Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Pipit Firmanti, M.pd
1) Cenderung melihat sikap gerakan dan bibir guru yang sedang mengajar.
2) Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi.
3) Saat mendapatkan petunjuk untuk melakukan sesuatu biasanya akan
melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
4) Tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka pula
mendengarkan orang lain, terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5) Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
6) Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
7) Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa
terganggu.
1) Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas atau materi
yang didiskusikan dalam kelompok/kelas.
2) Pendengar ulung: anak muda menguasai materi iklan/ lagu di televisi/radio.
3) Cenderung banyak berbicara.
4) Tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik
karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang harus yang baru saja
dibacanya.
5) Kurang mahir dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis.
6) Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain.
7) Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya,
seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas dan
lainnya.
c. Kinestetik (Kinestethic Learners)
Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan
menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya. Tentu saja ada karakteristik model Belajar seperti ini yang tidak
semua orang bisa melakukannya yaitu menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya hanya dengan
memegangnya saja seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi
tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik sebagai berikut:
A. Metode
Jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang
objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kelompok
masyarakat sehingga penelitian ini juga bias disebut penelitian kasus atau study kasus (case
study) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik analisis yang digunakan yaitu
statistic deskriptif.. Pada penelitian ini dianalisis tingkat berpikir siswa di MTS Negeri 6
Agam berdasarkan teori van Hiele materi geometri ditinjau dari hasil belajar matematika
siswa. Jadi, pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan gambaran mengenai tingkat
berpikir geometri siswa berdasarkan teori van Hiele.
Penelitian ini dilaksanakan di MTS Negeri 6 Agam dengan calon subjek penelitian
siswa kelasIX-2 sebanyak 26 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
(1) Mengerjakan tes Van Hiele Geometry Test (VHGT) (2) Mengisi Angket yang diberikan
(3) Pedoman wawancara.
Teknik pengumpulan data dengan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil tes
akan dianalisis sesuai indikator keterampilan dasar siswa pada materi geometri. Wawancara
dilakukan semi terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan tetapi
tidak keluar dari topik pembahasan. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri, sedangkan instrumen bantu yang digunakan adalah soal tes Van Hiele Geometry
Test (VHGT), tes keterampilan visual materi geometri, pedoman wawancara, dan alat
rekam. Soal tes (VHGT) terdiri dari 25 soal pilihan ganda yang terbagi menjadi 5 subtes,
soal tes keterampilan visual pada materi geometri terdiri dari 25 soal uraian yang telah
divalidasi oleh ahli dosen Pendidikan Analisis Kurikulum Matematika Universitas Islam
Negeri Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi dan salah satu guru matematika MTS Negri
6 Agam.
B. Waktu pelaksanaan
Lokasi penelitian ini telah dilaksanakan di MTs Negeri 6 Agam yang terletak di jalan
Kubang Putiah, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX 2. Kegiatan penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganji tahun ajaran 2022/2023.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX 2 MTs Negeri 6 Agam yang dipilih
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa SMP
dalam menyelesaikan soal geometri berdasarkan teori Van Hiele. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil subjek berdasarkan keterangan guru mata pelajaraan matematika
tentang kemampuan siswa dalam proses kegiatan belajar matematika. Subjek penelitian
yang dipilih adalah subjek penelitian yang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin
bagi peneliti. Penentuan subjek penelitian didasarkan pada hasil tes kemampuan siswa
dalam menyelesaikan geometri bangun datar yang memiliki nilai yang paling tinggi, sedang,
dan rendah.
D. Kendala
1. Persetujuan dari sekolah terkait surat izin untuk melakukan penelitian cukup memakan
waktu disebabkan kepala sekolah atau waka kurikulum sedang tidak berada ditempat.
2. Beberapa soal ada yang kurang dimengerti oleh siswa sehingga sebagian dari siswa
bingung untuk menjawab pertanyaan tes yang diberikan.
BAB IV
Silabus yang digunakan di MTs Negeri 6 Agam dibuat oleh pusat sendiri
kemudian dikembangkan oleg guru MTs Negeri 6 Agam sedangkan RPP
dirancang oleh guru dan sekolah tersebut mengadakan pelatihan tentang
kurikulum dengan mendatangkan seminar tentang kurikulum yang digunakan.
b. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika
d. Karakteristik Siswa
No. Nama Percakapan
1. P1 Bagaimana kemampuan matematika siswa dikelas ini?
2. P2 Kemampuan siswanya beragam, ada yang mudah mengerti
dengan materi yang disampaikan dan ada juga yang kurang
paham, untuk kemampuan yang lebih jelas itu bisa dilihat waktu
ujian.
3. P1 Bagaimana persepsi siswa terhadap matematika, terutama materi
geometri?
4. P2 Dimateri transasi siswa menggambar, bikin siswa
menyenangkan saat pelajaran matematika dibandingkan dengan
materi yang lain.
5. P1 Bagaimana respon siswa terhadap tugas diberikan tugas?
6. P2 Responnya itu bermacam, ada yang senang dan ada juga yang
malas
Kesimpulan:
Kemampuan matematika yang dimiliki peserta didik bermacam-macam,
ada yang cepat menngkap materi yang diajarkan guru dan ada juga yang kurang
dalam memahaminya. Sedangkan persepsi peserta didik terhadap pembelajaran
matematika pada materi geometri peserta didik difokuskan menggambar bangun
ruang dan respon peserta didik terhadap tugas yang diberikan juga bermacam-
macam.
Evaluasi yang digunakan di MTs Negeri 6 sama seperti disekolah lain yaitu
dengan mengadakan ulangan harian, kuis latihan dan sebagainya. Bentuk
evaluasi yang digunakan yaitu tertulis dan menurut pendapat guru pada
pembelajaran di kelas sudah efektif.
f. Sumber Belajar
g. Sumber Belajar
Sumber blajar yang digunakan peserta didik bersumber dari buku dan ada
juga dari sumber internet agar menambah wawasan peserta didik sehingga
peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.
h. Kendala yang Dihadapi
i. Kebaharuan
Keterangan:
P1 : Pewawancara
P2 : Guru
Tabel 3.1
No Nama Skor Gaya Belajar Gaya
Visual Audio Kinestetik Belajar
14 Khairani 38 31 40 Kinestetik
Maifinda
15 Najwa Nabila 32 36 39 Kinestetik
17 M.Alfajri 32 32 37 Kinestetik
18 M.Fajri 30 38 37 Audio
Ramadhan
19 M.Farel Wardiyan 33 41 41 Audio &
Kinestetik
Kesimpulan:
Dari hasil pengambilan data tersebut diketahui bahwa siswa dengan gaya
belajar visual, audio dan kinestetik sama banyak. diketahui bahwa
kecendrungan siswa dengan gaya belajar Audio adalah mencatat penjelasan
yang disampaikan oleh guru saat guru menyampaikan materi. Hal ini terbukti
dari buku catatan siswa dengan gaya belajar Audio yang lengkap dan penuh
dengan kata-kata. Sementara siswa dengan gaya belajar Visual yang cenderung
menggambar dan memberi keterangan secara singkat kemudian lebih banyak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas dari pada fokus pada catatannya.
Sedangkan gaya belajar kinestetik siswa lebih cenderung suka melakukan,
menyentuh, merasa, bergerak dan mengalami secara langsung. Siswa dengan
gaya belajar ini lebih membaca instruksi atau mendengarkan instruksi, tetapi
pembelajaran mendalam terjadi melalui proses melakukan.
a. Pilihan Ganda
Tabel 3.2
No Nama Nomor Soal Gaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Belajar
1 AP V V V A V A A V V V Visual
2 AF A K V K K A A V V V Visual
3 AKN V V A A V VA V A A V Visual
4 AFT A A A A V A V A V VK Audio
A
5 AF V V A A V V K K A A Visual &
audio
6 AMR K A A A V A V A V V Audio
7 BNR A A A A K K A A A V Audio
8 BPP K V V A V A A A A A Audio
9 C V V A K V V K V A A Visual
10 DDS V V V A V V V K A V Visual
11 DS A A V V V A A A A AK Audio
12 HHH V V K A V V K A A A Audio
13 KP V V A A V VA V V V V Visual
A
14 KM V V V A V A V A V A Visual
15 NN V V V A V VK K A V V Visual
A
K
16 NS V V A V V VA V K V V Visual
17 MA K V A A K A V A V AK Audio
18 MFR V V A A V K V A A V Audio
A
19 MFW K K A A V V V - A K Visual,
audio &
kinestetik
20 MFS V VA V A V VA A V A VA Audio
K A A
K K
21 MRH V A A A V VA A V A VK Audio
A A
22 MRF V V V V V VA - V V V Visual
A K
23 YEL V V A A V V V K V V Visual
K K K A
24 RMS A A A A V A V A A V Audio
25 Z V V V A A A A K A A Audio
26 ZS V V V A V A V A A V Visual
Kesimpulan:
Dari hasil pengambilan data tersebut diketahui bahwa lebih banyak siswa
denga gaya belajar visual pada soal pilihan ganda pada angket. Dapat diketahui
bahwa kecendrungan siswa dengan gaya belajar Visual yang cenderung
menggambar dan memberi keterangan secara singkat kemudian lebih banyak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas dari pada fokus pada catatannya.
Selain itu siswa dengan gaya visual lebih mudah membayangkan suatu objek
meski objek tersebut tidak ada di hadapan siswa tersebut.
Keterangan:
V: Visual
A: Audio
K: Kinestetik
4. Tes Geometri Level Van Hiele
Setelah Tes Geometri Van Hiele diberikan dan telah dikoreksi oleh
peneliti maka didapatkan hasil level berpikir geometri Van Hiele sebagai
Tabel 4.1
Hasil Level Berpikir Geometris Van Hiele
Kriteria Skor:
Level 0 : Visualisasi ≥ 2 , Analisis < 2, Abstraksi < 2, Dedukasi < 2, Rigor < 2.
Level 1 : Visualisasi ≥ 2 , Analisis ≥ 2, Abstraksi ≥ 2, Dedukasi ≥ 2, Rigor ≥ 2.
Level 2 : Visualisasi ≥ 2 , Analisis ≥ 2, Abstraksi ≥ 2, Dedukasi ≥ 2, Rigor ≥ 2.
Level 3 : Visualisasi ≥ 2 , Analisis ≥ 2, Abstraksi ≥ 2, Dedukasi ≥ 2, Rigor ≥ 2.
Level 4 : Visualisasi ≥ 2 , Analisis ≥ 2, Abstraksi ≥ 2, Dedukasi ≥ 2, Rigor ≥ 2.
Dari hasil tes berpikir geometris Van Hiele yang dilakukan oleh seluruh peserta
didik kelas IX 2 MTs Negeri 6 Agam dapat disimpulkan bahwa untuk setiap level Van
Hiele dimulai dari level 0 (visualisasi) sampai level 4 (Rigor) diperoleh jumlah peserta
didik seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Pengelompokan peserta didik dalam level berpikir geometris Van Hiele tidak
didasarkan pada perolehan nilai masing-masing peserta didik tetapi didasarkan pada
kemampuan peserta didik dalam menjawab soal dari masing-masing level. Berdasarkan
hasil tes diperoleh 18 anak pada level 0 (visualisasi) atau sebesar 69,23 %, 8 anak pada
level 1 (analisis) atau sebesar 30,76% sedangkan level 2 (abstraksi), level 3 (deduksi)
dan level 4 (rigor) sebesar 0% . Dalam penelitian ini diperoleh fakta bahwa peserta
didik yang gagal mencapai tingkat sebelumnya, maka juga akan gagal mencapai tingkat
selanjutnya. Hal ini sejalan dengan teori van Hiele bahwa “semua anak mempelajari
geometri dengan melalui tingkat-tingkat tersebut dengan urutan yang sama dan tidak
dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati”. Pada proses pembelajaran geometri
khususnya pada materi segiempat dan segitiga perlu didasarkan pada teori Van Hiele.
Hal ini dikarenakan teori Van Hiele berfokus pada materi geometri dan mengkaji
tingkatan-tingkatan pemahaman siswa dalam belajar geometri. Sehingga dapat
digunakan oleh guru dalam memilih dan mengurutkan aktivitas pembelajaran geometri
dengan tepat.
5. Hasil Belajar Matematika
Tabel 5.1
Falupi,D.V & Soffil.W. (2016). Profil Berpikir Geometris Pada Materi Bangun Datar Ditinjau
dari Teori Van Hiele . Jurnal pendidikan matematika, 4(1):2-5.
Razak, F., Sutrisno, A.B., & Immawan,A.Z. Analisis Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan
Teori Van Hiele, Prosiding seminar nasional, 3(1):75-78
Alfaruqi, A & Moch. Lutfianto. (2016). Perbandingan Kemampuan Spasial siswa SMA Pada
Materi Geometri Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal: Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Ahmad Dahlan.