Menganalisis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh
Oleh : Mardianto Harefa (170341615009)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Oktober 2019 Analisis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2003 diterbitkan dengan beberapa
pertimbangan, yaitu tentang tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, lalu esensi dari pendidikan nasional kepada negara, sampai pada peraturan-peraturan yang terkait, misalnya UU Nomor 2 Tahun 1989 yang dipandang tidak sesuai lagi hingga beberapa pasal dalam UUD 1945, yaitu pasal 20, 21, 28C ayat 1, 31, dan 32. Undang-undang ini memiliki 22 Bab dengan total 77 Pasal. Menurut saya, undang-undang ini semakin mempertegas dan mendasari tentang bagaimana penyelenggaraan pendidikan yang semestinya dilakukan. Semua telah tertera dengan jelas dan gambling terkait dengan ketentuan-ketentuan umum yang telah disahkan dan diatur dalam undang-undang ini. Dalam undang- undang ini, dijelaskan bahwa sistem pendidikan nasional ialah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait satu dengan yang lain secara terpadu dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dari 22 bab yang ada dalam undang-undang ini, saya memfokuskan pada beberapa bab, yaitu bab 6 tentang Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan lalu bab 10 tentang Kurikulum, Alasan kenapa saya ingin menyoroti kedua bab tersebut ialah karena dalam 2 bab tersebut, ada beberapa poin yang saya anggap substansial dan penting, sehingga bisa dijadikan acuan dalam pembahasan terkait undang-undang. Bab 6 menjelaskan terkait dengan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Secara umum, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang bisa saling melengkapi dan diselenggarakan dengan sistem terbuka. Pendidikan formal yang dimaksud dalam undang-undang ini ialah pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK), serta pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor). Selanjutnya ada pendidikan nonformal, yakni layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Selain itu, pendidikan nonformal juga bisa mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, penguasaan keterampilan fungsional, pengembangan sikap dan kepribadian yang professional. Satuan pendidikan nonformal bisa berupa lembaga kursusm lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, dan satuan pendidikan lain yang sejenis. Selain pendidikan formal dan nonformal, juga ada pendidikan informal yang dilakukan keluarga dan lingkungan berbentuk belajar secara mandiri. Selain ketiga hal tersebut, dalam bab ini juga dijelaskan terkait pendidikan anak usia dini, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan jarak jauh, dan pendidikan khusus. Selanjutnya, ada bab 10 yang membahas tentang kurikulum. Keberadaan kurikulum sangatlah penting karena kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum layaknya disusun sesuai dengan jenjang pendidikannya yg memperhatikan 10 hal, yaitu a. Peningkatan imtaq b. Peningkatan akhlak yang mulia c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik d. Keragaman potensi lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja g. Perkembangan IPTEK dan seni h. Agama i. Dinamika perkembangan global j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Di dalam bab ini, juga dijelaskan terkait muatan muatan yang wajib ada pada kurikulum untuk pendidikan dasar & menengah serta kurikulum untuk pendidikan tinggi. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib untuk memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga (PJOK), Keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Sedangkan, untuk kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Bahasa. Kurikulum ini akan dikembangkan sesuai dengan relevansinya pada setiap kelompok atau satuan pendidikan dibawah koordinasi Pemerintah. Perbedaannya, untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah akan dikoordinasikan dan supervise oleh Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah, sedangkan untuk kurikulum pendidikan tinggi akan dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk tiap prodi. Undang-Undang nomor 23 tahun 2003 memang menjadi dasar bagaimana pelaksanaan dan penyelenggaran pendidikan nasional. Seluruh komponen- komponen yang dijelaskan dalam undang-undang ini perlu diatur agar membentuk sebuah sistem yang keseluruhan komponennya berjalan lancar dan baik, sehingga sistem pendidikan nasional dapat berjalan dengan semestinya serta tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.