PENDAHULUAN
Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya
dokter, harus mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen klinik.
Saya, sebagai mahasiswi kedokteran, tentunya juga harus memahami betul cara
pengelolaan/penanganan spesimen.
Salah satu hal paling penting yang mendasari cara pengelolaan spesimen yaitu
harus diperhatikan tujuan pengambilan spesimen. Spesimen diambil apakah untuk
pemeriksaan mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi. Hal ini harus
diperhatikan sebab prosedur pengelolaan spesimen pada setiap bidang pastilah
berbeda. Misalnya, antikoagulan EDTA yang tidak boleh dipakai dalam pengawetan
dalam proses penyimpanan darahlaboratorium mikrobiologi sebab akan mematikan
kuman yang akan diperiksa. Tetapi, antikoagulan EDTA digunakan dalam
laboratorium patologi klinik.
1
BAB II
ISI
Data pelaksanaan:
A. Tanggal tutorial : 19 November 2008 dan 22 November 2008
B. Pemicu ke-1
C. Pukul : 13.00-15.30(19 November 2008)
10.00-12.30(22 November 2008)
D. Ruangan : Ruang diskusi Anatomi-2
Pemicu:
Sewaktu libur akhir semester 2007, Pemerintah mahasiswa FK USU mengadakan
bakti sosial ke daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang baru dilanda banjir. Salah
satu kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan gratis. Sebagian masyarakat yang datang ke kegiatan tersebut
mengeluhkan batuk berdarah dan diare yang mengandung cacing. Dokter
memutuskan akan dilakukan pengambilan sputum, darah(untuk pemeriksaan
darah lengkap), dan feses untuk diperiksa ke laboratorium FK USU.
Jika anda merupakan salah satu mahasiswa yang ikut kegiatan tersebut, apa
yang akan anda lakukan?
Tujuan pembelajaran:
Memahami dan dapat membedakan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen klinik(khususnya sputum, darah dan feses) sesuai tujuan
pemeriksaan dalam setiap departemen, diantaranya mikrobiologi/patologi
klinik/patologi anatomi/parasitologi.
A. Memahami dan dapat membedakan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen sputum dalam bidang mikrobiologi dan patologi
anatomi.
B. Memahami dan dapat membedakan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen darah dalam bidang mikrobiologi, patologi klinik dan
parasitologi.
C. Memahami dan dapat membedakan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen feses dalam bidang mikrobiologi, patologi klinik dan
parasitologi.
D. Memahami tujuan pemeriksaan spesimen dalam bidang mikrobiologi, patologi
klinik, patologi anatomi dan parasitologi.
2
A. Jelaskan prosedur dan perbedaan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen sputum dalam bidang mikrobiologi dan patologi
anatomi!
B. Jelaskan perbedaan mendasar antara cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen sputum untuk bakteri biasa/bakteri tahan asam dalam
bidang mikrobiologi!
C. Jelaskan prosedur dan perbedaan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen darah dalam bidang mikrobiologi, patologi klinik dan
parasitologi!
D. Jelaskan prosedur dan perbedaan cara pengambilan, penyimpanan dan
pengiriman spesimen feses dalam bidang mikrobiologi, patologi klinik dan
parasitologi!
E. Apakah tujuan dalam pemeriksaan spesimen klinik dalam bidang
mikrobiologi, patologi klinik, patologi anatomi dan parasitologi?
3
BAB III
PEMBAHASAN
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan
trakea. (Sumber: Petunjuk Laboratorium Diagnostik R. Gandasoebrata:176)
SECARA UMUM
4
Cara penyimpanan sputum:
Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing departemen.
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
5
Cara pengiriman sputum:
1. Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
2. Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
3. Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum:
Media Transport Kegunaan Keterangan
Amies medium Kuman anaerob/anaerob Bagus untuk anaerob
fakultatif fakultatif
Stuart’s medium Kuman anaerob/anaerob Bagus untuk swab
fakultatif
6
Metode Paling baiksputum pagi Sputum SPS
Sputum Sewaktu
Kultur untuk Blood agar, dll Loweinstein Jensen agar
pemeriksaan
Cara penyimpanan sputum dan cara pengiriman sputum baik untuk bakteri biasa
maupun BTA selanjutnya melalui prosedur yang sama.
SECARA UMUM
7
Tusukkan jarum < 1,25 inch dengan posisi 45° dengan lengan
tangan.
Setelah tertusuk, jarum diturunkan ke posisi 30°
Bila menggunakan syringe, sedot darah perlahan sampai pada
volume darah yang dibutuhkan.
Bila menggunakan jarum tanpa spuit, biarkan darah langsung
mengalir ke media.(media transport/SPS 0,05%mikrobiologi,
antikoagulanpatologi klinik, sediaan hapus darahparasitologi)
Pengeluaran darah/punksi1 cc/menit.
Lepaskan torniquet, kemudian tumpat daerah pengambilan darah
dengan kapas beralkohol 70%.
Tarik jarum perlahan-lahan, kemudian lengan ditekuk/dilipat supaya
darah berhenti mengalir.
b. Darah Arteri
- Biasanya dari lipatan paha/pergelangan tangan.
- Arteri yang biasanya diambil: arteri femoralis dan arteri radialis.
- Digunakan sebagai sampel darah untuk pemeriksaan AGDA dan
elektrolit.
- Karena digunakan dalam pemeriksaan AGDA, prosedurnya adalah
sebagai berikut:
Tentukan daerah yang akan diambil darahnya
Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan
sampai mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
Siapkan syringe dengan spuit yang telah dilumuri antikoagulan
heparin.
Tusukkan jarum tegak lurus, darah akan mengalir ke syringe.
Kemudian, jarum dibengkokkan dan ditusuk dalam lilin.
c. Darah Kapiler
- Biasanya dari ujung jari tangan/kaki/anak daun telinga.
- Digunakan dalam pengambilan sampel darah dengan volume yang
sedikit, biasanya untuk screening test.
- Cara pengambilan darah kapiler:
8
Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan
sampai mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
Sterilkan lanset dalam alkohol 95%
Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusukkan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh
sejajar bila yang akan diambil spesimennya. Pada anak daun telinga
tusukkan pinggirnya dan jangan sampai sisinya mengeluarkan darah.
Setelah penusukkan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
2. Volume darah yang diambil:
10-20 ml dewasa
1-5 ml anak-anak
1-3 ml bayi
3. Kaca objek harus bersih
Dari debu dan lemak. Rendam dalam deterjen sebelum dicuci dalam air
biasa. Yang kotorbersihkan dulu dengna larutan campuran kalim-bikromat
dalam air(4,9 g per 100 ml)+asam sulfat sama banyak.
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
9
5. Darah diambil dari 2 tempat yang berbeda, yaitu pada vena lengan
kanan dan vena lengan kiri. Karena bisa saja hasil berbeda, sehingga
menghindari false postitive/false negative.
6. Darah kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi media cair
TSB(Trypticase Soy Broth) dan botol digoyangkan diatas meja agar
tercampur rata.
Perbandingan media cair TSB:Darah=10:1
7. Kultur lain: BHI(Brain Heart Infusion).
11
- Wadah: botol bertutup biru.(botol plastik/kaca berlapis silikonuntuk
haemorrhagic test).
c. Heparin
- Dosis: 0,2 mg/ml darah.
- Cara kerja: dengan bantuan protein kofaktor bertindak sebagai
antiprotombin dan anti trombin.
- Digunakan untuk pemeriksaan AGDA dan elekrolit.
d. Na-oksalat
- Dosis: Na-oksalat:Darah=1:4
- Wadah: botol bening ujjbertutup abu-abu.
e. CPD-A(Citrate Phospate Dextrose-Adenine)
- Dosis: 450 ml CPD-A+63 ml darah.
- Cara kerja:
SitratMengikat Ca plasma, mencegah kaskade koagulasi
Fosfatmembantu mempertahankan kadar 2,3
DPG(Diphosphogliserat).
Adeninuntuk proses metabolisme dan komponen seluler
- Digunakan untuk transfusi darah.
f. Na-Fluorida
- Digunakan untuk ;pemeriksaan kadar glukosa darah.
- Wadah: botol bening bertutup abu-abu.
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
12
Cara pengambilan spesimen:
1. Biasanya digunakan sampel darah kapiler.
2. Tidak boleh ada jarak anatara pengambilan dan pemeriksaan.
3. Darah langsung diteteskan pada objek gelas.
4. Tidak menggunakan antikoagulan.
5. Langsung dibuat sediaan hapusan darahblood smear
6. Blood smear(dibuat < 1 jam setelah pengambilan darah)
- Thin blood smear: 1 tetes darah diteteskan ke objek gelas, dengan ujung
objek gelas lain yang bersih, arahkan 30° dan darah dihapus menyebar
pada objek gelas.
- Thick blood smear: 2-3 tetes darah diteteskan ke objek gelas, lalu dengan
ujung objek gelas lain yang bersih, aduk dan bentuk lingkaran berdiameter
2 cm.
13
SECARA UMUM
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
14
Cara penyimpanan feses:
1. Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang untuk transport.
2. Bila > 1 jamgunakan media transpot yaitu media Carry and Blair, Stuart’s
medium, Pepton water.
3. Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang, > 24 jam pada suhu 4°C
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
15
Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yang
sangat lama (berbulan-bulan sampai dengan tahun).
- Formalin
5%: untuk mengawet kista protozoa.
10%: untuk mengawet telur dan larva cacing.
Rasio formalin dengan feses = 3 : 1.
- Merthiolat Iodine-Formalin
Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium
dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan untuk
survei lapangan).
Protozoa, telur dan larva dapat didiagnosis dengan sediaan basah
sementara tanpa pewarnaan lebih lanjut.
- Larutan Scaudinn
Larutan scaudinn mengandung 600 ml larutan merkuri klorida
jenuh dan 300 mL etil alkohol 95%.
Kurang sesuai karena proses pengiriman larutan yang banyak.
- SAF(Sodium Acetate-acetate acid-Formalin)
Mempunyai kelebihan karena tidak mengandungi merkuri klorida.
Merupakan fiksatif cair.
SAF lebih lunak berbanding dengan merkuri klorida.
Laboratorium yang telah memutuskan untuk memakai pengawet
tunggal telah memilih pengawet ini.
4. Tidak disimpan dalam refrigerator.
5. Feses hendaklah dicampur rata dengan bahan fiksatif, apabila dalam bentuk
solid, feses harus dihancurkan.
6. Disimpan dalam wadah yang kering, bersih, tidak bocor, dan bermulut lebar.
16
1. Mikrobiologi
Untuk memeriksa adanya bakteri/virus.
2. Patologi klinik
Untuk memeriksa komponen-komponen dalam spesimen, misalnya, darah
lengkap, urin, feses, sputum dan sperma
3. Patologi anatomi
Untuk memeriksa ada/tidaknya imbas keganasan dari infeksi pada organ lain
di sekitar.
4. Parasitologi
Untuk memeriksa adanya parasit(cacing/protozoa/jamur).
17
BAB IV
ULASAN
Ada beberapa hal yang masih belum jelas, tentang apakah pengambilan spesimen
klinik dalam setiap departemen harus dibedakan, dalam hal ini karena keterbatasan
materi kepustakaan. Setelah mendapat penjelasan dari narasumber dari pleno pakar,
disimpulkan bahwa cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman setiap spesimen
berbeda-beda untuk tujuan ke masing-masing depatermen.
18
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
19