Anda di halaman 1dari 15

1.

Definisi BBLR
Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram. BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Neonatus dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat
kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010). BBLR
dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

Berdasarkan IDI (2014), BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa maemandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Menurut Hasan & Alatas (2005),
bayi yang berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal
2499 gram.

2. Klasifikasi BBLR

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya.


Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara
lain:

 Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat
lahir 1500–2499 gram.
 Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
dengan berat badan lahir 1000–1499 gram.
 Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight
(ELBW) dengan berat badan lahir <1000 gram (Meadow &Newell, 2005).

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

 Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi dengan masa


kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit
tipis, transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.
 Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan berat badan
kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut
menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (Surasmiet
al., 2003;Syafrudin &Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).

3. Faktor Resiko BBLR


Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ibu
dan faktor janin (Mitayani, 2011). Faktor dari ibu meliputi
 Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta
kelainan kardiovaskuler.
 Gizi ibu hamil keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
oleh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
 Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
 Keadaan sosioal ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap
timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang
baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
 Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan
ibu yang perokok.
Faktor janin antara lain yaitu :
 Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain
kehamilan ganda, hidroamnion, polihidramnion, plasenta previa dan cacat
bawaan (Surasmi, Handayani,dan Kusuma, 2003). Status pelayanan
antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan
tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan
kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR (Sistiarani, 2008).

4. Manifestasi Klinis BBLR


Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut (Mitayani, 2011) :
 Panjang badan kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
 Masa gestasi kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar dari tubuh
 Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
 Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar
 Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora
 Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum
sempurna
 Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan
sering mendapat apnea
 Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan
belum sempurna
Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut (Sistiarani, 2008) :
 Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membran
hialin yang melapisi alveolus paru.
 Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena refleks
menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan
perawatan yang baik.
 Perdarahan intreventikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral
biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi bersamaan dengan
pembentukan membrane hialin pada paru.
 Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi premature disebabkan
oksigen yang berlebihan.
 Hiperbilirubenemia karena kematangan hepar. Sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna

5. Patofisiologi BBLR
Menurut WHO (2004) faktor etiologi yang berkontribusi menyebabkan
kejadian berat badan lahir rendah dari faktor ibu terutama di negara-negara
berkembang meliputi penggunaan tembakau ( merokok, konsumsi tembakau
kunyah, dan tembakau untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat
badan rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis kelamin janin, tubuh
pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka mordibitas umum, dan faktor
risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan jenis-jenis polusi udara (WHO,
2004).

Patofisiologi dari bayi meliputi :

 Pengendalian suhu

Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang abnormal di sebabkan oleh


produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan
untuk menghasilkan panas yang adekuat di sebabkan tidak adanya jaringan
adiposa coklat (yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi),
pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan
masukan makanan yang rendah. Kehilangan panas yang mengikat karena
adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak
subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh
panas immatur dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan
untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian
disebabkan oleh mekanisme keringat yang belum sempurna, demikian juga
tidak adanya lemak subkutan.

 Sistem pencernaan

Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil/lemah refleks menghisap


dan menelan, bayi yang kecil tidak mampu minum secara efektif dan
regurgutasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan
karena mekanisme penutupan sfingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung
dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit
lipatan mukosa, glandula sektretoris, demikian juga otot kurang
berkembang.

 Sistem pernafasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru-paru
pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya
sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin matur
bayi dan lebih berat badannya maka akan semakin besar alveoli. Ritme dari
dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, seingkali ditemukan apnea,
dalam keadaan ini harus dihitung selama 1 menit untuk perhitungan yang
tepat.

 Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi pretem kerjanya
lambat dan lemah.Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar
pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus
menutup secara berangsur-angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari
dinding pembuluh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab dari
timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi
peterm. Tekanan darah lebih rendah di bandingkan dengan bayi aterm.
Tekanan menurun dengan menurunnya berat badan. Tekanan sistolik bayi
aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45-60 mmHg. Tekanan
diastolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dari pada bayi preterm 45-60 mmHg.
Nadi bervariasi antara 100-160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia.

 Sistem urinari Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung


pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi vital, misalnya pernafasan,
suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks
leher tonik ditemukan pada bayi ;prematur normal, tetapi refleks tendon
bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi
terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan
mempunyai tangisan yang lemah.
 Sistem genital. Pada genital wanita, labia minora tidak di tutupi labia
mayora hingga aterm. Pada laki-laki testis terdapat abdomen kenalis
inguinalis atau skrotum.

 Sistem pengindraan (penglihatan) Maturitas fundus uteri pada gestasi


sekitaar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang dapat di
ketahui yaitu immature dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24
dan 33-34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika
diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama.

6. Pencegahan BBLR
Terdapat beberapa pencegahan terjadinya BBLR pada bayi yaitu (Mitayani,
2011) :
Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat mencegah
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum terjadi. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah kejadian BBLR :
 Meningkatkan pengetahuan calon ibu mengenai kehamilan yang sehat.
 Makan-makanan yang bergizi guna menjaga gizi ibu maupun janin yang
dikandung.
 Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan antenatal
minimal sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali
pada trisemester II dan dua kali pada trisemester III. Dengan melakukan
pemeriksaan antenatal segala bentuk kelainan ataupun gangguan pada ibu
dan janin dapat dideteksi sedini mungkin.
 Menghindari perilaku berisiko tinggi seperti merokok, minum-minuman
beralkohol karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.

Pencegahan Sekunder
 Menegakkan diagnosa pada bayi BBLR
Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan dilakukan pemeriksaan
anamnesis untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR dan pemeriksaan penunjang.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya cacat, kematian, serta usaha
rehabilitasi pada bayi BBLR, yaitu dengan cara :
 Pengawasan berat badan secara ketat untuk melihat perkembangan kenaikan
berat badan bayi
 Pemberian imunisasi untuk meningkatkan kekebalan
 Pemberian vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan pada bayi baru
lahir
 Menjaga tali pusar tetap bersih untuk mencegah terjadinya infeksi

7. Pemeriksaan Fisik
Anamnesis yang dilakukan pada ibu dengan BBLR yaitu : umur ibu, Hari
pertama haid terakhir, Riwayat persalinan sebelumnya, Paritas, jarak kelahiran
sebelumnya, Kenaikan berat badan selama hamil, Aktivitas, penyakit yang
diderita, dan obat-obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi dengan BBLR yaitu : berat badan
< 2500 gram, tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan), tanda bayi cukup
bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan) (Sistiarani,
2008).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada BBLR yaitu (Mitayani, 2011) :


 Pemeriksaan skor ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
 Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat
ada tidaknya sindrom gawat napas.
 Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan terjadi sindrom
gawat napas.
 USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 2 hari unutk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan
intracranial.

9. Penanganan BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang tepat untuk
mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi :
 Pengaturan suhu tubuh/Termoregulasi Bayi BBLR
Bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau suhu tubuh
dan dapat menjadi hipotermia atau hipertermia. Hal ini disebabkan oleh
pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik atau sistem
metabolisme yang rendah. Hipotermia adalah penurunan suhu di bawah
36,50C sedangkan hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh > 37,50C.
Suhu tubuh normal terjadi jika ada keseimbangan antara produksi panas dan
hilangnya panas. Suhu tubuh dijaga pada suhu 36,5 – 37,50C.
 Mencegah infeksi dengan ketat.
Bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah dan sistem imun
yang belum matang menyebabkan bayi BBLR sangat rentan dengan infeksi.
Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi pada bayi seperti mencuci tangan sebelum memegang bayi,
membersihkan tempat tidur bayi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi.
 Pengawasan nutrisi dan ASI.
Pemberian makanan terbaik bagi bayi adalah ASI Pemberian makanan
secara dini akan mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi dan
hiperbilirubinemia. Pada bayi dengan masa gestasi 32 minggu atau kurang
atau berat badan kurang dari 1500 gram terlalu lemah untuk bisa mengisap
secara efektif atau tidak mempunyai refleks menelan yang memadai, ASI
dapat diberikan dengan menggunakan sonde lambung.
 Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukansecara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satustatus gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Syafrudin&Hamidah, 2009).
 Perawatan bayi dalam incubator
Merupakan cara pemberian perawatan pada bayi dengan dimasukkan
kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang
cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam
incubator terdapat 2 cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
 Incubator tertutup : Incubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka
apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka
incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui
hidung. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat
badan dan kondisi tubuh. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
Incubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan
suhu 270C.
 Incubator terbuka: Pemberian incubator dilakukan dengan keadaan
terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. Menggunakan lampu
pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
Membungkus dengan selimut hangat. Dinding keranjang ditutup dengan
kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara. Kepala bayi harus
ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala. Pengaturan
suhu incubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan
dibawah ini (Hidayat, 2005).

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badanlahir rendah adalah
sebagai berikut (Syafrudin&Hamidah, 2009) :
 Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan barnapas pada bayi)
 Hipoglikemi simptomatik, terutama pada laki-laki
 Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
nspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernapasan berikutnya.
 Asfiksia neonatorum
 Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin
disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
PATHWAY

Faktor ibu Faktor plasenta Faktor janin

BBLR/BBSR

Permukaan tubuh Jaringan lemak prematuritas Fungsi organ-organ belum baik


relatif lebih luas subkutan lebih tipis
Penurunan imunitas
Kehilangan panas tubuh Hati Usus Otak Mata Kulit
Pemaparan dengan
melalui kulit dan
suhu luar
kehilangan cadangan
Resiko infeksi Konjugasi Peristaltik Imaturitas Imaturitas Halus dan
energi
bilirubin usus sentrum lensa mata mudah lecet
Kehilangan panas belum belum vital
a
baik sempurna
Malnutrisi Resiko
Ketidakefektifan Retrolentral infeksi
termoregulasi Hiperbilirubin Regulasi fibroplasia pioderma
Eleminasi
Resiko kurang baik pernafasan
ketidakstabilan Retinopati Sepsis
kadar glukosa darah Ikterus
Pernafasan
periodic

Ketidakseimbangan
Reflek menelam Pernafasan Pola nafas
nutrisi : kurang dari biot tidak efektif
tidak sempurna
kebutuhan tubuh
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. ANALISA DATA
 DS : -
DO : prematuritas mengakibatkan penurunan imunitas tubuh
DX : Resiko infeksi
 DS : keluarga pasien mengatakan suhu tubuh pasien menurun
DO : jaringan lemak subkutan pasien tipis, pasien prematur
DX : Ketidakefektifan termoregulasi
 DS : -
DO : pasien tampak kurus, berat badan pasien 1700 gr, pasien lahir kurang
bulan
DX : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan immunologis yang kurang


akibat dari imaturitas

 Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan berat bayi lahir rendah


sehingga menyebabkan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak
subkutan

 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan proses pencernaan nutrisi akibat imaturitas
ditandai dengan reflek menelan tidak sempurna
3. NURSING CARE PLAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan NIC Label : NIC Label :


keperawatan selama 3 x 24 jam, Infection Control Infection Control
diharapkan tidak terjadi infeksi 1. Pertahankan teknik steril 1. Mencegah terjadinya infeksi
pada pasien dengan kriteria hasil : dalam perawatan invasif silang yaitu infeksi nosokomial
NOC Label : Infection Severity, pasien. pada pasien.
1. Tidak terjadi peningkatan 2. Lakukan penerapan five 2. Memaksimalkan proteksi
maupun depresi jumlah moments hand washing salah pencegahan infeksi pada
leukosit akibat infeksi satunya sebelum melakukan pasien.
2. Tidak adanya tanda-tanda tindakan perawatan pada 3. Lingkungan merupakan salah
infeksi akibat dari pasien. satu agen bakteri yang dapat
ketidakstabilan suhu tubuh 3. Bersihkan lingkungan menyebabkan infeksi
3. Suhu kulit normal (36,5- dengan baik setelah kontak 4. Mengurangi faktor resiko
37,50C). dengan pasien terjadinya infeksi
4. Bersihkan tali pusat pasien
NIC Label : NIC Label :
Infection protection Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui adanya gejala dan
infeksi sistemik maupun tanda infeksi sehingga
local. mempercepat proses
2. Dorong masukan cairan, pencegahan perparahan infeksi
nutrisi dan istirahat yang pada luka pasien. .
adekuat.
3. Ajarkan keluarga tanda dan 2. Mengoptimalkan pemberian
gejala infeksi cairan, nutrisi dan istirahat
pada pasien.
3. Memberdayakan pasien dan
keluarga untuk turut berperan
aktif dalam pengontrolan
infeksi pada pasien.
2 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan NIC Label : NIC Label :
termoregulasi keperawatan selama 3 x 24 jam, Perawatan bayi : Prematur Perawatan bayi : Prematur
diharapkan pasien mampu 1. Letakkan bayi diatas infant 1. Pada bayi prematur masih
mempertahankan suhu tubuh warmer belum mampu mengkontrol
dengan kriteria hasil : 2. Berikan perawatan bayi dan suhu tumbuh akibat dari
NOC Label : Termoregulasi bayi berikan nutrisi pada bayi imaturnya kontrol suhu dan
baru lahir 3. Sokong tubuh bayi dengan penurunan lemak subkutan
1. Pasien tidak mengalami gulungan pada punggung, 2. Pemberian nutrisi dan
penurunan suhu tubuh nesting, bunting, dan bantal. perawatan bayi bertujuan
sehinggaa suhu tubuh pasien 4. Observasi suhu tubuh pasien agar bayi dapat berkembang
menjadi stabil 5. Kolaborasi pemberian infus sehingga organ yang imatur
2. Berat badan pasien glukosa 5% apabila ASI tidak dapat berkembang
mengalami peningkatan memungkinkan untuk 3. Menjaga posisi bayi dan
3. Akral pasien hangat diberikan mencegah perubahan
bentuk tubuh pasien
4. Mengetahui penurunan dan
peningkatan suhu tubuh
melalui pengukuran dengan
menggunakan alat
thermometer
5. Pemberian glukosa 5%
bertujuan untuk
memberikan cadangan
makanan apabila ASI tidak
dapat diberikan.

3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Manajemen nutrisi NIC Label : Manajemen nutrisi
nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Lakukan observasi BAB 1. Deteksi adanya kelainan
kebutuhan tubuh diharapkan tidak terjadi infeksi dan BAK jumlah dan pada eleminasi pasien dan
pada pasien dengan kriteria hasil : frekuensi serta konsistensi segera mendapatkan
NOC Label : Status nutrisi bayi 2. Monitor mukosa dan intervensi yang sesuai
1. Pasien mengalami turgor kulit 2. Mengetahui derajat hidrasi
peningkatan berat badan 3. Berikan ASI sesuai dengan dari muksa mulut dan turgor
sesuai tujuan kebutuhan pasien kulit
2. Pasien menunjukkan 4. Monitor berat badan setiap 3. ASI merupakan nutrisi yang
peningkatan reflek menelan harinya pada jam yang paling baik bagi bayi
3. Pasien tidak mengalami sama dengan bera lahir rendah
penurunan berat badan 4. Monitor peningkatan berat
4. Intake cairan dan nutrisi badan maupun penurunan
pasien adekuat berat badan pada pasien

Anda mungkin juga menyukai