Anda di halaman 1dari 112

DASAR-DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pengenalan Anatomi dan Fisiologi

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri atas sejumlah system yang bekerja dan saling bergantung. Setiap system saling
berhubungan. Jika salah satu system terganggu, sistem yang lain juga akan terganggu. Dengan demikian, dapat menurunkan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara normal. System tubuh bekerja secara terintegrasi memastikan kemampuan kelangsungan hidup individu. Oleh karena
itu, struktur dan fungsi tubuh manusia sangat kompleks.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh dan hubungan fisik dari sistem tubuh yang terlibat. Fisiologi adalah
ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana system tubuh bekerja dan cara system tubuh bekerja sama mempertahankan kehidupan dan
kesehatan individu. Patologi adalah ilmu yang mempelajari ketidaknormalan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi fungsi tubuh, dimana
seringkali menyebabkan penyakit.
Tubuh disusun oleh berbagai tingkat pengorganisasian struktur dan kompleksitas (Gambar 1.1). tingkat terendah adalah atom yang
bergabung membentuk molekul. Sel adalah unit terkecil penyusun kehidupan di dalam tubuh. Sel berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setiap sel bersifat khas dan memiliki fungsi tertentu yang diperlukan tubuh. Dalam organisme
kompleks, seperti tubuh manusia, sel yang memiliki struktur dan fungsi yang serupa bersama-sama membentuk jaringan.
Organ tersusun dari sejumlah jaringan yang berbeda dan menjalankan fungsinya yang spesifik. Sistem terdiri atas sejumlah organ dan
jaringan yang bersama-sama berperan mempertahankan kelangsungan hidup tubuh, dimana tubuh manusia yang terdiri atas beberapa sistem
bekerja saling bergantung dan menjalankan fungsi yang spesifik.

Sel Hidup
Sel adalah unit fungsional terkecil tubuh. Kumpulan sel membentuk jaringan, yang memiliki fungsi tertentu. Kelompok jaringan yang
berbeda membentuk organ (misalnya : jantung, lambung, otak). Kumpulan organ bersama-sama membentuk system, yang memiliki, yang
memiliki fungsi tertentu untuk mempertahankan homeostasis serta menjaga kesehatan individu.
Sel terdiri atas membrane plasma yang di dalamnya memiliki sejumlah organel yang dikelilingi cairan yang disebut sitosol. Organel
terdiri atas : inti sel (nucleus), mitokondria, ribosom, reticulum endoplasma, badan Golgi, lisosom, dan sitoskeleton.

Membran Plasma
Membran plasma terdiri atas dua lapis fosfolipid (kandungan lemak) dengan molekul protein dan gula yang mengelilinginya.
Fosfolipid terdiri atas kepala, yang memiliki muatan lisrik dan bersifat hidrofilik (suka air), serta ekor yang tidak memiliki muatan listrik dan
bersifat hidrofobik (anti air).
Pembagian Tubuh Manusia
Istilah Anatomi
Posisi Anatomi. Semua deskripsi anatomis disesuaikan dengan posisi anatomi. Hal ini dibuat untuk memastikan keakuratan dan konsistensi agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Posisi Anatomi adalah posisi saat tubuh berada dalam posisi tegak lurus dengan kepala menghadap ke depan, lengan di samping
tubuh dengan telapak tangan terbuka ke depan, dan kedua kaki merapat menghadap ke depan.

Bidang Median. Bidang median adalah bidang yang membelah tubuh secara longitudinal melalui garis tengah tubuh sehingga membagi tepat tubuh menjadi
bagian kiri dan kanan.

Istilah pasangan direksional (arah) dalam anatomi

Istilah Direksional Arti


Medial Struktur yang lebih dekat dengan garis tengah . jantung
terletak di medial humerus

Lateral Struktur yang lebih jauh dari garis tengah atau berada pada
sisi tubuh. Humerus terletak di bagian lateral jantung

Proksimal Lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal, atau asal
bagian tubuh. Femur terletak di bagian proksimal fibula.

Distal Lebih jauh dengan batang tubuh atau pangkal.fibula


terletak di bagian distal femur.

Anterior atau Ventral Lebih dekat dengan bagian depan tubuh. Sternum terletak
di bagian anterior vertebra.
Posterior atau Dorsal Lebih dekat dengan bagian belakang tubuh. Vertebra
terletak di bagian posterior sternum.

Superior Lebih dekat dengan kepala. Tengkorak terletak di bagian


superior skapula.

Inferior Lebih jauh dengan kepala. Skapula terletak di bagian


inferior tengkorak.

Skeleton (Kerangka Tubuh)


Skeleton adalah kerangka tulang penyusun tubuh. Skeleton terdiri atas (membentuk) rongga (kavitas) dan fossa (cekungan) yang melindungi beberapa
struktur, membentuk sendi, dan melekatkan otot. Skeleton terdiri atas dua bagian: aksial dan apendikular/anggota tubuh (anggota tubuh yang melekat pada
kerangka aksial).
Skeleton Aksial. Kerangka ini terdiri atas tengkorak, kolum vertebra, sternum (tulang dada), dan iga. Tengkorak terdiri atas dua bagian, yaitu cranium,
yang berisi otak dan wajah. Cranium terdiri atas sejumlah tulang yang mengalami perkembangan secara terpisah, tetapi menyatu saat matur. Satu-satunya
tulang yang dapat digerakkan pada tengkorak adalah mandibula atau rahang bawah. Fungsi tengkorak adalah proteksi terhadap struktur lunak, termasuk
otak, mata, dan telinga dalam, serta mempertahankan kepatenan jalan napas sehingga memungkinkan bernapas dan untuk makan (gigi yang tertanam di
mandibula dan maksila; gerakan mandibula memungkinkan mengunyah).

Kolum Vertebra. Kolum vertebra terdiri atas 24 tulang yang dapat digerakkan (vertebra/tulang belakang) ditambah sacrum dan koksigis. Antar badan
tulang dipisahkan oleh diskus intervertebra, yang terdiri atas kartilago (tulang rawan). Kolum vertebra terdiri atas lima bagian dan masing-masing bagian
tulang dari atas ke bawah berjumlah: 7 servikalis, 12 torakalis, 5 lumbalis, 1 sakrum (5 tulang yang menyatu), dan 1 koksigis (4 tulang yang menyatu).
Tulang servikalis yang pertama disebut atlas, membentuk sendi (artikulasi) dengan tengkorak, selanjutnya tiap vertebra membentuk sendi dengan
vertebra di atasnya dan di bawahnya. Gerakan lebih mungkin terjadi di regio servikalis dan lumbalis daripada di regio torakalis.
Sakrum terdiri atas 5 vertebra yang menyatu pada satu tulang membentuk persendian dengan vertebra lumbalis kelima di atas dan koksigis di
bawah serta tulang inominata (pelvis atau panggul) pada tiap sisinya.
Koksigis terdiri atas 4 vertebra terminal yang menyatu menjadi tulang triangular kecil yang membentuk persendian dengan sakrum di atasnya.
Fungsi kolum vertebra adalah melindungi medulla spinalis (pada tiap vertebra terdapat lubang disebut foramen vertebra yang membentuk saluran
medulla spinalis), melindungi saraf spinalis saat melewati medulla spinalis (foramina intervetebra), dan pada region toraksik membentuk persendian yang
memungkinkan gerakan sangkar iga saat pernapasan.

Sangkar Toraksik. Sangkar toraksik dibentuk oleh 12 vertebra torakalis, 12 pasang costa (iga), dan 1 sternum (tulang dada). Fungsi sangkar toraksik adalah
melindungi organ (jantung, paru, pembuluh darah besar); membentuk persendian antara ekstremitas atas dan skeleton aksial; melekatkan otot-otot
pernapasan (otot interkosta dan diafragma); dan memungkinkan pernapasan terjadi.

Skeleton Apendikular (kerangka anggota tubuh). Kerangka ini terdiri atas gelang bahu dan ekstremitas atas, serta gelang panggul (pelvis) dan ekstremitas
bawah.
Setiap gelang bahu terdiri atas klavikula dan skapula. Setiap ekstremitas atas terdiri atas: 1 humerus, 1 radius, 1 ulna, 8 tulang karpal, 5 tulang
metakarpal, dan 14 falang.
Tiap ekstremitas bawah terdiri atas 1 femur, 1 tibia, 1 fibula, 1 patela, 7 tulang tarsal, 5 tulang metatarsal, dan 14 falang. Tulang penyusun gelang
panggul terdiri atas dua tulang inominata dan sakrum.
Fungsi skeleton apendikular adalah melakukan gerakan volunter dan melindungi struktur yang lunak (pembuluh darah).
Gambar : tulang tengkorak
Gambar: Skeleton
A. Anterior – yang diwarnai: skeleton aksial B. Lateral

Gambar: vertebra servikalis, medula spinalis dan saraf spinal


Gambar : kerangka Kolum Vertebra
Gambar: Sangkar Toraksik

Rongga Tubuh
Organ tersusun dari system tubuh memiliki empat rongga yaitu rongga cranial, toraks, abdomen dan pelvis.

Rongga Kranial. Rongga cranial berisi otak, dan dibatasi oleh tulang tengkorak. Batas tersebut adalah (gambar 1.24) bagian anterior: 1 tulang frontal;
bagian lateral: 2 tulan temporal; bagian posterior: 1 tulang oksipital; bagian superior: 2 tulang parietal; dan bagian inferior: 1 tulang sphenoid dan 1 etmoid,
tulang bagian frontal, temporal, dan oksipital.
Gambar: Tulang yang menyusun bagian kanan cranium dan wajah – tampak dari kiri

Rongga Toraks. Rongga ini berada di bagian atas batang tubuh. Batas rongga ini dibentuk oleh rangka tulang dan otot penunjang (gambar 1.25), yaitu
bagian anterior: sternum dan kartilago kosta; bagian lateral: 12 pasang iga dan otot interkosta; bagian posterior: vertebra torakalis; bagian superior: struktur
pembentuk dasar leher; dan bagian inferior: diafragma. Rongga ini berisi organ dan struktur, seperti trakea, 2 bronkus, 2 paru, jantung, aorta, vena kava
superior dan inferior, sejumlah pembuluh darah, esophagus, pembuluh limfe, nodus limfe, dan saraf.
Gambar: Struktur penyusun dinding rongga toraks dan struktur yang terkait

Mediastinum adalah rongga di antara kedua paru termasuk struktur yang berada di paru seperti
jantung, esophagus, dan pembuluh darah.
Gambar: Beberapa struktur utama yang ada di rongga toraks dan dasar leher.

Rongga Abdomen. Rongga abdomen merupakan rongga terbesar di dalam tubuh dan berbentuk oval. Rongga ini berada di bagian utama
batang tubuh dan dibatasi oleh bagian superior: diafragma, yang membatasi rongga ini dengan rongga toraks; bagian anterior: otot yang
menyusun dinding abdomen anterior; bagian posterior: vertebra lumbalis dan otot penyusun dinding abdomen posterior; bagian lateral:
dibatasi iga bawah dan otot dinding abdomen; dan bagian inferior: mambatasi rongga pelvis.
Gambar: organ yang berada di bagian anterior rongga abdomen dan diafragma (dipotong)
Gambar: Organ yang berada di bagian posterior rongga abdomen dan pelvis (dipotong).
Garis putus-putus menunjukkan posisi lambung.

Rongga abdomen terbagi menjadi sembilan regio (lihat gambar). Pembagian ini membantu menjelaskan posisi organ dan struktur di dalamnya.
Sebagian besar rongga abdomen berisi organ dan kelenjar system pencernaan (lihat gambar di atas) seperti lambung, usus halus, dan sebagian
besar usus besar, hati, kandung empedu, saluran empedu, dan pancreas. Organ lainnya meliputi limpa, 2 ginjal, bagian atas ureter, 2 kelenjar
adrenal, sejumlah pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf, dan nodus limfe.
Gambar: Regio Rongga Abdomen

Rongga Pelvis. Rongga pelvis merupakan rongga yang menyerupai corong dan terbentang dari rongga abdomen ujung bawah (lihat gambar).
Batas rongga ini yakni bagian superior: lanjutan rongga abdomen;bagian anterior: tulang pubis; bagian posterior: sakrum dan koksigis; bagian
lateral: tulang inominata; dan bagian inferior: otot dasar pelvis.
Rongga ini berisi organ seperti kolon sigmoid, rectum dan anus, beberapa lengkung usus halus, kandung kemih, ureter bagian bawah, serta
uretra. Pada wanita, rongga ini juga berisi organ reproduksi, seperti uterus, tuba fallopi, ovarium, dan vagina (lihat gambar). Pada pria, organ
reproduksi yang berada dalam rongga ini adalah kelenjar prostat, vesikula seminalis, korda spermatis, duktus deferensius (vas deferensius),
duktus ejakulatoris, dan uratra (lihat gambar).
Gambar: Organ reproduksi wanita dan struktur lain di rongga pelvis.
Gambar: Rongga Pelvis dan struktur reproduksi pria.

SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin terjadi atas kelenjar yang sangat berbeda satu sama lain. Kelenjar endokrin (Gambar 6.1) terdiri atas kelompok sel sekretorik yang dikelilingi
oleh jarring kapiler luas yang membantu difusi hormon (pesan kimia) dari sel sekretorik ke aliran darah.
Saat hormon tiba pada sel targetnya, hormon berikatan pada area spesifik, reseptor, dimana hormon bekerja memengaruhi reaksi kimia atau metabolik di dalam
sel. Reseptor hormon peptida berada di membran sel dan hormon berbahan dasar lipid berada di dalam sel (Tabel 6.1).
Homeostasis lingkungan internal dipertahankan oleh sistem saraf autonom dan sistem endokrin. Sistem saraf autonom berhubungan dengan perubahan yang cepat,
sementara sistem endokrin terlibat dalam penyesuaian yang lebih lambat.
Hormon dilepaskan dalam berespon terhadap stimulus yang spesifik dan kerjanya biasanya berlawanan atau meniadakan stimulus melalui mekanisme umpan
balik negatif. Pada mekanisme umpan balik negatif, stimulus dikurangi dengan pelepasan hormon oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior, misal hormon steroid
dan tiroid, atau secara langsung oleh kadar kadar stimulus, misal insulin dan glukagon.
Efek mekanisme umpan balik positif adalah umpan balik dengan meningkatkan stimulus dan meningkatkan pelepasan hormon hingga proses tertentu sempurna
dan stimulus berhenti, misal pelepasan oksitosin saat melahirkan.
Gambar 6.1 Posisi Kelenjar Endokrin.

Tabel 6.1 Contoh hormon peptida dan berbahan dasar lipid


Hormon berbahan dasar lipid Hormon Peptida
Steroid misalnya, Glukokortikoid Adrenalin (epinefrin), Noradrenalin (norepinefrin)
Mineralokortikoid Insulin
Hormon tiroid Glukagon

Kelenjar Hipofisis dan Hipotalamus


Kelenjar hipofisis dan hipotalamus bekerja sebagai suatu unit yang mengatur aktivitas sebagian besar kelenjar endokrin. Kelenjar hipofisis berada di fossa
hipofiseal tulang sfenoid yang berada di bawah hipotalamus, yang dilekatkan oleh suatu tangkai (Gambar 6.2). Kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong, beratnya
sekitar 500 mg dan terdiri atas tiga bagian terpisah yang berasal dari berbagai jenis sel. Hipofisis anterior (adenohipofisis) merupakan pertumbuhan ke atas epitelium
glandular yang berasal dari faring dan hipofisis posterior (neurohipofisis) merupakan pertumbuhan ke bawah jaringan saraf yang berasal dari otak. Terdapat jaringan serat
saraf di antara hipotalamus dan hipofisis posterior. Antara lobus anterior dan posterior, terdapat garis jaringan yang tipis yang disebut lobus intermediate dan fungsinya
pada manusia belum diketahui.

Gambar 6.2 Posisi Kelenjar Hipofisis dan struktur terkaitnya.

Hipotalamus dan kelenjar hipofisis diperdarahi oleh cabang dari arteri karotis internal. Lobus anterior diperdarahi secara tidak langsung oleh darah yang sudah
melewati dasar kapiler di hipotalamus, sedangkan lobus posterior diperdarahi secara tidak langsung. Hipotalamus juga diperdarahi oleh darah yang berasal dari sinus vena
di antara lapisan dura mater.
Hipofisis Anterior
Sebagian hormon yang disekresikan oleh lobus anterior (adenohipofisis) menstimulasi atau menghambat sekresi kelenjar endokrin (kelenjar target) sementara
hormon lainnya memiliki efek langsung pada jaringan target. Tabel 6.2 meringkas hubungan antara hormon hipotalamus, kelenjar hipofisis anterior, dan kelenjar atau
jaringan target.

Gambar 6.3 Kelenjar Hipofisis. A. Lobus Kelenjar Hipofisis dan hubungannya dengan hipotalamus.
B. Sintesis dan Penyimpanan Hormon Antidiuretik dan Oksitosin.

Pelepasan hormon hipofisis anterior terjadi setelah stimulasi kelenjar oleh hormon pelepasan khusus yang dihasilkan oleh hipotalamus dan dibawa ke kelenjar
melalui sistem pembuluh darah porta hipofisis. Seluruh sistem dikendalikan oleh mekanisme umpan balik negatif, yakni saat terdapat kadar hormon yang rendah di darah
yang menyuplai hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan pelepasan hormon yang menstimulasi pelepasan hormon tropik oleh hipofisis anterior. Hal ini pada gilirannya,
menstimulasi kelenjar target untuk menghasilkan dan melepaskan hormonnya. Akibatnya, hormon tersebut meningkatkan sekresi faktor pelepasan oleh hipotalamus
(gambar 6.4).
Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone, GH).
Hormon ini paling banyak disintesis oleh hipofisis anterior. GH menstimulasi pertumbuhan dan pembelahan sebagian besar sel tubuh, khususnya sel tulang dan
otot rangka. Pertumbuhan tubuh dalam berespon terhadap sekresi GH mempertahankan massa tulang dan otot rangka. Hormon ini juga mengatur metabolisme di banyak
organ, misal hati, usus, dan pankreas; menstimulasi sintesis protein; meningkatkan pemecahan lemak; dan meningkatkan kadar glukosa darah.
Pelepasan GH distimulasi oleh hormon pelepasan hormon pertumbuhan (Growth Hormone Releasing Hormone, GHRH) dan disupresi oleh hormon penghambat
pelepasan hormon pertumbuhan (Growth Hormone Release Inhibiting Hormone GHRIH), yang keduanya disekresikan oleh hipotalamus. Sekresi GH lebih banyak di
malam hari saat tidur dan juga distimulasi oleh hipoglikemia, latihan fisik, dan ansietas. Jumlah hormon yang disekresikan mengalami puncak saat remaja dan kemudian
menurun seiring pertambahan usia. Penghambatan sekresi GH terjadi oleh mekanisme umpan balik negatif saat kadar hormon dalam darah meningkat dan juga saat
GHRIH (somatostatin) dilepaskan oleh hipotalamus. GHRIH menekan sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan gastrointestinal, misal getah lambung, gastrin, dan
kolesistokinin.

Hormon perangsang Tiroid (Thyroid Stimulating Hormone, TSH)


Hormon ini disintesis oleh hipofisis anterior dan pelepasannya distimulasi oleh THR dari hipotalamus. Hormon ini menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas
kelenjar tiroid yang menyekresikan hormon tiroksin (T 4) dan tri-iodotironin (T3), pelepasannya paling rendah saat menjelang sore hari dan paling banyak saat malam hari,
sekresi diatur oleh mekanisme umpan balik negatif (Gambar 6.4). saat kadar hormon tiroid dalam darah tinggi, sekresi TSH dikurangi, dan sebaliknya.

Hormon Adrenokortikotropin (Adrenocorticotrophic Hormone, ACTH). Hormon pelepasan kortikotropin (CRH) dari hipotalamus meningkatkan sintesis dan
pelepasan ACTH oleh hipofisis anterior. Hal ini meningkatkan konsentrasi kolesterol dan steroid di dalam korteks adrenal dan keluaran hormon steroid, khusunya kortisol.
Kadar ACTH tertinggi terjadi saat sekitar pukul 08.00 dan terendah terjadi saat sekitar tengah malam, walaupun kadar ACTH kadang tinggi saat siang hari dan
pukul 18.00. Irama sirkadian ini dipertahankan seumur hidup. Hal ini berhubungan dengan pola tidur dan penyesuaian terhadap perubahan memerlukan waktu beberapa
hari, misal perubahan shift kerja, perjalanan ke zona waktu yang berbeda (jet lag).
Sekresi juga diatur oleh mekanisme umpa balik negatif, yakni sekresi disupresi saat kadar ACTH dalam darah meningkat. Faktor lain yang menstimulasi sekresi
meliputi hipoglikemia, latihan fisik, dan stressor lainnya, misal status emosional dan demam.

Tabel 6.2 Hormon yang dihasilkan hipotalamus, hipofisis anterior, dan targetnya.

Hipotalamus Hipofisis Anterior Kelenjar/Jaringan Target


GHRH GH Sebagian besar jaringan
Banyak organ
GHRIH Inhibisi GH Kelenjar tiroid
Inhibisi TSH Pulau-pulau pancreas
Sebagian besar jaringan
TRH TSH Kelenjar tiroid
CRH ACTH Korteks adrenal
PRH PRL Payudara
PIH Inhibisi PRL Payudara
LHRH FSH Ovarium dan testes
GnRH LH Ovarium dan testes
GHRH = Growth Hormone Releasing Hormone
GH = Growth Hormone (somatotrofin)
GHRIH = Growth Hormone Release Inhibiting Hormone
TSH = Thyroid Stimulating Hormone
TRH = Thyroid Releasing Hormone
CRH = Corticotrophin Releasing Hormone
ACTH = Adrenocorticotrophic Hormone
PRH = Prolactin Releasing Hormone
PRL = Prolactin (Hormon Laktogenik)
PIH = Prolactin Inhibiting Hormone (Dopamine)
LHRH = Luteinizing Hormone Releasing Hormone
GnRH = Gonadotrophin Releasing Hormone
FSH = Follicle Stimulating Hormone
LH = Luteinizing Hormone

Prolaktin. Hormon ini menstimulasi laktasi (produk ASI) dan, memiliki efek langsung pada payudara dengan segera setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam
darah distimulasi oleh hormon pelepas prolaktin (PRH) yang dilepaskan dari hipotalamus dan kadarnya diturunkan oleh hormon penghambat prolaktin (PIH, dopamin) dan
meningkatkan kadar prolaktin dalam darah. Setelah melahirkan, isapan bayi menstimulasi sekresi prolaktin dan laktasi. Kadar prolaktin yang tinggi dalam darah
merupakan faktor yang mengurangi insiden konsepsi saat latasi.

Prolaktin bersama estrogen, kortikosteroid, insulin, dan tiroksin terlibat dalam menginisiasi dan mempertahankan laktasi. Sekresi prolaktin terkait dengan tidur,
yakni meningkat saat periode tidur, di malam hari atau siang hari. Stres emosional juga meningkatkan produksi prolaktin.
Gambar 6.4 Pengaturan umpan balik negative sekresi hormone oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.

Gonadotropin. Setelah pubertas, dua gonadotropin (hormon seks) disekresikan oleh hipofisis anterior dalam berespon terhadap hormon pelepas hormon lutein (LHRH),
juga dikenal sebagai hormon pelepas gonadotropin (GnRH). Pada pria dan wanita hormon ini berupa FSH dan LH.

1. Pada wanita.
LH dan FSH berperan dalam sekresi hormon estrogen dan progesteron saat siklus menstruasi. Saat kadar estrogen dan progesterone meningkat, sekresi LH dan
FSH disupresi. Saat itu FSH menstimulasi produk gamet (ovum).
2. Pada pria.
LH juga disebut hormon perangsang sel interstisial (ICSH) menstimulasi sel interstisial testis untuk menyekresikan hormon testosteron.
Tabel 6.3 Ringkasan hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior dan fungsinya.

Hormon Fungsi
Hormon Pertumbuhan (GH) Mengatur metabolisme, dan meningkatkan
pertumbuhan jaringan khususnya tulang dan otot.

Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Merangsang pertumbuhan dan aktivitas kelenjar


tiroid dan sekresi T3 dan T4.

Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH) Merangsang korteks adrenal untuk menyekresi


glukokortikoid.

Prolactin (PRL) Merangsang produksi ASI.

Follicle Stimulating Hormone (FSH) Merangsang produksi sperma di testes,


merangsang sekresi estrogen oleh ovarium,
maturasi folikel ovarium, ovulasi.

Luteinzing Hormone (LH) Merangsang sekresi testosteron yang dihasilkan


testes, merangsang sekresi progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum.

Hipofisis Posterior
Oksitosin dan hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon yang disentesis di hipotalamus dan kemudian disimpan pada terminal akson dalam kelenjar hipofisis
posterior (gambar 6.3B). Hormon ini bekerja secara langsung pada jaringan non-endokrin dan dilepaskan oleh vesikel sinaps melalui eksositosis yang distimulus oleh
implus saraf dari hipotalamus.

Oksitosin. Oksitosin menstimulus dua jaringan target pada saat dan setelah melahirkan: otot polos uterus dan sel otot payudara untuk menyusui.

Saat melahirkan, terjadi peningkatkan jumlah oksitosin yang dilepaskan oleh hipofisis posterior ke aliran darah dalam berespon terhadap peningkatan distensi
reseptor regangan sensori di serviks uterus akibat kepala bayi. Impuls sensori dibangkitkan dan berjalan ke pusat kontrol di hipotalamus, menstimulasi hipofisis posterior
untuk melepaskan lebih banyak oksitosin. Akibatnya, hal ini merangsang kontraksi uterus yang semakin bertenaga dan regangan serviks uterus yang semakin
meningkatkan saat kepala bayi didorong ke bawah. Peristiwa ini merupakan contoh mekanisme umpan balik positif yang berhenti segera setelah kepala bayi dilahirkan saat
distensi serviks uterus semakin menurun (gambar 6.5).
Proses pengeluaran ASI juga melibatkan mekanisme umpan balik positif. Isapan bayi membangkitkan impuls sensori yang dihantarkan dari payudara menuju ke
hipotalamus. Impuls memicu pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior dan oksitosin merangsang kontraksi sel mioepitelial di sekitar sel glandula dan duktus laktiferus
untuk berkontraksi dan mengeluarkan ASI. Isapan bayi juga menghambat pelepasan PIH, yang memperpanjang sekresi prolaktin dan laktasi. Fungsi hormon ini pada pria
dan wanita yang tidak menyusui, belum jelas diketahui.

Gambar 6.5 Pengaturan Sekresi Oksitosin melalui mekanisme umpan balik positif.

Hormon Antidiuretik( Antidiuretic Hormone, ADH) atau Vasopresin. Efek utama ADH adalah menurunkan keluaran urine (diuresis adalah produksi urine dalam
jumlah besar) ADH meningkatkan permeabilitas air di tubulus kontortus distal dan kolektivus dari nefron ginjal. Akibatnya, reabsorpsi air yang berasal dari filtrasi
gomerulus meningkat. Jumlah ADH yang disekresikan dipengaruhi oleh tekanan osmotik darah yang beredar ke osmoreseptor di hipotalamus.
Saat tekanan meningkat, sekresi ADH meningkat, misalnya dehidrasi terjadi setelah hemoragi, mengakibatkan semakin banyak air yang direabsorpsi dan keluaran
urin menurun. Hal ini berarti bahwa tubuh menahan lebih banyak air dan peningkatan tekanan osmotik dipertahankan. Sebaliknya, saat tekanan osmotik darah rendah,
misalnya setelah asupan cairan yang banyak sekresi ADH berkurang, sedikit air yang direabsorpsi dan semakin banyak urine yang dihasilkan (gambar 6.11).

Pada konsentrasi yang tinggi, misalnya setelah perdarahan berat, ADH menyebabkan kontraksi otot polos, khususnya vasokonstriksi di pembuluh darah kulit dan
organ abdomen. Hal ini berarti ADH memiliki efek pressor, meningkatkan tekanan darah sistemik sehingga nama lain hormon ini adalah vasopressin, mencerminkan efek
ini

Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid berada di leher, di depan laring dan trakea pada vertebra servikalis ke 5, 6, 7, serta toraksik ke-1. Kelenjar ini kaya pembuluh darah dan memiliki
berat sekitar 25 g dan dikelilingi oleh kapsul fibrosa. Bentuknya menyerupai kupu-kupu dan terdiri atas dua lobus. Satu lobus terletak di sisi kartilago tiroid dan lobus
lainnya di bagian atas cincin kartilago trakea. Kedua lobus dipersatukan oleh istmus yang sempit dan di depan trakea. Lobus berbentuk kerucut, dengan panjang sekitar 5
cm dan lebar 3 cm.

Gambar 6.6 Posisi kelenjar tiroid dan struktur terkaitnya. Tampak Depan.

Darah arteri yang memperdarahi kelenjar melalui arteri tiroid superior dan inferior. Arteri tiroid superior merupakan cabang arteri karotis eksternal dan arteri
tiroid inferior merupakan cabang dari arteri subklavia. Aliran balik vena melalui vena tiroid mengalir ke vena jugularis interna.
Dua kelenjar paratiroid terletak berlawan dengan permukaan posterior tiap lobus dan kadang melekat pada jaringan tiroid. Saraf laringeal rekurens berjalan ke
atas mendekati lobus kelenjar dan pada sisi kanan, saraf ini berada di dekat arteri tiroid inferior.

Kelenjar terdiri atas epitelium kuboid yang membentuk folikel sferiks. Folikel ini menyekresikan dan menyimpan koloid, materi protein yang lengket dan pekat.
Antara folikel-folikel, terdapat sel lain yang ditemukan tunggal atau dalam kelompok kecil: sel parafolikular, yang disebut sel-C, yang menyekresikan hormon kalsitonin.

Tiroksin dan Triiodotironin. Iodin sangat penting untuk pembentukan hormon kelenjar tiroid, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3). Sumber utama iodin dalam tubuh
adalah makanan laut, sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya iodin garam meja beryodium dalam diet. Kelenjar tiroid secara selektif, mengambil iodin dari darah, suatu
proses yang disebut penangkapan iodin.

Hormon tiroid disentesis sebagai prekursor molekul besar yang disebut tiroglobulin, unsur utama koloid. Pelepasan T 3, dan T4 ke darah diatur oleh TSH yang dihasilkan
hipofisis anterior.

Sekresi TSH distimulasi oleh TRH dari hipotalamus dan sekresi TSH distimulasi oleh latihan fisik, stress, malnutrisi, glukosa plasma yang rendah, dan tidur. Kadar sekresi
TSH bergantung pada kadar plasma T3 dan T4 karena hormon ini memengaruhi sensitivitas hipofisis anterior terhadap TRH. Melalui mekanisme umpan balik negatif,
peningkatan kadar T3 dan T4 menyebabkan penurunan sekresi TSH dan sebaliknya (gambar 6.8). Saat suplai iodin rendah, TSH yang berlebihan disekresikan serta terdapat
proliferasi sel kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar. Sekresi T 3 dan T4 dimulai sekitar usia 3 bulan kehidupan dan meningkat saat pubertas dan pada wanita saat usia
reproduktif, khususnya saat hamil. Selanjutnya, sekresi T3 dan T4 cukup konstan seumur hidup.

Hormon tiroid masuk ke sel target dan mengatur ekspresi gen di inti sel yakni hormon meningkatkan atau menurunkan sintesis beberapa protein termasuk enzim.
Hormon ini bergabung dengan tempat reseptor khusus dan meningkatkan efek hormon lain, misal adrenalin dan non-adrenalin.

T3 dan T4 memengaruhi sebagian besar sel tubuh dengan meningkatkan laju metabolik basal dan produksi panas serta mengatur metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. T3 dan T4 penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal, khususnya sistem skeleton dan persarafan. Sebagian besar organ dan sistem lain juga
dipengaruhi oleh hormon tiroid - efek fisiologi T3 dan T4 pada jantung, otot rangka, kulit, pencernaan, dan reproduksi tampak lebih nyata saat kelenjar tiroid kurang aktif
atau sangat aktif.

Gambar 6.7 Struktur mikroskopis kelenjar tiroid


Gambar 6.8 Pengaturan umpan balik negative sekresi T 3 dan T4

Kalsitonin. Hormon ini disekresi oleh Sel C atau parafolikular di kelenjar tiroid (Gambar 6.7). hormon ini bekerja pada tulang dan ginjal untuk menurunkan reabsorpsi
kalsium pada tulang dan menghambat reabsorpsi kalsium oleh tubulus ginjal. Efeknya berlawanan dengan hormon paratiroid, hormon yang disekresi oleh kelenjar
paratiroid. Pelepasan kalsitonin distimulus oleh peningkatan kalsium dalam darah. Hormon ini penting pada masa kanak-kanak saat tulang mengalami perubahan penting
dalam ukuran dan bentuk.

Kelenjar Paratiroid

Terdapat empat kelenjar kecil paratiroid, dua kelenjar melekat pada permukaan posterior tiap lobus kelenjar tiroid (gambit 6.9). Kelenjar ini dikelilingi oleh
kapsul jaringan ikat. Sel-sel pembentuk kelenjar berbentuk bola dan disusun dalam kolom dengan saluran yang mengandung darah di antaranya.
Kelenjar paratiroid menyekresi hormon paratiroid. Sekresi diatur oleh kadar kalsium dalam darah. Saat kadar kalsium turun, sekresi hormon paratiroid meningkat
dan sebaliknya.

Fungsi utama hormon paratiroid adalah meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Hal ini tercapai dengan meningkatkan secara tidak langsung jumlah kalsium
yang diabsorpsi pada usus halus dan mereabsorpsi kalsium pada tubulus ginjal. Jika sumber ini memberikan suplai yang tidak adekuat, maka hormon paratiroid
menstimulasi osteoklas (sel penghancur tulang) dan resorpsi kalsium dari tulang.

Parathormon dan kalsitonin dari kelenjar tiroid bekerja saling melengkapi untuk mempertahankan kadar kalsium darah dalam batas normal. Hal ini diperlukan
untuk kontraksi otot, pembekuan darah, dan transmisi impuls saraf.

Gambar 6.9 Posisi kelenjar paratiroid dan struktur terkaitnya. Tampak dari belakang.

Kelenjar Adrenalin (Suprarenal)

Terdapat dua kelenjar adrenal, yang berada di kutub atas ginjal yang terbungkus di dalam fasia renalis. Panjang kelenjar ini sekitar 4 cm dan tebalnya sekitar 3
cm. Arteri yang memperdarahi kelenjar adalah cabang dari aorta abdominal dan arteri renalis.

Aliran balik vena terjadi pada vena suprarenalis. Kelenjar kanan di perdarahi vena kava inferior dan kelenjar kiri diperdarahi vena renalis kiri.

Kelenjar terdiri atas dua bagian yang memiliki struktur dan fungsi yang berbeda, bagian terluar adalah korteks, dan bagian terdalam adalah medula. Korteks
adrenal penting untuk kehidupan, tetapi tidak bagian medula.

Korteks Adrenal
Korteks adrenal menghasilkan tiga kelompok hormon steroid yang terbuat dari kolesterol. Ketiga hormone ini disebut adrenokortikoid (kortikosteroid, kortikoid).
Ketiga hormon tersebut adalah sebagai berikut.

1. Glukokortikoid
Kortisol (hidrokortison) merupakan glukokortikoid utama, tetapi sejumlah kecil kortikosteron dan kortison juga dihasilkan. Hormon ini berfungsi mengatur
kortikosteron dan kortison juga dihasilkan. Hormon ini berfungsi mengatur metabolisme dan respon terhadap stress. Sekresi dikendalikan oleh mekanisme umpan
balik negatif yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. Glukokortikoid distimulasi oleh ACTH dari hipofisis anterior dan stress (gambar 6.10). Pada
kondisi saat tidak stress, sekresi diatur menurut irama sirkadian. Kadar hormon tertinggi terjadi antara pukul 04.00 dan 08.00 dan kadar terendah, antara tengah
malam dan pukul 03.00. Saat pola bangun dan tidur berubah, perlu penyesuaian beberapa hari agar sekresi ACTH/kortisol kembali teratur.
Glukokortikoid memiliki efek metaboli yang luas, yaitu sebagai berikut.
a. Glukoneogenesis (pembentukan gula dari bahan selain karbohidrat, misal protein) dan hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah).
b. Lipolisis (pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol untuk produksi energi).
c. Merangsang pemecahan protein, melepaskan asam amino, yang dapat digunakan untuk sintesis protein lain, misal enzim atau untuk produk energi (ATP).
d. Meningkatkan absorpsi natrium dan air yang terjadi di tubulus ginjal (efek lemah mineralkortikoid).

Pada patologi dan farmakologi, sejumlah kortikoid juga memiliki efek lain yang meliputi kerja antiinflamasi, respons imun, dan memperlambat penyembuhan
luka.

2. Mineralkortikoid (aldosteron)
Aldosteron merupakan mineralkortikoid utama. Fungsi yang berhubungan dengan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Melalui
umpan balik negatif, aldosteron menstimulasi reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan ekskresi kalium di urine. Reabsorpsi natrium akan disertai retensi air
sehingga aldosteron terlibat juga dalam pengaturan volume dan tekanan darah. Kadar kalium dalam darah mengatur jumlah aldosteron yang dihasilkan oleh
korteks adrenal. Saat kadar kalium darah meningkat, semakin banyak aldosteron yang disekresi (Gambar 6.11) dan sebaliknya. Angiotensin juga menstimulasi
pelepasan aldosteron.
Saat aliran darah di ginjal atau kadar natrium darah mengalami penurunan, enzim renin disekresi oleh ginjal. Renin mengubah protein plasma
angiotensinogen, yang dihasilkan hati, menjadi angiotensin 1. Angiotensin Corverting Enzyme (ACE), yang dibentuk dalam jumlah kecil di paru, tubulus
proksimal ginjal, dan jaringan lain, mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2, yang merangsang sekresi aldosteron. Angiotensin 2 juga menyebabkan
vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah.

3. Hormon seks
Hormon seks, terutama androgen (hormon seks pria), sekresi oleh korteks adrenal dan jumlah yang dihasilkan tidak signifikan dibandingkan yang disekresi oleh
testes dan ovarium pada pubertas akhir, juga masa dewasa.
Gambar 6.10 Pengaturan umpan balik negatif sekresi glukokortikoid.

Medula Adenal

Medula dikelilingi oleh korteks adrenal. Medula berkembang dari jaringan saraf pada masa embrio dan merupakan bagian saraf simpatik dan sistem saraf
autonom. Medula adrenal distimulasi oleh saraf simpatik yang mempersarafinya agar menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin.

Adrenalin (epinefrin) dan Noradrenalin (norepinefrin).


Noradrenalin adalah neurotransmiter postganglion saraf simpatik. Adrenalin dan sebagian noradrenalin dilepaskan ke darah dari medula adrenal saat stimulasi
saraf simpatik. Struktur adrenalin mirip dengan noradrenalin dan hal ini menjelaskan efeknya yang serupa. Kedua hormon ini memperkuat respons fight or flight dengan
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah; mengalihkan darah ke organ penting, seperti jantung, otak dan otot rangka; mendilatasi pembuluh darah organ yang
penting; dan mengonstriksi pembuluh darah di organ yang kurang penting, seperti kulit; serta meningkatkan laju metabolisme; dan mendilatasi pupil.
Adrenalin memiliki efek yang lebih besar pada jantung dan proses metabolisme, sedangkan noradrenalin memiliki efek yang lebih besar pada pembuluh darah.

Gambar 6.11 Pengaturan umpan balik negatif sekresi aldosteron.


Respons Terhadap Stres

Saat tubuh mengalami stres, homeostasis terganggu. Stresor meliputi latihan fisik, respons jangka panjang, puasa, ketakutan, perubahan suhu, infeksi,
penyakit, dan situasi/gangguan emosional. Pada beberapa kasus, untuk memulihkannya dan demi kelangsungan hidup, jika diperlukan, terdapat respons
cepat dan respons jangka panjang.
Respons cepat kadang digambarkan sebagai persiapan untuk fight (lawan) atau flight (menghindar). Hal ini diperantarai oleh sistem saraf simpatik (Gambar
6.12).
Pada respons jangka panjang, ACTH dari hipofisis anterior merangsang pelepasan glukokortikoid dan mineralokortikoid dari korteks adrenal dan memberi
respons yang lebih lama terhadap stress (gambar 6.12).

Gambar 6.12 Respons terhadap stressor yang mengancam homeostasis. CRH = Corticotrophin
Releasing Hormone. ACTH = Adrenocorticotrophic Hormone.

Pulau Pankreas
Sel yang menyusun pulau pankreas (Langerhans) ditemukan dalam kelompok yang tersebar tidak beraturan pada substansi pankreas. Tidak seperti pankreas
eksokrin, yang menghasilkan getah pankreatik, tidak ada duktus yang berasal dari kumpulan sel Langerhans. Hormon pankreas disekresi secara langsung ke aliran darah
dan beredar ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis sel di pulau Langerhans yaitu sebagai berikut,

1. Sel α (alfa) yang menyekresi glucagon


2. Sel β (beta) yang menyekresi insulin
3. Sel γ (gama) yang menyekresi somatostatin

Kadar glukosa darah normal adalah 3.5-8 mmol/liter (63-144 mg/100 ml). Kadar glukosa dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin (menurunkan kadar glukosa
darah) dan glucagon (meningkatkan kadar glukosa darah).

Insulin
Insulin merupakan polipeptida yang mengandung 50 asam amino. Fungsi utama insulin adalah menurunkan kadar nutrien darah, khususnya glukosa, tetapi juga asam
amino dan asam lemak. Saat nutrien ini, khususnya glukosa berlebihan, sekresi insulin ditingkatkan dengan cara sebagai berikut.
1. Bekerja pada membran sel, merangsang ambilan dan penggunaan glukosa oleh sel otot serta jaringan ikat.
2. Meningkatkan pengubahan glukosa menjadi glikogen (glikogenesis) khususnya di hati dan otot rangka.
3. Mempercepat ambilan asam amino oleh sel dan sintesis protein.
4. Meningkatkan sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak di jaringan adiposa (lipogenesis)
5. Mengurangi glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa).
6. Mencegah pemecahan protein dan lemak, serta glukoneogenesis (pembentukan gula dari sumber selain karbohidrat, misal protein).

Sekresi insulin distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa darah dan sedikit stimulasi parasimpatik, peningkatan kadar asam amino dan asam lemak, serta hormon
gastrointestinal, misal gastrin, sekretin, dan kolesistokinin. Sekresi diturunkan oleh stimulasi saraf simpatik, glucagon, adrenalin, kortisol, dan somatostatin (GHRIH) yang
disekresi oleh pulau Langerhans.

Glukagon
Efek glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi:
1) Pengubahan glikogen menjadi glukosa di hati dan otot rangka (glikogenolisis);
2) Glukoneogenesis
Sekresi glukagon distimulasi oleh kadar glukosa darah dan latihan fisik, serta diturunkan oleh somatostatin dan insulin.

Somatostatin (GHRIH)
Efek hormon ini juga dihasilkan oleh hipotalamus, yaitu menghambat sekresi hormon insulin dan glukagon selain menghambat sekresi hormon pertumbuhan
(GH) dari hipofisis anterior.

Kelenjar atau Badan Pineal


Kelenjar pineal adalah badan berukuran kecil yang melekat pada atap vertikel ketiga dan terhubung dengan suatu tangkai pendek berisi saraf yang bermuara di
hipotalamus. Kelenjar pineal memiliki panjang sekitar 10 cm, berwarna coklat kemerahan, dan dibungkus oleh suatu kapsul.

Melatonin
Melatonin disekresi oleh kelenjar pineal. Sekresi dikendali oleh sinar matahari dan kadarnya berfluktuasi tiap 24 jam, puncaknya pada malam hari dan terendah pada
siang hari. Sekresi juga dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari, yakni variasi musim. Walaupun fungsinya tidak sepenuhnya dipahami, melatonin dipercaya
berhubungan dengan:
1) Koordinasi irama sirkadian dan diurnal banyak jaringan, mungkin dengan memengaruhi hipotalamus;
2) Menghambat pertumbuhan dan perkembangan organ seks sebelum pubertas, mungkin dengan mencegah sintesis atau pelepasan gonadotropin.
Kelenjar pineal cenderung mengalami atrofi setelah pubertas dan dapat menjadi terkalsifikasi dikemudian hari.

Kelenjar Timus

Timosin
Timosin disekresi oleh kelenjar timus dan diperlukan untuk perkembangan limfosit T untuk imunitas diperantarai sel (cell-mediated immunity).

Hormon Lokal
Sejumlah jaringan tubuh yang bukan merupakan kelenjar endokrin menyekresikan substansi yang bekerja secara lokal.

Histamin
Hormon ini disentesis oleh sel mast di jaringan dan basofil dalam darah. Hormon ini dilepaskan sebagai bagian dari proses inflamasi, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler dan menyebabkan vasodilatasi. Hormon ini juga menyebabkan kontraksi otot polos bronkus dan saluran cerna serta merangsang sekresi getah
lambung.

Serotinin (5-hidroksitriptamin, 5-HT)


Hormon ini berada dalam trombosit, otak dan dinding usus. Hormon ini menyebabkan sekresi usus dan kontraksi otot polos serta berperan dalam hemostasis
(pembekuan darah).

Prostaglandin
Hormon ini merupakan substansi lipid yang ditemukan di sebagian besar jaringan yang bekerja sebagai hormon lokal dan memiliki efek fisiologi yang
luas dalam hal berikut ini.

1. Respons inflamasi.
2. Meningkatkan nyeri
3. Demam
4. Mengatur tekanan darah
5. Pembekuan darah.
6. Kontraksi uterus saat persalinan

Senyawa kimia lainnya meliputi leukotrien dan tromboksan, misal tromboksan A2, yang meningkatkan penggumpalan trombosit.
Hormon Gastrointestinal
Beberapa hormon lokal, meliputi gastrin, sekretin, dan kolesistokinin (CCK), memengaruhi sekresi getah pencernaan dan fungsinya dijelaskan pada
sistem pencernaan.

SISTEM PENCERNAAN
Aktivitas sistem pencernaan dapat dikelompokkan menjadi lima ingesti, yaitu memasukan makanan ke dalam saluran cerna (misal makanan dan minum);
propulsi, yaitu mencampur makanan dan memindahkan sari makanan ke dalam saluran cerna; digesti (mencerna) terdiri atas penghancuran makanan secara
mekanik (misal mengunyah) dan pencernaan makanan secara kimia dengan enzim; absorpsi yaitu proses penyerapan makanan yang dicerna ke dalam
dinding organ saluran cerna; dan eliminasi (defekasi), yaitu proses pengeluaran substansi makanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorpsi di saluran cerna
dalam bentuk feses.
Gambar 1 Sistem Pencernaan

Organ Sistem Pencernaan

Organ sistem pencernaan terdiri atas: 1) Saluran Cerna, disebut juga saluran gastrointestinal (GI), merupakan saluran panjang yang dilalui
makanan/minuman dan terdiri atas mulut, faring, esofagus, usus halus, lambung, usus besar, rektum, serta saluran anus; dan 2) kelenjar aksesori yang
merupakan kelenjar yang melapisi organ, yang terdiri atas kelenjar ludah, pankreas, hati dan saluran empedu.

Struktur Dasar Saluran Cerna

Dinding saluran cerna tersusun dari empat lapis jaringan; adventisia atau serosa, lapisan otot, submukosa, dan mukosa.
Gambar 2 Struktur umum saluran cerna.

Adventisia atau Serosa. Lapisan ini merupakan lapisan terluar. Pada toraks, lapisan ini berupa jaringan fibrosa longgar, sedangkan di dalam abdomen,
lapisan ini berupa membran (serosa) yang menutupi rongga abdomen, yang disebut peritoneum.

Peritoneum. Peritoneum adalah membran serosa terbesar di tubuh. Peritoneum tersusun dari kantong (sakus) berisi sedikit cairan serosa yang menutupi
rongga abdomen. Peritoneum kaya dengan pembuluh darah dan limfe, serta berisi banyak nodus limfe sehingga memberikan barier terhadap penyebaran
infeksi lokal, peritoneum terdiri atas dua lapisan; parietal yaitu lapisan yang melapisi dinding abdomen dan viseral yaitu lapisan yang melapisi organ
(visera) internal di dalam rongga abdomen dan pelvis.

Lapisan Otot. Saluran cerna dilapisi oleh otot polos (involunter). Serat otot polos terluar disusun secara longitudinal dan lapisan dalam tersusun secara
sirkular di dalam dinding saluran cerna. Antara kedua lapisan otot ini, terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan pleksus (jaringan) saraf simpatik dan
parasimpatik, yang disebut pleksus mienterik atau Auerbach (Gambar 2). Saraf tersebut mempersarafi otot polos dan pembuluh darah yang berdekatan.

Kontraksi dan relaksasi lapisan otot ini terjadi dalam bentuk gelombang, yang mendorong isi saluran ke depan. Jenis kontraksi otot polos ini
disebut peristalsis. Kontraksi otot juga mencampur makanan dengan getah pencernaan. Gerakan ke depan isi saluran cerna dikendalikan oleh sfingter, yang
memiliki cincin otot sirkular yang tebal. Kontraksi sfingter mengatur gerakan ke depan. Sfingter juga berfungsi sebagai katup yang mencegah aliran balik
ke dalam saluran cerna.

Submukosa.
Lapisan ini terdiri atas kolagen jaringan ikat longgar dan sebagian serat elastik. Di dalamnya terdapat pleksus pembuluh darah dan saraf, pembuluh limfe,
serta banyak jaringan limfoid. Pembuluh darah meliputi arteriol, venul, dan kapiler. Pleksus saraf meliputi pleksus Meissner, yang berisi saraf simpatik dan
parasimpatik yang menpersarafi lapisan mukosa.

Mukosa.

Mukosa terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu membran mukosa, lamina propia, dan mukosa muskularis.

Membran mukosa.

Membran ini disusun oleh epitelium kolumnar dan merupakan lapisan paling dalam yang berfungsi sebagai proteksi, sekresi dan absorpsi. Di bagian
saluran yang cenderung mengalami cedera mekanik, membran mukosa dilapisi oleh epitelium skuamosa berlapis dengan kelenjar yang menyekresi mukus
tepat di bawah permukaannya. Di bagian di mana makanan sudah dilembutkan dan lembab serta terjadi sekresi getah pencernaan dan absorpsi, membran
mukosa dilapisi sel epitelium kolumnar yang berisi sel goblet penyekresi mukus (Gambar 3). Mukus melubrikasi dinding saluran cerna dan melindunginya
dari enzim pencernaan. Di bawah permukaan yang dilapisi epitelium kolumnar, terdapat sel atau kelenjar khusus yang menyekresi saliva dari kelenjar
ludah, getah lambung dari kelenjar lambung, getah usus dari kelenjar usus, getah pankreatik dari pankreas, dan empedu dari hati. Di bawah lapisan
epitelium yang menyekresi kelenjar ini, juga terdapat jaringan limfoid.

Gambar 3 Epitelium Kolumnar disertai Sel Goblet.


Saraf yang mempersarafi

Sistem parasimpatik. Sepasang saraf kranial, saraf vagus, mempersarafi saluran cerna dan organ aksesorius. Saraf sakral mempersarafi bagian saluran
cerna paling distal. Efek stimulasi parasimpatik adalah meningkatkan aktivitas muskular, khususnya peristalsis, melalui aktivitas pleksus mienterik, dan
meningkatkan sekresi kelenjar melalui aktivitas pleksus submukosa.
Gambar 4 Saraf otonom yang mempersarafi sistem pencernaan.
Biru = parasimpatik, Merah = simpatik

Saraf simpatik. Saraf ini berasal dari medula spinal di regio lumbal dan toraks. Saraf-saraf ini membentuk pleksus di toraks, abdomen, dan pelvis yang
mempersarafi saluran cerna. Efek stimulasi simpatik adalah menurunkan aktivitas muskular (peristalsis), karena kurangnya stimulasi pleksus mientrik dan
menurunkan sekresi kelenjar karena kurangnya stimulasi pleksus submukosa.
Mulut

Rongga mulut dilapisi membran mukosa yang terdiri atas epitelium skuamosa berlapis yang berisi sedikit kelenjar penyekresi mukus. Bagian mulut di
antara gusi dan pipi adalah adalah vestibula dan sisanya adalah rongga mulut.

Palatum membentuk langit-langit mulut dan terdiri atas palatum durum (langit-langit keras) di bagian anterior dan palatum molle (langit-langit lunak) di
bagian posterior. Uvula adalah lipatan otot melengkung yang ditutupi membran mukosa dan berada bergantung di tengah ujung bebas palatum molle.

Gambar 5 Struktur yang terlihat di dalam mulut yang terbuka lebar.

Lidah

Lidah adalah struktur muskular yang berada di dasar mulut. Permukaan superior berisi epitelium skumosa berlapis, dengan banyak papila (tonjolan kecil).
Papila berisi reseptor sensori (ujung saraf khusus) yang berfungsi sebagai indra pengecap yang berada di kuncup pengecap. Ada tiga jenis papila (gambar
6), yaitu papila valate yang biasanya berjumlah 8-12 dan disusun dalam bentuk V terbalik di dasar lidah serta berukuran paling besar; papila fungiformis
berada di ujung lidah dan jumlahnya lebih banyak daripada papilla valata; dan papila filiformis merupakan papila terkecil dan paling banyak berada di
permukaan dua pertiga anterior lidah.

Lidah diperdarahi oleh cabang lingual dari arteri carotid internal dan dialiri vena lingual yang bergabung dengan vena jugularis internal.

Saraf yang mempersarafi lidah adalah saraf hipoglosal (N.XII), cabang lingual dari saraf mandibula (saraf sensasi somatik, misal nyeri, suhu dan
sentuhan), dan saraf fasial serta glosofaringeal (N.VII dan IX), yang merupakan saraf pengecap. Lidah berperan penting dalam mengunyah, menelan,
bicara, dan mengecap.
Gambar 6 Lokasi papilla lidah dan
struktur terkaitnya.

Gigi. Gigi melekat pada alveoli atau rongga pangkal gigi dari mandibula dan maksila. Bayi
lahir dengan rangkaian geligi yang terdiri atas gigi susu (sementara) dan gigi tetap
(permanen). Terdapat 20 buah gigi susu, masing-masing 10 buah di tiap rahang. Gigi susu
mulai tumbuh saat bayi berusia 6 bulan, dan harus tumbuh lengkap saat bayi berusia 24
bulan. Gigi tetap mulai menggantikan gigi susu saat individu berusia 6 tahun dan geligi ini
terdiri atas 32 buah, yang biasanya lengkap saat berusia 24 tahun.

Fungsi gigi. Gigi seri dan gigi taring merupakan gigi pemotong dan berfungsi untuk
memotong makanan, sedangkan gigi geraham kecil dan geraham besar (Gambar 9) yang
memiliki permukaan rata dan luas berfungsi untuk menggiling atau menguyah makanan.

Gambar 7 Gigi tetap dan Tulang Rahang


Gambar 8 Langit-langit mulut dan gigi susu. Tampak bawah.

Struktur gigi. Walaupun bentuk gigi beragam, gigi memiliki struktur yang serupa dan terdiri atas; mahkota (bagian yang menonjol dari gusi), akar
(bagian yang melekat di dalam tulang), dan leher (bagian yang sedikit sempit di mana mahkota muncul dengan akar).

Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf, serta dentin yang merupakan substansi yang
menyerupai gading yang keras. Di luar dentin mahkota, terdapat enamel, yaitu lapisan tipis dari subtansi yang sangat keras. Akar gigi, ditutupi oleh semen,
merupakan substansi yang menyerupai tulang dan menjaga agar gigi tetap di rongganya.

Sebagian besar arteri yang memperdarahi gigi adalah cabang arteri maksilaris. Vena yang memperdarahi adalah vena jugularis internal.

Saraf yang mempersarafi gigi bagian atas adalah cabang saraf maksilaris dan gigi bawah dipersarafi oleh cabang saraf mandibularis. Kedua saraf ini
merupakan cabang dari saraf trigeminus (saraf kranial ke-5)
Gambar 9 Bentuk Gigi Permanen (tetap).

Incisor = gigi seri; Canine = gigi taring; Premolar = gigi geraham kecil; Molar = gigi geraham besar

Gambar 10 Struktur Gigi.


Tabel 1 Gigi Susu dan Gigi Tetap

Kelenjar Ludah

Saliva (ludah) merupakan sekresi dari kelenjar ludah dan sebagian kecil kelenjar penyekresi mukus dari mukosa oral. Sekitar 1.5 liter saliva dihasilkan
setiap hari dan terdiri atas air, garam mineral, enzim (amilase salivarious), mukus, lisozim, immunoglobulin, dan faktor pembeku darah.

Sekresi saliva berada di bawah kendali saraf otonom. Stimulasi parasimpatik menyebabkan vasodilatasi dan sekresi air ludah yang banyak disertai sedikit
kandungan enzim dan substansi organik. Stimulasi simpatik menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi air ludah yang sedikit dan kaya materi organik.
Khususnya dari kelenjar submandibula. Sekresi reflex terjadi saat terdapat makanan di dalam mulut dan reflex dapat dengan mudah semakin terfasilitasi
sehingga penglihatan, bau, bahkan pikiran tentang makanan dapat menstimulasi aliran saliva.

Arteri yang memperdarahi kelenjar ludah berasal dari cabang arteri karotis eksternal dan vena yang mengalir di kelenjar ludah berasal dari vena jugularis
eksterna.

Kelenjar ludah (saliva) melepaskan sekresinya ke saluran (duktus) yang mengarah ke mulut. Tiga pasang duktus utama ini adalah kelenjar parotis, kelenjar
submandibula dan kelenjar sublingual.
Gambar 11 A. Posisi Kelenjar Ludah B. Pembesaran bagian kelenjar.

Kelenjar Parotis

Kelenjar ini berada di sisi kiri dan kanan wajah tepat di bawah meatus akustik eksternal. Tiap kelenjar memiliki satu duktus parotis yang bersambung ke
mulut yang berada sejajar dengan gigi geraham atas ke dua.

Kelenjar Submandibula

Kelenjar ini berada di sisi kiri dan kanan wajah di bawah sudut rahang. Dua duktus submandibula bersambung dengan dasar mulut, satu ditiap sisi
frenulum.

Kelenjar Sublingual

Semua kelenjar diselubungi kapsul fibrosa. Kelenjar ini terdiri atas sejumlah lobules yang disusun oleh kantong-kantong kecil (acini) yang dilapisi sel
sekretorik (gambar 11B).

Fungsi Saliva

Membantu pencernaan polisakarida secara kimia. Saliva mengandung enzim amilase yang menginisiasi penghancuran gula kompleks, termasuk pati,
mereduksinya menjadi disakarida maltose. Nilai pH optimum untuk kerja amilase salivarious adalah 6,8 (sedikit asam). Rentang pH saliva sekitar 5,8-7,4,
bergantung pada kecepatan aliran saliva; semakin tinggi kecepatan aliran maka semakin tinggi pH (basa). Kerja enzim berlanjut saat menelan hingga
berakhir di lambung yang mengeluarkan asam kuat (pH 1,5-1,8) dari getah lambung, yang menguraikan amilase.

Lubrikasi Makanan. Makanan kering masuk ke mulut dilembabkan dan dilubrikasikan oleh saliva sebelum diubah menjadi bolus dan siap untuk ditelan.

Membersihkan dan melubrikasi. Aliran saliva yang adekuat dapat membersihkan, melembabkan, dan melembutkan mulut. Saliva membantu
mencegah kerusakan membran mukosa dari makanan yang kasar dan abrasif.

Pertahanan tubuh non-spesifik. Lisozim, immunoglobulin, dan faktor pembekuan (koagulasi) menyerang mikroba.

Pengecapan. Kuncup pengecapan hanya dapat distimulasi oleh zat kimia dalam larutan sehingga makanan kering hanya menstimulasi indra pengecapan
setelah bercampur dengan saliva.

Faring

Faring dibagi menjadi tiga area: nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring berperan penting dalam pernapasan, orofaring dan laringofaring
merupakan saluran utama baik bagi sistem pernapasan maupun pencernaan. Makanan melalui rongga mulut ke faring, kemudian ke esophagus yang berada
di bawahnya. Dinding faring terdiri atas tiga lapisan.

1. Lapisan dalam dilapisi oleh membran mukosa yang berupa epitelium skuamosa berlapis, terus melapisi faring sehingga ke pangkal mulut dan
esofagus.
2. Lapisan tengah terdiri atas jaringan fibrosa yang semakin menipis di bagian ujung bawahnya dan mengandung pembuluh limfe dan saraf.
3. Lapisan luar terdiri atas sejumlah otot involunter yang terlibat dalam proses menelan. Saat makanan mencapai faring, proses menelan tidak lagi
dibawah kendali otot volunter.

Arteri yang memperdarahi faring adalah beberapa cabang arteri fasialis. Vena yang mengalir keluar faring berasal dari vena fasialis dan vena jugularis
interna.

Saraf yang mempersarafi faring berasal dari pleksus faringeal yang berisi saraf simpatik dan parasimpatik. Saraf parasimpatik yang mempersarafi faring
berasal dari saraf glosofaringeal dan vagus, sedangkan saraf simpatik yang mempersarafi faring berasal dari ganglia servikalis.

Esofagus

Panjang esofagus sekitar 25 cm dan diameter sekitar 2 cm serta berada di bidang median toraks di depan kolum vertebra yang berada di belakang trakea
dan jantung. Bagian atas esofagus berhubungan dengan faring dan pada bagian bawahnya berhubungan dengan diafragma yang bersatu dengan lambung.
Esofagus berada di antara serat otot diafragma yang bersatu dengan lambung, di bagian diafragma, esofagus membentuk lengkung ke atas, dengan
demikian membentuk sudut runcing yang mencegah regurgitasi (aliran balik) isi lambung ke esofagus. Ujung atas dan bawah esofagus ditutupi oleh
sfingter, sfingter krikofaringeal atas atau esofagus atas mencegah udara melalui esofagus saat inspirasi dan aspirasi isi esofagus. Sfingter kardiak atau
esophagus bawah mencegah refluks isi asam lambung ke esophagus. Saat tekanan intraabdomen meningkat (misal saat inspirasi dan defekasi), tonus
sfingter esophagus bawah meningkat.

Terdapat empat lapisan jaringan esofagus seperti yang terlihat pada gambar 2. Karena hampir semua bagian esofagus berada di dalam toraks, lapisan luar
esofagus, lapisan adventisia, berisi jaringan fibrosa elastik yang melekatkan esofagus pada struktur di sekelilingnya, sepertiga bagian proksimal esophagus
dilapisi oleh epitelium skuamosa berlapis, sepertiga distal dilapisi oleh epitelium kolumnar, dan sepertiga bagian tengah dilapisi oleh campuran kedua
lapisan epitelium tersebut.

Regio torasik diperdarahi terutama oleh pasangan arteri esophagus, yang merupakan cabang dari aorta torasik. Region abdomen diperdarahi oleh cabang
dari arteri frenik dan cabang arteri seliaka kiri.

Dari regio torasik, vena keluar menuju ke vena azigos dan hemiazigos. Di regio abdomen, vena keluar menuju ke vena lambung kiri di mana terdapat
pleksus di ujung distal yang berhubungan dengan drainase vena ke atas dan bawah, yaitu sirkulasi vana porta dan umum.

Fungsi Mulut, faring, dan Esofagus

Membentuk bolus. Saat makanan masuk ke mulut, akan dikunyah (mastikasi) oleh gigi dan di aduk-aduk oleh lidah dan otot pipi (Gambar 12). Makanan
bercampur dengan saliva dan berubah menjadi massa lunak atau bolus yang siap ditelan. Lama waktu makanan yang tersisa bergantung pada konsistensi
makanan. Sebagian makanan harus dikunyah lebih lama daripada makanan yang lain sebelum individu merasa bahwa bolus siap untuk ditelan.

Menelan (deglutisi). Fase menelan terjadi setelah mastikasi sempurna dan berbentuk bolus. Proses tersebut memiliki tiga tahap.

1. Setelah makanan dikunyah, mulut tertutup, lalu otot volunter lidah dan pipi mendorong bolus ke belakang menuju faring.
2. Otot faring distimulasi oleh kerja refleks yang dimulai di dinding orofaring dan terkoordinasi di medula dan pons bagian bawah di batang otak.
Kontraksi involunter otot ini mendorong bolus ke bawah menuju esofagus. Semua saluran yang dapat dilalui bolus akan ditutup. Palatum molle
terangkat dan menutupi nasofaring; lidah dan lipatan faring menghambat aliran balik ke mulut; kemudian laring terangkat dan condong ke depan
sehingga pintu laring tertutup oleh epiglottis yang melebar dan tergantung sehingga mencegah bolus masuk ke jalan napas (trakea).
3. Adanya bolus di faring menstimulasi gerakan peristalsis yang mendorong bolus melalui esofagus menuju ke lambung.
Gambar 12 Otot yang digunakan dalam mengunyah. Gambar 13 Bagian wajah dan leher
menunjukkan posisi struktur saat menelan

Lambung

Lambung merupakan bagian saluran cerna yang berbentuk huruf J melebar dan berada di regio epigastrik, umbilical, hipokondriak kiri rongga abdomen.

Organ yang Berbatasan dengan lambung

Anterior : lobus kiri hati dan dinding abdomen anterior

Posterior : aorta abdominal, pankreas, limpa, ginjal kiri, dan kelenjar adrenal

Superior : diagfragma, esofagus, dan lobus kiri hati

Inferior : kolon transversum dan usus halus

Kiri : diafragma dan limpa

Kanan : hati dan duodenum


Struktur Lambung

Lambung berhubungan dengan esophagus di bagian sfingter kardiak dan berhubungan dengan duodenum di sfingter pilorus. Lambung memiliki dua
lengkung (kurvatur): kurvatur minor yang berada di permukaan posterior lambung yang menurun ke dinding posterior esofagus dan kurvatur mayor yang
berada di permukaan anterior lambung.

Lambung dibagi menjadi tiga regio: fundus, corpus (badan), dan antrum. Di ujung distal antrum pilorus, terdapat sfingter pilorus, yang menjaga pintu
antara lambung dan duodenum. Saat lambung kosong, sfingter pylorus berelaksasi dan terbuka, kemudian saat lambung berisi makanan, sfingter pilorus
menutup.

Gambar 14 Lambung dan struktur terkaitnya.

Dinding lambung memiliki empat lapisan yang sama seperti saluran cerna pada umumnya (gambar 2). Otot lambung terdiri atas tiga lapisan serat otot polos
(gambar 16): lapisan luar-serat longitudinal, lapisan tengah-serat sirkular, dan lapisan dalam serat obliq. Susunan otot ini memungkinkan karakteristik
gerakan mengocok/mengaduk pada lambung dan gerakan peristalsis. Otot sirkular merupakan otot terkuat di antrum pylorus dan sfingter pylorus.
Gambar 15 Bagian longitudinal lambung.

Gambar 16 Serat otot dinding lambung. Tampak tiga lapisan lambung.

Saat lambung kosong, membran mukosa yang melapisi cenderung masuk ke dalam lipatan longitudinal atau rugae, dan saat lambung penuh, rugae tampak
seperti beludru yang memiliki permukaan halus. Banyak kelenjar lambung yang berada di permukaan membran mukosa. Kelenjar ini berisi sel-sel khusus
yang menyekresikan getah lambung masuk ke lambung.

Arteri yang memperdarahi lambung adalah arteri lambung kiri, suatu cabang arteri seliaka, arteri lambung kanan dan arteri gastroepiploik. Vena yang
memperdarahi lambung sama dengan vena yang menuju vena porta.
Gambar struktur dari kelenjar lambung

Getah Lambung

Ukuran lambung bervariasi sesuai dengan volume makanan di dalamnya, sekitar 1,5 liter atau lebih pada orang dewasa. Saat makanan ditelan, makanan
terakumulasi di lapisan lambung, makanan kadang berisi di bagian fundus. Kontraksi otot lambung meliputi gerakan mengaduk-aduk yang menghancurkan
bolus dan mencampurkan bolus dengan getah lambung, serta gerakan peristalsis yang mendorong isi lambung ke pilorus. Saat lambung aktif (ada makanan
di lambung), sfingter pilorus menutup. Kontraksi peristaltik dari antrum pylorus yang kuat akan mendorong kime, setelah isi lambung cukup cair, akan
mengalir melalui pylorus ke duodenum dalam semburan yang kecil. Stimulasi parasimpatik meningkatkan motilitas lambung dan sekresi getah lambung;
sedangkan stimulasi simpatik memiliki efek yang berlawanan dengan parasimpatik.

Sekitar 2 liter getah lambung disekresi setiap hari oleh kelenjar sekretorik khusus di mukosa. Getah lambung berisi air dan garam mineral yang disekresi
oleh kelenjar lambung, mukus yang disekresi sel goblet di dalam kelenjar dan dipermukaan lambung, asam hdiroklorida (HCl) dan faktor intrinsik yang
disekresi oleh sel parietal di kelenjar lambung, serta precursor enzim aktif: pepsinogen yang disekresi oleh sel utama di kelenjar.

Fungsi getah lambung adalah sebagai pencair makanan yang ditelan lebih lanjut, penyekresi asam klorida (mengasamkan makanan dan menghentikan kerja
amilase saliva, membunuh mikroba yang tertelan mulut, memberikan suasana asam yang diperlukan pepsin untuk pencernaan yang efektif), pengaktivasi
pepsinogen menjadi pepsin (bekerja efektif pada pH 1,5-3,5), sebagai faktor intrinsik (protein) yang diperlukan untuk absorpsi vitamin B12 di ileum, dan
penyekresi mukus yang mencegah cedera mekanik dinding lambung serta mencegah cedera kimia dengan bekerja sebagai barier antara dinding lambung
dan getah lambung yang korosif.

Terdapat tiga fase sekresi getah lambung (gambar 17)


1. Fase sefalik: aliran getah lambung ini terjadi sebelum makanan mencapai lambung dan karena stimulasi reflex saraf vagus (parasimpatik) yang
diinisiasi oleh penglihatan, bau, atau pengecapan makanan. Saat saraf vagus dipotong (vagotomi), fase sekresi lambung ini berhenti. Stimulasi
simpatik, misal saat kondisi emosi, juga menghambat aktivitas lambung.

2. Fase gastrik: saat distimulasi oleh keberadaan makanan, sel enteroendokrin di antrum pylorus dan duodenum menyekresi gastrin, suatu hormon
yang langsung melalui darah yang beredar. Gastrin, yang berada dalam darah beredar ke lambung, merangsang kelenjar gastrik untuk
menghasilkan getah lambung lebih banyak. Dengan cara sekresi getah pencernaan ini terus berlangsung hingga selesainya penghancuran makanan
di lambung dan akhirnya fase sefalik. Sekresi gastrin disupresi saat pH di antrum pylorus turun hingga sekitar 1,5.

3. Fase intestinal (usus): saat sebagian isi lambung yang dicerna mencapai usus halus, dua hormon yaitu sekretin dan kolesistokinin, dihasilkan
oleh sel endokrin di mukosa usus. Hormon ini menurunkan sekresi getah lambung dan memperlambat motilitas lambung. Dengan memperlambat
kecepatan pengosongan lambung, kime di duodenum menjadi semakin tercampur rata dengan empedu dan getah pankreas, fase sekresi lambung ini
paling penting saat individu mengonsumsi makanan tinggi lemak.

Gambar 17 Tiga Fase Sekresi Getah Lambung.


Kecepatan pengosongan lambung bergantung pada jenis makanan. Pengosongan karbohidrat di lambung berlangsung dalam 2-3 jam, sedangkan protein
dan lemak memerlukan waktu lebih lama lagi.

Fungsi Lambung

Beberapa fungsi lambung adalah sebagai berikut.


1. Penyimpanan sementara yang memberikan waktu bagi enzim pencernaan dan pepsin bekerja.
2. Pencernaan kimia-pepsin mengubah protein menjadi polipeptida.
3. Penghancur secara mekanik-tiga otot polos yang melapisi lambung memungkinkan lambung bekerja sebagai pengaduk, yaitu getah lambung
bercampur dengan isi lambung diubah menjadi kime. Motilitas dan sekresi ditingkatkan oleh stimulasi saraf parasimpatik.
4. Absorpsi dari air, alkohol, dan sebagian obat larut-lemak yang terbatas.
5. Pertahanan non-spesifik terhadap mikroba-oleh asam hidroklorida di dalam getah lambung. Muntah dapat terjadi sebagai respon terhadap
ingesti iritan lambung misal mikroba atau zat kimia.
6. Preparat zat besi untuk absorpsi lebih lanjut di saluran cerna-lingkungan asam lambung dapat melarutkan garam besi, yang diperlukan sebelum
zat besi diabsorpsi.
7. Produksi dan sekresi faktor intrinsik yang diperlukan untuk absorpsi vitamin B12 di ileum terminal.
8. Mengatur jalannya isi lambung menuju duodenum. Saat kime tidak cukup diasamkan dan diencerkan, antrum pylorus mendorong semburan
kecil isi lambung melalui sfingter pylorus menuju duodenum. Sfingter normalnya tertutup, mencegah aliran balik kime ke lambung
9. Sekresi hormon gastrin.

Usus Halus

Usus halus menyambung dengan lambung di sfingter pylorus dan mengarah ke usus besar di katup ileosekal. Panjangnya lebih dari 5 meter dan berada di
rongga abdomen yang dikelilingi oleh usus besar. Di usus halus, pencernaan makanan secara kimia telah lengkap dan sebagian besar absorpsi nutrien
terjadi disini.

Panjang duodenum sekitar 25 cm dan melingkari kepala pankreas. Sekresi dari kandung empedu dan pankreas dilepaskan di duodenum melalui struktur
umum, ampula hepatopankreatik, dan pintu menuju duodenum dijaga oleh sfingter hepatopankreatik (Oddi).

Jejunum merupakan bagian tengah usus halus dan panjangnya sekitar 2 cm. Ileum atau bagian terminal, memiliki panjang 3 cm dan ujungnya berada di
katup ileosekal, yang mengendalikan aliran materi dari ileum ke sekum, bagian pertama usus besar, dan mencegah regurgitasi.

Fungsi usus halus adalah sebagai penghasil gerakan peristalsis, penyekresi getah usus, pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak secara kimia di dalam
enterosit vili, perlindungan terhadap infeksi oleh mikroba yang telah bertahan dari kerja antimikroba asam hidroklorida, melalui folikel limfe tunggal dan
folikel limfe agregat, sekresi hormon kolesistokinin (CCK) dan sekretin, serta absorpsi nutien.
Sruktur Usus Halus

Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan (gambar 2). Di bagian peritoneum dan mukosa (membran mukosa) usus halus terdapat sedikit modifikasi.

Peritoneum. Lapisan ganda peritoneum yang disebut mesenterium, melekatkan jejunum dan ileum pada dinding abdomen posterior. Pembuluh darah
besar dan saraf berada di dinding abdomen posterior dan bercabang ke usus halus yang melalui dua lapisan mesenterium.

Mukosa. Area permukaan mukosa usus halus diperluas oleh lipatan sirkular, vili, dan mikrovili.

Lipatan sirkular permanen, tidak seperti rugae lambung, tidak memiliki permukaan yang halus saat usus halus mengalami distensi. Lipatan ini
meningkatkan percampuran kime.

Villi berbentuk tonjolan seperti jari kecil pada lapisan mukosa menuju lumen usus, yang panjang sekitar 0,5-1 mm (Gambar 8.19). Dinding usus halus
terdiri atas sel epitelium kolumnar, atau enterosit, dengan mikrovili (panjang 1 mm) di ujung bebasnya. Sel goblet yang menyekresi mukus muncul di
antara enterosit. Sel epitelium menyelubungi jaringan kapiler limfe dan darah. Kapiler limfe disebut lacteal karena lemak yang diabsorpsi menyebabkan
limfe tampak seperti susu. Absorpsi dan beberapa tahap akhir pencernaan nutrien berlangsung di enterosit sebelum masuk ke kapiler limfe dan darah.

Kelenjar usus merupakan kelenjar tubular sederhana yang berada di bawah permukaan di antara vili. Sel kelenjar bermigrasi ke atas untuk membentuk
dinding vili menggantikan sel-sel di ujung saat sel ini disapu oleh isi usus. Seluruh epitelium berganti tiap 3-5 hari. Saat migrasi, sel menghasilkan enzim
pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak secara kimia.

Nodus limfe banyak ditemukan di sepanjang mukosa usus halus dengan interval yang tidak teratur. Nodus limfe yang berukuran lebih kecil disebut folikel
limfatik tunggal, sementara itu sekitar 20 atau 30 nodus yang berukuran lebih besar berada di ujung distal ileum disebut folikel limfatik agregrat (bercak
Peyer = Peyerꞌs patch). Jaringan limfatik, bersama sel pertahanan tubuh, terletak strategis untuk menetralkan antigen yang teringesti.
Gambar 18 Jejunum dan Ileum serta struktur terkaitnya.

Gambar 19 Satu vilus lengkap usus halus.

Arteri dan Vena yang Memperdarahi


Arteri mensenterik superior memperdarahi semua usus halus, sedangkan vena yang memperdarahi usus halus adalah vena mesenterik superior yang
bergabung bersama vena lain untuk membentuk vena porta. Vena porta mengandung konsentrasi tinggi dan nutrien yang diabsorpsi dan darah ini melalui
hati sebelum masuk ke vena hepatika, akhirnya ke vena kava inferior.

Pencernaan Kimia di Usus Halus

Tiap harinya, sekitar 1500 ml getah usus disekresi oleh kelenjar usus halus. Getah ini mengandung air, mukus, dan garam mineral, pH getah usus biasanya
antara 7,8 dan 8,0. Saat kime asam melalui usus halus, kime bercampur dengan getah pankreas, empedu, dan getah usus, dan berhubungan dengan enterosit
vili. Di usus halus, pencernaan secara kimia terjadi (karbohidrat dipecah menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak
dan gliserol). Getah pankreas masuk ke duodenum di bagian sfingter hepatopankreatik dan terdiri atas air, garam mineral, enzim lipase dan amylase, serta
prekursor enzim inaktif (tripsinogen, kimotripsinogen, prokarboksipeptidase). Getah pankreas bersifat basa (pH 8) karena mengandung banyak ion
bikarbonat, yang bersifat basa dalam larutan. Saat isi asam lambung masuk ke duodenum, isi asam lambung bercampur dengan getah pankreas dan
empedu, selain itu pH meningkat antara 6 dan 8. Pada pH ini, enzim pankreatik yaitu amylase dan lipase bekerja dengan efektif.

Sekresi getah pankreas distimulasi oleh sekretin dan CCK, yang dihasilkan oleh sel endoktrin di dinding duodenum. Keberadaan kime asam lambung di
duodenum, menstimulasi produksi hormon ini.

Fungsi getah pankreas adalah sebagai berikut.

1. Pencernaan protein.
Tripsinogen dan kimotripsinogen merupakan prekursor enzim inaktif yang diaktivasi oleh enterokinase, suatu enzim di mikrovili, yang
mengubah prekursor ini menjadi enzim tripsin dan kimotripsin. Enzim ini mengubah polipeptida menjadi tripeptida, dipeptida, dan asam
amino. Penting bahwa enzim-enzim ini diproduksi sebagai prekursor inaktif dan hanya diaktivasi saat tiba di duodenum, jika tidak, enzim ini
akan merusak pankreas.
2. Pencernaan karbohidrat.
Amilase pankreatik mengubah semua polisakarida (pati) yang dapat dicerna menjadi monosakarida.
3. Pencernaan lemak
Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Untuk membantu kerja lipase, garam empedu mengemulsi lemak, dengan cara
memperkecil ukuran globul dan meningkatkan area permukaannya.

Empedu, yang disekresi oleh hati, tidak dapat masuk ke duodenum saat sfingter hepatopankreatik menutup. Oleh karena itu, empedu melalui duktus sistikus
hati mengalir menuju kandung empedu dimana empedu disimpan. Empedu memiliki pH sekitar 8 dan antara 500-1000 ml empedu disekresi tiap harinya.
Empedu terdiri atas air, garam empedu, mukus, garam empedu, pigmen empedu, khususnya bilirubin dan kolesterol.

Fungsi empedu adalah sebagai berikut;

1. Garam empedu mengemulsi lemak di usus halus.


2. Garam empedu membuat kolesterol dan asam lemak dapat larut sehingga dapat diabsorpsi di dinding usus.
3. Pigmen empedu, bilirubin, diubah menjadi sterkobilin dalam feses dan urobilinogen di urine.
4. Warna sterkobilin dan menyebabkan bau feses

Pelepasan dari Kandung Empedu

Saat makanan dimakan, duodenum menyekresi hormon sekretin dan CCK saat fase intestinal. Hormon-hormon ini merangsang kontraksi kandung empedu
dan relaksasi sfingter hepatopankreatik, yang memungkinkan getah empedu dan pankreas untuk melalui duodenum bersama. Sekresi semakin meningkat
saat kime masuk ke dalam duodenum yang berisi proporsi lemak yang tinggi.

Sekresi Usus

Kandungan dasar sekresi usus adalah air, mukus, dan garam mineral. Sebagian besar enzim pencernaan di usus halus berada di dalam enterosit dinding vili.
Pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak terjadi melalui kontak langsung antara nutrien dan mikrovili serta di dalam enterosit. Enzim yang terlibat dalam
pencernaan makanan secara kimia adalah peptidase, lipase, sukrose, maltase, dan lactase.

Getah usus yang bersifat basa (pH 7,5-8) membantu meningkatkan getah isi usus antara 6,5 dan 7.

Enterokinase mengaktifkan peptidase pankreatik seperti tripsin yang mengubah sebagian polipeptida menjadi asam amino dan sebagian peptida berukuran
lebih kecil. Tahap akhir pemecahan semua peptida menjadi asam amino terjadi di dalam entrosit.

Lipase terlibat dalam pencernaan lemak yang diemulsikan menjadi asam lemak dan gliserol yang terjadi di dalam usus dan enterosit.

Sukrose, maltase, dan laktase terlibat dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah disakarida, seperti sukrose, maltase, dan laktose menjadi
monosakarida di dalam enterosit. Stimulasi mekanik kelenjar usus oleh kime dipercayai menjadi stimulus utama untuk sekresi getah usus, walaupun
hormon sekretin juga dapat terlibat.

Absorpsi Nutrien (gambar 20)

Absorpsi nutrient terjadi melalui dua proses utama.

Difusi. Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol perlahan-lahan berdifusi dari konsentrasi tinggi ke rendah di enterosit yang berada di lumen
usus.

Transport aktif. Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol dapat secara aktif (transport aktif) diangkut ke vili; transport aktif lebih cepat
daripada difusi. Disakarida, dipeptida, dan tripeptida juga secara aktif diangkut ke dalam enterosit tempat terjadinya pencernaan zat ini sebelum diangkut
ke kapiler vili.

Monosakarida dan asam amino diangkut ke kapiler di vili lalu asam lemak dan gliserol diangkut ke lacteal.

Sebagian protein tidak berubah saat diabsorpsi, misalnya antibodi yang ada di ASI dan vaksin oral, seperti vaksin poliomyelitis.
Nutien lain, seperti vitamin, garam mineral, dan air juga diabsorpsi di dalam kapiler darah pada usus halus. Vitamin yang larut di dalam lemak, diabsorpsi
bersama dengan asam lemak dan gliserol. Vitamin B12 dan faktor intrinsik di lambung bergabung dan diabsorpsi di ileum terminal.

Daya absorpsi permukaan area usus halus semakin besar dengan adanya lipatan sirkular membran mukosa dan dengan jumlah vili dan mikrovili yang
sangat banyak. Diperkirakan, luas area permukaan usus halus sekitar lima kali ukuran tubuh.

Gambar 20 Absorpsi Nutrien.

Setiap hari, jumlah cairan yang besar masuk ke saluran cerna (gambar 8.21). hanya sekitar 1500 ml cairan yang tidak diabsorpsi di usus halus dan melalui
usus besar.
Gambar 21 Rata-rata volume cairan yang diminum, disekresi, diabsorpsi, dan dieliminasi di saluran
cerna tiap harinya.

Usus Besar (Kolon), Rektum, dan Saluran Anus

Usus Besar

Panjang usus besar sekitar 13 meter, yang memanjang dari sekum di fossa iliaka kanan hingga rektum dan saluran anus di pelvis. Diameter lumennya
sekitar 6.5 cm lebih besar daripada lumen usus halus. Usus besar membentuk lengkung di sekitar usus halus yang tergelung (Gambar 22).

Usus besar terbagi menjadi sekum, kolon asenden, kolon desenden, kolon transversum, kolon sigmoid, rektum dan saluran anus.

Sekum. Sekum merupakan bagian pangkal kolon (Gambar 23) dan merupakan area buntu di bagian inferiornya dan bersambung dengan kolon asenden di
bagian superiornya. Tepatnya di bawah taut dua katup ileosekum bersambung dengan ileum. Apendiks vermiformis merupakan saluran halus, yang buntu
di bagian ujungnya. Panjangnya sekitar 8-9 cm dan memiliki struktur yang sama seperti dinding kolon tetapi berisi lebih banyak jaringan limfoid.

Kolon Asenden. Kolon ini berjalan menuju ke atas, yakni dari sekum ke bagian kolon setinggi hati dimana kolon membentuk garis lengkung yang tajam
di bagian kiri feksur hepatika untuk membentuk kolon transversum.

Kolon Transversum. Kolon ini merupakan lengkung yang melintang (horizontal) di rongga abdomen di depan duodenum dan lambung menuju area
limpa dimana kolon ini membentuk fleksur splenik dan lengkungan tajam ke bawah menjadi kolon desenden.
Kolon Desenden. Kolon ini berjalan menuju ke bawah rongga abdomen kemudian melengkung menuju garis tengah. Setelah kolon masuk ke bagian
pelvis, kolon desenden membentuk sigmoid.

Kolon Sigmoid. Kolon ini membentuk suatu lengkung berbentuk huruf S di pelvis yang berlanjut ke bawah membentuk rektum.

Rektum. Rektum merupakan bagian kolon yang sedikit melebar dan memiliki panjang sekitar 13 cm. Bagian pangkal rectum berbatasan dengan kolon
sigmoid dan bagian ujungnya berbatasan dengan saluran anus.

Saluran Anus. Saluran ini merupakan saluran pendek yang panjangnya sekitar 3,8 cm pada orang dewasa dan memanjang dari rektum hingga bagian
eksterior. Dua otot sfingter mengendalikan anus; sfingter internal, terdiri atas otot polos yang bekerja di bawah sistem saraf otonom dan sfingter eksternal,
yang dibentuk oleh otot rangka dan bekerja di bawah kendali volunter.

Gambar 22 Bagian usus besar (kolon) dan posisinya. Gambar 23 Interior sekum.

Struktur

Empat lapisan jaringan yang dijelaskan di bagian struktur dasar saluran cerna terdapat di kolon, rektum, dan saluran anus. Susunan serat otot longitudinal
dimodifikasi di dalam kolon. Serat otot ini tidak membentuk lapisan jaringan otot polos, melainkan bergabung membentuk tiga pita otot yang disebut taenia
koli, yang tersusun teratur di antara kolon. Taenia koli berakhir di taut kolon sigmoid dan rektum. Karena pita jaringan otot ini lebih pendek daripada
panjang kolon, pita jaringan otot ini memiliki tampilan sakulasi atau tampak mengerut.

Serat otot longitudinal menyebar pada bagian struktur dasar dan mengelilingi rectum dan saluran anus. Sfingter anus dibentuk oleh penebalan lapisan otot
sirkular.
Pada lapisan submukosa, terdapat jaringan limfoid yang lebih banyak daripada bagian-bagian lain di saluran cerna, memberikan pertahanan tubuh non-
spesifik terhadap serangan mikroba.

Di lapisan mukosa kolon dan regio atas rektum terdapat banyak sel goblet yang membentuk kelenjar tubular sederhana, yang menyekresi mukus. Selain ini
tidak terdapat di belakang sambungan antara rektum dan saluran anus.

Membran yang melapisi saluran anus terdiri atas epitelium skuamosa berlapis yang berlanjut dengan membran mukosa yang melapisi rektum di bagian atas
dan berbatasan dengan kulit di belakang sfingter anal eksternal. Di bagian atas saluran anus, membran mukosa terdiri atas 6-10 lipatan vertikal, yaitu
kolum anus. Tiap kolum terdiri atas cabang terminal arteri dan vena rektal superior.

Arteri utama yang memperdarahi kolon, rektum, dan anus adalah arteri mesenterik superior dan inferior. Arteri mensenterik superior memperdarahi sekum,
kolon asenden, dan sebagian besar kolon transversum. Arteri rektal medialis dan inferior memperdarahi sisa kolon dan bagian proksimal rektum. Arteri
rektal medialis dan inferior, cabang dari arteri iliaka internal memperdarahi bagian distal rektum dan anus.

Vena yang memperdarahi terutama vena mesenterika superior dan inferior. Vena-vena ini bergabung dengan vena spenik dan gastrik untuk membentuk
vena porta. Vena memperdarahi bagian distal rectum dan anus lalu bergabung dengan vena iliaka internal, yang berarti darah dari area ini kembali secara
langsung ke vena cava inferior memintas sirkulasi portal.

Fungsi Usus Besar, Rektum dan Saluran Anus

Absorpsi. Isi ileum yang melalui katup ileosekum ke sekum adalah cairan, meskipun sebagian air telah diabsorpsi di usus halus, di usus besar, absorpsi air,
melalui proses osmosis, berlanjut hingga konsistensi feses yang biasanya semipadat tercapai garam mineral, vitamin, dan sebagian obat juga diabsorpsi di
kapiler darah dari usus besar.

Aktivitas mikrobial.

Usus besar merupakan tempat kolonisasi dari banyak bakteri tertentu, yang menyintesis vitamin K dan asam folat. Bakteri ini meliputi Escherichia coli,
Enterobacter aerogenes, streptococcus faecalis, dan Clostridium perfringens. Mikroba ini bersifat komensal/oportunis, yaitu normalnya tidak berbahaya
pada manusia, akan tetapi dapat menjadi patogen jika berada di bagian tubuh lain, misalnya E. coli dapat menyebabkan sistitis jika berada di kandung
kemih.

Gas di usus mengadung sebagian udara, terutama nitrogen, dari makanan dan minuman yang ditelan dan saat muncul kondisi cemas. Hidrogen, karbon
dioksida, dan metana diproduksi oleh fermentasi bakteri dari nutrien yang di absorpsi, khususnya karbohidrat. Gas yang keluar dari usus disebut flatus.
Banyak mikroba yang berada di dalam feses.

Gerakan massa. Usus besar tidak menunjukkan gerakan peristalsis seperti di bagian saluran cerna lainnya. Hanya sedikit gerakan peristalsis yang kuat
dengan interval yang panjang terjadi pada kolon transversum mendorong isi usus besar ke kolon desenden dan sigmoid. Dorongan ini disebut gerakan
massa (mass movement) dan sering kali dipicu oleh makanan yang masuk ke lambung. Kombinasi stimulus dan respon disebut reflex gastrokolik.
Defekasi. Biasanya rektum kosong, tetapi saat gerakan massa mendorong isi kolon sigmoid ke rektum, ujung saraf di dindingnya dirangsang oleh
rengangan. Pada bayi, defekasi terjadi oleh kerja reflex (involunter). Akan tetapi, saat individu berusia dua atau tiga tahun, kemampuan untuk
mengendalikan reflex defekasi berkembang. Sfingter anal eksternal berada di bawah kendali volunter saraf pudendal. Dengan demikian, defekasi
melibatkan kontraksi involunter otot rectum dan relaksasi sfingter anal internal. Kontraksi otot abdomen dan peningkatan tekanan intraabdomen (valsalva
maneuver) dapat membantu proses defekasi. Saat defekasi ditunda secara sadar, kebutuhan berdefekasi cenderung berkurang hingga gerakan massa
selanjutnya terjadi dan reflex dipicu kembali. Supresi yang berulang dapat menyebabkan konstipasi.

Feses merupakan massa berwarna coklat yang semi-padat. Warna coklat ini disebabkan sterkobilin. Meskipun absorpsi air berlangsung di usus besar, air
tetap menyusun sekitar 60-70% berat feses, sisanya adalah serat (materi selular nabati dan hewani yang tidak dapat dicerna), mikroba yang hidup dan mati,
sisa sel epitelium dari dinding saluran, asam lemak, dan mukus yang disekresikan oleh epitelium yang melapisi usus besar.

Pankreas

Pankreas adalah kelenjar berwarna abu-abu yang beratnya sekitar 60 gram. Panjangnya sekitar 12 hingga 15 cm, berada di regio epigastrik dan
hipokondriak rongga abdomen. Pankreas terdiri atas bagian kepala yang luas, badan, dan ekor yang sempit. Kepala berada di lengkung duodenum, badan
berada di belakang lambung, sedangkan ekor berada di depan ginjal kiri dan menyentuh limpa. aorta abdomen dan vena kava inferior berada di belakang
kelenjar.

Pankreas memiliki kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas eksokrin terdiri atas banyak lobulus yang tersusun dari alveoli berukuran kecil, yang
dindingnya terdiri atas sel sekretorik. Tiap lobulus dialiri oleh duktus dan duktus ini menyatu akhirnya membentuk duktus pankreatik yang memanjang di
sepanjang kelenjar dan bersambung ke duodenum. Tepat sebelum masuk ke duodenum, duktus pankreatik bergabung dengan duktus biliaris komunis
membentuk ampula hepatopankreatik. Pintu ampula di duodenum dikendalikan oleh sfingter hepatopankreatik (Oddi).
Gambar 24 Pankreas yang berhubungan dengan duodenum dan saluran empedu;
bagian dinding anterior telah diangkat

Fungsi kelenjar eksokrin adalah menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim yang memecah karbohidrat, protein dan lemak. Seperti saluran
cerna, stimulasi saraf parasimpatik meningkatkan sekresi getah pankreas dan stimulasi saraf simpatik bekerja sebaliknya.

Kelenjar pancreas yang tersebar berada dalam kelompok sel-sel khususnya yang disebut pulau pancreas (Langerhans). Pulau ini tidak memiliki duktus
(saluran) sehingga hormon berdifusi secara langsung ke dalam darah. Kelenjar pankreas menyekresi hormon insulin dan glucagon, yang pada dasarnya
berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah.

Arteri yang memperdarahi pancreas adalah arteri mensenterika dan splenik. Vena yang memperdarahi pancreas adalah vena yang memiliki nama yang
sama dengan vena lain yang bergabung untuk membentuk vena porta.

Hepar

Hepar atau hati merupakan kelenjar terbesar di tubuh, beratnya sekitar 1-2,3 kg. Hati berada di bagian atas rongga abdomen yang menempati bagian
terbesar regio hipokondriak. Bagian atas dan anterior (Gambar 25) memiliki struktur yang halus terpasang tepat di bawah permukaan diafragma; bagian
permukaan posterior tampak tidak beraturan (Gambar 26).

Hati terbungkus dalam kapsul tipis yang tidak elastik dan sebagian tertutupi oleh lapisan peritoneum. Lipatan peritoneum membentuk ligamen penunjang
yang melekatkan hati pada permukaan inferior diafragma.

Hati memiliki empat lobus. Dua lobus yang berukuran paling besar dan jelas terlihat adalah lobus kanan yang berukuran lebih besar, sedangkan lobus yang
berukuran lebih kecil, berbentuk baji, adalah lobus kiri. Dua lobus lainnya adalah lobus kaudatus dan kuadratus yang berada di permukaan posterior.
Fisura porta merupakan nama yang diberikan untuk permukaan posterior hati dimana banyak struktur yang masuk dan keluar kelenjar.

Gambar 25 Hati. Tampak Anterior

Gambar 26 Hati. Tampak permukaan posterior.

Vena porta masuk dan membawa darah dari lambung, limpa, pankreas, usus halus dan usus besar.

Arteri hepatika masuk dan membawa darah arteri. Arteri ini merupakan cabang dari arteri seliaka, yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Arteri
hepatica dan vena porta membawa darah ke hati. Aliran balik bergantung pada banyaknya vena hepatica yang meninggalkan permukaan posterior dan
dengan segera masuk ke vena kava inferior tepat di bawah diafragma.
Serat saraf simpatik dan paarsimpatik mempersarafi bagian ini. Duktus hepatica kanan dan kiri keluar, membawa empedu dari hati ke kandung empedu.
Pembuluh limfe meninggalkan hati, lalu mengalirkan sebagian limfe ke nodus di abdomen dan sebagian nodus torasik.

Struktur

Lobus hati disusun oleh unit fungsional kecil, yang disebut lobulus yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Lobulus hati berbentuk heksagonal (segi
enam) di bagian luarnya dan dibentuk oleh sel berbentuk kubus, yang disebut hepatosit. Disusun dalam pasangan kolum sel dan menyebar pada vena
sentral. Antara dua pasangan kolum sel sinusoid (pembuluh darah dengan dinding yang tidak lengkap) berisi campuran darah dari cabang-cabang kecil
vena porta dan arteri hepatika. Susunan ini memungkinkan darah arteri dan darah vena porta (dengan konsentrasi nutrien yang tinggi) bercampur dan
berdekatan dengan sel hati. Di antara sel yang melapisi sinusoid, terdapat makrofag (sel kupffer) yang berfungsi untuk menelan dan menghancurkan sel
darah yang usang dan partikel asing yang ada di aliran darah menuju hati.

Darah mengalir dari sinusoid ke vena sentral atau vena sentrilobular. Vena ini bergabung dengan vena dari lobulus lain. Membentuk vena besar akhirnya
vena ini membentuk vena hepatica, yang meninggalkan hati dan menuju vena kava inferior. Gambar 8.27. menunjukan sistem aliran darah melalui hati.
Salah satu fungsi hati adalah menyekresikan empedu. Pada gambar 27 B, terlihat bahwa kanalikuli bilier dapat berada di antara kolum sel hati. Ini berarti
bahwa tiap kolum hapatosit memiliki sinusoid darah pada salah satu sisi dan kanalikuli di sisi lainnya. Kanalikuli bilier bergabung untuk membentuk
duktus hepatica kiri dan kanan, yang mengalirkan empedu dari hati, jaringan limfoid dan sistem pembuluh limfe juga ada ditiap lobulus.

Fungsi hati

Metabolisme karbohidrat. Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa plasma. Setelah makan, saat glukosa darah meningkat, glukosa
diubah menjadi glikogen sebagai cadangan dan merangsang perubahan glikogen kembali menjadi glukosa dan menjaga kadar dalam kisaran normal.

Metabolisme lemak. Cadangan lemak dapat diubah menjadi suatu bentuk energi yang dapat digunakan jaringan.

Metabolisme protein. Metabolisme protein terdiri atas tiga proses.

1. Deaminasi asam amino melibatkan beberapa proses; menyingkirkan bagian nitrogen dan asam amino yang tidak diperlukan untuk membentuk
protein baru, pemecahan asam nukleat menjadi asam urat, yang disebut asam nukleat.
2. Transaminasi merupakan penyingkiran bagian nitrogen asam amino dan melekatkan asam amino pada molekul karbohidrat untuk membentuk asam
amino non-esensial.
3. Sintesis protein plasma dan sebagian besar faktor pembekuan darah dari asam amino.
Gambar 27 A. Bagian melintang lobulus hati (diperbesar). B. Arah aliran dan empedu di lobulus

Pemecahan eritrosit dan pertahanan tubuh terhadap mikroba. Hal ini disebabkan sel Kupffer yang berada di sinusoid.

Dektoksifikasi obat dan zat berbahaya. Hal ini meliputi etanol dan toksin yang menghasilkan mikroba.

Inaktivasi hormon. Hal ini meliputi hormon insulin, glukagon, kortisol, aldosteron, hormon seks, dan hormon tiroid.

Produksi panas. Hati menggunakan banyak energi, memiliki laju metabolik dan menghasilkan panas. Hati merupakan organ penghasil panas utama.

Sekresi empedu. Hepatosit menyintesis empedu dari darah dan arteri yang bercampur di sinusoid. Sekresi ini meliputi garam empedu, pigmen
empedu, dan kolesterol.

Cadangan. Hepatosit menyimpan glikogen, vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K), zat besi, dan kuprum, serta beberapa vitamin yang larut air
(misal vitamin B12).
Gambar 28 Skema aliran darah melalui hati

Komposisi Empedu

Sekitar 50 ml empedu disekresi oleh hati tiap harinya. Asam empedu, asam kolik, dan kenodeoksikolat disentesis oleh hapatosit dari kolesterol, yang
dikombinasikan dengan glisin atau taurin, kemudian disekresikan ke dalam empedu sebagai garam natrium atau kalium.

Bilirubin merupakan salah satu produk hemolisis eritrosit yang dihasilkan oleh sel Kupffer di hati dan oleh makrofag di limpa dan sumsum tulang.
Bentuk asli bilirubin tidak dapat larut dalam air dan dibawa di dalam darah untuk berikatan dengan albumin. Di dalam hepatosit, bilirubin terkonjugasi
dengan asam glukoronat dan menjadi semakin larut sebelum diekskresikan di empedu. Bakteri di usus mengubah bentuk bilirubin dan sebagian besar
diekskresikan sebagai sterkobilin di feses. Sebagian kecil direabsorpsi dan diekskresikan dalam urine sebagai urobilinogen (Gambar 28). Ikterus adalah
pigmentasi warna kuning pada jaringan yang terlihat di kulit dan konjungtiva. Keadaan ini disebabkan kelebihan bilirubin di dalam darah.
Gambar 29 Pemecahan Bilirubin.

Saluran Empedu

Duktus hepatica kiri dan kanan bergabung membentuk duktus hepatica komunis tepatnya di luar fisura porta. Sekitar 3 cm ke bawah dari duktus
hepatica, duktus hepatica bergabung dengan duktus sistikus dari kandung empedu. Duktus sistikus dan hepatica bergabung membentuk duktus biliaris
komunis yang melewati di bagian belakang kepala pancreas. Duktus ini disatukan oleh duktus pankreatik utama di ampula hepatopankreatik dan pintu
yang menghubungkan duktus dengan duodenum yang dikendalikan oleh sfingter hepatopankratik (Oddi). Panjang duktus biliaris komunis sekitar 7,5
cm dan diameter sekitar 6 mm.

Dindidng duktus biliaris memiliki lapisan jaringan yang sama seperti struktur dasar saluran cerna lainnya (Gambar 2). Pada duktus sistikus, membran
mukosa yang melapisi tersusun dalam lipatan sirkulasi yang tidak beraturan dan memiliki efek katup spiral. Empedu melalui duktus sistikus sebanyak
dua kali-satu kali saat perjalanannya ke kandung empedu dan kembali saat empedu ke duktus biliaris komunis dan kemudian ke duodenum.
Gambar 30 Arah aliran empedu dari hati ke duodenum.

Kandung Empedu

Kandung empedu merupakan sakus (kantong) yang berbentuk buah pir dan melekat pada permukaan posterior hati oleh jaringan ikat. Kandung empedu
memiliki fundus atau ujung yang memanjang, badan atau bagian utama, dan leher yang bersambung dengan duktus sistikus. Kandung empedu memiliki
lapisan jaringan seperti struktur dasar saluran cerna dengan beberapa modifikasi. Peritoneum hanya menutupi permukaan inferior. Kandung empedu
berhubungan dengan permukaan posterior lobus kanan hati dan dilekatkan oleh peritoneum visera hati. Lapisan otot terdapat tambahan lapisan serat
otot obliq. Membran mukosa menunjukkan rugae berukuran kecil saat kandung empedu kosong, tetapi akan menghilang saat kandung empedu
mengalami distensi dan berisis empedu. Arteri sistikus, cabang dari arteri hepatica, memperdarahi kandung empedu. Darah vena yang keluar dari
kandung empedu adalah vena sistikus yang bergabung dengan vena porta. Fungsi kandung empedu adalah sebagai reservoir empedu, memekatkan
empedu dengan 10 atau 15 lipatan yang mengabsorpsi air melalui dinding kandung empedu dan melepaskan empedu yang disimpan. Saat dinding
kandung empedu berkontraksi, empedu mengalir melalui duktus biliaris menuju duodenum. Kontraksi distimulasi oleh hormon kolesistokinin (CCK)
yang disekresi oleh duodenum serta adanya kime asam dan lemak di duodenum.

Ringkasan Pencernaan dan Absorpsi Nutrien


Table 12.2 meringkas proses pencernaan utama kelompok nutrien dasar, area di mana proses ini terjadi dan enzim yang terlibat.
Metabolisme

Metabolisme melibatkan semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh dan menggunakan nutrien untuk menyediakan energi melalui oksidasi nutrien
secara kimia dan membuat kembali atau mengganti substansi tubuh. Dua jenis proses yang terlibat adalah katabolisme dan anabolisme.

1. Katabolisme
Proses pemecahan molekul besar menjadi molekul kecil yang melepaskan energi kimia, disimpan sebagai adenosine trifosfat (ATP) dan panas.
Panas digunakan untuk menjaga suhu tubuh inti pada tingkat optimum untuk aktivitas kimia (36,8° C). Kelebihan panas diredakan, terutama
melalui kulit.
2. Anabolisme.
Anabolisme merupakan pembentukan atau sintesis molekul-molekul besar dari molekul kecil dan memerlukan suatu sumber energi, biasanya ATP.

Anabolisme dan katabolisme biasanya terlibat dalam serangkaian reaksi kimia, yang disebut lintasan metabolisme. Jalur ini terdiri atas sedikit
tahap yang memungkinkan pengendalian, pemindahan bertahap, dan efisien energi dari ATP bukan aktivitas pemecahan intraselular yang
besar dan seketika. Kedua proses ini terus berlangsung pada semua sel mempertahankan keseimbangan energi. Jaringan yang sangat aktif,
seperti otot atau hati, memerlukan suplai energi yang besar untuk menunjang kebutuhannya.

Energi

Energi yang dihasilkan oleh tubuh dapat diukur dan dinyatakan dalam unit kerja (Joule) atau unit panas (kilokalori). Satu kilo kalori adalah
jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 liter air sebesar 10 C. Dalam sehari-hari, proses metabolik yang dialami tubuh
menghasilkan sekitar 3 juta kilokalori.

1 kkal= 4184 Joule (J) = 4,184 kilojoule (kJ)

Nilai nutrisi karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi melalui diet dapat dinyatakan dalam kilojoule per gram atau kkal per gram.

1 gram karbohidrat memberikan 17 kJ (4 kkal)


1 gram protein memberikan 17 kJ (14 kkal)
1 gram lemak memberikan 38 kJ (9 kkal)

Lintasan Metabolisme Sentral

Sebagian besar upaya metabolik sel berhubungan dengan produksi energi sebagian bahan bakar aktivitas sel. Molekul bahan bakar masuk ke
lintasan melabolisme ini dalam serangkaian tahap yang menghasilkan energi. Hasil akhir proses ini adalah produksi energi dan karbon
dioksida serta air. Sebagian besar energi disimpan sebagai ATP, walaupun sebagian hilang sebagai panas. Karbon dioksida diekskresikan
melalui paru. Bahan bakar yang lebih sering digunakan adalah glukosa, tetapi harus ada alternatif bahan bakar selain glukosa seperti asam
amino, asam lemak, gliserol, dan kadang asam nukleat. Tiap bahan bakar ini dapat memasuki lintasan penghasil energi sentral serta diubah
menjadi energi, karbon dioksida, dan air. Tiga lintasan metabolisme ini adalah glikolisis, siklus asam sitrat (Krebs), dan fosforilasi oksidatif.

Produk dari glikolisis masuk ke siklus Krebs, lalu produk dari siklus Krebs akan masuk ke proses fosforilasi.

Metabolisme Karbohidrat. Eritrosit dan neuron hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar sehingga mempertahankan kadar
glukosa darah yang diperlukan untuk memberikan sumber energi yang konstan bagi sel-sel ini. Sebagian besar sel lain juga dapat
menggunakan sumber bahan bakar lainnya.

FARMASETIKA
Resep adalah permintaan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita dari
dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Kertas Resep
•Resep ditulis diatas kertas resep dg ukuran panjang 15-18 cm dan lebar

10-12 cm.
•Permintaan obat melalui telepon hendaknya dihindari !!!

•Resep utk penderita hendaknya dibuat rangkap dua, satu utk pasien, satu lagi untuk dokumentasi dokter.

Bahasa Latin dalam Resep Resep ditulis dalam bahasa latin :


-Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science

-Menjaga kerahasiaan

-Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)

Kapsul
Cara pembuatan:
Pencampuran:
Cara pembuatan:
Pencampuran:
• KAPSUL adalah bentuk di dalam rongga elastis dengan ukuran yang berbeda-beda, mengandung takaran bahan obat padat (berbentuk
serbuk, digranulasi, dipeletasi atau ditabletasi), kadang juga cairan yang dikentalkan atau sediaan leburan.
• Kapsul adalah sediaan obat dengan takaran terbagi dalam sediaan tertutup kedap oleh gelatin atau suatu bahan lainnya yang cocok.

Jenis- Jenis Kapsil


• Kapsul pati (capsulae amylaceae) berupa silinder tertutup sepihak atau mangkuk kecil garis tengah 15-25 mm, tinggi kira-kira 10 mm,
terdiri dari pati gandum dan tepung gandum dan berlaku untuk pengambilan bahan obat berbentuk serbuk.

• Kapsul gelatin (capsulae gelatinae) lebih banyak digunakan karena tidak berbau, tidak berasa dan mudah diterima oleh tubuh karena
pada pembasahannya dengan air liur mengikuti sifat licinnya memudahkan ditelan.
• PEMBUATAN KAPSUL KOSONG

kapsul keras gelatin adalah kapsul dengan tubuh berongga, terdiri dari dua dasar dibundarkan menyerupai separuh bola menunjukkan
sebagian bagian atas dan sebagian bagian bawah yang dapat disisipkan satu ke dalam bagian lainnya.

Pembuatan kapsul kosong berlangsung skala industri. Bungkus gelatin dapat diwarnai atau membentuk buram melalui pigmen2,
karenanya dicapai suatu kerja pelindung untuk bahan obat peka cahaya.
KAPSUL LUNAK GELATIN
• Pada kapsul gelatin keras, pembuatan kapsul kosong dan pengisiannya terjadi dalam alur kerja yang sama sekali
terpisah, sedangkan pada kapsul lunak gelatin fase kerjanya berlangsung dalam sebuah proses.

• Dalam kapsul lunak gelatin pada umumnya bahan yang diisikan cairan atau separuh padat dikapsulkan. Yang cocok
adalah minyak lemak, hidrokarbon cair dan minyak atsiri.
Cara pembuatan cangkang kapsul :

1. Cara tetesan (Globex)

2. Cara cetakan (Accogel)

3. Cara sherer (Shere


PENYELIMUTAN KAPSUL
• Kapsul gelatin (kapsul lunak dan keras) dapat juga dibuat agar tahan terhadap cairan lambung. Dahulu digunakan
formaldehid atau melalui penyemburan dengan larutan formaldehid alkoholik tapi hal ini kurang baik karena menyebabkan
kapsul sangat keras dan sulit hancur. Cara yang lebih baik yaitu dengan menggunakan bahan yang sama dengan kapsul yaitu
gelatin.
• Selanjutnya kapsul dapat dibuat dengan pelepasan bahan aktif termodifikasi, bahan yang diisikan atau selubung
kapsul dibuat sedemikian rupa atau melalui penambahan bahan tertentu sehingga kecepatan atau tempat
pelepasannya berubah.

• Kadang2 kapsul mengandung suatu pelindung terhadap kelembaban udara melalui silikonisasi sehingga bau yang tidak
menyenangkan dapat tertutupi.
PENGUJIAN KAPSUL
• Pengujian terutama berhubungan dengan penyimpangan massa (keseragaman dari berat) dan kehancurannya. Pengujian kehancuran, dapat dibandingkan dengan
pengujian kehancuran tablet, pada umumnya berlangsung dalam air atau dalam suatu pepsin larutan asam klorida 37°C. waktu hancur yang dituntut antara 15-30
menit. Untuk kapsul2 yang tahan air lambung diperbolehkan hingga 120 menit dalam suatu cairan penguji asam tidak membebaskan kandungannya, akhirnya
dalam suatu cairan penguji alkali/netral menjadi hancur, misalnya dalam waktu 60 menit, 90 menit sampai 3 jam.

Tablet
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai dengan
menggunakan suatu tekanan tinggi. Tablet dapat berbentuk silinder, kubus, batang dan cakram, telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, bobot tablet 0,1-1 g.

•Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa bahan tambahan.

Sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya dpt digol.kan sbg tablet cetak dan tablet kempa
(Anonim, 1995).
Keuntungan tablet
•Ketelitian dosis terjamin

•Pemakaian mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus

•Cara paling menyenangkan dan nyaman

•Stabil dlm penyimpanan

•Praktis dan mudah dalam transportasi


KerugianTablet
•Respons obat lambat
•Absorbsi obat tidak teratur

•Perusakan obat oleh rx. dr lambung dan enzim saluran cerna

•Tidak dapat digunakan pada px yang tidak dapat mengkonsumsi obat secara oral
Tablet eversen adalah tablet yang bila berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. tablet ini harus dilarutkan dengan air dulu sebelum di munum.
Keuntungan tablet evervesen adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika,yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugiannya ialah kesukaran untuk menghasilkan
produk yang stabil secara kimia.

Tablet kunyah adalah tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah dimulut sebelum ditelan. Tujuannya ialah untuk memberikan suatu
bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak dan orang tua yang sukar menelan

Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapi lapis lapisan gula baik berwarna atau tidak. Tujuannya melindungi zat aktif terhadap lingkungan
udara, menutupi rasaa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
Co/ Antasida
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat didalam saluran cerna. Penyalutan tidak
perlu berulang-ulang kali.
Co Neurosanbe

tablet lepas lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Co/ yang paling umum ialah tablet salut enterik yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam tetapi terlarut dalam usus halus. Co/ tablet Voltadexyang ditunda pelepasan zat aktifnya sampai di kolon.

Tablet implan/pelet
Tablet implan, berupa pellet, bulat atau pipih, steril dimasukkan secara implantasi dalam kulit badan.

Troches/Lozenges
Tablet yang digunakan dalam rongga mulut. Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan.
Tablet rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal(dubur) dg tujuan untuk bekerja local

Tablet vagina
Tablet yang berbentuk telur untuk dimakukkan dalam vagina, mengandung antiseptik atau astringen. Digunakan untuk ineksi pada vagina

Piladalahsuatusediaanyang berbentukbulatsepetikalengmengandungsatuataulebihbahanobat. Beratpilberkisarantar100 mg sampai500 m


Pilkecilyang beratnyakira-kira30 mg disebutgranuldanpilbesaryang beratnyalebihdari500 mg disebutboli. Boli biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi,
kuda danl ain-lain. Bilatidakdisebut lain granul mengandung bahan obat berkhasiat1 mg.

Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat sepeti kaleng mengandung satu atau lebih bahan
obat. Berat pil berkisar antar 100 mg sampai 500 m

Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk pengobatan
hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain. Bila tidak disebut lain granul mengandung bahan obat berkhasiat 1 mg.

SYARAT SEDIAAN PIL


dalam FI III disyaratkan waktu hancur pil:

• Tidak boleh > 15 menit untuk pil tidak bersalut

• Tidak boleh > 60 menit untuk pil bersalut gula atau selaput

• Untuk pil salut enterik: Setelah dilakukan pengujian dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam,

pada pengujian selanjutnya (larutan dapar pH 6,8) waktu hancur pil tidak boleh > 60 menit
MACAM SEDIAAN PIL

• Bolus → > 300 mg

• Pil → 60 – 300 mg

• Granul → 1/3
TUJUAN SEDIAAN PIL

• Mudah digunakan/ditelan

• Menutup rasa obat yang tidak enak

• Relatif stabil dibanding bentuk sedian serbuk dan solutio


• Sangat baik utk sedian yang penyerapannya dikehendaki lambat
KERUGIAN SEDIAAN PIL


Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat


Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung


Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair dalam jumlah besar


Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur


Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan pengawet)
Bahan tambahan :

Pengisi: Berfungsi memperbesar masa pil. Dipilih Radix Liquiritiae pada pil-pil yang jumlah zatnya sedikit, dimana banyaknya
zat pengisi dan zat pengikat dapat diambil dengan bebas, hendaknya dijaga bahwa jika ada Succus Liquir sebagai zat pengikat ,
banyaknya Radix sekurang kurangnya dua kali sebanyak Succus Liquiritae.

Contoh bahan pengisi :

adix liquiritiae, saccharum album, bolus alba


Bahan Pengikat:

• Succus liquiritiae ( 2g / 60 pil)

• PGS (500 mg / 60 pil), utk yg voluminous : 1-1,5 g/60 pil

• Succus dan saccharum album aa (75 g/1000 pil)

• Gliserin cum tragacanth

• Adeps lanae/vaselin album qs utk Bahan Obat yg bersifat : Saling bereaksi dengan adanya air, Terurai dengan air,Oksidator, Garam-garam
timbal
Bahan Pembasah

Air


Aqua gliserinata


Sirupus simplex

Madu

Adeps lanae/ vaselin album


Bahan Penabur

Talk, untuk :

Bahan Obat oksidator/garam

Pil putih

Amilum orizae

MgCO3

4.
Radix liquiritiae pulv
Bahan Penyalut

Menjaga stabilitas Bahan Obat

Menutup rasa dan bau Bahan Obat

Memperbaiki penampilan pil

• Jenis bahan penyalut :


o Penyalut gula : saccharum album

o Penyalut selaput/film : CMC-Na, Balsamum tolutanum, PEG, Carbowax 6000, perak

o Penyalut enterik : salol, schellak, cellulose acetat phtalat


TAHAP PERACIKAN PIL

A. PEMBUATAN MASSA PIL

• Tentukan bobot Bahan Obat untuk 1 pil

• Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah dan sifat Bahan Obat

o Campur Bahan Obat + pengisi + bahan pengikat + bahan pemecah sesuai aturan

o Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit ke dalam camp digilas kuat ad massa pil yg baik (elastis, tidak lengket di mortir, dan

tidak pecah digulung)


B. PEMOTONGAN PIL

Massa pil à dibentuk silinder yg panjangnya sesuai jumlah yg akan dibuatà sebelumnya pemotong

diberi alat penabur dulu

C. PEMBULATAN PIL

o Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yg sudah diberi bahan penabur, selanjutnya

dibulatkan
o Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung jumlahnya
D. PENYALUTAN PIL

• Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan:

PENYALUTAN


Tujuan:

• Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput)→ garam-garam ferro disalut tolubalsem

• Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula)→ kloramfenikol, strychnin

• Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)


Syarat-syarat yang harus dipenuhi pil:


Bobot pil ideal antara 100, 150 mg, rata-rata 120 mg

Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi


Syarat dari farmakope yang diberikan pada semua pil yang dipaparkan dalam farmakope dan yang dapat dianggap berlaku untuk semua pil-
pil, yakni pil-pil setelah dimasukkan ke dalam asamklorida 0,04 N pada 37o dan dikocok-kocok keras-keras sampai hancur.

Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pecernaan, dan pil salut
enteric tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.

Memenuhi keseragaman bobot. timbang 20 pil satu-persatu, hitung bobot rata-rata,
Suppositoria

Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.
Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI IV)
Tujuan penggunaan,

Pada umumnya untuk pengobatan wasir, konsipasi, infeksi dubur. Zat yang biasa digunakan ialah :
1. Antiseptik lokal (benzokain, tetrakan )
2. Vasokonstraktor (Efedrin HCl)(obat pembuluh darah)
3. Analgesik (turunan Salisilat)
4. Emulleat (bahan untu wasir)
5. Antibiotik untuk infeksi
Suppositoria terdiri dari


zat aktif (obat)


basis
cara pembuatan

1. Pencetakan dengan tangan


Merupakan metode paling sederhana praktis dan ekonomis untuk
memproduksi sejumlah kecil supositoria.
Caranya :

Gerus bahan pembawa/basis sedikit demi sedikit dengan zat aktif , di dalam mortir hingga homogen. Kemudian massa suppositoria yang
mengandung zat aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai diameter dan panjangnya. Zat aktif dicampur dalam bentuk
serbuk halus atau dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya bahan dengan pembawa pada tangan dapat digunakan talk.
2. Pencetakan dengan kompresi

Suppositoria dibuat dengan mencetak massa yang dingin kedalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan . Alat kompresi ini terdapat
dalam beberapa kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. metode ini lebih baik dari yang pertama karena metode ini dapat mencegah sedimetasi
padatan yang larut dalam bahan pembawa.

Metode ini umumnya digunakan dalam skala besar produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan bahan pembawa
lemak coklat/oleum cacao.
3. Pencetakan dengan penuangan

Digunakan untuk pembuatan skala industri , digunakan untuk semua bahan pembawa. Biasa untuk membuat 6-
600 suppositori.

Cara pembuatan : lelehkan bahan pembawa dalam penamgas air hingga homogen, basahi cetakan dengan
lubrikan untuk mencegah melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, tuang hasil leburan menjadi suppos,
lanjutkan pendinginan bertahap awalnya suhu kamar ---

lemari pendingin suhu 7-10 C lalu di cetak.

Cetakan terbuat dari baja tahan karat, alumunium, tembaga atau plastik.
keuntungan
1. Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan melalui rute oral karena gangguan saluran cerna
seperti mual, pasien dalam keadaan tidak sadar atau pada saat pembedahan

2. Dapat diberikan pada bayi, anak-anak dan lansi yang susah menelan dan pasien gangguan mental.

3. Zat aktif yang tidak sesuai melali rute oral, misalnya karena efek samping pada saluran cerna atau
mengalami first pass effect
Kerugian :
1. Daerah absorbsinya lebih kecil
2. Absorbsi hanya melalui difusi pasif

3. Pemakaian kurang praktis

4. Tidak dapat digunakan untu zat-zat yang rusak oleh pH rektum


Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal dibawah ini Yaitu ;

Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi, dimana sebagian besar komponen mencair pada temperatur rectal 360 C , tetapi

basis dengan kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-minyak,

balsam-balsam, serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis.


Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan yang meradang

Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.


Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil.


Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa

menggunakan pelumas cetakan


Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
Salep
Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit ata selaput lendir.
Bertujuan untuk :

 Pengobatan lokal pada kulit


 Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
 Melembabkan kulit
Cara pembuatan :

Pencampuran :

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama sampai sediaan
yang rata tercapai. Pada skala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi
dapat mencampur komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau dapat juga
menggunakan sudip untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa ahli farmasi
menggunakan kertas perkamen yang tidak mengabsorbsi untuk menutupi permukaan tempat
kerja.
• Peleburan

✓ semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan


dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan
yang konstan sampai mengental.

✓ Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya


ditambahkan pada pencampuran yang sedang mengental setelah
didinginkan dan diaduk.

✓ bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila


temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan
penguraian atau penguapan dari komponen.

✓ Banyak bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk


larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya digerus dengan
sebagian dasar salep.

✓ Dalam skala kecil proses peleburan dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas
beker; pada skala besar umumnya digunakan pada ketel uap berjaket.

✓ Sesaat setelah membeku, salep dimasukkan melalui gilingan salep (dalam pembuatan
skala besar) atau digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang (pada pembuatan skala
besar) untuk memeriksa homogenitasnya.
krim

Sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak


kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar

Pemakaian krim :
• Untuk kosmetik : cold cream
• Untuk pengobatan : neomisin krim

Ada 2 tipe krim yaitu air dalam minyak (A/M) dan minyak dalam air(M/A)
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi (emulgator) berupa surfaktan anionik ,
kationik dan nonionik.
• Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-
beda. Jika tidak tepat dapat terjadi perbalikan masa.

Anda mungkin juga menyukai