Anda di halaman 1dari 22

Perintah Allah Ta’ala yang Terbesar

Sangat penting untuk diketahui bahwa tauhid merupakan perintah


Allah Ta’ala yang terbesar. Seluruh perintah Allah Ta’ala yang lainnya
mengikuti perintah untuk bertauhid ini dan tidak akan bermanfaat kecuali
dengan bertauhid terlebih dahulu. Di antara bukti yang menunjukkan bahwa
tauhid merupakan perintah Allah Ta’ala yang terbesar adalah ayat-ayat berikut
ini.

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْربَى َو ْال َج‬


‫ار‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫سانا ً َوبِذِي ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬ َ ْ‫شيْئا ً َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح‬ َ ‫َّللاَ َوال ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه‬
‫َوا ْعبُدُوا ه‬
‫َت أ َ ْي َمانُ ُك ْم‬
ْ ‫سبِي ِل َو َما َملَك‬
‫ب َواب ِْن ال ه‬ ْ
‫ن‬ ‫ج‬
ِ َ ِ ِ ْ
‫ال‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫اح‬
ِ ‫ص‬
‫ه‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ب‬
َ ِ ُ ُ ‫ن‬ ‫ج‬ ْ
‫ال‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua (ibu dan bapak), karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.” (QS.
An-Nisa [4]: 36).

Di dalam ayat ini terdapat sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. Oleh karena
itu, ayat ini disebut dengan “huquuqul ‘asyroh” (hak-hak yang berjumlah
sepuluh), yaitu hak Allah Ta’ala, hak kedua orang tua, dan seterusnya sampai
dengan hak hamba sahaya (budak). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
dengan menyebutkan hak-Nya, yaitu (yang artinya),”Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Ini adalah bukti
bahwa tauhid merupakan perintah Allah Ta’ala yang pertama kali diserukan
kepada seseorang dan merupakan kewajiban terbesar seorang hamba dalam
sepanjang hidupnya, sebelum menunaikan kewajiban yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,

ٍّ ُ ‫سانًا إِ هما يَ ْبلُغ هَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َح ُد ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف َو َال‬ َ ْ‫ضى َربُّكَ أ َ هال ت َ ْعبُدُوا إِ هال إِيهاهُ َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح‬
َ َ‫َوق‬
ً َ ُ
)23( ‫تَن َه ْر ُه َما َوق ْل ل ُه َما قَ ْوال ك َِري ًما‬ ْ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala juga memulai dengan perintah bertauhid. Dan
sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah Ta’ala yang
terbesar.

Allah Ta’ala berfirman,

ُ‫ق نَحْ ن‬ َ ْ‫ش ْيئًا َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح‬
ٍّ ‫سانًا َو َال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْو َال َد ُك ْم ِم ْن إِ ْم ََل‬ َ ‫قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما َح هر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أ َ هال ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه‬
‫صا ُك ْم‬
‫ق ذَ ِل ُك ْم َو ه‬ ِ ‫َّللاُ إِ هال بِ ْال َح‬
‫س الهتِي َح هر َم ه‬ َ ‫طنَ َو َال ت َ ْقتُلُوا النه ْف‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما ب‬
َ ‫ش َما‬ َ ‫اح‬ ِ ‫ن َْر ُزقُ ُك ْم َوإِيهاهُ ْم َو َال ت َ ْق َربُوا ْالف ََو‬
‫ه‬
)151( َ‫بِ ِه لَعَل ُك ْم ت َ ْع ِقلُون‬

“Katakanlah,’Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh


Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu dan bapak, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rizki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar’. Demikian itu yang
diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (QS. Al-An’am [6]:
151).

Dalam ayat ini terdapat lima wasiat bagi seorang hamba. Yaitu mentauhidkan
Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, tidak membunuh anak-anak kita,
tidak boleh mendekati perbuatan keji, dan tidak membunuh jiwa yang
Allah Ta’ala kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan (Lihat Al-Qoulul
Mufiid, 1/20, karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
wasiat-Nya dengan perintah untuk bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫نس إِ هال ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Para ulama ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan “beribadah kepada-
Ku” adalah “mentauhidkan Aku”. Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menjelaskan
bahwa tujuan utama pencipatan makhluk adalah beribadah hanya kepada
Allah Ta’ala saja. Oleh karena itu, tauhid adalah perintah Allah Ta’ala yang
terbesar. Karena dengan melaksanakannya, mereka dapat mewujudkan tujuan
penciptaan dirinya. (Lihat Syarh Tsalaatsatul Ushuul, hal. 17, karya Syaikh
Shalih Alu Syaikh).

Kalau kita telah memahami bahwa perintah Allah Ta’ala yang terbesar adalah
tauhid, maka otomatis kewajiban kita adalah mempelajari tauhid terlebih dahulu
sebelum mempelajari cabang ilmu agama lainnya, karena tauhid adalah asas
dalam agama kita ini. Kita juga harus mempelajarinya dan menyampaikannya
kepada masyarakat secara terus-menerus. Oleh karena itu, tidak selayaknya
apabila pengajaran tauhid ini disepelekan, tidak dinomorsatukan, atau bahkan
tidak diajarkan sama sekali. Namun sayangnya, kita dapati saat
ini sebagian da’i yang menyepelekan dan menganggap remeh hal ini.

***

Selesai disempurnakan ba’da subuh, Masjid Nasuha Rotterdam NL, 27 Jumadil


Akhir 1436

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Referensi utama:

 Hushuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuul, ‘Abdullah bin Shalih Al-


Fauzan, Maktabah Ar-Rusyd Riyadh KSA, cetakan ke dua, tahun 1430.
 Syarhu Al-Ushuuli Ats-Tsalaatsah, Syaikh Dr. Shalih Fauzan bin ‘Abdillah
Al-Fauzan, Daar Al-Imam Ahmad Kairo Mesir, cetakan pertama, tahun
1427.
Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/25349-perintah-allah-taala-


yang-terbesar-untuk-hamba-nya-1.html
Macam Macam Tauhid Beserta Dalil nya
Dengan memohon taufik dari Allah Ta’ala, penyusun memulai penjelasan
mutiara faedah bagian pembukaan ini. Dua belas kaedah atau perkara yang
mendasar dalam bagian pembukaan, yaitu:

1. Dasar Pertama: Definisi Tauhid

Tentang definisi Tauhid ini diambil dari ucapan penulis rahimahullah berikut ini,

Petikan Matan

‫بالعبادة سبحانه هللا إفراد هو التوحيد أن‬

“Bahwa Tauhid adalah mengesakan Allah subhanahu dalam peribadatan”

Penjelasan:

ّ ‫حد – و‬
Kata tauhid secara bahasa diambil dari ‫حد‬ ّ ‫ توحيدا – يو‬yaitu, menjadikan
sesuatu itu satu saja.

Kata tauhid terdapat dalam beberapa hadits yang agung, mislanya terdapat di
dalam HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, HR. Muslim dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu dan HR. Muslim dari Umar bin Al-
Khoththob radhiyallahu ‘anhu. Jadi, kata tauhid itu syar’i.

Adapun dalam istilah syari’at secara umum adalah

ْ ‫الربوبية من به ي‬، ‫الصفات و األسماء و واأللوهية‬


‫َختَصُ بما سبحانه هللا إفراد‬

“Mengesakan Allah Subhanahu dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya,


yaitu Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma` was Shifat”.

Macam-macam Tauhid

Dari definisi tauhid di atas dapat kita ketahui macam-macam tauhid itu ada tiga,
yaitu:

1. Tauhid Rububiyyah
‫بأفعاله هللا إفراد‬

“Mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya”

Tauhid rububiyah berarti meyakini hanya Allah yang mampu melakukan


perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususan-Nya, seperti menciptakan
makhluk, mengaturnya, memberi rezeki, memberi manfa’at, menimpakan
musibah/mudhorot, menghidupkan, mematikan dan lainnya yang menjadi
kekhususan Allah.

2. Tauhid Uluhiyyah

‫بالعبادة هللا إفراد‬

“Mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya”

Tauhid uluhiyah berarti meyakini hanya Allah yang berhak diibadahi, tidak boleh
mempersembahkan peribadatan kepada selain-Nya, dalam bentuk ibadah yang
lahir maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.

3. Tauhidul Asma` was Shifat :

‫والسنة القرآن في الواردة العلى وصفاته الحسنى بأسمائه هللا إفراد‬، ‫بمعانيها واإليمان‬
‫وأحكامها‬

“Tauhid Nama dan Sifat adalah mengesakan Allah dalam nama-nama-Nya


yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang termulia, yang bersumber dari Al-Qur`an
dan As-Sunnah,dan beriman terhadap makna-makna dan hukum-hukumnya”

Tauhid asma` wa sifat berarti meyakini hanya Allah yang memiliki nama
yang husna dan sifat yang ‘ulya. Sedangkan selain Allah tidak berhak dikatakan
memiliki nama dan sifat tersebut.

Mengapa dalam kitab ini kata “Tauhid” didefinisikan dengan salah satu
dari ketiga macam Tauhid?

Tauhid uluhiyah

Penulis rahimahullah mendefinisikan tauhid uluhiyah dikarenakan salah satu


dari kedua sebab berikut ini.
1. Untuk menjelaskan bahwa tauhid jenis ini adalah jenis tauhid yang paling
penting, sebagai dasar yang paling mendasar. Tauhid Uluhiyyah lah yang
menjadi inti permusuhan dan perselisihan antara para Rasul ‘alaihimush
shalatu was salam dengan kaum musyrikin. Secara umum, kaum
musyrikin mengakui dua jenis tauhid yang lainnya, namun menentang
jenis tauhid uluhiyah.
2. Tauhid uluhiyah mengandung tauhid rububiyah dan tauhid asma` wa
sifat. Adapun tauhid uluhiyah dikatakan mengandung tauhid rububiyah,
karena setiap orang yang menyembah Allah semata, tidak dikatakan
menyembah Allah hingga ia mengakui tauhid rububiyah. Sedangkan
tauhid uluhiyah dikatakan mengandung tauhid asma` wa sifat karena
manusia tidaklah menyembah Zat yang berhak disembah kecuali Zat
tersebut memiliki kekhususan nama dan sifat yang tak tertandingi.

***

(bersambung)

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/27346-penjelasan-kasyfus-


syubuhat-5-definisi-dan-macam-macam-tauhid.html

Pertama : Tauhid Rububiyah.


Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal perbuatanNya.
Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan,
mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan lain-lain yang merupakan
perbuatan-perbuatan khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim
haruslah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu
dalam RububiyahNya.

Kedua : Tauhid Uluhiyah


Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam jenis-jenis peribadatan
yang telah disyariatkan. Seperti ; shalat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar,
sembelihan, berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang tergolong jenis
ibadah. Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal tersebut
dinamakan Tauhid Uluhiyah ; dan tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah
Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama, yaitu
Tauhid Rububiyah, setiap orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-
orang musyrik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus Rasulullah kepada mereka.
Mereka mayakini Tauhid Rububiyah ini, sebagaiman tersebut dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

َ ‫ّللاُ ۖ فَأَنَّ ٰى يُ ْؤفَك‬


‫ُون‬ َّ َّ‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ُه ْم لَيَقُولُن‬
َ ‫َولَئِ ْن‬
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan
mereka ? niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat
dipalingkan (dari menyembah Allah)”. [Al-Zukhruf/43 : 87]

َ ُ‫لِل ۖ قُ ْل أ َ َف ََل تَتَّق‬


‫ون‬ َ ُ‫س َيقُول‬
ِ َّ ِ ‫ون‬ ِ ‫ب ا ْلعَ ْر ِش ا ْلعَ ِظ‬
َ ﴾٨٦﴿ ‫يم‬ ُّ ‫ْع َو َر‬
ِ ‫سب‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ُّ ‫قُ ْل َم ْن َر‬
َّ ‫ب ال‬

“Katakanlah, Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan mempunyai Arsy yang
besar ? Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah. Katakanlah, Mengapa kamu
tidak bertaqwa?” [Al-Mu’minun/23 : 86-87]

Masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik


meyakini Tauhid Rububiyah. Akan tetapi, sebenarnya yang dituntut dari mereka
adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid
Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui Tauhid Uluhiyah (ibadah).
Sungguh, Rasulullah (diutus untuk)menyeru mereka agar meyakini Tauhid
Uluhiyah. Hal ini disebutkan dalam firmanNya Subhanahu wa Ta’ala.

َّ ‫غوتَ ۖ َف ِم ْن ُه ْم َم ْن َهدَى‬
َ ْ‫ّللاُ َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َح َّقت‬
‫علَ ْي ِه‬ َ َّ ‫وًل أَ ِن ا ْعبُدُوا‬
ُ ‫ّللا َواجْ ت َ ِنبُوا ال َّطا‬ ‫س ا‬ُ ‫َولَقَ ْد َب َعثْنَا ِفي ك ُِل أ ُ َّم ٍة َر‬
‫ين‬ ُ
َ ‫َان عَاقِبَة ا ْل ُمك َِذ ِب‬
َ ‫ْف ك‬ ُ ‫ض فَا ْن‬
َ ‫ظ ُروا َكي‬ ِ ‫يروا فِي ْاْل َ ْر‬
ُ ‫س‬ ُ
ِ َ‫الض َََّللَة ۖ ف‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut, lalu diantara umat-
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-
orang yang telah dipastikan sesat. Oleh karena itu, berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(para rasul)” [An-Nahl /16:36]

Setiap rasul menyeru manusia agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Adapun Tauhid
Rububiyah, karena merupakan fitrah, maka belumlah cukup kalau seseorang
hanya meyakini tauhid ini saja.
Ketiga : Tauhid Asma was Sifat
Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-saifat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya,
dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tiga jenis tauhid inilah yang wajib diketahui oleh seorang muslim, lalu secara
sungguh-sungguh ,mengamalkannya.

[Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan II/17-18. Di salin ulang dari
Majalah Fatawa edisi 1/I/Ramadhan 4123H Hal. 4-5. Alamat Pondok Pesantren
Islamic Center Bin Baz Piyungan, Bantul Yogykarta]

Read more https://almanhaj.or.id/546-macam-macam-tauhid.html


Syirik Dan Macam-Macamnya

Kedelapan:
SYIRIK DAN MACAM-MACAMNYA[1]

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk


kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla, syirik merupakan
sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya
merupakan jalan untuk dapat menjauhi-nya dengan sejauh-jauhnya.

A. Definisi Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya [2].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam;

 pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain


Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya:

ٍ‫ض وما ل ُه ْم فِي ِهما ِم ْن ِش ْرك‬ ِ ‫َّللا ۖ َل ي ْم ِل ُكون ِمثْقال ذ َّرةٍ ِفي السَّماوا‬
ِ ‫ت وَل فِي ْاْل ْر‬ ِ ‫عوا َّالذِين زع ْمت ُ ْم ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬ ُ ‫قُ ِل ا ْد‬
ٍ ‫وما لهُ ِم ْن ُه ْم ِم ْن ظ ِه‬
‫ير‬

“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah,
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan
bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-
Nya.’” [Saba’: 22]

 Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada


selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah
[3].”

Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah


adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a
kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu
bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan
sebagainya kepada selain-Nya.
Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia
meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak
berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

‫ظ ْل ٌم ع ِظي ٌم‬
ُ ‫الش ْرك ل‬
ِ ‫إِ َّن‬

“… Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang


besar.” [Luqman: 13]

Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫وجلس وكان ُمت َّ ِكئًا‬- ‫عقُ ْو ُق ْالوا ِلدي ِْن‬ ُ ‫ بلى يا ر‬:‫ قالُ ْوا‬،(‫أَل أُنبِئ ُ ُك ْم بِأ ْكب ِر ْالكبائِ ِر )ثالثًا‬
ُ ‫ اْ ِإل ْشراكُ بِاهللِ و‬:‫ قال‬.ِ‫س ْول هللا‬
‫ فما زال يُك ِر ُرها حتَّى قُ ْلنا ليْتهُ سكت‬:‫ قال‬.‫الز ْو ِر‬ ُّ ‫ أَل وق ْو ُل‬:-‫فقال‬.

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka
kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak
seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata:
“Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.” [4]

Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan
Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu
bukan pada tempatnya.[5]

Contoh-contoh perbuatan syirik, di antaranya adalah orang yang memohon


(berdo’a) kepada orang yang sudah mati, baik itu Nabi, wali, maupun yang
lainnya. Perbuatan ini adalah syirik.

Berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti berdo’a meminta suatu hajat,
isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati,
baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat, atau minta
rizki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan
lainnya selain Allah adalah syirik akbar (syirik besar).
Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang
memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, maka ia musyrik kafir.” [6]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫َّللا إِ َٰل ًها آخر َل ب ُْرهان لهُ بِ ِه فإِنَّما ِحسابُهُ ِع ْند ربِ ِه ۚ إِنَّهُ َل يُ ْف ِل ُح ْالكافِ ُرون‬ ُ ‫وم ْن ي ْد‬
ِ َّ ‫ع مع‬

“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain bersama Allah, padahal tidak ada
satu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Rabb-nya. Sesungguhgnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [Al-
Mukminuun: 117][7]

B. Ancaman Bagi Orang Yang Berbuat Syirik


1. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik
kepada-Nya, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada
Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ َّ ِ‫َّللا َل ي ْغ ِف ُر أ ْن يُ ْشرك بِ ِه وي ْغ ِف ُر ما دُون َٰذ ِلك ِلم ْن يشا ُء ۚ وم ْن يُ ْش ِر ْك ب‬


‫اَّلل فق ِد ا ْفتر َٰى إِثْ ًما ع ِظي ًما‬ َّ ‫إِ َّن‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48] Lihat juga [An-Nisaa’: 116].

2. Diharamkannya Surga bagi orang musyrik.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ار‬ ُ َّ‫َّللا عل ْي ِه ْالجنَّة ومأْواهُ الن‬


َّ ‫ار ۖ وما ِل‬
ٍ ‫لظا ِل ِمين ِم ْن أ ْنص‬ ِ َّ ‫ِإنَّهُ م ْن يُ ْش ِر ْك ِب‬
ُ َّ ‫اَّلل فق ْد ح َّرم‬

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka


pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zha-lim itu seorang penolong pun.” [Al-Maa-idah:
72]

3. Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan.


Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ول ْو أ ْشر ُكوا لحبِط ع ْن ُه ْم ما كانُوا ي ْعملُون‬


“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al-An’aam: 88]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ُ ‫ولق ْد أ‬
‫وحي ِإليْك وإِلى الَّذِين ِم ْن ق ْب ِلك لئِ ْن أ ْشر ْكت ليحْ بط َّن عملُك ولت ُكون َّن ِمن ْالخا ِس ِرين‬

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi)


sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” [Az-Zumar: 65]

Dua ayat ini menjelaskan barangsiapa yang mati dalam keadaan musyrik, maka
seluruh amal kebaikan yang pernah dilaku-kannya akan dihapus oleh Allah,
seperti shalat, puasa, shadaqah, silaturahim, menolong fakir miskin, dan lainnya.

4. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ص ُرو ُه ْم وا ْقعُدُوا ل ُه ْم ُك َّل م ْرص ٍد‬ ُ ‫فا ْقتُلُوا ْال ُم ْش ِر ِكين حي‬
ُ ْ‫ْث وج ْدت ُ ُمو ُه ْم و ُخذُو ُه ْم واح‬

“…Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…” [At-
Taubah: 5]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫ ويُؤْ تُوا‬،‫صالة‬
‫ فإِذا‬،‫الزكاة‬ َّ ‫ ويُ ِق ْي ُموا ال‬،ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ وأ َّن ُمح َّمدًا ر‬،ُ‫أ ُ ِم ْرتُ أ ْن أُقاتِل النَّاس حتَّى ي ْشهد ُْوا أ ْن َل ِإله ِإَلَّ هللا‬
‫ و ِحسابُ ُه ْم على هللاِ تعالى‬،‫ق اْ ِإلسْال ِم‬ ِ ‫ عص ُم ْوا ِمنِي دِماء ُه ْم وأ ْموال ُه ْم إَِلَّ ِبح‬،‫فعلُ ْوا ذ ِلك‬.

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa


tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar melainkan Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan
membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan
harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka ada
pada Allah Azza wa Jalla.”[8]

Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan
kemunkaran yang paling munkar.
C. Jenis-Jenis Syirik
Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.

1. Syirik Besar
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah,
seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan
penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin
atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang
(dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan
sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana
tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti
memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam
bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah
saja.[9] Allah Ta’ala berfirman:

‫ب ا ْلعال ِمين‬ ِ َّ ِ ‫آخ ُر دعْوا ُه ْم أ ِن ْالح ْم ُد‬


ِ ‫َّلل ر‬ ِ ‫سبْحانك اللَّ ُه َّم وت ِحيَّت ُ ُه ْم فِيها سال ٌم ۚ و‬
ُ ‫دعْوا ُه ْم ِفيها‬

“Do’a mereka di dalamnya adalah, ‘Subhanakallahumma,’ dan salam


penghormatan mereka adalah: ‘Salaamun.’ Dan penutup do’a mereka adalah:
‘Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.’” [Yunus: 10]

Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan


menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan
syirik dan belum bertaubat daripadanya.

Syirik besar ada banyak [10], sedangkan di sini akan disebutkan empat
macamnya saja:[11]

Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia


juga berdo’a kepada selain-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫صين لهُ الدِين فل َّما نجَّا ُه ْم ِإلى ْالب ِر ِإذا ُه ْم يُ ْش ِر ُكون‬ َّ ‫فإِذا ر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل ِك دع ُوا‬
ِ ‫َّللا ُم ْخ ِل‬

“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” [Al-
‘Ankabuut: 65]
Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َٰ ُ ‫سون أ‬
‫ولئِك الَّذِين ليْس ل ُه ْم فِي‬ ِ ‫م ْن كان ي ُِري ُد ْالحياة ال ُّد ْنيا و ِزينتها نُو‬
ُ ‫ف ِإل ْي ِه ْم أعْمال ُه ْم ِفيها و ُه ْم فِيها َل يُبْخ‬
‫اط ٌل ما كانُوا ي ْعملُون‬ ِ ‫ار ۖ وحبِط ما صنعُوا فِيها وب‬ ُ َّ‫ْاْل ِخرةِ إِ ََّل الن‬

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami


berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”
[Huud: 15-16]

Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ۚ ‫احدًا ۖ َل ِإ َٰله إِ ََّل هُو‬


ِ ‫َّللا و ْالم ِسيح ابْن م ْريم وما أ ُ ِم ُروا إِ ََّل ِلي ْعبُدُوا إِ َٰل ًها و‬ ِ ‫اتَّخذُوا أحْ بار ُه ْم و ُر ْهبان ُه ْم أ ْربابًا ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬
‫سبْحانهُ ع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ ُ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-


rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb) al-Masih putera Maryam;
padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak
ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia. Mahasuci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]

Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala


dengan selain-Nya dalam hal kecintaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫َّلل ۗ ول ْو يرى َّالذِين ظل ُموا ِإ ْذ‬ ِ َّ ِ ‫َّللا ۖ والَّذِين آمنُوا أش ُّد ُحبًّا‬ ِ ‫َّللا أ ْندادًا ي ُِحبُّون ُه ْم ك ُح‬
ِ َّ ‫ب‬ ِ ‫اس م ْن يت َّ ِخذُ ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫و ِمن الن‬
‫ب‬ ِ ‫َّللا شدِي ُد ْالعذا‬
َّ ‫َّلل ج ِمي ًعا وأ َّن‬ِ َّ ِ ‫ير ْون ْالعذاب أ َّن ْالقُ َّوة‬

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan
seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).”
[Al-Baqarah: 165]
2. Syirik Kecil
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik
besar.
Syirik kecil ada dua macam:

Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫م ْن حلف ِبغي ِْر هللاِ فق ْد كفر أ ْو أ ْشرك‬.

“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik.” [12]

Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil.

Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada


seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Engkau
mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan:
‘Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para
Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan:

‫ ماشاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت‬:‫ وأ ْن يقُ ْولُ ْوا‬،‫ب ْالك ْعب ِة‬
ِ ‫ ور‬.

“Demi Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah


kemudian atas kehendakmu.’” [13]

Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:

‫ما شاء هللاُ و ِشئْت‬.

“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”

Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:


‫ما شاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت‬.

“Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”

Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ ما شاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت‬:‫ ول ِك ْن ِليقُ ْل‬،‫ ما شاء هللاُ و ِشئْت‬:‫إِذا حلف أح ُد ُك ْم فال يقُ ْل‬.

“Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: ‘Atas


kehendak Allah dan kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:

‫ما شاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت‬.

‘Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.’” [14]

Kata ‫( ثُـ َّم‬kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan


kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫َّللاُ ربُّ ْالعال ِمين‬


َّ ‫وما تشا ُءون ِإ ََّل أ ْن يشاء‬

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 29]

Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan
sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti
menggantungkan jimat (tamimah [15]) karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau
lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai
penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan
ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya
marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa
dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau
mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar),
karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.[16]
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’
(ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti
melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia
ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya
(karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya
dalam membaca (Al-Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka
menyanjung atau memujinya.

Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak, karena
itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:

ِ ‫ي أنَّما ِإ َٰل ُه ُك ْم ِإ َٰلهٌ و‬


‫اح ٌد ۖ فم ْن كان ي ْر ُجو ِلقاء ر ِب ِه ف ْلي ْعم ْل عم ًال صا ِل ًحا وَل يُ ْش ِر ْك‬ َّ ‫قُ ْل ِإنَّما أنا بش ٌر ِمثْلُ ُك ْم يُوح َٰى ِإل‬
‫ِب ِعبادةِ ر ِب ِه أحدًا‬

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang


diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang
Esa.’’ Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada


orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu: “Sesungguhnya aku ini
hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka barangsiapa yang menganggap
diriku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah pendusta, hendaklah ia
mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa.
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib,
yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan beliau, seperti
tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara ghaib lainnya,
melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah


(sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah
Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya
-yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia
mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syari’at-Nya, serta tidak
menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal
perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala
semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak menyekutukan Allah) merupakan
rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah
(menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai dengan syari’at (Sunnah)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [17]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ ا ِلريا ُء‬:‫س ْول هللاِ؟ قال‬ ْ ‫ وما ال ِش ْركُ اْْل‬:‫ فقالُ ْوا‬،‫صغ ُر‬
ُ ‫ يا ر‬،‫صغ ُر‬ ْ ‫اف عل ْي ُك ُم ال ِش ْركُ اْْل‬
ُ ‫ ِإ َّن أ ْخوف ما أخ‬.

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka
(para Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.” [18]

Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk
kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad
untuk mendapatkan harta benda.

Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ضي و ِإ ْن ل ْم يُ ْعط س ِخط‬ ِ ‫ ِإ ْن أُع‬،‫ ت ِعس ع ْب ُد ْالخ ِميْل ِة‬،‫ ت ِعس ع ْب ُد ْالخ ِميْص ِة‬،‫ ت ِعس ع ْب ُد ال ِد ْره ِم‬،‫ار‬
ِ ‫ْطي ر‬ ِ ‫ت ِعس ع ْب ُد ال ِدن‬.

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah,


celakalah hamba khamilah [19]. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia
marah.”[20]

Read more https://almanhaj.or.id/3262-syirik-dan-macam-macamnya.html


Macam-Macam Syirik
Pembagian syirik ada berbagai macam tergantung dikelompokkan pada
kelompok yang mana.

1. Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala

a. Syirik di dalam Rububiyyah

Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki,


menghidupkan atau mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.

b. Syirik di dalam Uluhiyyah

Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat,
memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat
uluhiyyah.

c. Syirik di dalam Asma’ wa Sifat

Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat


khusus yang Allah ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat
lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Maha Suci.

2. Syirik Menurut Kadarnya

a. Syirik Akbar (besar)

Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama
islam.

– Syirik dalam berdoa

Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah
dan isti’anah kepada selain-Nya.

– Syirik dalam niat, kehendak dan maksud

Adalah manakala melakukan ibadah tersebut semata-mata ingin dilihat orang


atau untuk kepentingan dunia semata.
– Syirik dalam keta’atan

Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syariat selain Allah Subhanahu wa


Ta’ala atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan
syariat dan ridho atas hukum tersebut.

– Syirik dalam kecintaan

Adalah mengambil makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhanahu wa


Ta’ala. Menyetarakan kecintaan makhluk dengan Allah.

b. Syirik Ashghar (kecil)

Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi
pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang
termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua
Syirik Ashghar hanya berupa riya’.

c. Syirik Khafi (tersembunyi)

Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun
termasuk riya’, dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam
sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib bertaubat.

3. Syirik Menurut Letak Terjadinya

a. Syirik I’tiqodi

Syirik yang berupa keyakinan, misalnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wa


Ta’ala yang telah menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi
lain juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan kepada
kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan pelakunya dari agama
islam, kita berlindung kepada Allah dari hal ini.

b. Syirik Amali

Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain
Allah dan lainnya.

c. Syirik Lafzhi

Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan
sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku
bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan
begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur
kesyirikan.

Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk
menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan
cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di
manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/60-macam-macam-syirik.html

Anda mungkin juga menyukai