Anda di halaman 1dari 7

Sepertinya yang telah diketahui, bahwa beberapa organisme yang ada dalam

darah dan menyebabkan penyakit dapat tetap menginfeksi karena mereka


memiliki kemampuan untuk menghasilkan protein selubung yang tidak dikenali
oleh sistem imun, sehingga mereka dapat “menyamarkan” diri dan tetap dapat
bertahan di dalam darah. Mekanisme ini dapat terjadi karena regulasi gen, dimana
gen-gen yang mengkode protein selubung tersebut (vsg) diekspresikan dalam
waktu yang berbeda-beda. Karena eukariot sifatnya lebih kompleks dibanding
prokariot, maka proses terjadinya regulasi gen juga akan berbeda.
Sama dengan prokariot, proses ekspresi gen pada eukariot juga melalui
tahapan transkripsi DNA menjadi RNA (mRNA) yang nantinya akan mengalami
proses translasi menjadi polypeptida. Namun, proses translasi pada eukariot ini
mengalami sedikit perbedaan. Pada proses ini, mRNA akan mengalami beberapa
proses sampai akhirnya diubah menjadi polipeptida. Ini merupakan konsekuensi
dari betapa kompleksnya eukariot karena eukariot telah memiliki beberapa
organel yang terpisah, seperti nukleus yang menyimpan materi genetik,
mitokondria dan kloroplas yang menghasilkan energi, serta reticulum endoplasma
yang bertugas dalam transportasi materi di dalam sel. Karena hal ini juga, proses
transkripsi dan translasi dalam eukariot terjadi di tempat yang berbeda, yaitu
proses transkripsi terjadi di nukleus sedangkan mRNA hasil transkripsi akan
dibawa ke sitoplasma yang kemudian akan bergabung dengan ribosom, sehingga
terjadi translasi terjadi disana. Regulasi gen yang dimaksud disini dapat terjadi di
nukleus (di tahapan DNA atau RNA) atau di sitoplasma (ditahap RNA atau
polipeptida).

PENGKONTROLAN TRANSKRIPSI DNA


Pada prokariot, ekspresi gen diatur dengan mengkontrol proses transkripsi
DNA menjadi RNA. Proses ini berjalan sederhana, yaitu ketika suatu molekul
protein negatif (lac represor) dihilangkan dan molekul protein positif seperti CAP-
cAMP bekerja, maka transkripsi akan berjalan. Interaksi antara protein dengan
DNA inilah yang menentukan apakah RNA polymerase mampu atau tidak
menjalankan tugasnya dalam mentranskripsi gen-gen structural yang ada. Proses
ini terjadi lebih disebabkan oleh cara prokariot dalam mengefisienkan penggunaan
energi untuk bertahan hidup.
Lain dengan prokariot, proses transkripsi yang terjadi pada eukariot lebih
kompleks. Hal yang membuat semakin kompleks adalah gen-gen tersebut
tersimpan dalam nukleus dan banyak dari eukariot bersifat multiseluler. Dalam
eukariot, proses transkripsi juga ditentukan oleh interaksi protein dengan DNA.
Protein-protein yang melekat pada bagian tertentu dari DNA dan nantinya akan
merangsang atau menghambat terjadinya transkripsi disebut faktor-faktor
transkripsi.

PROSES ALTERNATE SPLICING RNA


Kebanyakan gen-gen prokariot mengandung intron, yaitu daerah noncoding
yang mengganggu rantai yang menghasilkan asam amino dari sebuah polipeptida.
Karena keberadaannya yang mengganggu inilah, maka intron wajib untuk
dihilangkan dengan tujuan agar rantai koding ini bisa diekspresikan secara tepat.
Cara menghilangkan intron ini ada tiga, namun cara yang berkaitan dengan
pembentukan mRNA ialah dimediasi dengan spliseosom.
Proses menghilangkan intron pada gen-gen yang hanya memiliki 1 intron
akan berlangsung mudah. Namun, apabila pada gen-gen tersebut terdapat 2 intron
atau lebih, maka akan berbeda kondisinya. Untuk menghilangkan intron dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu menghilangkan intron secara terpisah atau secara
bersamaan, namun ekson yang ada di antara dua intron ini akan ikut hilang juga.
Secara tidak langsung, mekanisme untuk menghilangkan 2 intron secara
bersamaan ini juga memungkinkan peluang untuk memodifikasi rantai koding
dari RNA, sehingga dapat dimungkinkan untuk dihasilkan beberapa mRNA yang
berbeda dari gen tunggal. Sebagai contoh, kejadian ini terjadi didalam
pengekspresian gen yang mengkode troponin T, yaitu protein yang ditemukan di
otot rangka vertebrata (dijelaskan pada gambar). Dari kejadian ini, dapat diperoleh
64 jenis mRNA yang dapat terbentuk.
Gambar proses Alternate Splicing RNA

STABILITAS mRNA
Pada eukariot, tempat proses berlangsungnya translasi tidak sama dengan
tempat transkripsi terjadi. mRNA yang telah dihasilkan akan dibawa keluar dari
nukleus menuju sitoplasma yang nantinya akan ditranslasikan oleh beberapa
ribosom yang bergerak. Garis translasional ini akan terus berlanjut sampai mRNA
habis terdegradasi.
Selain proses tersebut, kontrol dari stabilitas mRNA juga merupakan bagian
penting, dimana terdapat dua jenis mRNA, yaitu long-lived mRNA dan short-
lived mRNA. Short-lived mRNA memerlukan transkripsi tambahan agar
polipeptida bisa terus disintesis. Jika tidak, polipeptida tidak akan disintesis.
Namun, dibeberapa kasus, short-lived mRNA atau mRNA yang cepat didegradasi
ini seakan menjadi alasan atau jalan dalam menghindari sintesis polipeptida yang
sudah tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan.
Masa hidup (umur) mRNA ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Poly(A) tails dan daerah yang belum ditranslasi di ujung 3 (3’ UTR). Ketika
untaian dari short-lived mRNA (misalnya) yaitu AUUUA yang diulang
beberapa kali ditransfer secara buatan sehingga ada di 3’ UTR, maka mRNA
menjadi tidak stabil.
2. Faktor kimia, misalnya hormon. Sebagai contoh pada katak, transkripsi dari
gen vitellogenin akan aktif dengan bantuan estrogen, sehingga dapat dikatan
estrogen juga meningkatkan masa hidup dari mRNA.
3. Keberadaan molekul-molekul nonkoding RNA berukuran kecil yang disebut
siRNAs (small interfering RNAs) atau miRNAs (microRNAs). Ketika
mereka dipasangkan dengan mRNA yang spesifik, maka akan timbul 2
kemungkinan, apakah sintesis polipeptida akan terjadi atau malah justru
mereka menghalangi sintesis polipeptida akan terjadi.

FAKTOR LINGKUNGAN DAN BIOLOGI YANG MENGINDUKSI


TERJADINYA TRANSKRIPSI PADA EUKARIOT
1. Suhu (Panas)
Ketika sebuah organisme dihadapkan dengan kondisi temperature yang
tinggi, mereka akan merespon dengan mensintesis kumpulan protein yang
membantu untuk menstabilkan kondisi internal selulernya. Seperti pada
Drosophila (misalnya). Protein-protein yang dihasilkan dalam kondisi ini pada
Drosophila disebut HSP70 yang dikode oleh gen-gen yang letaknya ada di 2
kluster berdekatan dalam autosom. Transkripsi gen-gen yang mengkode protein
ini akan berlangsung ketika temperaturnya diatas 33 derajat celcius. Transkripsi
ini dimediasi oleh HSTF (Heat-Shock Transcription Factor) yang ada dalam
nukleus Drosophila. HSTF ini dalam kondisi bebas akan bersifat inaktif, untuk
aktif mereka akan mengalami proses fosforilasi dan akhirnya akan menempel
pada HSEs (Heat-Shock response Elements). Dengan terbentuknya kompleks
antara HSTF dan HSEs ini akan membuat RNA Polymerase II akan
mentranskripsi gen gen HSP70 tadi, sehingga proses transkripsi berjalan.
Gambar proses transkripsi gen-gen HSP70 yang diinduksi oleh suhu panas

2. Hormon
Pada eukariot yang multiseluler, salah satu tipe sel bisa mensinyal sel
lainnya dengan mensekresikan hormon. Ada dua kelas hormon, yakni hormon-
hormon steroid dan hormon-hormon peptida. Hormon-hormon steroid memiliki
ukuran yang kecil dan bersifat larut dalam lemak karena merupakan turunan dari
kolesterol. Beberapa contohnya misalnya estrogen, progesteron, testosteron,
glukokortikoid, dan ecdyson. Hormon-hormon peptida memiliki ukuran yang
besar dan memiliki rantai yang sama dengan asam amino. Beberapa contohnya
adalah insulin, somatotropin, dan prolaktin.
Perbedaan dari kedua hormon diatas ialah bagaimana cara mereka
menginduksi suatu proses transkripsi gen-gen pada eukariot. Pada hormon-
hormon steroid, ukuran yang kecil dan larut dalam lemak menyebabkan mereka
dapat langsung menembus membran sel dan berlekatan dengan reseptor hormon
yang ada di sitoplasma dan/atau di nukleus. Ketika mereka berlekatan, mereka
akan membentuk suatu kompleks baru yang nantinya akan berperan sebagai faktor
transkripsi yang mendorong terjadinya transkripsi gen. Sementara itu, karena
ukuran dari hormon-hormon peptida yang besar, maka mereka memerlukan
reseptor yang ada di permukaan membran sel. Ketika reseptor dan hormon ini
saling berlekatan, maka mereka akan membentuk kompleks baru dan mereka akan
mentransfer sinyal yang berperan sebagai faktor transkripsi nantinya. Peristiwa ini
disebut transduksi sinyal.
Pada eukariot juga dikenal adanya mediator dalam pengekspresian gen,
yang dinamakan HREs (Hormone Response Elements). Pada hormone-hormon
steroid, HREs ini akan menempel bersama kompleks dari hormon dan reseptor,
kemudian merangsang terjadi transkripsi. Khusus pada hormon-hormon ini,
kekuatan dari respon transkripsi bergantung kepada jumlah HREs yang ada,
sehingga semakin banyak jumlah HREs yang menempel bersama kompleks dari
hormon dan reseptor, maka akan meningkatkan laju transkripsi secara signifikan.

Gambar regulasi ekspresi gen-gen yang diinduksi hormon-hormon steroid

Gambar regulasi ekspresi gen-gen yang diinduksi hormon-hormon peptida


Pertanyaan
Mardianto Harefa (170341615009)
1. Mengapa melalui proses alternate splicing dapat dihasilkan banyak jenis
mRNA (dicontohkan sampai menghasilkan 64 jenis mRNA yang berbeda)?
Jawab : Pada eukariot, proses translasi tidak berjalan langsung setelah
proses transkripsi selesai. Hasil transkripsi (mRNA) akan mengalami
beberapa proses sebelum akhirnya ditranslasi menjadi polypeptida. Salah
satu proses tersebut ialah menghilangkan intron atau bagian dari mRNA
yang sifatnya tidak mengkode suatu polypeptida (noncoding sequence) yang
biasa disebut splicing mRNA. Dapat dihasilkannya berbagai jenis mRNA
melalui proses alternate splicing mRNA karena pada mRNA yang memiliki
2 intron, intron tersebut akan dihilangkan secara bersamaan, sehingga ekson
yang diapit dua intron tersebut juga akan hilang. Namun, terdapat cara lain
yakni menghilangkan intron tersebut satu per satu. Dari kedua cara ini,
dapat dihasilkan mRNA yang berbeda walau berasal dari satu jenis mRNA
hasil transkripsi.
2. Apa perbedaan mendasar dari hormon steroid dan hormon peptida sehingga
proses transkripsi sampai translasi yang terjadi pada keduanya sedikit
berbeda?
Jawab : Hormon steroid merupakan hormon yang kebanyakan berukuran
kecil dan bersifat larut dalam lemak, sehingga ketika dia ingin mengaktifkan
proses transkripsi, maka hormon ini akan mudah untuk melewati membran
sel dan berikatan dengan reseptor membentuk kompleks hormon-reseptor.
Kompleks inilah yang nanti akan menstimulasi transkripsi agar berjalan
dengan melekat pada sekuen DNA. Pada hormone peptida, ukuran hormone
cukup besar, sehingga tidak dapat masuk dengan mudah melewati membran
sel. Untuk itu, terdapat reseptor hormon yang berada di permukaan
membran sel, sehingga ketika mereka berlekatan dan membentuk kompleks
hormon-reseptor, maka yang diteruskan kedalam membran plasma ada
molekul sinyal yang nanti akan mengkode suatu protein yang akan melekat
pada sekuen DNA dan membuat transkripsi bisa berjalan. Namun, kompleks
hormon-reseptor tetap di permukaan membran sel.

Anda mungkin juga menyukai