Anda di halaman 1dari 6

INDIKATOR KINERJA KLINIK

Penanggung jawab : Ni Made Juliana Dewi


: Untuk menilai keberhasilan suatu kegiatan pelayanan keperawatan
Deskripsi :
Sistem penilain kinerja klinik dengan indikator kunci akan memberikan kesempatan kepada manager dan
staf untuk melakukan komunikasi interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama-sama dapat dilakukan evaluasi
dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan.

1. Persiapan

a. Menunjuk penanggung jawab IKK

b. Melakukan perundingan bersama kepala ruangan untuk menentukan IKK di ruang Arimbi

2. Pelaksanaan

IKK sudah ditentukan oleh kelompok dan kepala ruangan di ruangan Arimbi, adapun IKK yang telah
disepakati yaitu pemberian obat oral dan pemasangan restrain.Pemilihan 10 kompetensi ini untuk dijadikan IKK
yaitu:
Fungsi High High High Problem Skor
Risk Volume Cost Prone
Pemberian obat oral 4 4 3 4 15
Pemasangan restrain 4 1 1 4 10
BHSP 1 4 1 4 10
Cuci tangan 4 1 1 4 10
Terapi Aktivitas Kelompok 3 1 1 4 9
Melatih pasien cara
mengontrol halusinasi 2 4 1 2 9
dengan cara menghardik
Melatih pasien berhubungan
dengan orang lain secara 2 3 1 2 8
bertahap
Membimbing pasien
4 3 1 2 10
melakukan aktivitas
Membuat discharge
3 1 1 4 9
planning
Orientasi pasien baru 3 1 1 3 8

Keterangan :
High Risk : Suatu tindakan dilakukan atau tidak tetap berisiko.
High Volume : Suatu kegiatan selalu dilakukan lebih dari 50% dari sasaran atau target.
High Cost : Biaya yang dibutuhkan untuk suatu tindakan tinggi atau sulit dijangkau.
Problem Prone : Suatu tindakan yang dilakukan berisiko tinggi tapi tidak disengaja

Skoring :
- 4 : Paling tinggi

- 3 : Tinggi

- 2 : Kurang tinggi
- 1 : Rendah

Key Performance Indicator


Prioritas 4 (Kritis) 3 (Sangat- 2 (Sangat 1 Skor
sangat Penting) (Penting)
Penting)
Pemberian √ 3
obat oral
Pemasangan √ 3
restrain

3. Evaluasi

a. Struktur

Persiapan dilkukan selama 3 hari dimulai dengan penetapan IKK, penetapan dan konsultastasi dengan kepala
ruangan ruang Arimbi.
b. Proses

Pelaksanaan IKK diawali dengan konsultasi dengan kepala ruangan tentang kompetensi yang akan dijadikan
IKK, dimana nantinya IKK ini akan dilanjutkan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi, dan pelaksanaan IKK sudah
sesuai dengan waktu dan rencana yang direncanakan.
c. Hasil

1) Kegiatan IKK diikuti oleh perawat associate

2) Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.

3) Setelah dilakukan IKK didapatkan hasil bahwa pemberian obat oral dan komunikasi terapeutik merupakan 2
kompetensi yang paling sering dilakukan IKK di ruang Arimbi.

4. Hambatan

Tidak terdapat kesulitan dalam menentukan IKK diruangan karena kepala ruangan sudah memfasilitasi dengan baik
sehingga kegiatan penentuan IKK ini berjalan dengan lancar.
5. Dukungan

Kepala ruangan, pembimbing klinik dan akademik serta konselent lainnya sangat mendukung pelaksanaan IKK.

INDIKATOR KINERJA KLINIS (IKK)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi perawat dan bidan di rumah sakit dan
Puskesmas, merupakan salah satu upaya yang telah dirintis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan perawat dan bidan dilapangan klinis. Sistem dan model yang dikembangkan dalam SPMKK adalah sesuatu
yang baru di Indonesia dan mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi untuk mendorong perawat dan bidan dalam
meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara profesional.
Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling menunjang antara lain : standar,
deskripsi pekerjaan, indikator kinerja, refleksi diskusi kasus, sistem monitoring dan pelatihan keterampilan
manajerial. Tujuan dari penyusunan pedoman dan instrumen penerapan SPMKK ini adalah untuk memberikan
gambaran yang jelas bagi pelatih dalam menerapkan SPMKK, sehingga pengembangan dan kesinambungan SPMKK
akan tetap dapat dipertahankan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dan pelayanan
kesehatan umumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang rumusan masalahnya yaitu :
1. Pengertian IKK
2. Tujuan IKK
3. Manfaat IKK
4. Langkah-langkah menyusun Indikator Kinerja Klinis

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian IKK
2. Untuk mengetahui tujuan dari IKK
3. Untuk mengetahui manfaat IKK
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menyusun IKK

BAB II
INDIKATOR KINERJA KUNCI

A. Pengertian IKK
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem
manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting
kedua adalah Performance Measurement, yaitu bagaimana mengukur kinerja.Mengukur kinerja dapat dilakukan
dengan melakukan analisa kinerja melalui pengukuran indikator kunci (Key Indicator), analisis kepuasan pelanggan
melalui survey, analisa teknologi atau kualitas suatu produk jasa dalam pelayanan kesehatan dan mengelola
penyimpangan. Untuk mengukur kinerja perawat atau bidan pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja kunci
dengan cara melakukan monitoring. Indikator Kinerja Kunci( IKK).
1. IKK adalah variabel untuk mengukur prestasi kegiatan P&B dalam waktu tertentu. IKK dirumuskan dalam bentuk
kuantitas untuk mengukur pelaksanaan SOP asuhan keperawatan.
2. Variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung
(WHO,1981)
3. Variable yang mengindikasikan/kecenderungan situasi, untuk mengukur perubahan(Green,1992)
4. Pengukuran tidak langsung suatu peristiwa (event) atau suatu kondisi (Wilson & Sapanuchart, 1993).

1. Indikator IKK
Sistem klasifikasi indikator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana kontinum: antara input -
output
a. Indikator In-put: Merujuk pada sumber-sumber/fasilitas untuk melakukan kegiatan antara lain: personel ,
alat/fasilitas, informasi, dana, peraturan/kebijakan
b. Indikator Proses: Memonitor tugas atau tindakan / kegiatan yang dilaksanakan
c. Indikator Out-put/Effect : Mengukur hasil kegiatan mencakup pengetahuan, sikap, ketrampilan,/perubahan perilaku
yang dihasilkan dari tindakan (jangka pendek)
d. Indikator Outcome: Mengukur/menilai perubahan atau dampak suatu program dalam jangka panjang, contoh
perubahan status kesehatan masyarakat.

2. Tujuan IKK
IKK bertujuan untuk mengidentifikasi indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinik yang memerlukan
pertimbangan yang selektif dan membangun konsensus diantara manajer lini pertama dan staf, sehingga apa yang
akan dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah pihak.
3. Manfaat IKK
IKK bermanfaat sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan klinik yang dilakukan
petugas kesehatan.

4. Karakteristik Indikator (WHO-DEPKES, 1998)


a. Sahih (Valid): benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang dinilai
b. Dapat dipercaya (reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang
maupun yang akan datang.
c. Sensitif: cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak
d. Spesifik: memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak tumpang tindih
e. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang diukur dan kritikal. Contoh perawatan bedah—pre/post -op

5. Langkah-langkah menyusun IKK


a. Pengumpulan data.
Data yang perlu dikumpulkan dalam rangka menyusun IKK bagi adalah kegiatan-kegiatan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat.
b. Penyusunan IKK
Untuk menyusun IKK perlu dilakukan analisis terhadap sifat tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan yaitu
tindakan yang bersifat kritis, serta tindakan yang dilakukan berdasarkan kompetensi. Selanjutnya setiap tindakan
tersebut dianalisis dengan analisis indikator : input, proses, output danoutcome.

c. Menetapkan IKK
Setelah tersusun rincian dari semua asuhan keperawatan selanjutnya disepakati oleh perawat dan bidan indikator
kuncinya. Indikator kunci merupakan indikator kinerja klinik yang sangat spesifik dan sangat urgent.
d. Menyepakati IKK sebagai dasar untuk penilaian dan evaluasi kinerja.
Setelah tersusun IKK selanjutnya adalah menyepakati bahwa indikator yang telah disusun akan menjadi area untuk
melakukan penilaian dan evaluasi kinerja klinik. Pada tahapan ini disepakati bahwa IKK yang disusun sebagai dasar
untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja.

B. Kinerja
Kinerja (performance) sama dengan prestasi kerja. Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu
kompetensi dan produktifitas. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya (tupoksi)
individu. Apa yang terjadi dalam suatu pekerjaan atau kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi
suatu pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja) Penggunaan
indikator kinerja kunci bersumber dari fungsi-fungsi esensial yang diterjemahkan kedalam kegiatan /tindakan dengan
landasan standar yang jelas dan tertulis.
1. Pengertian Kinerja
a. Kinerja: catatan tentang hasil-hasil yg diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan / kegiatan dalam kurun waktu
tertentu ( Benardin & Russel, 1993).
b. Kinerja: keberhasilan sesorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan ( As’ad, 1991)
c. Kinerja: apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya ( Gilbert,1977)
d. Kinerja: penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi ( YASLIS
ILYAS,2002).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang antara lain:
a. Faktor individu mencakup kemampuan, ketrampilan baik pisik maupun mental, latar belakang kehidupan keluarga,
pengalaman, tingkat sosial dan deografi.
b. Faktor psikologis mencakup persepsi individu, peran, sikap, kepribadian(personality) motivasi, kemauan untuk
belajar, dan kepuasan kerja.
c. Faktor organisasi mencakup hal-hal tentang struktur organisasi, kepemimpinan, SDM, desain pekerjaan, sistem
reward (penghargaan) dan Yaslis Iliyas (2002) menambahkan supervisi & kontrol sebagai bagian terpenting dalam
mengendalikan kinerja.

2. Tujuan
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok, setinggi-tingginya. Peningkatan
prestasi kerja perorangan dan pada akhirnya akan mendorong kinerja staf.
b. Merangsang dan menumbuhkan minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi
pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaannya, sehingga jalur
komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.

3. Indikator Kinerja Klinis


Pengembangan dan manajemen kinerja pada dasarnya sebuah proses dalam manajemen sumber daya
manusia. Implikasi dari kata manajemen berarti proses diawali dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan
evaluasi. Kata “ klinis” menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada pada tatanan pelayanan klinis
langsung untuk memberikan asuhan keperawatan. Secara garis besar ada lima kegiatan utama yaitu:
a. Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh seorang perawat atau bidan dan disepakati oleh
atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan kontribusi berupa hasil kerja (out put).
b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan
standar prestasi dan tolok ukurnya.
c. Melakukan monitoring, koreksi, memfasilitasi serta memberikan kesempatan untuk perbaikan.
d. Menilai prestasi kerja (kinerja) perawat atau bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi aktual dengan
standar yang telah ditetapkan.
e. Memberikan umpan balik kepada perawat atau bidan yang dinilai berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada
kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara perbaikannya.untuk meningkatkan prestasi
kerja berikutnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem
manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting
kedua adalah Performance Measurement, yaitu bagaimana mengukur kinerja.Mengukur kinerja dapat dilakukan
dengan melakukan analisa kinerja melalui pengukuran indikator kunci (Key Indicator), analisis kepuasan pelanggan
melalui survey, analisa teknologi atau kualitas suatu produk jasa dalam pelayanan kesehatan dan mengelola
penyimpangan. Untuk mengukur kinerja perawat atau bidan pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja kunci
dengan cara melakukan monitoring Indikator Kinerja Kunci (IKK).

B. Saran
Indikator Kinerja Klinis sangat penting untuk meningkatkan kualitas kinerja klinis dalam memberi asuhan
kepada pasien secara holistik sehingga perawat harus paham tentang indikator kinerja klinis karena berhubungan
dengan peningkatan kinerja dari tindakan keperwatan yang dilakukan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai