Anda di halaman 1dari 30

Renungan Harian, Jumat 2 Maret 2018

Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak


terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Jumat 2 Maret dalam Pekan Prapaskah II dan bertepatan dengan
Jumat Pertama dalam Bulan. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini
diambil dari Kitab Kejadian 37:3-4.12.13a.17b-28. Bacaan Injil dari Injil
Matius 21:33-43.45-46.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Matius.
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada imam-imam kepala serta tua-tua
bangsa Yahudi, “Dengarkanlah perumpamaan ini, seorang tuan tanah
membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali
lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam
kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-
penggarap, lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim
petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu
untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi para penggarap
menangkap hamba-hamba itu: yang seorang mereka pukul, yang lain
mereka bunuh, dan yang lain lagi mereka lempari dengan batu.
Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak
daripada yang semula. Tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti
kawan-kawan mereka. Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya kepada
mereka, pikirnya, ‘Anakku pasti mereka segani.’ Tetapi ketika para
penggarap melihat anak itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia
adalah ahli waris! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik
kita. Maka mereka menangkap dia, dan melemparkannya ke luar kebun
anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu
datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap
itu?” Kata imam-imam kepala dan tua-tua itu kepada Yesus, “Ia akan
membinasakan orang-orang jahat itu, dan kebun anggurnya akan
disewakannya kepada penggarap-penggarap lain yang akan menyerahkan
hasil kepadanya pada waktunya.” Kata Yesus kepada mereka, “Belum
pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-
tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Hal itu terjadi dari pihak
Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu Aku berkata
kepadamu, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan
kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
Mendengar perumpamaan Yesus itu, imam-imam kepala dan orang-
orang Farisi mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Maka
mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang
banyak, karena orang banyak itu menganggap Yesus nabi.
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, salah satu upaya kita
mencapai kekudusan, secara istimewa dalam masa prapaskah adalah
dengan membangun cinta kasih kepada sesama dengan tulus dan tanpa
pamrih, juga membuang rasa benci dan dendam pada sesama.
Sabda Tuhan hari ini menggambarkan bagaimana rasa benci dan iri hati
itu masih merajalela di dunia. Yakub memiliki duabelas anak. Anak yang
paling disayangi adalah Yusuf. Ia adalah anak dari salah seorang istri
Yakub yang lahir di saat Yakub sudah berusia senja. Ia memiliki jubah
yang indah. Dia jujur di hadapan ayahnya dan banyak kali berani
membongkar borok saudara-saudaranya terutama dalam hubungan
dengan pekerjaan mereka sebagai penggembala ternak. Dia juga
memiliki mimpi yang diceritakan kepada ayah dan saudara-saudaranya
sehingga menimbulkan rasa iri hati. Pada saat itu Yusuf baru berusia 17
tahun.
Pada suatu kesempatan Yusuf disuruh ayahnya untuk untuk melihat
saudara-saudaranya di lemba Hebron, tetapi mereka sudah berangkat ke
Dotan. Ketika saudara-saudara melihatnya datang, rasa iri hati muncul
kembali dan mereka sepakat untuk membunuhnya. Mereka sepakat dan
berkata: “Marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu
sumur kemudian menyampaikan kepada ayahnya bahwa ada hewan buas
yang menerkamnya”. Ruben sebagai anak sulung berusaha untuk
melepaskan saudaranya. Ia mengingatkan saudara-saudaranya untuk
tidak membunuhnya tetapi melemparkan ke dalam sumur saja, itu sudah
cukup. Ketika Yusuf tiba, saudara-saudaranya melepaskan jubahnya dan
memasukkan ke dalam sumur kering. Tiba-tiba para saudagar Midian
lewat di dekat mereka maka mereka pun menjual Yusuf dengan harga
dua puluh sykal perak. Iri hati, dengki dan dendam tak jarang menutup
rasa cinta kita terhadap sesama, karena yang lebih muncul ke permukaan
adalah menganggap sesama sebagai saingan.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar kisah tentang penggarap-penggarap
kebun anggur, di mana pemilik kebun anggur adalah orang yang baik. Ia
menyiapkan kebun anggurnya lengkap: lahan digarapi, pagar keliling
dipasang, tempat memeras anggur disiapkan dan menara jaga dibangun.
Kebun yang sudah siap ini disewakan kepada para penggarap. Para
penggarap adalah orang-orang tamak. Pada saat musim panen tiba, tuan
kebun anggur menyuruh para hamba untuk meminta bagiannya tetapi
mereka dipukul, dilempari dengan batu bahkan ada yang dibunuh. Tuan
itu lalu mengutus puteranya sendiri, tetapi nasibnya lebih tragis.
Puteranya itu ditangkap, diseret ke luar kebun anggur lalu dibunuh
dengan keji. Maka kebun anggur itu akhirnya disewakan kepada orang
lain yang lebih bertanggung jawab dalam mengelolanya.
Yesus sedang berbicara dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Allah
Bapa adalah sang pemilik kebun anggur. Ia menyiapkan segala sesuatu
lengkap dan diberinya kepada umat terpilih. Para nabi adalah hamba-
hamba yang diutusNya tetapi orang-orang Israel tidak menerimanya,
bahkan Yesus Kristus PuteraNya sendiri ditangkap, dijual dan dibunuh di
atas kayu salib. Perbuatan keji karena iri hati yang berlebihan dari
manusia yang tidak menyadari kasih Allah.
Saudara-saudari yang terkasih, sikap iri hati adalah dosa yang selalu ada
di dalam hidup kita. Dan pada masa prapaskah ini kita diundang untuk
menghapus sikap ini, karena bukan hanya menghambat relasi kita dengan
sesama tetapi juga dengan Tuhan Allah. Pengalaman Yesus Kristus dan
Pengalaman Yusuf membuka mata kita bahwa rasa benci, saling
menuding, menjual saudara sendiri dan membunuh saudara sendiri
adalah dosa yang sangat besar. Yesus dijual dan disalibkan untuk
keselamatan manusia. Yusuf dijual untuk memberi keselamatan bagi
saudara-saudaranya dengan makanan dan minuman. Mari kita
mengaktualisasikan pengalaman kasih Yesus dan Yusuf dalam hidup
kita, khususnya selama masa prapaskah ini. Apakah anda dan saya mau
tetap saling menjual satu sama lain? Mari kita bertobat.
Marialh berdoa,
Ya Allah, semoga sikap iri hati yang ada pada kami, yang dapat
menghancurkan kehidupan ini, Kau lenyapkan seturut dengan upaya
kami mencintai dan mengasihi sesama kami dengan tulus.

Renungan Harian, Sabtu 3 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Sabtu 3 Maret dalam Pekan Prapaskah II. Bacaan pertama dalam
liturgi hari ini diambil dari Nubuat Mikha 7:14-15.18-20. Bacaan Injil
dari Injil Lukas 15:1-3.11-32.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Lukas.
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada
Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa
dan makan bersama-sama dengan mereka. Maka Yesus menyampaikan
perumpamaan ini kepada mereka, “Ada seorang mempunyai dua anak
laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku
bagian harta milik kita yang menjadi hakku’. Lalu ayahnya membagi-
bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian
anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang
jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-
foya. Setelah dihabiskan harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di
negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada
seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk
menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang
menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya
kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: ‘Betapa banyak
orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di
sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap
Bapa; aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai
salah seorang upahan Bapa.’ Maka bangkitlah ia dan pergi kepada
bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku
telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi
disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya,
“Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya;
kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah
anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali’. Maka mulailah mereka bersukaria.
Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang
dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-
tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya
apa arti semua itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu
telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali
anak itu dengan selamat’. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak
mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia
menjawab ayahnya, katanya, ‘Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa,
dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum
pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita
dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur,
maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia’. Kata
ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku,
dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan
bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, kisah Injil yang baru
saja kita dengarkan hari ini menjadi semacam ikon atau gambaran betapa
baiknya Allah terhadap manusia. Kerahiman ilahi atau kemurahan hati
Bapa tidak hanya terjadi pada saat Gereja Katolik menetapkan Tahun
2015-2016 sebagai Tahun Kerahiman Ilahi, namun sepanjang tahun
Allah tetap menunjukkan belas kasih-Nya kepada manusia yang dengan
rela mau bertobat dan kembali kepada pangkuan Bapa. Apalagi masa
prapaskah, kita merayakan setiap tahun, dan itu menjadi tanda bahwa
kerahiman Allah tak pernah berhenti.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menghadirkan wajah Allah Bapa yang
maharahim dalam sebuah perumpamaan yang bagus tentang “Bapa yang
murah hati”. Dia adalah seorang Bapa yang menghormati kebebasan
anak-anaknya, meskipun sebenarnya anak-anaknya menyalahgunakann
kebaikannya sebagai bapa. Seorang Bapa yang senantiasa membuka
tangannya untuk menerima anaknya yang sudah jatuh dalam dosa bahkan
sampai level “sudah mati”.
Bacaan Injil memperlihatkan tiga figur yang mewakili kehidupan pribadi
kita masing-masing. Pertama, figur ayah sebagai pribadi yang murah
hati. Ia menghormati kemerdekaan anak-anaknya. Apa yang menjadi hak
mereka diberikannya dan ia siap menerima resiko yakni ketika anak
bungsunya kembali atau anak sulungnya tidak bersyukur. Tangannya
selalu terbuka untuk memberi dan menerima anak-anak apa adanya.
Figur bapa adalah Tuhan Allah sendiri yang maharahim kepada semua
orang. Kedua, Anak bungsu. Ia memiliki kemerdekaan, menggunakan
haknya. Hanya saja ia kurang bertanggung jawab terhadap kebaikan yang
sudah diberikan ayahnya. Namun ia masih sadar diri sebagai pribadi
yang lemah dan mau kembali kepada bapanya. Ketiga, anak sulung. Ia
lupa diri karena selalu berada di zona nyaman. Ia memang memiliki harta
tetapi tidak memanfaatkannya. Apa yang menjadi milik ayahnya, itu pun
menjadi miliknya. Dia tidak berempati dengan saudaranya. Anda
termasuk figur yang mana?
Marilah berdoa,
Ya Bapa, kebaikan-Mu sungguh nyata dalam kehidupan dan keberdosaan
kami. Tak henti-hentinya Kau mengampuni kami yang bersalah kepada-
Mu. Semoga kasih setia-Mu kami teruskan dengan tetap membagi cinta
dan kemuarahan hati kepada sesama.

Renungan Harian, Minggu 4 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi dan selamat Hari Minggu.
Salam bahagia dan salam seroja untuk kita semua. Berkah dalem.
Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan
salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra
dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Minggu 4 Maret kita memasuki Minggu Prpaskah III. Bacaan
pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Keluaran 20:1-17.
Bacaan kedua diambil dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di
Korintus 1:22-25. Bacaan Injil dari Injil Yohanes 2:13-25.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Yohanes.
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke
Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu,
kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
Maka Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari
Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang para
penukar dihamburkan-Nya ke tanah, meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata, "Ambillah semuanya ini
dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Maka teringatlah murid-murid Yesus bahwa ada tertulis, "Cinta untuk
rumah-Mu menghanguskan Aku." Tetapi orang-orang Yahudi menantang
Yesus, katanya, "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami,
bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada
mereka, "Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya, "Empat
puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini, dan Engkau dapat
membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan Yesus
dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Sesudah Yesus bangkit dari
antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu
telah dikatakan Yesus. Maka percayalah mereka akan Kitab Suci dan
akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Sementara Yesus tinggal di
Yerusalem selama Hari Raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-
Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi
Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena
Yesus mengenal mereka semua. Dan tidak perlu seorang pun
memberikan kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa
yang ada di dalam hati manusia.
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus. Hari ini kita
diingatkan oleh Kitab Kejadian, dalam bacaan pertama, jalan menuju
kehidupan yang sejati, yang dikehendaki oleh Allah. Saya tidak akan
menjelaskannya secara detail perintah pertama sampai dengan sepuluh.
Namun dari kesepuluh perintah Allah tersebut, nampak jelas bahwa
Allah menginginkan manusia hidup baik dilihat dari dua relasi yang
saling bertautan. Yakni relasi dengan Allah; nampak nyata dari perintah
yang pertama sampai dengan yang ketiga, dan relasi manusia dengan
sesamanya; nampak dari perintah yang keempat sampai kesepuluh. Jika
dua relasi ini terjalin dengan baik, maka harapan kedamaian, ketentraman
dan istilah lainnya yang sejenis dengan itu, pastilah akan terwujud
dengan baik.
Dalam Bacaan Injil, nampak bahwa Yesus begitu marah melihat situasi
yang amat tidak nyaman; Bait Allah dijadikan tempat berdagang.
Menjelang hari raya paskah orang-orang berdatangan ke Yerusalem
menunaikan kewajiban mempersembahkan kurban di Bait Allah. Ada
dua alasan mengapa mereka berjualan di sekitar Bait Allah. Pertama,
karena alasan praktis, tidak banyak yang membawa sendiri hewan
persembahan. Maklum syarat-syarat bagi hewan yang pantas
dipersembahkan tidak sembarangan. Karena itu, ada layanan penjualan
hewan yang memenuhi syarat. kedua, pada zaman itu dipakai uang
Romawi yang memuat gambar Kaisar. Akan tetapi, larangan agama
mengenai gambar manusia membuat uang Romawi haram dipakai
membeli hewan yang bakal dipersembahkan sebagai kurban. Karena itu,
ada jasa penukaran ke mata uang Yahudi yang hanya bisa dipakai di
tempat suci. Yesus marah dan tergerak untuk membersihkan Bait Allah
setelah Ia melihat bahwa tempat itu tidak hanya dipakai sebagai tempat
jual beli semata, melainkan juga sebagai tempat kolusi dan korupsi untuk
mengeruk kekayaan dan mencari keuntungan pribadi. Tindakan tersebut
selain menyalah-gunakan fungsi sebagai tempat ibadah, juga mengotori
dan mencemari Bait Allah sebagai tempat suci. Bagaimana tempat itu
menjadi suci jika di situ juga digunakan untuk melakukan kejahatan.
Itulah alasan mengapa Yesus melakukan tindakan pembersihan Bait
Allah.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus. Pada suatu hari,
seorang pastor bertanya kepada satu keluarga yang pada salah satu hari
Minggu tidak ikut misa di gereja, “Mengapa hari Minggu lalu kalian
tidak datang Misa?” Sang ayah yang telah lama menjadi sahabat baik
pastor itu menjawab, “Pastor, minggu lalu kami misa di pantai. Kami ada
piknik. Jadi, kami misa waktu piknik.” Setelah keluarga itu pergi, pastor
itu bergumam dan berkata dalam hatinya, “Bukan main! Mereka ini bisa
misa waktu piknik. Padahal tidak sedikit orang yang piknik waktu misa.”
Peristiwa yang digambarkan dalam Injil hari ini mengajak kita untuk
melihat kembali perilaku-perilaku kita di dalam Rumah Allah ini.
Sudahkah kita bertingkah laku dengan benar, karena Allah sungguh
bertahta di sini? Bagaimana sikap kita ketika kita berjalan melewati panti
imam/altar? (bahas sedikit soal lampu Tabernakel). Lalu bagaimana
ketika Perayaan Ekaristi berlangsung? Apakah dengan tekun kita berdoa
dan bersyukur serta memuji Allah? Atau malah yang terjadi, misalnya:
main HP di dalam gereja, apalagi saat ekaristi, ngobrol di dalam gereja,
keluar masuk gereja saat ekaristi, dsb.
Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita mencemarkan diri dengan
berbagai sikap, tindakan dan perbuatan yang tidak berkenan di hadapan
Allah. Marilah dalam Masa Prapaskah ini kita bertanya dalam hati kita,
sekaligus mecoba mempraktekkannya; “Mana yang mau kita pilih?
Menjadikan pasar sebagai tempat doa atau menjadikan tempat doa
sebagai pasar?”
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga di masa penuh rahmat ini, kami semakin menyadari
kehadiran-Mu dalam hidup kami dan terutama dalam gereja-Mu. Semoga
kami sungguh memanfaatkannya untuk kepentingan perkembangan iman
kami.

Renungan Harian, Senin 5 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Hari ini Senin 5 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Kedua Raja-raja 5:1-16a. Bacaan
Injil dari Injil Lukas 4:24-30.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Markus.
Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat,
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di
tempat asalnya. Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar:
Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup
selama tiga tahun dan enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang
hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah
seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah
Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi
tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada
Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu, sangat marahlah semua orang
yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar
kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk
melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari
tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, salah satu yang
membuat masa prapaskah menjadi indah karena banyak katekumen yang
dipersiapkan untuk pembaptisan pada malam paskah. Mereka mengikuti
pengajaran iman dan menyantap Sabda Allah dalam Perayaan Ekaristi.
Mereka mengikuti pelantikan katekumen selama tiga tahap persiapan
serta menerima olesan minyak katekumen yang menandakan bahwa
mereka siap untuk menjadi bagian dari kehidupan Tuhan Yesus. Masa
katekumenat berakhir pada hari pembaptisan yaitu saat malam paskah.
Dan bagi kita yang sudah dibaptis memperbarui janji baptis. Sakramen
Baptis menjadi tanda perjanjian manusia dengan Allah. Dengan kata lain,
menjadi jawaban ya nya kita atas tawaran keselamatan dari Allah.
Pertanyaannya, apakah kita setia dengan janji baptis kita? Apakah relasi
kita dengan Yesus masih mesra? Apakah kita selalu memiliki kerinduan
untuk mencari Allah?
Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang Naaman. Ia adalah
panglima Raja Aram, melalui dirinya Tuhan memberi kemenangan
kepada Bangsa Aram, maka Namaan sangat disayang oleh sang raja.
Sayang sekali, Namaan memiliki sakit serupa kusta. Maka ia diminta
untuk menjumpai nabi Ellisa. Nabi Elisa menyuruh Naaman untuk pergi
ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya di sana sebanyak tujuh
kali, dengan demikian ia akan sembuh dari sakit kustanya. Tubuhnya
pulih kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Setelah
merasa sembuh total maka ia datang kepada Elisa dan berkata: “Sekarang
aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena
itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!"
Air menjadi sarana kesembuhan bagi Namaan. Dalam Sakramen Baptis,
yang dalam hal ini menggunakan sarana air, kita pun merasakan
keselamatan yang datang dari Tuhan. Sama seperti Naaman yang
membenamkan dirinya ke dalam sungai Yordan sebanyak tujuh kali dan
mengalami kesembuhan total, demikian juga kita semua yang dibaptis
mengalami pengudusan dan mendapat anugerah keselamatan dari Tuhan.
Air adalah salah satu simbol Roh Kudus maka ketika dibaptis kita semua
menerima Roh Allah yang menguduskan dan menguatkan.
Dalam Injil hari ini, dikisahkan bagaimana Yesus prihatin dan kecewa
dengan sikap orang-orang yang menolak-Nya sebagai putra daerah yang
membawa kabar baik Allah, berupa warta pertobatan dan keselamatan
manusia. Dalam keprihatinan-Nya Yesus masih memberi nasihat berupa
contoh-contoh bagaimana keselamatan dari Allah tidak diberikan kepada
manusia yang menutup diri atau merasa sudah aman karena sebagai umat
pilihan Allah.
Saudara-saudari yang terkasih, kita boleh bangga dengan status kita
sebagai murid Kristus, tetapi apakah kebanggaan itu dibarengi dengan
sikap kita yang terbuka dengan tawaran keselamatan dari Allah? Apakah
kita masih menutup diri dan tidak mau bertobat sehingga keselamatan
tidak diberikan kepada kita yang memiliki status sebagai murid Kristus,
melainkan dibirikan kepada mereka yang mau terbukan terhadap
penyelenggaran ilahi dalam hidup mereka?
Masa Prapaskah menjadi kesempatan istimewa untuk melihat kembali
peran Sakramen Baptis yang telah kita terima. Apakah sungguh berdaya
guna dan membuat kita selalu terbuka atas kehendak Allah atau malah
sikap acuh tak acuh lebih besar menguasai hidup kita?

Marilah berdoa,
Syukur atas baptis yang kami terima, semoga menghantar kami untuk
semakin dekat kepada-Mu dan selalu terbuka atas apa yang terjadi dalan
hidup kami semuanya sesuai dengan kehendak-Mu.

Renungan Harian, Selasa 6 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Hari ini Selasa 6 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Daniel 3:25.34-43. Bacaan Injil
dari Injil Matius 18:21-35.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Matius.
Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, “Tuhan,
sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya,
“Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan
sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu
seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan
hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu,
dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu
memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya
untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia,
katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu
tergeraklah hari raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia
membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu
keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus
dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya:
Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya:
Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan
menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala
hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu
menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu
menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai
hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau
memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihi
kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya
itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan
seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni
saudaramu dengan segenap hatimu.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, selama pekan ketiga
masa prapaskah kita akan mendengarkan Sabda Tuhan dengan tema
pengampunan. Kita mendapat gambaran bahwa Allah kita adalah
mahapengampun dan maharahim.
Dalam bacaan pertama hari ini Kitab Daniel menghadirkan figur Azarya
yang memohon pengampunan dari Tuhan. Semua kesalahan dan dosa
yang sudah dilakukan ternyata memiliki dampak bagi seluruh bangsa,
maka dengan terbuka Azarya berdoa memohon
pengampunan. Pengampunan ilahi diterima dan disyukuri lewat kurban
pujian dalam doa. Doa yang berakar pada kebajikan dan kerendahan hati
membantu orang untuk jujur mengakui dosa dan salahnya di hadapan
Tuhan dan menerima pengampunan-Nya. Untuk menerima
pengampunan dari Tuhan, orang perlu mengosongkan diri dan
memberikan tempat untuk Tuhan sebagai sumber pengampunan bagi
dirinya.
Injil hari ini semakin mempertajam permenungan kita tentang
pengampunan. Jelas bukan hanya kita mohon ampun kepada Tuhan atas
dosa dan kesalahan kita, namun Injil hari ini mengajarkan kepada kita
bahwa rahmat pengampunan yang tak terbatas telah kita terima dari
Tuhan, harus kita teruskan dalam wujud pengampunan kepada sesama
juga harus tak terbatas. Tuhan Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa
pengampunan itu tidak berdasarkan kuantitasnya perilaku kita dalam
mengampuni sesama tetapi kualitas pengampunan yakni pengampunan
dari hati dan tanpa batas. Kita menyadari bahwa pengampunan yang
sungguh-sungguh berasal dari Tuhan dan kita share bersama saudara-
saudara kita.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Masa prapaskah
bagi kita akan semakin menjadi bermakna ketika kita bertumbuh dalam
doa dan pengampunan. Berdoa senantiasa dalam setiap waktu dan juga
saling mengampuni satu sama lain. Mengampuni berarti melupakan.
Tuhan hanya satu tetapi ia mampu mengampuni semua orang.
Bagaimana dengan anda dan saya? Apakah tetap mau menyimpan
amarah dan dengki kepada sesama? Mari kita saling mengampuni tanpa
batas seperti yang Tuhan lakukan bagi kita.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga permenungan kami hari ini dapat kami wujudkan
dengan baik, sehingga masa penuh rahmat ini menjadi sangat indah
dalam hidup kami, karena wujud tobat kami menjadi nyata, yakni
mengampuni sesama kami tanpa batas.
Renungan Harian, Rabu 7 Maret 2018
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Hari ini Rabu 7 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama dalam
liturgi hari ini diambil dari Kitab Ulangan 4:1.5-9. Bacaan Injil dari Injil
Matius 5:17-19.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Matius.
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah
di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
Kerajaan Surga."
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, tak terasa masa
prapaskah kita sudah berada di pertengahan. Baik kalau kita
merefleksikan beberapa hal penting yang harus kita lakukan selama masa
retret agung ini dengan beberapa pertanyaan. Apakah kita sudah sadar
dan menjalani masa prapaskah dengan berdoa lebih baik lagi secara
pribadi atau doa bersama dalam komunitas? Apakah kita semakin rajin
membaca, mendengar dan melakukan Sabda Tuhan? Apakah kita sudah
melakukan karya amal kasih tanpa membuat perhitungan tertentu
terhadap saudara dan saudari kita yang miskin dan berkekurangan?
Apakah puasa dan pantang kita lakukan dengan sadar dan tulus?
Pada hari ini Musa, melalui bacaan pertama, mengingatkan umat Israel
untuk menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi Tuhan Allah dengan
mentaati segala perintah-Nya. Hal penting yang ditekankan Musa adalah
kemampuan untuk mendengar dengan baik ketetapan dan peraturan yang
diajarkannya. Bahwa mengasihi Allah tidak hanya setengah-setengah,
tetapi mengasihi-Nya sampai tuntas. Segala penderitaan, suka dan duka
dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini adalah wujud kasih
kepada-Nya. Sebagai ganjarannya adalah memasuki tanah yang
dijanjikan Tuhan.
Sabda Allah hari ini disempurnakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari
ini, Ia mengajarkan para murid-Nya untuk memahami, menghayati,
mengamalkan, serta mengajarkan hukum Tuhan dalam keutuhannya.
Kita tidak boleh menikmati sabda-Nya hanya pada hal-hal yang menarik
atau yang sekiranya sesuai dengan keadaan kita, misalnya karena sabda
itu menghibur kita. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian dari
sabda-Nya yang mengecam atau yang menuntut perubahan sikap hidup
yang radikal dari pihak kita. Janganlah kita membawa prinsip suka tidak
suka ketika kita mengecap sabda Allah. Karena hal itu akan membatasi
kita untuk menimba kekayaan sabda Allah, bahkan mengurangi kekayaan
dari sabda itu.
Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghancurkan namun
untuk menggenapi Taurat. Yesus tidak ingin berhenti pada peraturan dan
huruf-huruf yang ada di dalam Taurat itu. Yesus ingin meluruskan dan
mewujudkannya secara nyata. Dalam mewujudkannya Yesus berhadapan
dengan kenyataan yang tidak mudah akibat banyak benturan dengan
orang-orang Yahudi. Yesus menggenapi Hukum Taurat dengan Hukum
Kasih, Hukum yang membebaskan manusia dari segala hal-hal yang
membelenggu. Menghayati dan mengamalkan cinta kasih merupakan
bentuk nyata dari ambil bagian dari hidup dan misi Yesus yang datang
justru untuk menyempurnakan Taurat dan Kitab Para Nabi.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita mengenal masa
prapaskah sebagai masa puasa dan pantang kita, namun hendaknya masa
ini menjadi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan juga kualitas
berbagi dan memberi perhatian kepada sesama secara nyata. Jangan
sampai puasa dan pantang kita justru menghambat kasih Allah tersalur
kepada sesama.
Marilah berdoa,
Rahmat-Mu begitu luar biasa kami rasakan ya Bapa, semoga kami
mampu mewujudkan sabda-Mu secara utuh, bukan atas dasar suka atau
tidak suka, karena di situlah kasih-Mu juga nyata bagi kami.

Renungan Harian, Kamis 8 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Hari ini Kamis 8 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Yeremia 7:23-28. Bacaan Injil
dari Injil Lukas 11:14-23.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Lukas.
Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata.
Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata,
“Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula
yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap kerajaan
yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-
pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya
sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata,
bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa
apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan
menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila
seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri,
maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat
daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan
merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-
bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa
tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada hari ini Nabi
Yeremia dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memiliki
kemampuan mendengar Tuhan. Tetapi pada kenyataannya menunjukkan
bahwa banyak orang tidak mendengar suara-Nya. Suara Tuhan melalui
Nabi Yeremia ini masih aktual bagi kita. Sering kali hati kita juga keras,
degil dan ingin menang sendiri. Tuhan boleh melakukan kebaikan-
kebaikan-Nya terus menerus kepada kita tetapi hati kita tetaplah tertutup
sehingga selalu melakukan perbuatan salah dan dosa. Banyak orang di
antara kita tidak lagi menjadi pribadi yang tulus hati kepada Tuhan.
Semoga di masa prapaskah ini kita berubah dan kembali kepada Tuhan
seturut dengan ajakan Sabda Tuhan hari ini.
Senada dengan bacaan pertama, Sabda Tuhan dalam Injil hari ini juga
mengajak kita untuk tidak memiliki hati yang degil terhadap Sabda
Tuhan yang diwartakan kepada kita, agar Ia tetap berada di pihak kita,
karena Ia sendiri pun senantiasa ada di pihak kita.
Yesus mengatakan semua orang yang tidak bersama Dia berarti melawan
Dia. Yesus ingin mengatakan bahwa banyak kejahatan di dunia ini justru
karena terpisah dari Tuhan. Karena ketika manusia jauh dari Tuhan,
maka kekuatan jahatlah yang akan menguasainya. Maka dari itu manusia
diundang untuk bersatu dengan Tuhan. Kekuatan hanya akan diperoleh
jika manusia membuka hati bagi rahmat Allah.
Ada banyak tawaran dalam kehidupan kita sekarang ini. Perhatikan yang
kita lakukan setiap hari. Bukankah kita lebih sering melakukan hal-hal
yang menyenangkan kita dan berusaha memperolehnya dengan cara-cara
yang kurang baik. Sebagai murid Kristus hendaknya kita berusaha untuk
senantiasa bersama-Nya (bersatu dan melakukan kehendak-Nya), bukan
sebaliknya, berlaku sesuka hati kita dan tidak mewujudkan nilai-nilai
kristiani.
Saudara-saudari yang terkasih, pada masa prapaska ini Tuhan tetap
lembut, sabar, setia menanti kita dengan pilihan hidup kita masing-
masing. Mari kita senantiasa berusaha berbuat kebajikan terhadap
sesama, tekun dalam hidup doa, lebih bersemangat kembali, bangkit dari
kemalasan, dan sebagainya. Dengan demikian, kita menjadi bersahaja di
hadapan hadirat-Nya. Yesus yang baik hati, masih tetap memberikan
waktu kepada kita untuk meraih kebahagiaan sejati dari Allah melalui
Yesus Kristus Putera-Nya. Memilih jalan Tuhan, maka kita akan selamat,
aman sampai kepada Bapa-Nya.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan bukalah telinga kami, agar senantiasa mendengarkan Sabda-
Mu, dan kami pun berpaut selalu di dekat-Mu.

Renungan Harian, Jumat 9 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Jumat 9 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Hosea 14:2-10. Bacaan Injil dari
Injil Markus 12:28b-34.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Markus.
Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan
bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?" Jawab
Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum
lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat
itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa,
dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia
dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap
kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah
jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban
sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu,
dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan
seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, jawaban Yesus atas
pertanyaan ahli Taurat dalam Injil hari ini menjadi salah satu kata kunci
atau pedoman bagi kita dalam menjalani masa prapaskah. "Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu
esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada
kedua hukum ini." Pesan Yesus ini kiranya menjadi buah pertobatan dari
pesan Sabda Tuhan dalam bacan pertama hari ini.
Dalam bacaan pertama, Nabi Hosea menyampaikan warta pertobatan
kepada masyarakat pada waktu itu, dimana banyak di antara mereka yang
jatuh ke dalam dosa yang sama yaitu menyembah berhala. Mereka tidak
setia kepada Tuhan Allah, Allah nenek moyang mereka. Untuk itu Tuhan
menyadarkan mereka dengan ajakan untuk kembali kepada-Nya.
“Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan Allahmu, sebab engkau telah
tergelincir karena kesalahanmu.” Ini merupakan sebuah ajakan Tuhan
untuk kembali merasakan kasih-Nya. Tuhan menghimbau umat Israel
untuk datang kepada-Nya, dengan membawa kata-kata penyesalan, dan
bertobat kepada Tuhan. Anda bisa membacanya dalam Hosea 14:2-3 apa
yang menjadi seruan penyesalan itu. Pertobatan adalah proses orang
berbalik kepada Tuhan. Pertobatan itu tidak sebatas menyesali dosa dan
salah saja, tetapi berani untuk memohon ampun, mengatakan bahwa diri
kita sungguh bersalah di hadirat Tuhan. Dengan demikian kita juga
berani berubah menjadi baru di dalam Tuhan.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Sabda Tuhan pada
hari ini sangat indah untuk kita dengar dan lakukan dalam hidup setiap
hari. Apakah kita mampu mendengar Tuhan di dalam hidup kita? Apakah
kita percaya bahwa Tuhan kita itu esa? Apakah kita mengasihi-Nya dan
mengasihi sesama kita? Sesungguhnya, buah dari pertobatan adalah kita
mampu mengasihi Tuhan dan sesama lebih baik lagi.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga masa penuh rahmat ini membuat kami semakin
mampu menyadari sekaligus berani mewujudkan kasih kepada Engkau
dan sesama.

Renungan Harian, Sabtu 10 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Hari ini Sabtu 10 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Hosea 6:1-6. Bacaan Injil dari
Injil Lukas 18:9-14.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Lukas.
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa
orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua
orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu
adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu
berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur
kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa
merendahkan diri akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, warta pertobtan dan
ajakan untuk mohon ampun yang disampaikan dalam Sabda Tuhan hari
ini, kembali menjadi pesan bagi kita.
Dalam bacan pertama, Nabi Hosea hadir untuk menyampaikan pesan dari
Tuhan. “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah
menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan
yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari,
pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup
di hadapan-Nya.” Artinya, dalam mewujudkan pertobatan kita harus
sungguh-sungguh tidak boleh setengah-setengah. Karena hidup kita
sepenuhnya berada dalam tangan Tuhan.
Kisah mengenai doa orang Farisi dan pemungut cukai dalam Injil hari ini
bisa menjadi cermin bagi kita dalam mewujudkan pesan permenungan
kita hari ini. Apa yang salah dari doanya orang Farisi dan mengapa
doanya pemungut cukai dibenarkan di hadapan Allah? Memang layak
disyukuri bahwa orang Farisi itu tidak menjadi penjahat. Akan tetapi, kita
perlu memahami isi doanya, karena orang Farisi tersebut juga
mengatakan, “aku bukan pula seperti pemungut cukai ini.” Kelihatan
dibalik doanya ada sikap mengadili orang lain. Selain itu model doa
orang Farisi ini mengandaikan bahwa ia sudah tidak butuh Tuhan lagi. Ia
sudah mampu menjadikan dirinya lurus dan benar tanpa bantuan Tuhan
lagi. Bukankah itu sikap yang sombong? Sebaliknya, pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, tidak berani menatap ke langit, tetapi hanya memukul
diri dan berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa ini.”
Doa yang singkat dan penuh kerendahan hati dari si pemungut cukai
dinilai lebih unggul. Si pemungut cukai merasa butuh Tuhan agar
mengampuni dan membebaskannya dari dosa. Doa yang benar tidak
memegahkan diri, tidak menyombongkan diri, yang selalu didasarkan
pada kerendahan hati dan kejujuran bukan pada apa yang kita lakukan
sebagai prestasi.
Saudara-saudari yang terkasih, dalam hidup kita, kita sering bersikap
seperti orang Farisi. Kita merasa diri paling suci, paling benar diantara
orang lain bahkan kerap kali, kita dengan mudahnya menghakimi orang
lain, menceritakan kelemahan dan kesalahan orang lain, bahkan mencari
sekutu untuk membicarakan kejelekannya. Sikap seperti itu justru
menghambat kita untuk menyadari diri sebagai orang yang terbatas di
hadapan Tuhan, yang penuh dosa dan kesalahan. Allah mengasihi orang
yang tulus, rendah hati, bersedia bertobat, dan menggantungkan harapan
akan keselamatannya hanya pada Allah saja. Marilah kita memperbarui
sikap kita yang sering dengan begitu mudah mengadili sesama.
Pertobatan akan semakin nyata kalau kita bukan hanya menyadari
kesalahan tetapi juga memperbaiki hidup agar lebih baik.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, Sabda-Mu menggetarkan jiwa kami. Semoga kami mampu
mewujudkan pertobatan kami dengan sungguh-sungguh sehingga kami
pun merayakan sukacita paskah dengan hati murni.

Renungan Harian, Minggu 11 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi dan Selamat Hari Minggu.
Salam bahagia dan salam seroja untuk kita semua. Berkah dalem.
Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan
salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra
dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Minggu 11 Maret, hari ini kita memasuki Minggu Prapaskah IV.
Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Kedua Tawarikh
3:14-16.19-23. Bacaan Kedua diambil dari Surat Rasul Paulus kepada
Jemaat di Efesus 2:4-10. Bacaan Injil dari Injil Yohanes 3:14-21.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Yohanes.
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-
Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang
gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan
untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak
akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah
hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan
inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia
lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan
mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan
tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang
jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia
datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-
perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Saudara-saudari yang terkasih, Minggu Prapaskah IV ini disebut dengan
“Minggu Laetare”, artinya Minggu Sukacita. Suasana dan tema utama
hari ini adalah harapan dan sukacita karena Paskah sudah dekat.
Berkaitan dengan suasana, kalau selama minggu prapaskah panti imam
dan altar tidak dihiasi dengan bunga-bunga dan alat musik hanya dipakai
seperlunya, minggu ini agak berbeda; panti imam dihiasi dengan bunga,
alat musik dibunyikan baik untuk menopang nyanyian maupun untuk
dimainkan secara instrumental. Demikian juga dengan bacaan-bacaan
yang akan kita dengar, mengajak kita untuk memiliki harapan dan
sukacita. Harapan dan sukacita itu terletak pada kepercayaan total kita
kepada Allah.

Dengan sangat jelas digambarkan dalam Bacaan Pertama hari ini,


ketidaksetiaan umat Israel terhadap Allah menyebabkan keruntuhan.
Dengan berbagai macam cara Allah menginginkan agar manusia kembali
kepada-Nya, namun yang terjadi adalah penolakan dan ketidakpercayaan.
Meski demikian belas kasih dan kesabaran Allah tak terbatas. Ia tetap
menunjukkan belas kasih-Nya kepada manusia. Allah tetap menyayangi
umat-Nya. Dan yang melandasi semuanya itu adalah unsur kepercayaan
Allah terhadap manusia yang begitu besar dan tak terbatas. Dan dengan
demikian manusia akan selamat, jika ia juga membangun kepercayaan
kepada Allah.

Dalam Bacaan Injil seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi, yang
bernama Nikodemus datang kepada Yesus. Kita tahu, bahwa Yesus
dalam pergaulan sehari-hari banyak dimusuhi oleh orang farisi dalam
berbagai macam aspek kehidupan, selalu dipermasalahkan oleh Yesus.
Maka biasanya, ketika orang farisi datang kepada-Nya, dan mulai
bercakap-cakap dengan Yesus, Kitab Suci mengatakan “... hendak
mencobai Dia ...” Namun tidak dengan Nikodemus. Kedatangannya
bukan untuk mencobai Yesus, tetapi sungguh ingin mendapatkan
pengajaran dari Yesus. Dan Yesus sama sekali tak menaruh rasa curiga
kepadanya. Dengan sabar Ia menjawab setiap pertanyaan dan persoalan
yang dihadapi oleh Nikodemus. Baik Yesus maupun Nikodemus sama-
sama menaruh kepercayaan; bahwa setiap orang yang percaya kepada
Anak Manusia akan beroeh hidup yang kekal; bahwa setiap orang yang
percaya kepada Anak Manusia tidak binasa. Nikodemus juga percaya,
bahwa kedatangan Yesus, sebagai Putra Allah, bukan untuk menghakimi
dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.

Saudara-saudari yang terkasih, Kedua Bacaan hari ini mengajak kita


untuk melihat kembali, betapa pentingnya membangun unsur
kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya bermanfaat saat
ini, namun lebih dari itu demi keselamatan kita dalam kehidupan abadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, rasa percaya dapat dimulai atau di bangun


dari komunitas terkecil, yakni keluarga.

Marilah saudara-saudariku terkasih, kita senantiasa menaruh kepercayaan


kepada Allah, dengan terlebih dahulu membangun sikap percaya kepada
sesama kita. Apa saja itu? Misalnya sebagai anak, kita bertanggungjawab
terhadap orang tua, untuk setia kepada mereka dan juga bersungguh-
sungguh mempersiapkan masa depan dengan belajar. Sebagai karyawan,
rasa percaya dapat dibangun dengan selalu bertanggungjawab terhadap
pekerjaan yang dipercayakan oleh pimpinan. Demikian pula sebagai
pimpinan, senantiasa membangun kepercayaan kepada karyawan,
misalnya tidak sekedar menyuruh, namun juga turun langsung, bekerja
bersama-sama, tanpa malu dan canggung. Masih banyak contoh lain
yang bisa kita jadikan sebagai inspirasi untuk membangun kepercayaan
kepada sesama. Namun demikian, Saudara-saudariku terkasih, marilah
kita berusaha dengan sekuat tenaga, agar kepercayaan kepada sesama
tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi harus menjadi titik tolak bagi
kita untuk percaya kepada Allah, bahwa Allah akan senantiasa menyertai
kita.

Marilah berdoa,
Ya Bapa, semoga harapan kami sungguh menjadi tanda sukacita bagi
kami dan bagi sesama.

Renungan Harian, Jumat 16 Maret 2018


Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, Salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Jumat 16 Maret, hari ini kita memasuki Minggu Prapaskah IV.
Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Kebijaksanaan
2:1a.12-22. Bacaan Injil dari Injil Yohanes 7:1-2.10.25-30.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Yohanes.
Yesus berjalan keliling Galilea, Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea,
karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.
Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok
Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu,
Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau
bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak
mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-
benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita
tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada
seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di
Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari
mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi
Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia,
sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Mereka
berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh
Dia, sebab saat-Nya belum tiba. Yesus berjalan keliling Galilea, Ia tidak
mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha
untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi,
yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus
berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan
tetapi diam-diam. Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini
yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan
mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin
kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang
orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang,
tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus
mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu
tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku
sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.
Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus
Aku." Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun
yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Anda mungkin juga menyukai