PENGANTAR
Modul ini menyampaikan materi tentang arsitektur, prinsip kerja, macam-macam, dan
karakteristik rangkaian pencampur (mixer) audio. Modul ini digunakan untuk satu kali
pertemuan atau 6 jam pelajaran (6x45 menit).
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. peserta didik dapat menjelaskan arsitektur rangkaian pencampur (mixer) audio dengan
benar dan percaya diri.
2. peserta didik dapat merancang rangkaian pencampur (mixer) audio dengan benar dan
kerjasama.
C. URAIAN TEORI
1. Arsitektur Rangkaian Pencampur (Mixer) Audio
Mencampur bermacam sumber sinyal memberikan efek yang indah dan menyenangkan.
Secara prinsip mencampur dua atau lebih sumber sinyal sederhananya menghubungkan
sumber-sumber sinyal tadi secara langsung. Apa jadinya jika 2 buah mikrofon seperti gambar
1 dicampurkan secara langsung?
Jika salah satu mikrofon dimatikan, maka
mikrofon yang lain itu mati. Ini karena
saat mikrofon dimatikan saklar pada
posisi hubung singkat. Maka diperlukan
peralatan pencampur, sehingga masing-
masing sumber sinyal bisa diatur secara
mandiri dan bisa dimatikan dihidupkan
Gambar 1. Dua mikrofon dihubungkan secara tidak saling mengganggu.
langsung
Jika salah satu mikrofon dimatikan, maka mikrofon yang lain itu mati. Ini karena saat
mikrofon dimatikan saklar pada posisi hubung singkat. Maka diperlukan peralatan pencampur,
sehingga masing-masing sumber sinyal bisa diatur secara mandiri dan bisa dimatikan
dihidupkan tidak saling mengganggu.
Penguat pencampur 5 kanal masukan seperti terlihat dalam Gambar 2 memperlihatkan
masing-masing masukan memiliki pengatur level masing-masing. Pengaturan masing-masing
tidak akan mempengaruhi satu sama lain, pada setiap masukan dalam pencampur terdapat
sebuah tahanan pencampur.
1
Tahanan Rm menghindarkan hubung singkat
titik “m” dengan massa (0V) jika salah satu
pengatur level masukan pada posisi
minimum. Pada keluaran penguat pencampur
dipasang sebuah pengatur level lagi, yang
biasa disebut dengan “master volume”.
2
e. Master audio: Berguna sebagai portal terakhir yang mengatur seluruh sinyal input audio
sebelum dikirim ke power amplifier.
Rangkaian diatas memiliki 3 Input dari Microphon. Sinyal out-put dari Microphone masih
sangat kecil (mili volt) untuk itu perlu adanya penguatan. Input dari Mic 1, 2, dan 3 masing-
masing dikuatkan menggunakan rangkaian Opertioanl Amplifier (OP Amp) yaitu IC1b, IC1c,
dan IC1d. Penguat yang digunakan setiap OP Amp adalah jenis penguat non inverting.
Setelah dikuatkan dari ketiga sinyal Input tersebut terus dicampur atau ditambahkan oleh
Op Amp IC 1a, pada bagian ini disebut Adder. Masing-masing sinyal input dapat diatur
gainnya dengan menggunakan Potensiometer R5 untuk sinyal Input 1, Potensimeter R6 untuk
sinyal Input 2 dan Potensiometer R7 untuk sinyal Input 3.
Setelah dicampur /ditambahkan oleh IC 1a, sinyal out-put IC 1a dapat diumpankan
langsung ke Power Amplifier sebagai penguat akhirnya atau mungkin dapat difilter dahulu
menggunakan Tone Control untuk diatur nada rendah atau tingginya barulah sinyal tersebut
dikuatkan oleh Power Amplifier.
3
5. Tombol-tombol Pada Audio Mixer
4
6. Perhitungan Penguatan Pada Audio Mixer
Penguat pencampur dengan 5 masukan seperti
terlihat pada Gambar 5 dapat dihitung tegangan
keluarannya UO dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Dijelaskan dalam istilah sederhana, perbedaan antara analog dan digital mixer adalah pada
pemrosesan sinyal audio. Apakah signal audio tersebut di proses secara internal dalam bentuk
analog sesuai bentuk asli signal audio seperti yang di lakukan mixer analog, atau dikonversi ke
dalam bentuk digital dan dikembalikan lagi ke bentuk analog seperti cara kerja mixer digital.
Perbanding dasar sebelum memilih mixer yang akan di gunakan:
5
a. Konsol digital lebih mahal namun memiliki fitur fungsi yang lebih lengkap dari konsol
analog sedangkan konsol analog lebih murah dibandingkan mixer digital namun
diperlukan perangkat tambahan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat pada
konsol analog.
b. Konsol digital lebih memakan waktu dan sulit untuk dipelajari dan potensi kerusakan
lebih kompleks, sedangkan konsol analog jauh lebih mudah untuk dipelajari dan lebih
tangguh dalam ketahanan.
c. Perbedaan dasar, konsole analog tidak dapat menyimpan pengaturan untuk dipanggil
kembali (save data dan recall data), dan konsol analog akan selalu memancarkan
beberapa jumlah kecil dari suara elektronik (noise componen electronic/listrik) yang
akan didengar melalui speaker (meskipun semua profesional enginner sound akan
setuju bahwa jumlah ini biasanya tidak akan terdengar jelas ke telinga manusia , dan
lebih banyak suara cenderung dipancarkan dari peralatan elektronik lain yang
digunakan, seperti amplifier contohnya).
99