KLHs Dumai PDF
KLHs Dumai PDF
net/publication/322713295
Laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD Kota Dumai 2016-
2021
CITATIONS READS
0 5,250
1 author:
Mohd. Yunus
Perkumpulan Alam Zamrud
41 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mohd. Yunus on 26 January 2018.
KATA PENGANTAR
Amanat Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup telah mewajibkan kepada Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
guna memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana
dan/atau program (KRP).
Dalam rangka pemenuhan amanat undang-undang tersebut, maka
disusunlah KLHS untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Dumai untuk mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
ke dalam KRP untuk rencana pembangunan Kota Dumai atas dasar/prinsip
keterkaitan, keseimbangan dan keadilan.
Terimakasih atas dukungan semua sektor terkait dan seluruh pihak yang
telah mendukung terlaksananya penyusunan KLHS RPJMD Kota Dumai tahun
2016-2021 ini. Akhir kata, semoga KLHS RPJMD Kota Dumai ini dapat bermanfaat
dalam upaya untuk menjamin keberlanjutan pembangunan di masa mendatang.
i
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang I-1
1.2. Tujuan dan Manfaat KLHS I-2
1.2.1. Tujuan KLHS I-2
1.2.2. Manfaatan KLHS I-2
1.3. Waktu Pelaksanaan KLHS I-2
1.4. Kendala Pelaksanaan KLHS I-3
DAFTAR PUSTAKA
ii
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
1.1. Jadwal Pelaksanaan KLHS RPJMD Kota Dumai 2016-2021 ......................... I-3
2.1. Pembagian Wilayah Administrasi di Kota Dumai ............................................ II-1
2.2. Sungai yang Terdapat di Kota Dumai .............................................................. II-3
2.3. Luas Penggunaan Lahan ................................................................................. II-6
2.4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai Atas Dasar Harga konstan ..... II-8
2.5. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Dumai Tahun 2002-2014 ........................ II-10
2.6. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Dumai Tahun 2009-2014 dirinci per
Kecamatan ....................................................................................................... II-10
2.7. Kepadatan Penduduk Kota Dumai Tahun 2014 .............................................. II-11
2.8. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Dumai Tahun 2003-2014 ..................... II-12
2.9. Rasio Guru/Murid SD/MI di Kota Dumai Tahun 2010-2014 ............................ II-14
2.10. Rasio Guru/Murid SMP/MTs di Kota Dumai Tahun 2010-2014 ...................... II-14
2.11. Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA di Kota Dumai Tahun 2010-2014 ............... II-15
2.12. Statistik Kesehatan Kota Dumai ...................................................................... II-19
2.13. Tingkat kriminalitas di kota Dumai tahun 2012-2014 ...................................... II-20
2.14. Tingkat kecelakaan lalu lintas di kota Dumai tahun 2014 ............................... II-20
2.15. Bayaknya tempat peribadatan meurut jenis dan kecamatan tahun 2014 ....... II-20
2.16. Jumlah jemaah haji yang berangkat ke mekah tahun 2012-2014 .................. II-21
2.17. Penduduk Miskin di Kota Dumai Tahun 2009-2013 ........................................ II-21
2.18. Jumlah Rumah Tangga Sasaran Tahun 2015................................................. II-22
2.19. Tujuan dan Sasaran RPJMD ........................................................................... II-28
3.1. Identifikasi Pemangku Kepentingan................................................................. III-2
3.2. Analisis Pemangku Kepentingan ..................................................................... III-3
3.3. Daftar Panjang 192 Isu KLHS RPJMD Kota Dumai ........................................ III-6
3.4. Sandingan Isu Panjang Konfirmasi dengan Pasal 15 UU No. 32 Tahun 2009 III-11
3.5. Daftar 48 Isu Panjang KLHS RPJMD Kota Dumai .......................................... III-14
3.6. Deksripsi Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan ...................... III-15
3.7. Deksripsi Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan Sosial ............................... III-17
3.8. Deksripsi Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan Ekonomi ........................... III-23
3.9. Hasil Reorganisasi Tema Isu Pembangunan Berkelanjutan ........................... III-25
3.10. Daftar Isu Pendek KLHS RPJMD Kota Dumai Tahun 2016-2021 .................. III-26
3.11. Indeks Sensitivitas Lingkungan Perairan Pesisir Dumai ................................. III-27
3.12. Rekapitulasi Persediaan Awal Luas Kawasan Hutan Provinsi Riau 2013
(Aktiva).............................................................................................................. III-35
3.13. Rekapitulasi Persediaan Awal Luas Kawasan Hutan Provinsi Riau 2015
(Pasiva)............................................................................................................. III-35
vi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
3.14. Hasil Perhitungan Kerentanan dan Risiko Iklim Provinsi Riau ........................ III-37
3.15. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, dan Garis
Kemiskinan Kota Dumai Tahun 2011-2013 ..................................................... III-41
3.16. Perkembangan Data Koperasi Untuk 5 Tahun (2011-2015) .......................... III-41
3.17. Perkembangan Data UEK-SP Untuk 5 Tahun (2011-2015)........................... III-42
3.18. Data Perkembangan UMKM Kota Dumai Tahun 2012 – 2014 ....................... III-42
3.19. Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Dumai ................................................. III-44
3.20. Program RPJMD Kota Dumai Tahun 2016-2021 ............................................ III-63
3.21. Program Prioritas dan Indikator RPJMD Kota Dumai 2016-2021 ................... III-69
3.22. Pengaruh Program Terhadap Isu Strategis ..................................................... III-71
3.23. Pengaruh Kumulatif Program Prioritas RPJMD Kota Dumai 2016-2021 ........ III-72
3.24. Mitigasi dan Alternatif Program Prioritas RPJMD Kota Dumai 2016-2021 ..... III-80
3.25. Rekomendasi Program Prioritas RPJMD Kota Dumai 2016-2021.................. III-82
vii
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
xv
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
xvi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skoring Isu
2. Sandingan Isu
3. Instrumen Kajian Keterkaitan Rancangan RTRW
4. Instrumen Kajian Konsistensi Dengan RPJMD Daerah Lain
5. Instrumen Kajian Keterkaitan RPJMD Kota – Provinsi – Nasional
6. Instumen Kajian Prinsip Keseimbangan RPJMD
7. Intrumen Kajian Prinsip Keadilan RPJMD
8. Analisis Pengaruh Kumulatif
xvii
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan I-1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
Pendahuluan I-2
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
Pendahuluan I-3
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021
BAB II
GAMBARAN UMUM
Wilayah Administrasi
No.
Kecamatan Kelurahan
Ratu Sima
7 Sungai Sembilan Bangsal Aceh
Basilam Baru
Batu Teritip
Lubuk Gaung
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2015
2.1.2. Fisiografi
2.1.2.1. Geologi
Kota Dumai terdiri dari dataran rendah di bagian utara dan sebagian dataran
tinggi sebelah selatan. Umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning
dari batuan endapan dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk
rawa-rawa atau tanah basah. Secara geologi pada medan dataran disusun oleh batuan
sedimen berumur muda (Kuarter) berupa alluvium (Qp) dengan bahan penyusun
lempung, pasir, kerikil, sisa tumbuhan (gambut), dan rawa gambut, sedangkan pada
daerah perbukitannya disusun oleh batuan sedimen berumur tua (Tersier) dengan bahan
penyusun batu lumpur kelabu berkarbon terbioturbasikan, batu pasir halus, umumnya
kehalusan rendah sampai sangat rendah.
Kemampuan lahan di Wilayah Kota Dumai secara umum sangat baik. Terdapat
dua kelompok atau golongan tanah, yaitu Typic Tropaquepts atau Fluvisol Gleik dan
Hydric Trophemis atau Humic Histosol. Pembentukan kedua jenis tanah ini tidak lepas
dari adanya bentukan lapisan tanah gambut, yang secara historis menjadi lapisan tanah
dominan di seluruh wilayah Kota Dumai ini.
Mengingat bahwa tanah gambut di wilayah kota Dumai ini rata-rata memiliki
kedalaman: 0,5m, yang berarti tidak terlalu dalam, dan merujuk bahwa pada lapisan di
bawah gambut ini adalah tanah dasar yang memiliki daya dukung yang cukup baik, maka
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi/geoteknik yang sudah maju, kendala
struktur tanah di kota Dumai ini tidaklah menjadi permasalahan penting dalam upaya
membangun infrastruktur perkotaan.
Persoalan penting yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam upaya
mengembangkan berbagai infrastruktur perkotaan, khususnya di bagian wilayah kota
Dumai Lama (Dumai Barat dan Dumai Timur) ini adalah elevasi wilayahnya yang rata-rata
hanya berkisar 2 meter di atas permukaan laut. Terkait dengan pembangunan sistem
drainase kota dan karakteristik pasang surut laut yang sangat berpengaruh terhadap
muka air sungai, maka diperlukan berbagai upaya, khususnya dengan dukungan
teknologi dan manajemen sumber daya kawasan yang memadai. Untuk pengembangan
kota, karakteristik kondisi lahan yang demikian berkemampuan rendah untuk mendukung
pembangunan infrastruktur perkotaan yang berdimensi dan berskala besar. Hal ini berarti
bahwa untuk membangun infrastruktur dimaksud, akan memerlukan teknologi yang lebih
maju dan biaya yang lebih besar, namun dengan kemajuan teknologi infrastruktur yang
telah berkembang pesat saat ini, maka kendala kemampuan lahan tersebut bukan lagi
menjadi kendala penting.
2.1.2.2. Topografi
Kota Dumai berada pada lahan bergambut dengan kedalaman 0 - 0,5 m dan
ketinggian rata-rata berkisar 1,3 - 6,3 meter di atas permukaan laut. Kota Dumai termasuk
ke dalam kategori daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0 - < 3 %, dimana
sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai dan ke selatan
semakin bergelombang. Kota Dumai berada di tepi pantai selatan Selat Rupat dengan
kondisi topografi yang relatif datar, khususnya di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai
Timur, sedangkan kecamatan lainnya yaitu Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai
Sembilan, kondisi topografinya sedikit bergelombang. Jika dilihat dari ketinggiannya,
daerah yang datar dengan kemiringan lereng 0 - 2% terdapat sekitar 41.032 Ha (64,90%);
daerah yang landai sampai berombak memiliki kemiringan lereng 2 - 15% seluas 15.642
Ha (24,71%), daerah bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar antara 15 - 40%
seluas 364 Ha (0,58%) dan daerah berbukit memiliki kemiringan lereng >40% sekitar
6.200 Ha (9,81%) yang terletak di bagian Selatan Kota Dumai yaitu Kelurahan Bukit
Timah dan Bukit Datuk di Kecamatan Dumai Barat, Kelurahan Bukit Batrem di Kecamatan
Dumai Timur, Kelurahan Bukit Nenas, Bukit Kayu Kapur di Kecamatan Bukit Kapur. Dari
kondisi topografinya, diperkirakan Kota Dumai dapat digunakan untuk pembangunan kota
namun perkembangannya masih dibatasi oleh kendala-kendala pemanfaatan lahan.
Selain untuk kawasan pembangunan kota, Kota Dumai juga berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kegiatan pertanian.
2.1.2.3. Hidrologi
Kota Dumai memiliki 15 sungai besar dan kecil dengan total panjang
keseluruhannya 221 Km yang semuanya bermuara ke Selat Rupat dan Selat Malaka
sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Sungai-sungai di daerah Dumai umumnya
merupakan sungai perennial stream yang airnya dapat mengalir sepanjang tahun. Dari 15
sungai tersebut hanya sepanjang 114 Km yang dapat dilayari oleh kapal, pompong,
sampan dan perahu sampai jauh ke daerah hulu sungai. Sungai Bulu Hala, Sungai
Senepis, Sungai Mesjid merupakan tiga sungai yang terpanjang. Berikut ini sungai yang
melalui wilayah Kota Dumai.
2.1.2.4. Klimatologi
Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut yaitu iklim tropis basah
dengan curah hujan tahunan berkisar antara 1828 - 2473 mm per tahun dan rata-rata
curah hujan bulanan 254,8 mm per bulan, panjang hari hujan rata-rata 280 hh/tahun.
Berdasarkan klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951) yang
didasarkan atas keadaan banyaknya bulan basah (>100 mm/bulan) dan bulan kering (<
60 mm/bulan), tipe curah hujan di wilayah Dumai digolongkan kedalam tipe curah B
(basah), yaitu memiliki 8 bulan basah dan 2 bulan kering. Kota Dumai mempunyai iklim
tropis dengan kelembaban udara rata-rata 84,74 %, rata-rata suhu adalah 280C (suhu
maksimum 340C dan suhu minimum 21,50C), rata-rata bulanan penyinaran matahari 44,4
%. Terdapat dua musim yaitu musim kemarau antara bulan Maret s/d Agustus dan musim
hujan bulan September s/d Februari dengan suhu udara rata-rata 240 – 330C (Draft
RTRW Kota Dumai Tahun 2014-2034).
a. Suhu harian
Keadaan suhu kota Dumai yang diukur selama periode 2014, dengan rata-rata
sebesar 28,25 derajat celcius, yang secara detail ditunjukkan pada Tabel 2.3. suhu pada
siang hari berkisar antara 33,60-37,00. Suhu pada malam hari berkisar antara 20,40-
29,00. Suhu maksimum terjadi pada bulan juni yaitu 37,00. Suhu minimum sebesar
20,00yang terjadi pada bulan mei dan juni. Kondisi ini menggambarkan telah terjadi
perubahan cuaca ekstrim sebagai dampak dari pemanasan global.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des
Bulan
Jumlah hari hujan, curah hujan dan suhu berkorelasi positif dengan tingkat
kelembaban. Selama periode 2014, kelembaban udara di Kota Dumai berkisar antara
52,2 persen – 99,3 persen.
120
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des Rerata
Bulan
b. Curah hujan
Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh sifat iklim laut. Musim hujan jatuh pada
bulan September hingga bulan Februari dan periode kemarau dimulai pada bulan Maret
hingga bulan Agustus dengan iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut
dengan curah hujan berkisar antara 1.500 mm sampai dengan 2.600 mm selama 75
sampai dengan 130 hari hujan per tahun.Tercatat pada tahun 2014, curah hujan di Kota
Dumai sebanyak 2.584 mm dengan hari hujan sebanyak 168 hari.
Kondisi ini didukung pula oleh suhu rata-rata 260C-320C dengan kelembaban
antara 82-84 %.Tercatat pada tahun 2014, suhu rata-rata Kota Dumai adalah 28,30C
dengan kelembaban udara rata-rata pada tahun 2014 adalah 75,8%. Jumlah hari hujan
tertinggi di kota dumai terjadi pada tahun 2014 dengan total 168,0.
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013 2014
Gambar 2.4. Jumlah Hari Hujan Kota Dumai Tahun 2013-2014 (hari)
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2015
Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan total 2,584,0 mm.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah total 2,012,0
mm.
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013 2014
Gambar 2.5. Jumlah curah hujan Kota Dumai Tahun 2010-2012 (mm)
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2015
Kondisi hari hujan dan curah hujan Kota dumai cukup bervariatif. Selama periode
2013-2014, jumlah Hari Hujan (HH) berkisar antara 5,0 – 24,0 hari hujan/tahun dengan
jumlah curah hujan berkisar antara 23,3 – 368,0 milimeter per tahun sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 2.1.2.4.1 dan Tabel 2.1.2.4.2 diatas.
2.1.2.5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya
dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan
telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi
yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin,
misalnya melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan
mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami
yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada
bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan
lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan
lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini (present or current
land use). Oleh karena aktivitas manusia bersifat dinamis, maka perhatian sering
ditujukan pada perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Berikut adalah luas penggunaan lahan di Kota Dumai.
Penggunaan lahan di Kecamatan Dumai Kota, Dumai Timur, Dumai Barat, dan
Dumai Selatan didominasi oleh kawasan campuran sebesar 46%, kemudian kawasan
perumahan dan permukiman sebesar 18% dan vegetasi sebesar 17%. Kawasan industri
terdapat di Kecamatan Dumai Selatan (Chevron Pacific Indonesia), Kecamatan Dumai
Selatan (PERTAMINA), Kecamatan Dumai Kota (PELINDO). Kawasan pendidikan
terdapat di Kecamatan Dumai Timur, tepatnya di Kelurahan Bukit Batrem dengan luas
69.662 m2. Kawasan perdagangan dan jasa umumnya terdapat di Kecamatan Dumai
Kota. Kawasannya memanjang sepanjang koridor jalan utama yaitu Jl. Jend. Sudirman,
Jl. SS Kasim, Jl. S. Hasanuddin-Kelakap Tujuh, Jl. Cempedak, dan Jl. Budi Kemuliaan.
Kawasan perkantoran terdapat di Kecamatan Dumai Timur yang berlokasi di Jl. HR.
Soebrantas berupa perkantoran pemerintah dan Jl. SS. Kasim berupa perkantoran
pemerintah dan swasta
2.1.3. Ekonomi
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan setiap
sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. PDRB sebagai suatu ukuran
produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
wilayah pada satu tahun.
Secara umum ada tiga lapangan usaha yang cukup dominan dalam
pembentukan total PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kota Dumai tahun 2014 yaitu
industri pengolahan (C), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor (G)
serta lapangan usaha konstruksi (F). Sedangkan sektor-sektor yang lain memberikan
kontribusi dibawah 7 persen. PDRB perkapita tahun 2014 yaitu sebesar 84,23 juta rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai pada tahun 2014sebesar 3,53 persen. Dibandingkan
tahun 2013 yang sebesar 3,72 persen, pada tahun 2014 perekonomian bergerak
melambat.
2.1.3.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Sampai saat ini memang belum ada alat yang dapat untuk mengukur
kemakmuran suatu masyarakat, namun demikian angka-angka pendapatan regional
dapat menggambarkan produk yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi pada suatu daerah,
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur kemajuan
ekonomi suatu daerah. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
perekonomian suatu wilayah pada suatu periode adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Bila kita lihat angka PDRB tahun 2012-2014 atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha dengan minyak bumi terjadi kenaikan dari 10,035,476.89 milyar rupiah
tahun 2012 meningkat menjadi 11,178,854.35 4 milyar rupiah di tahun 2014. Sedangkan
angka-angka PDRB atas dasar harga kostan 2010 menurut lapangan usaha tercatat
18.909,85 milyar rupiah pada tahun 2011 meningkat menjadi 19.613,94 milyar rupiah
pada tahun 2012.
Sektor Industri pengolahan memiliki kontribusi paling besar terhadap
perekonomian kota Dumai. Kontribusi kategori industri pengolahan terhadap
pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku tahun dasar 2012 Kota Dumai
10,035,476.89 pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 11,178,854.35. Beberapa
industri pengolahan yang ada di Kota Dumai antar lain: pengolahan CPO, pengilangan
minyak bumi dan gas, dan pengolahan kelapa sawit.
Dilihat dari kelompok usaha industri, pada tahun 2012 kelompok usaha industri
kecil, perdagangan kecil, dan kerajinan paling banyak terdapat di Kota Dumai yaitu
sebanyak 431 unit dengan jumlah tenaga kerja 2.557 orang. Pada tahun 2014 kelompok
usaha industri kecil, perdagangan kecil, dan kerajinan jumlahnya yaitu 783 unit dengan
jumlah tenaga kerja 3.447 orang.
Tabel 2.4. Produk Domestik Regional Bruto Kota Dumai Atas Dasar Harga konstan
2012 2013 2014
Lapangan Usaha
Jutaan Rupiah Jutaan Rupiah Jutaan Rupiah
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,131,619.66 1,119,819.76 1,138,121.39
Pertambangan dan Penggalian 86,416.17 86,479.50 87,258.58
Industri Pengolahan 10,035,476.89 10,409,620.79 11,178,854.35
Pengadaan Listrik dan Gas 10,629.00 10,629.00 11,620.62
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
3,341.93 3,363.44 3,398.96
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 2,117,406.69 2,181,412.05 2,011,314.46
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 3,652,938.24 3,723,616.92 3,856,270.34
Transportasi dan Pergudangan 503,239.11 542,461.38 601,001.20
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 123,319.23 154,478.76 178,744.72
Informasi dan Komunikasi 170,547.14 206,134.11 229,294.86
Jasa Keuangan dan Asuransi 397,959.44 473,575.07 285,819.74
Real Estat 83,055.84 86,988.13 90,248.56
Jasa Perusahaan 831.69 883.50 958.60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
412,483.99 419,717.32 421,465.77
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 78,210.66 82,520.25 89,917.60
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 26,531.16 28,650.41 29,384.74
Jasa lainnya 75,946.65 83,596.52 92,630.46
Total PDRB 18,909,845.70 19,613,946.90 20,306,304.94
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2015
Secara umum ada tiga lapangan usaha yang cukup dominan dalam
pembentukan total PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kota Dumai tahun 2014 yaitu
industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor serta
lapangan usaha konstruksi.
Angka PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dengan migas tercatat 84,23
juta rupiah untuk tahun 2014 atau mengalami kenaikan bila dibanding dengan tahun 2012
tercatat senilai 70,72 juta rupiah, angka untuk harga konstan menunjukkan 72,49 juta
rupiah untuk tahun 2014 atau mengalami kenaikan dibandingkkan tahun 2012 yang
berjumlah 70,55 juta rupiah.
2.1.3.3. Laju Inflasi
Inflasi tahun kalender selama 2014 sebesar 8,53 persen dan kelompok
pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi tertinggi
sebesar 10,98 persen. Sedangkan inflasi terkecil berada di kelompok pengeluaran
kesehatan yaitu sebesar 4,33 persen.
Inflasi bulanan tertinggi di Kota Dumai tahun 2014 terjadi di bulan Juli yaitu
sebesar 1,91 persen dan pada bulan Juni sebesar 1,3 persen. Tingginya inflasi pada
bulan Juli disebabkan oleh adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks
pada beberapa kelompok barang yaitu pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan.
2,5
2
1,91
1,5
1,28 1,3
1,17
1
0,61
0,41 0,45
0,5 0,4
0,32
0,1 0,19
0,01
0
Jan Feb Mar Apr mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
adalan peningkatan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar
akan menjadi beban pembangunan jika tidak disertai oleh peningkatan derajat kualitas
penduduk yang memadai.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat
pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga
akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk. Jumlah penduduk di Kota Dumai secara
umum mengalami pertambahan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk ini dapat
dilihat dari laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Dumai menunjukkan peningkatan selama
tahun 2002 sampai dengan 2014. Dalam kurun waktu tersebut yang terbagi dalam
beberapa periode laju pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002
sampai dengan tahun 2004 laju pertumbuhan penduduknya cenderung stagnan, dan
selama periode 2005-2008mengalami penurunan sampai 2,45%. Laju pertumbuhan
tertinggi terjadi pada periode 2000-2001 yaitu 5,75% per tahun, sedangkan laju
pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009-2010 (1,12%), pada tahun 2010-2013
rata-rata laju pertumbuhan diatas 3% namun pada tahun 2014 pertumbuhan penduduk
0,03%. Selain kematian penduduk, kegiatan transmigrasi dan banyaknya minat menjadi
tenaga kerja ke luar daerah maupun luar negeri menjadi salah satu indikator
berkurangnya jumlah penduduk di beberapa kecamatan. Berikut ini tabel dan grafik yang
menunjukkan pertumbuhan penduduk di Kota Dumai selama tahun 2002-2014.
Jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Dumai Barat dan jumlah
penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Medang Kampai. Pertumbuhan penduduk
tertinggi yang paling rendah terjadi di Kecamatan Dumai Timur. Berikut ini laju
pertumbuhan penduduk Kota Dumai selama tahun 2009 sampai dengan 2014.
Tabel 2.6. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Dumai Tahun 2009-2014 dirinci per
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan
No. Kecamatan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 (%)
1. Bukit Kapur 36.928 37.953 39.424 42,082 45,933 42,399 5,04
Medang 11,240
9.894 10.583 11,253 15,33
2. Kampai 10.188 10.983
Sungai 30,475
26.644 28.529 32,065 11,76
3. Sembilan 27.465 29,920
4. Dumai Barat 89.088 89.968 93.447 38,871 38,068 39,688 1,71
5. Dumai Timur 87.813 87.604 90.993 58,793 50,429 50,593 1,09
6. Dumai Kota - - - 42,122 60,482 60,450
7. Dumai Selatan - - - 48,752 41,815 45,264
Kota Dumai 250.367 253.178 262.976 271.523 280.045 280.109 0,03
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2002-2015
Struktur Penduduk
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan
(sex ratio) di Kota Dumai pada tahun 2011 sebesar 108, artinya setiap 100 penduduk
perempuan di Kota Dumai terdapat 108 penduduk laki-laki. Seluruh Kecamatan di Kota
Dumai memiliki sex ratio> 100, artinya seluruh kecamatan di Kota Dumai jumlah
penduduk laki-lakinya lebih banyak daripada perempuan. Kecamatan Medang Kampai
merupakan kecamatan yang memiliki sex ratio terbesar (114), sedangkan sex ratio
terkecil terdapat di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur yaitu 106 yang berarti
setiap 100 perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki.
Tabel 2.8. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Dumai Tahun 2003-2014
Jumlah Penduduk
Tahun Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Total
2003 106.696 94.567 201.263 112,83
2004 111.851 99.133 210.984 112,83
Jumlah Penduduk
Tahun Sex Ratio
Laki-laki Perempuan Total
2005 112.924 106.427 219.351 106,1
2006 112.958 112.291 225.249 100,59
2007 115.902 115.219 231.121 100,59
2008 121.739 118.814 240.553 102,46
2009 129.992 120.375 250.367 107,99
2010 130.910 122.268 253.178 107,07
2011 136.216 126.760 262.976 107,46
2012 140.643 130.879 271.522 107,46
2013 145.084 134.983 280.067 107,48
2014 143.900 136.209 280.109 106
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Dumai, 2015
70-74
60-64
50-54
40-44 Perempuan
30-34 Laki-Laki
20-24
10-14
0-4
20.000 10.000 0 10.000 20.000
Kota dalam penanganan penduduk balita dan usia 5-16 tahun terutama dari segi
kesehatan dan asupan gizi serta pelayanan pendidikan dasar.
2.1.4.2. Pendidikan
Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan SMP/MTs
Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah, merupakan
perbandingan antara jumlah sekolah dan penduduk dalam usia sekolah. Dengan
demikian, nilai ini juga mencerminkan jumlah sekolah yang ada setiap 10.000 penduduk.
Berdasarkan data dari Dumai Dalam Angka, dari tahun 2010 hingga 2014, rasio
ketersediaan sekolah dibanding dengan penduduk usia sekolah mengalami
perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah/penduduk
usia sekolah SD/MImenunjukkan angka 25,21. Angka ini menunjukkan ada sekitar 25
sekolah SD untuk 10.000 penduduk. Pada tahun 2014 rasio ketersediaan
sekolah/penduduk usia sekolah SD/MI adalah 26,46 hal ini berarti terdapat sekitar 26
sekolah SD untuk setiap 10.000 penduduk. Untuk jenjang SMP rasio ketersediaan
sekolah/penduduk usia sekolah SMP/MTS antara tahun 2010 hingga tahun 2014 justru
menunjukkan kenaikan. Pada tahun 2010 menunjukkan nilai 26,24 dan pada tahun 2014
naik menjadi 39,95.
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
SD
20,00 SMP
15,00
10,00
5,00
0,00
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.8. Grafik Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan
SMP/MTs di Kota Dumai Tahun 2010-2014
penurunan ini adalah guru menjadi lebih fokus dalam menerangkan, dan murid menjadi
lebih mudah dalam menerima pelajaran.
Untuk jenjang SMP dan MTs, rasio murid guru dalam rentang antara tahun 2007
hingga tahun 2011 tren perkembangan relatif stabil, meskipun sedikit mengalami
peningkatan . Pada tahun 2007 rasio murid/guru untuk jenjang SMP/MTs adalah sebesar
14,94, angka ini sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 15,45. Hal ini
terjadi karena meningkatnya jumlah siswa yang tidak sebanding oleh semakin
bertambahnya jumlah guru, meskipun beban mengajar guru dalam suatu ruang kelas
kemungkinan menjadi lebih berat.
18
16
14
12
10
SD
8 SMP/MTS
6
0
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.9. Grafik Rasio Guru/Murid SD/MI dan SMP/MTs Kota Dumai Tahun 2010-
2014
21,00
20,50
SMA/SMK/MA
20,00
19,50
2010 2011 2012 2013 2014
12
11
10
9
Rasio Guru
8 SMA/SMK/MA
7
6
5
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.11. Grafik Rasio Guru/Murid SMA/MA/SMK Kota Dumai Tahun 2010-2014
90%
80%
70%
60%
50%
40% PAUD
30%
20%
10%
0%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.12. Grafik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kota Dumai Tahun 2008-2014
1,20%
1,00%
0,80%
SD
0,60%
SMP
0,40% SMA/SMK/MA
0,20%
0,00%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.13. Grafik Angka Putus Sekolah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK Kota
Dumai Tahun 2008-2014
tahun selalu berubah, namun hendaknya fenomena ini disikapi dengan serius oleh
pemerintah Kota Dumai, melalui Dinas Pendidikan, agar angka kelulusan naik kembali.
100,20%
100,00%
99,80%
99,60% SD
SMP
99,40%
SMA?SMK?MA
99,20%
99,00%
98,80%
2011 2012 2013 2014
Gambar 2.14. Grafik Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK Kota Dumai
Tahun 2011-2014
90%
80%
70%
60%
50%
Guru yang memenuhi
40% kualifikasi S1/D-IV
30%
20%
10%
0%
2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2.15. Grafik Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Di Kota Dumai Tahun
2010-2014
Meningkatnya guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV berarti pengetahuan,
pemahaman dan informasi yang diperoleh semakin terbuka luas, sehingga diharapkan
dapat menjadi salah satu pendorong untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mendidik
para guru. Peningkatan kualitas mengajar dan mendidik para guru diharapkan akan
meningkatkan kualitas anak didik atau murid, serta mempersiapkan murid untuk semakin
membuka wawasan pengetahua yang lebih luas di era globalisasi ini.
2.1.4.3. Kesehatan dan Keluarga Berencana
Terdapat penambahan fasilitas kesehatan puskesmas pada tahun 2014 yaitu
menjadi 10 puskesmas dimana pada tahun 2013 berjumlah 9 puskesmas. Dari 10
puskesmas, 4 puskesmas memiliki fasilitas rawat inap yaitu 1 unit berada di Kecamatan
Sungai Sembilan, 1 unit di Kecamatan Medang Kampai dan 2 unit di Kecamatan Bukit
Kapur. Selain puskesmas, Kota Dumai juga memiliki 3 rumah sakit dan 13 puskesmas
pembantu.
55,66
60
50
40 33,73
30
20
5,76 3,77
10 0,71
0,03 0,34
0
MOP Kondom Pil Suntik Implant MOW IUD
Selanjutnya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang ditangani Polres Dumai pada
tahun 2014 berjumlah 87 kecelakan dengan jumlah korban meninggal dunia 22 orang,
luka berat dan sebanyak luka ringan masing-masing 45 dan 85 orang dengan kerugian
material Rp. 124.800.000,-.
Tabel 2.14. Tingkat kecelakaan lalu lintas di kota Dumai tahun 2014
Jumlah Korban
Bulan Kerugian
Kecelakaan Meninggal Luka Berat Luka Ringan
Januari 8 3 4 11 16,800
Februari 6 1 4 5 4,400
Maret 11 2 5 10 20,600
April 6 2 4 6 8,700
Mei 4 0 2 6 2,900
Juni 8 3 3 6 15,100
Juli 5 1 4 2 2,200
Agustus 10 2 6 11 10,300
September 8 1 5 6 19,900
Oktober 6 1 2 9 7,100
November 10 4 4 9 15,400
Desember 5 2 2 4 1,400
Jumlah 87 22 45 85 124,800
Sumber: Dumai Dalam Angka 2015
2.1.4.5. Agama
Guna mengarahkan kehidupan beragama untuk umat dan kepentingan bersama
telah tersedia tempat-tempat ibadah menurut agama yang dianut baik yang dibangun oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan dari Kantor Departemen
Agama Kota Dumai menunjukkan bahwa pada tahun 2014, terdapat 196 mesjid, 79
gereja, 219 mushola, 7 vihara, 12 konghucu, dan 1 pura.
Tabel 2.15. Bayaknya tempat peribadatan meurut jenis dan kecamatan tahun 2014
Gereja
Kecamatan Mesjid Mushala Vihara Konghucu Pura
Khatolik Protestan
Bukit Kapur 41 55 2 15 0 0 1
Medang
13 12 0 2 0 0 0
Kampai
Sungai
34 43 2 15 2 1 0
Sembilan
Dumai Barat 30 30 0 0 1 2 0
Gereja
Kecamatan Mesjid Mushala Vihara Konghucu Pura
Khatolik Protestan
Dumai Timur 31 34 1 25 0 0 0
Dumai Kota 25 21 1 1 4 7 0
Dumai Selatan 22 22 0 15 0 2 0
Jumlah 196 217 6 73 7 12 1
Sumber: Dumai Dalam Angka 2015
Banyaknya jemaah haji yang berangkat ke Mekah pada tahun 2014, jemaah haji
yang berangkat ke Mekah berjumlah 311 orang. Jumlah jemaah haji kota Dumai
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013.
Tabel 2.16. Jumlah jemaah haji yang berangkat ke meka tahun 2012-2014
Tahun Jumlah Total
2012 269
2013 224
2014 311
Sumber: Dumai Dalam Angka 2015
2.1.4.6. Kemiskinan
Peningkatan kesejahteraan penduduk yang diukur dari peningkatan PDRB per
kapita belum tentu dinikmati oleh semua penduduk di Kota Dumai. Hal ini ditandai dengan
masih adanya masalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan mencerminkan adanya penduduk
yang belum mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal. Keterbatasan peluang
kesempatan kerja karena keterbatasan sumberdaya modal dan kualitas SDM akan
menghambat penduduk untuk mendapatkan penghasilan yang layak untuk mencukupi
kebutuhan hidup minimal. Tingkat kemiskinan di Kota Dumai tahun 2013 yaitu 4,98%.
Angka kemiskinan ini masih berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Dengan garis
kemiskinan sebesar Rp 328.158,00/kapita/bulan maka terdapat sekitar 16 ribu orang yang
hidup dengan pendapatan di bawah angka tersebut. Data dapat dilihat pada tabel berikut.
10
9
8
7
6
5 Tingkat kemiskinan Dumai
4 Tingkat kemiskinan Riau
3
2
1
0
2010 2011 2012 2013
Gambar 2.17. Persentase Tingkat Kemiskinan Kota Dumai dan Provinsi Riau Tahun
2010-2013
Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan, BPS
Berdasarkan data rumahtangga sasaran program PPLS tahun 2011 yang diolah,
maka pada tahun 2011, tingkat kemiskinan antar kecamatan menunjukkan perbedaan
yang relatif besar antara tingkat kemiskinan tertinggi dan terendah. Tingkat kemiskinan
terendah hanya sebesar 10,60%, yaitu di Kecamatan Dumai Barat, sedangkan tingkat
kemiskinan tertinggi mencapai 28,49%, yaitu di Kecamatan Medang Kampai (lihat tabel
2.2.1.7 dan gambar 2.2.1.5). Berdasarkan data terlihat bahwa ada 2 kecamatan yang
tingkat kemiskinannya lebih rendah daripada tingkat kemiskinan kota (15,24%), yaitu
Kecamatan Dumai Barat dan Kecamatan Dumai Timur. Sementara itu, wilayah dengan
tingkat kemiskinan lebih dari 15,24% adalah Kecamatan Bukit Kapur, Kecamatan Sungai
Sembilan, dan Kecamatan Medang Kampai.
25,00%
20,50%
20,00% 19,10%
15,00% 14,20%
Persetase RT Miskin
10,00% 8,60% 8,40% 8,30%
7,50%
5,00%
0,00%
Dumai Dumai Sungai Medang Bukit Dumai Dumai
Timur Barat Sembilan Kampai Kapur Selatan Kota
Gambar 2.18. Tingkat Kemiskinan Menurut Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2015
Sumber: Dinas Sosial, 2016
perubahan internal dan eksternal yang terjadi baik di Kota Dumai, Provinsi Riau, regional,
nasional, maupun internasional.
Penyusunan perencanaan pembangunan daerah ini dilaksanakan secara
berjenjang berpedoman pada RPJPD tahun 2005 – 2025 yang di jabarkan dalam RPJMD
tahun 2016-2021 dan dijabarkan lagi pada Rencana Strategis SKPD tahun 2016-2021,
selanjutnya disusun kegiatan tahunan sesuai dengan skala prioritas yang tersusun dalam
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Oleh karena itu, visi dan misi
pembangunan daerah dalam RPJMD merupakan visi dan misi Walikota terpilih Kota
Dumai. Visi dan misi ini menunjukkan arah pembangunan yang mencerminkan upaya
pengembangan potensi maupun penanganan permasalahan pembangunan sehingga
mampu meningkatkan peran dan menguatkan posisi strategis Kota Dumai.
Kota Dumai dengan posisi yang strategis, berada dalam koridor pembangunan
nasional dan global, berada pada koridor ekonomi sumatera, berada pada jalur
perdagangan internasional (Selat Malaka), berhadapan dengan Negara Singapura dan
Malaysia. Kawasan ini merupakan kutub pertumbuhan ekonomi di Asia seperti kerjasama
Asean Free Trade Area (AFTA), Asean – China Free Trade Area (ACFTA), dan Asia
Pacific Economic Cooperation (APEC) sehingga memberi pengaruh langsung terhadap
pembangunan Kota Dumai.
Pembangunan Kota Dumai yang didukung posisi strategis dan sumberdaya alam
yang besar, mempunyai tantangan dan permasalahan yang kompleks. Oleh karena itu,
perencanaan pembangunan harus specific, measurable, achievable, realistic dan timely
(SMART). Sehingga hasil pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan pelayanan umum dan meningkatkan daya saing daerah.
Maksud penyusunan RPJMD Kota Dumai 2016-2021 adalah :
1. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah, sebagai pedoman
penyusunan Renstra SKPD dan rencana pembangunan tahunan (RKPD);
2. Menjadi tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah serta instrumen bagi DPRD dalam melaksanakan fungsi
pengawasan;
3. Menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan bagi seluruh pemangku
kepentingan.
Adapun tujuan penyusunan RPJMD Kota Dumai 2016-2021 adalah untuk:
1. Menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan serta program Walikota
dan Wakil Walikota dalam arah kebijakan dan program pembangunan yang lebih
rinci, terarah, terukur dan dapat dilaksanakan selama tahun 2016-2021;
2. Sebagai acuan penyusunan RKPD dan menjamin terwujudnya konsistensi antara
perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan;
3. Instrumen pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dalam mengendalikan
penyelenggaran pembangunan daerah dan aspirasi mesyarakat sesuai dengan
prioritas dan sasaran program pembangunan yang ditetapkan dalam peraturan
daerah tenatang RPJMD;
4. Pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan
di wilayah Dumai;
5. Mewujudkan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
Bagian pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) menggambarkan kondisi umum, profil keuangan dan anggaran, serta analisis
isu-isu strategis. Bagian pertama merupakan dasar untuk merumuskan bagian kedua dari
RPJMD yang berisi kebijakan yang luas dan formulasi strategi untuk waktu 5 (lima) tahun,
2016-2021 yaitu: (1) visi dan misi; (2) tujuan dan sasaran; (3) strategi dan arah kebijakan;
(4) kebijakan umum dan program pembangunan; dan (5) program prioritas indikatif.
Semua ini dirumuskan secara umum, sedangkan program prioritas dijelaskan dalam
Rencana Strategis (Renstra) dari masing-masing SKPD.
Visi
Visi pembangunan daerah merupakan pandangan ke depan yang
menggambarkan arah, dan tujuan yang ingin dicapai guna menyamakan komitmen
seluruh pihak yang berkepentingan dalam menjalankan roda pemerintahan dan
melaksanakan pembangunan Kota Dumai. Dalam penetapan Visi dan Misi rancangan
teknokratik Pembangunan Kota Dumai mengacu kepada Peraturan daerah kota Dumai
nomor 13 Tahun 2014 tentang RPJPD Kota Dumai Peraturan Daerah Propinsi Riau
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Propinsi Riau Tahun 2014-2019 dan Peraturan presiden nomor 2 Tahun 2015
tentang RPJMN tahun 2015-2019.Adapun Visi Pembangunan Propinsi Riau adalah
Terwujudnya provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya melayu, berdaya
saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapngan kerja serta pemantapan
aparatur. Adapun Visi RPJMN adalah Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.
Mengacu kepada Visi Propinsi Riau dan Visi RPJMN serta bertolak pada kondisi
eksisting maka ditetapkan Visi pembangunan Kota Dumai yang hendak diwujudkan pada
tahun 2021 adalah : “Terwujudnya masyarakat dumai yang makmur dan madani
pada Tahun 2021”. Secara filosofi, visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang
terkandung di dalamnya, yaitu:
1) Masyarakat dumai yang makmur: keadaan masyarakat kota Dumai yang
terpenuhinya kebutuhan dasarnya secara layak, lahir dan bathin, arti kata :
a) Layak : wajar; pantas; patut ; mulia; terhormat
b) Lahir :keduniaan; jasmani
c) Bathin : sesuatu yang terdapat di dalam hati; sesuatu yang menyangkut jiwa
(perasaan hati dan sebagainya)
2) Masyarakat Dumai yang madani : Keadaan masyarakat kota Dumai yang
menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu
dan teknologi berperadaban, arti kata:
a) Nilai : sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya
b) Norma : aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku
yang sesuai dan berterima; aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai
tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu;
c) Hukum : peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah
d) Berperadaban: yang memiliki kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin;
hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu
bangsa;
3) Tahun 2021 : Merupakan batas akhir pencapaian visi dan misi yang merujuk pada
masa jabatan kepala daerah periode 2016-2021 yang realisasi pencapaiannya
diukur dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Misi
Misi pembangunan Kota Dumai untuk merealisasikan visi pembangunan di atas
adalah:
1. Meningkatkan pelayanan air bersih yang terjangkau dan peningkatan pemerataan
pembangunan infrastruktur dasar
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang berdaya saing
3. Meningkatkan ekonomi masyarakat dan pengentasan kemiskinan
4. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif dan transparan.
5. Meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan Perikanan serta ketahanan
pangan
Misi 1 : Meningkatkan pelayanan air bersih yang terjangkau dan peningkatan pemerataan
pembangunan infrastruktur dasar
Misi ini ditempuh untuk meningkatkan dan mendorong tersedianya kebutuhan
air bersih bagi masyarakat kota Dumai secara merata dan terjangkau sebagai
pemenuhan salah satu kebutuhan hajat hidup (biologis) utama masyarakat. Penyediaan
air bersih bagi masyarakat kota Dumai merupakan harapan masyarakat Dumai sampai
saat ini, dimana diharapkan cakupan pelayanan air bersih untuk masyarakat kota Dumai
dapat menjangkau seluruh bagian wilayah kota yang akan dilakukan secara
bertahap.Penyediaan air bersih juga merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat kota Dumai. Penyediaan air bersih dilakukan dengan
peningkatan infrastruktur air bersih yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Badan Usaha maupun bekerjasama dengan pihak ketiga sebagai perpanjangan tangan
pemerintah kota Dumai. Peningkatan infrastruktur air bersih tersebut meliputi peningkatan
infrastruktur pengolahan air baku, pemeliharaan sumber-sumber air baku dan jaringan
perpipaan maupun non perpipaan untuk distribusi air bersih kepada masyarakat kota
Dumai.
Peningkatan kualitas dan pemerataan infrastutktur dasar permukiman dan
perkotaaan ini merupakan faktor pendukung yang sangat penting bagi dalam
menciptakan kenyamanan, ketertiban dan keamanan (Amenity) dan membuka akses
yang dapat menghubungkan antar daerah maupun antar wilayah sehingga menjamin
kelancaran arus mobilitas orang maupun barang dan jasa khususnya pada sektor
perdagangan, Usaha Kecil Menengah, perkebunan, pertanian khususnya bagi investor
untuk berinvestasi di Kota Dumai sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
daerah khususnya bagi masyarakat guna mendukung perkembangan dan kesuksesan
pembangunan sektor pelabuhan dan industri. Infrastruktur yang perlu ditingkatkan
meliputi: penyediaan sumber pembangkit listrik; perluasan jaringan telekomunikasi;
penambahan dan peningkatan kualitas jalan/jembatan; drainase; serta fasilitas umum
perkotaan lainnya. Kondisi lainnya yang harus menjadi perhatian khusus adalah upaya
meminimalisir kejadian bencana banjir dan kebakaran lahan/hutan. Peningkatan sarana
dan prasarana dasar perkotaan diseluruh kelurahan adalah untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan bagi masyarakat dan secara khusus mengembangkan identitas diri Kota
Dumai dengan dukungan kawasan pelabuhan dan infrastruktur yang memadai guna
menjamin kelancaran perdagangan lokal, regional, nasional, dan internasional. Hal yang
sangat penting lainnya adalah adanya kesesuaian fungsi ruang dengan peruntukkannya
sehingga diharapkan prinsip sustainable development akan menjadi bagian dari
pembangunan infrastruktur kota Dumai kedepannya. Disamping itu misi ini juga ditempuh
melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas public space yang lebih nyaman dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Misi 2 : Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang berdaya saing
Misi ini mengandung makna bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan. Hal ini disadari karena manusia
sebagai Objek dan Subjek dalam pembangunan yang diarahkan agar mampu dan
memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif dalam mengembangkan dan
menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam memacu pelaksanaan pembangunan
nasional. Sejalan dengan pesatnya pembangunan serta terbukanya arus globalisasi
sehinga dikebutuhan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berdaya saing global.
Misi 7 : Mewujudkan pembangunan masyarakat yang seimbang secara lahir batin yang
agamis serta berbasis budaya melayu
Misi ini mengandung makna bahwa pembangunan sebuah kota tidak lepas dari
adanya keseimbangan antara pembangunan infrastruktur (fisik) dan pembangunan
sumber daya manusia yang ada didalamnya. Misi ini ditempuh sebagai upaya untuk
sumberdaya manusia masyarakat dumai agarmemiliki kualitas keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang sehat dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta profesional sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan global.
Hal ini mencakup pemantapan aspek kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan,
dan pendidikan keagamaan.
Misi ini juga mengandung makna bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) menjadi sektor prioritas yang akan dilakukan Pemerintah Kota Dumai
untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
maupun agama, serta penguasaan teknologi yang dihasilkan melalui pendidikan kejuruan
dan politeknik guna mengisi peluang kerja.
Budaya Melayu akan menjadi ruh bagi perilaku masyarakat dan pemerintahan
dalam pembangunan di Kota Dumai. Sebagai sebuah payung kebudayaan daerah, yakni
kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya
sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada. Kota Dumai merupakan salah satu
gerbang masuk dan keluarnya wisatawan yang berdampak masuknya budaya asing di
tanah Melayu ini, sehingga hal ini dapat diantisipasi dengan mengembangkan tatanan
budaya Melayu melalui lembaga seni dan sanggar-sanggar sehingga budaya Melayu
tetap eksis, dan tetap menghargai serta menjunjung keragaman budaya suku-suku
daerah lainnya.
Pemerintah Kota Dumai menetapkan rangkaian program sesuai dengan Urusan Wajib
dan Urusan Pilihan yang dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Dumai.
Suatu program pembangunan daerah merupakan sekumpulan program prioritas
yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah.
Penetapan program pembangunan dan penanganan urusan pembangunan yang
disesuaikan dengan misi pembangunan daerah seperti disajikan pada Tabel 2.21 berikut
Misi 1: Meningkatkan pelayanan air bersih yang terjangkau dan peningkatan pemerataan pembangunan infrastruktur dasar
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian
Mengendalikan pencemaran dan sumberdaya kelautan
kerusakan lingkungan pesisir Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada
dengan menerapkan teknologi masyarakat
ramah lingkungan Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Misi 4: Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif,
partisipatif dan transparan
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Meningkatkan kuantitas dan kualitas Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Misi 4: Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif,
partisipatif dan transparan
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
sistem pelayanan publik Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
Program Peningkatan Pelayanan Kelurahan
Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Program Penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Program Penataan Penguasaan Pemilikan Penggunaan dan Pemanfatan Tanah
Program peningkatan kualitas pelayanan terpadu
Program penyelematan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
Menyalurkan aspirasi kepuasan Program Mengintensifkan Pengaduan Masyarakat
masyarakat terhadap pelayanan
Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi
publik melalui forum formal
Meningkatkan sistem pelayanan
publik ke arah sistem pelayanan
yang lebih sederhana, transparan,
dan lebih memiliki kepastian waktu
dan biaya.
Pengalokasian Anggaran
pembangunan sarana dan
prasarana kelurahan pada setiap
Kecamatan
Menyediakan sarana dan prasarana
perkantoran yang baik untuk
meningkatkan pelayanan publik
yang terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat
Meningkatkan kualitas administrasi
Program Penataan Administrasi Kependudukan
kependudukan
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Program pengembangan wawasan kebangsaan
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Meningkat K3 melalui penegakan
Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
peraturan daerah
Program peningkatan sumber daya penegak hukum
Sosialisasi dan penegakan peraturan daerah
Program pendidikan politik masyarakat
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Meningkatkan cakupan pelayanan
kebakaran dan bencana alam Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
lainnya
Meningkatkan sarana dan prasarana Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
penanggulangan kebakaran dan
Program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran
bencana alam lainnya
Menyediakan acuan kerja dan Program Pendidikan Kedinasan
pedoman teknis dalam sistem kerja Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
profesional untuk setiap jenis dan
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
jenjang aparatur pemerintah daerah
Meningkatkan disiplin dan Program Penataan Daerah Otonomi Baru
kesejahteraan pegawai dalam
rangka mewujudkan pelayanan Program Peningkatan Disiplin Aparatur
prima
Peningkatan kualitas pelayanan
administrasi kepegawaian berbasis
sistem informasi manajemen
kepegawaian
Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan aparatur berbasis
kompetensi dan kinerja
Program perencanaan pembangunan daerah
Program peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Meningkatkan sistem administrasi
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota
pemerintahan daerah yang
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
transparan dan akuntabel
kebijakan KDH
Program Peningkatan Profesionalism tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Meningkatkan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan
daerah
Misi 4: Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih melalui penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, aspiratif,
partisipatif dan transparan
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Menerapkan tata kelola arsip daerah Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
sesuai peraturan/Undang-undang Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/ arsip daerah
kearsipan Program pemeliharaan rutin/ berkala sarana dan prasarana kearsipan.
Peningkatan konektifitas jaringan
teknologi informasi dalam layanan
Program peningkatan kualitas pelayanan informasi
data dan informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah
Melaksanakan Program dan
Kegiatan yang mendorong
Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
peningkatan penerimaan pajak dan
retribusi daerah
Melaksanakan Program dan
Kegiatan yang mendorong
Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
peningkatan penerimaan pajak bumi
dan bangunan
Peningkatan kapasitas pimpinan dan
anggota DPRD serta sumber daya Program Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
aparatur Sekretariat DPRD
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi 2.Program Pengembangan
Meningkatkan kualitas penyampaian data/informasi 3.Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media
informasi penyelenggaraan Massa
pemerintahan daerah Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Program kerjasama informsi dan media massa
Program Pengembangan data/informasi
Program Kerjasama Pembangunan
Meningkatkan partisipasi Program Pengembangan Program Perencanaan Pengembangan Wilayah
stakeholder dalam perencanaan Strategis dan cepat tumbuh Wilayah Perbatasan
pembangunan daerah yang Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan besar
berkualitas, applicable dan Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
accountable Program perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Program perencanaan sosial budaya
Peningkatan pengendalian dan
evaluasi pembangunan sebai
Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
feedback perencanaan
pembangunan daerah
Meningkatkan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan daerah
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
dalam segala tingkatan
pemerintahan
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
Program Peningkatan Kinerja LPMK dan RT
Program peningkatan kinerja lembaga masyarakat kecamatan
Meningkatkan Partisipasi dan
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
Swadaya Masyarakat dalam
puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya
pembangunan
Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
Program Peningkatan Kinerja LPMK dan RT
Program peningkatan kinerja lembaga masyarakat kecamatan
Program mengintensifkan penanganan pengaduam masyarakat
Meningkatkan peran dan kualitas
Kelembagaan Masyarakat untuk Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
berpartisipasi dalam pembangunan
Meningkatkan kerukunan hidup
beragama, berbangsa dan Program pengembangan wawasan kebangsaan
bermasyarakat
Misi 5: Meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan Perikanan serta ketahanan pangan
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
Memperkuat kelembagaan pelaku
Program pengembangan budidaya perikanan
usaha sektor pertanian dan
Program pengembangan perikanan tangkap
perikanan
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Peningkatan penerapan teknologi peternakan
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Misi 5: Meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan Perikanan serta ketahanan pangan
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Program peningkatan mitigasi bencana alat laut dan prakiraan iklim laut.
Program pengembangan system penyuluhan perikanan.
Meningkatkan promosi dan
pemasaran hasil produksi,
Meningkatkan mutu produk, jumlah Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
keragaman dan skala usaha
perikanan
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pengembangan sistem Penyuluhan perikanan
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar.
Program peningkatan produksi hasil peternakan.
Ekstensifikasi/Intensifikasi pertanian
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
dan sektor perikanan
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Meningkatkan kuantitas dan kualitas
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan.
konsumsi pangan masyarakat
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan
Memperkuat/meningkatkan sarana
dan prasarana kesehatan hewan
dan kesmavet, pelayanan, Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
pembinaan, pengawasan pangan
dan suveylance penyakit zoonosis.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Merehabilitasi lahan kritis,
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
perlindungan dan pengamanan
Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan
kawasan hutan
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Misi 6: Meningkatkan produktifitas sektor jasa dan Perdagangan, industri dan kemaritiman dalam mendukung
perekonomian daerah
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negri Program
Mengembangkan kegiatan
Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan
perdagangan dan jasa yang
Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
melayani pasar lokal dan regional
Program Perlindungan Konsumen dan pengamanan perdagangan
Penyediaan dan peningkatkan
fasilitas pergudangan
Meningkatkan pembinaan dan
pelatihan usaha bagi pelaku usaha
perdagangandan jasa
Memperluas networking pelaku
usaha perdagan dan jasa
Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
Mewujudkan terlaksananya Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
kerjasama dalam pengembangan Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
kawasan industri Program Penataan Struktur Industri
Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial
Meningkatkan fungsi kawasan
industri menjadi kawasan ekonomi Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistim Produksi.
khusus
Meningkatkan daya Saing Industri
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Kecil dan Menengah.
Memantapkan kualitas pelayanan
rogram Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
perizinan
Mendorong terciptanya hubungan
yang baik antara pemerintah dan Program Penigkatan kualitas pelayana terpadu
masyarakat terhadap investor
Meningkatkan amenitiy kota Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Mengintegrasikan hubungan Program Peningkatan Kesempatan Kerja
harmonis antara sektor tenaga
kerja, sektor penyedia lapangan Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
kerja dan pemerintah
Meningkatkan kualitas tenaga kerja
yang mampu bersaing di era global
Misi 6: Meningkatkan produktifitas sektor jasa dan Perdagangan, industri dan kemaritiman dalam mendukung
perekonomian daerah
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Peningkatan perlindungan tenaga
kerja, keselamatan dan kesehatan
kerja
Misi 7: Mewujudkan pembangunan masyarakat yang seimbang secara lahir batin yang agamis serta berbasis budaya
melayu
Arah Kebijakan Program Pembangunan Daerah
Meningkatkan peran masyarakat Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
dan lembaga keagamaan dalam Program Pelaksanaan Penghormatan Hari-hari Besar (Tambahan Program)
melaksanakan pendidikan
keagamaan sebagai dasar
Program Transmigrasi Lokal
pembentukan karakter bangsa yang
luhur
Mengadakan peringatan hari-hari
besar keagaamaan
Pengembangan seni dan tradisi
budaya yang diimplementasikan Program Pengembangan Nilai Budaya
dalam kehidupan sehari-hari
Meningkatkan pembinaan sanggar- Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
sanggar tradisional untuk dikelola Program Pengelolaan Keragaman Budaya
secara profesional dan
Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
berkelanjutan
Mendorong kesadaran masyarakat
dalam menjaga dan memeliharan
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
objek-objek yang memiliki nilai
sejarah dan budaya
Menyusun masterplan
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
kepariwisataan
Pembenahan pusat informasi
Program Pengembangan Kemitraan
kepariwisataan dengan berbasis IT
Meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana kepariwisataan
Peningkatan peran serta organisasi
Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda
kepemudaan dalam pembangunan;
peningkatan pembinaan kreatifitas
Program peningkatan peran serta kepemudaan
dan kemandirian bagi pemuda
Pembangunan Gedung Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup
Kepemudaan pemuda
Peningkatan pembinaan
olahragawan berprestasi dan bibit Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
olahragawan
Pembangunan GOR Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga
Revitalisasi sarana olahraga Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
Peningkatkan pembinaan kepada
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
organisasi keolahragaan
BAB III
PROSES, LINGKUP KEGIATAN, METODE, DAN
HASIL PELAKSANAAN KLHS
Konfirmasi Isu
No. Isu Hasil Pra Pelingkupan
1 2 3 4 5 6
39 Masih rendahnya kompetensi tenaga kesehatan/paramedis terutama bagi Puskesmas x
di daerah terpencil dan/atau jauh dari perkotan
40 Penduduk pendatang atau illegal merupakan permasalahan terbesar dalam x
pelaksanaan program kesehatan di Kota Dumai
41 Tingginya mobilitas penduduk melalui transmigrasi, pembukaan lahan perkebunan, x
pengembangan tambak udang serta penebangan pohon bakau sebagai industri arang
bakau dan faktor perilaku, lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat yang masih
mendukung sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk vektor DBD dan malaria.
42 Potensi Kota Dumai sebagai Kota Jasa dan Industri, daerah yang memiliki pelabuhan x
internasional dan sebagai pintu gerbang keluar masuknya bagi wisatawan asing
maupun pelaut asing, serta mobilisasi penduduk dari dan ke kabupaten/kota yang
memiliki angka prevalensi HIV/AIDS cukup tinggi seperti Kota Batam, Tanjung Balai
Karimun, serta Kepulauan Riau
43 Angka kematian ibu menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu terutama pada x
kasus rujukan ibu hamil/ ibu melahirkan/nifas.
44 Penduduk pendatang atau illegal jika tidak ditangani secara serius oleh Pemerintah x
Kota Dumai, maka dapat berdampak pada kegagalan pencapaian pelaksanaan
program kesehatan yang diukur melalui indikator Angka Kematian Bayi, Angka
Kematian Balita, Angka Kematian Ibu Melahirkan, serta persentase balita dengan gizi
buruk dan gizi kurang. Pada umumnya permasalahan kesehatan yang ada banyak
merupakan kontribusi dari penduduk pendatang (illegal) tersebut.
45 Penyakit Demam Berdarah (DBD) dan Malaria masih merupakan penyakit endemis di x
Kota Dumai
46 Meningkatnya prevalensi penderita HIV terhadap penduduk beresiko x
47 Tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Dumai x
48 Pengaruh-pengaruh negatif dari globalisasi bagi anak dan remaja x
49 Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar perempuan dalam kehidupan x
sosial, ekonomi, budaya dan politik belum memadai
50 Program ketahanan keluarga belum optimal x
51 Pemahaman masyarakat tentang Gender masih rendah x
52 Pemahaman masyarakat tentang perlindungan anak masih rendah x
53 Kasus Kekerasan pada anak dan perempuan masih tinggi x
54 Aksesibilitas infrastruktur kota bagi penyandang difabel sangat kurang x
55 Jumlah kualitas tenaga pelayanan sosial masih sangat terbatas x
56 Belum adanya aksebilitas infrastruktur bagi penyandang difabel x
57 Kurangnya koordinasi /sosialisasi antara stakeholders, swasta dan masyarakat dalam x
pemberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial
58 Belum optimalnya usaha peningkatan kemandirian dan produktivitas penyandang x
difabel
59 Ketersediaan data yang masih tumpang tindih antara stakeholders x
60 Belum optimalnya usaha peningkatan kemandirian dan produktivitas penyandang x
difabel
61 Meningkatnya keberadaan gelandangan,pengemis, anak jalanan dan PSK x
62 Tingkat pengangguran terbuka masih diatas 9% x
63 Perluasan lapangan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja x
64 Terbatasnya Sumber Daya Manusia bidang kesenian dan kebudayaan daerah x
65 Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni, x
bahasa dan sastra untuk menyaring masuknya budaya-budaya asing yang kurang sesuai
dengan tatanan, tuntunan dan tontonan budaya lokal
66 Masih tingginya penggunaan Narkoba dikalangan pemuda x
67 Pemahaman masyarakat tentang nilai – nilai budaya masih rendah x
68 Belum terbitnya peraturan tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) x x
69 Penegakan supremasi hukum masih lemah x x x x x x
70 Penegakan hukum (law enforcement) belum dapat berjalan sebagaimana mestinya x x x x x x
71 Belum optimalnya manjemen pengurangan resiko bencana x x
72 Belum optimalnya skill Sumber Daya Manusia bagi pelaksanaan Penanggulangan x x
Bencana di Kota Dumai
73 Pengurangan resiko bencana masih belum menjadi bagian terpadu dalam perencanaan x x
pembangunan daerah
74 Konflik pertanahan yang terjadi di Kota Dumai antara masyarakat dengan pihak lain-lain x
75 Peningkatan resiko bencana kebakaran yang disebabkan karena kepadatan x
pertumbuhan permukiman
76 Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Kamtibmas x
77 Belum adanya deliniasi kawasan hutan yang jelas x x
78 Tumpang tindih kepemilikan lahan x
79 Lemahnya pengawasan izin lingkungan x x x x x x
80 Tata kelola manajemen pendidikan belum optimal, efektif dan akuntabel x
81 Belum terwujud penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau x
masyarakat
Konfirmasi Isu
No. Isu Hasil Pra Pelingkupan
1 2 3 4 5 6
82 Keterbatasan akses pendidikan, daya tampung yang rendah serta sebaran guru yang x
tidak merata
83 Masih rendahnya peran serta publik dalam membangun ekosistem pendidikan x
84 Rendahnya atau terbatasnya penyediaan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam x
proses belajar mengajar
85 Belum proporsionalnya perbandingan jumlah siswa dengan sarana ruang kelas untuk x
menampung peserta didik dengan kapasitas dan jadwal belajar sesuai dengan standar
proses belajar yang efektif terutama tingkat pendidikan dasar
86 Belum terpenuhinya standar pelayanan minimal sarana prasarana di setiap jenjang x
pendidikan dan ketimpangan sarana dan prasarana antara sekolah di daerah kota
dengan di pinggir kota
87 Sebaran Guru terutama PNS yang tidak merata terutama di daerah pinggiran, x
kesejahteraan sebagian tenaga pendidik (PNS) sudah baik, namun belum diikuti
dengan peningkatan produktifitas kerja. Sedangkan sebagian tenaga pendidik lainnya
(NON PNS) masih perlu peningkatan kesejahteraan terutama guru honor
88 Masih rendahnya angka kualifikasi tenaga pendidik yang belum memenuhi standar S1 x
dan terjadinya mismatch antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang
diajarkan
89 Belum optimalnya ketersediaan infrastruktur air minum yang merata dan berkeadilan x
90 Belum optimalnya jumlah dan kualitas infrastruktur jalan daerah x
91 Belum optimalnya sarana dan prasarana pelayanan dasar pemukiman penduduk x
92 Kurangnya kesadaran dan pemahaman pengusaha sektor transportasi di Kota Dumai x
akan arti pentingnya kesehatan udara
93 Rendahnya pelayanan sambungan rumah air minum yang dirasakan masyarakat dalam x
memenuhi kebutuhan primer
94 Masih terdapatnya kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni x
95 Kawasan Pusat kota yang belum tertata secara optimal dan belum memenuhi kaidah- x
kidah ketata ruangan yang baik untuk menciptakan kawasan better space better living
96 Terbatasnya luasan dan sebaran ruang publik di kota Dumai x
97 Sampah masih belum dapat tertangani secara optimal x
98 Ketidak adilan ruang untuk masyarakat khususnya anak-anak x
99 Timbulan sampah cenderung bertambah x x x
100 Kurangnya Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial x
101 Rentan terbentuknya kawasan kumuh x
Keterangan:
X : ada keterkaitan
1. perubahan iklim
2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Tema Isu-isu
Pembangunan Lingkungan
Berkelanjutan
kawasan hutan. Pengurangan kawasan hutan ini juga disebabkan
oleh banyaknya konversi hutan menjadi lahan untuk perkebunan,
okupasi lahan dan kebakaran hutan dan lahan. Perubahan hutan
yang terjadi pada Kota Dumai disebabkan oleh banyaknya
pembukaan lahan untuk dijadikan perkebunan dan untuk
pembangunan. Perubahan ini dipicu akses yang mudah dicapai
oleh pendatang disamping kondisi topografi lahan yang relatif datar
sehingga mudah diusahakan. Kehilangan luas hutan berimplikasi
pada berkurangnya potensi hutan dan nilai kayunya namun
sebaliknya penambahan hutan menyebabkan meningkatnya
potensi dan nilai kayu pada kawasan bersangkutan. Industri pulp
dan plywood dikembangkan sebelum hutan tanaman industri
dibangun. Otomatis kebutuhan industri ini dipenuhi dari
penebangan di hutan alam sampai hutan tanaman “dianggap”
mampu untuk mensuplai kebutuhan tersebut.
Pesatnya pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk,
menyebabkan terjadinya alih guna lahan menjadi perumahan atau
kawasan industri secara cepat. Alih guna lahan ini pada umumnya
tidak dapat balik (irreversible) serta berdampak pada kerusakan
lingkungan. Tidak hanya itu, alih fungsi lahan juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan. Berikut beberapa
dampak alih fungsi lahan:
1. Berkurangnya lahan pertanian
Dengan adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian, maka
otomatis lahan pertanian menjadi semakin berkurang. Hal ini
tentu saja memberi dampak negatif ke berbagai bidang baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Menurunnya produksi pangan
Akibat lahan pertanian yang semakin sedikit, maka hasil
produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas
pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah
penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga
kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian
justru semakin berkurang.
3. Mengancam keseimbangan ekosistem
Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya,
sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem
alami bagi beberapa makhluk hidup. Sehingga jika lahan
tersebut mengalami perubahan fungsi, makhluk hidup tersebut
akan kehilangan habitatnya dan bisa mengganggu ke
permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga
membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga
mengurangi resiko penyebab banjir saat musim penghujan.
4. Sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakai
Untuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah
telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan
prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, banyak
kita jumpai proyek-proyek berbagai jenis jenis irigasi dari
pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun
drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian.
Sehingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka
sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai lagi.
5. Banyak buruh tani kehilangan pekerjaan
Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan
pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk
mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika
Tema Isu-isu
Pembangunan Lingkungan
Berkelanjutan
lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit,
maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata
pencaharian mereka.
6. Harga pangan semakin mahal
Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun, tentu saja
bahan-bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai.
Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para
produsen maupun pedagang untuk memperoleh keuntungan
besar. Maka tidak heran jika kemudian harga-harga pangan
tersebut menjadi mahal
7. Tingginya angka urbanisasi
Sebagian besar kawasan pertanian terletak di daerah pedesaan.
Sehingga ketika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang
mengakibatkan lapangan pekerjaan bagi sebagian orang
tertutup, maka yang terjadi selanjutnya adalah angka urbanisasi
meningkat. Orang-orang dari desa akan berbondong-bondong
pergi ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih
layak. Padahal bisa jadi setelah sampai di kota keadaan mereka
tidak berubah karena persaingan semakin ketat.
Ancaman kemerosotan/kepunahan keanekaragaman hayati di Kota
Dumai khususnya keanekaragaman hayati yang hidup di hutan
disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia antara lain alih fungsi
hutan, pembakaran hutan, illegal logging, perambahan hutan
konservasi, perburuan satwa liar, konflik satwa dan manusia dan
faktor-faktor lain. Tekanan ini menyebabkan berkurangnya habitat
flora dan fauna. Berdasarkan status keterancamannya sesuai Red
Data Book IUCN, beberapa jenis satwa di Kota Dumai sudah
berstatus terancam punah (endangered) antara lain harimau
sumatera, gajah sumatera, macan dahan, beruang madu, tapir dan
jenis-jenis lain. Untuk satwa dengan daya jelajah tinggi seperti
harimau sumatera dan gajah sumatera, saat ini habitat keduanya
jauh berkurang dan mengalami fragmentasi misalnya di Hutan
Wisata Sungai Dumai. Akibatnya, wilayah jelajahnya (home-range)
menjadi sempit dan ketersediaan pangannya berkurang.
Berkurangnya habitat dan makanan, telah meningkatkan konflik
gajah-harimau dengan manusia karena satwa-satwa tersebut
keluar dari habitatnya dan memasuki pemukiman, perladangan
atau kebun pemukiman penduduk.
Pemicu utama emisi GRK di Kota Dumai adalah :
1. Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan merupakan penyebab utama
penurunan kualitas udara ambien. Ketika terjadi kebakaran
berbagai zat-zat pencemar akan dilepaskan ke udara.
Parameter pencemaran udara yang biasanya meningkat ketika
terjadi kebakaran hutan dan lahan adalah particulate matter 10
(PM10).
2. Emisi Gas Buang dari Kegiatan Industri (sumber tidak bergerak)
Sumber emisi GRK lain di Kota Dumai adalah emisi gas buang
industri seperti industri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
(PMKS), Karet, Industri pengolahan kayu, industri pulp and
paper, migas dan industri makanan Zat pencemar udara
dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar fosil untuk
pembangkit tenaga listrik, dalam proses industri dan pengolahan
limbah padat dengan pembakaran pada industri. Beberapa
parameter yang menentukan kualitas diantaranya adalah
Tema Isu-isu
Pembangunan Lingkungan
Berkelanjutan
Particulat Matter (PM10), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon
Monoksida (CO), Ozon (O3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
3. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor (sumber bergerak)
Meningkatnya jumlah kendaraan di Kota Dumai akan
meningkatkan kebutuhan bahan bakar, seperti bensin
(premium) dan solar. Selain itu, dengan semakin banyaknya
jumlah kendaraan bermotor maka mengakibatkan terjadinya
kepadatan dan kemacetan arus lalu lintas. Kepadatan dan
kemacetan arus lalulintas di perkotaan akan memperparah
pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor.
4. Faktor Lain
Pemakaian bahan yang menghasilkan emisi GRK seperti CFC
(Cloro Floro Carbon) yang banyak dipakai pada bidang industri,
dan rumah tangga. Kegiatan pembuatan bahan kimia (chemical
plan) pada beberapa jenis industri (seperti pulp and paper) dan
pembakaran limbah padat dari kegiatan industri serta
pembakaran gas yang tidak diinginkan pada Gatering Station
(GS) penambangan migas melalui flare, dan pembakaran gas
pada unit pengolahan minyak bumi.
Tujuan (Target dan Meningkatkan evaluasi dan pengawasan lingkungan hidup
Indikator) berkelanjutan
Meningkatkan kualitas lingkungan dan perlindungan lingkungan
Mewujudkan pengelolaan informasi lingkungan hidup yang
berkelanjutan
Mewujudkan pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara
terpadu dan efektif dalam rangka mengendalikan perubahan
iklim
Meningkatkan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAN-GRK) yang secara umum memayungi upaya Indonesia
dalam komitmennya untuk menurunkan emisi karbon sebesar
26-41%.
Meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap
perubahan iklim
Isu-isu Penting Terkait 1. Menurunnya daya tampung beban pencemaran sungai
yang Perlu Didiskusikan 2. Tingginya degradasi kawasan hutan
3. Tingginya alih fungsi lahan menjadi perumahan dan kawasan
industri
4. Penurunan kualitas ekosistem lahan basah (rawa gambut)
5. Peningkatan intensitas kebakaran lahan dan hutan
6. Belum optimalnya manajemen pengelolaan bencana
7. Menurunnya keanekaragaman hayati
8. Tingginya emisi GRK
9. Dumai masih termasuk wilayah yang rentan terhadap
perubahan iklim
Data dan Informasi yang Data jenis dan lokasi kawasan industri
Diperlukan untuk Analisis Data DAS (erosi, sedimentasi)
Baseline Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Data Penggunaan Lahan di Kota Dumai
Data laju deforestasi lahan di Kota Dumai
Data kerusakan lahan hutan di Kota Dumai
Data potensi kebakaran lahan di Kota Dumai
Data lokasi penambangan di Kota Dumai
Laporan GRK Kota Dumai
Tema Isu-isu
Pembangunan Lingkungan
Berkelanjutan
Pemangku Kepentingan Kantor Lingkungan Kota Dumai
BAPPEDA Kota Dumai
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Dumai
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Dumai
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tema Isu-isu
Pembangunan Sosial
Berkelanjutan
Pada tahun 2014 Taman Kanak-kanak berjumlah 56
sekolah, 4.275 murid dan 335 guru dengan rasio murid
terhadap guru 12,76. Selanjutnya pada tahun 2014 Sekolah
Dasar berjumlah 99, jumlah murid 37.413 dan guru 2.234
dengan rasio murid terhadap guru 16,75
Pendidikan Menengah
Data statistik pendidikan menengah meliputi SLTP dan
SLTA dilingkungan Dinas Pendidikan Kota Dumai saja. Pada
tahun 2014 terdapat 31 SLTP umum dan 23 SMA&SMK
dengan jumlah murid SLTP 8.260 dan jumlah murid
SMA&SMK 11.498 Sedangkan rasio murid terhadap guru
SLTP 9,95 rasio murid terhadap guru SLTA 10,86.
Pendidikan Tinggi
Pada tahun 2015 terdapat 8 Perguruan Tinggi di Kota
Dumai, 4 sekolah tinggi, dan 4 akademi (BPS Dumai2015)
3. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara
merata dan murah. Dengan tujuan tersebut diharapkan akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, yang pada
gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif.
Pada tahun 2014 terdapat 3 buah rumah sakit, 10 puskesmas
13 puskesmas pembantu, 122 dokter, 411 perawat dan 273
bidan. Guna menanggulangi tingginya laju pertumbuhan
penduduk, pemerintah melaksanakan program Keluarga
Berencana. Tujuan Keluarga Berencana adalah tercapainya
suatu masyarakat yang sejahtera melalui upaya perencanaan
danpengendalian jumlah kelahiran. Menurut data dari Badan
Statistik Kota Dumai Tahun 2015 penyakit yang tebanyak
penderitanya adalah Common Cold sebanyak 37,359 jiwa dan
Infeksi Akut pada Pernafasan Bagian Atas sebanyak 26,995
jiwa.kemudia Menurut SK Walikota Dumai No.
237/BAPPEDA/2014 Terdapat 127,60 Ha lokasi pemukimah
kumuh di Kota Dumai. Rendahnya kesadaran masyarakat
tentang pola hidup sehat mengakibatkan munculnya beragam
penyakit seperti Demam Berdarah, Malaria dll. Untuk
mengurangi terbentuknya kawasan kumuh dan rumah tidak
layak huni maka oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai melakukan
kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan promosi higiene
terkait sanitasi pada tahun 2015. Peningkatan pengelolaan
persampahan pada tahun 2015 dan Kegiatan Pengelolaan Air
Limbah Domestik yang sedang berjalan pada tahun 2014 oleh
Dinas Tata Kota Dumai.
4. Budaya
Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah
budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian
keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Kebudayaan
ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas,
meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-
istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh
dari anggota masyarakat (Taylor, 1897:19). Karya sastra
karangan penyair di Dumai memiliki kandungan sangat berharga
untuk mengetahui beberapa khazanah warisan budaya
tradisional Melayu di pesisir Dumai. Karya sastra tersebut
adalah sajak Konon dan Kenen seperti Angin karya oleh A. Yani
Tema Isu-isu
Pembangunan Sosial
Berkelanjutan
AB. Tentu masih banyak lagi karya-karya sastra di Dumai baik
lisan maupun tulisan nan didalamnya memuat fakta-fakta
sejarah, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keluhuran tradisi Melayu
maupun produk-produk imajinasi sebagai bagian dari kekayaan
budaya di pesisir Dumai. Teks sajak dapat berfungsi sebagai
sumber pengetahuan tentang budaya tradisional suatu
masyarakat di sebuah daerah atau wilayah jika di dalam teks
tersebut terdapat entitas dan identitas yang berkaitan dengan
budaya tradisional. A. Yani AB adalah singkatan nama Ahmad
Yani bin H. Abu Bakar, salah seorang penyair di Dumai yang
sajak-sajaknya diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Riau dalam
Kumpulan Sajak Pilihan Dewan Kesenian Dumai bertajuk Bulan-
Bulan Kopak pada tahun 2010. A Yani AB lahir di Dumai, 20
September 1964. Khazanah warisan budaya tradisi Melayu di
pesisir Dumai yang terkandung dalam sajak Konon dan Kenen
seperti Angin karya Ahmad Yani bin H. Abu Bakar adalah
sebagai berikut: 1. Permainan Tradisional 2. Pengobatan
Tradisional; 3. Kesenian Tradisional; 4. Mata Pencaharian
Tradisional; 5. Tradisi Mengaji; 6. Kearifan lokal. Permainan
tradisional dalam sajak ini adalah Sembar Lakun. Sebuah
permainan anak-anak yang mengejar musuh lalu
menangkapnya dan memenjarakannya dalam sebuah lingkaran.
Musuh yang telah ditangkap dapat bebas kembali jika dapat
disentuh atau disembar oleh teman-temannya nan masih bebas
di luar lingkaran. Begitu pula untuk menangkap musuh tentu
dengan cara disentuh atau disembar. Pengobatan tradisional
dalam sajak ini adalah berobat dengan bomo, pengobatan
tetemas dan mengurut. Pengobatan tradisional untuk mengobati
sakit oleh bomo atau biasanya disebut juga sebagai dukun atau
tabib. Tetemas adalah pengobatan tradisional Melayu untuk
menyembuhkan demam panas akibat sesuatu hal yang tak
dapat dijelaskan dalam dunia medis. Menurut kepercayaan
penduduk Melayu di pesisir Dumai bahwa tetemas dapat
menyembuhkan sakit yang diakibatkan keteguran mahluk halus
dan mahluk-mahluk lain dari alam ghaib. Media pengobatannya
adalah kunyit yang dibelah dua. Dalam proses membelah dan
mengoleskan kunyit pada bagian-bagian tubuh yang menderita
demam selalu disertai dengan membaca basmalah dan
shalawat nabi. Dalam sajak ini juga ada tentang upah-upah. Hal
ini dapat dibaca pada baris terakhir bait ke-15. Larik kau
ditaburkan beras kuning dilangkah pertamamu adalah salah
satu prosesi tradisi untuk keselamatan, kesembuhan, semangat
atau memulai sesuatu. Tentu saja dalam setiap prosesi
tradisional seperti ini diiringi dengan pembacaan do'a. Khazanah
tentang alat musik tradisional dan tarian tradisional dinyatakan
oleh Penyair Perindu Kearifan pada bait ke-11 yakni bermain
alat musik gendang dan marwas untuk mengiringi tarian dzapin
disertai petikan gambus dan nyanyian lagu Melayu. Sampai hari
ini eksistensi musik tradisional Melayu seperti gendang, marwas
dan gambus serta tari Dzapin masih dapat ditemukan di Dumai
dan semerata tempat di Riau. Ada pun mata pencaharian
tradisional yang terdapat dalam sajak ini adalah nelayan dan
bomo. Namun sekarang seiring perkembangan kemajuan
teknologi maka pekerjaan sebagai nelayan dan bomo ada yang
sudah termasuk mata pencaharian mutakhir berdasarkan
perlengkapan dan peralatan yang digunakannya dalam bekerja.
Tema Isu-isu
Pembangunan Sosial
Berkelanjutan
Mengaji sebagai tradisi belajar membaca Al Quran sebagai
wujud nyata mengamalkan Rukun Islam dan Rukun Iman juga
dapat ditemukan dalam sajak ini. Biasanya guru mengaji adalah
orang-orang yang sudah berilmu pengetahuan tentang Al Quran
dan mendapat kepercayaan oleh masyarakat untuk
mengajarkan cara membaca Al Quran dan artinya. Penyair ini
merindukan masa-masa saat dia masih kanak-kanak dengan
berkumpul dan bermain dengan sahabat-sahabatnya. Pada bait
ke-14 digambarkan tentang daerah pesisir Dumai yang awalnya
ditumbuhi pohon-pohon Bakau sudah berubah drastis sejak
pembangunan pabrik-pabrik sebagai bagian dari ekspansi
industri. Kelak jika habis hutan Bakau serta pelbagai kearifan
lokal nan hidup dari eksistensi hutan Bakau, pantai sebagai
tempat bermain anak-anak, laut Dumai sebagai lapangan kerja
nelayan-nelayan di Dumai untuk mencari ikan-ikan dan memberi
makan keluarganya niscaya bertambah lagi permasalahan
kehidupan berbangsa dan bernegara Masa lalu dan sekarang
bagaikan angin nan mesti disikapi secara arif sebab didalam
keduanya penuh dengan kekayaan kearifan lokal dan catatan
sejarah peradaban manusia khususnya orang-orang Dumai
yang masih akrab dan tunak dengan pesisir, pantai, hutan Bakau
dan budaya tradisionalnya. Selain itu juga termuat mengenai
kearifan lokal nan erat kaitannya dengan eksistensi hutan Bakau
yang ada di tepi pantai kota Dumai. Meskipun di sepanjang
pesisir Dumai sudah banyak dibangun kawasan industri dengan
pelbagai pabrik-pabrik dan fasilitas lainnya namun sampai
sekarang masih ada daratan di tepi laut yang tergerus akibat
abrasi. Ironis sekali jika pembangunan industri di suatu daerah
begitu pesatnya namun tidak dibarengi dengan pembangunan
untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan. Masuknya
budaya asing yang kurang sesuai dengan tatanan, tuntunan dan
tontonan budaya lokal sangat berpengaruh terhadap pelestarian
dan perlindungan nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi,
kehidupan seni, bahasa dan sastra kepada generasi penerus.
Saat ini adat-istiadat mulai berubah seiring perkembangan
zaman dan teknologi. Hal ini terbukti dari permainan tradisional
anak yang mulai punah, dan perubahan cara berkomunikasi di
masyarakat.
Tujuan (Target dan Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Indikator ) Menurunnya tingkat pengangguran
Pelestarian sosial budaya
Ketentraman dan keamanan masyarakat
Keadilan pembangunan
Isu-isu Penting Terkait 1. Meningkatnya potensi penyebaran DBD, malaria, dan HIV/AIDS
yang Perlu Didiskusikan 2. Emigrasi tinggi
3. Tingkat pengangguran terbuka masih diatas 9%
4. Belum optimalnya pelestarian dan perlindungan nilai-nilai luhur
budaya, adat dan tradisi, kehidupan seni, bahasa dan sastra
untuk menyaring masuknya budaya-budaya asing yang kurang
sesuai dengan tatanan, tuntunan dan tontonan budaya lokal
5. Konflik pertanahan yang terjadi di Kota Dumai antara
masyarakat dengan pihak lain-lain
6. Belum adanya deliniasi kawasan hutan yang jelas
7. Lemahnya pengawasan izin lingkungan
8. Belum optimalnya ketersediaan infrastruktur air minum yang
merata dan berkeadilan
Tema Isu-isu
Pembangunan Sosial
Berkelanjutan
9. Belum optimalnya jumlah dan kualitas infrastruktur jalan
10.Belum maksimalnya Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
11.Rentan terbentuknya kawasan kumuh dan rumah tidak layak
huni
Data dan Informasi yang Data mengenai pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan
Diperlukan untuk Kota Dumai
Analisis Baseline Data sosial dan jumlah penduduk
Data mengenai kualitas SDM melalui pendidikan formal dan non
formal
Data jumlah tenaga pendidik, jumlah rombongan belajar
(rombel)
Data jumlah keluarga miskin
Data jenis dan jumlah penderita penyakit menular dan penyakit
tidak menular
Data jumlah tenaga medis dan fasilitas pendukung lainnya
Dinas Sosial Kota Dumai
Dinas Pendidikan Kota Dumai
Pemangku Kepentingan Dinas Kesehatan Kota Dumai
Badan Pusat Statistik Kota Dumai
BAPPEDA Kota Dumai
Tema Isu-isu
Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan
didistribusikan ke pelanggan sosial, 72.430m3 ke pelanggan
non niaga, 22.394 m3 ke pelanggan niaga, 183.626 m3 ke
perusahaan industri.
- Ekspor dan Impor
Nilai ekspor Dumai pada tahun 2014 adalah sebesar US $
17.746,29 juta. Jepang merupakan negara tujuan ekspor
terbesar dengan nilai US $ 3.200,27 juta ke Jepang, India US $
2.500,47 juta dan sisanya di ekspor ke negara-negara lain. Nilai
impor Kota Dumai terbesar pada tahun 2014 berasal dari
Kanada US $ 159,12 juta, Tiongkok US $ 128,78 juta, Malaysia
US $ 107,13 Juta, dan sisanya dari negaranegara lainnya.
- Sektor Perbankan dan Keuangan Daerah
Dana dari masyarakat yang berhasil dihimpun oleh perbankan
pada akhir tahun 2014 berjumlah 46.240,73 milliar rupiah yang
terdiri dari Giro sebesar 5.613,14 milliar rupiah, Deposito
11.741,65 milliar dan Tabungan 28.885,98 milliar rupiah.
Sementara itu pada akhir tahun 2014 pemberian kredit
perbankan mencapai 79.229,81 milliar rupiah. Disisi lain
pinjaman perbankan tahun 2014 menurut sektor ekonomi
terbesar diberikan ke sektor perdagangan, restoran dan hotel
29.579,19 milliar rupiah dan sektor industri pengolahan
22.450,17 milliar rupiah. Sesuai dengan Kepmendagri no. 13 th
2006. Dalam perencanaan anggaran dan belanja daerah
pemerintah menganut prinsip berimbang dan dinamis. Realisasi
pendapatan Kota Dumai pada tahun 2014 berjumlah 1.260,57
miliar rupiah, sedangkan realisasibelanja berjumlah 1.291,02
milliar rupiah terdiri dari belanja operasi sebesar 907,84 miliar
rupiah dan belanja modal sebesar 383,17 miliar rupiah Sesuai
dengan Kepmendagri no.13 th 2006. Dalam perencanaan
anggaran dan belanja daerah pemerintah menganut prinsip
berimbang dan dinamis. Realisasi pendapatan Kota Dumai
pada tahun 2014 berjumlah 1.260,57 miliar rupiah, sedangkan
realisasi belanja berjumlah 1.291,02 milliar rupiah terdiri dari
belanja operasi sebesar 907,84 miliar rupiah dan belanja modal
sebesar 383,17 miliar rupiah.
- Anggaran APBD Kota Dumai Tahun 2014
Pendapatan daerah Rp.1,257,779,673,256.71, pendapatan asli
daerah Rp.150,343,843,003.50, pendapatan transfer
Rp.1,508,079,425,219.70, pendapatan lainnya yang sah Rp.
49,356,405,033,51.
Tujuan (Target dan Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat
Indikator) Kemudahan akses modal
Peningkatan daya saing daerah
Isu-isu Penting Terkait 1. Program pengentasan kemiskinan belum terpadu antar SKPD
yang Perlu Didiskusikan 2. Belum optimalnya akses permodalan
3. Permasalahan kemiskinan didaerah Hinterland dan Provinsi
tentangga
Data dan Informasi yang Data PDRB Kota Dumai
Diperlukan untuk Analisis Kapasitas produksi industri turunan sektor pertanian
Baseline Data luas lahan dan produksi perkebunan
Data kualitas dan panjang jalan produksi di pedesaan
Data kelembagaan petani dan pendapatan
Data koperasi dan UMKM
Data prasarana dan sarana transportasi di Kota Dumai serta
data kuantitas dan kualitas (kondisi) jalan di Kota Dumai
Tema Isu-isu
Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan
Data infrastruktur dan pendukung lainnya
Data lokasi dan fasilitas pariwisata
Pemangku Kepentingan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Dumai
BAPPEDA Kota Dumai
Dinas Koperasi dan UKM Kota Dumai
Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai
Dinas Perhubungan Kota Dumai
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Dumai
Dinas Sosial Kota Dumai
Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota Dumai
disepakati oleh POKJA PL dan SKPD. Skor yang disepakati dari pembobotan skala 1
sampai 6 adalah > 4 (Lampiran). Setelah dilakukan skoring terhadap 29 isu daftar pendek,
diperoleh 5 isu strategis, seperti disajikan pada Tabel 3.10 dibawah ini.
Untuk mengetahui secara utuh terhadap kondisi eksisting suatu kawasan pesisir, dapat dilihat
melalui indeks sensitivitas lingkungan. Indeks ini merepresentasikan tingkat kepekaan relatif
lingkungan yang merupakan hasil perhitungan komponen-komponen penentunya dan ditampilkan
pada sebuah peta dengan mengaplikasikan analisis keruangan (spasial) menggunakan teknologi
sistem informasi geografis.
Indeks Sensitivitas Lingkungan (ISL) Wilayah Pesisir Dumai berkisar antara 1,39 – 2,66. Dari 17
stasiun pengamatan, dua diantaranya tergolong sangat sensitif (Pangkalan Sesai dan Pelabuhan
Pelindo, Dumai). Tiga stasiun dikategorikan sensitif (Bangsal Aceh, Pelintung dan Tanjung Jati),
dan 12 stasiun dikelompokkan tidak sensitif.
Analisis sensitivitas lingkungan ini berkaitan erat dengan kegiatan yang pada saat ini sedang
berlangsung di wilayah studi. Pangkalan Sesai dan Pelabuhan Pelindo Dumai yang dikategorikan
sangat sensitif disebabkan oleh intensifnya kegiatan kepelabuhan (bongkar–muat, transportasi laut
dan kegiatan jasa pelabuhan lainnya). Berdekatan dengan Pelabuhan Pelindo, juga terdapat
pelabuhan khusus yang dimiliki oleh Pertamina dan PT. CPI. Kedua pelabuhan ini melakukan
kegiatan kepelabuhan yang berhubungan dengan distribusi produk BBM dan Non–BBM lainnya.
Selain itu, di kedua lokasi ini juga terdapat kegiatan jasa pemeliharaan kapal dan penimbunan
barang. Pelabuhan Pelindo juga berdekatan dengan lokasi industri pengolahan CPO, pengolahan
BBM dan industri lainnya. Perairan di sekitar Pelabuhan Pelindo, juga diperkirakan menampung
limbah domestik dari Kota Dumai dan limbah dari kapal yang bersandar di pelabuhan. Sangat
sensitifnya perairan di sekitar Pangkalan Sesai selain diakibatkan oleh keberadaan Pelabuhan
3.00
2.50
2.00
ISL
1.50
1.00
0.50
0.00
i ai ti bi
am
g ng eh ng sa ng g ng ga
t m h
an
g ar
t un yu Ac pa Se tu un ja m ga Ja ru Ba Ak
Ke Ga al lin nt an Du en in ng ke ed u
u k Pa s e m
la n e Gu P , ny C u a M la ia n
la bu la
u ng R
ka
P
tu do Pe nj g
M
ng Pu Ti
t
Pu Lu Pu Ba la
u
ng Ba lin Ta un ju
Pu Pa Pe a nj an
n T T
ha
bu
e la
P
Stasiun
Bangsal Aceh, Pelintung dan Tanjung Jati di kategorikan sebagai sensitif karena besarnya
ketergantungan masyarakat dalam bidang sosial-ekonomi terhadap sumberdaya pesisir seperti
sumberdaya ikan dan mangrove. Pelintung dan Tanjung Jati merupakan alur pelayaran
internasional. Ketiga daerah ini, karena pola arus yang digerakkan oleh mekanisme pasang surut,
diperkirakan mendapat aliran limbah dari Kota Dumai dan daerah–daerah lainnya.Sebahagian
besar stasiun pengamatan digolongkan sebagai daerah yang tidak sensitif. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh rendahnya jumlah penduduk yang secara ekonomi tergantung kepada
sumberdaya pesisir, seperti sumberdaya ikan dan mangrove.
Indeks Sensitivitas Lingkungan disusun untuk mengintegrasikan nilai–nilai komponen fisika, kimia,
biologi serta sosial, ekonomi dan budaya. ISL dapat dipakai sebagai acuan dalam menyusun skala
prioritas untuk melakukan pengelolaan lingkungan, baik dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian, implementasi dan evaluasi. Dengan teridentifikasinya kawasan–kawasan
sensitif, telah dapat disusun rencana program untuk menjamin agar kawasan dimaksud
termanfaatkan dengan senantiasa memperhatikan asas–asas pelestarian lingkungan.
Hasil analisis kualitas kualitas air laut di sekitar Selat Rupat pada tahun 2002-2014 menunjukkan
bahwa kondisi air laut secara keseluruhan berada pada kategori tercemar sedang dengan jumlah
skor berkisar antara 18-30. Namun, tingkat pencemaran pada tahun 2014 lebih kecil dibandingkan
pada tahun 2002. Berdasarkan nilai baku mutu air laut dalam KEPMENLH No.51 Tahun 2004,
hanya terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu pada pemantauan tahun 2014
diantaranya yaitu kandungan logam berat Pb dan amonia. Hal ini menunjukkan kualitas air laut
yang semakin membaik.
-18 2014
-30 2012
-13 2004
-29 2003
-28 2002
Kualitas perairan dapat dilihat dari indikator biologi melalui pengamatan struktur komunitas biota
perairan. Plankton merupakan biota yang penting di dalam perairan. Selain dapat menyumbang
bahan organik juga oksigen perairan. Plankton juga sebagai penyumbang dalam siklus tropik
perairan, hal ini dicirikan oleh kemampuan fungsionalnya yang terukur dalam bentuk produktivitas
primer. Sedangkan oksigen hasil fotosintesisnya berguna untuk respirasi biota akuatik lainnya.
Kemampuan berproduksi, terukur dalam satuan mg O2/liter/hari atau mg C/liter/hari, yakni
merupakan implementasi kemampuan biota ini mengubah energi kinetik cahaya matahari dengan
bantuan nutrien untuk diubah sebagai energi dan asam amino.
Keberadaan plankton dapat menunjukkan kondisi kestabilan dan kualitas ekosistem perairan.
Kestabilan komunitas plankton dapat diketahui dengan berbagai cara. Diantaranya adalah dengan
menghitung kelimpahan dan keanekaragaman plankton. Hasil analisis kelimpahan plankton di
perairan Selat Rupat disajikan pada gambar 3.4.
4500
4187
Kelimpahan Plankton (ind/L)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000 831
500 662 572
0 75 41
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Selama peride tahun 2009-2014, kelimpahan plankton mengalami penurunan yang signifikan.
Kelimpahan plankton pada tahun 2014 hanya sebesar 41 ind/L di. Perubahan ini menunjukkan
bahwa kondisi perairan Selat Rupat telah mengalami gangguan.
Keadaan topografi Kota Dumai yang relatif datar, menyebabkan proses aliran air hujan cenderung
lambat, bahkan terhambat karena pesatnya pembangunan fisik di kawasan pelabuhan yang
merupakan kawasan potensial untuk pelimpahan air kota ke laut. Mengingat bangunan-bangunan
yang ada di kawasan pelabuhan sifatnya kedap air, maka aliran air kota yang seharusnya lepas ke
laut berbalik lagi ke arah pusat kota yang berupa daerah cekungan.
Genangan yang masih menimbulkan masalah adalah genangan akibat meluapnya air dari saluran
drainase sekunder dan tersier pada saat musim penghujan yaitu di beberapa daerah pemukiman
dan badan jalan, tepatnya di sebagian wilayah kelurahan Buluh Kasap, Laksamana, Pangkalan
Sesai, Purnama, Teluk Binjai dan Jaya Mukti yang merupakan daerah cekungan. Permasalahan
drainase di Kota Dumai sangat kompleks antara lain dikarenakan kondisi topografi Dumai yang
tingkat lefeling relatif datar dan sebagian daerah memiliki permukaan yang lebih rendah dari
permukaan laut, perencanaan pembangunan yang tidak terkoodinir sehingga kebanyakan drainase
penggunaannya tidak optimal lagi serta desain drainase yang tidak sesuai dengan kawasan
tangkapan air dan debit air yang melewati saluran tersebut. Keadaan tersebut diperburuk karena
banyak drainase lingkungan yang beralih fungsi sebagai penampungan limbah rumah tangga
sehingga menyebabkan pencemaran terlebih lagi sampah-sampah rumah tangga menjadi salah
satu penyebab penyumbatan drainase yang mengganggu dan menghambat aliran air.
Dari hasil penentuan area berisiko sanitasi air limbah domestik untuk Kota Dumai didapat
sebanyak 5 (lima) Kelurahan berisiko sangat tinggi, 15 (lima belas) Kelurahan berisiko tinggi, 9
(sembilan) Kelurahan berisiko sedang dan 4 (empat) Kelurahan kurang berisiko. Hasil penentuan
area berisiko sanitasi persampahan untuk Kota Dumai didapat sebanyak 3 (tiga) Kelurahan di Kota
Dumai berisiko sangat tinggi, 19 (Sembilan belas) Kelurahan berisiko tinggi, 11 (sebelas)
Kelurahan berisiko sedang dan 0 (nol) Kelurahan kurang berisiko. Hasil penentuan area berisiko
sanitasi drainase untuk Kota Dumai didapat sebanyak 5 (lima) Kelurahan di Kota Dumai berisiko
sangat tinggi, 7 (tujuh) Kelurahan berisiko tinggi, 16 (enam belas) Kelurahan berisiko sedang dan
5 (lima) Kelurahan kurang berisiko.
Kota Dumai sebagai kota yang berada di tepi perairan, memiliki kawasan-kawasan yang
merupakan kawasan pantai. Secara alamiah pantai-pantai di Kota Dumai ini semula merupakan
kawasan pantai berhutan bakau. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan kota, peningkatan
Emisi GRK dari sektor lahan berasal dari emisi: (1) metan (CH4) dari budidaya padi sawah; (2)
karbon dioksida (CO2) karena penambahan bahan kapur dan pupuk urea; (3) dinitrogen oksida
(N2O) dari tanah, termasuk emisi N2O tidak langsung dari penambahan N ke tanah karena
penguapan/pengendapan dan pencucian dan (4) non-CO2 dari biomassa yang dibakar pada
aktivitas pertanian. Sedangkan emisi aktifitas peternakan berasal dari emisi metan yang berasal
dari fermentasi enterik ternak dan dinitro oksida yang dihasilkan dari pengelolaan kotoran ternak.
Berdasarkan data pemantauan titik api dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
dapat diakses melalui http://sipongi.menlhk.go.id, diketahui bahwa terdapat fluktuasi titik panas di
Kota Dumai dalam rentang waktu 3 tahun (2014-2016), dimana kondisi terparah sejauh ini terjadi
pada periode 2014 (titik api mencapai 853).
Sumber: http://sipongi.menlhk.go.id/home/karhutla_monitoring_system
Gambar 3.10. Rekapitulasi Titik Panas di Kota Dumai
Kondisi hutan konservasi atau Hutan Wisata Sungai Dumai mulai memprihatinkan. Berkurangnya
luas hutan tersebut akibat perambahan yang semakin tak terkendali. Awalnya, hutan ini memiliki
luas sekitar 4.700 hektar, namun hanya tersisa sekitar 1.000 hektar Vegetasi di kawasan hutan
sekarang banyak yang hilang dan berganti dengan tanaman sawit serta rumah penangkaran
walet(http://energitoday.com). Secara umum, berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi
Riau, terjadi penurunan luasan hutan yang sangat luas di Kota Dumai. Luas total kawasan hutan
Kota Dumai pada tahun 2013 194.941 Ha, dan pada tahun 2014 berkurang menjadi 156.866.
Degradasi ekosistem rawa gambut, kebakaran lahan dan hutan akan meningkatkan kerentanan
Kota Dumai terhadap perubahan iklim. Besar kecilnya dampak atau Konsekuensi (K) yang
ditimbulkan oleh kejadian bencana (perubahan iklim) pada suatu sistem akan ditentukan oleh
tingkat keterpaparan (Exposure, E), Sensitivitas (Sensitivity, S) dan Kapasitas (C) dari sistem
tersebut. Kerentanan (Vulnerability) mengambarkan sejauh mana sistem tersebut dapat mentolerir
suatu perubahan atau penyimpangan (dalam kaitannya dengan perubahan iklim). Apabila
perubahan/penyimpangan sudah melewati batas toleransi dari sistem maka sistem menjadi rentan
karena penyimpangan atau perubahan iklim tersebut menyebabkan dampak negatif. Oleh karena
itu, Kerentanan (V) dapat direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi
sosial-ekonomi, yang selanjutnya dinyatakan dengan indek sensitifitas dan keterpaparan
(Sensitivity and Exposure Index, SEI). Misalnya orang miskin lebih rentan dari orang kaya, atau
orang yang tinggal di pinggir sungai lebih rentan terhadap bahaya banjir. Kapasitas (C)
menunjukkan kemampuan untuk menghindari atau mengantisipasi, mengatasi atau mengelola
dampak atau kemampuan untuk pulih kembali dengan cepat setelah terkena dampak. Sistem yang
memiliki kapasitas yang tinggi akan memiliki selang toleransi yang lebar terhadap keragaman atau
perubahan iklim yang terjadi. Kapasitas juga direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan
lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi yang terkait dengan kemampuan. Misalnya petani yang
sumber pencaharian satu-satunya hanya dari usahatani akan memiliki kapasitas yang rendah
dibanding petani yang memiliki sumber pencaharian alternatif yang banyak. Kemampuan adaptasi
ini dinyatakan dalam Adaptive Capacity Index (ACI). Berdasarkan data KLHK melalui
http://pps.cs.ipb.ac.id, dapat diketahui bahwa Kota Dumai berada pada posisi kerentanan sedang,
bersama dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru.
Nilai risiko dipengaruhi oleh indeks kerentanan dan peluang kemunculannya. Seperti telah
disebutkan diatas, besarnya dampak dipengaruhi tingkat toleransi sistem terhadap penyimpangan
Kekeringan dan kekurangan air bersih memang menjadi masalah klasik di Kota Dumai.
Berdasarkan laporan pemetaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang dilakukan
oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera (PPPES). Jasa ekosistem
penyediaan air bersih di Kota Dumai didominasi oleh lahan gambut (78,1%). Hal ini harus menjadi
perhatian lahan gambut merupakan lahan yang sangat rentan.
Dalam sebuah kota, evaporasi dapat berkurang secara signifikan karena permukaan artifisial tidak
menyerap air sebagaimana halnya permukaan alami. Lebih dari itu, selama musim hujan, air
mengalami run off dengan cepat ke dalam sistem drainase kota dan permukaan di perkotaan
menjadi cepat kering. Karena air di atas permukaan tanah jumlahnya sedikit, panas yang ada tidak
digunakan untuk evaporasi, melainkan digunakan untuk memanaskan atmosfer kota. Penting
4.500,00
4.000,00
3.500,00
3.000,00
2.500,00 2.109,54
2.000,00
1.500,00
1.000,00
500,00 191,53
0,00 0,00 0,00 23,34 0,00 15,81 8,48 0,01 0,00 0,00 1,30 34,72
0,00
Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa ruang terbuka di Kota Dumai didominasi oleh hutan
kota (4.712,50 Ha) dan hutan bakau (2.109,50).
Kecenderungan ke Depan Tanpa RPJMD
Faktor Penyebab Utama yang Dampak Positif atau Negatif yang akan terjadi
Mempengaruhi Tren ke Depan berdasarkan kecenderungan yang ada
Faktor utama penyebab utama: Kota Dumai memiliki karakteristik lingkungan khas,
- Tingginya alih fungsi lahan dari non- wilayahnya didominasi oleh lahan gambut dan
pertanian menjadi perumahan dan berada di pesisir. Pembangunan yang masif dan
kawasan industri tidak terkendali akan menyebabkan degradasi
- Maraknya penebangan hutan ekosistem rawa gambut serta kebakaran lahan dan
- Pengembangan dan pemanfaatan air hutan. Pada akhirnya, Kota Dumai semakin rentan
tanah yang kurang terkendali di wilayah terhadap perubahan iklim.
perkotaan
- Kerusakan jaringan tata air pada lahan
gambut
- Masih dominannya matapencaharian
yang berkaitan langsung dengan iklim
Ringkasan
Isu strategis degradasi ekosistem rawa gambut, kebakaran lahan dan hutan dan perubahan iklim
saat ini menjadi isu global karena berkaitan dengan skala dampak yang sangat luas. Karena
dampak ini merupakan output, maka pengendalian harus dilaksanakan dari tingkat tapak yang
mengawali proses pembangunan tersebut. Mitigasi yang kemudiaan dapat dilakukan adalah
implementasi sistem pertanian konservasi: water table berkisar 40-80 cm, penggunaan teknologi
pintu air yang sesuai dengan sistem hidrologi kawasan, pembangunan jalan memperhatikan pola
hidrologi, teknologi yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik lahan, kawasan
pengembangan berada pada wilayah dengan risiko bencana yang kecil.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kemisikinan di Kota Dumai meningkat pada tahun 2012
dan kembali turun pada tahun 2013. Data tersebut menunjukkan bahwa secara khusus pemerintah
Kota Dumai belum optimal dalam menangani kemiskinan yang terjadi di masyarakat.
Salah satu indikator berkembangnya perekonomian suatu daerah adalah pengelolaan koperasi
yang sudah optimal. Tujuan dari koperasi itu sediri adalah membina, mengembangkan dan
mengawasi dalam penyelenggaraan pemberian dukungan permodalan, manajemen,
kelembagaan, kemitraan dan pemasaran hasil koperasi.
Jika dilihat dari tabel diatas terjadi penurunan jumlah unit koperasi, jumlah modal dan jumlah
karyawan dari tahun ketahun. Pada tahun 2012 sekitar 111 koperasi dibubarkan oleh Dinas
Koperasi, UKM dan PM Kota Dumai. Keputusan pembubaran dan pembekuan puluhan koperasi
tersebut karena dianggap tidak efektif lagi dan tidak pernah memberikan laporan dalam
Perkembangan dana Usaha Ekonomi Kerakyatan Simpan Pinjam (UEK-SP) Kota Dumai
meningkat tajam, dari Rp.16,5 Milyar meningkat menjadi Rp.119 Milyar dengan jumlah pemanfaat
sebanyak 13.825 orang. Dukungan Pemerintah Kota Dumai dalam peningkatan usaha ekonomi
kelurahan UEK-SP sesuai data tahun 2014, dari dana yang digulirkan sumber APBD Kota Dumai
dan APBD Propinsi Riau ke 33 kelurahan sejumlah 16,5 Milyar menjadi 92,15 Milyar pada tahun
2014. Selain itu, sejak tahun 2011 sampai dengan akhir tahun 2014 terjadi peningkatan unit usaha
perdagangan dari 3.915 unit usaha pada tahun 2011 meningkat menjadi 5.254 unit usaha pada
akhir tahun 2014 atau terjadi peningkatan usaha sebanyak 34,21 persen. Program UEK - SP
merupakan budget sharing antara Pemerintah Provinsi Riau dengan Pemerintah Kota Dumai
dengan cara menyalurkan dana bergulir ke 33 Kelurahan di Kota Dumai. Program tersebut untuk
menyukseskan program Sehat Ekonomi sesuai dengan arah kebijakan pembangunan
pemerintahan daerah yang diprioritaskan sesuai Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai Tahun 2011-2015.
Sejak digulirkannya program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK-SP) angka
kemiskinan di Kota Dumai setiap tahunnya mengalami penurunan.
Gambar 3.15. Peta Dasar Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Kota Dumai
Dilihat dari posisi dan orientasi kawasan terhadap wilayah, kawasan permukiman kumuh perkotaan
yang berada pada wilayah perkotaan lama Kota Dumai berorientasi dan berbatasan langsung
dengan zona pengembangan pelabuhan yang merupakan wilayah garis pantai Kota Dumai ke
arah laut. Kawasan ini merupakan kawasan pusat perkotaan lama dengan fungsi sebagai kawasan
permukiman dan perdagangan. Sebagian yang lainnya merupakan kawasan pinggiran kota lama
yang menjadi daerah pusat pengembangan baru kawasan pusat perkotaan Kota Dumai yang akan
datang.
Selain didirikan bangunan, lahan tersebut juga dijadikan lahan pertanian, bahkan ada juga yang
memanfaatkan kanal milik PT Chevron untuk budi daya ikan lele. Bahkan sudah banyak rumah
permanen yang berdiri diatas tanah Konsesi itu. Bahkan sejumlah fasilitas umum seperti
perkantoran milik pemerintah, gedung sekolah, mesjid dan gereja serta infratruktur bangunan
pemerintah lainnya sudah ada di lahan konsesi tersebut. Kasus lainnya terjadi lebih didominasi
gara-gara perebutan lahan perkebunan. Namun, sengketa lahan terjadi akibat jual beli tanah yang
diduga atas dasar pemalsuan surat-surat.
Kecenderungan ke Depan Tanpa RPJMD
Faktor Penyebab Utama yang Dampak Positif atau Negatif yang akan terjadi
Mempengaruhi Tren ke Depan berdasarkan kecenderungan yang ada
Faktor utama penyebab tingginya konflik di Dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya
bidang pertanahan (land tenure) dan konflik sosial. Bilamana dalam masalah ganti rugi
terbatasnya ruang kebijakan pemerintah kota tidak sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku
terhadap sumberdaya alam: dalam masyarakat, maka dalam proses
- Banyak lahan yang belum bersertifikat pembangunan proyek p tersebut selalu mendapat
dan potensi menimbulkan permasalahan hambatan dari masyarakat yang akhirnya
di kemudian hari menyebabkan timbulnya konflik antara masyarakat
- Tumpang tindih kepemilikan lahan dengan pihak pengelola proyek.
- Lemahnya pengawasan terhadap lahan
pemerintah
Ringkasan
Isu Strategis tingginya tingkat konflik di Kota Dumai harus menjadi perhatian karena dapat
menyebabkan bencana sosial, yang berdampak pada terjadinya bencana lingkungan. Mitigasi
yang kemudiaan dapat dilakukan adalah melakukan penataan ruang yang memperhatikan setiap
kepentingan masyarakat. Tata ruang yang sudah disepakati semua stakeholder segera
diundangkan dan perlu diimplementasikan serta dilakukan penegakan hukum bagi para
pelanggarnya.
3.5.1.1. Prinsip Keterkaitan dengan RTRW (Rancangan RTRW Kota Dumai tahun
2014 - 2034)
Keterkaitan antara RPJMD dengan RTRW Kota Dumai dianalisis berdasarkan
tujuan penataan ruang dalam RTRW dengan misi RPJMD secara korelatif (Lampiran).
a. Kebijakan pengembangan struktur ruang
1. Kota Dumai dalam konstelasi internasional
Kota Dumai telah disepakati secara nasional menjadi pusat kegiatan yang harus
dapat melayani kegiatan yang bersifat internasional, yakni mewakili Provinsi Riau yang
memiliki batas wilayah berhadapan langsung dengan Negara lain yakni Thailand, Malaysia,
dan Singapura. Selain itu kota Dumai juga tidak hanya melayani kepentingan Provinsi Riau
tersebut tetapi juga kota Dumai harus mampu melayani kepentingan wilayah Sumatera
Utara bagian selatan dan wilayah Sumatera barat bagian utara yang akan memerlukan
layanan untuk kepentingan kegiatan perdagangan yang bersifat internasional.
Di dalam arahan rencana penataan ruang wilayah kota Dumai hingga akhir tahun
2034 adalah meningkatkan aksesibilitas kota Dumai sebagai pusat kegiatan internasional
terhadap kawasan – kawasan yang membutuhkan layanan, yang berarti harus dilakukan
penataan ruang wilayah sistem jaringan transportasi baik darat, sungai, danau, udara, yang
harus mampu mencakup luasan wilayah yang di kehendaki untuk di layani, yakni Sumatera
utara bagian selatan, seluruh Provinsi Riau, dan Sumatra barat bagian utara.
Selain layanan yang bersifat kemudahan yang lebih tinggi (aksesibilitas) berupa
sistem jaringan transportasi, juga di perlukan persediaan sumber energi (kelistrikan) yang
mampu menunjang seluruh kegiatan layanan, agar mampu melayani sebagai mana
keinginan untuk dapat melayani secara nasional maupun internasional. Perlunya
ketersediaan sumber daya air, dan telekomunikasi serta infrastruktur fisik lainnya yang
harus mampu menunjang penetapan fungsi kota Dumai sebagi gerbang internasional
sendiri.
Strategi untuk mendukung arahan penataan ruang wilayah kota Dumai sebagai
gerbang internasional, sebagai mana di uraikan di atas adalah melakukan penyusunan
penataan ruang wilayah seluruh infrastruktur maupun sub struktur dan supra struktur yang
diperlukan oleh kota Dumai untuk mampu menjadi pusat kegiatan layanan yang berskala
internasional, baik pentahapan jangka pendek (5 tahun mendatang), jangka menengah (5-
10 tahun mendatang) dan jangaka panjang (20 tahun mendatang).
Dukungan berupa infrastruktur tersebut harus di lakukan secara
berkesinambungan dan terintegrasi dengan berbagai penataan ruang wilayah yang
memiliki kepentingan yang sama meskipun dalam skala yang lebih kecil, sehingga akan
terjadi integrasi penataan ruang wilayah yang baik, penataan ruang wilayah terhadap
infrastruktur yang telah ada maupun penataan ruang wilayah infrastruktur baru yang akan
dipersiapkan hingga akhir masa perencanaan jangka panjang itu sendiri.
2. Kota Dumai dalam Konstelasi Nasional
1) Kota Dumai Sebagai PKN
Berdasarkan arahan dan strategi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tahun
2006, Kota Dumai ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Kriteria yang
digunakan dalam penetapan PKN adalah kawasan perkotaan yang :
a. Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu
gerbang ke kawasan internasional,
b. Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa berskala
nasional atau yang melayani beberapa Provinsi, dan/atau
c. Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau
yang melayani beberapa Provinsi.
2) Kota Dumai sebagai PKSN
Berdasarkan arahan dan strategi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tahun
2008, Kota Dumai ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Kriteria
yang digunakan dalam penetapan PKSN adalah kawasan perkotaan yang :
a. Terletak di dalam kawasan perbatasan negara.
b. Berpotensi dan telah disepakati sebagai Pos Pemeriksaan Lintas Batas dengan
negara tetangga.
c. Berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara
tetangga.
d. Merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.
3) Kota Dumai sebagai Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone- FTZ)
Disiapkannya Kota Dumai sebagai kawasan Free Trade Zone (FTZ) sudah sangat
layak karena Kota Dumai telah mempersiapkan tempat ataupun sarana lainnya. Terdapat
beberapa tempat di Kota Dumai yang dapat dijadikan kawasan Free Trade Zone (FTZ) yaitu
Pelintung dan Lubuk Gaung. Semua daerah itu memiliki potensi dan aset tersendiri yang
bisa dikembangkan. Bahkan pada lahan kedua lokasi itu cukup bagus dan memiliki peluang
investasi yang sangat layak jual. Areal di Pelintung yang memang seblumnya telah
dipersiapkan menjadi salah satu kawasan industri,namun masih memiliki lahan yang sangat
luas.
Wacana untuk menjadi Dumai sebagai kawasan perdagangan bebas
menggantikan Batam dinilai sangat tepat. Ada beberapa faktor pendukung Kota Dumai
untuk dijadikan kawasan Free Trade Zone (FTZ) diantaranya :
Infrastruktur di Kota Dumai dinilai sudah cukup memadai untuk dijadikan sebagai
kawasan Free Trade Zone (FTZ)
Secara geografis letak Dumai sangat strategis yaitu dekat dengan negara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura.
Prioritas utama untuk menjadikan Kota Dumai sebagai Kawasan Free Trade Zone
(FTZ) bagi Pemerintah adalah Pembenahan infrastruktur Jalan.
Dari berbagai wacana, baik yang bersifat nasional maupun internasional,
bahwasanya Riau masa depan adalah merupakan kawasan yang strategis, karena
berbatasan langsung dengan Negara tetangga yakni Thailand, Malaysia, dan Singapura.
oleh karenanya patut dijadikan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia,
khususnya di wilayah Indonesia barat, dan bagian wilayah Pulau Sumatera bagian Utara.
4) Kota Dumai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antardaerah, pemerintah Pusat telah
menciptakan pusat-pusat ekonomi baru, mendampingi yang sudah ada. Pusat ekonomi
baru ini, diperlukan terutama di luar Pulau Jawa. Pemerintah menciptakan sumber
pertumbuhan baru, terutama kawasan-kawasan yang langsung berhadapan dengan pusat
ekonomi dunia. Seperti Koridor Selat Malaka dan wilayah metropolitan Batam-Bintan
Visi yang perlu dibangun adalah bagaimana Indonesia dapat memperoleh manfaat
optimal dengan dibentuknya KEK demi mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Koridor Selat Malaka yang dimaksud, terbentang dari Sabang hingga Dumai. Wilayah ini
memiliki potensi besar menyaingi pusat ekonomi di Singapura dan Malaysia. Diusulkan
wilayah-wilayah baru tersebut menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK), yang telah
memiliki potensi untuk dikembangkan segera.
Prasyarat pengembangan KEK adalah pertama, harus sesuai dengan rancangan
tata ruang wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung. Kedua, pemerintah
provinsi beserta pemerintah kabupaten atau kota yang terkait harus mendukung Kawasan
tersebut.
Kawasan juga wajib terletak pada lokasi yang dekat dengan jalur perdagangan
atau pelayaran internasional, atau dekat wilayah yang memiliki sumber daya alam
unggulan. Keempat, kawasan harus memiliki Batas yang jelas.
Di tengah kesulitan pemerintah mengembangkan perekonomian daerah, KEK
menjadi alternatif dalam penataan ruang wilayah nasional. Pengembangan KEK haruslah
melibatkan secara penuh pengusaha-pengusaha lokal dan nasional. Sebab kalau KEK
lebih memberi ruang yang besar untuk investasi asing, misalnya, menyangkut kepemilikan
properti, tidak akan memiliki dampak ekonomis bagi perekonomian nasional.
KEK bisa menjadi pilot project untuk membangun zona perekonomian dengan
basis ekonomi menengah dan kecil. KEK harus dikembangkan dengan daya saing
infrastruktur yang memadai, sebab akan sangat sulit mengejar ketertinggalan penataan
ruang wilayah infrastruktur seperti di Singapura dan Malaysia. Memang perlu disadari
bersama, bahwasanya kemampuan pemerintah daerah dan pusat dalam membiayai
penataan ruang wilayah infrastruktur, akan menjadi persoalan tersendiri dalam
pengembangan KEK. Pendanaan melalui pinjaman luar negeri, pada akhirnya akan
menambah beban utang pemerintah.
Pemerintah harus lebih melibatkan pengusaha nasional dan membangun
kemitraan yang lebih erat dengan para pelaku usaha di kawasan KEK. Dan pemerintah
harus secara intensif menggalang kekuatan ekonomi nasional dan daerah untuk
membangun zona-zona pertumbuhan ekonomi baru
Kesepakatan kerja sama ekonomi dalam konteks pembentukan kawasan ekonomi
khusus, telah dirancang baik oleh pemerintah Indonesia dan Singapura pertengahan tahun
2006.
3. Pembangunan Internal Kota Dumai
1) Strategi peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan fungsional, berhierarki, dan
terintegrasi meliputi :
a) meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan di wilayah Kota Dumai dengan
pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitarnya.
b) menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang sudah ada di Kota Dumai secara
optimal.
c) mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peran
yang dikembangkan.
d) mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah Kota Dumai.
2) Strategi peningkatan fungsi kota sebagai pusat perdagangan dan jasa, meliputi:
a) mengembangkan kegiatan ekonomi yang berdaya saing dan seimbang dengan
negara lain.
b) mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pasar regional.
c) menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat menunjang kegiatan
ekonomi.
3) Strategi pengembangan kawasan peruntukan industri berskala internasional yang
berwawasan lingkungan, meliputi :
a) pengembangan industri dan pergudangan yang berdaya saing dan seimbang dengan
negara lain.
b) mengembangkan kawasan peruntukan industri yang berorientasi pasar internasional.
c) menyediakan sarana prasarana pendukung yang dapat menunjang kegiatan industri
dan pergudangan.
4) Strategi peningkatan fungsi kawasan industri pengolahan migas dan non migas yang
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi :
a) memantapkan sentra-sentra industri unggulan yang terdapat di Kota Dumai.
b) mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang kegiatan
industri.
c) mengembangkan kawasan industri pengolahan migas dan non migas yang berdaya
saing dan seimbang dengan negara lain.
Hilir 2012-2016, karena kedua kabupaten ini belum menyelesaikan penyusunan RPJMD
(Lampiran).
RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015
Visi RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan visi RPJMD Kabupaten Bengkalis
2010-2015 memiliki keterkaitan, yaitu; sama-sama terfokus untuk mewujudkan
kesejahteraan mayarakat. Dari sisi keterkaitan misi RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan
visi RPJMD Kabupaten Bengkalis 2010-2015 secara umum memiliki keterkaitan karena
keduanya sama-sama terfokus pada pembangunan infrastruktur, pengembangan potensi
sektor ekonomi dan peningkatan kualitas masyarakat serta pemerintahan.
Tujuan dan Sasaran RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan visi RPJMD
Kabupaten Bengkalis 2010-2015 memiliki keterkaitan karena sebagian besar Tujuan dan
Sasaran menitikberatkan pada pengelolaan di sektor ekonomi, budaya, sumberdaya alam,
pendidikan dan kesehatan, pengelolaan pemerintahan serta lingkungan. Berdasarkan
analisa komparasi pada visi dan misi serta strategi dan arahan kebijakan pada dasarnya
memiliki keterkaitan walaupun sama-sama mengutamakan pemanfaatan potensi unggulan
daerah terutama pada aspek peningkatan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia.
RPJMD Kabupaten Rokan Hilir 2012-2016
Visi RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan visi RPJMD Rokan Hilir 2012-2016
memiliki keterkaitan, yaitu; sama-sama terfokus untuk mewujudkan kesejahteraan
mayarakat. Dari sisi keterkaitan misi RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan visi RPJMD
Rokan Hilir 2012-2016 secara umum memiliki keterkaitan karena keduanya sama-sama
terfokus pada pembangunan infrastruktur, pengembangan potensi sektor ekonomi dan
peningkatan kualitas masyarakat serta pemerintahan.
Tujuan dan Sasaran RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan visi RPJMD Rokan
Hilir 2012-2016 memiliki keterkaitan karena sebagian besar Tujuan dan Sasaran
menitikberatkan pada pengelolaan di sektor ekonomi, budaya, sumberdaya alam,
pendidikan dan kesehatan, pengelolaan pemerintahan serta lingkungan. Berdasarkan
analisa komparasi pada visi dan misi serta strategi dan arahan kebijakan pada dasarnya
memiliki keterkaitan walaupun sama-sama mengutamakan pemanfaatan potensi unggulan
daerah terutama pada aspek peningkatan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia.
3.5.1.3. Prinsip Keterkaitan RPJMD Kota Dumai 2016-2021 dengan RPJPD Kota
Dumai 2005-2025
RPJMD tahun 2016-2021 merupakan tahap III pada RPJPD Kota Dumai. Pada
dokumen RPJDP prioritas pembangunan pada tahap III (tahun 2016-2021) adalah sebagai
berukut :
a. Pengembangan perekonomian kota yang memiliki daya saing dan bertumpu pada
kepelabuhanan dan pengembangan industri, dengan sasaran pokok
1. Pengelolaan kawasan industri dan penyiapan perwujudan KEK
2. Pengembangan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa
3. Peningkatan investasi dari investor dalam maupun luar negeri
4. Peningkatan tenaga kerja yang berkualitas
Adapun kebijakan pembangunannya adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan terlaksananya kerjasama dalam pengembangan kawasan industri
2) Meningkatkan kawasan industri menjadi kawasan ekonomi khusus
3) Mengembangkan industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ramah
lingkungan
4) Mengembangkan kemitraan antara usaha kecil menengah dengan usaha besar
5) Mengembangkan agrobisnis
6) Mengembangkan kegiatan jasa kepelabuhanan
f. Lapangan kerja : Tersedianya peluang dan kesempatan bagi angkatan kerja melalui
kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
g. Pemantapan Aparatur : Meningkatkan Profesionalisme dan etos kerja dalam
memberikan pelayanan prima menjalankan fungsi pemerintahan.
Didalam arah dan kebijakan pembangunan kewilayahan provinsi Riau tahun 2016-
2021, kota Dumai ditetapkan sebagai Kawasan Duri-Dumai-Rupat yang merupakan bagian
pengembangan kawasan strategis di Indonesia yang menekankan pengembangan
kerjasama pada sektor perdagangan, industri, pertaniandan peternakan, pariwisata,
pertambangan dan energi, serta pendidikan dan pelatihan sebagai wahana untuk transfer
teknologi. Selain komoditi hasil pertanian, terdapat juga komoditi industri hasil olahan sektor
kehutanan berupa pulp dan paper yang cukup besar serta hasil galian minyak bumi dari
wilayah Duri dan Rokan Hilir. Muara distribusi kedua komoditi terakhir berada di Pelabuhan
Dumai. Kondisi tersebut diatas semakin memperkuat peran dan fungsi strategis kawasan
Duri-Dumai-Rupat yang akan menjadi outlet utama di Pulau Sumatera.
Didalam RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014-2019, Kota Dumai juga ditetapkan
sebagai kawasan kemaritiman provinsi Riau dengan potensi yang besar di sektor perikanan
dan kelautan perlu menjadi perhatian untuk terus dijaga dan dikembangkan menjadi pusat
pusat industri perikanan, termasuk didalamnya pengembangan kawasan yang berfungsi
sebagai kawasan pariwisata (Lampiran).
Dalam muatan visi dan misi RPJMD Kota Dumai tahun 2016-2021 telah
terkandung makna-makna yang ingin dicapai oleh visi RPJMD Provinsi Riau tahun 2014-
2019. Dimana Visi Kota Dumai 2016-2021 adalah “Terwujudnya Masyarakat Dumai Yang
Makmur, Madani Dan Berdaya Saing Tahun 2021”. Oleh sebab itu dapat dijelaskan bahwa
RPJMD kota Dumai Tahun 2016-2021 telah meperhatikan muatan RPJMD provinsi Riau
tahun 2014-2019.
keterkaitan dengan SDM di bidang perekonomian, khusunya penanaman modal. Misi ini
ditempuh dengan mengedepankan aspek kualitas dan profesionalitas dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah. Pelayanan publik yang sekarang ada akan
diperbaiki secara sistematik dengan meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah
(peningkatan profesionalitas) serta mengembangkan sistem pelayanan publik yang
efektif, transparan, terbuka, akuntabel, partisipatif, fleksibel dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga akan ditopang
dengan peningkatan partisipasi elemen-elemen masyarakat untuk meningkatkan
kualitas pembangunan daerah dalam wujud partisipasi dalam proses pembangunan,
pemberdayaan masyarakat dan sebagai pihak yang melakukan social control terhadap
kinerja pemerintah daerah.
e. Pada misi kelima, yaitu meningkatkan pembangunan sektor pertanian dan Perikanan
serta ketahanan pangan, terdapat keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Misi ini ditempuh dengan meningkatkan intensifikasi dan ektensifikasi untuk
meningkatkan produktifitas serta keunggulan sektor pertanian, perikanan dan
perkebunan agar mampu memenuhi kebutuhan lokal dan menjadi sektor basis kota
dumai sehingga mampu menambah pendapatan masyarakat khususnya petani,
pembudidaya ikan, nelayan dan peternak. Misi ini juga untuk meningkatkan
swasembaya dan ketahanan pangan yaitu kondisi dimana terpenuhinya Pangan bagi
masyarakat kota Dumai, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Kemampuan
dalam memproduksi bahan Pangan utama diharapkan dapat menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat sehingga aman untuk dikonsumsi.
f. Pada misi keenam, yaitu meningkatkan produktifitas sektor jasa, Perdagangan, industri
dan kemaritiman dalam mendukung perekonomian daerah, terdapat keseimbangan
antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Misi ini akan ditempuh dengan mendorong
terciptanya Kota Dumai sebagai kota pelabuhan dan industri yang produktif melalui
penciptaan iklim investasi yang kondusif dan peluang usaha yang lebih besar dengan
prinsip cooperative (persaingan menggapai tujuan dengan kebersamaan), perluasan
lapangan kerja dan peningkatan ketersediaan tenaga professional. Kemudian, secara
eksternal penguatan simpul dan peningkatan produktivitas dan daya saing akan dipacu
dengan menjalin hubungan kerjasama antar wilayah dalam rangka percepatan
pembangunan ekonomi lokal dan regional. Misi ini ditempuh untuk meningkatkan citra
kota dari investability (kondusif sehingga atraktif bagi kalangan pelaku bisnis), visitability
(kota yang selalu dikunjungi karena kesan akan situasi dan pelayananannya) dan aspek
liveability (menjadi tempat tinggal yang nyaman), sehingga menjadikan Kota Dumai
sebagai kota tujuan bagi masyarakat lokal maupun regional. Misi ini akan dicapai melalui
peningkatan citra kota secara keseluruhan baik dari segi fisik kota, pelayanan publik dan
amenity. Dengan capaian pada aspek sosial, maka akan diikuti dengan kondisi
lingkungan yang baik.
g. Pada misi ketujuh, yaitu mewujudkan pembangunan masyarakat yang seimbang secara
lahir batin yang agamis serta berbasis budaya melayu. Misi ini hanya berorientasi pada
sosial. Budaya Melayu akan menjadi ruh bagi perilaku masyarakat dan pemerintahan
dalam pembangunan di Kota Dumai. Sebagai sebuah payung kebudayaan daerah, yakni
kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya
sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada. Kota Dumai merupakan salah satu
gerbang masuk dan keluarnya wisatawan yang berdampak masuknya budaya asing di
tanah Melayu ini, sehingga hal ini dapat diantisipasi dengan mengembangkan tatanan
budaya Melayu melalui lembaga seni dan sanggar-sanggar sehingga budaya Melayu
tetap eksis, dan tetap menghargai serta menjunjung keragaman budaya suku-suku
daerah lainnya.
Secara keseluruhan, di dalam misi RPJMD Kota Dumai 2016-2021 telah terwujud
keseimbangan antara kepentingan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Secara umum
kepentingan ekonomi terwujud di dalam misi RPJMD Riau antara lain meningkatkan
pembangunan infrastruktur, menurunkan kemiskinan, memperkuat pembangunan
pertanian dan perkebunan, meningkatkan pengelolaan pariwisata, serta meningkatkan
peran swasta dalam pembangunan. Kepentingan ekonomi tersebut juga erat kaitannya
dengan kepentingan sosial. Misi di dalam RPJMD Kota Dumai 2016-2021 bertujuan untuk
kesejahteraan masyarakat, selain itu juga kepentingan sosial ada pada meningkatkan
pelayanan pendidikan, meningkatkan pelayanan kesehatan, mewujudkan pemerintahan
yang terpercaya, pembangunan masyarakat yang berbudaya, beriman dan bertaqwa serta
pemantapan kehidupan politik. Sementara kepentingan lingkungan dapat terlihat secara
jelas pada misi 1, yaitu meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Melihat proporsi kepentingan ekonomi dan sosial lebih besar dibanding kepentingan
lingkungan.
3.5.3. Prinsip Keadilan Antar Kelompok Masyarakat dan Antar Generasi
Guna menjamin bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi salah prinsip
yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan RPJMD Kota Dumai 2016-2021,
maka analisis berikutnya yang akan dilakukan terhadap rumusan visi dan misi, tujuan dan
sasaran, strategi dan arah kebijakan, serta kebijakan umum dan program pembangunan
daerah terkait dengan prinsip keadilan antar kelompok maupun antar generasi. Dari hasil
analisis ada beberapa catatan perbaikan yang perlu dperhatikan:
Dalam rumusan visi dan misi sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok
masyarakat; seperti pada pernyataan visi; Masyarakat Dumai yang makmur dan madani.
Perhatian juga diarahkan untuk mewujudkan keadilan antar generasi.
Tujuan dan sasaran dalam misi 1 sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok dan
antar generasi. Pada tujuan misi 1 yang mengarah peningkatan pelayanan jaringan air
bersih dan meningkatkan infrastruktur kota hijau, humanis dan merata tentunya akan
menjamin keadilan antar kelompok masyarakat. Dengan adanya jaminan peningkatan
infrastruktur kota hijau dan ketersediaan air bersih untuk masyarakat tentunya dapat
menjamin kehidupan untuk generasi mendatang.
Tujuan dan sasaran dalam misi 2 sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok dan
antar generasi. Pada tujuan misi 2 secara tegas meningkatkan mutu dan kualitas
sumberdaya manusia, akses pendidikan di semua jenjang yang tentunya akan dapat
menjamin keadilan antar kelompok masyarakat. Dengan adanya jaminan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia tentunya dapat menjamin kehidupan untuk generasi
mendatang.
Tujuan dan sasaran dalam misi 3 sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok dan
antar generasi. Tujuan dan sasaran misi 3 yang arahnya menempatkan petingnya
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan Menurunkan jumlah penduduk miskin
merupakan upaya untuk memberikan jaminan keadilan antar kelompok. Dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan Menurunkan jumlah penduduk miskin tentunya
dapat memberikan jaminan kepada generasi mendatang memiliki identitas.
Tujuan dan sasaran dalam misi 4 sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok dan
antar generasi. Tujuan dan sasara pada misi 4 menempatkan pentingnya keterlibatan
masyarakat agar dapat Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah
Daerah pada dasarnya sudah membuka peluang untuk semua kelompok masyarakat
untuk terlibat. Keadilan antar generasi dalam rumuskan tujuan dan sasaran misi 4.
Tujuan dan sasaran dalam misi 5 sudah mencantumkan prinsip keadilan kelompok dan
antar generasi. Tujuan dan sasaran misi 5 yang arahnya menempatkan petingnya
peningkatan kesejahteraan petani/peternak/nelayan, meningkatkan kelestarian suber
daya hutan dan menjaga kesehatan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan
jaminan keadilan antar kelompok. Dengan peningkatan kesejahteraan
petani/peternak/nelayan, meningkatkan kelestarian suber daya hutan dan menjaga
Pada tahap penapisan dari 233 kelompok program dalam dokumen RPJMD Kota
Dumai 2016-2021 terpilih 7 kelompok program prioritas. Program prioritas yang terplih
tersaji pada Tabel 3.21.
Isu Strategis
Tingginya konflik di bidang
Degradasi ekosistem rawa
Menurunnya daya Lemahnya internalisasi pertanahan (land tenure)
gambut, kebakaran lahan Tingkat kemiskinan dan
No Nama Program tampung dan nilai budaya dan dan terbatasnya ruang
dan hutan serta emigrasi penduduk yang
kualitas pesisir laut kearifan lokal kebijakan pemerintah kota
meningkatnya kerentanan cukup tinggi
dan sungai masyarakat terhadap sumberdaya
terhadap perubahan iklim
alam
karena berkaitan dengan akan meningkatkan akan berpengaruh karena berkaitan dengan
pembukaan lahan) peluang kerja secara terhadap budaya) pengadaan lahan)
langsung maupun tidak
langsung)
6. Program Pengembangan Wilayah 0 (pelaksanaan - (pelaksanaan program + (pelaksanaan program - (pelaksanaan program - (pelaksanaan program
Strategis dan Cepat Tumbuh program tidak akan akan berdampak negatif akan berdampak positif akan berdampak negatif akan berdampak negatif
berdampak) karena berkaitan dengan karena adanya program karena adanya program karena berkaitan dengan
pembukaan lahan) akan meningkatkan akan berpengaruh pengadaan lahan)
peluang kerja secara terhadap budaya)
langsung maupun tidak
langsung)
7 Program Pengembangan sentra-sentra - (pelaksanaan - (pelaksanaan program + (pelaksanaan program - (pelaksanaan program - (pelaksanaan program
industri potensial program akan akan berdampak negatif akan berdampak positif akan berdampak negatif akan berdampak negatif
berdampak negatif karena berkaitan dengan karena adanya program karena adanya program karena berkaitan dengan
karena adanya pembukaan lahan) akan meningkatkan akan berpengaruh pengadaan lahan)
program akan peluang kerja secara terhadap budaya)
meningkatkan langsung maupun tidak
potensi beban langsung)
pencemar ke badan
perairan)
BAB IV
PENGINTEGRASIAN REKOMENDASI KLHS KE
DALAM RANCANGAN AWAL RPJMD
BAB V
PENGAWASAN MUTU
Keterangan penilaian:
TS – Terpenuhi semua
ST – Sebagian terpenuhi
TP – Tidak terpenuhi
N/A – Informasi tidak cukup untuk dilakukan penilaian
Instrumen Pengawasan Mutu Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan
RPJMD
Penilaian 1 : Desain proses KLHS
Kriteria Penilaian Penilaian Keterangan
Apakah KLHS dilakukan sebagai satu kesatuan proses TS
perencanaan KRP?
- Bila “Ya” lanjutkan ke c
- Bila “Tidak” lanjutkan ke a, lalu b dan c
a. Apakah ada mekanisme komunikasi antara tim perencana
dengan tim KLHS?
b. Apakah rekomendasi yang diusulkan KLHS didiskusikan
dengan pembuat KRP?
c. Apakah disampaikan secara jelas siapa penyusun KLHS? TS
(SDM internal institusi pembuat KRP, SDM institusi yang
ditunjuk sebagai penyusun KLHS, tenaga ahli eksternal,
perusahaan konsultan, Pokja yang dibentuk oleh SK,
pegawai pemerintah atau lainnya)
Ringkasan kesimpulan:
Penilaian 4: Telaahan
Kriteria Penilaian Penilaian Keterangan
Apakah dijelaskan pada tahap penyusunan KRP yang mana, TS
proses telaahan KLHS dilaksanakan?
Apakah ada analisis relevansi dan bentuk keterkaitan isu TS
strategis dengan KRP?
Apakah semua dampak dan resiko dari setiap KRP terhadap isu TS
strategis telah dianalisis?
Apakah perkiraan dampak lanjutan dan dampak kumulatif TS
sudah dianalisis?
Apakah perkiraan dampak dan resiko dilakukan secara TS
kuantitatif?
Apakah dilakukan simulasi berbasis skenario untuk perkiraan
dampak dan resiko?
Apakah perkiraan dampak dan resiko dituangkan secara
spasial?
Apakah ada penjelasan antara hasil telaahan dengan TS
pengaruhnya pada daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup?
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Seluruh proses dalam penyusunan dokumen KLHS dilaksanakan secara
partisipatif yang diawali dengan bimbingan teknis yang diikuti oleh instansi daerah dan
unsur-unsur seperti tim KLHS, tim RPJMD, swasta, LSM, dan tokoh masyarakat. Proses ini
kemudian dilanjutkan dengan tahap-tahap berikutnya yang meliputi tahap pelibatan
pemangku kepentingan, pelingkupan, pengumpulan dan analisis baseline data, pengkajian
pengaruh program, perumusan mitigasi dan alternatif perbaikan program, penyusunan
rekomendasi dan pengambilan keputusan. Tahap pelibatan pemangku kepentingan pada
proses penyusunan dokumen KLHS RPJMD Kota Dumai melibatkan berbagai pemangku
kepentingan, dengan demikian masyarakat ikut berperan aktif dalam proses penerapan
KLHS. Berdasarkan hasil proses penyusunan KLHS, maka Rancangan RPJMD Kota
Dumai harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Visi dan misi agar memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu
keterkaitan, keseimbangan, dan keadilan.
2. Arah kebijakan, strategi, dan program agar memperhatikan kajian pengaruh yang
berdampak negatif terhadap isu strategis yang muncul untuk Kota Dumai.
3. Perlu komitmen dari pemerintah Kota Dumai untuk memperhatikan hasil KLHS
RPJMD sebagai instrumen yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program.
4. Dalam mengimplementasikan KLHS RPJMD sebagai instrumen perlu
memperhatikan karakteristik wilayah kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
sehingga berhasil guna dan berdaya guna.
5. Karakteristik wilayah yang harus mendapat perhatian adalah terkait dengan isu
strategis berupa:
a. menurunnya daya tampung dan kualitas pesisir laut dan sungai;
b. degradasi ekosistem rawa gambut, kebakaran lahan dan hutan serta
meningkatnya kerentanan terhadap perubahan iklim;
c. tingkat kemiskinan dan emigrasi penduduk yang cukup tinggi;
d. lemahnya internalisasi nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat;
e. tingginya konflik di bidang pertanahan (land tenure) dan terbatasnya ruang
kebijakan pemerintah kota terhadap sumberdaya alam.
6.2. Rekomendasi
Pelaksanaan program yang tertuang dalam RPJMD Kota Dumai tahun 2016-2021
bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan pembangunan dalam
jangka menengah. Pembangunan dilaksanakan harus memperhatikan keseimbangan
antara pencapaian target ekonomi, keseimbangan sosial dan lingkungan. Terkait dengan
lingkungan, pelaksanaan program harus mengutamakan bentuk pembangunan yang
berkelanjutan dengan prinsip meminimalkan resiko kerusakan lingkungan. Pelaksanaan
program yang perlu mendapatkan perhatian terhadap keseimbangan lingkungan dijabarkan
sebagai berikut, antara lain:
6.2.1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya
Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengairan harus berwawasan lingkungan, yaitu: (1) melakukan kajian menyeluruh terhadap
sistem hidrologi kawasan Implementasi sistem pertanian konservasi: water table berkisar
40-80 cm; (2) penggunaan teknologi pintu air yang sesuai dengan sistem hidrologi
kawasan; (3) program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengairan lainnya berada pada kawasan gambut dengan kedalaman kurang dari 2 m
dengan tingkat kematangan hemik; (4) pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengairan lainnyasesuai dengan peruntukannya (RTRWP/RTRWK); (5)
penetapan harga pasar lahan untuk menghindari spekulasi penguasaan tanah dengan
mekanisme peraturan daerah.
6.2.2. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konversi Sungai, Danau dan
Sumber Daya Air Lainnya
Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber
daya air lainnya harus berwawasan lingkungan, yaitu: (1) pemanfaatan air sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung sungai; (2) penggunaan teknologi pengolahan air yang
sesuai dengan karakteristik air baku; (3) penggunaan teknologi pengolahan air yang sesuai
dengan karakteristik air baku; (4) penggunaan IPAL sesuai kapasitas terpasang; (5)
pembebasan lahan mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku; (6) pembangunan
water intake mengikuti RTRWP/RTRWK; (7) penetapan harga pasar lahan untuk
menghindari spekulasi penguasaan tanah dengan mekanisme peraturan daerah.
6.2.3. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan harus berwawasan
lingkungan, yaitu: (1) pembangunan pelabuhan laut harus memperhatikan
RTRWP/RTRWK; (2) pengawasan terhadap keluar masuknya pendatang oleh pihak
berwenang; (3) sosialisasi pembangunan pelabuhan/terminal; (4) pembangunan
pelabuhan/terminal mengikuti RTRWP/RTRWK; (5) penetapan harga pasar lahan untuk
menghindari spekulasi penguasaan tanah dengan mekanisme peraturan daerah.
6.2.4. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
Pelaksanaan program pembangunan jalan dan jembatan untuk pengembangan
wilayah dan peningkatan kapasitas produksi harus memperhatikan kesesuaian tataruang.
Pelaksanaannya dilakukan melalui perbaikan fasilitas dan sarana pendukung keselamatan
transportasi. Dalam pelaksanaan program diprioritaskan ke daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan terutama sentra produksi di pedesaan. Hal tersebut dapat memacu
percepatan ekonomi suatu wilayah. Dalam pelaksanaan pembangunan jalan dan
jemabatan yang bertujuan untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain atau
menghubungkan pusat-pusat ekonomi dengan sentra produksi terutama yang di daerah
terpencil akan membutuhkan lahan atau terjadinya alaih fungsi lahan. Pembangunan
tersebut harus memperhatikan keseimbangan lingkungan. Pada umumnya di Kota Dumai,
daerah terpencil didominasi oleh lahan gambut dan sangat berdekatan dengan kawasan
konservasi, tentu saja ini harus mendapat perhatian khusus.
6.2.5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
Dalam pelaksanaan pembangunan jalan dan jemabatan yang bertujuan untuk
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain atau menghubungkan pusat-pusat
ekonomi dengan sentra produksi terutama yang di daerah terpencil akan membutuhkan
lahan atau terjadinya alaih fungsi lahan. Pembangunan tersebut harus memperhatikan
keseimbangan lingkungan. Pada umumnya di Kota Dumai, daerah terpencil didominasi
oleh lahan gambut dan sangat berdekatan dengan kawasan konservasi, tentu saja ini harus
mendapat perhatian khusus.
6.2.6. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga mengutamakan keseimbangan lingkungan. Upaya
pembangunan infrastruktur dasar harus dilengkapi dengan drainase yang memadai dan
IPAL. Daerah pengembangan harus melakukan pembangunan yang mampu
mengendalikan bajir dengan memperhatikan hidrologi kawasan. Sudah saatnya
pelaksanaan pengembangan kawasan mengalokasikan peruntukan lahan untuk RTH yang
bermanfaat untuk daerah resapan.
6.2.7. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial
Salah satu prasarat untuk berkembangnya kawasan industri adalah tersedianya
infrastruktur yang memadai. Pengembangan infrastruktur harus memperhatikan
keseimbangan lingkungan di kawasan industri tersebut. Pembangunan kawasan industri
harus dilengkapi dengan drainase saluran air, IPAL, ketersediaan RTH. Di sekitar
pembangunan kawasan industri harus tersedia daerah resapan dan ruang terbuka hijau
untuk meningkatkan cadangan kualitas air dan peningkatas kualitas udara. Yang tak kalah
pentingnya dalam pembangunan infrastruktur di kawasan industri adalah pemanfaatannya
tidak saja diperuntukkan untuk industri, tapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar. Hal tersebut akan dapat meredam kecemburuan sosial dan akan menciptakan
kondisi lingkungan di sekitar kawasan industri kondusif.
6.3. Saran
Saran tindak ini merupakan saran-saran yang perlu dilakukan Pemerintah Kota
Dumai berdasarkan hasil KLHS. Adapun saran tindak yang dapat dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Dumai hendaknya konsisten terhadap hasil-hasil yang sudah
diperoleh dengan cara memanfaatkan hasil pelaksanaan Penyusunan KLHS RPJMD
Kota Dumai Tahun 2016 - 2021 sebagai masukan.
2. Dalam melakukan Proses Penyusunan KLHS, Pemerintah Kota Dumai perlu
mendorong partisipasi para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dalam
upaya untuk mengembangkan kapasitasnya.
3. Penyusunan KLHS Renstra bagi SKPD yang memiliki program dengan dampak
negatif terkait Isu Strategis yang ada di Kota Dumai.
4. Pemerintah Kota Dumai perlu mengembangkan kapasitas secara terus menerus, baik
di dalam lingkungan birokrasi maupun di luar lingkungan birokrasi, melalui pelatihan
dan fasilitasi serta bantuan teknis terkait KLHS.
5. Pelaksanaan KLHS berikutnya perlu peningkatan tata laksana KLHS untuk mengatasi
kendala-kendala dalam tahapan-tahapan KLHS seperti hubungan kerja antar
komponen yang terlibat yang menjamin pembagian tugas, peran, dan tanggung
jawab masing-masing, penyediaan baseline data dan analisa GIS, penyederhanaan
proses KLHS tanpa mengurangi substansi agar KLHS tidak dianggap sebagai
memberatkan dan menghambat perencanaan pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Dumai. 2015. Draft RTRW Kota Dumai
Tahun 2014-2034. Kota Dumai.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Dumai. 2016. Rancangan Rencana
Pembanguan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Dumai 2016-2021. Kota
Dumai.
Badan Pusat Statistik Kota Dumai. 2016. Kota Dumai Dalam Angka Tahun 2015. Kota
Dumai.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2016. Provinsi Riau Dalam Angka Tahun 2015.
Pekanbaru.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Rekapitulasi Emisi GRK.
http://signsmart.menlhk.go.id. Diakses tanggal 20 Mei 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2016. Rekapitulasi Titik Panas.
http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot. Diakses tanggal 20 Mei 2016.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana
Pembangunan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
POKJA Sanitasi Kota Dumai, 2014. BUKU PUTIH SANITASI KOTA DUMAI. Kota Dumai.
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera. 2016. Peta Ekoregion Sumatera
Skala 1 : 250.000. Pekanbaru.
Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Riau. 2015. Indeks Sensitivitas Lingkungan
Perairan Pesisir Dumai. Pekanbaru.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PPLH)
Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04/Menlhk-II/2015 tentang Pelaksanaan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)