Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS STADIUM LANJUT

Dosen Pengajar: Ns. Nurma Afiani., S.Kep.,M.Kep


OLEH
Dian Permatasari (1608.14201.484)
Ferdianto Rato Nene (1608.14201.523)
Ferdinandus Milla Atte (1608.14201.484)
Florentina Narus (1608.14201.484)
Paskalia Olinda (1608.14201.484)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan. Secara keilmuan perawatan kritis
fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk pasien
yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu
adalah vital”. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan
evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam
rangka mencari penyelesaian /jalan keluar . American Association of Critical-
Care Nurses (AACN) mendefinisikan Keperawatan kritis adalah keahlian
khusus di dalam ilmu perawatan yang dihadapkan secara rinci dengan
manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga pasien
mendapatkan kepedulian optimal (AACN, 2006). American Association of
Critical Care Nurses (AACN, 2012) juga menjelaskan secara spesifik bahwa
asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon
manusia terhadap penyakit aktual atau potensial yang mengancam
kehidupan. Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan
interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang
memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan.
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat
yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di
rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi
untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk
mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang
disebut unit perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU).
Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana
perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang dapat berakhir
dengan kematian.
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel

2
pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-
55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi
serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya
timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan
epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini
dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan
diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru
di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang.Penyakit ini
berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya
pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko
terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum
tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan
kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap
smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum
lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti
mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi. Hal terpenting
menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini
mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya.
Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan
kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh
dasar penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang
lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.

3
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran
penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau
untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan
pada perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya
penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks stadium
lanjut dan cara penanganannya.

4
BAB II
TINJAUAN KONSEP
A. Pengertian Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat
pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari
suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupa kan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu
bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini
dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif.
Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari
displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan
karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ
lain di seluruh tubuh penderita.

B. Klasifikasi Kanker Serviks


Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya
adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and
Obstetrics) yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.

5
Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya
diketahui secara histology.
Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke
panggul, telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi
2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah
vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain
C. Gejala Klinis Kanker Serviks
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan
sedikit darah, pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang
disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat
tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama
dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat
hebat.
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab
juga. Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam
serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat
bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan
servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa
wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran
setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi
multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap
hari.

2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
b. Paritas
c. Merokok
d. Kontrasepsi oral

6
e. Defisiensi gizi
f. Sosial ekonomi
g. Pasangan seksual

E. Epidemiologi Kanker Serviks


1. Distribusi Menurut Umur
Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS),
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi
terbaru menggunakan nama Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1
untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia sedang dan NIS 3 untuk
displasia berat dan karsinoma in-situ.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun
1997-1998 ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok
umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada
kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay, dkk
dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa
penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50
tahun yaitu 17,4%.

2. Distribusi Menurut Tempat


Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit keganasan
yang ada lainnya.

F. Patologi Kanker Serviks


Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi
ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo
kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang
pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks.

7
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.

Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

8
Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks

9
Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal
G. Penyebaran Kanker Serviks
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa
regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator,
hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut
melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-
paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena
perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia
oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung
kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu
perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung
kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal dalam
parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran
hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. fornices dan dinding vagina
2. korpus uteri

10
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum
rektovagina dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar
limfe regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator,
hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di
kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak.
H. Pengobatan untuk Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.
1. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan
serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan
bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut,
penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh,
dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3
bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk
menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan
pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi
radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung
telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
 Iritasi rektum dan vagina

11
 Kerusakan kandung kemih dan rektum
 Ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui
suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu
siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode
pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu
seterusnya.

4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada
kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering
digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
2. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
- Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
- Riwayat penyakit sekarang
- Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4

12
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal.
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
- Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering
dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan
erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene
terutama kebersihan dari saluran urogenital.
3. Data khusus
Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah
darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
Pemeriksaan penunjang Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap
Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung,
gineskopi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan
intra servikal
4. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
5. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika
6. Perencanaan
7. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra
cervikal
Tujuan : Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan
perfusi jaringan membaik :
Kriteria hasil :
- Perdarahan intra servikal sudah berkurang
- Konjunctiva tidak pucat

13
- Mukosa bibir basah dan kemerahan
- Ektremitas hangat
- Hb 11-15 gr
- Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-
370C, RR : 18 - 24 X/mnt.

Intervensi :

- Observasi tanda-tanda vital


- Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
- Cek Hb
- Cek golongan darah
- Beri O2 jika diperlukan
- Pemasangan vaginal tampon.
- Therapi IV
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan
terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Porsi makan yang disediakan habis.
- Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :

- Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan


- Berika makan TKTP
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Jaga lingkungan pada saat makan
- Pasang NGT jika perlu
- Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

9. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan


intra servikal
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu
cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami

14
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang
dirasakan
- Intensitas nyeri berkurangnya
- Ekpresi muka dan tubuh rileks

Intervensi :

- Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien


- Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan
skala nyeri.
- Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

10. Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya


pengetahuan tentang penyakit Ca serviks dan pengobatannya
Tujuan: Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien
mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita,
penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
- Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
- Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
- Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk
mencegah komplikasi.
- Sumber-sumber koping teridentifikasi
- Ansietas berkurang
- Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.

Intervensi :

- Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan


persaannya.
- Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain,
serta tata cara mengentrol dirinya.\

15
- Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan
penyesuaian. (Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah
tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang
positif).
- Tunjukkan adanya harapan
- Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik

Penanganan kanker stadium 4


Stadium IVA dengan respon baik Indikasi radiasi :
1. Stadium IVA yang menunjukkan respon baik dari tumor yang
menginfiltrasi kandung kemih atau rektum setelah radiasi eksterna
dosis 40 Gy Bentuk dan dosis radiasi :
1. Bila respon baik, radioterapi dilanjutkan sampai dengan dosis 45-50
Gy, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy atau 4x7 Gy
2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai
radiosensitiser (kemoradiasi)
3. Bila tidak berespon atau respon tumor < 50 % radiasi dihentikan
dan dianjurkan untuk pemberian kemoterapi dosis penuh Radiasi
paliatif Indikasi radiasi :
4. Stadium IVA dengan respon buruk setelah 40 Gy Stadium IVB paliatif
pada tumor primer atau lokasi metastasis Bentuk dan dosis radiasi :
1. Radioterapi paliatif bertujan untuk mengurangi gejala dengan dosis
40 Gy pada tumor primer bila terdapat perdarahan, atau pada
tempat metastasis dengan dosis ekivalen 40 Gy untuk memperbaiki
kualitas hidup.
2. Radiasi dapat diberikan bersamaan dengan kemoterapi
5. Indikasi radiasi :
1. Pasca pembedahan dengan rekurensi lokal/metastasis jauh
2. Pasca radioterapi dengan rekurensi lokal/metastasis jauh
3. Radioterapi diberikan dengan tujuan kuratif
6. Bentuk dan dosis radiasi :
1. Radioterapi pada tumor rekuren pasca operasi tanpa riwayat radiasi
pelvis sebelumnya diberikan dengan target volume lokoregional,
total dosis 50 Gy diikuti dengan brakiterapi

16
2. Radioterapi pada tumor rekuren dengan riwayat radiasi pelvis
sebelumnya, diberikan pada area terbatas dengan
mempertimbangkan dosis kumulatif pada organ kritis. Dosis total
diberikan 40-50 Gy per fraksi seminggu atau 2-3 kali brakiterapi
intrakaviter atau interstitial hingga total dosis 50- 60 Gy,kemoterapi
diberikan secara konkomitan.

17
BAB IIl
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. KASUS
Perempuan yang telah selesai menjalani terapi kanker serviks delapan
orang terlibat dalam penelitian ini. Usia mereka bervariasi antara 29
sampai 46 tahun. Sebagian besar mempunyai pendidikan rendah yaitu
SD dan SMP, dan dua orang partisipan mengaku tamatan SMEA dan
Madrasah Aliyah. Seluruh partisipan beragama Islam dan berasal dari
suku bangsa Jawa, Sunda, dan Betawi.
Sebagian besar partisipan adalah ibu rumah tangga, satu orang bekerja
sebagai tukang ojek dan satu orang sebagai pegawai pabrik. Partisipan
sebagian besar mulai terdiagnosa pada Oktober 2009 dan Maret 2010
dan didiagnosa pada stadium IIIB, dua partisipan pada stadium IIB dan
dua partisipan pada stadium IB. Sebagian besar telah selesai menjalani
terapi kanker sejak satu bulan yang lalu saat penelitian.Terapi yang
telah dijalani berupa radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan.
Mengenai status pernikahan, dua partisipan mengaku menikah tiga kali,
tiga partisipan menikah dua kali, dua partisipan menikah satu kali, dan
satu partisipan berstatus janda.

B. PEMBAHASAN
1. Dampak yang di sebabkan dari terapi
Terapi yang diberikan pada partisipan menimbulkan efek samping dan
gejala yang menyebabkan efek toksik pada sistem tubuh. Hal ini
diungkapkan oleh partisipan, yaitu gangguan fungsi seksual berupa
perasaan nyeri saat mulai berhubungan dengan suami dan
mengalami atropi vagina. Berbagai perubahan disebabkan perubahan
vaskuler pada kulit yang terkena radiasi saat pemberian
brachytherapy, yaitu atropi vagina serta ada keluhan vagina menjadi
kering dan nyeri saat berhubungan seksual (Otto, 2001).
Greimel, et al. (2009) mengungkapkan hal sesuai tentang kualitas
hidup dan fungsi seksual setelah terapi kanker serviks, bahwa
keluhan vagina menyempit secara signifikan lebih tinggi ditemukan
pada perempuan dengan radioterapi. Kemoterapi dan histerektomi
juga menimbulkan dampak pada fungsi ovarium. Hilangnya fungsi

18
hormon pada ovarium menimbulkan gejala menopause dini, seperti
rasa terbakar dan kekeringan pada vagina (Frumovitz, et al., 2005;
Anderson & Lutgendorf, 1997). perempuan yang terdiagnosa
kanker serviks mengungkapkan ketakutannya terhadap terapi, efek
sampingnya, terjadinya metastasis dan kematian. Perubahan sosial
perempuan yang telah menjalani terapi dan kembali ke lingkungan
masyarakat juga dihadapkan pada masalah interpersonal baik
dengan suami, keluarga maupun masyarakat. Adanya
efek samping setelah menjalani terapi menyebabkan gangguan body
image dan merasa harga diri rendah karena malu behubungan
dengan orang lain disekitarnya (Otto, 2001). Hal ini berbeda
yang diungkapkan beberapa partisipan bahwa setelah menjalani
terapi, mereka masih berinteraksi baik dengan tetangga.
Efek samping kemoterapi bervariasi tergantung pada jenis agen
kemoterapi yang digunakan. Efek samping umumnya berupa mual
muntah, fatigue , nyeri abdomen dan rambut rontok (Ester, 2000).
Dampak fatigue ini akan menetap selama beberapa minggu atau
bulan setelah radioterapi, tetapi akan menghilang secara perlahan-
lahan. Hal ini disebabkan oleh
adanya peningkatan metabolisme selama menjalani terapi, adanya
produk toksik dari kerusakan atau kematian jaringan, kebutuhan
energi untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta dapat
disebabkan oleh perjalanan menuju pelayanan kesehatan untuk
menjalani radioterapi (McCorkle, et al., 1996).
Perubahan fungsi seksual yang dirasakan partisipan setelah
menjalani terapi kanker serviks juga memberikan pengaruh
terhadap hubungan dengan suami, diantaranya ada yang mulai
berhubungan seksual lagi. Partisipan yang lain mengaku frekuensi
lebih berkurang karena mengalami ketakutan dan
tegang saat melakukan hubungan seksual dan tidak memikirkan
masalah seksual. Hasil penelitian ini serupa dengan dengan yang
diungkapkan oleh Anderson (2007), klien kanker melaporkan gejala
disfungsi seksual yang signifikan meliputi hambatan dalam melakukan
hubungan seksual dan kehilangan
hasrat untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

19
Reaksi kulit diungkapkan oleh partisipan dengan radioterapi dan
keluhan ini ada yang berlanjut dirasakan setelah selesai
menjalani terapi. Radiasi menimbulkan dampak yang cepat pada
proses peoliferasi sel dan dampak ini juga ditemukan pada folikel
rambut, kelenjar keringat, dan lapisan
basal epidermis (Johanson, et al., 2002; Collen & mayer, 2006).
Kanker serviks dan pengobatannya menimbulkan konsekuensi
emosional yang terkait penyakit kronik. Hal ini dapat menimbulkan
dampak psikologis bagi perempuan yang telah menjalani terapi
kanker seviks.

2. Adaptasi terhadap Perubahan setelah Terapi


Adaptasi merupakan proses seseorang untuk berusaha menciptakan
keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal. Salah satu
penyebab stres yang berasal dari luar adalah penyakit. Partisipan
pada penelitian ini mengungkapkan upaya untuk mengurangi keluhan
fisik, seperti mengurangi nyeri saat hubungan seksual, kelelahan,
serta mual dan muntah. Beberapa partisipan mengungkapkan upaya
untuk mengurangi
keluhan pada organ seksual diantaranya mengubah pola seksual
dengan menggunakan pelumas saat melakukan hubungan
seksual dan ada yang mengatakan mencoba untuk rileks sebelum
melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri saat
berhubungan dengan suami.
McCorke, et al. (1996) mengungkapkan adanya gejala fisik akibat
terapi akan mempengaruhi perubahan psikologis. Semakin berat
gejala akan menyebabkan kualitas hidup berkurang dan
meningkatkan gejala depresi. Pada penelitian ini diperoleh respon
partisipan berupa stres dan ke- takutan akan kekambuhan.
Partisipan dalam penelitian berharap mendapat dukungan
emosional dari petugas kesehatan dan kebutuhan informasi tentang
penyakit dan terapi. Perawat diharapkan memberikan dukungan dari
baik itu dukungan emosional dan informasi untuk meningkatkan
semangat dan harapan perempuan setelah menjalani terapi kanker
serviks (AT, YR, YA).

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan
dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan
gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu
bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak
penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International Federation of
Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala
klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker
serviks. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai
penyebab juga. Adapun faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual,
Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan
Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and
Obstetrics) tahun 1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur
60-69 tahun terlihat sama banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih
sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan untuk
stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.
Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan
Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga
merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua penyakit
keganasan yang ada lainnya.
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks
(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar
junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada
wanita diatas 35 tahun, di dalam kanalis serviks. Penyebaran kanker
serviks pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening
menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus

21
uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker
serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker
serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap
lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan,
Terapi penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan
beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencegah kanker serviks, yaitu : miliki pola makan sehat, yang
kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah atau di
usia sangat muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi
HPV untuk mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ
intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks
dengan banyak partner, secara rutin menjalani tes Pap smear secara
teratur, dan sebagainya.

B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah
dari pada mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi
bukan berarti sulit untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita
selalu berusaha hidup sehat dan teratur.

22
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita
_Kanker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pus
at_Haji_Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-
serviks/). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-
kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 5
Februari 2011.

23

Anda mungkin juga menyukai