LARA KURNIA
RETHYA WINDANI
M. AL AZYAN
DOPIZ AJUANDI
VILLIO MARDIANDA
KELAS XC
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas makalah mata pelajaran "PKN"
tentang " Konflik Kerusuhan di Lampung". Makalah ini dibuat untuk mengetahui penyebab terjadinya
konflik kerusuhan lampung. Melalui makalah ini diharapkan kita semua dapat memahaminya dan
mengambil beberapa pelajaran.
Makalah yang kami buat ini tentunya masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini .
Dengan ini kami persembahkan makalah ini untuk memenuhi tugas PKN. Lebih dan kurang kami mohon
maaf. Terimakasih dan semoga Allah SWT. Memberkahi sehingga dapat memberikan manfaat.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kronologi Konflik Poso
Buntut dari kesalahpahaman tersebut adalah warga Balinuraga didatangi oleh sekitar 50 orang
dari Desa Agom dengan membawa senjata tajam. Bentrokan terjadi pada Sabtu malam, 27
Oktober 2012. Sebanyak lebih dari 500 orang warga Desa Agom menyerang pemukiman warga
suku Bali di Desa Balinuraga. Akibat penyerangan tersebut, satu kios obat-obatan dan kelontong
milik Made Sunarya terbakar. Masih belum berakhir, bentrokan kedua terjadi pada 28 Oktober
2012 pukul 01.00 WIB. Massa dari warga Lampung berjumlah lebih dari 200 orang merusak
dan membakar rumah milik Saudara Wayan Diase. Kemudian, pukul 09.30 WIB, terjadi bentrok
antara massa suku Lampung dengan masa suku Bali di Desa Sidorejo. Akibatnya, tiga orang
meninggal dunia. Mereka adalah Yahya, Marhadan, dan Alwi. Sedangkan empat warga lainnya
mengalami luka-luka karena senjata tajam dan senapan angin, yaitu Ramli, Syamsudin, Ipul, dan
Mukmin. Kemudian, bentrokan terakhir terjadi pada 29 Oktober 2012. Pukul 14.00 WIB, massa
Desa Agom berhasil memasuki Desa Balinuraga dengan menyusup melalui kebun dan
sawah. Setelah itu, massa suku Lampung segera melakukan bentrok antara warga Desa Agom
dan Desa Balinuraga, total terdapat 14 orang tewas. Selain itu, ratusan rumah dan puluhan
kendaraan bermotor juga rusak. Bentrokan yang terjadi sejak 27 Oktober hingga 29 Oktober
1. Bersepakat bahwa terkait aksi massa dan tragedi Lampung Selatan bukan merupakan
konflik SARA, namun disebabkan oleh adanya kepentingan sekelompok orang yang
berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan warga Bali dan warga Lampung.
2. Mengecam kejadian kerusuhan yang melibatkan warga Bali dan warga Lampung hingga
menyebabkan hilangnya nyawa manusia, penganiayaan, penjarahan, serta pembakaran
harta benda dari masyarakat yang tidak berdosa.
3. Bersepakat dalam beberapa hal untuk penyelesaian konflik tragedi Balinuraga yakni;
menjadikan hukum sebagai panglima dalam proses penyelesaian kasus ; bersepakat untuk
mendorong pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan petugas keamanan untuk dapat
mengedepankan semangat netralitas dan ketidakberpihakan dalam mengawal tuntasnya
pemulihan pasca konflik; memberi dorongan dan dukungan atas upaya Komnas HAM
dan lembaga hukum dan masyarakat baik dalam skala lokal, nasional, dan internasional
untuk mendorong terciptanya perdamaian abadi; mendorong dan memprioritaskan
tuntasnya proses rekonsiliasi dan perdamaian abadi dengan melibatkan unsur-unsur adat ;
mewaspadai adanya kasus-kasus lanjutan .
Bersepakat menolak pengusiran terhadap warga dari wilayah konflik dengan alasan
apapun.
4. Mengimbau masyarakat adat Lampung-Bali untuk mengedepankan prinsip kebersamaan,
kesatuan, dan persatuan.
Kerusuhan di daerah Lampung ini memberikan duka kepada kita warga negara Indonesia.
Dimana seseorang yang sama sekali tidak bersalah juga ikut menjadi korban dalam kerusuhan
ini. Selain korban jiwa, kerusuhan ini juga menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan yg
mungkin dialami oleh orang orang yg tidak bersalah. Dari sudut pandang Pancasila tentunya
tragedi ini sudah bertentangan dari nilai nilai yang ada dalam Pancasila. Tragedi ini telah
melanggar sila sila yg terdapat di dalam dasar Negara kita. Yaitu sila kedua dan sila ketiga.
Didalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai bahwa kita harus mempunyai
kesadaran moral dan juga tingkah laku yang didasarkan pada hati nurani. Dalam sila ini juga
menyebut bahwa manusia adalah makhluk yg beradab. Kita tidak boleh mengambil tindakan
kekerasan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam penyelesaian sesuatu kita harus
mengedepan kan adab yg kita miliki sebagai seorang manusia. Tidak boleh mengambil jalan
kekerasan hanya karena perbedaan yang ada diantara kita, setiap orang wajib mendapat hak
untuk berbicara dan membela diri nya. Namun pembelaan tersebut bukan lah melalui jalan
kekerasan, melainkan melalui jalur bermusyawarah. Selain sila kedua, tragedi ini juga melanggar
dari sila ketiga. Kita sebagai warga Indonesia adalah masyarakat yang kebhinekaan harus
mengedepan persatuan dan kesatuan dalam penyelesaian permasalahan. Tetapi, pada konflik ini
dapat terlihat bahwa masyarakat desa Agom dan desa Balinugara tidak mementingkan persatuan
dan kesatuan sama sekali. Dimana mereka bisa menyelesaikan hal sepele tersebut secara baik
baik, tetapi mereka malah memilih jalan kekerasan yang mana Kekerasan tersebut dapat
menyebabkan terpecah nya masyarakat Pendatang ( Bali ) dan masyarakat Lampung dan banyak
dampak lain dari orang yang tidak bersalah. Perbedaan yang ada seharus nya mengingatkan kita
bahwa persatuan dan kesatuan adalah hal penting yang harus kita jaga. Persatuan tersebut akan
menjaga kita dari tragedi yg serupa dengan yang terjadi di Lampung. Dan Tragedi ini juga
melanggar sila ke lima. Kita sebagai warga negara harus menghargai hak orang lain, bukan
malah melakukan perusakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi sebagian orang. Perusakan
hak milik seseorang adalah hal yang sangat buruk, karena dari hal tersebut dapat terlihat bahwa
kita tidak menghargai hak seseorang sedikitpun. Padahal belum tentu yg kita rusak adalah milik
oknum yang bersalah. Dan kalaupun properti tersebut milik oknum yg bersalah, kita tidak punya
hak untuk merusak hak milik mereka. Perusakan yg dilakukan tersebut hanya akan menimbulkan
masalah baru, dimana seseorang yg tidak ada sangkut paut nya malah ikut terseret dalam konflik
ini dan hanya memperpanjang permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/113000879/kerusuhan-lampung-2012-latar-belakang-
kronologi-dan-dampak?page=all
http://snpk.kemenkopmk.go.id/docs/Penanganan_Lampung_Selatan.pdf
https://kabardamai.id/penyelesaian-konflik-antar-suku-di-lampung-tengah/
https://marhenyantoz.wordpress.com/2012/10/31/dampak-kerusuhan-lampung-selatan-meluas/
kanalpengetahuan.filsafat.ugm.ac.id.https://pancasila.filsafat.ugm.ac.id/2017/11/07/peranan-
pancasila-dalam-spiral-stupidity-konflik-lampung-selatan/.
Dampak.kompas.com.https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/113000879/kerusuhan-
lampung-2012-latar-belakang-kronologi-dan-dampak?
amp=1&page=3&jxconn=1*1axl0yt*other_jxampid*TGV2RG5Vbi1PZFVWOUFGSkw5UVkx
c3ZHeTJEM3pYV09WSFFBZjA5ZEJPdmFXZzZzand2VDdGbHlVV2x,wbVRWQw..