Ketentuan dalam pembuatan RPP terbaru untuk pembelajaran kurikulum 2013 yaitu di atur dalam
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republiki indonesia nomor 22 tahun 2016. Dalam
Permendikbud tersebut telah secara rinci dijelaskan informasi mengenai komponen apa saja yang
harus ada dalam pembuatan RPP untuk revisi 2017 dan 2018 untuk Jenjang SD MI, SMP MTs,
SMA MA SMK MAK. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih.
Melihat penjelasan awal diatas tentunya Anda memahami seberapa pentingnya RPP harus Anda
buat dengan baik dan benar untuk revisi terbaru sesuai dengan Permendikbud yang mana banyak
komponen-komponen yang harus Anda terapkan dalam pembuatan RPP terutama menyisipkan
Literasi, PPK, HOTS dan 4C. Membantu Bapak dan Ibu, Admin pada kesempatan artikel ini akan
membagikan cara mudah yang benar dalam pembuatan perangkat Pembelajaran Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran K13 untuk revisi tahun 2017, 2018. Berikut sekilas penjelasan dan
link download file selengkapnya.
Berikut Permasalahan yang sering di alami oleh setiap Guru
Apakah ada perbedaan format RPP 2013 dengan RPP versi Permendikbud 2016?
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran
tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan
peserta didik.
2. Partisipasi aktif peserta didik.
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas
aspek belajar, dan keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Literasi
Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara
lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Menurut Forghuson Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar (Basic Literacy), Literasi
Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi Teknologi
(Technology Literacy), Literasi Visual (Visual Literacy).
Pendidik harus mampu mengintegrasikan literasi dan menginsert literasi dalam RPP baik
sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran.
4C
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13(revisi 2016), bukan sekadar transfer
materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai
sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat
cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill
yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan
hardskill.
HOTS
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan
peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu
ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi
aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir
dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan
kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Pendidik harus mampu mengintegrasikan HOTS (Higher Order of Thinking Skill) atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi Level 3/C4 s/d C6 dalam RPP terutama dalam membuat
soal/evaluasi. Hierarki level C-1 hingga C-6 menurut Bloom adalah sebagai berikut: