Dosen Pengajar :
Ari Damayanti W.,S.kep.,Ns.,M.kep
Disusun Oleh :
Kelompok II
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Atresia
Ani” ini dengan tujuan untuk mengetahui teori tentang Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Atresia Ani.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan di dalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................... 5
BAB 3 ASKEP
3.1 Fokus Pengkajian .......................................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 18
3.3 Intervensi ...................................................................................................... 19
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
4.2 Saran ............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terbanyak di temukan pada pengamatan dari tahun 2000-2013
kasus atresia ani meningkat menjadi 29,3 kasus/tahun dan 9 bayi di
antaranya meninggal (lihat laporan Madi dkk, 2005., sarkar dkk,
2013: Sawrdekar, 2005: dan Takasande dkk, 2010)
5
BAB 2
TINJAUAN KONSEP
6
2.2 Anatomi dan fisiologi
7
2.2.5 Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung
sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan
dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang
pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak
horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap
infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
2.2.6 Kolon transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada
dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.
2.2.7 Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
2.2.8 Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S,
ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
2.2.9 Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sacrum dan os koksigis. Organ ini berfungsi untuk tempat penyimpanan
feses sementara.
2.2.10 Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar
pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter:
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
8
2.3 Etiologi
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun
ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan
oleh :
2.3.1 Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
2.3.2 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anu` s.
2.3.3 Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau 3 bulan.
2.3.4 Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih
jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab
atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier
penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi
carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi
yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto,
2001).
Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan
kongenital saat lahir, seperti :
1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan
anomali pada gastrointestinal.
2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada
genitourinari.
9
2.4 Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari
embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang
menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan
struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang
keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan
sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari
atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator): rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai
dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
2. Intermediate: rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak
antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
10
2.5 Pathway
11
2.6 Klasifikasi
12
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering
ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses
keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius.
Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di
kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan
timbul:
2.9 Komplikasi
2.9.1 Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2.9.2 Obstruksi intestinal
2.9.3 Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
2.9.4 Komplikasi jangka panjang:
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu:
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau
colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir.
13
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
14
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius.
15
BAB 3
ASKEP
3.1 Pengkajian Fokus
3.1.1 Pengkajian
Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi:
a. Pola Persepsi Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan
perawatan di rumah.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi
pada pasien dengan atresia ani post tutup kolostomi.
Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual
dan muntah dampak dari anastesi.
c. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan
paru maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena itu pada
pasien atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus,
sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari
kelemahan otot.
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran,
penciuman dan daya ingatan masa lalu dan ketanggapan
dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena
nyeri pada luka insisi.
g. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
16
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body
image, body comfort. Tidak terjadi perilaku distraksi, gelisah,
penolakan karena dampak luka jahitan operasi.
h. Pola Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum
dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung
jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat
reproduksi.
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah
keuangan, dan rumah.
k. Pola Keyakinan
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya
dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat
memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
biasanya anus tampak merah, usus melebar, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam waktu 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.
2. Post Operasi
17
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
c. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kebutuhan perawatan dirumah.
18
Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika
tindakan operasi tersebut dilakukan.
c.) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana
rasa takut dapat ditujukan.
d.) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi
ansietas.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri berkurang
KH: 1.) Klien mengatakan nyeri berkurang
2.) Skala nyeri 0-1
3.) Ekspresi wajah terlihat rileks
Intervensi:
a.) Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri.
Rasional : Bantu klien untuk menilai nyeri dan sebagai temuan dalam
pengkajian.
b.) Ajarkan klien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Membantu dalam menurukan atau mengurangi persepsi
atau respon nyeri.
c.) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan anjurkan klien untuk istirahat.
Rasional: Memberikan kenyamanan untuk klien agar dapat istirahat.
d.) Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai advis dokter.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
19
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi.
b.) Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan dengan benar dan menggunakan
sabun anti mikroba.
Rasional : Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting untuk mencegah
infeksi di rumah sakit.
c.) Pertahankan teknik aseptik pada perawatan luka.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
d.) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi luka.
e.) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Peningkatan leukosit menunjukkan adanya infeksi.
d. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan perawatan
dirumah.
Tujuan: Pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atresia ani artinya tidak ada atau tidak berada pada tempatnya.
Atresia ani merupakan kelainan dalam perkembangan bayi saat masih
dalam kandungan, penyebabnya tidak diketahui, namun diduga faktor
genetik sedikit berperan. Diagnosis dibuat segera setelah bayi
dilahirkan (rutinitas/SOP), dimana tiap bayi baru lahir diperiksa anusnya
ada atau tidak, tersumbat atau tidak.
Namun demikian, terjadi juga keadaan ini tidak terdeksi, dan baru
diketahui setelah bayi tidak bisa BAB dan terlihat gejala sumbatan
diusus. Untuk memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya,
dilakukan pemeriksaan rongsen plus zat kontras. MRI atau CT scan dan
juga bisa menentukan jenis dan ukuran atresia.
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan
atresia ani. Yaitu berupa membuat saluran darurat didinding perut bayi
(colostomy) untuk mengeluarkan feses, setelah bayi berusia 1 tahun
baru bisa dilakukan operasi pembuatan anus.
4.2 saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang penyakit atresia ani dan dengan sigap menangani
dan mengetahui bagaimana cara menangani bayi dengan masalah
atresia ani.
21
DAFTAR PUSTAKA
Haryono. Rudi, 2013. Jurnal Penanganan Atresia Ani Pada Anak. Vol. 1. No. 1.
Diakses pada Agustus 2016
Muslim. Choirul dkk. 2016. Jurnal Beberapa Kejadian cacat Bawaan Lahir.
Makassar. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2016
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. EGC. Jakarta.
22