Di dalam ayat ini terdapat sepuluh hak yang wajib kita tunaikan. Oleh karena
itu, ayat ini disebut dengan “huquuqul ‘asyroh” (hak-hak yang berjumlah
sepuluh), yaitu hak Allah Ta’ala, hak kedua orang tua, dan seterusnya sampai
dengan hak hamba sahaya (budak). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
dengan menyebutkan hak-Nya, yaitu (yang artinya),”Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Ini adalah bukti
bahwa tauhid merupakan perintah Allah Ta’ala yang pertama kali diserukan
kepada seseorang dan merupakan kewajiban terbesar seorang hamba dalam
sepanjang hidupnya, sebelum menunaikan kewajiban yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
ٍّ ُ سانًا إِ هما يَ ْبلُغ هَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َح ُد ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ
ف َو َال َ ْضى َربُّكَ أ َ هال ت َ ْعبُدُوا إِ هال إِيهاهُ َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح
َ ََوق
ً َ ُ
)23( تَن َه ْر ُه َما َوق ْل ل ُه َما قَ ْوال ك َِري ًما ْ
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala juga memulai dengan perintah bertauhid. Dan
sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa tauhid adalah perintah Allah Ta’ala yang
terbesar.
ُق نَحْ ن َ ْش ْيئًا َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح
ٍّ سانًا َو َال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْو َال َد ُك ْم ِم ْن إِ ْم ََل َ قُ ْل تَعَالَ ْوا أَتْ ُل َما َح هر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أ َ هال ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه
صا ُك ْم
ق ذَ ِل ُك ْم َو ه ِ َّللاُ إِ هال بِ ْال َح
س الهتِي َح هر َم ه َ طنَ َو َال ت َ ْقتُلُوا النه ْف َ َظ َه َر ِم ْن َها َو َما ب
َ ش َما َ اح ِ ن َْر ُزقُ ُك ْم َوإِيهاهُ ْم َو َال ت َ ْق َربُوا ْالف ََو
ه
)151( َبِ ِه لَعَل ُك ْم ت َ ْع ِقلُون
Dalam ayat ini terdapat lima wasiat bagi seorang hamba. Yaitu mentauhidkan
Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, tidak membunuh anak-anak kita,
tidak boleh mendekati perbuatan keji, dan tidak membunuh jiwa yang
Allah Ta’ala kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan (Lihat Al-Qoulul
Mufiid, 1/20, karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memulai
wasiat-Nya dengan perintah untuk bertauhid.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Para ulama ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan “beribadah kepada-
Ku” adalah “mentauhidkan Aku”. Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menjelaskan
bahwa tujuan utama pencipatan makhluk adalah beribadah hanya kepada
Allah Ta’ala saja. Oleh karena itu, tauhid adalah perintah Allah Ta’ala yang
terbesar. Karena dengan melaksanakannya, mereka dapat mewujudkan tujuan
penciptaan dirinya. (Lihat Syarh Tsalaatsatul Ushuul, hal. 17, karya Syaikh
Shalih Alu Syaikh).
Kalau kita telah memahami bahwa perintah Allah Ta’ala yang terbesar adalah
tauhid, maka otomatis kewajiban kita adalah mempelajari tauhid terlebih dahulu
sebelum mempelajari cabang ilmu agama lainnya, karena tauhid adalah asas
dalam agama kita ini. Kita juga harus mempelajarinya dan menyampaikannya
kepada masyarakat secara terus-menerus. Oleh karena itu, tidak selayaknya
apabila pengajaran tauhid ini disepelekan, tidak dinomorsatukan, atau bahkan
tidak diajarkan sama sekali. Namun sayangnya, kita dapati saat
ini sebagian da’i yang menyepelekan dan menganggap remeh hal ini.
***
Referensi utama:
Tentang definisi Tauhid ini diambil dari ucapan penulis rahimahullah berikut ini,
Petikan Matan
Penjelasan:
ّ حد – و
Kata tauhid secara bahasa diambil dari حد ّ توحيدا – يوyaitu, menjadikan
sesuatu itu satu saja.
Kata tauhid terdapat dalam beberapa hadits yang agung, mislanya terdapat di
dalam HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, HR. Muslim dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu dan HR. Muslim dari Umar bin Al-
Khoththob radhiyallahu ‘anhu. Jadi, kata tauhid itu syar’i.
Macam-macam Tauhid
Dari definisi tauhid di atas dapat kita ketahui macam-macam tauhid itu ada tiga,
yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah
بأفعاله هللا إفراد
2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyah berarti meyakini hanya Allah yang berhak diibadahi, tidak boleh
mempersembahkan peribadatan kepada selain-Nya, dalam bentuk ibadah yang
lahir maupun yang batin, ucapan maupun perbuatan.
والسنة القرآن في الواردة العلى وصفاته الحسنى بأسمائه هللا إفراد، بمعانيها واإليمان
وأحكامها
Tauhid asma` wa sifat berarti meyakini hanya Allah yang memiliki nama
yang husna dan sifat yang ‘ulya. Sedangkan selain Allah tidak berhak dikatakan
memiliki nama dan sifat tersebut.
Mengapa dalam kitab ini kata “Tauhid” didefinisikan dengan salah satu
dari ketiga macam Tauhid?
Tauhid uluhiyah
***
(bersambung)
Artikel Muslim.or.id
[serialposts]
“Katakanlah, Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan mempunyai Arsy yang
besar ? Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah. Katakanlah, Mengapa kamu
tidak bertaqwa?” [Al-Mu’minun/23 : 86-87]
َّ غوتَ ۖ َف ِم ْن ُه ْم َم ْن َهدَى
َ ّْللاُ َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َح َّقت
علَ ْي ِه َ َّ وًل أَ ِن ا ْعبُدُوا
ُ ّللا َواجْ ت َ ِنبُوا ال َّطا س اُ َولَقَ ْد َب َعثْنَا ِفي ك ُِل أ ُ َّم ٍة َر
ين ُ
َ َان عَاقِبَة ا ْل ُمك َِذ ِب
َ ْف ك ُ ض فَا ْن
َ ظ ُروا َكي ِ يروا فِي ْاْل َ ْر
ُ س ُ
ِ َالض َََّللَة ۖ ف
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut, lalu diantara umat-
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-
orang yang telah dipastikan sesat. Oleh karena itu, berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(para rasul)” [An-Nahl /16:36]
Setiap rasul menyeru manusia agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Adapun Tauhid
Rububiyah, karena merupakan fitrah, maka belumlah cukup kalau seseorang
hanya meyakini tauhid ini saja.
Ketiga : Tauhid Asma was Sifat
Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-saifat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya,
dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiga jenis tauhid inilah yang wajib diketahui oleh seorang muslim, lalu secara
sungguh-sungguh ,mengamalkannya.
[Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan II/17-18. Di salin ulang dari
Majalah Fatawa edisi 1/I/Ramadhan 4123H Hal. 4-5. Alamat Pondok Pesantren
Islamic Center Bin Baz Piyungan, Bantul Yogykarta]
Kedelapan:
SYIRIK DAN MACAM-MACAMNYA[1]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
A. Definisi Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya [2].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam;
ٍض وما ل ُه ْم فِي ِهما ِم ْن ِش ْرك ِ َّللا ۖ َل ي ْم ِل ُكون ِمثْقال ذ َّرةٍ ِفي السَّماوا
ِ ت وَل فِي ْاْل ْر ِ عوا َّالذِين زع ْمت ُ ْم ِم ْن د
ِ َّ ُون ُ قُ ِل ا ْد
ٍ وما لهُ ِم ْن ُه ْم ِم ْن ظ ِه
ير
“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah,
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan
bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-
Nya.’” [Saba’: 22]
ظ ْل ٌم ع ِظي ٌم
ُ الش ْرك ل
ِ إِ َّن
وجلس وكان ُمت َّ ِكئًا- عقُ ْو ُق ْالوا ِلدي ِْن ُ بلى يا ر: قالُ ْوا،(أَل أُنبِئ ُ ُك ْم بِأ ْكب ِر ْالكبائِ ِر )ثالثًا
ُ اْ ِإل ْشراكُ بِاهللِ و: قال.ِس ْول هللا
فما زال يُك ِر ُرها حتَّى قُ ْلنا ليْتهُ سكت: قال.الز ْو ِر ُّ أَل وق ْو ُل:-فقال.
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka
kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak
seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi berkata:
“Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.” [4]
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan
Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu
bukan pada tempatnya.[5]
Berdo’a (memohon) kepada selain Allah, seperti berdo’a meminta suatu hajat,
isti’anah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati,
baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin maupun kuburan keramat, atau minta
rizki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan
lainnya selain Allah adalah syirik akbar (syirik besar).
Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang
memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, maka ia musyrik kafir.” [6]
َّللا إِ َٰل ًها آخر َل ب ُْرهان لهُ بِ ِه فإِنَّما ِحسابُهُ ِع ْند ربِ ِه ۚ إِنَّهُ َل يُ ْف ِل ُح ْالكافِ ُرون ُ وم ْن ي ْد
ِ َّ ع مع
“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain bersama Allah, padahal tidak ada
satu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Rabb-nya. Sesungguhgnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [Al-
Mukminuun: 117][7]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48] Lihat juga [An-Nisaa’: 116].
ِ ُ ولق ْد أ
وحي ِإليْك وإِلى الَّذِين ِم ْن ق ْب ِلك لئِ ْن أ ْشر ْكت ليحْ بط َّن عملُك ولت ُكون َّن ِمن ْالخا ِس ِرين
Dua ayat ini menjelaskan barangsiapa yang mati dalam keadaan musyrik, maka
seluruh amal kebaikan yang pernah dilaku-kannya akan dihapus oleh Allah,
seperti shalat, puasa, shadaqah, silaturahim, menolong fakir miskin, dan lainnya.
ص ُرو ُه ْم وا ْقعُدُوا ل ُه ْم ُك َّل م ْرص ٍد ُ فا ْقتُلُوا ْال ُم ْش ِر ِكين حي
ُ ْْث وج ْدت ُ ُمو ُه ْم و ُخذُو ُه ْم واح
“…Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…” [At-
Taubah: 5]
َّ ويُؤْ تُوا،صالة
فإِذا،الزكاة َّ ويُ ِق ْي ُموا ال،ِس ْو ُل هللا ُ وأ َّن ُمح َّمدًا ر،ُأ ُ ِم ْرتُ أ ْن أُقاتِل النَّاس حتَّى ي ْشهد ُْوا أ ْن َل ِإله ِإَلَّ هللا
و ِحسابُ ُه ْم على هللاِ تعالى،ق اْ ِإلسْال ِم ِ عص ُم ْوا ِمنِي دِماء ُه ْم وأ ْموال ُه ْم إَِلَّ ِبح،فعلُ ْوا ذ ِلك.
Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan
kemunkaran yang paling munkar.
C. Jenis-Jenis Syirik
Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.
1. Syirik Besar
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah,
seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan
penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin
atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang
(dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan
sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana
tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti
memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam
bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah
saja.[9] Allah Ta’ala berfirman:
Syirik besar ada banyak [10], sedangkan di sini akan disebutkan empat
macamnya saja:[11]
صين لهُ الدِين فل َّما نجَّا ُه ْم ِإلى ْالب ِر ِإذا ُه ْم يُ ْش ِر ُكون َّ فإِذا ر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل ِك دع ُوا
ِ َّللا ُم ْخ ِل
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” [Al-
‘Ankabuut: 65]
Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َٰ ُ سون أ
ولئِك الَّذِين ليْس ل ُه ْم فِي ِ م ْن كان ي ُِري ُد ْالحياة ال ُّد ْنيا و ِزينتها نُو
ُ ف ِإل ْي ِه ْم أعْمال ُه ْم ِفيها و ُه ْم فِيها َل يُبْخ
اط ٌل ما كانُوا ي ْعملُون ِ ار ۖ وحبِط ما صنعُوا فِيها وب ُ َّْاْل ِخرةِ إِ ََّل الن
Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َّلل ۗ ول ْو يرى َّالذِين ظل ُموا ِإ ْذ ِ َّ ِ َّللا ۖ والَّذِين آمنُوا أش ُّد ُحبًّا ِ َّللا أ ْندادًا ي ُِحبُّون ُه ْم ك ُح
ِ َّ ب ِ اس م ْن يت َّ ِخذُ ِم ْن د
ِ َّ ُون ِ َّو ِمن الن
ب ِ َّللا شدِي ُد ْالعذا
َّ َّلل ج ِمي ًعا وأ َّنِ َّ ِ ير ْون ْالعذاب أ َّن ْالقُ َّوة
Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik.” [12]
Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil.
ماشاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت: وأ ْن يقُ ْولُ ْوا،ب ْالك ْعب ِة
ِ ور.
Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما شاء هللاُ ث ُ َّم ِشئْت: ول ِك ْن ِليقُ ْل، ما شاء هللاُ و ِشئْت:إِذا حلف أح ُد ُك ْم فال يقُ ْل.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 29]
Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan
sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti
menggantungkan jimat (tamimah [15]) karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau
lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai
penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan
ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya
marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa
dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau
mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar),
karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.[16]
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’
(ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti
melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia
ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya
(karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya
dalam membaca (Al-Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka
menyanjung atau memujinya.
Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak, karena
itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:
ا ِلريا ُء:س ْول هللاِ؟ قال ْ وما ال ِش ْركُ اْْل: فقالُ ْوا،صغ ُر
ُ يا ر،صغ ُر ْ اف عل ْي ُك ُم ال ِش ْركُ اْْل
ُ ِإ َّن أ ْخوف ما أخ.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka
(para Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.” [18]
Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk
kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad
untuk mendapatkan harta benda.
Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ضي و ِإ ْن ل ْم يُ ْعط س ِخط ِ ِإ ْن أُع، ت ِعس ع ْب ُد ْالخ ِميْل ِة، ت ِعس ع ْب ُد ْالخ ِميْص ِة، ت ِعس ع ْب ُد ال ِد ْره ِم،ار
ِ ْطي ر ِ ت ِعس ع ْب ُد ال ِدن.
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat,
memberikan syafaat tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat
uluhiyyah.
Yaitu syirik dalam keyakinan, dan hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama
islam.
Adalah merendahkan diri kepada selain Allah dengan tujuan untuk istighatsah
dan isti’anah kepada selain-Nya.
Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam, akan tetapi
pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi bukan hanya riya’ saja yang
termasuk syirik Ashgar. Riya’ termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua
Syirik Ashghar hanya berupa riya’.
Yaitu seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini pun
termasuk riya’, dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama islam
sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib bertaubat.
a. Syirik I’tiqodi
b. Syirik Amali
Yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain Allah, dan bernazar untuk selain
Allah dan lainnya.
c. Syirik Lafzhi
Yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at islam sebagai sebuah
kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti perkataan
sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali Allah dan engkau”, dan “Aku
bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan karena Allah dan si fulan maka akan
begini dan begitu”, dan lafazh-lafazh lainnya yang mengandung unsur
kesyirikan.
Dengan mengetahui beberapa kategori syirik diatas dapat membantu kita untuk
menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam bentuk apapun dan
cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa terhindar dari syirik tersebut di
manapun dan kapan pun jua. Wallohu a’lam bishowab.