Puja dan Puji Syukur hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang-
Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Kewarganegaraan yang berjudul “Problematika Multikulturalisme di Perbatasan Indonesia”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, khusunya kepada Dosen mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya agar penulis bisa mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan penulis serta memperbaiki kesalahan jika terdapat di dalamnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Awal Mula Terjadinya Konflik Sampit...................................................................................2
2.2 Akibat Terjadinya Konflik Sampit...........................................................................................4
2.3 Dampak Konflik Sampit...........................................................................................................5
2.4 Cara Penyelesaian Konflik Sampit...........................................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................8
3.1 Analisa Masalah.........................................................................................................................8
3.2 Kesimpulan.............................................................................................................................8
3.3 Saran...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu contoh kasus multikulturalisme di Indonesia adalah Konflik Sampit yang
terjadi pada tahun 2001, yang melibatkan konflik antara suku Dayak dan suku Madura.
Alasan kelompok kami memilih contoh kasus tersebut karena konflik ini memakan banyak
korban dan menimbulkan banyak kerugian dan kerusakan antara kedua belah pihak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa kasus yang telah terjadi berlarut-larut hingga memuncak pada kerusuhan sampit.
1972, Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian
itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya
tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.
1983, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu)
orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan
atas
1996, Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan
di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat
ringan.
1997, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan
kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua, tindakan hukum
terhadap orang
Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri
menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya.
1997, Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki
bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ? tukang jualan sate?.
Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30
2
(tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya,
sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur ?.Yang
tidak dapat dikejar oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di
tempat kejadian.
1998, Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang Madura,
pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan korbannya meninggal,
tidak ada penyelesaian secara hukum.
1999, Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang
Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya
1999, Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura,
masalah sengketa tanah; 2 (dua) orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu
mati semua, sedangkan pembunuh lolos, malah orang Jawa yang bersaksi dihukum
1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan
yang melarikan diri itu.
1999, Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat,
terjadi perkelahian massal dengan suku Madura, gara-gara suku Madura memaksa
mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak
menimbulkan korban pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
1999, Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama IBA oleh 3
(tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus,
Palangka Raya, biaya operasi /perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para
pembacok / pelaku tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura sana!.
(Tiga orang Madura memasuki rumah keluarga IBA dengan dalih minta diberi
minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu IBA menuangkan air di
gelas, mereka
2000, Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati dibantai oleh orang
Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum. Tahun 2000, di
Palangka Raya, 1 (satu) orang suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku
Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses
hukum.
2000, Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan
terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para
3
pelaku kabur / lari, tidak tertangkap, karena lagi-lagi ?katanya? sudah lari ke Pulau
Madura, proses hukum tidak ada karena pihak
2001, Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh / dibantai.
Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak
Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada
Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit,
Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga transmigrasi Madura dari pulau Madura.
Konflik tersebut pecah pada 18 Februari2001 ketika dua warga Madura diserang oleh
sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih
dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga
ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak. Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual
pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20
4
adat hingga kampung mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus
mengalah dari penebang kayu yang mendesak mereka kedalam hutan.
5
Konflik sampit ini selesai karena adanya kerendahan hati dari tokoh-tokoh Madura
untuk memulai perdamaian dan terjadilah perjanjian perdamaian antara kedua suku
apabila disalah satu pihak ada yang melanggar akan dikenakan sanksi hukum.
Untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai bentuk perdamaian dibuatlah Tugu
Perdamaian sebagai tanda perdamaian antara kedua suku. Tugu tersebut ditempatkan
di bundaran Jl. Jend Sudirman Sampit-Pangkalan bun km 3.
6
7
BAB III
PENUTUP
8
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit
https://me4evolution.wordpress.com/2010/10/01/asal-mula-tragedi-sampit/