Anda di halaman 1dari 7

TEORI PEMBELAJARAN VAN HIELE

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah kapita selekta pembelajaran

Oleh :

Kelompok 8

1. Firman Anugra Tullah (170210204206)


2. Yurike Firma Kholifahtus (170210204208)
3. Eva Yulianti (170210204210)
4. Zilvirat Rif’sat (170210204230)
5. Yunita Krisna Wati (170210204240)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
1. Pengertian Dan Sejarah Teori Van Hiele
Teori Van Hiele dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof
sekitar tahun 1957 yang mana telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh
yang cukup kuat dalam pembelajaram geometri di sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat
adalah contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri berdasar pada teori Van
Hiele. Kemudian pada tahun 1960-an, Uni Soviet telah melakukan perubahan kurikulum
karena pengaruh teori Van Hiele. Selanjutnya pada tahun 1970-an Amerika Serikat juga
melakukan hal yang sama. Sejak tahun 1980-an, penelitian yang memusatkan teori Van
Hiele terus meningkat.
Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir berpikir peserta didik dalam
memperlajari geometri, dimana peserta didik tidak dapat naik ke tingkatan yang lebih tinggi
tanpa melewati tingkatan yang lebih rendah. Dalam teori pembelajaran Van Hiele terdapat
fitur yang paling menonjol yaitu terdapat hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman
ide-ide ruang. Dimana dalam tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang
diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang
bagaimana berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukan seberapa banyak
pengetahuan yang dimiliki. Menurut Van Hiele terdapat tiga unsur utama yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode
pengajaran yang diterapkan.
2. Karakteristik Teori Van Hiele
Menurut teori Pierre dan Dina Van Hiele (dalam Muharti, 1993) tingkat-tingkat dalam
pemikiran geometrik dan tahapan pembelajaran siswa berkembang mulai dari tingakat yang
rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Teori Van Hiele memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Belajar merupakan proses yang diskontinu atau tidak saling berhubungan, yaitu karena
adanya loncatan dalam kurva belajar yang menyatakan bahwa terdapat tingkatan dalam
pemikiran yang terpisah dan berbeda secara kualitatif.
b) Tingkat-tingkat itu tersusun secara berurutan. Agar siswa dapat melakukan perannya
dengan baik pada tingkat yang lanjut, maka siswa harus dapat menguasai tingkat yang
lebih rendah. Kenaikan dari tingkat yang satu ke tingkat yang selanjutnya akan lebih
banyak bergantung pada isi pembelajaran, usia atau kedewasaan secara biologis.
c) Konsep-konsep yang secara implisit terkandung didalam tingkat yang rendah akan
berubah menjadi eksplisit apabila berada pada tingkat selanjutnya.
d) Setiap tingkat memiliki symbol dan bahasa sendiri. Oleh karena itu guru harus dapat
menyesuaikan symbol dan bahasa yang dipakainya dalam setiap tingkatan. Hal ini
karena tingkat berpikir yang berlainan tidak dapat saling mengerti, dan yang satu tidak
dapat mengikuti yang lain.

Menurut Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M. 1986 (dalam Nur’aeni: 2008), menyatakan
bahwa karakteristik teori Van Hiele adalah sebagai berikut:
1) Tingkatan tersebut bersifat rangkaian yang berurutan.
2) Tiap tingkatan memiliki symbol dan bahasa tersendiri
3) Apa yang implisit pada satu tingkatan akan menjadi eksplisit pada tingkatan berikutnya
4) Bahan yang diajarkan pada siswa diatas tingkatan pemikiran mereka dianggap sebagai
reduksi tingkatan.
5) Kemajuan dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya lebih tergantung pada pengalaman
pembelajaran; bukan pada kematangan atau usia.
6) Seseorang melangkah melalui berbagai tahapan dalam melalui satu tingkatan ke
tingkatan berikutnya
7) Pembelajar tidak dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui
tingkatan sebelumnya.

3. Tahapan Pembelajaran Teori Van Hiele


Dalam teori Van Hiele dinyatakan bahwa seseorang dalam belajar geometri akan mengikuti
5 tahap perkembangan berpikir yaitu:
1. Tahap Pengenalan
Pada tahap pengenalan, peserta didik hanya dapat mengetahui mengenai bangun-
bangun geometri seperti kerucut, belah ketupat, persegi panjang, bola serta bangn
lainnya. Apabila peserta didik ditunjukkan sebuah bangun geometri maka peserta didik
dapat menjawab nama bangun tersebut. Akan tetapi apabila peserta didik dihadapkan
pertanyaan “bangun apa saja yang memiliki 4 sudut siku-siku?” maka peserta didik
masih belum dapat menjawabnya karena, pada tahap ini peserta didik masih belum
mampu untuk menunjukkan ciri-ciri dan sifat dari bangun bangun tersebut. Oleh karena
itu guru harus memahami karakter dari peserta didiknya, jangan sampai guru
mengajarkan sifat-sifat terlebih dahulu karena pesrrta didik hanya akan
menghafalkannya bukan memahami.
2. Tahap Analisis
Apabila pada tahap sebelumnya peserta didik belum memahami sifat dari bangun
geometri, berbeda dengan tahap ini. Pada tahap analisis peserta didik sudah mulai
menganalisis apa saja sifat-sifat dari setiap bangun geometri sehingga peserta didik
memahami seperti pada bangun persegi panjang sisi yang berhadapan sama panjang.
Akan tetapi peserta didik masih belum mengetahui apabila diberi pertanyaan seperti
apakah segitiga merupakan bagian dari krucut?. Karena pada tahap ini peserta didik
masih belum memahami hubungan antar bangun geometri.
3. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini tingkat pengurutan peserta didik lebih berkembang dari tahap
anlisis yang sekedar memahami sifat-sifat dari bangun. Sedangkan pada tahap
pengurutan peserta didik sudah dapat memahami hubungan antar bangun geometri.
Selain itu peserta didik sudah dapat mengerti pengurutan pada bangun serta mulai
mampu menarik kesimpulan tahap awal karena peserta didik masih belum dapat
menyampaikan alasan yang rinci.
4. Tahap Deduksi
Pada tahap deduksi peserta didik sudah dapat memahami pentingnya unsur-unsur yang
tidak dijelaskan di sisi unsur-unsur yang dijelaskan, masalah ataupun teorema. Selain itu
pada tahap ini psesrta didik sudah mampu membuat kesimpulan yang deduktif yaitu
kesmpulan yang di tarik dari hal yang khusus.
5. Tahap Keakuratan
Tahap keakuratan merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif peserta didik
untuk memahami serta mengetahui geometri. Pada tahap keakuratan peserta didik telah
mengerti mengenai pentingnya prinsip-prinsip dasar untuk mendasari suatu pembuktian.

4. Contoh Penerapan Teori Pembelajaran Van Hiele Dalam Pembelajaran Matematika


1. Tahap pengenalan
Jika pada seorang peserta didik diperlihatkan sebuah persegi panjang, peserta didik
tersebut belum menyadari bahwa persegi panjang memiliki 4 sisi dimana 2 sisi yang
berhadapan sama panjang, dan diagonalnya sama panjang. Demikian juga dengan
persegi.

Gambar1. Persegi Gambar2. Persegi panjang


2. Tahap analisis
Pada tahap ini peserta didik dapat memahami sifat-sifat yang dimiliki persegi dan
persegi panjang

Gambar 3. Persegi
Sifat persegi:
a. Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang yaitu AB, BC, CD, DA
b. Titik sudut persegi ada 4 yaitu A, B, C, D
c. Diagonal persegi ada 2 yaitu AC, BD
d. Besar setiap sudut persegi sama besar yaitu 90°
Gambar 4. Persegi panjang
Sifat persegi panjang:
a. Memiliki 4 sisi, 2 sisi yang berhadapan sama panjang yaitu AB=CD, AD=BC
b. Titik sudut persegi panjang ada 4 buah yaitu A, B, C, D
c. Besar setiap sudut yaitu 90°
d. Memiliki 2 diagonal yang sama panjang

Setelah dapat memahami sifat-siifat bangun datar, diharapkan siswa dapat menyebutkan
benda-benda disekitar mereka yang termasuk kedalam bentuk bangun datar yang sedang
dipelahari. Misalnya papan tulis, buku tulis, penggaris merupakan contoh bentuk persegi
panjang.

3. Tahap pengurutan
Pada tahap ini peserta didik dapat mengurutkan bahwa persegi adalah persegi panjang.
Persegi merupakan segi empat yang besar setiap sudut dalamnya adalah 90° dan kedua
diagonalnya sama panjang. Ciri atau sifat tersebut juga merupakan sifat persegi panjang,
sehingga dapat dikatakan bahwa persegi merupakan persegi panjang yang keempat
sisinya sama panjang.
4. Tahap deduksi
Pada tahap cara berpikir deduktif ini peserta didik sudah mulai tumbuh namun belum
berkembang dengan baik. Tahap ini peserta didik dapat membuktikan bahwa diagonal
suatu persegi akan membagi pesergi tersebut menjadi 2 buah segitiga yang kongruen.
Gambar 5. Persegi dengan diagonalnya
Syarat dua segitiga yang kongruen adalah jika kedua segitiga memiliki 3 unsur yang
sama. Pada persegi ABCD, diagonal BD membagi persegi menjadi 2 segitiga yaitu ABD
dan segitiga BCD

Segitiga ABD dan BCD memiliki sisi yang sama sehingga kongruen

5. Tahap keakuratan
Peserta didik sekolah dasar belum sampai pada tahap ini karena tahap ini merupakan
tahap yang terakhir yang merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit, dan kompleks.

Anda mungkin juga menyukai