Anda di halaman 1dari 47

BAB XI

PERMINTAAN DAN PENAWARAN


FAKTOR PRODUKSI
Pada bab-bab yang lalu kita telah menganalisa penetapan harga produk pada
berbagai jenis struktur pasar yang meliputi pasar persaingan sempurna/murni,
monopoli, persaingan monopolistik, dan pasar oligopoli dalam kondisi
produsen yang berupaya mendapatkan keuntungan yang maksimum. Faktor
produksi yang diperlukan oleh produsen harus dibeli, di mana pengeluaran
untuk memperoleh faktor produksi merupakan biaya produksi. Penetapan
harga faktor produksi oleh pemilik factor tergantung pada pasar yang
dihadapi.

Pada bab ini akan dibahas penetapan harga faktor produksi dan bagaimana
pengaruhnya terhadap produsen dalam usahanaya memaksimumkan
keuntungan. Bebagai kemungkinan permintaan faktor produksi oleh produsen,
apakah produsen barang/jasa menghadapi pasar yang bersaing sempurna, atau
sebagai monopolis. Kemungkinan yang lain adalah apakah penjual factor
produksi juga menghadapi pasar yang bersaing sempurna, ataukah sebagai
monopolis. Monopolis adalah keadaa di mana dalam pasar hanya ada satu
pembeli sehingga kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah:

a. Produsen dalam persaingan sempurna

b. Penjual faktor produksi dalam persaingan sempurna

c. Produsen sebagai monopolis

d. Penjual faktor produksi dalam persainagn sempurna

e. Produsen sebagai monopolis


11.1 PEMBELI DAN PENJUAL FAKTOR PRODUKSI DALAM
PERSAINGAN SEMPURNA

a. Kombinasi faktor dengan biaya paling rendah

Dalam persaingan sempurna pembeli faktor produksi (produsen


barang), maupun penjual faktor produksi secara individu tidak dapat
mempengaruhi harga pasar faktor. Dengan demikian, harga faktor
produksi terjadi karena mekanisme pasar melalui permintaan dan
penawaran faktor. Harga faktor produksi merupakan petunjuk bagi
produsen barang untuk mengkombinasikan faktor-faktor pada biaya
yang paling rendah (least cost combination), atau bagaimana
menetapkan kombinasi faktor agar dapat mencapai output yang
maksimum.

Untuk mencapai output yang maksimum, perusahaan menghadapi


batasan-batasan, yaitu harga faktor dan besarnya anggaran perusahaan
yang sudah tertentu. Andaikan produsen menggunakan faktor produksi
K (capital) dan L (tenaga kerja) dengan harga masing-masing adalah
pK dan pL, syarat untuk kombinasi faktor yang memberikan output
maksimum adalah:
MPL MPK
=
PL PK
(11.1.1)

Syarat seperti ditetapkan pada persamaan (11.1.1) merupakan syarat


kombinasi faktor dengan biaya yang paling rendah (least cost
combination), tetapi belum menjamin bahwa keuntungan juga
maksimum.
Q
K

K1
E

L
0 L1

Gambar 11.1 kombinasi faktor dengan biaya yang paling rendah

Keteranagn Gambar 11.1:

1. Pada titik E merupakan titik di mana K dan L dikombinasikan dengan


biaya yang paling rendah.
2. Kombinasi antara L dan K pada titik E adalah 0K1 dan 0L1. Pada titik
E kemirinagan kurva isoquant (Q) sama dengan kemiringan garis
anggaran, PK/PL= MPK/MPL.
3. Isoquant Q menggambarkan output yang maksimum dangan batasan
besarnya anggaran perusahaan dan haarga input K dan L.

b. Least Cost Combination dan Keuntungan Maksimum

kombinasi K dan L pada biaya yang paling rendah belum mencerminkan


keuntungan yang maksimum karena syarat untuk mencapai keuntungan yang
maksimum syaratnya adalah MCq = MRq.

tambahan penggunaan input L sebesar satu unut akan menambah biaya total
sebesar PL. tambahan satu unit L akan meningkatkan output sebesar MPL.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perubahan biaya karena perubahan
output adalah PL/MPq.

PL/MPL= MCq (11.1.2)

Persamaan (11.1.2) dapat menyatakan


MPL 1
= MC (11.1.3)
PL q

Hubungan ini berlaku juga untuk input K. Syarat kombinasi antara K dan L
dengan biaya yang paing rendah:

𝑀𝑃𝐾 1
= 𝑀𝐶 (11.1.4)
𝑃𝐾 𝑞

MPL 1
= MC (11.1.5)
PL q

Atau

MPK MPL 1
= = MC (11.1.6)
PK PL q

11.2 KURVA PERMINTAAN INPUT UNTUK KEUNTUNGAN


MAKSIMUM
Perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi dalam proses
produksi, sepanjang produk yang dihasilkan mendatangkan keuntungan.
Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab yang lalu, keuntungan diperoleh
apabila penerimaan rotal (TR) lebih besar dari TC (total cost).
Π = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
d π /∂Q = ∂TR/∂Q – d TC/∂Q = 0
dTR/∂Q = dTR/∂Q
MR =MC syarat keuntungn maksimum
Bagaimana kaitanya denggan penggunaan input untuk mencapai keuntungan
yang maksimum? Misalnya kita hanya memperhatikan input L, dan input K
kita anggap tetap. Sesuai dengan persamaan 11.1.6:
MPK MPL 1
= = MC
PK PL q

Persamaan 11.1.6 merupakan syarat untuk kombinasi input dengan biaya yang
paling rendah. Dalam persaingan sempurna, kurva permintaan merupakan
garis lulurs sejajar dengan sumbu datar seperti terlihat pada gambar 11.2.

Pq

LRMC LRAC

Pq A E Pq= MRq
C B

Q
0 Q0 Q1

Gambar 11.2 Keuntungan maksimum dalam persaingan sempurna

Keteranagn Gambar 11.2:

1. Pada output Q0, perusahaan menggunakan input K, dan L pada proposi


yang menandai, tetapi penggunaan K dan L belum cukup untuk
mencapai keuntungan yang maksimum.
2. Pada output Q0 harga (Pq) > dari biaya marginal jangka panjang
(LRMC), yang berarti tambahan penerimaan total (TR) perusahaan
lebih besar dari tambahan biaya sehingga akan lebih menguntungkan
kalau perusahaan menambah output.
3. Kalau output ditambah satu unit, MPL akan turun dan 1/MC juga turun.
Hal ini berarti MC akan naik. Kalua output diperbesar, Mc akan naik
yang pada akhirnya akan sama dengan MR pada titik E dan output
sebesar Q1. pda kondisi yang demikian, dicapaikeuntungan maksimum.
Marilah kita kembali pada asumsi diatas (persamaan 11.1.5) bahwa input K
akan tetap.

MPL 1
= MC
PL q

MPL = Produk marginal dari input L

MCq = Biaya marginal output (Q)

Persamaan 11.1.5 merupakan syarat tercapainya kombinasi dengan biaya yang


paling kecil. Untuk memperoleh keuntungn maksimum, dengan mengubah
Persamaan 11.1.5 akan memperoleh akan diperoleh persamaan:

MCq . MPL = PL (11.2.1)

Oleh karena syarat untuk memperoleh keunttungan maksimum adalah


MCq = MRq, sedangkan dalam persaingan sempurna adalah Pq= MRq maka
persamaan 11.2.1 menjadi

Pq . MPL = PL (11.2.2)

Pq . MPL = VMPL merupakan perkalian antara MPL dengan harga output


(Pq)= nilai produk marginal input L.

Persyaratan ini berlaku untuk produsen sebagai pembeli faktor produksi


(input) dalam pasar persaingan secara sempurna, dan pemilik faktor produksi
sebagai penjual faktor produksi juga dalanm pasar persaingan sempurna/murni
sehingga Persamaan 11.2.1 dan 11.2.2 menggambarkan permintaan input L.

Untuk menggambarkan hubungan antara MPL dan PL, kita perhatikan Tabel
11.1.

Tabel 11.1 Hubungan antara Pq dan MPL untuk mencapai keuntungan


maksimum
L/satuan MPL Pq VMPL PL APL ARPL
waktu (2) (=MRq) (4) (5) (6) (7)
(1) (3)
0 0 2 0 12 0 0
1 3,5 2 7 12 3,50 7,00
2 6,0 2 12 12 4,75 9,50
3 7,5 2 15 12 5,67 11,34
4 8,0 2 16 12 6,25 12,50
5 7,5 2 15 12 6,50 13,00
6 6,0 2 12 12 6,42 12,84
7 3,5 2 7 12 6,00 12,00
8 0 2 0 12 5,25 10,50
Keterangan Tabel 11.1:

1. Kolom (1) merupakan kolom pwnggunaan L per satuan waktu,


minggu, bulan atau yang lain. Kolom (2), kolom untuk produk
marginal tenaga kerja MPL.
2. Kolom (3) kolom untuk harga produk (Pq), dalam persaingan
sempurna Pq = penerimaan marginal (MRq), dan Pq konstan.
3. Kolom (4) kolom untuk nilai produk marginal tenaga kerja
(VMPl). besarnya VMPL = harga produk (Pq) dikalikan MPL
(kolom 2 dikalikan kolom 3).
4. Kolom (5) kolom untuk harga L atau upah (P L). Dalam
persainagan sempurna harga/upah tenaga kerja konstan.
5. Kolom (6) untuk APL = produk rata-rata tenaga kerja. APL = TR/L.
Besarnya TR =ΣVMPL. Contoh L=3,TR=VMPL0 + VMPL1 +
VMPL2 + VMPL3 = 0 + 3,5 + 6,0+7,5=17, VMPL1 = 17/3=5,67.
6. Kolom (7) kolom untuk ARPL (harga produk dikalikan APL),
misalnya L=3, ARPL= 5,67 x 2= 11,34, ARPL= penerimaan rata-
rata tenaga kerja.
PL

PL=12

VMPL

L/t
0 2 6

Gambar 11.3 penggunaan L untuk mencapai keuntungan maksimum

Keterangan Gambar 11.3:

1. Pada L = 2, VMPL > dari PL (12).


2. Produsen menambah penggunaan L, tetapi dengan ditambahnya L,
MPL akan menurun, dan demikian juga VMPL.
3. Pada L= 6 VMPL= PL. Pada kondisi seperti ini bukan saja input (L dan
K), dikombinasikan dengan biaya yang paing rendah, tetapi juga
keuntungan yang dicapai adalah maksimum.
4. Kurva MPL dan VMPL turun miring ke arah kanan.

Persyaratan keuntungan maksimal dapat dinyatakan secara matimatik sebagai


berikut:

π = TRq - TCq

π = keuntungan

Q = f(K,L)

TRq = Penerimaan total = PqQ = Pqf(K,L

TCq = biaya total untuk menghasilkan output = PK K + PL L

δπ/δL = δ (TRq)/δL- δ (TCq)/δ L


=δ[(Pq)(F(K,L)]/δQ - δ (P K + P L)/δQ.

=PqMPL – PL = 0 → Pq MPL = PL→ VMPL = PL

δπ/δK = δ (TRq)/δK- δ (TCq)/δ K

=δ[(Pq)(F(K,L)]/δQ - δ (P K + P L)/ δQ.

=PqMPL – PL = 0 → Pq MPK = PK→ VMPK = PK

11.3 PERUBAHAN HARGA INPUT

Diasumsikan harga input L berubah, sedangkan harga input K tetap


sama, dan produsen menggunakan input L dan K (tetapi untuk ilustrasi dalam
gambar, hanya terlihat menggunakan input L). Harga input L turun menjadi
PL2, sementara penggunaan L meningkat menjadi L2. Perhatikan Gambar
11.4. Dalam hal ini harga input K tetap tidak berubah. Dengan meningkatkan
penggunaan L, produsen, menambah jumlah input K, misalnya dengan
menambah mesin, atau peralatan produksi yang lain (karena K juga berubah,
analisanya menjadi analisa jangka panjang, yang tidak membedakan antara
input tetap dan input variabel). Oleh karena banyak menggunakan mesin-
mesin produktivitas L meningkat, dan VMPL menjadi MPL2 [kurva VMPL
bergeser ke atas kanan mencerminkan kenaikan produktivitas L, harga produk
tetap (Pq)].

Kita inagt bahwa perubahan harga mempunyai dua dampak (1) dampak
subsitusi dan (2) dampak pendapatan. Dengan menurunnya haraga(upah) L,
aggaran perusahaan secara rill meningkat. Peningkatan anggaran rill ini
dibelanjakan untuk menambah L dan K. Kedua dampak ini dilihat pada
gambar 11.4.
P

PL1 A
B
PL2 C
DL= (PK tidak berubah)
VMPL1 VMPL2

L/t
0 L1 L2 L3

Gambar 11.4 Dampak perubahan harga input L

Keterangan Gambar 11.4:

1. Harga/upah L mula-mula PL1. Produsen berusaha untuk


mengkombinasikan input L dan K dengan biiaya yang paling
kecil;digunakan OL1.
2. Pada penggunaan OL1 perusahaan bukan saja mencapai kombinasi
input dengan biaya yang paling rendah, tetapi juga mencapai
keuntungan maksimum, karena VMPL1 = PL1 terpenuhi.
3. Harga L turun menjadi PL2, sedangkan penggunaan menjadi OL2.
Hal ini terjadi apabila K tidak berubah. Di sini, yang juga berubah
adalah penggunaan K, bukan harga K. penyebab perubahan tersebut
adalah pertambahan L. Adapun penambahan K tersebut akan
meningkatkan produktivitas L sehingga kurva VMPL bergeser ke
atas menjadi kurva VMPL2= PL2 yaitu pada kombinasi di titik C
dengan penggunaan L sebesar OL3.
4. Kalau titik A dan B dihubungkan maka akan menunjukkan kurva
permintaan L jangka panjang (DL).
11.4 DAMPAK PERUBAHAN HARGA INPUT
Perubahan harga input L mempunyai ndampak subsitusi dan dampak
pendapatan. Untuk memisahkan berapa besar dampak pendapatan dan dampak
subsitusi, perhatikan gambar 11.5. Harga/upah L mula-mula PL1 dan harga
input K adalah PK. Anggaran perusahaan B
K/t

A’’

A
E3
K3
K2 E2 Q2
K1 E1

Q1

L/t
O L1 L3 L2 C C’ C’’

Gambar 11.5 Dampak pendapatan dan dampak subsitusi

Keterangan Gambar 11.5:


1. Sebelum ada perubahan harga L, garis anggaran perusahaan adalah
AC. Titik A = B/PL1, titik C = B/PK. Titik keseimbangan terjadi
pada titik E1 yang merupakan titik singgung antara garis anggaran
dan isoquant Q1, output yang dihasilkan Q1.
2. Harga/upah L turun menjadi PL2. Perubahan harga ini
menyebabkan garis anggaran menjadi AC’. Titik C’ = B/ PL2. Titik
A tidak berubah karena K tidak berubah. Titik keseimbangan baru
terjadi pada titik E2, yang merupakan titik singgung antara garis
anggaran AC’ dengan isoquant Q2. Letak isoquant Q2 yang lebih
tinggi dari isoquant Q1 menunjukkan adanya kenaikan output Q
dari Q1 menjadi Q2.
3. Permintaan input L naik sebesar L1L2. Kenaikan permintaan input
L, juga diikuti naiknya permintaan input K sebesar K1K2. Pada
keseimbangan baru ini bukan saja input L yang meningkat, tetapi
juga permintaan input K sebesar K1K2. Peningkatan permintaan
input L1L2 disebut efek total yang terdiri dari income effect dan
substitution effecttution effect. Untuk mengetahui besarnya
masing-masing effect, kita buat garis anggaran baru yaitu AC’’.
Garis anggaran baru ini sebagai ilustrasi karena peningkatan
anggaran perusahaan dalam arti rill.
4. Dengan menurunnya harga/upah input L, anggaran perusahaan
dalam arti riil mmeningkat. Hal ini dilukiskan dengan besarnya
garis anggaran ke atas (AC’’) sejajar dengan garis anggaran lama
(AC). Garis anggaran AC’’ bersinggung dengan isoquant Q2 pada
titik E3.
5. Kalua kita bergerak dari E1 ke E3 maka akan menimbulkan
pengaruh yang disebut income effect, permintaan input meningkat
sebesar L1L2.Namun, pergerakan E3 ke E2 akan menimbulkan efek
subsitusi (substitusi effect) sebesar L3L2 dan apabila kita bergerak
dari E1 ke E2 maka menimbulkan total effect sebesar L1L2.
6. Total effect terdiri dari income effect dan substitution effect, L1L2 =
L1L3 + LL2.
7. Kalau income effect dan substitution effect searah (seperti
diperhatikan pada gambar) maka input L merupakan input normal,
bukan input inferior. Namun, kalau income effect berlawanan arah
dengan substitution effect maka L merupakan input inferior.

Pada waktu hargupah L sebesar PL1, kombinaasi dengan biaya terendah antara
K dan L terjadi pada titik E1. Kombinasi antara K dan L adalah 0K1 dan 0L1.
Permintaan input K dan L adalah OK1 dan OL1. Harga/upah L turun menjadi
PL1 dan permintaan input K menjadi OK2. Ternyata turunya harga/upah L
tidak hanya meningkatkan permintaan input L, tetapi juga permintaan
permintaan input K. peningkatan permintaan input L sebesar L1L2 terdiri dari
L1L3 dan L3L2.

Turunnya harga/upah L, seperti yng dijelaskan pada Dambar 11.5, tidak hanya
menyebabkan perubahan jumlah L yang diminta, tetapi juga jumlah K yang
diminta (analisis jangka panjang). Perubahan L yang diminta L1L2 dan
perubahan K sebesar K1K2 penurunan harga/upah L mempunyai dampak
internal bagi perusahaan dan dampak eksternal pada pasar output.

Gambar 11.6 menjelaskan tahapan perubahan dampak karena turunya


harga/upah L. harga/upah L mula-mula sebesar PL1, L yang diminta OL1,
permintaan L (tenaga kerja) dipasar D, yang merupakan penjumlahan
permintaan L (tenaga kerja) perusahaan–perusahaan individual. Supply S1,
adalah penawaran L tenaga kerja dipasar OL’1.

Harga/upah tenaga kerja turun menjadi PL2. Kalau tidak terjadi perubahan
input K, jumlah L yang diminta menjadi OL2. Naman, dengan penurunan
harga/upah L, produsen mengubah kombinasi L dan K dengan mengubah
input K untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Kombinasi yang baru
ini memerlukan tenaga yang lebih banyak, dan yanfg diserap oleh perusahaan
individual sebesar OL3. Pada tingkat harga PL2 Perubahan tenaga kerja (L)
yang diminta oleh perusahaan individual ini merupakan internal effect. Kurva
tenaga kerja(L) oleh perusahaan individual dL1, denagan VMPL2, jumlah tenga
kerja OL3.

Denagn turunya harhga/upah tenaga kerja (L), buka satu perusahaan saja yang
mentesuaikan kombinasi K dan L pada biaya yang paling kecil (least cost
combination), perusahaan lainnya pun akan baerbuat hal serupa. Hal ini akan
meningkatkan jumlah L yang diminta dan produk yang dipasarkan akan
menjadi lebih banyak. Pengaruh perubahan output yang dipasarkan ini
merupakan dampak eksternal (external effect) dari turunnya harga/upah L.

Dampak selanjutnya adalah penawaran produk oleh perusahaann individu


akan berkurang, penggunaan tenaga kerja (L) berkurang, dan terjadi
penurunan permintaan L oleh peruasahaan individu menjadi d L2. Jumlah
tenaga kerja (L) yang diminta pun menjadi OL4 dan VMPL2.
PL PL

Perusahaan Pasar

S1
PL1 A

S2
C
PL2 B dL1
dL2 VMPL2
VMPL1 DL
VMP’ L1
VMP’ L2

L1 L2 L3 L4 O L’1 L’4 L
0 (b)
(a )

(a) (b)

Gambar 11.6 Dampak internal dan eksternal perubahan harga input

Keterangan Gambar 11.6:

1. Gambar 11.6 menggambarkan permintaan L oleh perusahaan indvidu,


11.6b menggambarkan permintaan L’ oleh pasar (industri) yang
merupakan penjumlahan permintaan L perusahaan individu.
2. Harga/upah L menjadi PL2. Kaau K tidak berubah maka jumlah L
yang diminta adalah OL2.
3. Dengan harga L yang baru, perusahaan menyesuaikan kombinasi K
dan L untuk mencapai keuntungan yang lebih besar pada kombinasi
input dengan biaya yang paling rendah. Jumlah tenaga kerja
meningkat menjadi OL3, VMPL2. Permintaan tenaga kerja oleh
perusahaan individu dL1.
4. Perusahaan yang lain berbuat sama dalam merespons turunnya harga
L, dengan hasil akhir meningkatkan output yang dipasarkan, dan
menurunnya harga produk. Perusahaan individu mengurangi output
dan penggunaan L menjadi OL4 Permintaan L turun menjadi dL2.
5. Penyesuaina terakhir dalam merespons turunnya harga/upah L, bagi
perusahaan individu, penggunaan Ll menjadi OL4, dan permintaan L
dipasar OL’4 seperti pada Gambar 11.7
PL PL
Pasar (industri)
Perusahaan
SL1

SL2
PL1 A

PL2 B C

dL1
DL
dL2

0 L1 L2 L3 0 L’1 L’3

(a) (b)

Gambar 11.7 Dampak internal dan eksternal karena perubahan L

Keterangan Gambar 11.7:

1. Gambar 11.7 perubahan jumlah L yang diminta oleh perusahaan


individu, 11.7b perubahan jumlah yang diminta oleh pasar.
2. Permintaan L, dL1, dan DL merupakan permintaan L jangk panjang (L
dan K merupakan variable input = analisa jangka panjang). Perubahan
L1L2 merupakan internal effect dari turunya harga L, pada perubahan
L1L3 merupakan dampak eksternal perubahan pasar.
3. Perubahan L1L2 merupakan perubahan jumlah L yang diminta jangka
pendek karena asumsi bahwa K tidak berubah (dalam Gambar 11.6
tidak ditampakkan, lihat Gambar 11.5).
11.5 PENAWARAN TENAGA KERJA
Penawaran tenaga kerja (L) dipasar tenaga kerja merupakan penjumlah secara
horizontal dari penawaran tenaga kerja individual. Analisa penawaran
individual tampak lebih kompleks karena preferensi tentang jam kerja yang
ditawarkan berkaitan dengan tu=ingginya upah. Analisa penawaran tenaga
kerja (lebih tepat jam kerja) diderivasikan dari analisa kurva indiferen seperi
terlihat pada Gambar 11.8.
Terlihat pada gambar kurva indiferen mempunyai kemiringan (slope) positif,
yang berarti antara pendapatan per hari dengan jam kerja berjalan searah yang
menjauhi titik 0. Kalau pendapatan per hari naik maka jam kerja yang
disediakan makin banyak. Sumbuh vertikal menunjukkan tingginya
pendapatan/hari, subuh horizontal banyaknya jam kerja yang diserahkan.
Kurva indeferen dalam hal ini menggambarkan kombinasi antara pendapatan
dan jam kerja. Garis l0 l0 merupakan garis dimana di bawah garis l0 l0 tidak
seorang pun mau bekerja. Garis OA,OB,OC ... OE merupakan garis yang
menggambarkan penerimaan tenaga kerja per hari yang jumlahnya sudah
tertentu. Garis ini dibuat melaui titik 0, disebut garis pendapatan. Garis
pendapatan ini mempunyai kemiringan semakin besar apabila pendapatan/hari
semakin tinggi. Kepuasan maksimum dicapai apabila garis pendapatan
bersinggung dengan kurva indiferen IH.
IH5
Pendapatan/jam kerja
IH4
E III3 III2
III1
D

A
L0 I

Jam kerja/hari
0 II5 II1 II4 II2 II3 10

Gambar 11.8 Derivasi kurva penawaran tenaga kerja


Keterangan Gambar 11.8:
1. Diasumsikan bahwa batas jam kerja yang tersedia per hari 10 jam.
Kurva indiferen menunjukan kombinasi antara pendapatan dan jam
kerja yang tersedia diserahkan.
2. Garis OA,OB … OE menunjukkan besarnya pendapatan yang
jumlahnya sudah tertentu. Kemiringan garis OA merupakan rasio
antara pendapatan per hari dan jam kerja.
Pendapatann perhari AH1
= OH1
jam kerja
3. Garis OA disebut garis pendapatan. Garis pendapatan bersinggung
dengan kurva indiferen IH1 pada titik A, menunjukkan kepuasan
maksimum dengan tingkat pendapatn per hari yang diterima dan
jumlah jam kerja yang diserahkan.
4. Kemiringan garis pendapatan semakin besar apabila tingkat
pendapatan per hari semakn besar sehingga titik singgung semakin
keatas dan semakin kekanan dari titik 0. Hal ini mencerminkan
kepuasan yang semakin tinggi pada tingkat pendapatan per hari.
Dengan perkataan lain, semakin tinggi pendapatn per hari maka
semakin banyak jam kerja yang diserahkan
Halini sejalan dengan analisa kurva indiferen yang merupakan
kombinasi X dan Y yang dikonsumsi seorang konsumen, bahwa
kepuasan maksimum dicapai kalau garis anggaran baersinggungan
dengan kurva indiferen, atau kemiringan kurva indiferen = kemiringan
garis anggaran.
5. Pada harga/upah yang tinggi jam kerja yang ditawarkan semakin
rendah sehingga titik belok kurva penawaran seperti yang terlihat pada
Gambar 11.9. Kurva penawaran yang belok disebut backward bending
supply curve.
Tingkat upah
SL
EH5/OH5
E D
DH4/OH4

CH3/OH3 C

BH2/OH2 B

A
AH1/OH1

Jam kerja/hari
0 H1 H5 H4 H2 H3

Gambar 11.9 Kurva penawaran tenaga kerja (L)

Keterangan Gambar 11.9:


1. Semakin tinggi tingkat upah, semakin banyak jam kerja yang
ditawarkan.
2. Pada tingkat upah tertentu, jam kerja yang ditawarkan menjadi
berkurang sehingga terjadilah backward bending supply curve. Di sini
para tenaga kerja merasa untuk menikmati upah yang tinggi tersebut
dengan menggurangi jam kerja.
11.6 PENYIMPANGAN RENTE (DIGRESSION ON RENT)
Pada analisa jangka pendek dibedakan antara input tetap dengan input
variabel. Dalam analisa penentuan harga input variabel, return (hasil) dari
input tetap tidak menentukan VMPL (nilai produk marginal tenaga kerja =
harga output x MPL). Return (hasil) dari input tetap ini merupakan ‘quasi
rent’. Kia perhatikan Gambar 11.10. dalam persaingan sempurna MR =Pq =
AR =D. keuntungan yang maksimum, MR =Pq dicapai pada Q =Q1. Return
(hasil) dari input variabel luas segi empat OBCQ1, Luas segi empat BPq1DC =
quasi rent. Namun, BEFC merupakan biaya tetap sehingga EPq1DF merupkan
keuntungan murni.
Pq

Pq=MR=AR SRMC
D
Pq1
SRAC

E F

SRAVC
B C

0 Q1

Gambar 11.10 Input tetap dan quasi rent


Keterangan Gambar 11.10:
1. Pada titik D, MR =MC=Pq1. Kemudian, TR adalah sebesar luas segi
empat 0Q1 DPq1. Luas segi empat OBCQ1 adalah return (hasil) dari
input variabel.
2. Luas segi empat BPq1DC =Quasi rent. BEFC merupakan biaya tetap
sehingga EPq1DF merupakan keuntungan murni

Secara umum dapat dikatakan bahwa quasi rent dapat lebih besar, sama atau
lebih daripada biaya total.

Apabila hasil investasi lebih dari hasil rata-rata investasi di sektor ekonomi
yang lain maka quasi rent lebih besar dari biaya tetap dan perusahaan
memperoleh keuntungan murni. Apabila quasi rent lebih rendah dari biaya
tetap, perusahaan menderita rugi. Kemudian, apabila quasi rent sama dengan
biaya tetap maka perusahaan mendapatkan return yang normal dan investasi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa quasi rent merupakan antara


penerimaan total dan biaya variabel total. Pada persaingan murni/semurna,
dalam jangka panjang quasi rent ini akan hilang karena semua biaya variabel
dan penerimaan total perusahaan sama dengan biaya total.

Quasi rent jangan dikacau dengan economic rent. Quasi rent merupakan
konsep jangka panjang, sementara economic rent adalah surplus di atas biaya
produksi secara penuh (baik biaya tetap maupun biaya variabel). Economic
rent muncul sehubungan dengan inelastisitas penawaran (supply) input. Hal
ini merupakan biaya determinan dari harga.

Saat membicarakan economic rent, konsep tentang marginal intensive dan


extensive harus turutdiperhatikan. Apabila dalam produksi digunakan dua
faktor (input), margin intensif merupakan hasil penurunan produk marginal
dari input variabel, sedangkan input yang dianggap tetap karena kita
membicarakan supply jangka pendek.

Untuk penelaahan economic rent lebih lanjut, kita bicarakan masalah produksi
di bidang pertanian. Diasumsikan bahwa dalam berproduksi digunakan dua
input (dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja,(TK), dan tanah (L).
diasumsikan juga bahwa L merupakan input tetap dan barang bebas,
sedangkan TK merupakan input variabel (analisa jangka pendek). Selanjutnya,
juga diasumsikan bahwa pasar yang dihadapi produk pertanian dan input yang
digunakan adalah pasar berstruktur persaingan sempurna/murni.

Perhatikan Gambar 11.11. produksi dilakukan pada produkl rata-rata yang


paling tinggi (dalam ini SRMC=SRAC). Ouput yang dihasilkan adalah Q1
dimana SRMC= MR1 = P1 yang ditentukkan pasar. Adapun perintaan pasar
adalahD1. Kemudian permintaan pasar meningkatmenjadi D2. Harga juga
meningkat yang mendorong peningkatan produksi. Sayangnya, tanah yang
berkualitas sama tidak tersedia. Hal ini mendorong produsen untuk
meningkatkan pengunaan intensif atas tanah yang tersedia. Output yang
dihasilkan menjadi Q2, dimanaSRMC =MR2 =P2 yang ditentukan pasar.

Oleh karena tanah (L) tebatas adanya, perusahaan lain tidak dapat
meningkatkan produksi tanpa melakukan intensifikasi penggunaan tanah atau
membeli tanah dari pemilik yang ada. Dengan demikian, tanah tidak lagi
menjadi barang bebas, melainkan barang yang mempunyai nilai ekonomi.
Luas segi empat BP2CD menunjukkan economic rent. Economic rent
merupakan surplus sebagai akibat inelastic persedian tanah (supply of L).
jumlah rent ini ditentukan oleh harga produk. Dengan demikian economic rent
merupakan price-determined cost.

Permintaan pasar meningkat kembali menjadi D3, economic rent meningkat


menjadi luas segi empat EP3FG.
P Perusahaan individu
P
Pasar

SRMC SRAC SRS


P3
F

P2 C D3
D G
E
P1

B D2

D1

0 q1 q2 q3 q Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 11.11 Economic- rent, internal dan external extensive margin

Keterangan Gambar 11.11:

1. P = harga output, q = output yag dihasilkan perusahaan (produsen


individu), Q= output yang diminta pasar, Qi = Σ q1.
2. Tanah yang jumlahnya tetap merupakan tanah yang subur. Kalau
jumlahnya sudah habis maka produsen membeli tanah dengan
kualitas lebih rendah. Jadi, pengertian fixed di sini adalah tanah yang
berkualitas. Dalam hal ini produsen akan menghadapi penurunan
produktivitas tanah. Peningkatan produk dilakukan dengan
intensifikasi lahan yang ada (internal extensive margin).
3. Jika produsen yang membeli tanah untuk mengantisipasi peningkatan
output, tanah dengan kualitas yang berbeda dengan yang mula-mula,
maka hal ini akan menimbulkan external extensive margin.

11.7 PRODUSEN MONOPOLIS DALAM PERSAINGAN


SEMPURNA PASARIMPUT
Sejauh ini kita membicarakan pasar input dan output yang bersaing secara
murni. Selanjutnya, kita akan membicarakan produsen sebagi monopolis,
tetapi menghadapi pasar persaingan murni. Produsen yang menghadapi pasar
persaingan murni dan produsen sebagai monopolis dalam berproduksi
mempunyai prinsip yang sama, yaitu bahwa faktor prioduksi (input) harus
dikombinsaikan pada kombinasi dengan biaya yang paling rendah (least cost
combination). Syarat untuk dapat mengkombinasikan tenaga kerja dan mesin
dengan biaya minimal adalah:
MPL MPK
=
PL PK
Namun, syarat imi belum menjamin adanya keuntungan yang maksimum.
Oleh karena itu, syarat kombinasi input biaya paling rendah dan keuntungan
maksimal berikut perlu dipenuhi:
MPL MPK 1 1
= = > (11.7.1)
PL PK MCq MRq
Persamaan persyaratan seperti yang ditunjukkan Persamaan 11.7.1 berikut
bagi produsen monopolis. Dalam persaingan murni MRq = MCq = Pq sehingga
persyaratan bagi produsen dalam persaingan sempurna adalah:
MPL MPK 1 1 1
= = MCq = MCq = Pq (11.7.2)
PL PK
Pada Gambar 11.12 monopolis akan mencapai keuntungan maksimum pada
output Q2 Pada Q2, MRq = MCq (MRq dan MCq adalah MR dan MC untuk Q,
yang dihitung dari total cost dan total revenue).
Pada output Q1, sekalipun kombinasi antara L dan K telah memenuhi
kombinasi dengan biaya yang minimal, kombinasi tersebut belum memenuhi
persyaratan keuntungan maksimum. Pada Q1 biaya rata-rata jangka panjang
masih lebih tinggi dari MRq; produsen masih berusaha untuk menambah
output sampai mencapai Q2.
Pq

Pq1

C1 LRMC LRAC

MRq=MCq

MR AR=D

0 Q1 Q2 Q

Gambar 11.12 Keuntungan yang maksimum dan kombinasi L dan K


pada biaya yang paling rendah untuk produsen monopolis.
Keterangan Gambar 11.12:
1. Pq menunjukkan harga output.
2. Q kuantitas output.
3. Pq biaya rata-rata jangka panjang, karena monopolis sebagai price
maker (yang menentukan harga), dan kurva permintaan D=
AR,mempunyai kemiringan < 0 (turun miring dari kiri ke kanan)

Sebagai ilustrasi numeratif, perhatikan Tabel 11.12.


Tabel 11.2 Hubungan antara penggunaan L dan keuntungan maksimum

L/t MPL Q/t Pq TR MRq VMP MRP PL ARPq


(1) (2) (3) (4) (5) (6) L (7) L (8) (9) (10)
0 0 0 10 0 0 0 0 39 0
1 3,5 3,5 10 35,0 10,0 35 35,00 39 35,00
2 6,0 9,5 9 85,5 8,42 54 50,50 39 42,75
3 7,5 17,0 8 136,00 6,73 60 50,50 39 45,36
4 8,0 25,0 7 175,00 4,88 56 39,00 39 43,75
5 7,5 32,5 6 195,00 2,67 45 20,00 39 39,00
6 6,0 38,5 5 192,50 -0.42 30 -2,50 39 32,10
7 3,5 42,0 4 168,00 -7.00 14 -24,50 39 24,00
8 0 42,0 3 126,00 α 0 -42,00 39 15,75

Keterangan Tabel 11.2:


1. Kolom (1), jumlah tenaga kerja (L) yang digunakan
2. Kolom (2), jumlah produk marginal harga tenaga kerja (MPL)
3. Kolom (3), output yang dihasilkan (Q)
4. Kolom (4), harga output (Pq)
5. Kolom (5), penerimaan total (TR), TR = Pq × Q atau kolom (3) ×
kolom (4).
6. Kolom (6), penerimaan marginal (MRq), MRq= ∆TR/MPL
7. Kolom (7), produk marginal tenaga kerja (VMPL). VMPL= MPL × Pq
atau kolom (2) × kolom (4).
8. Kolom (8), MRPL (penerimaan marginal dari perusahaan tenaga
kerja). MRPL= MRq × MPL atau kolom (2) × kolom (6).
9. Komlom (9), harga/upah tenaga kerja
10. Kolom (10), ARPL (penerimaan rata-rata tenaga kerja). ARPa = TR/L
atau kolom (5) dibagi kolom (1)
Contoh

Misalnya L = 2 dan L = 4

1. Untuk L =2 (kolom 1), diketetahui MPL = 6,0 (kolom 2), Q = 9,5


(kolom 5) Pq= 9 (kolom 4). Dengan demikian, penerimaan totalnya
adalah:
TR = Pq × Q =9,5×9=85,50
2. MRq =∆TR/MPL
∆TR = TR (L=2) – TR (L=1)
= 85,5 -35,0
= 50,5
3. MPL= 6
Jadi, MRq = 50,5/6
= 8,42
VML = MPL × Pq
= 6×9
=54
MRPL = MRq × MPL
= 8,42 × 6
=50,52
4. PL =39,0, ARP =TR/L =8.50/2 =82,75

Untuk L = 4:

1. TR = 25×7
= 175,00,
MRq =∆TR/MPL
= (175,00 -136,00)/8
=39/8
=4,88
2. VML = Pq ×MPL
=7×8=56,
MRPL = MRq × MPL
= 4,88 × 8
= 39,04
3. ARPL = TR/L
=175,0/4
= 43,75
Dari angka-angka yang disajikan pada Tabel 11.2, terlihat bahwa:
1. VMPL maupun MRPL kedua-duanya naik kemudian menurun apabila
L dtambah dan VMPL lebih besar dari MRPL.
2. Apabila PL =39 maka pada L =4, tambahan pada total cost (biaya total
untuk L) =4 × 39 = 156. Sementara itu, tambahan pada total revenue
(TR) = 175. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan tenaga kerja
4 unit adalah 175 -156 = 19. Ini merupakan keuntungan maksimum.
Semua pengeluaran untuk tenaga kerja dapat tertutup. Pada L = 4
produsen monopolis memperoleh keuntungan maksimum. Apabila
produsen menggunakan tenaga kerja (L) lebih dari 4 unit maka
keuntungan akan menurun. Sebaliknya, jika tenaga kerja yang
digunakan kurang dari jumlah tersebut maka profit bisa ditingkatkan.
3. Pada penggunaan tenaga kerja 4 unit, persyaratan untuk memperoleh
keuntungan maksimum terpenuhi, yaitu MRPL =PL =39. Namun
demikian, pada posisi ini, VMPL > MRPL. perhatiakn Gambar 11.13.
PL

56
43,75
39

MRPL
VMPL ARPL

0 4 L

Gambar 11.13 Hubungan antara MRPL, VMPL, ARPL

Pada waktu tercapainya keuntungan maksimum bagi produsen monopolis,


besarnya MRPL< VMPL tidak berarti bahwa tenaga kerja akan mendapat
harga/upah yang lebih rendah dari kesempatan kerja alternatif. Hal tersebut
lebih disebabkan oleh penghentian penggunaan tenaga kerja pada upah/harga
sudah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja. Pada pembicaraan
yang lalu permintaan input L ditunjukkan oleh kurva:

PL= V.MPL

Permintaan input L dalam persaingan murni baik dalam pasar input maupun
output.

Dalam pasar output yang monopolistik permintaan input L.

PL= MRPL

VMPL berbeda dengan MRPL. VMPL adalah nilai produk marginal fisik
dikalikan dengan harga produk Pq MPL, sementara Pq adalah harga output
(produk). Oleh karena dalam persaingan murni MRq = Pq maka MRPL =
Marginal revenue output yang dihasilkan oleh L adalah MRP L = MRL . MRq.
pada pasar monopoli, MR<P.

11.8 PRODUSEN SEBAGAI MONOPSONIS DALAM PASAR INPUT


Sejauh ini kita berasumsi bahwa produsen pada pasar input yang bersaing
murni. Apabila hanya ada satu produsen yang membeli input tertentu maka
produsen bertindak sebagai monopsonis. Kalau dalam pasar input hanya ada
satu pembeli input maka pasar yang demikian disebut monopsoni, perusahaan
sebagai pembeli input disebut monoppsonis kalua da beberapa pembeli maka
yang dihadapi produsen adalah pasar oligosoni. Munculnya pasar monopsony
disebabkan oleh kurangnya atau tidak mobile-nya faktor produksi (input), atau
juga faktor produksi bersifat khusus yang hanya digunakan secara istimewa.
Seorang produsen monopolis adalah satu-satunya pembeli sehingga jumlah
input yang diperlukan merupakkan supply input dalam pasar. Ia sebagai
penentu harga, dalam arti kalu ia mmerlukan jumlah yang lebih banyak maka
harga dinaikkan dan sebaliknya. Kurva penawaran yang dihadapi naik kea rah
kanan dan tidak horizontal seperti dalam persainngan murni. Perhatikkan
Tabel 11.3 dan Gambar 11.14.
Tabel 11.3 Jumlah L Harga TC, MC, dan AC
L/t PL TCL MCL ACL
6 0,50 3,00 - 0,50
8 0,55 3,85 0,85 0,55
9 0,60 4,80 0,95 0,60
10 0,65 5,85 1,05 0,65
11 0,70 7,00 1,10 0,70
12 0,75 8,25 1,25 0,75
13 0,80 9,60 1,35 0,80
14 0,85 11,05 1,45 0,85

Pada Tabel terlihat bahwa biaya rat-rata (untuk L), sama dengan harga input.
Oleh karena itu, kurva ACL merupakan penawaran L(SL) yang dihadapi oleh
monopolis. Kurva biaya marginal (MCL) terletak di atas SL= ACL. perhatikan
Gambar 11.14. penawran tenaga kerja (SL) terletak dibawah biaya marginal
MCL. Dalam persaingan murni/sempurna, harga, biaya marginal dan biaya
rata-rata tenaga kerja terletak pada satu garis yang sejajar dengan sumbuh
datar.
PL

S=ACL
MCL

0 L/t

Gambar 11.14 Kurva biaya arginal dan biaya rata-rata tenaga kerja
pada pasar monopsonyi

Prinip untuk mencapai keuntungan yang maksimum bagi seorang produsen


monopsoni, sama denagn produsen dalam pasar input yang bersaing secara
sempurna. Produsen akan menambah input (faktor produksi) L sepanjang
tambahan input tersebut akan memberikan tambahan penerimaan total lebih
tinggi dibandingkan dengan tambahan biaya total dari input yang
bersangkutan. Gambar 11.15 menjelaskan penentuan input L untuk mencapai
keuntungan yang maksimum.
MCL
MCL
B
MRPL2=MCL=PL2 C
SL=ACL

MRPL3=PL3
A
PL1
D

MRPL

L
0 L1 L2

Gambar 11.15 Penentuan L dan PL produsen monopsonis


Keterangan Gambar 11.15:
1. SL= ACL merupakan penawaran tenaga kerja yang ditentukan oleh
monopsonis (produsen monopsoni).
2. Untuk mencapai keuntungan maksimum MCL = MRPL di titik C,
tenaga kerja yang dibutuhkan 0L1 dengan harga yang tetapkan oleh
monopsonis PL1. Harga yang seharusnya adalah PL2.
3. Keuntungan total monopsonis luas segi empat PL1DCPL2 atau per unit
adalah PL2-PL1.
4. Dalam hal ini terjadi pemerasan tenaga kerja karena upah yang
diterima PL1 jauh lebih rendah dari PL2 (dimana PL2 = MRPL).
5. Kalau kita berasumsi pasar input berada dalam persainagn murni,
MRPL =MCL = PL2, maka upah yang harus diterima oleh tenaga kerja
adalah sebesar 0PL2 atau L1C dan tenaga kerja yang digunakan adalah
L1.
6. Kalau penggunaan tenaga kerja diperbanyak menjadi L2, harga
ditingkatkan menjadi PL3. Harga/upah tenaga sama dengan MRP3,
tetapi lebih rendah daripada MCL, sehingga keuntungan tidak
maksimal.

Dalam pasar input yang monopsonis, tenaga kerja mendapat upah di bawah
nilai sumbangan mereka terhadap kemampuannya untuk memberikan
sumbangan keuntungan perusahaan.terjadi pemerasan tenaga kerja. Hal ini
terjadi karena monopsonis sebagai price maker atau yang menentuka harga
input. Apabila kebutuhan tenaga kerja meningkat maka monopsonis akan
meningkatkan harga, SL= PL = ACL.

11.9 PENCEGAHAN EKSPLOITASI TENAG KERJA


Produsen yang bertindak sebagi monopsonis melakukan eksploitasi tenaga
kerja dengan menetapkan harga tenaga kerja/upah di bawah sumbangannya
terhadap keuntungn perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan sesuatu terhadap
monopsonis tersebut. Dalam hal ini ada dua tindakan yang dapat dilakukan:
a. Tindakan pemerintah untuk meningkatkan mobilitas input/faktor
produksi. Hal ini antara lain meningkatkan sarana transportasi,
pendidikan, kemungkinan memberi subsidi untuk mempelancar
mobilitas input dari satu tempat ke tempat lain.
b. Tindakan pemerintah secara langsung dengan menetapkan harga dasar
input (upah minimunm), di mana di bawah harga dasar tersebut harga
input tidak dapat turun.

Untuk menjelaskan dampak penetapan harga dasar ini, perhatikan Gambar


11.16. Pada penggunaan tenaga kerja 0L1, produsen monopsonis mencapai
keuntungan maksimal di mana MRPL = MCL, tetapi upah/harga L lebih
rendah daripada MRPL= maupun MCL, sehingga terjadi pemerasan tenaga
kerja per unit MRPL,- PL1.
PL=MRPL
MCL

MCL2
B
MRPL1=MCL1 C SL=ACL

MRPL2=PL2
A
PL1
D

MRPL

0 L1 L2
L

Gambar 11.16 Dampak penetapan harga dasar L

Keteranagn Gamabr 11.16:

1. Tenaga kerja yang digunakan sebelum ada penetapan harga/upah


dasar oleh pemerintah adalah sebesar L1 dengan harga/upah PL1.
Produsen monpsonis mendapatkan keuntungan maksimum karena
MRPL1 = MCL1. Di sini terjadi pemerasan tenaga kerja sebesar
MRPL1- PL1. Pemerintah menetapkan harga/upah dasar PL2, jumlah
tenaga kerja diperlukan L2.
2. Pada penggunaan tenaga kerja L2, PL2 = MRPL2. Dalam kondisi ini,
harga yang dibayarkan kepada tenaga kerja sama denagan
kemampuan mereka untuk memberikan sumbangan terhadap
keuntungn perusahaan.
3. Kurva penawaran tenaga kerja merupakan garis payah P L2AB MCL.
Di atas PL2, tidak ada larangan untuk menaikkan harga, tetapi jumlah
tenaga kerja yang diminta tetap tidak berubah.
4. Pada penggunaan tenaga kerja L2 tidak ada eksploitasi tenaga kerja,
tetap produsen monopolis tidak berada pada posisi keuntunagan yang
maksimum.

Pemerintah menetapkan harga dasar L sebesar P L2, di mana produsen


monopsonis tidak dapat membayar upah di bawah PL2. Akan tetapi, kalu
produsen membayar upah di atas boleh yang sifatnya bebas. Denagn
demikian, penawaran tenaga kerja merupaka garis patah P L22ABMCL (garis
tebal).

Produsen monopsonis menetapkan syarat untuk memperoleh keuntungan


maksimum, yaitu MCL = MRPL,. tetapi dengan jumlah L yang diminta L2,
PL2= MRPL2 < MCL. Pada kondisi ini tidak terjadi eksploitasi tenaga kerja
karena tenaga kerja mendapat upah yang sesuai dengan sumbangannya
terhadap keuntungn perusahaan. Namun, dalam kondisi tersebut keuntungan
produsen monopsonis bertindak seperti dalam L yang bersaing sempurna
(tidak ada eksploitasi tenaga kerja). Hal ini hanya akan terjadi apabila
pemerintah mampu menetapkan harga dasar L dengan tepat.

11.10 DISKRIMINASI HARGA


Pada bab VII telah dibicarakan diskriminasi harga yang dilakukan oleh
seorang monopolis. Diskriminasi harga yang demikian ini merupakan
diskriminasi harga dilihat dari sisi penjual di pasar. Dari sisi lain
diskriminasi harga dapat juga dilakukan oleh pembeli di pasar monopsoni.
Produsen yang menggunakan tenaga kerja atau faktor produksi dapat
bertindak sebagai monopsonis. Oleh karena itu, prousen monopsonis dapat
melakukan diskriminasi harga. Produsen monopsonis dapat menetapkan
harga/upah tenaga kerja, atau faktor produksi lain di mana produsen
bertindak sebagai monopsonis.
Diskriminasi harga yang dilakukan oleh seorang monopolis terbagi
menjadi tiga tingkatan. Diskriminasi harga tingkat satu dan dua adalah
diskriminasi yang dilkukan untuk barang dan pasar yang sama. Tujuannya
adalah mengambil surplus konsumen sebesar-besarnya. Misalnya
pembelian dibatasi partai kecil, sedang, menegah dan partai besar. Kalau
partai kecil maka harganya akan lebih tinggi dengan partai menengah. Jika
partai menengah maka harganya lebih tinggi daripada partai besar.
Diskriminasi harga tingkat tiga adalah diskriminasi harga yang dilakuakan
pada pasar yang berbeda; barang sama, harga berbeda. Demikian juga,
monopsonis dapat melakukan dengan derajat seperti yang dilakukan oleh
monopolis.
a Diskriminasi Harga Tingkat Satu dan Dua
Upah/harga tenaga kerja ditentukan oleh monpsonis. Jadi, supply L
monopsonislah yang menentukan. Berapa banyaknya tenaga kerja yang
akan dilakukan dipakai ditentukan oleh upah/harga yang telah ditentukan
monopsonis. Oleh karena itu, berkebalikan dengan monopolis, tenaga
kerja/atau faktor produksi yang lain disediakan pasar, dan monopolis
sebagai peminta tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya, kita perhatiakn Tabel
11.4:
Tabel 11.4 Diskriminasi tingkat dua oleh monopsonis
L/t ACL=PL TCL MCL TCL MCLD AC LD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 1 1 1 1 1
1

2 4 3 3 2 1.5
2

3 9 5 6 3 2
3

4 16 7 10 4 2.5
4

5 25 9 15 5 3
5

6 36 11 21 6 3.5
6

7 49 13 28 7 4
7

Keterangan Tabel 11.4:


Kolom (1) menunjukkan untuk tenaga kerja L, kolom (2) untuk biaya
rata-rata per L, ACL = PL, kolom (3) untuk biaya total tenag kerja, TL =
Kolom (1) × kulom (2), kolom (4), menunjukkan biaya marginal untuk
tenaga kerja (MCL), MCL = tambahan TCL karena tambahannya 1 unit L
per satuan waktu.
1. Kolom (5) untuk Total Cost setelah dilakukan diskriminasi harga
(TCLD). Cara menghitung TCLD1, pada baris pertama di man L=1, yang
bersifat komperatif, TCLD1 = 1 TCLD2= L2 × ACL2 - TCLD1 = 2×2 -1,
TCLD3 = 3 ×3 – 3 = 6 dan seterusnya. TCL > TCLD karena diskriminasi
harga sebesar TCLD sebelumnya.

Perhatiakn Gambar 11.17.


PL
MCL

MCL A
MCLD ACL=PL=SL=MCLD
B
PL ACLD
PLD

MRPL

L
L LD
0

Gambar 11.17 Diskriminasi harga tingkat satu produsen monopsonis

Keterangan Gambar 11.17:


1. PL = harga tenaga kerja tidak dengan diskriminasi,PLD = harga
tenaga kerja dengan diskriminasi,PL > PLD.
2. CL, MCL, adalah biaya rata-rata dan biaya marginal tenaga kerja
tanpa diskriminasi.
3. CLD, MCLD, adalah biaya rata-rata dan biaya marginal dengan
diskriminasi.
4. MCPL, adalah penerimaan marginal L.
5. Pada harga PL, dicapai keuntungn maksimum sebelum ada
diskriminasi, karena MRPL =MCL, pada titik A dengan harga PL
6. Pada pengguaan tenaga kerja LD, keuntungan maksimum dicapai
karena diskriminasi harga, MCLD = MRPLD, pada titik B dengan
harga PL0
Terdapat kenaikan keuntungan sebesar (MCL – PL) sampai
(MRPLD – PLD)L
b Diskirminasi Harga Tingkat Tiga
Diskriminasi harga tingkat tiga adalah diskriminasi harga antara
dua pasar atau lebih untuk barang yang sama dan harga yang
berbeda. Misalnya monopsonis mempunyai dua pasar tenaga
kerja, pasar I dan pasar II . Pasar I dengan biaya rata-rata ACL1=
dan biaya marginal MCL1. Pasar II, ACL2 dan MCL2. Diasumsikan
bahwa monopsonis hanya mempunyai satu plant (pabrik0. Tenaga
kerja yang berguna adalah L= L1 + L2 dan MCL = MCL1 = MCL2.
Untuk memaksimumkan keuntungan, MrpL, kedua pasar harus
sama. Perhatikan Gambar 11.18.
PL
ACL2
MCL2 MCL1

ΣMCL

MCL A B C
ACL1
PL1 D

PL2 E
MRPL

L
0 L2 L1 L

Gambar 11.18 Diskriminasi harga tingkat tiga oleh produsen


monopsonis
Keterangan Gambar 11.18:
1. Σ MCL merupakan penjumlahan MCL1 dan MCL2. Σ MCL = MCL1 +
MCL2. MRPL merupakan MRPL penerimaan marginal dari produk
yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang ada dalam perusahaan
monopsonis.
2. MRPL berpotongan dengan garis Σ MCL dititik C, perusahaa
pengguna tenaga kerja mencapai keuntungan yang maksimal. Garis
MRPL memotong MCL1 dan MCL2 masing-masing di titik A dan B.
Tenaga kerja untuk produk pasar I, dan II sehingga DL1
menunjukkan harga L di pasar I dan EL2 menunjukkan harga L di
psar II.
3. Garis BL1memotong ACL1 di titik D, dan garis AL1 memotong
=ACL2 di titik E. ACL1, Dan ACL2, masing-masing adalah penawaran
tenaga kerja di pasar I dan II sehingga DL1 menunjukkn harga L di
pasar I dan EL2 menunjukkan harga L di psar II.
4. Harga di pasar I adalah OPL1 dan di pasar II adalah OPL2. Selain itu,
OPL1 > OPL2.
5. Keuntungan di pasar I = (OMRPL – OPL1) OL1. Kuntungan di pasar
II = (OMRPL – OPL2) OL2. Jumlah keuntungan seluruhnya yang
diterima produsen monopolis adalah jumlah keuntungan di pasar I +
keuntungan di pasar II.

ΣMCL tidak lain merupakan derivasi jumlah biaya masing-masing pasr yang
merupakan kemiringan (slope) kurva biaya total cost. Dengan menggunakan
kaidah deferensial calculus, dapat dicari L1 dan L2 serta besarnya keuntungan
maksimum:

π = TRL- L1(PL1)- L2(PL1)

dπ dTR(L) d(L1 PL1 )


= = =0 orde pertama
dL1 𝑑𝐿 𝑑𝐿1

dπ dTR(L) d(L2 PL2 )


= = =0
dL2 dL dL2

L =L1 + L2 dL/dL1 = dL/dL2 =1

MCL1 =MCL2 = MRPL

d2 (TR(L) d(L)PL1 d2 (TR(L)


− −
dL2 dL2 1 dL2
| d2 (L2 )PL 2
| orde kedua
d2 (TR(L) d2 (TR(L)
=
dL2 2 dL2 dL2 2

d2 (TR(L) d2 (L) PL1 d2 (TR(L) d2 (L) PL1


− < 0 − < 0
dL2 dL2 1 dL2 dL21

11.11 MONOPOLI BILATERAL


Monopoli bilateral adalah kondisi pasar di mana haya terdapat satu penjual
dan satu pembeli. Pada umumnya terjadi pada pasar oligopoly, yang disebut
oligopoli bilateral. Dalam praktiknya secara prinsip kedua kasus tersebut,
monopoli bilateral dan oligopoly bilateral, adalah sama. Namun demikian,
analisa dalam subbab ini dibatasi hanya pada kasus monopoli bilateral. Yang
dimaksud dengan pembeli adalah pembeli input, dan yang dimaksud dengan
penjual adalah penyedia input. Umpamanya, dalam hal ini input yang
dimaksud adalah tenaga kerja (L). perhatikan Gambar 11.19.
Monopolis mempunyai kurva S, yang menunjukkan kurva penawaran produk
yang dihasilkan, dalam jangka pendek kurva penawaran ini MC monopolis.
Bagi penyedia L, setiap harga menunjukkan banyaknya input L yang dijual.
Dengan demikian, kurva penawaran menunjukkan kurva biaya rat-rata AC
bagi monopsonis, dalam gambar diberi notasi S’. penerimaan marginal (MRP)
monopsonis diberi notasi D, di mana kurva ini menunjukkan pula penerimaan
rata-rata (AR) monopolis. Baik monopolis maupun monopsonis berusaha
mencapai keuntungan yang maksimum, dengan menyamakan MC dan MR
masing-masing. Terjadilah perbedaan harga/upah maupun kuantitas L antara
monopolis dan monopsonis. Terjadilah bargaining yang salin menguntungkan.
Bargaining terjadi di titik C, titik perpotongan antara permintaan tenaga kerja
oleh monopolis dan penawaran oleh monopsonis. Harga kesepakan adalah PL2
dengan jumlah tenga kerja L3.
MC(monopsonis)
PL1

D
B
D’
PL1 F AC(monopsonis)= MC(monopolis)
I
PL3 C

G AR(monopolis)=MRPL(monopsoni
PL2 H s)

S’
MR(monopolis)

L
O L2 L1 L3

Gambar 11.19 Monopoli bilateral


Keterangan Gambar 11.19:
1. Diasumsikan bahwa MC > AC. Kurva permintaan produsen
monopolis AR = D, penerimaan marginal monopolis MR, MR < AR.
AR monopolis merupakan MRPL.
2. MC monopolis = AC monopsonis karean Mc monopolis merupakan
tambahan total cost sebagai akibat ditambahanya satu unit output, dan
setiap tambahan TC memerlukan tambahan pengguaan L. Bagi
monopsonis, hal ini merupakan penawaran L, S = AC monopsonis. S’
merupakan biaya marginal monopsonis.
3. Monopolis mencapai keuntungan maksimum, MR = MC di titik G,
denagn tenaga kerja yang diminta L1, dimana MC monopolis = MR
monopsonis di titik G dan tingkat harga/upah tenaga kerja P L1
(merupakan perpotongan antara garis FL1 dengan garis AR = D di
titik F)
4. Monopsonis mencapai keuntungan maksimum pada saat MC = MRP L
di titik B, dengan jumlah tenaga kerja L2. Tingkat harga/upah
monopsonis adalah perpotongan antara garis BL2 dengan AC di titik
H yang merupakan kurva penawaran (S) monopsonis, tingkat harga
adalah PL2.
5. Terjadi perbedaan harga/upah L anatara monopsonis dan monopolis.
Oleh karena itu, mereka melakukan bargaining (kesepakan) yang
saling menguntungkan. Daerah kesepakan meliputi daerah IFGH,
daerah di mana perbedaan harga dan kuantitas L terjadi.
6. Kesepakatan yang saling menguntungka terjadi di titik C, yang
merupakan perpotongan AC (penawaran) monopsonis san AR
monopolis. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan monopsonis =
permintaan monopolis = L3 dan tingkat harga/upah PL3 tetapi
keduanya (monopolis dan monopsonis) tidak pada kondisi
keuntungan yang maksimum.
11.12 PENDEKATAN DENGAN KURVA INDIFEREN

Denagn menggunakan pendekatan kurva indiferen masalh bargaining anatara


monopolis dan monopsonis akan menjadi lebih jelas. Perhatikan Gambar
11.18. kurva indeferen menunjukkan kurva keuntungan yang disebut equal
profit curve, yang mempunyai kemirinagn normal. Kurva indeferen pembeli
(monopsonis) ditunjukkan dengan notasi B, yang mempunyai kemiringan
negatif seperti kurva indiferen normal, sedangkan kurva penjual atau supplier
(monopolis) input diberi notasi S yang diputar 1800 sehingga merupakan
kurva yang cembung terhadap O’.

M menunjukkan jumlah uang (Rp.) persatuan waktu, yang diukur pada sumbu
vertical. L menunjukkan input tenaga kerja persatuan waktu, uang diukur pada
sumbu horizontal. Kita berasumsibahwa pembeli (monopsonis) sebagi pemilik
uang dan digunakan untuk membeli tenaga kerja, sebaliknya penjual
(monopolis) sebagai suplier tenaga kerja. KH merupakan Edgeworth
Contract Curve.

Perdagangan/kesepakatan antara monopolis dan monopsonis hanya pada


daerah ADRG. Salah satu di antar monopolis atau monopsonis akan menolak
kalau dalam kesepakatan memberikan hasil yang lebih jelek (inferior)
daripada jika tak ada kesepakatan. Pada posisi A pembeli mempunyai uang
sejumlah OA, dan penjual mempunyai input (O’A). Mereka bersepakat untuk
mencapai Kurva Kontak KH, tetapi tidak menjamin terjadinya keuntungn
yang maksimum.

Apabila penjual mempunyai kelebihan kekuatan bargaining, keseimbangan


mendekati D. Kurva keuntungan/indiferen S4 bagi penjual (monopolis)
merupakan keuntungan uang tertinggi disbanding kurva yang lain. Sebaliknya,
apabila pembeli mempunyai kekuatan lebih dari penjual, keseimbangan
mendekati titik G. Sangat dimungkinkan untuk membuat kurava kontrak di
titik C. hal ini sanagt mungkin karena penjual mempunyai posisi lemah dalam
bargaining. Secara umum dapat dikatakan bahwa keseimbangan diharapkan
akan berada pada kurva kontrakKH, misalnya di titk E.

Pada titik E, pembeli (monopsonis) akan menyerahkan uangnya sebesar FA


dan mendapat imbalan tenaga kerja L sebesar OL1 unit. Pembeli mempunayi
sisa uang OF, dan penjual mempunyai sisa tenaga kerja L1L unit’. Pada titik E
tampak bahwa penjual mempunayai kekuatan lebih dari bargaining, ia akan
dapat mencapai keseimbanagn yang lebih mendekati G, yang menunjukkan
equal profit yang lebih tinggi.
A
O’
Rp/t B4

B3 G
B2

B1

J
C
F B3
E

H S1 B2
S3 S2
S4 B1
R
O L1
L/t

Gambar 11.20 Bilateral monopoli (pendekatan kurva iniferen)

Keterangan Gambar 11.20:

1. B menunjukkan kurva indiferen/equal profit curve bagi pembeli input


(monopsonis). Smenunjukkan kurva indiferenequal profit curve bagi
penjua. Semakin tinggi letak kurva iniferensi, makin tinggi
keuntungannya.
2. Kurva indiferen monopolis dan monopsonis yang bersinggungan
menunjukkan bahwa keduanya sepakan antara pertukaran uang dan
input L. Bisa dikatakan bahwa mereka dalam keseimbangan antara
jumlah uang yang dikeluarkan dan jumlah tenaga kerja yang diterima.
Titik keseimabnagan G, C, E, H kalua dihubungkan merupakan Kurva
Kontrak Edgewort.
3. Daerah kesepakatan untuk melakukan perdagangan adalah bidang
AHRG. Salah satu dari mereka yang mengadakan kesepakatan akan
menolak hasil kesepakatan, apabila hasil tersebut tidak lebih baik dari
sebelum ada kesepakatan (inferior).
4. Posisi hasil kesepakatan tergantung pada kekuatan k bargaining di
antara mereka. Apabila penjual lebih kuat dalam bargaining maka
keseimbangan yang tercapai akan mendekati titik H (pada kurva
keuntungan S4). Sebaliknya, kalau pembeli lebih kuat dalam
bargaining maka titik keseimbangannya mendekati titik G (pada kurva
indiferen B4).
5. Titik E merupakan hasil yang mungkin dapat diterima. Titik E terletak
pada kurva indiferen S3 dan B2, yang merupakan posisi yang
mendekati keseimabangan kekuatan bargaining antara pembeli
(monopsonis) dan penjual (monopsonis).
6. Pada keseimbangan di titik E terjadi pertukaran uang dan input tenaga
kerja (L), pembeli menyerahkan uang sebesar FA dan mendapat tenag
kerja OL1. Sisa uang pembeli sebesar 0F dan sisa tenaga kerja bagi
penjual sebesar L1R.
11.13 RINGKASAN
1. Produsen yang munggunakan input/faktor produksi memiliki
beberapa kemungkinan:
a. Produsen dalam pasar yang bersaing secara sempurna/murni
baik untuk input yang digunakan maupun output (produk) yang
dihasilkan faktor.
b. Produsen sebagai monopolis untuk outputnya,tetapi imput
digunakan dibeli dalam psar persainagn sempurna/murni.
c. Produsen sebagai monopsoni untuk input yang digunakan.
2. Apa pun posisi produsen, baik dalam pasar input dan output yang
dihasilkan, mereka mmpunyai prinsip yang sama dalam
mengkombinasikan input yang digunakan, yaitu pda kombinasi
denagn biaya yang paling rendah (least cost combination) MPL/PL
= MPK/PK. andaikan produsen menggunakan dua input L dan K.
MPL= produk marginal input L, MPK= produk marginal input K.
PK= harga input K, PL= harga input L.
3. MPL/PL = MPK/PK, merupakan persyaratan kombinasi Ldan K pada
biaya paling kecil, dan belum menjamin bahwa produsen mencapai
keuntungan yang maksimum.
4. Persyaratan kombinasi dengan biaya paling kecil dan dicapainya
keuntungan maksimum:
a. Produsen yang menghapi pasar persainagn sempurna untuk
output yang dihaasilkan dan input yang digunkan.
MPL MPL 1 1 1
= = = = untuk input L
MCL PL MCq MRq Pq

PL = MCL = MRPL = VMPL


MPK MPK 1 1 1
= = = = untuk input K
MCK PK MCq MRq Pq

PK = MCK = MRPK = VMPK


b. Produsen yang menghadapi persaingan sempurna/murni paa
pasar input, tetapi monopoli dipasar output.

MPL MPL 1 1 1
= = = > untuk input L
MCL PL MCq MRq Pq

PL = MCL = MRPL < VMPL


MPK MPK 1 1 1
= = = > untuk input K
MCK PK MCq MRq Pq

PK = MCK = MRPK < VMPL


c. Produsen sebagai pembeli input tunggal (monopsonis) paa
pasar input, dan penjual output dalam persaingan
sempurna/murni.

MPL MPL 1 1 1
> = = = untuk input L
MCL PL MCq MRq Pq

PL < MCL = MRPL < VMPL

MPK MPK 1 1 1
> = = = untuk input K
MCK PK MCq MRq Pq

PK = MCK = MRPK < VMPK


d. Produsen sebagai pembeli input tunggal (monopsonis) dan
penjual sebgai output tunggal (monopolis)

MPL MPL 1 1 1
> = = > untuk input L
MCL PL MCq MRq Pq

PL < MCL = MRPL < VMPL

MPK MPK 1 1 1
untuk input K
MCK > PK = MCq MRq Pq
= >
PK < MCK = MRPK < VMPK.

5. Penjelasan notasi variabel-variabel:


a. MPL adalah produk marginal input L, sementara MPK adalah
produk marginal input K.
b. VMPL= nilai MPL= harga produk (Pq) × MPL, VMPK= Pq × MPK.
c. MRPL= Marginal Revenue Product dari tenaga kerja = MRq
× MPL (penerimaan marginal dari output, Q dikalikan
MPL). adapun MRPK= MRq×MRK,MRq= tambahan pada
penerimaan total (TRq= PqQ). TRq= Σ VMPL, sedangkan
APL= TRq/L.
d. MCL= tambahan biaya total sebgai akibat ditambahnya L
sebesar satu unit.
e. MCK= tambahan biaya total sebagai akibat ditambahnya K
sebesar satu unit.
f. Penjelasan 3 dan 4 berlaku pula untuk input K.
6. Berdasarkan asumsi bahwa produsen berusaha mendapatkan
keuntungan maksimum, maka perintaan input L dalam persainagn
sempurna adalah:
MCq MPL = PL
Dalam pesaingan sempurna MCq = MRq, dan Pq = MRq sehingga
persamaan permintaa input L:
PL =Pq. MPL= MRPL = VMPL
7. Permintaan input bagi produsen monopolis untuk output,
persaingan sempurna untuk input:
PL = MCL = MRPL < VMPL
8. Permintan input bagi produsen monopsonis untuk input L,
persainagan sempurna output:
PL < MCL = MRPL = VMPL
9. Permintan input bagi produsen monopsonis untuk input L, dan
monopolistic untuk output:
PL < MCL = MRPL < VMPL
10. Diskriminasi harga dapat juga terjadi pada pasar input. Tingkatan
diskriminasi harga pada pasar input seperti tingkatan diskriminasi
pada dasar output, yaitu diskriminasi tingkat pertama, kedua, dan
ketiga.
11. Bilateral monopoli terjadi apabila dalam pasar input hanya terdapat
satu penjual dan satu pembeli. Masin-masing pihak mengadakan
kesepakatan harga dan kuantitas input yang saling menguntungkan.
11.14 DISKUSI
1. Pada umumnya produsen menghadapi pasar output dalam
persainagn sempurna atau murni, demikian juga pasar
inputnya.bagaimana cara perusahaan menjadikan kombinasi faktor
produksi pada biaya yang paing rendah, sekaligus mencapai
keuntungan maksimum?
2. Mengapa kurva permintaan input, katakanlah L, mempunyai
kemiringan negatif walaupun harga input tersebut adalah konstan?
Jelaskan dengan menggunakan gambar.
3. Produsen adalah monopolis pada pasar output, tetapi pada pasar
input (katakanlah input L dan K) adalah persainagan. Adakah
perbedaan prinsip denagn perusahaan lain untuk mencapai
kombinasi input L dan K pada biaya yang paling rendah dan
keuntungan yang maksimum? Jelaskan dengan menggunakan
gambar.
4. Produsen monopsonis input menentukan harga input L karena ia
berperan sebagai price maker sehingga terjadi eksploitasi tenaga
kerja. Bagaimana pendapat saudara atas pernyatan tersebut?
Jelaskan dengan menggunakan gambar.
5. Untuk melindungi tenaga kerja dari eksploitasi, pemerintah dapat
melakukan kebijaksanaan penentuan upah minimum. Bagaimana
reaksi produsen tersebut sehubungan denagan adanya
kebijaksanaan tersebut? Gunakan gambar untuk menjelaskan
dampak adanya ketentauan upah minium.
6. Pada penawaran tenaga kerja (supply) terjadi fenomena backward
bending supply kurve. Apa yang dimaksud dengan fenomena ini?
7. Tidak jarrang produsen memerlukan imput dengan persyaratan
tertentu untuk menghasilkan produk yang dihasilkan. Input yang
dimaksud dihasilkan oleh perusahaan lain, yang khusus
menghasilkan input bagi produsen pertama. Denagn demikian,
terjadi kondisi pasar hanya ada satu penjual dan satu pembeli
sehingga menimbulkan apa yang disebut monopoli bilateral.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan monopoli bilateral dengan
menggunkan gambar.
8. Apa yang terjadi jika masing-masing produsen dalam monopoli
bilateral berusaha untuk mencapai keuntungan maksimum dan
kombinasi input pada biaya yang paling rendah? Jelaskan dengan
menggunakan gambar.

Anda mungkin juga menyukai