LITERATURE REVIEW
Disusun oleh :
Nim : 1608.14201.484
MALANG
2020
i
SKRIPSI
LITERATURE REVIEW
Malang
Disusun oleh :
Nim : 1608.14201.484
MALANG
2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Sekolah
LITERATURE REVIEW
Florentina Narus
NIM.1608.14201.484
Malang,….Agustus 2020
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Florentina Narus
1608.14201.484
Nurma Afiani.,S.Kep.,Ners.,M.Kep ( )
Penguji II
Mengetahui
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Skirpsi ini dibuat untuk memenuhi syarat akhir dari program studi
S.Kep. Akan tetapi peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
pengalaman dan kemampuan penulis melihat fakta dan realita yang ada serta
pihak dalam proses penyelesaian skirpsi ini. Penulis ingin memberikan ucapan
terima kasih yang mungkin hanya bisa dituliskan dalam skirpsi kepada :
Malang.
3. Abdul Qodir, S.Kep., Ners., M.Kep selaku kaprodi pendidikan Ners STIKes
v
8. Teman-teman S1 Pendidikan Ners angakatan 2016 yang telah memberikan
skripsi ini.
atas amal ibadah yang diberikan dan semoga skirpsi ini berguna, baik bagi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini, masih jauh dari kata
terdapat pada diri penulis, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat
Florentina Narus
vi
ABSTRAK
Hasil: Dari 10 artikel hasil pencarian yang sesuai didapatkan 8 artikel meneliti
mengenai pengetahun dan modifikasi gaya hidup dan 2 artikel meneliti mengenai
hubungan persepsi diet, self management dan kepatuhan pengobatan yang
dilakukan secara rutin dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien diabetes
mellitus terutama pada aspek pengetahuan tatalaksana diabetes mellitus.
vii
ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a chronic disease that can affect quality of life.
Control of type 2 diabetes mellitus is strongly influenced by the compliance of
people with diabetes mellitus in the process of dietary adherence, exercise and
medication adherence. The level of compliance with diabetes mellitus in the
process of diet, exercise and drug use is influenced by several factors, one of which
is the patient's perception. To improve the quality of life of people with diabetes
mellitus, knowledge of diabetes mellitus management is needed.
Method: This study used a literature review method based on an empirical study
of the last five years with 10 articles in Indonesian and English according to the
keywords in the search that match the inclusion and exclusion criteria.
Result: Out of 10 articles, it was obtained 8 articles that study knowledge and
lifestyle modification and 2 articles examining the correlation between perceptions
of diet, self management and medication adherence which is carried out routinely
can improve the quality of life in diabetes mellitus patients, especially in the
knowledge aspect of diabetes mellitus management. .
viii
DAFTAR ISI
ix
5. Komplikasi DM ........................................................................................ 32
6. Faktor Risiko Diabetes Melitus ............................................................... 34
G. Hubungan pengetahuan Tatalaksana Diabetes Melitus dengan modifikasi
pola hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 ................................................ 36
H. TATALAKSANA DIABETES MELITUS TIPE 2 ........................................ 37
I. KERANGKA TEORI ................................................................................... 43
BAB III METODE ............................................................................................. 44
A. Literature Review .................................................................................... 44
B. Strategi Pencarian Literature .................................................................. 44
2. Kata kunci ............................................................................................... 45
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ...................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN ANALISA JURNAL ...................................................... 47
A. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi.......................................................... 47
B. Daftar Hasil Analisa Artikel ..................................................................... 49
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 54
A. Karakteristik Studi ..................................................................................... 54
1. Desain penelitian ..................................................................................... 54
2. Teknik Sampling ...................................................................................... 55
4. Instrumen Penelitian ............................................................................... 57
5. Analisis Data ........................................................................................... 57
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 57
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 60
A. Kesimpulan .............................................................................................. 60
B. Conflict Of Interest .................................................................................. 60
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 63
Lampirn………………………………………………………………………………64
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
pasien DM tipe 2
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gula darah dan adanya gangguan metabolism seperti karbohidrat, lipid dan
protein. Hal ini terjadi karena insulfisiensi fungsi insulin, yang disebabkan
oleh gangguan produksi insulin oleh sel beta dan kelenjar pankreas bisa
glukosa di dalam darah melebihi dari batas normal. Hal ini terjadi karena
mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tubuh tetap dalam
1
2
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035 dan
Indonesia menempati urutan ke-7 di seluruh dunia. Dari 382 juta penderita
kematian tertinggi di dunia. Di tahun 2015 tercatat sebanyak 415 juta orang
dengan diabetes, terjadi peingkatan lebih tinggi yaitu 4 kali lipat dari 108
juta di tahun 1980. Di perkirakan Pada tahun 2040 jumlah orang yang
Diabetes dapat dicegah dengan banyak cara yaitu kontrol glikemik yang
optimal dan secara rutin, diet yang teratur, olahraga sesuai dengan aturan
atau anjuran dokter dan minum obat secara rutin. Kontrol glikemik yang
kontrol glikemik, tetapi belum tercapai. rerata HbA1c masih 8%, dan masih
di atas target yang diinginkan yaitu 7%. Oleh karena itu diperlukan suatu
Diabetes Melitus di tahun 2000 dengan jumlah 171 juta orang dan
diperkirakan akan meningkat sampai 366 juta orang pada tahun 2030.
Melitus tipe 2 akan meningkat pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,1%, jumlah
ini lebih tinggi dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 1,1%. Provinsi Jawa
Data dari Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2014, pasien dengan
Dinoyo dan Janti. Pada pasien rawat jalan Diabetes Melitus, asupan makan
2018).
nutrisi medis atau Diet (TNM) dan Terapi farmakologi. (Berawi & Putra,
2015).
Gaya hidup bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor sosial. Faktor sosial
2016).
merubah perilaku dari penderita dan hal ini sangat diperlukan untuk
2016) .
Melitus dikatakan bahwa banyak dari pasien kunjungan lama yang belum
Militus Terhadap Modifikasi Pola Hidup Pada Pasien Diabetes Militus Tipe
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya.
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
7
8
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses
a. Awareness (kesadaran)
Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang)
d. Trial
Sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan yang
e. Adaption
2. Tingkat Pengetahuan
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan
tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur
orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan,
b. Memahami (Comprehention)
suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan juga
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi
d. Analisis (Analysis)
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
a. Pendidikan
termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk
b. Pekerjaan
c. Umur
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
d. Faktor Lingkungan
kelompok.
e. Sosial Budaya
c. Apabila pasien tidak paham mengenai penyakit Diabetes Melitus dan tidak
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner
yang terdiri dari kuesioner data diri pasien dan kuesioner pengetahuan.
Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 20 pernyataan dengan jawaban Benar dan
Salah. Menjawab benar dengan skor 2, jika salah diberi skor 1. Untuk jawaban
mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi,
hiperglikemia. Terdapat beberapa tipe diabetes yang merupakan akibat dari interaksi
kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Beberapa proses patologis
terlibat dalam terjadinya diabetes, mulai dari perusakan sel β pada pankreas dengan
insulin. seseorang sering bergantung pada keadaan pada saat diagnosis ditegakkan,
dan banyak penderita diabetes yang sulit untuk dikelompokkan dalam satu tipe
1. Edukasi
2. Perencanaan makanan
3. Latihan Jasmani
jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit),
4. Intervensi Farmakologi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.Obat hipoglikemik oral,
Putra, 2015).
a) Sulfonilurea
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
14
a) Metformin
b) Tiazolidindion (TZD).
yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini
hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara berkala.
Linagliptin.
mendapat approvable letter dari Badan POM RI pada bulan Mei 2015.
pernyataan 15 nomor dengan jawaban ya dan tidak. Jika Ya diberi nilai 2 dan
perilaku. Modifikasi juga dapat diartikan untuk merubah perilaku tidak adaptif
menjadi adaptif (Sunardi, 2010). Gaya hidup adalah pola Hidup seseorang yang
diekspresikan dalam aktifitas dan minat dari orang itu sendiri. Gaya hidup
alcohol, tidur yang cukup, menurunkan berat badan yang berlebih, mengatur
pola makan, dan berolahraga yang teratur untuk membakar lemak dan kalori
yang berlebih adalah gaya hidup sehat wajib dijalani penderita DM. Modifikasi
gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol kadar
konsumsi Garam. Konsumsi makan\an lebih baik dan peningkatan aktifitas fisik
tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara
1. Diet
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass
Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
kelebihan berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
IMT =
Tujuan diet:
normal
menyebabkan pingsan
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama
malasan.
seminggu dengan jarak antar latihan tidak lebih dari 2 hari yang
dalam seminggu.
Bagi sebagian besar pasien DMT2, latihan fisik seperti jalan cepat,
sedang.
minimal 150 menit per minggu dengan intensitas sedang atau berat.
sedikitnya 10 menit per sesi dan sesi ini dapat dilakukan sepanjang
maksimal, atau 1-RM) atau berat (75- 80% dari 1-RM). Latihan
bagian atas, tubuh bagian bawah, dan core/ inti) dan melibatkan
set.
dianjurkan. Kombinasi latihan yang dilakukan tiga kali seminggu pada individu
dengan DMT2 akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengendalian
saja. Namun, hingga saat ini, berbagai penelitian menunjukkan bahwa total
durasi latihan dan pengeluaran kalori yang paling besar dapat dicapai dengan
dilakukan pada hari yang sama. Belum ada penelitian yang melaporkan
bahwa latihan yang dilakukan setiap hari tapi berselangseling akan lebih
efektif, atau mempelajari efek dari kombinasi latihan isokalori pada glukosa
darah. Selain itu, tidak ada bukti yang nyata mengenai manfaat berbagai
22
bentuk latihan yang lebih ringan, seperti yoga dan tai chi, dalam mengontrol
Latihan Kelenturan
mencakup beberapa latihan kelenturan, dan hal ini penting terutama bagi
individu dengan DMT2 yang berusia lebih tua dan lebih berisiko untuk jatuh.
Latihan kelenturan perlu untuk dilakukan tapi bukan untuk menggantikan jenis
peningkatan kadar glukosa darah (pra, selama dan pasca latihan). Pencatatan
klien. Klien penderita diabetes seringkali diberikan berbagai obat untuk kondisi
atau penyakit penyerta, antara lain obat diuretik, beta blocker, inhibitor
beberapa pengecualian:
3. Pendidikan Kesehatan
4. Obat
dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah
Golongan Sulfonilurea
12-24 jam. Sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Karena hampir
sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien DMT2 dengan gangguan
dan usus, maka dapat diberikan pada pasien DMT2 dengan ganguan
fungsi hati dan gangguan fungsi ginjal yang tidak terlalu berat. Pasien
tanpa tanda akut dan dapat menimbulkan gangguan pada otak sampai
koma.
25
Meglitinid
dan gangguan fungsi ginjal yang lanjut dengan laju filtrasi glomerulus ≤ 30
mL/min/1.73 m.
Biguanid
Golongan Tiazolidinedion
peningkatan resiko fraktur baik pada wanita maupun pria. Insiden fraktur
glikemik yang buruk. Insulin juga dapat diberikan pada kasus-kasus DMT2
yang baru dikenal dengan penurunan berat badan yang hebat dan dalam
1. Mulai dengan dosis 8–10unit long acting insulin (insulin kerja panjang)
bertahap. Apabila kadar glukosa darah belum terkontrol, titrasi dosis dapat
1. Naikan dosis 2 unit bila glukosa darah puasanya di atas 126 mg/dl
2. Naikan dosis 4 unit bila glukosa darah puasanya di atas 144 mg/dl
Titrasi dosis ini dapat dilakukan selama 2-3 bulan pertama sampai kadar
1. Definisi DM
komplikasi baik yang akut maupun yang kronis atau menahun apabila tidak
hidupnya akan bergaul dengannya. (Diabetes, Tipe, Rs, & Batang, 2015).
dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula
2. Manifestasi Klinis
Melitus diantaranya:
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam
(PERKENI, 2015).
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe
diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di
b. Diabetes tipe 2
faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO,
2014).
c. Diabetes gestational
glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan
dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen
insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).
31
4. Patofisiologi DM
sel yang memproduksi insulin beta pancreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut
insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014). National Institute
penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu.
Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan
Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang
insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan
5. Komplikasi DM
1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis diabetic
(Soewondo, 2006).
(makrovaskuler) diantaranya:
(Widiastuti, 2012).
2) Penyakit serebrovaskuler
2008).
a) Gaya hidup
minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu
c) Obesitas
dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah.
normal. Bila tidak dapat diatasi maka akan trjadi gangguan Toleransi
a) Usia
tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering
yang memiliki ibu penderita DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali
lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita
DM. Apabila kedua orangtua menderita DM, maka akan memiliki risiko
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam, penduduk
beberapa yang tertinggi di dunia baru saja ditemukan pada etni Indian pima
(ADA, 2009).
pada DM pada kehamilan adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari
yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (ADA,
2012).
semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin
terapi farmakologi (Ariani, 2012). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang harus
pasien diabetes melitus. Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang
37
menentukan gaya hidup pasien diabetes mellitus (Alfiani, Yulifah, & Sutriningsih,
2017).
Dalam penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari terapi farmakologi dan non
farmakologis. Terpi farmakologi terdiri dari obat oral dan suntikan. Terapi non
farmakologi yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola
makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkakan aktivitas jasmani, dan
edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus yang
dilakukan secara terus menerus. Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non
medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan
komplikasi antara lain dengan cara rutin memeriksakan diri, seperti guna mencegah
agar tidak terjadi retinopati diabetik, penderita dengan rutin memeriksakan kesehatan
matanya minimal satu tahun sekali. Penderita diabetes juga harus rajin merawat dan
memerikan kaki, guna menghindari terjadinya kaki diabetik dan kecacatan yang
Dalam mengobati pasien DMT2 tujuan yang harus dicapai adalah meningkatkan
jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan penatalaksanaan jangka pendek adalah
menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai
38
menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu
penatalaksanaan diabetes secara lebih dini dan lebih cepat sehingga kadar glukosa
darah puasa, glukosa darah setelah makan, variabilitas glukosa darah, HbA1c, tekanan
darah, berat badan dan profil lipid dapat dikendalikan. Hal ini dapat tercapai melalui
penting pada terapi non farmakologis adalah monitor sendiri kadar glukosa
pasien. Latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama 30 menit/
kali), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-
hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, dan berkebun harus
tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang.
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
nutrisi medis ini bersifat bersifat individu. Secara umum, terapi nutrisi medis
2) Diet Diabetes
faktor koreksi. Faktor koreksi ini meliputi jenis kelamin, umur, aktivitas, dan
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
1. Jenis Kelamin
kalori pada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BBI dan
2. Umur
3. Aktivitas Fisik
sangat berat.
4. Berat Badan
yaitu apakah obes I atau obes II). Pada pasien dengan underweight,
3) Komposisi Makanan
asupan lemak yang dianjurkan adalah sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori
total. Asupan lemak ini tidak diperkenankan melebihi 30% dari kebutuhan
kalori total. Persentase asupan lemak jenuh yang dianjurkan adalah kurang
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah bahan makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak
kebutuhan kalori total. Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan,
udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
PGD perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari atau
sekitar 10% dari dari kebutuhan kalori total. Anjuran asupan natrium untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g
diperlukan yaitu tidak lebih dari 2,4g garam dapur. Sumber natrium antara
lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk
Pemanis bergizi meliputi gula alkohol dan fruktosa. Gula alkohol antara lain
hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pemilihan obat untuk
Faktor risiko DM
1. Komplikasi metabolic akut : Hipoglikemia,
1. Faktor resiko yang dapat diubah : Gaya hidup, Ketoasidosis diabetic dan Sindrom HHNK
Diet yang tidak sehat, Obesitas dan Tekanan
Darah Tinggi (Hiperglikemik Hiperlosmolar Non Ketotik)
2. Komplikasi metabolic Kronik : Komplikasi pembuluh
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah ( Usia,
Riwayat Keluarga DM,Ras,riwayat DM pada darah kecil ( Mikrovaskuler) dan Komplikasi pembuluh
kehamilan
darah besar(makrovaskuler)
Diabetes
Militus
Klasifikasi DM yaitu:
Manifestasi Klinis DM yaitu: Poliuria,
polydipsia,polifagia dan penyusutan - DM TIPE 1
berat badan - DM TIPE 2
- DM TIPE LAIN
DM TIPE 2 - DM TIPE GESTIONAL
Faktor yang
mempengaruhi 4 Pilar Tatalaksana Diabetes
pengetahuan: Militus:
1. Pendidikan 1. Edukasi
2. Pekerjaan 2. Diet/perencanaan
3. Umur makanan
4. Factor lingkungan 3. Latihan jasmani
5. Sosial budaya 4. Intervensi
Farmakologi
Modifikasi
pola Hidup
Pengetahuan
Edukasi
Obat oral dalam bentuk
suntikan
Diet/perencanaan
makanan
1. Pemacu sekresi insulin
2. Peningkat sensitivitas
terhadap insulin Latihan jasmani
3. Penghambat absorpsi
Glukosa disaluran Intervensi Farmakologi
pencernaan
4. Penghambat DPP-IV
5. Penghambat SHL
A. Literature Review
topik tertentu yang dipilih oleh peneliti dan menggunakan data sekunder dari
penelitian terdahulu (Aziz & Arofiati, 2019). Desain yang digunakan dalam
literature review adalah croos sectional. Desain croos sectional adalah desain
framework.
penatalaksanaan
pembanding
akan di review.
44
45
2. Kata kunci
artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam
“life style”, “diabetes mellitus”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata kunci
Data yang digunakan dalam peelitian ini adalah data sekunder yang
Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel atau jurnal yang
Direct, Elsevier, pudmed dan Google Scholar menggunakan kata kunci dalam
text (n=10) yang sesuai dengan judul literature review. Assessment kelayakan
terdapat 10 jurnal yang bisa sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
review.
47
48
N = 217
Sciene Direct : 2
Scholar : 5
Pudmed: 2
Elsevier: 1
Excluded (N = 27)
Seleksi jurnal 5 tahun terakhir
menggunakan bahasa inggris dan Problem atau tidak sesuai topik (n = 10)
bahasa Indonesia
Intervention: diluar pengetahuan tatalaksana
N = 120 (n = 8)
Identifikasi abstrak
N = 20
Excluded (N = 10)
N = 10
49
Kategori N %
Tahun Publikasi
2020 2 20
2019 2 20
2018 3 30
2017 1 10
2016 1 10
2015 1 10
Total 10 100
Desain Penelitian
Croosectional 9
Deskriptif 1 10
Total 10 100
volume jurnal, judul, metode, hasil penelitian dan database. Studi literatur
dimulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi diperhatikan dari
daftar pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penulisan
orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara
materi hasil penulisan yang secara sekuensi diperhatikan dari yang paling
yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam suatu jurnal.
pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penulisan orang
lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara sistematis
A. Karakteristik Studi
kaki, kegiatan jasmani, pengaturan pada saat sakit, dan komplikasi , apabila
derajat kesehatan meningkat maka kualitas hidup juga akan meningkat seiring
1. Desain penelitian
cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Nurul & Ani 2017), (Dita
wahyu hestina, 2017), ( Syamsi & Widya, 2015), ( Maylani Asri, 2018) (
dilakukan oleh (Prabha & Ghimir, 2012). Desain penelitian pada jurnal yang
54
55
pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu,
Karena itu tidak selalu menuntut adanya hipotesis. Tidak menuntut adanya
tunggal, atau lebih dari satu variabel, bahkan dapat juga mendeskripsikan
2. Teknik Sampling
dilakukan oleh (Nurul & Ani 2017), (Citra Windani, 2018), (Syamsi dan
Widya, 2015), (Ferina Dewi, 2016), (SMaylani Asri, 2019), (Moch. rizki,
purposive sampling yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Waode & Laode,
2019).
jurnal tersebut yang > 50 sejumlah 3 jurnal sedangkan < 50 adalah 7 jurnal.
Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus (case study), dimana
banyak aspek dari kasus tunggal yang representative untuk diamati dan
baik digunakan adalah purposive sampling pada teknik ini peneliti dapat
peneliti sehingga sampel yang ada lebih spesifik dan sesuai kriteria yang
3. Variabel penelitian
variasinya terkait dan dipengaruhi oleh variasi variabel lain. Selain itu ada
pada variasi variabel lain. Kemudian ada juga yang menyebut variabel
yaitu penelitian yang dilakukan (Nurul & Ani 2017), (Limsah Silalahi, 2018),
Syamsi dan Widya, 2015), (citra windani, 2018), (Ferina Dwi, 2016), (dita wahyu
hestina, 2017), dan (prabha dkk, 2020). 2 jurnal hasil analisa menggunakan
purposive sampling yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Waode & Laode,
2019).
4. Instrumen Penelitian
diberikan oleh responden tanpa batasan apapun yang masih sejalan dengan
5. Analisis Data
menggunakan analisis data dengan uji chi square. Uji chi square merupakan
B. Hasil Penelitian
stroke, kebutaan, ginjal dan penyakit ginjal. Kematian yang lebih tinggi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurul & Ani, 2017) penelitian
menunjukan 0,00 artinya p-value < 0,05. Menurut penelitian (Noor dede,
bermakna dengan kadar gula gula darah adalah kepatuhan diet (p=0,019)
sebagian besar adalah tidak sehat, dan terdapat hubungan antara tingkat
A. Kesimpulan
modifikasi gaya hidup pasien diabetes mellitus itu sendiri. Semakin baik tingkat
mellitus, maka semakin baik juga seseorang dalam memodifikasi pola hidup
pasien diabetes mellitus. Modifikasi gaya hidup sangat penting utntuk dilakukan,
tidak hanya untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah, namun bila diterapkan
mellitus dengan modifikasi pola hidup pasien diabetes mellitus tipe 2, artinya
maka semakin baik juga orang dalam memperbaiki modifikasi gaya hidup atau life
B. Conflict Of Interest
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Asril, N. Maylani., et, all. (2020). Prediciting Healty life stile behaviours among
patiens with tipe 2 diabetes in rural bali, Indonesia. Jurnal Clinical Medicine
insights endocrinology and Diabetes vol.13 ; 1-13
Aziz, W. Azfahri., Dkk. (2020). hubungan antara tingkat pengetahuan dengan gaya
hidup pada penderita diabetes melitus. Jurnal Peneltian Perawat Profesional.
vol 2., No. 1 From http://jurnal.globalhealtsciencegroup.com/index.php/jppp
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
Diabetes, P., Tipe, M., Rs, D. I., & Batang, Q. I. M. (2015). Hubungan Modifikasi
Gaya Hidup Dan Kepatuhan Konsumsi Obat Antidiabetik Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rs Qim Batang Tahun
2013. Unnes Journal of Public Health, 4(2), 153–161.
https://doi.org/10.15294/ujph.v4i2.5193
Nutbeam, D., & Kickbusch, I. (1998). Health promotion glossary. Health Promotion
International, 13(4), 349–364. https://doi.org/10.1093/heapro/13.4.349
Diabetes, P., Tipe, M., Rs, D. I., & Batang, Q. I. M. (2015). Hubungan Modifikasi
Gaya Hidup Dan Kepatuhan Konsumsi Obat Antidiabetik Dengan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rs Qim Batang Tahun
2013. Unnes Journal of Public Health, 4(2), 153–161.
https://doi.org/10.15294/ujph.v4i2.5193
Sonyo, S., Hidayati, T., & Sari, N. (2016). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Pengaturan Makan Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kendal
02. Jurnal Care, 4(3), 38–49.
Windani,C., Mohamat, A., & Udin Rosidin. (2019) Gambaran self manajemen pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Tarogong Kabupaten Garut.
Jurnal Kesehatan Komunitas indonesia Vol. 15 No.1
64
LAMPIRAN
65
Lampiran:1 :
66
Lampiran 7:
CURRICULUM VITAE
Florentina Narus
Ruteng, 28 September 1997
“Motto”
“Dimana ada persiapan disitu selalu ada kesempatan untuk selalu
mempersiapkan kesuksesanmu dengan memberimu semangat dalam berjuang”
Riwayat Studi :
SDI INPRES MEROMBOK LULUS 2009
SMP ST. ARNOLDUS YANSEN LULUS 2012
SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA LULUS 2015
S1 KEPERAWATAN PENDIDIKAN NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG 2020