Anda di halaman 1dari 14

KERAJINAN TANGAN KAUM

WANITA KALIMANTAN TIMUR

Aneka Kerajinan Tangan Tradisional Anyaman, Rajutan, dan Tenunan


Kaum Wanita Dayak (dok.pribadi)
Negeri kita ini kaya sumber daya alam dan sumber daya kultural. Sumber daya
alam sudah sering dikuras oleh berbagai pihak terutama pemerintah daerah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pertanyaannya, bagaimana dengan
kekayaan kultural di setiap daerah? Apakah tidak dieksplorasi, dimotivasi dan
dikembangkan sehingga sungguh-sungguh menjadi sumber PAD sekaligus
melestarikan kebudayaan daerah kita masing-masing?

Dompet Manik Bermotif Dayak (dok.pribadi)


Tidak sedikit usaha yang telah dilakukan oleh kaum ibu atau kaum wanita yang
menghasilkan berbagai kreasi produk budaya terutama dalam hal fashion. Yang
diperlukan mereka hanyalah niat baik dan komitment dari para pihak untuk
mendukungnya misalnya dalam hal mencarikan jaringan pemasaran.
Salah satu kerajinan tangan dari para wanita Dayak yang menghuni wilayah
perhuluan Sungai Kapuas, Kalimantan Barat ini perlu didukung, dipromosikan
agar apa yang mereka hasilkan sungguh-sungguh diapresiasi dengan baik.

Aneka Jenis Selendang Dari Rajutan Manik Khas Taman dan


Tamambaloh (dok.pribadi)
Untuk kaum wanita yang suka memakai perhiasan, saya rasa tidak perlu harus
yang mahal dan terbuat dari emas, intan, atau permata. Kaum wanita di Hulu
Kapuas ini telah menyediakan aneka asesoris dari manik dan biji-bijian kayu
hutan yang sudah dikeringkan. Modelnya tidak kalah dengan model-model
asesoris yang sering kita jumpai di etalase mol atau pertokoan.

Gelang Manik-manik (dok.pribadi)

Gelang Manik-Manik Untuk Kaum Pria (dok.pribadi)

Aneka Kalung Manik dan Biji-Bijian Hutan (dok.pribadi)


Bagi kaum pria karier atau pejabat, saya rasa mulailah berpikir untuk
menggunakan dasi yang dibuat dari manik oleh kaum ibu ini, meskipun pilihan
warna yang telah tersedia tidak memenuhi selera anda. Tetapi semuanya bisa
mereka buat sesuai dengan pesanan anda.

Berbagai Model Dasi dari Rajutan Manik (dok.pribadi)


Bagi kaum kaum wanita, remaja, dan maupun yang sudah paruh baya, tas-tas
bernuansa kultural ini tidak kalah menariknya dengan tas-tas buatan pabrik yang
mungkin sedang anda pakai. Bahannya terbuat dari tempurung kelapa dan manik-
manik.

Tas Tangan Dari Tempurung Kelapa (dok.pribadi)

Tas Tangan Berbalutkan Rajutan Manik


Untuk kaum ibu rumah tangga tentu anda ingin menjamu tamu di rumah anda
dengan pelayanan terbaik. Karena itu, segala perlengkapan yang digunakan
terutama dalam makan bersama pastilah yang terbaik. Kotak tisue buatan kaum
anda ini sangat modis dan eksotis karena dibuat dari kayu dan dilapisi rajutan
manik bermotif khas Dayak.

Kotak Tisue Kayu Dilapisi Rajutan Manik Bermotif Dayak (dok.pribadi)


Untuk anak-anak sekolah, pelajar, mahasiswa, guru, dan para pekerja lainnya
yang selalu menggunakan balpoint. Lengkapilah meja anda dengan kotak pencil
unik ini. Selain itu, pencil atau balpoin anda akan tampak lebih keren jika dilapisi
dengan sarung manik-manik ini.
Kotak Pencil Berbalutkan Manik dengan Motif Dayak Taman Kapuas
(dok.pribadi)

Sarung Pencil dan Balpoint dari Rajutan Manis Bermotif Dayak


(dok.pribadi)

Bagi para perancang busana. Bikinlah terobosan dengan memadukan rancangan


busana anda menggunakan kain-kain tenun khas Dayak yang telah ditenun
berbulan-bulan oleh wanita-wanita sederhana di pedalaman sana. Harganya tidak
mahal sebagaimana anggapan orang karena sepadan dengan kerumitan serta
lamanya proses menghasilkan selembar kain tenun ikat tradisional ini.

Rompi Khas Dayak Iban (dok.pribadi)

Asesoris Pakaian Wanita Khas Dayak Iban (dok.pribadi)

Dengan tulisan ini saya mau mengatakan mari bersama-sama untuk


menumbuhkan rasa bangga dengan cara memberikan apresiasi setinggi-tingginya
kepada kaum wanita yang telah bersusah payah meneruskan warisan tradisi
leluhur dalam kreasi aneka kerajinan budaya lokal kita masing-masing. Bentuk
apresiasinya bisa dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah berminat
untuk membeli dan bangga ketika mengenakkannya di depan banyak orang.
Jangan sampai hanya bule saja yang mencintai dan mau membeli segala kekayaan
budaya ini untuk dibawa ke negara mereka sebagai sebuah sovenir semata. Mari
bangga menjadi negara yang kaya akan budaya ini. Kurangilah eksplorasi atas
sumber daya alam (SDA) dan mulailah fokus mengeksplorasi kekayaan budaya
kita untuk kepentingan ekonomis, seni, dan demi kelestarian budaya kita sendiri
di tengah gempuran budaya pop yang kian mengglobal. Anda boleh berpikir
global, tetapi harus bertindak lokal.

Gelang Tangan Dari Manik (dok.pribadi)


Kerajinan Perak Sumatera Barat

Kerajinan perak saat ini sudah menjadi daya tarik bagi para
pembeli. Umumnya logam perak banyak dijadikan kerajinan
tangan di daerah wisata. Kerajinan perak ini bisa berbentuk
hiasan miniatur, pajangan dinding dan souvenir lainnya.

Ada beberapa daerah di Indonesia yang memproduksi kerajinan


perak, Di daerah Sumatera Barat tepatnya di Bukittingi ada yang
namanya Koto Gadang, Di jogja di daerah Kota Gede dan juga
Bali dengan Desa Celuk.

Kerajinan perak ini menjadi salah satu souvenir favorit bagi


wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut, terutama bagi
turis mancanegara.

Produksi kerajinan perak ini nantinya dipasarkan di mal-mal


daerah tersebut. Bagi Anda yang ingin membeli langsung,
Andapun bisa melihat proses pembuatan dari kerajinan perak itu
sendiri.

Kerajinan perak di daerah Bukittinggi bisa berbentuk desain


Rumah Gadang dan Jam Gadang. Sedangkan di Kota gede bisa
berupa perhiasan dan juga hiasan rumah lainnya. Begitu juga
dengan daerah Bali, banyak memproduksi kerajinan perak
berbentuk liontin, cincin, gelang, gelas, dan lain sebagainya.

Di daerah Kota Gede, Andapun bisa ikut kursus untuk membuat


Kerajinan perak, kursus singkat ini hanya selama 3 jam yang
termasuk dalam paket wisata, hasil kerajinan tangan Anda pun
Anda bisa dibawa pulang.(wk)
tikar pandan khas gresik

keunikan gagasan :
produk kerajinan anyaman pandan (pandanus handicraft) akan menjadi usaha
serius dan menjadi profesinya sekarang.

Keterangan :
MISNAWATY Mochtar, 50 tahun, tidak menyangka kegiatan
isengnya membuat produk kerajinan anyaman pandan (pandanus handicraft)
akan menjadi usaha serius dan menjadi profesinya sekarang.
Produk “Perdana Pandanus Handicraft” yang ia pimpin kini dipakai hotel
berbintang, toko galeri bordir, bahkan diekspor ke Malaysia dan
Australia.
Usahanya di bidang anyaman pandan bermula pada 1990 ketika ia
memutuskan kembali pulang ke kampung halaman di Solok, Sumatera Barat
setelah bercerai dengan suaminya di Jakarta.Pandan tumbuh hampir di semua
pekarangan rumah warga
dan keterampilan menganyam tikar pandan sudah menjadi tradisi
turun-temurun bagi perempuan di sana.
“Tikar pandan hanya kegiatan pengisi waktu senggang dan tidak pernah
dijadikan mata pencarian oleh perempuan di Paninggahan, karena harganya
murah dan terjualnya lama, apalagi mendapat saingan tikar plastik
buatan pabrik, iseng-iseng saya mencoba hal yang baru yaitu membuat
kotak pensil dari anyaman rotan,” kenang Misnawaty.

Setelah mengikuti sebuah workshop kerajinan yang


diadakan pemerintah daerah, matanya semakin terbuka lebar untuk
menjadikan kerajinan anyaman pandan sebagai usaha dengan memperbaiki
mutu dan memperbanyak jenis produk.
Ia mulai membuat aneka produk dari anyaman pandan, seperti sandal, tas
seminar, tempat sebutir telur, tatakan piring dan gelas, alas meja, dan
sebagainya. Hasil kerajinannya dipasok secara rutin di gerai sejumlah hotel di
Bukittinggi dan Padang.

Bisnisnya mulai berkembang pada 2002 sejak Ny.


Henny Adli, seorang pengusaha bordir dan tenun songket yang menjadi
langganan pejabat negara memesan secara rutin kotak kemasan khusus dari
anyaman pandan sebanyak 300 set per bulan. “Di Malaysia tempat sebuah telur
dari anyaman pandan
sangat laris karena dijadikan souvenir dengan diisi telur rebus untuk
tamu dalam pesta perkawinan di sana, dan tas seminar dari pandan mulai
diminati,” katanya. Busana ke Gereja
Meski saat ini Misnawaty masih tetap rajin mengisi produknya ke
sejumlah gerai di hotel, toko, dan bandara, tapi saat ini ia mulai
memfokuskan mengekspor produksi ke luar negeri. Kebetulan ia mempunyai
seorang adik, Jon Adilla, 42 tahun, yang khusus menangani pemasaran
produknya di Jakarta.
Jon memajang produknya di Kampoeng Indonesia G-24, Kota Wisata Cibubur
dan rajin mengikuti pameran.
Saat pameran di InaCraft, Jakarta, seorang pembeli asing, orang Hawaii,
istri seorang bekas staf Kedutaan Amerika di Jakarta, tertarik dengan
tikar pandan anyamannya.

Saat pameran di InaCraft, Jakarta, seorang pembeli


asing, orang Hawaii, istri seorang bekas staf Kedutaan Amerika di
Jakarta, tertarik dengan tikar pandan anyamannya.

Pembeli ini rupanya sudah keliling beberapa tempat mencari tikar pandan untuk
dipasok ke ke Ashfield, Sidney, Australia.
Tikar-tikar ini akan dijadikan rok luar dan selempang dalam acara
tradisional pesta perkawinan, upacara kematian, dan busana ke gereja.
“Dia tertarik dengan hasil kerajinan kami karena bahan pandannya halus,
lembut, dan tidak patah ketika dilipat, itulah kekhasan pandan
Paninggahan dibanding pandan lain,” kata Misnawaty.
Buyer ini kemudian berkunjung ke Paninggahan dan menyepakati pesanan
perdana 200 hingga 250 lembar tikar. Hanya saja kualitas, warna, dan ukuran
ditetapkan dan diajarkan buyer.
Warna coklat tua, maron, kuning, hijau tua, dan jingga yang selama ini
tidak pernah dibuat Misnawaty diajarkan si pembeli dari bahan alam.Meski
begitu, usaha Misnawaty dan Joni Adilla yang
beromset sekitar Rp17 juta per bulan, saat ini telah memberikan harapan
kepada perempuan para perajin anyaman pandan di Paninggahan.
Mereka dengan gampang bisa menjual tikar pandan tanpa anyaman tepi
kepada Misnawaty seharga Rp15.000 dan tidak perlu lagi menjual ke pasar
yang belum tentu langsung laku terjual. Misnawati dengan lima
perajin tetapnya akan menjadikan anyaman itu sebagai pelapis sandal,
alas meja, kotak kemasan, tas, dan sebagainya.
Ketekunannya berusaha anyaman tikar juga dijadikan rujukan di Sumatera
Barat.
Selain beberapa kali dijadikan pelatih keterampilan oleh pemerintah
daerah, “Perdana Pandanus Handicraft”, sebuah rumah sederhana yang dari
halamannya dapat melihat beningnya Danau Singkarak juga sering
dijadikan tempat belajar bagi perajin dari Sumatera Barat maupun dari
Sumatra Utara, Riau, dan Sumatra Selatan.
Anyaman Bambu Halus Tasikmalaya
Oleh: Gandjar Sakri
Pendahuluan
Tulisan ini adalah sebagian dari naskah hasil penelitian yang saya muat di Jurnal
Fakultas Seni Rupa dan Desain Trisakti DIMENSI, terbitan September 2009,
yang juga merupakan cuplikan dari tesis yang saya buat saat menyelesaikan studi
di Departemen Seni Rupa, FTP, ITB, Bandung, tahun 1973.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pencipta anyaman bambu halus di
Tasikmalaya adalah seorang petani-perajin Martadinata (Haji Soheh) pada
tahun 1890. Tahun 1901 Pemerintah Hindia Belanda, mengangkat Martadinata
sebagai guru untuk menyebarkan jenis kerajinan tangan ini ke Jawa Tengah
(Ngawi, Nganjuk) dan Sulawesi (Makassar). Penyebarannya di Tasikmalaya
sendiri baru setelah tahun 1904, setelah pemerintah Hindia Belanda
memberlakukan etische politiek.
Proyek bamboo processing, yang diselenggarakan pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya tahun 1962, untuk mengembangkan anyaman bambu halus, tidak
berhasil karena kurangnya sosialisasi. Setelah mengalami pasang-surut, dewasa
ini, anyaman bambu halus merupakan salah satu produk unggulan Tasikmalaya di
samping produk bordir, batik, payung dan produk lainnya..
Tulisan ini memaparkan bagaimana asal mula timbulnya anyaman bambu halus di
Tasikmalaya dan bagaimana perkembangan selanjutnya. Dimaksudkan:
pertama, untuk melengkapi dokumen kerajinan tangan baik bagi pemerintah
Kota Tasikmalaya maupun pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. Kedua, agar
masyarakat Tasikmalaya, khususnya para perajin, merasa bangga bahwa hasil
kreasi urang Tasik telah menyebar ke berbagai daerah dan merupakan komoditi
ekspor yang membanggakan. Diharapkan rasa bangga tersebut dapat
membangkitkan daya kreatif para perajin. Ketiga, merupakan sumber data bagi
mereka yang akan mengadakan penelitian kerajinan tangan Tasikmalaya,
khususnya mereka yang tertarik untuk meneliti perkembangan anyaman bambu
halus Tasikmalaya sejak awalnya. Selanjutnya, tulisan ini dibuat khusus model
tulisan untuk blog.
Tinjauan Historis Perkembangnan Anyaman Bambu Halus Tasikmalaya
Asal Mula Kerajinan Tangan Anyaman Bambu
Sejak kapan kerajinan tangan anyaman bambu tumbuh di Tasikmalaya, tidak
ada yang tahu. Tapi dapat diperkirakan, ialah sejak orang hidup menetap dan
bercocok tanam di wilayah Tasikmalaya. Mula-mula merupakan kegiatan yang
berasal dari naluri untuk memiliki alat dan barang yang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupannya. Kegiatan membuat barang kerajinan tangan ini
akan berhenti bilamana kebutuhan telah terpenuhi, lain halnya bilamana timbul
“kegiatan perdagangan”. Karena barang berlebihan, atau adanya kebutuhan
akan barang yang lain, atau adanya permintaan dari tempat lain, maka terjadilah
barter atau penjualan. Hal ini menyebabkan produksi barang kerajinan tangan
berjalan terus. Kegiatan ini akan lebih lancar bilamana jalan lalu lintas yang
menghubungkan konsumen dengan produksi mudah. Kegiatan yang terus
berlangsung, lama kelamaan menjadi kegiatan yang turun-temurun.
Boboko, setengah halus
Kegiatan kerajinan tangan anyaman bambu (kasar dan setengah halus) , yang
diwariskan secara turun temurun, tersebar luas di seluruh wilayah Tasilmalaya.
Akan tetapi, sampai tahun 1900 sedikit selaki perhatian Pemerintah Hindia
Belanga terhadap kegiatan kerajinan tangan yang banyak dilakukan penduduk
Tasikmalaya itu. “Terutama karena tidak terlihat kegunaannya bagi keuntungan
Pemerintah Jajahan.
Pada umumnya, usaha industry kecil-kecilan yang dilakukan oleh orang-orang
pribumi, di samping mengolah tanah, hanya barang kebutuhan sehari-hari untuk
keperluan setempat dan bersifat insidentil. Bagi orang Belanda, usaha seperti
itu tidak perlu dikembangkan malah sering kali dirugikan karena mendapat
saingan dari barang impor yang lebih baik dan lebih murah” (Oorschot,
1931:7) Saat itu, kegiatan yang oleh Pemerintah Hindia Belanda dikembangkan
dipusatkan hanya pada hasil pertanian saja (tarum/nila, Pen) yang banyak diminta
untuk barang ekspor.
Para Pembesar Tasikmalaya dengan utusan Belanda (tasikmalayakota.go.id)
Tahun 1921 bupati mengadakan pameran anyaman bambu halus di
Parakanhonje dalam rangka menyambut kunjungan Sunan Solo ke Tasikmalaya.
Selanjutnya, sebagai anggota De Nijverheidscommissie van het Java Instituut
bupati mengumpulkan data dan membuat laporan tentang kerajinan rakyat
Tasikmalaya yang kemudian oleh Commissie tersebut dibukukan dengan judul De
Inheemsche Nijverheid op Java, Madoera, Bali en Lombok, Deel II – Stuk I,
Regentschap Tasikmalaja. Diterbitkan oleh Het Java Instituut, 1931. Pada masa
malese antara tahun 1930-1935 usaha anyaman bambu halus di Parakanhonje
menjadi mundur. Seteleh masa malese berakhir Olivier mengirimkan kumetir
Natamadja (kakak H. Mansur) ke pameran internasional di Paris, Perancis
(Tanudimadja. wawancara 1972).
Sementara itu, usaha pemerintah Hindia Belanda untuk meningkatkan ekonomi
rakyat, melalui kerajinan tangan, terus berlanjut. Dalam Laporan Kerajinan
Tangan Tasikmalaya tahun 1929/1930 yang dibuat de Nijverheids-commissie van
het Java- Instituut, dapat diketahui bahwa waktu itu di Tasikmalaya terdapat
Sekolah Pertukangan (Ambachtschool) yang mempunyai jurusan kayu dan
anyaman, dan di Sekolah Dasar diajarkan kerajinan tangan (de Nijverheids-
commissie, 1933). Tahun 1929 Sekolah Guru (HIK dan Normaalschool) berhasil
mendidik guru-guru kerajinan tangan untuk memberikan pelajaran kerajinan
tangan di Sekolah Rendah (Adjat Sakri, 1969).
siswa-menganyam-topi-tasikmalaya-date-1925 (taselamedia.files.wordpress.com)

Para Penganyam di Rajapolah Th.1930 (De Inheemsche Nijverheid, Reg.


Tasikmalaya)
Sayang sekali, penulis tidak memperoleh data saat pendudukan Jepang dan pada
masa revolusi. Tapi, waktu penelitian dilakukan, tahun 1973, Pemerintah
Indonesia telah banyak perhatiannya terhadap perkembangan kerajinan tangan di
Tasikmalaya. Pemerintah Daerah dan Jawatan Perindustrian Rakyat Propinsi
Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya, menyelenggarakan beberapa usaha untuk
memajukan industri kerajinan tangan Tasikmalaya, terutama yang berhububgan
dengan masalah kecakapan teknis, management, pemasaran, permodalan, bahan
baku dan perkaderan (Jawatan Perindustrian Rakyat Kab.Tasikmalaya,1973).
Proyek Bamboo Processing
Sejalan dengan perkembangan jaman, kerajinan tangan Parakanhonje makin lama
makin berkembang, menghasilkan berbagai jenis barang, desaian, bentuk dan
ragam hias dan dikerjakan di beberapa tempat di wilayah Tasikmalaya. Hasil
produksinya menyebar luas ke berbagai tempat tidak hanya di dalam negeri saja
bahkan juga ke luar negeri. Hal ini menarik perhatian pemerintah
daerah. Timbullah suatu pemikiran untuk memodernisir usaha kerajinan tangan
ini dengan menggunakan alat mekanis. Gagasan ini kemudian diajukan
kepada PNPR LEPPIN KAYA YASA Inspektorat Bandung pada tahun 1958.
Maka jadilah suatu rencana untuk mendirikan suatu pilot project dan finishing
centre dari hasil kerajinan tangan penduduk sekitar Indihiang, dengan maksud
memberi dorongan pada pengembangan jenis anyaman bambu halus, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
Semula ada dua tempat yang dicalonkan sebagai tempat mendirikan usaha ini,
ialah Indihiang untuk jenis anyaman bambu halus dan setengah halus,
sedangkan Singaparna untuk jenis anyaman bambu kasar. Setelah diadakan
penelitian, pemerintah menunjuk Indihiang sebagai tempat pilot projrct dan
finishing centre dengan pertimbangan bahwa di Indihiang banyak terdapat bahan
baku berupa pohon bambu tali, banyak tenaga perajin yang sudah terlatih dan
tempatnya strategis. Indihiang terletak di jalan lintas Bandung dan kota
Tasikmalaya (lewat Ciawi) sehingga memudahkan pengangkutan. Mesin pengolah
bambu didatangkan dari Jepang, salah satu negara yang telah maju dalam usaha
pengolahan bambu, seharga US $ 30.000.000. Proyek ini dikenal dengan sebutan
”Bamboo processing”.
”Bamboo processing” mulai bekerja pada tanggal 19 Agustus 1962.
Bangunannya terletak di jalan Ciawi. Mesin-mesin yang digunakan ialah mesin
pemotong, mesin pembelah, mesin peraut dan mesin penganyam. Menurut
rencana diharapkan mesin-mesin tersebut dapat memproduksi sebanyak 159.000
potong anyaman bambu halus dalam satu tahun.
Akan tetapi, kemudian ternyata bahwa ”Bamboo processing” hanya dapat
berjalan sebentar saja. Hasilnya diluar dugaan semula dan meleset dari yang
direncanakan. Penulis seniri menyaksikan, bahws serutan yang
dihasilkannya masih kasar tidak bisa sehalus yang dihasilkan oleh tangan,
sehingga tidak bisa dipakai untuk anyaman bambu halus. Juga pembuatan
anyaman kasar masih kalah cepat dengan yang dikerjakan oleh tangan. , di
samping itu hasilnya juga kurang rapih. Karena kurangnya sosialisai kepada
penduduk di sekitar proyek ini, maka penduduk tidak menganggap usaha ini
sebagai usaha untuk membantu mereka, bahkan sebaliknya mereka menganggap
usaha ini sebagai saingan.
Akhirnya proyek ”Bamboo processing” tidak dilanjutkan. Namun demikian,
tanpa ”Bamboo processing” , dengan adanya perhatian dari pemerintah
daerah berupa penyuluhan, pelatihan dan bantuan permodalan melalui Koperasi
Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), industri bambu halus terus berkembang.
Saat ini anyaman bambu halus merupakan salah satu produk unggulan dari
Tasikmalaya di samping produk bordir, batik, payung kertas, tikar mendong,
kelom geulis dan topi pandan.

Anda mungkin juga menyukai