STABILITAS mRNA
Pada eukariot, tempat proses berlangsungnya translasi tidak sama dengan
tempat transkripsi terjadi. mRNA yang telah dihasilkan akan dibawa keluar dari
nukleus menuju sitoplasma yang nantinya akan ditranslasikan oleh beberapa
ribosom yang bergerak. Garis translasional ini akan terus berlanjut sampai mRNA
habis terdegradasi.
Selain proses tersebut, kontrol dari stabilitas mRNA juga merupakan bagian
penting, dimana terdapat dua jenis mRNA, yaitu long-lived mRNA dan short-
lived mRNA. Short-lived mRNA memerlukan transkripsi tambahan agar
polipeptida bisa terus disintesis. Jika tidak, polipeptida tidak akan disintesis.
Namun, dibeberapa kasus, short-lived mRNA atau mRNA yang cepat didegradasi
ini seakan menjadi alasan atau jalan dalam menghindari sintesis polipeptida yang
sudah tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan.
Masa hidup (umur) mRNA ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Poly(A) tails dan daerah yang belum ditranslasi di ujung 3 (3’ UTR). Ketika
untaian dari short-lived mRNA (misalnya) yaitu AUUUA yang diulang
beberapa kali ditransfer secara buatan sehingga ada di 3’ UTR, maka mRNA
menjadi tidak stabil.
2. Faktor kimia, misalnya hormon. Sebagai contoh pada katak, transkripsi dari
gen vitellogenin akan aktif dengan bantuan estrogen, sehingga dapat dikatan
estrogen juga meningkatkan masa hidup dari mRNA.
3. Keberadaan molekul-molekul nonkoding RNA berukuran kecil yang disebut
siRNAs (small interfering RNAs) atau miRNAs (microRNAs). Ketika
mereka dipasangkan dengan mRNA yang spesifik, maka akan timbul 2
kemungkinan, apakah sintesis polipeptida akan terjadi atau malah justru
mereka menghalangi sintesis polipeptida akan terjadi.
2. Hormon
Pada eukariot yang multiseluler, salah satu tipe sel bisa mensinyal sel
lainnya dengan mensekresikan hormon. Ada dua kelas hormon, yakni hormon-
hormon steroid dan hormon-hormon peptida. Hormon-hormon steroid memiliki
ukuran yang kecil dan bersifat larut dalam lemak karena merupakan turunan dari
kolesterol. Beberapa contohnya misalnya estrogen, progesteron, testosteron,
glukokortikoid, dan ecdyson. Hormon-hormon peptida memiliki ukuran yang
besar dan memiliki rantai yang sama dengan asam amino. Beberapa contohnya
adalah insulin, somatotropin, dan prolaktin.
Perbedaan dari kedua hormon diatas ialah bagaimana cara mereka
menginduksi suatu proses transkripsi gen-gen pada eukariot. Pada hormon-
hormon steroid, ukuran yang kecil dan larut dalam lemak menyebabkan mereka
dapat langsung menembus membran sel dan berlekatan dengan reseptor hormon
yang ada di sitoplasma dan/atau di nukleus. Ketika mereka berlekatan, mereka
akan membentuk suatu kompleks baru yang nantinya akan berperan sebagai faktor
transkripsi yang mendorong terjadinya transkripsi gen. Sementara itu, karena
ukuran dari hormon-hormon peptida yang besar, maka mereka memerlukan
reseptor yang ada di permukaan membran sel. Ketika reseptor dan hormon ini
saling berlekatan, maka mereka akan membentuk kompleks baru dan mereka akan
mentransfer sinyal yang berperan sebagai faktor transkripsi nantinya. Peristiwa ini
disebut transduksi sinyal.
Pada eukariot juga dikenal adanya mediator dalam pengekspresian gen,
yang dinamakan HREs (Hormone Response Elements). Pada hormone-hormon
steroid, HREs ini akan menempel bersama kompleks dari hormon dan reseptor,
kemudian merangsang terjadi transkripsi. Khusus pada hormon-hormon ini,
kekuatan dari respon transkripsi bergantung kepada jumlah HREs yang ada,
sehingga semakin banyak jumlah HREs yang menempel bersama kompleks dari
hormon dan reseptor, maka akan meningkatkan laju transkripsi secara signifikan.