Hari ini Senin 5 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Kedua Raja-raja 5:1-16a. Bacaan
Injil dari Injil Lukas 4:24-30.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Markus.
Ketika Yesus datang ke Nazaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat,
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di
tempat asalnya. Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar:
Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup
selama tiga tahun dan enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang
hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah
seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah
Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi
tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada
Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu, sangat marahlah semua orang
yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar
kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk
melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari
tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, salah satu yang
membuat masa prapaskah menjadi indah karena banyak katekumen yang
dipersiapkan untuk pembaptisan pada malam paskah. Mereka mengikuti
pengajaran iman dan menyantap Sabda Allah dalam Perayaan Ekaristi.
Mereka mengikuti pelantikan katekumen selama tiga tahap persiapan
serta menerima olesan minyak katekumen yang menandakan bahwa
mereka siap untuk menjadi bagian dari kehidupan Tuhan Yesus. Masa
katekumenat berakhir pada hari pembaptisan yaitu saat malam paskah.
Dan bagi kita yang sudah dibaptis memperbarui janji baptis. Sakramen
Baptis menjadi tanda perjanjian manusia dengan Allah. Dengan kata lain,
menjadi jawaban ya nya kita atas tawaran keselamatan dari Allah.
Pertanyaannya, apakah kita setia dengan janji baptis kita? Apakah relasi
kita dengan Yesus masih mesra? Apakah kita selalu memiliki kerinduan
untuk mencari Allah?
Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang Naaman. Ia adalah
panglima Raja Aram, melalui dirinya Tuhan memberi kemenangan
kepada Bangsa Aram, maka Namaan sangat disayang oleh sang raja.
Sayang sekali, Namaan memiliki sakit serupa kusta. Maka ia diminta
untuk menjumpai nabi Ellisa. Nabi Elisa menyuruh Naaman untuk pergi
ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya di sana sebanyak tujuh
kali, dengan demikian ia akan sembuh dari sakit kustanya. Tubuhnya
pulih kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Setelah
merasa sembuh total maka ia datang kepada Elisa dan berkata: “Sekarang
aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena
itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!"
Air menjadi sarana kesembuhan bagi Namaan. Dalam Sakramen Baptis,
yang dalam hal ini menggunakan sarana air, kita pun merasakan
keselamatan yang datang dari Tuhan. Sama seperti Naaman yang
membenamkan dirinya ke dalam sungai Yordan sebanyak tujuh kali dan
mengalami kesembuhan total, demikian juga kita semua yang dibaptis
mengalami pengudusan dan mendapat anugerah keselamatan dari Tuhan.
Air adalah salah satu simbol Roh Kudus maka ketika dibaptis kita semua
menerima Roh Allah yang menguduskan dan menguatkan.
Dalam Injil hari ini, dikisahkan bagaimana Yesus prihatin dan kecewa
dengan sikap orang-orang yang menolak-Nya sebagai putra daerah yang
membawa kabar baik Allah, berupa warta pertobatan dan keselamatan
manusia. Dalam keprihatinan-Nya Yesus masih memberi nasihat berupa
contoh-contoh bagaimana keselamatan dari Allah tidak diberikan kepada
manusia yang menutup diri atau merasa sudah aman karena sebagai umat
pilihan Allah.
Saudara-saudari yang terkasih, kita boleh bangga dengan status kita
sebagai murid Kristus, tetapi apakah kebanggaan itu dibarengi dengan
sikap kita yang terbuka dengan tawaran keselamatan dari Allah? Apakah
kita masih menutup diri dan tidak mau bertobat sehingga keselamatan
tidak diberikan kepada kita yang memiliki status sebagai murid Kristus,
melainkan dibirikan kepada mereka yang mau terbukan terhadap
penyelenggaran ilahi dalam hidup mereka?
Masa Prapaskah menjadi kesempatan istimewa untuk melihat kembali
peran Sakramen Baptis yang telah kita terima. Apakah sungguh berdaya
guna dan membuat kita selalu terbuka atas kehendak Allah atau malah
sikap acuh tak acuh lebih besar menguasai hidup kita?
Marilah berdoa,
Syukur atas baptis yang kami terima, semoga menghantar kami untuk
semakin dekat kepada-Mu dan selalu terbuka atas apa yang terjadi dalan
hidup kami semuanya sesuai dengan kehendak-Mu.
Hari ini Selasa 6 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Daniel 3:25.34-43. Bacaan Injil
dari Injil Matius 18:21-35.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Matius.
Sekali peristiwa Petrus datang kepada Yesus dan berkata, “Tuhan,
sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya,
“Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan
sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Surga itu
seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan
hamba-hambanya. Ketika ia mulai mengadakan perhitungan itu,
dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi hutangnya, raja itu
memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isteri dan segala miliknya
untuk membayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia,
katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu
tergeraklah hari raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia
membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu
keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus
dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya:
Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya:
Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan
menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskan segala
hutang itu. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih, lalu
menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Maka raja itu
menyuruh memanggil hamba pertama tadi dan berkata kepadanya: Hai
hamba yang jahat! Seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau
memohonnya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihi
kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya
itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan
seluruh hutangnya. Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni
saudaramu dengan segenap hatimu.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, selama pekan ketiga
masa prapaskah kita akan mendengarkan Sabda Tuhan dengan tema
pengampunan. Kita mendapat gambaran bahwa Allah kita adalah
mahapengampun dan maharahim.
Dalam bacaan pertama hari ini Kitab Daniel menghadirkan figur Azarya
yang memohon pengampunan dari Tuhan. Semua kesalahan dan dosa
yang sudah dilakukan ternyata memiliki dampak bagi seluruh bangsa,
maka dengan terbuka Azarya berdoa memohon
pengampunan. Pengampunan ilahi diterima dan disyukuri lewat kurban
pujian dalam doa. Doa yang berakar pada kebajikan dan kerendahan hati
membantu orang untuk jujur mengakui dosa dan salahnya di hadapan
Tuhan dan menerima pengampunan-Nya. Untuk menerima
pengampunan dari Tuhan, orang perlu mengosongkan diri dan
memberikan tempat untuk Tuhan sebagai sumber pengampunan bagi
dirinya.
Injil hari ini semakin mempertajam permenungan kita tentang
pengampunan. Jelas bukan hanya kita mohon ampun kepada Tuhan atas
dosa dan kesalahan kita, namun Injil hari ini mengajarkan kepada kita
bahwa rahmat pengampunan yang tak terbatas telah kita terima dari
Tuhan, harus kita teruskan dalam wujud pengampunan kepada sesama
juga harus tak terbatas. Tuhan Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa
pengampunan itu tidak berdasarkan kuantitasnya perilaku kita dalam
mengampuni sesama tetapi kualitas pengampunan yakni pengampunan
dari hati dan tanpa batas. Kita menyadari bahwa pengampunan yang
sungguh-sungguh berasal dari Tuhan dan kita share bersama saudara-
saudara kita.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Masa prapaskah
bagi kita akan semakin menjadi bermakna ketika kita bertumbuh dalam
doa dan pengampunan. Berdoa senantiasa dalam setiap waktu dan juga
saling mengampuni satu sama lain. Mengampuni berarti melupakan.
Tuhan hanya satu tetapi ia mampu mengampuni semua orang.
Bagaimana dengan anda dan saya? Apakah tetap mau menyimpan
amarah dan dengki kepada sesama? Mari kita saling mengampuni tanpa
batas seperti yang Tuhan lakukan bagi kita.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga permenungan kami hari ini dapat kami wujudkan
dengan baik, sehingga masa penuh rahmat ini menjadi sangat indah
dalam hidup kami, karena wujud tobat kami menjadi nyata, yakni
mengampuni sesama kami tanpa batas.
Renungan Harian, Rabu 7 Maret 2018
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, Orang-orang muda dan Anak-anak
terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam
seroja untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo
Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang
Mahakuasa, Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Rabu 7 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama dalam
liturgi hari ini diambil dari Kitab Ulangan 4:1.5-9. Bacaan Injil dari Injil
Matius 5:17-19.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Matius.
Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah
di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
Kerajaan Surga."
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, tak terasa masa
prapaskah kita sudah berada di pertengahan. Baik kalau kita
merefleksikan beberapa hal penting yang harus kita lakukan selama masa
retret agung ini dengan beberapa pertanyaan. Apakah kita sudah sadar
dan menjalani masa prapaskah dengan berdoa lebih baik lagi secara
pribadi atau doa bersama dalam komunitas? Apakah kita semakin rajin
membaca, mendengar dan melakukan Sabda Tuhan? Apakah kita sudah
melakukan karya amal kasih tanpa membuat perhitungan tertentu
terhadap saudara dan saudari kita yang miskin dan berkekurangan?
Apakah puasa dan pantang kita lakukan dengan sadar dan tulus?
Pada hari ini Musa, melalui bacaan pertama, mengingatkan umat Israel
untuk menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi Tuhan Allah dengan
mentaati segala perintah-Nya. Hal penting yang ditekankan Musa adalah
kemampuan untuk mendengar dengan baik ketetapan dan peraturan yang
diajarkannya. Bahwa mengasihi Allah tidak hanya setengah-setengah,
tetapi mengasihi-Nya sampai tuntas. Segala penderitaan, suka dan duka
dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini adalah wujud kasih
kepada-Nya. Sebagai ganjarannya adalah memasuki tanah yang
dijanjikan Tuhan.
Sabda Allah hari ini disempurnakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari
ini, Ia mengajarkan para murid-Nya untuk memahami, menghayati,
mengamalkan, serta mengajarkan hukum Tuhan dalam keutuhannya.
Kita tidak boleh menikmati sabda-Nya hanya pada hal-hal yang menarik
atau yang sekiranya sesuai dengan keadaan kita, misalnya karena sabda
itu menghibur kita. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian dari
sabda-Nya yang mengecam atau yang menuntut perubahan sikap hidup
yang radikal dari pihak kita. Janganlah kita membawa prinsip suka tidak
suka ketika kita mengecap sabda Allah. Karena hal itu akan membatasi
kita untuk menimba kekayaan sabda Allah, bahkan mengurangi kekayaan
dari sabda itu.
Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghancurkan namun
untuk menggenapi Taurat. Yesus tidak ingin berhenti pada peraturan dan
huruf-huruf yang ada di dalam Taurat itu. Yesus ingin meluruskan dan
mewujudkannya secara nyata. Dalam mewujudkannya Yesus berhadapan
dengan kenyataan yang tidak mudah akibat banyak benturan dengan
orang-orang Yahudi. Yesus menggenapi Hukum Taurat dengan Hukum
Kasih, Hukum yang membebaskan manusia dari segala hal-hal yang
membelenggu. Menghayati dan mengamalkan cinta kasih merupakan
bentuk nyata dari ambil bagian dari hidup dan misi Yesus yang datang
justru untuk menyempurnakan Taurat dan Kitab Para Nabi.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita mengenal masa
prapaskah sebagai masa puasa dan pantang kita, namun hendaknya masa
ini menjadi kesempatan bagi kita untuk meningkatkan juga kualitas
berbagi dan memberi perhatian kepada sesama secara nyata. Jangan
sampai puasa dan pantang kita justru menghambat kasih Allah tersalur
kepada sesama.
Marilah berdoa,
Rahmat-Mu begitu luar biasa kami rasakan ya Bapa, semoga kami
mampu mewujudkan sabda-Mu secara utuh, bukan atas dasar suka atau
tidak suka, karena di situlah kasih-Mu juga nyata bagi kami.
Hari ini Kamis 8 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Yeremia 7:23-28. Bacaan Injil
dari Injil Lukas 11:14-23.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Lukas.
Sekali peristiwa Yesus mengusir dari seseorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata.
Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata,
“Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula
yang meminta suatu tanda dari surga kepada Yesus untuk mencobai Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, “Setiap kerajaan
yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-
pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya
sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata,
bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa
apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Nah, merekalah yang akan
menjadi hakimmu! Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila
seorang yang kuat dan bersenjata lengkap menjaga rumahnya sendiri,
maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat
daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan
merampas perlengkapan senjata yang diandalkannya, dan akan membagi-
bagi rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa
tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada hari ini Nabi
Yeremia dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memiliki
kemampuan mendengar Tuhan. Tetapi pada kenyataannya menunjukkan
bahwa banyak orang tidak mendengar suara-Nya. Suara Tuhan melalui
Nabi Yeremia ini masih aktual bagi kita. Sering kali hati kita juga keras,
degil dan ingin menang sendiri. Tuhan boleh melakukan kebaikan-
kebaikan-Nya terus menerus kepada kita tetapi hati kita tetaplah tertutup
sehingga selalu melakukan perbuatan salah dan dosa. Banyak orang di
antara kita tidak lagi menjadi pribadi yang tulus hati kepada Tuhan.
Semoga di masa prapaskah ini kita berubah dan kembali kepada Tuhan
seturut dengan ajakan Sabda Tuhan hari ini.
Senada dengan bacaan pertama, Sabda Tuhan dalam Injil hari ini juga
mengajak kita untuk tidak memiliki hati yang degil terhadap Sabda
Tuhan yang diwartakan kepada kita, agar Ia tetap berada di pihak kita,
karena Ia sendiri pun senantiasa ada di pihak kita.
Yesus mengatakan semua orang yang tidak bersama Dia berarti melawan
Dia. Yesus ingin mengatakan bahwa banyak kejahatan di dunia ini justru
karena terpisah dari Tuhan. Karena ketika manusia jauh dari Tuhan,
maka kekuatan jahatlah yang akan menguasainya. Maka dari itu manusia
diundang untuk bersatu dengan Tuhan. Kekuatan hanya akan diperoleh
jika manusia membuka hati bagi rahmat Allah.
Ada banyak tawaran dalam kehidupan kita sekarang ini. Perhatikan yang
kita lakukan setiap hari. Bukankah kita lebih sering melakukan hal-hal
yang menyenangkan kita dan berusaha memperolehnya dengan cara-cara
yang kurang baik. Sebagai murid Kristus hendaknya kita berusaha untuk
senantiasa bersama-Nya (bersatu dan melakukan kehendak-Nya), bukan
sebaliknya, berlaku sesuka hati kita dan tidak mewujudkan nilai-nilai
kristiani.
Saudara-saudari yang terkasih, pada masa prapaska ini Tuhan tetap
lembut, sabar, setia menanti kita dengan pilihan hidup kita masing-
masing. Mari kita senantiasa berusaha berbuat kebajikan terhadap
sesama, tekun dalam hidup doa, lebih bersemangat kembali, bangkit dari
kemalasan, dan sebagainya. Dengan demikian, kita menjadi bersahaja di
hadapan hadirat-Nya. Yesus yang baik hati, masih tetap memberikan
waktu kepada kita untuk meraih kebahagiaan sejati dari Allah melalui
Yesus Kristus Putera-Nya. Memilih jalan Tuhan, maka kita akan selamat,
aman sampai kepada Bapa-Nya.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan bukalah telinga kami, agar senantiasa mendengarkan Sabda-
Mu, dan kami pun berpaut selalu di dekat-Mu.
Hari ini Sabtu 10 Maret dalam Pekan Prapaskah III. Bacaan pertama
dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Hosea 6:1-6. Bacaan Injil dari
Injil Lukas 18:9-14.
Marilah Saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut
Lukas.
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa
orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua
orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu
adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu
berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur
kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit,
melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa
merendahkan diri akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, warta pertobtan dan
ajakan untuk mohon ampun yang disampaikan dalam Sabda Tuhan hari
ini, kembali menjadi pesan bagi kita.
Dalam bacan pertama, Nabi Hosea hadir untuk menyampaikan pesan dari
Tuhan. “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah
menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan
yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari,
pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup
di hadapan-Nya.” Artinya, dalam mewujudkan pertobatan kita harus
sungguh-sungguh tidak boleh setengah-setengah. Karena hidup kita
sepenuhnya berada dalam tangan Tuhan.
Kisah mengenai doa orang Farisi dan pemungut cukai dalam Injil hari ini
bisa menjadi cermin bagi kita dalam mewujudkan pesan permenungan
kita hari ini. Apa yang salah dari doanya orang Farisi dan mengapa
doanya pemungut cukai dibenarkan di hadapan Allah? Memang layak
disyukuri bahwa orang Farisi itu tidak menjadi penjahat. Akan tetapi, kita
perlu memahami isi doanya, karena orang Farisi tersebut juga
mengatakan, “aku bukan pula seperti pemungut cukai ini.” Kelihatan
dibalik doanya ada sikap mengadili orang lain. Selain itu model doa
orang Farisi ini mengandaikan bahwa ia sudah tidak butuh Tuhan lagi. Ia
sudah mampu menjadikan dirinya lurus dan benar tanpa bantuan Tuhan
lagi. Bukankah itu sikap yang sombong? Sebaliknya, pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, tidak berani menatap ke langit, tetapi hanya memukul
diri dan berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa ini.”
Doa yang singkat dan penuh kerendahan hati dari si pemungut cukai
dinilai lebih unggul. Si pemungut cukai merasa butuh Tuhan agar
mengampuni dan membebaskannya dari dosa. Doa yang benar tidak
memegahkan diri, tidak menyombongkan diri, yang selalu didasarkan
pada kerendahan hati dan kejujuran bukan pada apa yang kita lakukan
sebagai prestasi.
Saudara-saudari yang terkasih, dalam hidup kita, kita sering bersikap
seperti orang Farisi. Kita merasa diri paling suci, paling benar diantara
orang lain bahkan kerap kali, kita dengan mudahnya menghakimi orang
lain, menceritakan kelemahan dan kesalahan orang lain, bahkan mencari
sekutu untuk membicarakan kejelekannya. Sikap seperti itu justru
menghambat kita untuk menyadari diri sebagai orang yang terbatas di
hadapan Tuhan, yang penuh dosa dan kesalahan. Allah mengasihi orang
yang tulus, rendah hati, bersedia bertobat, dan menggantungkan harapan
akan keselamatannya hanya pada Allah saja. Marilah kita memperbarui
sikap kita yang sering dengan begitu mudah mengadili sesama.
Pertobatan akan semakin nyata kalau kita bukan hanya menyadari
kesalahan tetapi juga memperbaiki hidup agar lebih baik.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, Sabda-Mu menggetarkan jiwa kami. Semoga kami mampu
mewujudkan pertobatan kami dengan sungguh-sungguh sehingga kami
pun merayakan sukacita paskah dengan hati murni.
Dalam Bacaan Injil seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi, yang
bernama Nikodemus datang kepada Yesus. Kita tahu, bahwa Yesus
dalam pergaulan sehari-hari banyak dimusuhi oleh orang farisi dalam
berbagai macam aspek kehidupan, selalu dipermasalahkan oleh Yesus.
Maka biasanya, ketika orang farisi datang kepada-Nya, dan mulai
bercakap-cakap dengan Yesus, Kitab Suci mengatakan “... hendak
mencobai Dia ...” Namun tidak dengan Nikodemus. Kedatangannya
bukan untuk mencobai Yesus, tetapi sungguh ingin mendapatkan
pengajaran dari Yesus. Dan Yesus sama sekali tak menaruh rasa curiga
kepadanya. Dengan sabar Ia menjawab setiap pertanyaan dan persoalan
yang dihadapi oleh Nikodemus. Baik Yesus maupun Nikodemus sama-
sama menaruh kepercayaan; bahwa setiap orang yang percaya kepada
Anak Manusia akan beroeh hidup yang kekal; bahwa setiap orang yang
percaya kepada Anak Manusia tidak binasa. Nikodemus juga percaya,
bahwa kedatangan Yesus, sebagai Putra Allah, bukan untuk menghakimi
dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
Marilah berdoa,
Ya Bapa, semoga harapan kami sungguh menjadi tanda sukacita bagi
kami dan bagi sesama.