)  32
h0 h h 0 h h 0

Contoh

83
Sebuah benda jatuh sehingga posisinya pada saat t detik dinyatakan oleh f(t)
= 4t2.
a. Hitunglah kecepatan sesaat beranjak dari posisi diam pada t = 1,5.
b. Hitunglah waktu yag diperlukan untuk mencapai kecepatan 72 m/det.

Jawab :
f (1,5  h)  f (1,5) 4(1,5  h) 2  4(1,5) 2
a. v  lim  lim  lim(12  4h)  12
h0 h h0 h h0

f (c  h)  f (c ) 4(c  h) 2  4c 2
b. lim  lim  lim(8c  4h)  8c
h0 h h0 h h0

selanjutnya diselesaikan persamaan 8c = 72, dan didapat c = 9.


Jadi, waktu yang diperlukan untuk mencapai keceatan 72 m/det adalah 9
detik.

B. Kecepatan dan Percepatan


Kita akan mengkaji ulang pengertian kecepatan sesaat dengan
menggunakan sebuah contoh. Selanjutnya kita pakai kata kecepatan sebagai
ganti dari istilah kecepatan sesaat. Perhatikan contoh berikut .

Contoh 1
Sebuah benda bergerak sepanjang garis koordinat sehingga posisinya pada
saat t memenuhi s = 2t2 – 12t + 8, s diukur dalam sentimeter dan t dalam
detik. Tentukan kecepatan benda bilamana t =1, t = 3, t = 5, dan t = 6.

Jawab :
Kita pakai lambang v(t) untuk menyatakan kecepatan pada saat t, maka

ds
v(t )   4t  12  v(1) = -8 ; v(3) = 0 ; v(5) = 8 dan v(6) = 12
dt

84
Kecepatan 0 pada saat t = 3, kecepatan positif pada saat t > 3, dan
kecepatan negatif pada saat t < 3. Lihat Gambar 2.

t = 5, v = 8 t = 6, v = 12
t=3
t = 1, v = -8 t = 0, v = - 12
 s
-10 -2 0 8

Gambar 2

Penjelasan gambar :
Pada saat t = 0, v = -12 dan s = 8 ; pada saat t = 1, v = -8 dan s = -2 ;
pada saat t = 3, v = 0 dan s = -10 ; pada saat t = 5, v = 8 dan s = -2 ; pada
saat t = 6, v = 12, s = 8.

Terdapat perbedaan teknis antara kecepatan (velocity) dan laju


(speed). Kecepatan mungkin positif atau negatif. Laju didefinisikan sebagai
nilai mutlak dari kecepatan. Dalam contoh diatas, laju pada saat t = 1 adalah
-8  = 8 cm/det.
Selanjunya diberikan tafsiran fisik mengenai turunan kedua dari s yaitu

d 2s
. Ini merupakan turunan pertama dari kecepatan yang mengukur laju
dt 2
perubahan kecepatan terhadap waktu, yang disebut percepatan dan
dilambangkan dengan a, maka :

dv d 2 s
a 
dt dt 2

d 2s
Dalam contoh 1, kita peroleh a   4 , dan ini berarti bahwa kecepatan
dt 2
bertambah sebesar 4 cm/det setiap detik, ditulis : 4 cm/det 2.

85
Contoh 2
Sebuah titik bergerak sepanjang garis koordinat mendatar sedemikian
sehingga posisinya pada saat t dinyatakan oleh s = t 3 – 12t2 + 36t – 30 ,
dalam hal ini s dalam meter, t dalam detik.
a. Kapan kecepatan 0 ?
b. Kapan kecepatan positif ?
c. Kapan titik bergerak mundur (kekiri) ?
d. Kapan percepatan positif ?

Jawab :
a. v = ds/dt = 3t2 – 24t + 36 = 3 (t – 2) (t – 6). v = 0 pada t = 2 dan t = 6.
b. v > 0 atau (t – 2) (t – 6) > 0 diperoleh t < 2 atau t > 6. Jadi kecepatan
positif pada saat t < 2 atau t > 6.
c. v < 0 atau (t – 2) (t – 6) < 0 diperoleh 2 < t < 6. Jadi titik bergerak
kekiri pada saat t diantara 2 dan 6.
d. a = d2s/dt2 = dv/dt = 6t – 24 = 6(t – 4). a > 0 atau t > 4. Jadi
percepatan positif pada saat t lebih dari 4.
Secara skematis, gerakan titik tersebut diperlihatkan pada Gambar 3.

t=6
t=9

t = -1 t=0 t=2
 s
-79 -30 0 2 51

Gambar 3

86
C. Laju
Jika peubah y tergantung kepada waktu t, maka turunannya dy/dt
disebut laju sesaat perubahan. Jika y menyatakan jarak, maka laju sesaat
perubahan ini disebut kecepatan. Beberapa contoh laju sesaat, seperti : laju
air mengalir kedalam ember, laju membesarnya luas pencemaran minyak,
laju naiknya permukaan air dalam bak, laju bertambahnya nilai kapling tanah,
dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya, kita bahas contoh berikut.

Contoh 1
Sebuah balon dilepas pada jarak 150 kaki dari seorang pengamat yang berdiri
ditanah. Jika balon naik lurus keatas dengan laju 8 meter/detik, seberapa
cepat jarak antara pengamat dan balon bertambah pada waktu balon berada
pada ketinggian 50 kaki ?

Jawab :
Andaikan t menyatakan banyaknya detik setelah balon dilepas. Andaikan h
menyatakan ketinggian balon dan s jarak antara balon dan pengamat (lihat
Gambar 4).
Telah diketahui dh/dt = 8
S Ditanyakan ds/dt pada saat h = 50 .
h Perlu diperhatikan bahwa dalam gam-
bar 4, berlaku hukum Pythagoras,
150
Gambar 4 s2 = h2 + (150)2

Selanjutnya didiferensialkan terhadap t diperoleh :

ds dh ds dh
2s  2h atau s h ………………….*)
dt dt dt dt

Bilamana h = 50, maka s2 = (50)2 + (150)2  s  50 10

87
Kemudian dengan menggantikan harga s  50 10 dan h = 50 kedalam
persamaan *) diperoleh :
ds ds 8 4
50 10  50.(8)   10  10  2,53
dt dt 10 5

Jadi pada saat balon pada ketinggian 50 kaki, jarak antara pengamat dan
balon bertambah dengan kecepatan 2,53 kaki/detik.

Contoh 2
Air dituangkan kedalam bak berbentuk kerucut dengan laju 8 dm/menit.
tinggi bak 12 dm dan jari-jari permukaan atas adalah 6 dm. Seberapa cepat
permukaan air naik bilamana tinggi permukaan 4 dm ?

Jawab :
Nyatakan tinggi permukaan air pada saat t sebarang adalah h dan andaikan r
adalah jari-jari permukaan air (lihat Gambar 5).

Diketahui bahwa volume (V) air naik dengan


6 laju 8 dm/menit, berarti dV/dt = 8, h = 4
V = 1/3  r2 h . Peubah r tidak diinginkan, ka-
4 12 rena kita tidak tahu dr/dt.
Namun dengan menggunakan segitiga seba-
h ngun didapat r/h = 6/12 atau r = ½ h.

Gambar 5
1 dV 1 dh
Sehingga diperoleh V  h3 sehingga  h 2 …………*)
12 dt 4 dt

Dengan menggantikan dV/dt = 8 dan h = 4 pada *) diperoleh :

dh 2
  0,637
dt 

88
dh 32
Bilamana h = 10 maka didapat   0,102 . Hal ini menunjukkan
dt 100
bahwa dengan berlalunya waktu, laju naiknya permukaan air semakin
lambat, dan ini menunjukkan bahwa percepatannya berharga negatif.
Perhatikan uraian berikut :

1 2 dh dh 32
8 h  h2 
4 dt dt 

Jika didiferensialkan secara implisit, diperoleh :


dh 2
2( )
dh d 2h d 2h dt , ini jelas negatif.
2 h( ) 2  h 2 2  0  2  
dt dt dt h

Berikut ini dikemukakan prosedur sistematis untuk menyelesaikan masalah


laju, berikut ini langkah-langkah yang ditempuh.
Langkah 1 : Andaikan t menyatakan waktu. Gambarlah diagram yang
berlaku untuk semua t > 0. Beri pengenal besaran-besaran yang nilainya
tidak berubah bila t bertambah, dengan nilai-nilai konstanta yang diketahui.
Berikan nama huruf pada besaran yang berubah sesuai waktu.
Langkah 2 : Nyatakan apa yang diketahui dan informasi apa yang
diinginkan tentang peubah-peubah. Informasi berbentuk turunan terhadap t.
Langkah 3 : Tulis sebuah persamaan yang menghubungkan peubah-
peubah yang sahih untuk semua t > 0.
Langkah 4 : Diferensialkan persamaan yang ditemukan pada langkah 3
Langkah 5 : Gantikan persamaan yang ditemukan pada langkah 4,
kemudian selesaikan.

Contoh 3
Sebuah pesawat udara terbang ke utara dengan kecepatan 640 km/jam,
melintasi sebuah kota A pada tengah hari, dan sebuah pesawat kedua

89
terbang ke timur dengan kecepatan 600 km/jam dan melewati kota A
tersebut 15 menit kemudian. Jika pesawat tersebut terbang pada ketinggian
yang sama, seberapa cepat mereka berpisah pada pukul 13.15 ?

Jawab :
Langkah 1 : Andaikan t (dalam jam) adalah waktu
setelah pukul 12.15. Gambar 6 memperlihatkan
situasi untuk semua t > 0. y
Jarak antara kota A dengan pesawat I pada saat s
t = 0 (pukul 12.15) adalah 160 km.
Andaikan y (dalam km) jarak yang ditempuh pe-
sawat I, x (dalam km) jarak yang ditemuh pesa- 160
wat II, dan s (dalam km) jarak antara pesawat I x
pesawat II. Gambar 6
Langkah 2 : Diketahui dy/dt = 640, dx/dt = 600 , dan ingin diketahui ds/st
pada saat t = 1 (pukul 13.15).
Langkah 3 : Pada gambar 6 berlaku s2 = x2 + ( y + 160)2

ds dx dy ds dx dy
Langkag 4 : 2 s  2x  2( y  160). s x  ( y  160)
st dt dt dt dt dt

……*) Langkah 5 : Pada saat t = 1, x = 600, y = 640, didapat :

s (600) 2  (640  160) 2  1000.

Selanjutnya,
ds
1000  (600 ).(600)  (640  160) . 640
dt
ds
 872
dt

Jadi pada pukul 13.15, pesawat-pesawat tersebut berpisah dengan kecepatan


872 km/jam.

90
D. Maksimum dan Minimum

Contoh 4
Kotak persegi panjang dibuat dari selembar papan, panjang 24 inci dan lebar
9 inci denga memotong bujur sangkar identik pada keempat pojok dan
melipat ke atas sisi –sisinya seperti pada Gambar 7. Tentukan ukuran kotak
yang volumenya maksimum. Hitung pula volume tersebut !

Jawab :
x
x
9
x 9-2x
24 24-2x
Gambar 7
Andaikan x adalah sisi bujur sangkar yang dipotong dan V adalah volume
kotak, maka : V = x(9 – 2x)(24 – 2x) = 4x3 – 66x2 + 216x
Dalam hal ini x tidak kurang dari 0 dan tidak lebih dari 4,5.
Jadi permasalahannya adalah memaksimumkan V pada [ 0; 4,5 ].
dV
 216  132 x  12 x 2  0  (9  x)(2  x)  0  x  9  x  2
dx
Karena x = 9 diluar interval [0; 4.5], maka titik kritisnya 0, 2, dan 4,5.
Untuk x = 0 dan x = 4,5 diperoleh V = 0, dan pada x = 2 diperoleh V = 200.
Disimpulkan bahwa kotak memiliki volume maksimum 200 inci kubik dengan
ukuran panjang 20 inci, lebar 5 inci dan tinggi 2 inci.

Contoh 5
Pak Budi akan membuat pagar untuk ayam peternakannya berbentuk seperti
pada Gambar 8. Jika ia memiliki 100 meter kawat berduri untuk pagar
tersebut, berapa meter ukuran seluruh kelilingnya agar luasnya maksimum ?

91
Jawab :

y
Gambar 8

Andaikan x lebar dan y panjang maka 3x + 2y = 100 atau y = 50 – 3/2 x


Luasnya L = xy = x (50 – 3/2 x) = 50x – 3/2 x2
100
Dalam hal ini x berada pada interval 0  x  . Jadi permasalahannya
3
adalah memaksimumkan L pada [0, 100/3].
Selanjutnya,
dL 50
 50  3 x  0  x 
dx 3
Titik kritisnya : 0, 50/3, dan 100/3.
Untuk x = 0 dan x = 100/3 dieroleh L = 0, sedangkan untuk x = 50/3
dieroleh L = 416,7.
Jadi agar luas maksimum maka ukuran pagar yang dibuat adalah panjang 25
meter dan lebar 50/3 = 16,7.

Contoh 6
Sebuah surat edaran memuat 50 cm 2 bahan cetak. Jalur bebas cetak diatas
dan dibawah selebar 4 cm dan disamping kiri dan kanan selebar 2 cm.
Berapakah ukuran surat edaran tersebut yang memerlukan kertas sedikit
mungkin ?

Jawab :

92
Andaikan surat tersebut mempunyai lebar x dan tinggi y (Gambar 9).
x
4 cm
L = xy …………. *)

y
2 cm

Gambar 9

Ukuran bahan cetakan adalah (x – 4) dan (y – 8), dan diketahui luasnya


adalah 50 cm2. Sehingga (x – 4)(y – 8) = 50. Persamaan ini dapat ditulis

50
dalam bentuk y   8 kemudian disubstitusikan ke *) diperoleh :
x4
50 x
L  8x
x4
Nilai x yang diperbolehkan adalah x > 4 atau x berada pada (4, ~). Jadi
permasalahannya adalah meminimumkan L pada (4, ~).
Selanjutnya,
dL 8( x  1)( x  9)
 dan menghasilkan titik kritis x = -1 dan
dx ( x  4) 2

x=9, sedangkan x = -1 tidak memenuhi. Kemudian dengan memperhatikan


bahwa dL/dx < 0 pada (4, 9) dan dL/dx > 0 pada (9, ~) dan ternyata x = 9
merupakan titik stasioner, maka disimpulkan bahwa L minimum pada x = 9.
Dari x = 9 diperoleh y = 18.
Jadi ukuran surat tersebut agar membutuhkan kertas sedikit mungkin adalah
lebar 9 cm dan tinggi 18 cm.

93
Contoh 7
Sebuah balok kayu siku empat harus dipotong dari sebuah gelondongan
dengan penampang berbentuk lingkaran. Jika kekuatan balok sebanding
dengan hasil kali lebar dan kuadrat tebalnya, tentukan ukuran penampang
yang memberikan balok yang paling kuat.

Jawab :
Perhatikan Gambar 10.

d a

Gambar 10 w

Perhatikan Gambar 10, andaikan kekuatan balok adalah S, maka S = kwd 2,


dimana k merupakan konstanta kesebandingan. Permasalahannya adalah
memaksimumkan S.
Antara a, d, dan w terdapat hubungan : a 2 = w2 + d2 atau d2 = a2 – w2 ,
sehingga diperoleh : S = ka2w – kw2
Dalam hal ini w berada pada interval (0, a).
dS 1
Selanjutnya,  ka 2  2kw dan menghasilkan titik kritis w  a 3 .
dw 3
Melalui pemeriksaan terhadap tanda dS/dw akan terlihat bahwa dS/dw > 0

1 1
untuk w  a 3 dan dS/dw < 0 untuk w  a 3 , sehingga disimpulkan
3 3

94
1
bahwa S maksimunm pada w a 3 . Bila harga w ini digantikan pada
3

2
persamaan d2 = a2 – w2 diperolah d  a.
3

1
Jadi ukuran penampang balok yang diinginkan adalah memiliki lebar a 3
3

2
dan tebal a . Perhatikan bahwa tebalnya sama dengan 2 kali lebarnya.
3

Contoh 8
Anton berada di perahu dayung 2 km dari titik terdekat pada sebuah pantai.
Ia melihat asap mengepul dari rumahnya yang berjarak 6 km dari titik
terdekat tersebut. Ia membayangkan dapat mendayung dengan laju 6
km/jam dan lari 10 km/jam. Bagaimana ia harus bertindak agar sampai
dirumah secepatnya ?

Jawab : C
Perhatikan Gambar 11.

6-x
Pantai
D
x
A 2 B

Gambar 11

95
Jarak AD adalah x2  4 km dan waktu yang diperlukan untuk menempuh

1
jarak tersebut adalah x 2  4 jam. Jarak DC adalah (6 – x) km dan waktu
6

1
yang diperlukan adalah (6  x) jam. Jadi total waktu T adalah :
10

x2  4 6  x
T 
6 10
Permasalahannya adalah meminimumkan T pada [ 0, 6 ].

dT 10 x  6 x 2  4
 yang menghasilkan titik stasioner x = 3/2 = 1,5
dx 60 x 2  4

Titik kritisnya adalah 0; 1,5 ; dan 6. Selanjutnya perhatikan tabel berikut :

x T
0 0,93
1,5 0,87
6 1,06

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Anton harus mendayung ke titik
D yang berjarak 1,5 dari B kemudian menempuh sisanya dengan berlari. Ini
akan memakan waktu sekitar 0,87 jam atau 52,2 menit.

Contoh 9
Tentukan ukuran tabung lingkaran tegak yang volumenya sebesar mungkin
yang dapat dimasukkan kedalam kerucut lingkaran tegak yang tingginya 30
cm dan jari-jari alas 9 cm.

Jawab :
Perhatikan gambar berikut : 30-h
Andaikan jari-jari alas tabung r,

96
tingginya h. Volume tabung adalah 30

V   r 2h ………..*)

Dari segitiga-segitiga sebangun


dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 12
30  h 30 30
  h  30  r disubstitusikan ke persamaan *)
r 9 9
diperoleh
 30  30
V   r 2  30  r   30 r 2   r 3 ………………………………..**)
 9  9

Permasalahannya adalah memaksimumkan V untuk r pada [0, 9].


Selanjutnya,

dV
 60 r  10 r 2  10 r (6  r ) , yang menghasilkan titik stasioner r = 6.
dr
Jadi titik-titik kritisnya adalah 0, 6, dan 9. Selanjutnya perhatikan tabel berikut :
r V
0 0
6 360 ‫ת‬
9 0

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa jari-jari alas tabung 6 cm dapat
memberikan volume tabung maksimum sebesar 360 1130,4 = ‫ ת‬cm3.
Selanjutnya untuk r = 6 menghasilkan h = 10.
Jadi ukuran tabung yang dikehendaki adalah tinggi 10 cm dan jari-jari alas 6
cm.

Ringkasan Metode
Berdasarkan contoh-contoh diatas (contoh 4 sampai dengan contoh
9), dipaparkan sebuah metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan

97
masalah maksimum – minimum terapan. Metode ini dilakukan menurut
langkah-langkah berikut :

Langkah 1 : Buat sebuah gambar untuk permasalahan yang dihadapi


dan berikan peubah-peubah yang sesuai untuk besaran-besaran kunci.
Langkah 2 : Tuliskan rumus untuk besaran Q yang harus
dimaksimumkan atau diminimumkan dalam bentuk peubah-peubah tersebut.
Langkah 3 : Gunakan kondisi-kondisi masalah untuk menghilangkan
semua kecuali satu dari peubah-peubah ini dan karenanya menyatakan Q
sebagai fungsi dari satu peubah, misalnya x.
Langkah 4 : Tentukan himpunan nilai x yang mungkin, biasanya
sebuah selang.
Langkah 5 : Tentukan titik-titik kritis. Paling sering, titik-titik kritis
kunci berupa titik stasioner.
Langkah 6 : Gunakan teori yang relevan untuk memutuskan titik kritis
mana yang memberikan nilai maksimum atau minimum.

Soal - soal

1. Jika s = ½ t4 – 5t3 + 12t2 menyatakan jarak yang ditempuh suatu benda


bergerak, tentukan kecepatanya bilamana percepatannya nol.

2. Dua partikel bergerak sepanjang garis koordinat. Pada akhir t detik jarak-
jarak berarah mereka dari titik asal, dalam meter, masing-masing
diberikan oleh s1 = 4t – 3t2 dan s2 = t2 – 2t.
a. Kapan mereka mempunyai kecepatan sama ?
b. Kapan mereka mempunyai laju sama ?
c. Kapan mereka mempunyai posisi sama ?

98
3. Posisi dua partikel P1 dan P2 , pada sebuah garis koordinat pada akhir t
detik masing-masing diberikan oleh s1 = 3t3 – 12t2 + 18t + 5 dan s2 = -t3
+ 9t2 – 12t. Kapan dua partikel tersebut mempunyai kecepatan sama ?

4. Sebuah titik bergerak sepanjang garis koordinat mendatar sehingga


posisinya pada saat t diberikan oleh s = t3 – 3t2 – 24t – 6. Dalam hal ini s
dalam centimeter dan t dalam detik. Kapan titik tersebut bertambah
lambat ?

5. Rusuk kubus yang berubah bertambah panjang dengan laju 3 cm/det.


Berapa kecepatan pertambahan volume kubus pada saat panjang rusuk
10 cm ?

6. Dengan anggapan bahwa bola sabun bentuknya tidak berubah selama bola
itu berkembang, berapa cepat jari-jarinya bertambah pada saat panjangya
2 cm, jika udara ditiupkan kedalam bola dengan laju 4 cm/det. ?

7. Sebuah pesawat udara terbang mendatar pada ketinggian 1 km, melintasi


seorang pengamat. Jka laju pesawat itu tetap sebesar 240 km/jam,
berapa cepat jarak dari pengamat bertambah 30 detik kemudian ?

8. Seorang mahasiswa memakai sebuah sedotan untuk minum es teh dari


gelas kertas berbentuk kerucut yang sumbunya tegak, dengan laju 3
cm/detik. Jika tinggi gelas 10 cm dan garis tengah mulut gelas 6 cm,
berapa cepat menurunnya permukaan es teh pada saat kedalamannya 5
cm ?

9. Sebuah pesawat udara terbang ke barat dengan kecepatan 400 km/jam,


melintasi sebuah kota tertentu pada pukul 11.30, dan sebuah pesawat
kedua, pada ketinggian yang sama terbang ke selatan degan kecepatan

99
500 km/jam, melintasi kota itu pada tengah hari. Seberapa cepat mereka
berpisah pada pukul 13.00 ?

10. Seorang di dermaga menarik tali yang diikatkan pada sebuah sampan.
Jika tangan orang tersebut 12 desimeter lebih tinggi dari titik tempat tali
diikatkan pada sampan dan jika ia menarik tali dengan kecepatan 3
dm/det. , seberapa cepat perahu mendekati dermaga pada waktu
panjang tali masih 20 dm ?

11. Sebuah tangga panjangnya 20 dm bersandar di dinding. Jika ujung


bawah tangga ditarik sepanjang lantai menjauhi dinding dengan
kecepatan 2 dm/ detik, seberapa cepat ujung atas tangga bergeser
menuruni dinding pada waktu ujung bawah tangga sejauh 4 dm dari
dinding?

12. Minyak dari kapal tangki yang pecah menyebar dalam pola melingkar.
Jika jari-jari lingkaran bertambah pada laju tetap sebesar 1,5 dm/detik,
seberapa cepat meluasnya daerah yang tercemar setelah 2 jam?

13. Dari sebuah pipa mengalir pasir dengan laju 16 dm/detik. Jika pasir yang
keluar membentuk tumpukan berbentuk kerucut yang tingginya selalu
¼ garis tengah alas, seberapa cepat tingginya bertambah pada saat
tinggi tumpukan 4 dm?

14. Dono mempunyai 200 meter kawat berduri yang ia rencanakan untuk
memagari halaman berbentuk siku empat. Jika ia ingin agar luasnya
maksimum, berapakah ukuran yang harus dibuat?

15. Buktikan bahwa untuk siku empat dengan keliling K, yang luasnya
maksimum adalah berbentuk bujur sangkar.

100
16. Hitunglah volume terbesar dari kotak terbuka yang dapat dibuat dari
selembar papan luas 24 inci 2 dengan cara memotong bujur sangkar
berukuran sama pada sudut-sudutnya dan melipat sisi-sisi ke atas.

17. Dua pojok sebuah siku empat berada pada sumbu x dan dua yang
lainnya pada parabola y = 12 – x2 , dengan y ≥ 0. Berapa ukuran siku
empat tersebut dengan luas maksimum?

18. Tentukan ukuran siku empat yang luasnya maksimum yang dapat
diletakkan di dalam setengah lingkaran berjari-jari r.

19. Seorang petani bermaksud memagari dua kandang siku empat


berdampingan yang identik, masing-masing seluas 900 meter persegi.
Berapa ukuran masing-masing kandang agar pagar kawat yang
diperlukan sesedikit mungkin?

20. Andaikan batas luar kandang pada soal no. 19 memerlukan kawat tebal
yang biayanya Rp. 200 tiap meter, sedangkan bagian tengah hanya
memerlukan biaya Rp. 100 tiap meter, berapa ukuran kandang tersebut
agar biaya kawat termurah?

101
102

Anda mungkin juga menyukai