Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang-
Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Kewarganegaraan yang berjudul “Problematika Multikulturalisme di Perbatasan Indonesia”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Makalah tentang ulasan mengenai Problematika Multikulturalisme di Indonesia ini


diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai bagaimana saat ini dan apa yang
harus kita lakukan untuk membenahi problematika tersebut.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, khusunya kepada Dosen mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya agar penulis bisa mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan penulis serta memperbaiki kesalahan jika terdapat di dalamnya.

Malang, 22 Maret 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Awal Mula Terjadinya Konflik Sampit...................................................................................2
2.2 Akibat Terjadinya Konflik Sampit...........................................................................................4
2.3 Dampak Konflik Sampit...........................................................................................................5
2.4 Cara Penyelesaian Konflik Sampit...........................................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................8
3.1 Analisa Masalah.........................................................................................................................8
3.2    Kesimpulan.............................................................................................................................8
3.3 Saran...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multikultural baik dalam hal budaya
maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman
dalam kebudayaan, ras, suku bangsa, bahasa dan agama. Perbedaan-perbedan yang ada
dalam masyarakat di Indonesia, tersebar di seluruh pulau yang dimiiki oleh Negara Republik
Indonesia. Istilah Multikultural akhir-akhir ini mulai diperbincangkan di berbagai kalangan
berkenaan dengan merebaknya konflik etnis di negara ini. Multikultural yang dimiliki
Indonesia dianggap faktor utama terjadinya konflik. Konflik berbau SARA yaitu suku,
agama, ras, dan antargolongan yang terjadi di Aceh, Ambon, Papua, Kupang, Maluku dan
berbagai daerah lainnya adalah realitas yang dapat mengancam integrasi bangsa di satu sisi
dan membutuhkan solusi konkret dalam penyelesaiannya di sisi lain. Hingga muncullah
konsep multikulturalisme. Multikulturalisme dijadikan sebagai acuan utama terbentuknya
masyarakat multikultural yang damai. Salah satu contoh kasus multikulturalisme di Indonesia
adalah Konflik Sampit yang terjadi pada tahun 2001, yang melibatkan konflik antara suku
Dayak dan suku Madura.

Salah satu contoh kasus multikulturalisme di Indonesia adalah Konflik Sampit yang
terjadi pada tahun 2001, yang melibatkan konflik antara suku Dayak dan suku Madura.
Alasan kelompok kami memilih contoh kasus tersebut karena konflik ini memakan banyak
korban dan menimbulkan banyak kerugian dan kerusakan antara kedua belah pihak.

1.2 Rumusan Masalah


1)      Bagaimana awal mula terjadinya konflik sampit?
2)      Apa Akibat dari konflik Sampit?
3)      Bagaimana dampak yang terjadi setelah konflik Sampit tahun 2001 ?
4)      Bagaimana cara penyelesaian konflik Sampit tahun 2001?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Awal Mula Terjadinya Konflik Sampit


Sampit adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur di Kalimantan Tengah, Indonesia.
Sampit merupakan salah satu permukiman tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur, nama
kota ini sudah ada disebut di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365
maupun di dalam Hikayat Banjar yang bagian terakhirnya ditulis pada tahun 1663. Pada
tahun 2001, di kota ini terjadi kerusuhan etnis antara suku Madura dengan Dayak. Dalam
kerusuhan tersebut, lebih dari 400 orang tewas dan 40.000 orang harus mengungsi.

Beberapa kasus yang telah terjadi berlarut-larut hingga memuncak pada kerusuhan sampit.
 1972, Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian
itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya
tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.
 1983, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu)
orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan
atas
 1996, Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan
di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat
ringan.
 1997, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan
kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua, tindakan hukum
terhadap orang
 Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri
menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya.
 1997, Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki
bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ? tukang jualan sate?.
Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30

2
(tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya,
sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur ?.Yang
tidak dapat dikejar oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di
tempat kejadian.
 1998, Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang Madura,
pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan korbannya meninggal,
tidak ada penyelesaian secara hukum.
 1999, Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang
Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya
 1999, Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura,
masalah sengketa tanah; 2 (dua) orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu
mati semua, sedangkan pembunuh lolos, malah orang Jawa yang bersaksi dihukum
1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan
yang melarikan diri itu.
 1999, Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat,
terjadi perkelahian massal dengan suku Madura, gara-gara suku Madura memaksa
mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak
menimbulkan korban pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
 1999, Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama IBA oleh 3
(tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus,
Palangka Raya, biaya operasi /perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para
pembacok / pelaku tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura sana!.
(Tiga orang Madura memasuki rumah keluarga IBA dengan dalih minta diberi
minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu IBA menuangkan air di
gelas, mereka
 2000, Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati dibantai oleh orang
Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum. Tahun 2000, di
Palangka Raya, 1 (satu) orang suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku
Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses
hukum.
 2000, Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan
terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para

3
pelaku kabur / lari, tidak tertangkap, karena lagi-lagi ?katanya? sudah lari ke Pulau
Madura, proses hukum tidak ada karena pihak
 2001, Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh / dibantai.
Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada
Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit,
Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga transmigrasi Madura dari pulau Madura.
Konflik tersebut pecah pada 18 Februari2001 ketika dua warga Madura diserang oleh
sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih
dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga
ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak. Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual
pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20

2.2 Akibat Terjadinya Konflik Sampit


a. Sengketa tanah milik orang dayak yang dilakukan oleh warga Madura.
Penduduk Madura pertama tiba dikalimantan tahun 1930 mengikuti program
transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah colonial Belanda.Banyak warga
Madura yang baru datang ke Kalimantan Tengah meminjam tanah kepada warga
Dayak. Setelah beberapa tahun tanah itu pun diminta karena suatu keperluan tetapi
warga Madura tetap tidak memberikan tanah tersebut malahan warga Madura
mengeluarkan Celurit.
b. Rasa etnosentrisme yang kuat.
Yang mana warga Madura mempunyai adat yang membawa Parang/Celurit kemana pun
pergi,membuat orang Dayak melihat sang tamunya selalu siap berkelahi.Sebab bagi
orang Dayak membawa Senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak
berperang/memburu.
c. Keserakahan orang Madura.
Dimana orang Madura menguasai perekonomian,perkebunan,perkayuan dan
perindustrian dan sering terjadi kasus pelanggaran tanah larangan masyarakat dayak
selalu terdesak dan mengalah karena kasus dilarangnnya menambang intan diatas tanah

4
adat hingga kampung mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus
mengalah dari penebang kayu yang mendesak mereka kedalam hutan.

d. Pembunuhan awal dilakukan oleh warga Madura.


Pembunuhan tersebut terjadi pada tahun 1982 dikota sampit,seorang warga dayak
dibunuh oleh warga Madura.

2.3 Dampak Konflik Sampit


a. Hilangnya harta benda
Konflik ini mengakibatkan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat
tinggal.
b. Banyak korban jiwa berjatuhan
Konflik Sampit ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian dan banyak korban jiwa
yang luka-luka.
c. Retaknya hubungan antar suku.
Konflik ini mengakibatkan putusnya hubungan tali silaturahmi.
d. Menghambat kerjasama.

2.4 Cara Penyelesaian Konflik Sampit


a. Menerjunkan satuan pengamanan dari POLRI dan TNI ke lokasi kerusuhan.
Misalnya:
1. Dengan memberikan seruan kepada semua pihak pertikaian.
2. Mengadakan evakuasi para korban dan warga Madura kewilayah tetangga.
3. Melaksanakan patroli dan menempatkan pasukan pada tempat yang rawan
pertikaian.
b. Melakukan tindakan persuasif dan preventif terhadap kelompok yang bertikai untuk
mengantisipasi berkembangnya kerusuhan yang meluas.
Seperti mengeluarkan himbauan yang disampaikan media massa dan elektronik serta
mobil keliling secara kontinyu.
c. Meyakinkan Gubernur,para Bupati dan Camat di Kalimantan Tengah agar tidak
mengambil jalan pintas memulangkan suku Madura kepulau Madura.
Karena warga Madura tinggal didaerah Kalimantan Tengah sudah sejak tahun 1930
apabila Pemerintah memulangkan suku Madura ke pulau Madura akan
mengakibatkan kecemburuan social.

5
Konflik sampit ini selesai karena adanya kerendahan hati dari tokoh-tokoh Madura
untuk memulai perdamaian dan terjadilah perjanjian perdamaian antara kedua suku
apabila disalah satu pihak ada yang melanggar akan dikenakan sanksi hukum.
Untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai bentuk perdamaian dibuatlah Tugu
Perdamaian sebagai tanda perdamaian antara kedua suku. Tugu tersebut ditempatkan
di bundaran Jl. Jend Sudirman Sampit-Pangkalan bun km 3.

6
7
BAB III

PENUTUP

3.1 Analisa Masalah


Asal Usul Penyebab Terjadinya Tragedi Sampit hingga saat ini masih simpang siur.
Namun dari berbagai pendapat itu, bisa di simpulkan bahwa tragedi kerusuhan sampit ini
sebenarnya berawal dari masalah sepele atau kecil yang bisa diselesaikan secara
kekeluargaan atau jalur hukum yang ada tanpa harus mengorbankan ratusan bahkan ribuan
nyawa. Akan tetapi masalah-masalah sepele itu terjadi berulang-ulang dan tanpa penyelesaian
yang maksimal, sehingga menimbulkan suasana yang rentan akan konflik yang lebih besar.
3.2    Kesimpulan
Dari tragedi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perang sampit adalah tragedi
kemanusiaan yang terjadi antara suku Dayak dan suku pendatang Madura yang pindah
dengan tujuan melaksanakan sistem Transmigrasi yang di lakukan oleh Pemerintahan
Belanda dalam proses pemerataan penduduk.Suku Madura pindah ke Kalimantan Tengah dan
meminjam tanah kepada suku Dayak sebagai tempat untuk tinggal. Oleh karena itu, konflik
ini jangan terulang kembali. Karena jika kembali terjadi akan merusak nilai-nilai kerukunan
di Indonesia.
3.3 Saran
Sistem kekerabatan, rasa saling menghormati, menyayangi dan sikap toleransi harus lebih
di tingkatkan lagi sesama warga di Indonesia, walaupun berbeda ras, suku dan agama demi
mewujudkan Negara Indonesia yang aman, damai dan sesuai dengan semboyan Bangsa
Indonesia yang dikenal dengan “Bhineka Tunggal Ika.”

8
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit

https://me4evolution.wordpress.com/2010/10/01/asal-mula-tragedi-sampit/

Anda mungkin juga menyukai