Makalah Farmakognosi Dyspepsia Dan Penyakit Hati
Makalah Farmakognosi Dyspepsia Dan Penyakit Hati
Murtiani (24185578A)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena olehnya kami diberi
kesehatan untuk menyeselesaikan makalah tentang penyakit hati dan dipepsia
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada kita
semua . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing kami
karena telah memberikan arahan dalam mnyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
YME senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dyspepsia dan gangguan hati ?
b. Apa saja macam obat tradisional untuk dyspepsia dan gangguan hati ?
c. Bagaimana mekanisme kerja obat dyspepsia dan gangguan hati ?
d. Bagaimana efek farmakologi dari obat dyspepsia dan obat untuk gangguan
hati ?
e. Apa saja senyawa kimia yang digunakan untuk Terapi/Pengobatan
dyspepsia dan gangguan hati?
f. Bagaimana cara pengaplikasian obat untuk dyspepsia dan gangguan hati ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dyspepsia dan gangguan hati
b. Mengetahui macam-macam obat tradisional untuk dyspepsia dan
gangguan hati
c. Mengetahui mekanisme kerja obat dyspepsia dan gangguan hati
d. Memahami efek farmakologi dari obat dyspepsia dan obat untuk gangguan
hati
e. Untuk mengetahui senyawa kimia yang digunakan untuk
Terapi/Pengobatan dyspepsia dan gangguan hati
f. Mengetahui cara pengaplikasian obat untuk dyspepsia dan gangguan hati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Dyspepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari
kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas,
perih, mual, yang kadang¬kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas
kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam
dari mulut (Hadi, 2009).
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman
di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat
kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap
penderita. Bahkan pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti
atau bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi,
dispepsia bukanlah suatu penyakit, melainkan merupakan kumpulan gejala
ataupun keluhan yang harus dicari penyebabnya (Sofro dan Anurogo, 2013).
Dispepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal di
perut bagian atas. Istilah ini biasa pula digunakan untuk menerangkan bebagai
keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas. Diantaranya adalah rasa nyeri
ataupun rasa terbakar di daerah epigastrum (ulu hati), perasaan penuh atau rasa
bengkak di perut bagian atas, sering sendawa, mual, ataupun rasa cepat
kenyang. Dispepsia sering juga dipakai sebagai sinonim dari gangguan
pencernaan (Herman, 2004).
Sebagai suatu gejala ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit, baik yang bersifat organik, maupun yang fungsional.
Berdasarkan konsensus terakhir (kriteria Roma) gejala heartburn atau pirosis,
yang diduga karena penyakit refluks gastroesofageal, tidak dimasukkan dalam
sindrom dispepsia (Djojoningrat, 2014).
Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.Di dalam
hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita,yaitu proses
penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh
kita. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati (John, 209:2002).
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh,
berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi,
termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan dan metabolisme
zat gizi dalam sistem pencernaan. Hati terletak di perut kanan atas, dibawah
diafragma kanan, di bagian bawah rongga toraks, di lapisi kapsula glisson,
yang kemudian bersatu dengan jaringan ikat daerah portal. Hati normal
perabaannya kenyal dan permukaannya halus mengkilat, berwarna tangguli
(Baron, 211:1990)
Hati normal biasanya tidak teraba dari luar. hati hanya teraba pada tepi
bawah iga kanan, terutama pada inspirasi. Hati terdiri atas lobus kanan (3/5
bagian), lobus kiri (3/10 bagian), lobus-lobus kuadratus dan lobus kaudatus
(1/10 bagian). Pembagian yang lebih kecil dengan aliran darah, limfe, dan
bilier tersendiri, maka hati dapat dibagi menjadi 8 (atau 9 bial lobus kaudatus
dihitung), segmen yang bermakna bagi penentuan tindakan bedah (Baron,
211:1990).
Hati terbungkus oleh sebuah kapsul fibriolastik yang disbut kapsul
Glissondan secara makroskopik di piasahkan juga menjadi lobus kiri dan
kanan. Kapsul Glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Kedua lobus hati tersusun oleh unit-unit yang kecildi sebut lobules. Lobules
terdiri atas sel-sel hati (hepatosit), yang menyatu dalam satu lempeng.
Hepatosit dianggapa sebagai unit fungsional hati. Sel-sel hati dapat melakukan
pembelahan sel dan mudah di produksi kembali saat dibutuhkan untuk
mengganti jaringan yang rusak (John, 209:2002).
Hati menerima suplai darahnya dari dua sumber yang berbeda.
Sebagian besar darah hati, sekitar 1000 ml per menit, adalah darah vena yang
berasala dari lambung, usus halus dan usus besar, pankreas dan limpa. Darah
ini mengalir ke hati melalui vena porta. Darah vena kurang mengandung
oksigen tetapi kaya zat-zat gizi, termasuk glukosa, yang dapat diubah hati
menjadi glikogen dan disimpan dengan cepat. Darah tersebut juga mungkin
mengandung bakteri usus, racun, dan obat yang dicerna. Sumber darah hati
yang lain adalah arteri hepatica yan mengalirka darah sekitar 100 ml permenit.
Darah arteri ini memiliki sirkulasi darah yang tinggi. Setelah mengaliri hati,
kedua sumber darah tersebut mengalir dalam kapiler hati yang disebut
sinusoid. Dari sinusoid, darah mengalir kesebuah vena sentralis di setiap
lobules dan semua lobules kesemua vena hepatica. Vena hepatica
mengosongkan isinya kedalam vena cava inferior (Baron, 211:1990)
BAB III
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
a) Dispesia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys berarti sulit dan pepse berarti
pencernaan.Dispesia merupakan nyeri kronis atau berulang atau keti- daknyamanan
berpusat di perut bagian atas. Kumpulan keluhan/ gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Gejalanya meliputi nyeri epigastrium, perasaan cepat kenyang (tidak dapat
menyelesaikan makanan dalam porsi yang normal), dan rasa penuh setelah makan.
Dispepsia fungsional adalah .bagian dari ganngguan pen- cernaan fungsional yang
memiliki gejala umum gastrointestinal dan tidak ditemukan kelainan organik
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelom-pok, yakni postprandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome. Postprandial distress syndrome mewakili
kelompok dengan perasa- an “begah” setelah makan dan perasaan cepat kenyang,
sedangkan epigastric pain syndrome merupakan rasa nyeri yang lebih konstan di-
rasakan dan tidak begitu terkait dengan makan seperti halnya postprandial distress
syndrome.
Dari sudut pandang patofisiologis, proses yang paling banyak dibicarakan dan
potensial berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam
lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismotilitas gastrointestinal, dan
hipersensitivitas viseral.5
patofisiologi dispepsia hingga kini masih belum sepenuhnya jelas dan penelitian-
penelitian masih terus dilakukan terhadap faktor-faktor yang dicurigai memiliki
peranan bermakna, seperti di bawah ini:17
Penyakit hati terkait alkohol adalah kerusakan pada hati yang disebabkan oleh
penggunaan alkohol yang lama. Tahap pertama dari penyakit hati terkait alkohol
adalah alcoholic fatty liver, yang akan berubah menjadi hepatitis alkoholik dan
kemudian sirosis, di mana hati secara signifikan luka dan tidak dapat berfungsi
dengan baik.
Penyakit lemak hati non-alkohol juga menyebabkan lemak hati pada awalnya,
walau tidak menggunakan alkohol dan bisa berkembang menjadi sirosis juga.
Hepatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peradangan
hati. Ini merupakan hasil dari infeksi virus atau kerusakan hati yang disebabkan oleh
alkohol. Tergantung pada virus yang menyebabkan kondisi tersebut, ada berbagai
jenis hepatitis.
Hemokromatosis berarti tingkat zat besi dalam tubuh terlalu tinggi. Kelebihan
zat besi terakumulasi dalam organ, seperti jantung dan hati, dan dapat menyebabkan
luka pada kanker hati atau liver.
Sirosis bilier primer adalah suatu kondisi di mana saluran empedu dari hati
rusak. Hal ini menyebabkan penumpukan empedu dalam hati dan akhirnya
meninggalkan bekas luka pada hati.
B.Obat Tradisional Penyakit Dipepsia Dan Gangguan Hati
c) Pegagan
Daun pegagan memiliki efek hepatoprotektor yang bagus untuk penderita
hepatitis. Tanaman ini dapat meningkatkan perbaikan dan penguatan sel hati dan
menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Hal ini karena
pegagan memiliki kandungan asiatikoside sebagai zat aktifnya.
d. Prokinetick
Salah satu contoh obat prokinetik adalah Reglan. Efek sampingnya meliputi
kelelahan, depresi, mengantuk, cemas, dan kejang otot.
e. Antibiotik
Jika H. pylori menyebabkan ulkus peptik yang menyebabkan gangguan
pencernaan, antibiotik akan diresepkan. Efek sampingnya bisa termasuk sakit perut,
diare, dan infeksi jamur.
2. PENYAKIT HATI
1. Lecithin
Lecithin secara alami diproduksi di hati tetapi fungsi ini akan berkurang jika
hati mengalami kerusakan. Lecithin akan membantu memenuhi kebutuhan
phosphotidylcholine sel-sel hati yg mengalami kerusakan, sehingga dapat
memperbaiki kondisi sel-sel tersebut serta dapat memperbaiki dan mengembalikan
fungsi hati.
2. Chlorophyllin
1. DYSPEPSIA
2. PENYAKIT HATI
1. OBAT DIPEPSIA
a). Pada Antasida tablet konsumsi obat dengan mengunyahnya terlebih dahulu
sebelum ditelan, dan minum air putih setelahnya. Pada Antasida suspensi
kocok sebelum digunakan. Pakai alat penakar yang tersedia pada kemasan atau
yang diberikan dokter. Hindari menggunakan alat penakar sendiri seperti
sendok makan.
b). Pada obat antagonis reseptor H2 digunakan secara oral dengan konsentrasi
puncak serum dicapai dalam 1 sampai 3 jam. Sejumlah kecil obat (dari<10%
hingga 35%) mengalami metabolisme dihati.
c) Pada obat Pompa Pump Inhibitor (PPI), Prokinetick, dan antibiotik dapat
dikonsumsi atau digunakan secara oral. Untuk menghasilkan efek yang
diinginkan dan hancur dilambung.
a). Pemberian obat lectithin pada orang dewasa dapat diberikan secara per oral
dengan dosis terbagi 3-9 g sehari.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis selesai dalam pembuatan makalah yang telag dilakukan, dapat
dsimpulkan sebagai berikut :
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada,
yang sering dirasakan keberadaan gas,perasaan penuh atau rasa terbakar di perut. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab dispepsia antara berbaring yaitu, iritasi lambung,
peradangan kandung empedu ( kolesistitis), pemulihan atau depresi, infeksi bakteri
Helibacter Pylori, kelainan gerakan pencernaan misal usus, dan menunggu asam
lambung yang berlebih. Dispepsia dapat diobati dengan bahan alami yaitu seperti
jahe, mint, jeruk nipis atau lemon, kayu manis, dan cengkeh. Adapun dsipepsia dapat
di obati. Seperti obat Antasida, Antagonis Reseptor H2, Pompa Pump Inhibitor ( PPI),
Prokinetik, dan Antibiotik.
Hati ( liver ) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpana energi,
pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan
penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat di bayangkan
akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan hati.
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam
membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA:
Baron, D.N.1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4 . Jakarta: EGC Penerbit
Djojoningrat, D., 2009. Dispepsia Fungsional dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam , Jilid I, Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing