Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PKN

KONFLIK KERUSUHAN LAMPUNG

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

ABEL DWI OKTAVIA

LARA KURNIA

RETHYA WINDANI

M. AL AZYAN

DEDE AZKA NAIHAN

DOPIZ AJUANDI

VILLIO MARDIANDA

KELAS XC

Guru Pembimbing: Tara Fitri Ayunda, M.Pd

SMAN 4 SUNGAI PENUH

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas makalah mata pelajaran "PKN"
tentang " Konflik Kerusuhan di Lampung". Makalah ini dibuat untuk mengetahui penyebab terjadinya
konflik kerusuhan lampung. Melalui makalah ini diharapkan kita semua dapat memahaminya dan
mengambil beberapa pelajaran.

Makalah yang kami buat ini tentunya masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini .

Dengan ini kami persembahkan makalah ini untuk memenuhi tugas PKN. Lebih dan kurang kami mohon
maaf. Terimakasih dan semoga Allah SWT. Memberkahi sehingga dapat memberikan manfaat.

Sungai Penuh, Januari 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................


1.2 Rumusan Masalah...............................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Konflik Kerusuhan Lampung............................


2.2 Penyelesaian Konflik Kerusuhan Lampung........................
2.3 Dampak Konflik Kerusuhan Lampung...............................
2.4 Sudut Pandang Pancasila
Terhadap Konflik Kerusuhan Lampung.............................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerusuhan Lampung 2012 adalah serangkaian kerusuhan yang terjadi di Lampung Selatan
tanggal 27 Oktober sampai 29 Oktober 2012. Kerusuhan ini berawal dari program transmigrasi
yang diadakan oleh pemerintah, ketika warga asal Bali masuk ke Lampung dan ditempatkan di
Lampung Selatan. Di Lampung Selatan, mereka kemudian mendirikan perkampungan
Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal. Konflik kemudian mencuat setelah dua gadis dari
penduduk Desa Agom, Lampung Selatan, terjatuh dari motor. Saat itu, terdapat sekitar 10
pemuda dari Desa Balinuraga sedang bersepeda melintas di jalan menuju ke sebuah desa. Dari
arah berlawanan, tanpa sengaja rombongan ini menyerempet pengendara motor yang sedang
dinaiki oleh dua orang gadis. Kedua gadis ini adalah warga Desa Agom. Setelah kecelakaan
terjadi, para pemuda berniat untuk membantu kedua gadis tersebut. Ketika sedang menolong,
para pemuda ini harus menyentuh mereka yang justru menimbulkan kesalahpahaman. Warga
lain yang melihat kejadian tersebut beranggapan bahwa para pemuda ini sedang melecehkan
kedua gadis tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Konflik Kerusuhan lampung?
b. Bagaimana Kronologi Konflik Kerusuhan Lampung?
c. Bagaimana penyelesaian dari Konfik Kerusuhan Lampung?
d. Bagaimana sudut pandang Pancasila terhadap Konflik Kerusuhan Lampung?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang apa itu Konflik Kerusuhan Lampung.
b. Untuk memahami tentang bagaimana kronologi Konflik Kerusuhan Lampung.
c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian dari Konflik Kerusuhan Lampung.
d. Untuk mengetahui bagaimana sudut pandang pancasila terhadap Konflik Kerusuhan
Lampung.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kronologi Konflik Poso

Buntut dari kesalahpahaman tersebut adalah warga Balinuraga didatangi oleh sekitar 50 orang

dari Desa Agom dengan membawa senjata tajam. Bentrokan terjadi pada Sabtu malam, 27

Oktober 2012. Sebanyak lebih dari 500 orang warga Desa Agom menyerang pemukiman warga

suku Bali di Desa Balinuraga. Akibat penyerangan tersebut, satu kios obat-obatan dan kelontong

milik Made Sunarya terbakar. Masih belum berakhir, bentrokan kedua terjadi pada 28 Oktober

2012 pukul 01.00 WIB. Massa dari warga Lampung berjumlah lebih dari 200 orang merusak

dan membakar rumah milik Saudara Wayan Diase. Kemudian, pukul 09.30 WIB, terjadi bentrok

antara massa suku Lampung dengan masa suku Bali di Desa Sidorejo. Akibatnya, tiga orang

meninggal dunia. Mereka adalah Yahya, Marhadan, dan Alwi. Sedangkan empat warga lainnya

mengalami luka-luka karena senjata tajam dan senapan angin, yaitu Ramli, Syamsudin, Ipul, dan

Mukmin. Kemudian, bentrokan terakhir terjadi pada 29 Oktober 2012. Pukul 14.00 WIB, massa

Desa Agom berhasil memasuki Desa Balinuraga dengan menyusup melalui kebun dan

sawah. Setelah itu, massa suku Lampung segera melakukan bentrok antara warga Desa Agom

dan Desa Balinuraga, total terdapat 14 orang tewas. Selain itu, ratusan rumah dan puluhan

kendaraan bermotor juga rusak. Bentrokan yang terjadi sejak 27 Oktober hingga 29 Oktober

2012 ini menyebabkan ratusan orang dari Desa Balinuraga mengungsi.

2.2 Penyelesaian Konflik Poso


Pascakerusuhan, warga Desa Agom dan Desa Balinuraga melakukan kesepakatan damai
untuk tidak saling menuntut secara hukum. Dalam kesepakatan tersebut tercatat ada 10
perdamaian, antara lain sepakat untuk menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan, dan
perdamaian antarsuku di Lampung Selatan. Pimpinan adat masyarakat Lampung dan raja Bali
menggelar pertemuan guna mencegah terulangnya kerusuhan antara Desa Balinuraga dan Desa
Agom, Lampung Selatan. Pertemuan yang berlangung selama dua jam ini juga dihadiri tokoh-
tokoh Lampung dan Bali dari Lampung Selatan dan kabupaten/kota yang lain. Pertemuan yang
dijaga polisi ini menghasilkan maklumat yang ditandatangani Raja Bali I Gusti Ngurah Arya dan
Ketua Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Kadarsyah Irsya. Tokoh bali dan Lampung
pun ikut tanda tangan.“Maklumat ini juga harus disampaikan kepada para orang Bali di
Balinuraga, terutama yang masih berada di pengungsian, di SPN. Jangan hanya tokoh adat saja
yang tahu soal perdamaian ini. Masyarakat yang paling bawah juga harus tahu,” kata Kadarsyah.
Maklumat tersebut berisi :

1. Bersepakat bahwa terkait aksi massa dan tragedi Lampung Selatan bukan merupakan
konflik SARA, namun disebabkan oleh adanya kepentingan sekelompok orang yang
berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan warga Bali dan warga Lampung.
2. Mengecam kejadian kerusuhan yang melibatkan warga Bali dan warga Lampung hingga
menyebabkan hilangnya nyawa manusia, penganiayaan, penjarahan, serta pembakaran
harta benda dari masyarakat yang tidak berdosa.
3. Bersepakat dalam beberapa hal untuk penyelesaian konflik tragedi Balinuraga yakni;
menjadikan hukum sebagai panglima dalam proses penyelesaian kasus ; bersepakat untuk
mendorong pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan petugas keamanan untuk dapat
mengedepankan semangat netralitas dan ketidakberpihakan dalam mengawal tuntasnya
pemulihan pasca konflik; memberi dorongan dan dukungan atas upaya Komnas HAM
dan lembaga hukum dan masyarakat baik dalam skala lokal, nasional, dan internasional
untuk mendorong terciptanya perdamaian abadi; mendorong dan memprioritaskan
tuntasnya proses rekonsiliasi dan perdamaian abadi dengan melibatkan unsur-unsur adat ;
mewaspadai adanya kasus-kasus lanjutan .
Bersepakat menolak pengusiran terhadap warga dari wilayah konflik dengan alasan
apapun.
4. Mengimbau masyarakat adat Lampung-Bali untuk mengedepankan prinsip kebersamaan,
kesatuan, dan persatuan.

2.3 Dampak Konflik


Perang antar warga kampung yang terjadi di Lampung Selatan menimbulkan banyak korban
jiwa tewas serta luka-luka, serta ratusan rumah dibakar masa dan puluhan kendaraan juga dirusak
termasuk milik aparat. Sungguh disayangkan terjadinya perang antar warga kampung ini,
walaupun akhirnya sangat riskan bila dikatakan perang antar suku. Suku yang berseteru tersebut
adalah suku lokal Lampung dengan Suku Bali yang datang ke Lampung Selatan merupakan
pendatang karena program transmigrasi.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meredam konflik di Lampung Selatan ini. Pertemuan antar
tokoh masyarakat kedua belah pihak, telah sepakat berdamai. Namun demikian karena suatu
masalah di bawah maka muncul kembali kerusuhan yang lebih hebat. Artinya perdamaian antar
tokoh tersebut tidak memberikan solusi yang permanen. Sehingga perlunya sosialisasi hasil
perdamaian antar tokoh dari kedua belah pihak. Bukan sekedar perdamaian seremonial, tetapi
warga juga mesti diberikan pengertian, pemahaman tentang pentingnya perdamaian.
Sungguh sangat disayangkan hasil pertemuan antara tokoh adat dari lima marga di Kalianda
dengan Bupati Lampung Selatan, Rycko Menoza SZP, dimana terungkap bahwa tokoh adat dari
lima marga di Kabupaten Lampung Selatan meminta agar masyarakat Desa Balinuraga dapat
dipindahkan. Sebab menurut mereka hal itu menjadi satu-satunya solusi agar konflik horisontal
antar warga tidak lagi terjadi. Alasan yang disampaikan bahwa dengan kehadiran masyarakat
Desa Balinuraga selalu menimbulkan konflik.
Ini bukan sebuah solusi yang tepat apabila warga tersebut harus dipindahkan dari Lampung
Selatan. Berbagai persoalan akan muncul dengan ide memindahkan warga tersebut. Lantas
dipindah kemana? Siapa yang berhak memindahkan mereka? Siapa yang akan membiayai
kepindahan mereka? Daerah mana yang bisa menerima ribuan warga sekaligus? Adakah lahan
untuk mereka? Siapkah pemerintah daerah penerima mereka ada kesanggupan menghidupi
sementara sampai mereka siap menghidupi sendiri?
Inilah sebuah arogansi , bukan mencari solusi. Keberadaan warga transmigrasi bukanlah
kehendak mereka, tetapi kehendak pemerintah. Tinggal pemda, tokoh adat, tokoh masyarakat,
tokoh agama memberikan pemahaman pentingnya hidup berdampingan dengan siapapun secara
damai. Tokoh adat bisa meredam warganya agar tidak berbuat diluar perikemanusian, bukan
memprovokasi warga karena masalah harga diri suatu suatu adat, suatu kampung, atau suatu
wilayah.
Sungguh luar biasa dampak negatif adanya kerusuhan tersebut. Korban jiwa sia-sia. Orang
tua, ibu-ibu, anak-anak menjadi trauma, anak-anak tidak bersekolah, putaran roda ekonomi
keluarga terhenti, pemerintah harus mengeluarkan dana yang besar untuk mengurusi akibat
kerusuhan tersebut.
Dampak negatif kerusuhan juga merembet ke daerah lain yang tidak berkonflik akibat
adanya kekhawatiran jangan-jangan di daerah lain nanti akan diganggu. Akhirnya cukup
diputuskan sementara istirahat di rumah walaupun tidak mendapatkan penghasilan untuk
mengisi priuk dapur mereka. Yang berprofesi sebagai tukang ojek berhenti, berprofesi sopir
juga berhenti karena bisnya dikandangkan. Karena bis banyak tidak beroperasi di jalur-jalur
tertentu, ratusan penumpang tidak bisa mendapatkan angkutan. Anak sekolah, mahasiswa,
pegawai yang sering menggunakan jasa angkutan bis juga menerima dampaknya. Belum
lagi pasar-pasar sepi, para juragan tidak mengirim barang, kebutuhan terus harus dipenuhi,
tinggal menunggu waktu harga –harga sembako akan melambung.
Untuk itu semua Pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan aparat tersebut harus segera
mengatasi pasca bentrok antar warga kampung tersebut untuk menghindari dampak negatif
yang meluas.

2.4 Sudut Pandang Pancasila Terhadap Konflik Poso

Kerusuhan di daerah Lampung ini memberikan duka kepada kita warga negara Indonesia.
Dimana seseorang yang sama sekali tidak bersalah juga ikut menjadi korban dalam kerusuhan
ini. Selain korban jiwa, kerusuhan ini juga menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan yg
mungkin dialami oleh orang orang yg tidak bersalah. Dari sudut pandang Pancasila tentunya
tragedi ini sudah bertentangan dari nilai nilai yang ada dalam Pancasila. Tragedi ini telah
melanggar sila sila yg terdapat di dalam dasar Negara kita. Yaitu sila kedua dan sila ketiga.
Didalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai bahwa kita harus mempunyai
kesadaran moral dan juga tingkah laku yang didasarkan pada hati nurani. Dalam sila ini juga
menyebut bahwa manusia adalah makhluk yg beradab. Kita tidak boleh mengambil tindakan
kekerasan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam penyelesaian sesuatu kita harus
mengedepan kan adab yg kita miliki sebagai seorang manusia. Tidak boleh mengambil jalan
kekerasan hanya karena perbedaan yang ada diantara kita, setiap orang wajib mendapat hak
untuk berbicara dan membela diri nya. Namun pembelaan tersebut bukan lah melalui jalan
kekerasan, melainkan melalui jalur bermusyawarah. Selain sila kedua, tragedi ini juga melanggar
dari sila ketiga. Kita sebagai warga Indonesia adalah masyarakat yang kebhinekaan harus
mengedepan persatuan dan kesatuan dalam penyelesaian permasalahan. Tetapi, pada konflik ini
dapat terlihat bahwa masyarakat desa Agom dan desa Balinugara tidak mementingkan persatuan
dan kesatuan sama sekali. Dimana mereka bisa menyelesaikan hal sepele tersebut secara baik
baik, tetapi mereka malah memilih jalan kekerasan yang mana Kekerasan tersebut dapat
menyebabkan terpecah nya masyarakat Pendatang ( Bali ) dan masyarakat Lampung dan banyak
dampak lain dari orang yang tidak bersalah. Perbedaan yang ada seharus nya mengingatkan kita
bahwa persatuan dan kesatuan adalah hal penting yang harus kita jaga. Persatuan tersebut akan
menjaga kita dari tragedi yg serupa dengan yang terjadi di Lampung. Dan Tragedi ini juga
melanggar sila ke lima. Kita sebagai warga negara harus menghargai hak orang lain, bukan
malah melakukan perusakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi sebagian orang. Perusakan
hak milik seseorang adalah hal yang sangat buruk, karena dari hal tersebut dapat terlihat bahwa
kita tidak menghargai hak seseorang sedikitpun. Padahal belum tentu yg kita rusak adalah milik
oknum yang bersalah. Dan kalaupun properti tersebut milik oknum yg bersalah, kita tidak punya
hak untuk merusak hak milik mereka. Perusakan yg dilakukan tersebut hanya akan menimbulkan
masalah baru, dimana seseorang yg tidak ada sangkut paut nya malah ikut terseret dalam konflik
ini dan hanya memperpanjang permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Artikel
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/113000879/kerusuhan-lampung-2012-latar-belakang-
kronologi-dan-dampak?page=all

http://snpk.kemenkopmk.go.id/docs/Penanganan_Lampung_Selatan.pdf

https://kabardamai.id/penyelesaian-konflik-antar-suku-di-lampung-tengah/
https://marhenyantoz.wordpress.com/2012/10/31/dampak-kerusuhan-lampung-selatan-meluas/
kanalpengetahuan.filsafat.ugm.ac.id.https://pancasila.filsafat.ugm.ac.id/2017/11/07/peranan-
pancasila-dalam-spiral-stupidity-konflik-lampung-selatan/.
Dampak.kompas.com.https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/113000879/kerusuhan-
lampung-2012-latar-belakang-kronologi-dan-dampak?
amp=1&page=3&jxconn=1*1axl0yt*other_jxampid*TGV2RG5Vbi1PZFVWOUFGSkw5UVkx
c3ZHeTJEM3pYV09WSFFBZjA5ZEJPdmFXZzZzand2VDdGbHlVV2x,wbVRWQw..

Anda mungkin juga menyukai